BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN
2.1
Kajian Pustaka 2.1.1 Auditing Mulyadi (2011: 9) mengartikan auditing sebagai suatu proses sistematik untuk memeroleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai kegiatan dan kejadian ekonomi dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan tersebut kepada pemakai yang berkepentingan. Audit menggambarkan suatu proses yang dikerjakan oleh orang-orang yang profesional, terlebih dahulu dengan menganalisis dan mengevaluasi informasi mengenai kelangsungan hidup suatu entitas dengan cara menggunakan spesifikasi teknik dan prosedur dengan tujuan untuk mendapatkan bukti-bukti yang akan digunakan untuk merumuskan sebuah pertanggungjawaban dan opini yang independen (Gheorghe, 2012). A Statement
of
Basic
Auditing
Concepts
(ASOBAC)
secara
umum
mendefinisikan auditing sebagai suatu proses yang sistematis untuk menghimpun dan mengevaluasi bukti-bukti secara objektif mengenai asersiasersi tentang berbagai tindakan dan kejadian ekonomi untuk menentukan tingkat kesesuaian antara asersi-asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditentukan dan menyampaikan hasilnya kepada para pemakai yang berkepentingan (Halim, 2008:1).
10
2.1.2 Teori Sikap dan Perilaku Sikap adalah keadaan dalam diri manusia yang menggerakan untuk bertindak, menyertai manusia dengan perasaan-perasaan tertentu dalam menanggapi objek yang terbentuk atas dasar pengalaman-pengalaman (Samsudin, 2009). Sikap menjadi suatu bentuk bagian dari pribadi individu yang membantu konsistensi perilaku. Para akuntan harus memahami sikap dalam rangka memahami dan memprediksi perilaku. Perilaku etis adalah perilaku yang sesuai dengan norma-norma sosial yang diterima secara umum, berhubungan dengan tindakan-tindakan yang yang bermanfaat dan membahayakan. Perilaku kepribadian merupakan karakteristik individu dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan, yang meliputi sifat, kemampuan, nilai, keterampilan, sikap, dan intelegensi yang muncul dalam pola perilaku seseorang. Dapat disimpulkan bahwa perilaku merupakan
perwujudan
karakteristik-karakterustik
seseorang
dalam
menyesuaikan diri dengan lingkungannya (Samsudin, 2009). Teori sikap dan perilaku yang dikembangkan oleh Triandis (1971), dipandang sebagai teori yang dapat mendasari untuk menjelaskan independensi. Teori tersebut menyatakan bahwa perilaku ditentukan untuk apa orang-orang ingin lakukan (sikap), apa yang mereka pikirkan akan mereka lakukan (aturan-aturan sosial), apa yang mereka bisa lakukan (kebiasaan) dan dengan konsekuensi perilaku yang mereka pikirkan. Sehubungan dengan penjelasan di atas, teori ini berusaha menjelaskan mengenai aspek perilaku manusia dalam suatu organisasi, khususnya akuntan
11
publik atau auditor yang meneliti bagaimana perilaku auditor dengan adanya faktor-faktor yang memengaruhi independensi auditor yang nantinya akan berdampak pada kualitas audit yang akan dihasilkan. 2.1.3 Tekanan Anggaran Waktu Fungsi anggaran waktu dalam KAP adalah untuk mengestimasi biaya audit, sebagai bahan untuk mengevaluasi kinerja auditor dan dapat digunakan untuk mengalokasikan staf ke masing-masing pekerjaan (Suryanita, dkk., 2006). Anggaran waktu sangat diperlukan oleh auditor untuk memenuhi permintaan klien agar dapat menyelesaikan pekerjaannya tepat waktu. Anggaran waktu juga dapat digunakan sebagai salah satu kunci keberhasilan auditor di masa mendatang. Apabila auditor tidak dapat menyelesaikan tugasnya tepat waktu, maka ia akan cenderung dinilai memiliki kinerja yang buruk oleh atasannya atau lebih susah untuk mendapatkan promosi (Indra, 2014). Menurut De Zoort (1998) tekanan anggaran waktu merupakan tekanan yang terjadi karena terbatasnya sumber daya yang dimiliki untuk menyelesaikan tugas. Ahituv (1998) menyatakan bahwa tekanan anggaran waktu akan ikut memengaruhi kinerja seseorang. McNamara (2008) mengatakan bahwa dalam kondisi yang tertekan auditor cenderung berperilaku dengan dua cara, yaitu fungsional dan disfungsional. Perilaku fungsional ditunjukan dengan bekerja keras, menggunakan teknik audit yang efisien, serta meminta tambahan anggaran waktu kepada atasan, sedangkan
12
perilaku disfungsional ditunjukan dengan cara melanggar standar-standar dan prinsip-prinsip akuntan publik yang dapat menurunkan kualitas audit. Anggaran waktu merupakan salah satu faktor utama yang menentukan keberhasilan KAP dalam melaksanakan audit. Anggaran waktu yang unrealistic tidak jarang dibuat oleh KAP dengan tujuan untuk mengurangi biaya audit dan bersaing dengan KAP lainnya. Hal tersebut memaksa auditor untuk menyelesaikan pekerjaannya dengan anggaran waktu yang tidak sebanding dengan tugas audit. Pelaksanaan audit dengan kondisi seperti ini tentu akan menghasilkan kualitas audit yang berbeda jika dibandingkan dengan pelaksanaan audit tanpa anggaran waktu. Guna menepati waktu yang telah dianggarkan, ada kemungkinan bagi auditor untuk mengabaikan prosedur audit yang semestinya dilakukan atau bahkan menghentikan prosedur audit tersebut (Lestari, 2010). 2.1.4 Intervensi Manajemen Klien Intervensi manajemen klien merupakan tekanan yang dilakukan oleh pihak manajemen klien selama proses pelaksanaan audit dengan tujuan untuk memengaruhi hasil pelaksanaan audit (Rimawati, 2011).
Triana (2010)
mengatakan selama melaksanakan tugasnya auditor akan selalu dihadapkan oleh dilema etika yang melibatkan beberapa pilihan, antara lain nilai-nilai yang bertentangan. Dilema etika yang dialami oleh auditor memberikan peluang bagi manajemen klien untuk menekan auditor sehingga ia dapat memengaruhi hasil audit agar sesuai dengan keinginannya. Tekanan yang diberikan oleh manajemen klien kepada auditor bisa secara halus maupun
13
kasar yang bertujuan untuk memengaruhi hasil pelaksanaan audit, seperti memberikan opini wajar tanpa pengeculian walaupun opini ini tidak sesuai dengan kondisi klien yang sesungguhnya (Prabowo, 2010). Guna menghadapi intervensi yang dilakukan oleh klien, maka seorang auditor dapat menggunakan pertimbangan profesionalnya yang berlandaskan pada nilai dan keyakinan individu serta kesadaran moral dalam setiap pengambilan keputusan.
Hal
tersebut
membuat
auditor
dapat
memertahankan
independensinya dan tidak mudah terpengaruh oleh klien. DeAngelo (1981) dalam Triana (2010) mengungkapkan KAP yang ukurannya lebih besar biasanya memiliki klien yang jumlahnya lebih banyak dibandingkan dengan KAP yang ukurannya lebih kecil. Selain sebagai sumber pendapatan, klien juga berguna sebagai tolak ukur perkembangan auditor, tetapi bagi KAP kecil yang hanya memiliki satu klien besar akan lebih mudah ditekan oleh kliennya dibandingkan dengan KAP yang memiliki banyak klien. Ketergantungan oleh klien yang dialami oleh KAP kecil membuat independensi yang dimiliki oleh KAP kecil lebih mudah berkurang dibandingkan dengan KAP besar yang tidak mengalami ketergantungan oleh klien. 2.1.5 Independensi Auditor Pihak manajemen klien dan para pengguna laporan keuangan memberikan kepercayaan kepada auditor untuk memeriksa laporan keuangan yang disajikan oleh pihak manajemen klien agar terhindar dari salah saji maupun kecurangan. Demi menjaga kepercayaan yang telah diberikan,
14
seorang auditor harus memertahankan sikap mental independennya agar dapat menghasilkan audit yang berkualitas sehingga laporan keuangan yang diaudit dapat berguna bagi pihak-pihak yang berkepentingan. Hal tersebut diatur dalam Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) yang telah ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia. Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) seksi 220 menyatakan bahwa independensi berarti tidak mudah dipengaruhi. Mulyadi (1998: 25) mendefinisikan independensi sebagai suatu sikap mental yang bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh pihak lain dan tidak bergantung kepada orang lain. Independensi auditor juga berarti cara pandang yang tidak memihak di dalam penyelanggagaraan pengujian audit, evaluasi hasil pemeriksaan, dan penyusunan laporan audit (Arens, 1993). Apabila dalam menjalankan tugasnya seorang auditor atau sebuah KAP gagal dalam menjaga independensinya, maka hal tersebut akan berdampak pada berkurangnya kepercayaan atau hilangnya kredibilitas masyarakat terhadap jasa audit profesi auditor independen (Nirmala, 2013). Higson (2003) menemukan apabila dalam melaksanakan tugasnya seorang auditor tidak independen , maka orang akan beranggapan bahwa audit yang dilakukan merupakan pekerjaan yang buang-buang waktu dan angka-angka yang terdapat di dalamnya menjadi tidak berarti. Independensi yang dimiliki oleh auditor akan berkurang apabila auditor menerima tekanan dari klien berupa tekanan personal, emosional dan keuangan. Audit fee dan fasilitas yang klien berikan, membuat klien menekan
15
auditor agar mau menuruti keinginannya. Klien dapat menekan auditor untuk memberikan opini wajar tanpa pengecualian pada laporan audit atas laporan keuangan yang disajikan oleh klien (Lestari, 2010). Tindakan yang dilakukan oleh klien tersebut membuat keterandalan laporan keuangan menjadi berkurang sehingga dapat menyesatkan para pengguna laporan keuangan. Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan di atas, independensi merupakan sikap yang harus dimiliki oleh auditor dalam menjalankan tugasnya. Sikap independen yang dimiliki auditor dapat memberikan penilaian yang senyatanya terhadap laporan keuangan yang diperiksa, selain itu dalam memberikan opininya, seorang auditor juga tidak perlu merasa terbebani oleh klien, sehingga dapat dipastikan laporan keuangan yang diperiksa oleh auditor bisa mencerminkan kondisi klien yang sesungguhnya. Halim (2008:50) mengungkapkan terdapat tiga aspek independensi, yaitu: 1) Independensi senyatanya (independence in fact), yaitu berkaitan akan objektivitas auditor. 2) Independensi
penampilan
(independence
in
appearance),
yaitu
pandangan dari pihak lain mengenai diri auditor sehubungan dengan pelaksanaan audit. 3) Independensi dari sudut keahlian (independence in competence), yaitu independen yang berkaitan dengan kompetensi atau kemampuan yang dimiliki auditor dalam melaksanakan serta menyelesaikan tugasnya.
16
2.1.6 Kualitas Audit Kualitas audit merupakan suatu keadaan dimana auditor akan menemukan dan melaporkan suatu pelanggaran dalam sistem akuntansi kliennya (DeAngelo, 1981) dalam Alim, dkk (2007). Seorang auditor diberikan tanggungjawab oleh klien dan para pengguna laporan keuangan untuk menemukan salah saji maupun kecurangan yang terkandung dalam laporan keuangan. Tanggung jawab tersebut membuat auditor dituntut untuk menghasilkan
laporan
keuangan
yang
berkualitas.
Auditor
dapat
menghasilkan audit yang berkualitas apabila ia memiliki kompetensi dalam menemukan kesalahan yang material dalam laporan keuangan dan sikap yang independen untuk melaporkan temuan salah saji yang terkandung dalam laporan keuangan. Secara tidak langsung kualitas audit merupakan sebuah jaminan yang diberikan oleh auditor bahwa laporan keuangan yang disusun dan disajikan oleh klien tidak mengandung kecurangan maupun salah saji yang material. DeAngelo (1981) dalam Coram, dkk (2004) menyatakan bahwa dengan melihat tingkat kepatuhan auditor dalam melaksanakan tahapan prosedur audit, maka kita bisa menilai kualitas audit yang dihasilkan. Simanjutak (2008) mengatakan kualitas audit berkaitan dengan kepatuhan auditor dalam mengikuti hal yang bersifat procedural untuk memastikan keterandalan laporan keuangan yang disajikan oleh klien.
17
2.2 Hipotesis Penelitian 2.2.1 Pengaruh Tekanan Anggaran Waktu terhadap Independensi Auditor Tujuan Kantor Akuntan Publik (KAP) membuat anggaran waktu adalah agar pelaksanaan audit dapat berjalan dengan efisien dan untuk bersaing dengan KAP lainnya. Anggaran waktu yang ketat membuat auditor merasa stres dan tertekan dalam menjalankan tugasnya (Nirmala, 2013). Keadaan yang tertekan tersebut seringkali membuat auditor untuk terlalu percaya terhadap presentasi klien tanpa menyelidikinya lebih lanjut dengan maksud untuk memersingkat waktu pelaksanaan audit (Indra, 2014). Perilaku demikian secara tidak langsung telah membuat auditor memihak kepada klien sehingga menyebabkan independensinya berkurang. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rimawati (2011) menunjukan bahwa independensi auditor dipengaruhi oleh tekanan anggaran waktu. Weningtyas (2006)
menunjukan bahwa tekanan anggaran waktu
memengaruhi independensi auditor, sehingga auditor akan melakukan penghentian prematur atas prosedur audit. Berdasarkan pemaparan di atas, diajukan rumusan hipotesis sebagai berikut. H1:
Tekanan anggaran waktu independensi auditor.
berpengaruh
negatif
terhadap
2.2.2 Pengaruh Intervensi Manajemen Klien terhadap Independensi Auditor Pihak manajemen klien melakukan intervensi kepada auditor ketika mereka sedang mengalami konflik. Konflik yang terjadi antara pihak
18
manajemen klien dengan auditor biasanya disebabkan karena mereka memiliki pendapat yang berbeda mengenai hasil pelaksanaan audit. Adapun salah satu cara yang dilakukan oleh pihak manajmen klien dalam melakukan intervensi terhadap auditor adalah dengan memengaruhi prosedur audit termasuk dalam memengaruhi hasil pelaksanaan audit, dan membuat auditor terpaksa untuk melanggar standar profesional akuntan. Tsu (1996) dalam Prabowo (2010) berpendapat bahwa Independensi auditor akan berkurang ketika dihadapkan konflik dengan kliennya. Konflik tersebut akan semakin runcing saat klien mulai melakukan intervensi kepada auditor, sehingga akan berdampak pada hasil pelaksanaan audit. Rimawati (2011) dan Triana (2010) menunjukan bahwa intervensi manajemen klien berpengaruh
negatif
dan
signifikan
terhadap
independensi
auditor.
Berdasarkan pemaparan di atas, diajukan rumusan hipotesis sebagai berikut. H2: Intervensi manajemen klien berpengaruh negatif terhadap independensi auditor. 2.2.3 Pengaruh Tekanan Anggaran Waktu pada Kualitas Audit Anggaran waktu yang ketat membuat auditor tidak dapat menyelesaikan seluruh prosedur audit yang seharusnya dilakukan (Nirmala, 2013). Keadaan tersebut membuat kualitas audit menjadi turun karena memungkinkan auditor untuk melakukan pengabaian terhadap prosedur audit yang seharusnya dilakukan, sehingga menghasilkan audit yang tidak sesuai dengan harapan. Sebagian auditor beranggapan bahwa tekanan anggaran waktu yang ketat
19
menjadi masalah yang signifikan bagi profesi akuntan publik, dan dapat mengakibatkan peningkatan turnover pada KAP (Kurnia dkk, 2014). Hasil penelitian Prasita dan Adi (2007), Setyorini (2011), Coram (2004), Muhshyi (2013), Ratih (2013) dan indra (2014) menunjukan bahwa tekanan anggaran waktu memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap kualitas audit. Berdasarkan pemaparan di atas, diajukan rumusan hipotesis sebagai berikut. H3: Tekanan anggaran waktu berpengaruh negatif pada kualitas audit. 2.2.4 Pengaruh Intervensi Manajemen Klien pada Kualitas Audit Intervensi yang dilakukan oleh pihak manajemen klien merupakan risiko yang harus dihadapi oleh akuntan publik dalam menjalankan tugasnya (Triana, 2010). Manajemen dari pihak klien melakukan intervensi dengan cara mengancam dan memberikan suap kepada auditor agar mau menuruti keinginannya (Prabowo, 2010). Pihak manajemen klien dapat mengancam auditor dengan cara mengganti posisi auditor dengan auditor lain dan memberikan suap kepada auditor agar bisa memengaruhi prosedur audit termasuk dalam memengaruhi pemberian opini yang tidak sesuai dengan kondisi klien yang sebenarnya. Intervensi yang dilakukan oleh pihak manajemen klien tersebut tentu saja akan menurunkan kualitas audit yang dihasilkan oleh auditor. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Harhinto (2004), Indah (2010) dan Wijayanti (2012) menunjukan bahwa intervensi manajemen klien
20
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kualitas audit. Berdasarkan pemaparan di atas, diajukan rumusan hipotesis sebagai berikut. H4: Intervensi manajemen klien berpengaruh negatif pada kualitas audit. 2.2.5 Pengaruh Independensi Auditor pada Kualitas Audit Independensi dapat diartikan sebagai suatu sikap yang tidak mudah dipengaruhi, oleh karenanya auditor tidak boleh memihak kepada siapa pun karena auditor bekerja untuk kepentingan umum. Hal tersebut mengharuskan auditor untuk menjaga dan memertahankan sikap independensi yang dimilikinya dalam menjalankan tugas profesionalnya. Auditor melakukan audit atas laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen dengan tujuan untuk meningkatkan kredibilitas laporan keuangan, sehingga pihak-pihak yang berkepentingan memiliki keyakinan dalam menggunakan laporan keuangan tersebut sebagai dasar untuk mengambil keputusan. Apabila auditor tidak independen dalam mengaudit laporan keuangan klien, maka kualitas audit yang dihasilkan tidak baik, dan dapat menyesatkan para pengguna laporan keuangan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Deis dan Giroux (1992), Mayangsari (2003), Caecello dan Nagy (2004), Francis (2004), Ratih (2013), Sari (2011), Ayu (2014) menunjukan bahwa independensi berpengaruh positif terhadap kualitas audit. Berdasarkan pemaparan di atas, diajukan rumusan hipotesis sebagai berikut. H5: Independensi berpengaruh positif pada kualitas audit.
21
2.2.6 Pengaruh Tekanan Anggaran Waktu dan Intervensi Manajemen Klien pada Kualitas Audit Melalui Independensi Auditor Independensi auditor merupakan hal yang erat kaitannya dengan tugas auditor, karena auditor hanya akan diperbolehkan mengaudit laporan keuangan apabila ia independen terhadap klien (SA seksi 201). Pada praktiknya ada beberapa hal yang membuat independensi auditor menjadi pudar, salah satunya adalah tekanan anggaran waktu dan intervensi manajemen klien. Apabila independensi auditor telah terpengaruh oleh kedua hal tersebut, maka akan berdampak pada menurunnya kualitas audit yang dihasilkan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Primastuti dan Suryandari (2014)
menunjukan
independensi
secara
bahwa parsial
variabel
tekanan
berpengaruh
anggaran
terhadap
Independensi dapat menjadi variabel intervening
waktu
kualitas
dan audit.
untuk pengaruh tidak
langsung tekanan anggaran waktu terhadap kualitas audit. Penelitian yang dilakukan oleh Tanzihah (2012) menunjukan bahwa intervensi manajemen klien secara langsung
berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap kualitas audit, dan pengaruh tidak langsungnya jika melewati independensi auditor terlebih dahulu memiliki pengaruh yang negatif pula. Berdasarkan pemaparan di atas, diajukan rumusan hipotesis sebagai berikut. H6: Tekanan anggran waktu dan intervensi manajemen klien berpengaruh pada kualitas audit melalui independensi auditor.
22