DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL .............................................................................. i HALAMAN PENGESAHAN ................................................................ ii PERNYATAAN ORISINALITAS ........................................................ iii KATA PENGANTAR ........................................................................... iv ABSTRAK ............................................................................................. vi DAFTAR ISI .......................................................................................... vii DAFTAR TABEL .................................................................................. ix DAFTAR GAMBAR ............................................................................. x DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... xi BAB I
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah .................................................. 1.2 Rumusan Masalah Penelitian............................................ 1.3 Tujuan Penelitian ............................................................. 1.4 Kegunaan Penelitian ........................................................ 1.5 Sistematika Penulisan ...................................................... BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep ............................................ 2.1.1 Teori Agensi ........................................................ 2.1.2 Teori Akuntansi Positif ......................................... 2.1.3 Transfer Pricing .................................................. 2.1.4 Pajak ..................................................................... 2.1.5 Mekanisme Bonus ............................................... 2.1.6 Tunneling Incentive .............................................. 2.2 Hipotesis Penelitian ........................................................ 2.2.1 Hubungan Pajak pada Transfer Pricing ............... 2.2.2 Hubungan Mekanisme Bonus pada Transfer Pricing .................................................................. 2.2.3 Hubungan Tunneling Incentive pada Transfer Pricing .................................................................. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian ............................................................ 3.2 Lokasi dan Ruang Lingkup Penelitian ........................... 3.3 Objek Penelitian ............................................................. 3.4 Identifikasi Variabel ....................................................... 3.5 Definisi Operasional Variabel ........................................
1 9 10 10 11 13 13 14 16 17 18 19 21 21 22 24 26 27 27 27 28
3.5.1 Transfer Pricing ................................................... 3.5.2 Pajak ..................................................................... 3.5.3 Mekanisme Bonus ................................................ 3.5.4 Tunneling Incentive .............................................. 3.6 Jenis dan Sumber Data ................................................... 3.6.1 Jenis Data ............................................................. 3.6.2 Sumber Data ........................................................ 3.7 Populasi, Sampel dan Metode Penentuan Sampel .......... 3.7.1 Populasi ................................................................. 3.7.2 Sampel dan Metode Penentuan Sampel ................ 3.8 Metode Pengumpulan Data ............................................ 3.9 Teknik Analisis Data ...................................................... 3.9.1 Analisis Statistik Deskriptif .................................. 3.9.2 Analisis Regresi Logistik ..................................... 3.9.3 Pengujian Hipotesis .............................................. BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian ................................ 4.2 Deskripsi Hasil Penelitian .............................................. 4.2.1 Hasil Analisis Statistik Deskriptif ........................ 4.2.2 Hasil Analisis Regresi Logistik ........................... 4.2.3 Pengujian Hipotesis .............................................. 4.3 Pembahasan Hasil Penelitian ........................................... 4.3.1 Pengaruh Pajak pada Transfer Pricing ................ 4.3.2 Pengaruh Mekanisme Bonus pada Transfer Pricing ................................................................. 4.3.3 Pengaruh Tunneling Incentive pada Transfer Pricing ................................................................. BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan .......................................................................... 5.2 Saran ................................................................................
28 29 29 30 30 30 31 31 31 31 33 33 34 34 37
DAFTAR RUJUKAN .......................................................................... LAMPIRAN-LAMPIRAN ..................................................................
53 58
39 40 40 42 46 47 47 48 50 51 52
Judul
:
Nama
:
Pengaruh Pajak, Mekanisme Bonus, dan Tunneling Incentive pada Keputusan Perusahaan dalam Melakukan Transfer Pricing (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012-2015) Gusti Ayu Rai Surya Saraswati
NIM
:
1306305029 Abstrak
Transfer pricing dapat terjadi karena motivasi manajemen untuk mendapatkan laba tinggi dengan memindahkan keuntungan ke negara lain sehingga mengurangi total beban pajak group perusahaan tersebut secara keseluruhan. Sesuai dengan bonus plan hypothesis manajer perusahaan dengan bonus tertentu cenderung lebih menyukai untuk menggunakan metode akuntansi yang menaikkan laba periode berjalan salah satunya dengan praktek transfer pricing. Struktur kepemilikan asing juga mempengaruhi manajemen untuk mentransfer kekayaan kepada mereka sendiri atau pemegang saham mayoritas yang mendorong pemegang saham mayoritas melakukan tunneling yang merugikan pemegang saham minoritas (Claessens et al. 2002). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh pajak, mekanisme bonus dan tunneling insentive pada keputusan perusahaan dalam melakukan transfer pricing. Penelitian ini menggunakan data sekunder dengan mengakses web www.idx.co.id. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012-2015. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Banyaknya sampel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 100 pengamatan. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi non participant. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi logistik. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pajak dan tunneling incentive berpengaruh positif pada keputusan perusahaan dalam melakukan transfer pricing. Sedangkan mekanisme bonus tidak berpengaruh pada keputusan perusahaan dalam melakukan transfer pricing. Koefisien determinasi sebesar 0,274 yang berarti 27,4% keputusan perusahaan dalam melakukan transfer pricing dipengaruhi oleh variabel tersebut, sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabel lain. Hasil ini menunjukkan masih banyak variabel di luar penelitian yang dapat menjelaskan transfer pricing.
Kata kunci: pajak, mekanisme bonus, tunneling incentive, transfer pricing
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah Globalisasi yang terjadi sejak beberapa tahun yang lalu membawa dampak
disegala bidang salah satunya pada perkembangan dan kemajuan di bidang ekonomi dan bisnis. Perkembangan transfer pricing tidak lepas dari pengaruh globalisasi. Globalisasi berperan mengurangi atau bahkan menghilangkan hambatan antarnegara dalam rangka memudahkan arus barang, jasa, modal, dan sumber daya manusia antarnegara. Globalisasi telah memunculkan tumbuh dan berkembangnya perusahaan multinasional. Kemajuan yang pesat dalam teknologi, transportasi, dan komunikasi memberikan kemudahan bagi perusahaan multinasional dalam menempatkan usaha mereka di negara manapun di seluruh dunia. Transfer pricing adalah suatu kebijakan perusahaan dalam menentukan harga transfer suatu transaksi baik itu barang, jasa, harta tak berwujud, atau pun transaksi finansial yang dilakukan oleh perusahaan. Terdapat dua kelompok transaksi transfer pricing, yaitu intra-company transfer pricing dan inter-company transfer pricing. Intra-company transfer pricing merupakan transfer pricing antardivisi dalam satu perusahaan. Sedangkan inter-company transfer pricing merupakan transfer pricing antara dua perusahaan yang mempunyai hubungan istimewa. Transaksi transfer pricing sendiri bisa dilakukan dalam satu negara (domestic transfer pricing), maupun dengan negara yang berbeda (international transfer pricing) (Hadi, 2014).
Transfer pricing dalam lingkungan perusahaan multinasional (international transfer pricing) adalah transaksi hubungan istimewa dimana terjadi transaksi antar sesama anggota perusahaan atau dalam satu grup (intra-group transaction) yaitu meliputi penjualan barang dan jasa, lisensi aset tak berwujud, penyediaan pinjaman dan sebagainya. Hal tersebut dapat menimbulkan adanya indikasi dilakukannya praktik transfer pricing untuk penghindaran pajak, dengan menetapkan harga jual yang berbeda antara perusahaan yang memiliki hubungan istimewa, dengan perusahaan yang tidak memiliki hubungan istimewa. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan Pasal 18 ayat (4) hubungan istimewa antara Wajib Pajak Badan dapat terjadi karena penyertaan modal langsung atau tidak langsung paling rendah 25% pada Wajib Pajak lain, atau dua atau lebih Wajib Pajak berada di bawah penguasaan yang sama baik langsung maupun tidak langsung. Sedangkan menurut PSAK 7, hubungan istimewa atau pihak-pihak berelasi adalah orang atau entitas yang terkait dengan entitas yang menyiapkan laporan keuangaannya. Lebih lanjut dijelaskan cakupan hubungan istimewa meliputi entitas dan entitas pelapor adalah anggota dari kelompok usaha yang sama (artinya entitas induk, entitas anak, dan entitas anak berikutnya saling berelasi dengan entitas lainnya), entitas yang melalui satu atau lebih perantara (intermediaries), mengendalikan atau dikendalikan oleh atau berada di bawah pengendalian bersama, dengan perusahaan pelapor (termasuk holding companies dan subsidiaries). Selain itu, perusahaan asosiasi (associated company) juga termasuk ke dalam cakupan hubungan istimewa menurut PSAK 7 ini.
Secara universal transaksi antarperusahaan yang mempunyai hubungan istimewa dikenal dengan istilah transfer pricing (Yuniasih, 2012). Transaksi hubungan istimewa ini dapat mengakibatkan ketidakwajaran harga, biaya, atau imbalan lain yang direalisasikan dalam suatu transaksi usaha karena kekuatan pasar tidak berlaku apa adanya (Anang, 2015:2). Terkait hal tersebut Direktur Jendral Pajak menetapkan Peraturan Nomor: PER - 32/PJ/2011 pasal 1 ayat 5 mengenai Prinsip Kewajaran dan Kelaziman Usaha dimana prinsip ini mengatur bahwa apabila kondisi dalam transaksi yang dilakukan antara pihak yang mempunyai hubungan istimewa sama atau sebanding, dengan kondisi dalam transaksi yang dilakukan antara pihak yang tidak mempunyai hubungan istimewa yang menjadi pembanding, maka harga atau laba dalam transaksi yang dilakukan antara pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa harus sama dengan atau berada dalam rentang harga atau laba dalam transaksi, yang dilakukan antara pihak yang tidak mempunyai hubungan istimewa yang menjadi pembanding. Tingginya tarif pajak menjadi salah satu faktor yang menyebabkan perusahaan multinasional melakukan praktik transfer pricing untuk memindahkan pendapatan ke negara dengan tarif pajak rendah (Hansen and Mowen, 2005:195). Perusahaan multinasional yang memiliki anak perusahaan atau kantor cabang yang bertempat kedudukan di negara yang memiliki tarif pajak tinggi dapat melakukan transfer pricing dengan cara mengalihkan keuntungan atau penghasilan yang diperoleh ke anak perusahaan atau cabangan yang terdapat di negara dengan tarif pajak rendah, sehingga jumlah kewajiban pajak yang dibayarkan menjadi lebih rendah dan
keuntungan yang diperoleh oleh perusahaan tersebut semakin besar. Transfer pricing yang dilakukan oleh perusahaan multinasional tersebut telah menyebabkan kerugian yang besar bagi negara, karena salah satu sumber Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) negara bersumber dari pajak (Abu, 2015) sehingga saat ini transfer pricing menjadi salah satu permasalahan yang menjadi perhatian bagi para aparat pajak. Praktik transfer pricing telah dilakukan di beberapa perusahaan multinasional di Inggris, seperti kasus yang menimpa Google, Starbucks, dan Amazon (www.bbc.com). Starbucks Inggris misalnya, pada tahun 2011 sama sekali tidak membayar pajak korporasi padahal berhasil mencetak penjualan sebesar £398 juta. Selain itu mereka juga mengaku rugi sejak tahun 2008, dengan jumlah kerugiannya mencapai £112 juta atau sekitar Rp1,7 triliun. Padahal dalam laporan kepada investornya di Amerika Serikat, Starbucks mengungkapkan bahwa mereka memperoleh keuntungan yang besar di Inggris, bahkan penjualannya selama 3 tahun (2008-2010) mencapai £1,2 miliar atau sekitar Rp18 triliun. Dengan kerugian ini, Starbucks Inggris tidak pernah membayar pajak korporasi. Bahkan selama 14 tahun beroperasi di Inggris, Starbucks hanya membayar pajak sebesar £8,6 juta. Selain itu, Google Inggris pada tahun 2011 juga berhasil mencatat pendapatan sebesar £398 juta tetapi hanya membayar pajak sebesar £6 juta (www.bbc.com). Praktek transfer pricing pada perusahaan multinasional yang ada di Indonesia dapat dicontohkan dengan adanya kasus manipulasi harga (transfer pricing) penjualan batubara PT Adaro Indonesia yang muncul akibat pertarungan konglomerat
Sukanto Tanoto dengan Edwin Soeradjaya (www.dpr.go.id). Dari situlah muncul dugaan PT Adaro Indonesia menjual batubara di bawah harga pasar kepada perusahaan afiliasinya di Singapura Coaltrade Services International Pte, Ltd pada 2005 dan 2006. Oleh Coaltrade, batubara itu dijual lagi ke pasar sesuai harga pasaran. Hal ini dimaksudkan guna menghindari pembayaran royalti dan pajak yang harusnya dibayarkan ke kas negara. Dalam dokumen laporan keuangan Coaltrade pada 20022005, terlihat laba Coaltrade lebih tinggi dari Adaro. Laporan keuangan, tersebut menimbulkan kecurigaan, bagaimana mungkin Adaro yang memiliki tambang tetapi memiliki laba yang sedikit hal ini yang diduga adanya praktek transfer pricing di PT Adaro dengan metode penjualan kembali dimana PT Adaro menjual produk nya kepada pihak yang memiliki hubungan istimewa yaitu perusahaan afiliasi di Singapura (www.dpr.go.id). Praktik transfer pricing jika dilihat dari sisi pemerintahan sebagaimana tercantum dalam Peraturan Dirjen Pajak Nomor 43 Tahun 2010 yang diubah dengan Peraturan Dirjen Pajak Nomor 32 Tahun 2011 tentang Penerapan Prinsip Kewajaran dan Kelaziman Usaha dalam Transaksi antara Wajib Pajak dengan Pihak yang Mempunyai Hubungan Istimewa diyakini dapat mengakibatkan berkurang atau hilangnya potensi penerimaan pajak suatu negara karena perusahaan multinasional cenderung memindahkan kewajiban perpajakannya dari negara-negara yang memiliki tarif pajak yang tinggi (high tax countries) ke negara-negara yang menerapkan tarif pajak rendah (low tax countries) (Iman, 2004). Jacob (1996) menemukan bahwa
transfer pricing antarperusahaan besar dapat mengakibatkan pembayaran pajak lebih rendah secara global
pada umumnya. Sehingga perusahaan multinasional
memperoleh keuntungan dari pergeseran pendapatan negara-negara dengan pajak tinggi ke negara dengan pajak rendah. Beberapa penelitian tentang motivasi pajak terhadap keputusan transfer pricing telah dilakukan, diantaranya oleh Yuniasih, dkk. (2012), Winda, dkk. (2014), Aviandika (2014), Erny (2014), dan Dwi, dkk. (2016) yang menemukan bahwa pajak berpengaruh terhadap keputusan transfer pricing. Swenson (2001) juga menemukan bahwa tarif impor dan pajak berpengaruh pada insentif untuk melakukan transfer pricing. Namun hasil penelitian dari Tan (2014), dan Marfuah (2014) menunjukkan hal yang berbeda, yaitu tidak adanya pengaruh antara pajak terhadap keputusan perusahaan dalam melakukan transfer pricing. Berkaitan dengan perbedaan hasil penelitian tersebut, penelitian ini kembali menguji pengaruh pajak pada keputusan perusahaan dalam melakukan transfer pricing. Selain motivasi pajak, keputusan untuk melakukan transfer pricing juga dipengaruhi oleh mekanisme bonus. Menurut Lilik (2010), tantiem/bonus merupakan penghargaan yang diberikan oleh RUPS kepada anggota direksi setiap tahun apabila perusahaan memperoleh laba. Sistem pemberian kompensasi bonus ini akan memberikan pengaruh terhadap manajemen dalam merekayasa laba. Manajer akan cenderung
melakukan
tindakan
yang
mengatur
laba
bersih
untuk
dapat
memaksimalkan bonus yang akan mereka terima. Hal ini sesuai dengan bonus plan hypothesis dimana manajer perusahaan dengan bonus tertentu cenderung lebih
menyukai untuk menggunakan metode akuntansi yang menaikkan laba periode berjalan salah satunya dengan praktek transfer pricing. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian dari (Lo et al. 2010) dimana bonus berpengaruh positif terhadap peningkatan pendapatan perusahaan yang dilaporkan dengan meningkatkan laba periode sekarang salah satunya dengan praktik transfer pricing. Winda (2014) menyatakan bahwa ketika pemberian bonus didasarkan pada besarnya laba, maka logis jika direksi berusaha melakukan tindakan mengatur dan memanipulasi laba demi memaksimalkan bonus dan remunerasi yang mereka terima. Beberapa penelitian tentang mekanisme bonus terhadap keputusan transfer pricing telah dilakukan, diantaranya Winda (2014) yang menemukan bahwa mekanisme bonus berpengaruh pada keputusan transfer pricing. Namun, penelitian yang dilakukan oleh Aviandika (2014), dan Mispiyanti (2015) menunjukkan hal yang berbeda, yaitu tidak adanya pengaruh antara mekanisme bonus pada keputusan transfer pricing. Berkaitan dengan perbedaan hasil penelitian tersebut, penelitian ini kembali untuk menguji pengaruh mekanisme bonus pada keputusan perusahaan dalam melakukan transfer pricing. Keputusan untuk melakukan transfer pricing juga dipengaruhi oleh tunneling. Gilson dan Gordon (2003) mengidentifikasi dua kemungkinan cara yang dapat dilakukan pemegang saham pengendali untuk mendapatkan manfaat privat atas kontrol dari kebijakan perusahaan yaitu melalui kebijakan operasi perusahaan dan kebijakan kontraktual dengan pihak lain. Bentuk-bentuk manfaat privat yang dapat diperoleh melalui kebijakan operasi perusahaan antara lain gaji dan tunjangan tinggi,
bonus dan kompensasi besar, serta dividen. Sedangkan cara untuk memperoleh manfaat privat melalui kebijakan kontraktual antara lain dilakukan melalui tunneling. Tunneling merupakan perilaku manajemen atau pemegang saham mayoritas yang mentransfer aset dan profit perusahaan untuk kepentingan mereka sendiri, namun biaya dibebankan kepada pemegang saham minoritas (Zhang, 2004 dalam Mutamimah, 2008). Tunneling dapat dilakukan dengan cara menjual produk perusahaan kepada perusahaan yang memiliki hubungan dengan manajer dengan harga yang lebih rendah dibandingkan harga pasar, tidak membagikan dividen, memilih anggota keluarganya yang tidak memenuhi kualifikasi untuk menduduki posisi penting diperusahaan (La Porta, et al. 2000). Penelitian tentang tunneling incentive telah dilakukan oleh Yuniasih, dkk. (2012), Aviandika (2014), Erny (2014), Andri dan Marfuah (2014), Tan (2014), Mispiyanti (2015), dan Dwi,dkk. (2016) yang menemukan tunneling incentive berpengaruh positif pada keputusan perusahaan manufaktur dalam melakukan transfer pricing. Alasan memilih perusahaan manufaktur sebagai sampel karena sebagian besar penanaman modal asing bergerak di bidang manufaktur dan mempunyai kaitan intern perusahaan yang cukup substansial dengan induk perusahaan di luar negeri. Perusahaan asing yang berada di Indonesia, adalah cabang dari induk perusahaan di luar negeri, terutama dimanfaatkan sebagai manufaktur atas barang setengah jadi (intermediate goods) atau barang mentah (Gunadi, 1994:17, dalam Yuniasih, 2012).
Penggunaan periode penelitian tahun 2012 hingga 2015 dikarenakan adanya perubahan Peraturan Dirjen Pajak Nomor 43 Tahun 2010 yang diubah dengan Peraturan Dirjen Pajak Nomor 32 Tahun 2011 tentang Penerapan Prinsip Kewajaran dan Kelaziman Usaha dalam Transaksi antara Wajib Pajak dengan Pihak yang Mempunyai Hubungan Istimewa salah satunya mengatur tentang transfer pricing yang mulai efektif diberlakukan pada November 2011, sehingga peneliti termotivasi untuk melakukan penelitian tentang pengaruh pajak, mekanisme bonus, dan tunneling incentive setelah diberlakukannya perubahan peraturan tersebut. Selain itu, data yang digunakan lebih baru dan lebih menggambarkan perkembangan terbaru mengenai transaksi transfer pricing. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penelitian ini diberi judul “Pengaruh Pajak, Mekanisme Bonus, dan Tunneling Incentive pada Keputusan Perusahaan dalam Melakukan Transfer Pricing (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 20122015)”.
1.2
Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang yang telah dirumuskan, maka yang menjadi
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1)
Bagaimana pengaruh pajak pada keputusan perusahaan dalam melakukan transfer pricing?
2)
Bagaimana pengaruh mekanisme bonus pada keputusan perusahaan dalam melakukan transfer pricing?
3)
Bagaimana pengaruh tunneling incentive pada keputusan perusahaan dalam melakukan transfer pricing?
1.3
Tujuan Penelitian Berdasarkan uraian latar belakang dan rumusan masalah, maka tujuan dari
penelitian ini adalah sebagai berikut: 1)
Untuk mendapatkan bukti empiris pengaruh pajak pada keputusan perusahaan dalam melakukan transfer pricing.
2)
Untuk mendapatkan bukti empiris pengaruh mekanisme bonus pada keputusan perusahaan dalam melakukan transfer pricing.
3)
Untuk mendapatkan bukti empiris pengaruh tunneling incentive pada keputusan perusahaan dalam melakukan transfer pricing.
1.4
Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis dan praktis
sebagai berikut: 1)
Kegunaan Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan bukti empiris mengenai pengaruh pajak, mekanisme bonus, dan tunneling incentive pada keputusan perusahaan dalam melakukan transfer pricing. Selain itu, penelitian ini diharapkan menjadi tambahan referensi mengenai faktor-faktor yang berpengaruh pada keputusan perusahaan dalam melakukan transfer pricing.
2)
Kegunaan Praktis
Memberikan gambaran kepada pemerintah, manajemen perusahaan, dan investor/kreditor bagaimana pajak, mekanisme bonus, dan tunneling incentive mempengaruhi keputusan perusahaan dalam mengambil keputusan transfer pricing. 1.5
Sistematika Penulisan Pembahasan secara keseluruhan untuk skripsi ini terdiri dari lima bab yang
merupakan satu kesatuan yang utuh dan antarbab memiliki hubungan yang erat dengan sistematika penulisan sebagai berikut. Bab I
:
Pendahuluan Bab ini menjelaskan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian serta sistematika penulisan penelitian.
Bab II
:
Kajian Pustaka dan Hipotesis Penelitian Bab ini menjelaskan mengenai landasan teori yang berkaitan dengan variabel penelitian, serta merumuskan hipotesis penelitian.
Bab III :
Metode Penelitian Bab ini menjelaskan mengenai desain penelitian, objek penelitian, indentifikasi variabel, definisi operasional variabel, jenis dan sumber data, populasi, sampel dan metode penentuan sampel, metode pengumpulan data serta teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian.
Bab IV :
Hasil Penelitian dan Pembahasan Bab ini menjelaskan mengenai gambaran umum perusahaan, deskripsi variabel penelitian, hasil analisis regresi logistik dan pembahasan hasil penelitian.
Bab V
:
Simpulan dan Saran Bab ini menyampaikan simpulan dari hasil penelitian yang diperoleh dari hasil analisis serta menyampaikan saran-saran sesuai dengan simpulan yang diperoleh dari hasil penelitian.