BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN
2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Pengertian Pengendalian Intern Pengendalian intern adalah suatu proses yang dipengaruhi oleh dewan komisaris, manajemen dan personil satuan usaha lainnya, yang dirancang untuk mendapat keyakinan memadai tentang pencapaian tujuan dalam hal-hal berikut seperti keandalan pelaporan keuangan, kesesuaian dengan undangundang dan peraturan yang berlaku serta efektivitas dan efisiensi operasi (Jusup, 2001:252). Menurut Mulyadi (2005:163) pengendalian intern meliputi struktur organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan organisasi, mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi, mendorong efisiensi dan mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen. Pengendalian intern adalah kebijakan dan prosedur-prosedur untuk menyediakan jaminan yang memadai bahwa tujuan-tujuan perusahaan dapat dicapai (Krismiaji, 2002:219). Menurut Agoes (2004:75), pengendalian intern adalah suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen dan personel lain entitas yang didesain untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga golongan tujuan berikut ini yaitu: (a) keandalan pelaporan keuangan,
10
(b) efektivitas dan efisiensi operasi, (c) kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku. Menurut Agoes dan Hoesada (2009:232) pengendalian intern berkaitan dengan proses-proses dan praktik-praktik dengan manajemen suatu organisasi berusaha untuk memastikan bahwa keputusan-keputusan dan aktivitasaktivitas yang disetujui benar-benar diambil dan dilaksanakan. Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa pengendalian intern adalah suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen dan personel lain yang dirancang untuk mendapat keyakinan memadai tentang pencapaian tujuan seperti keandalan pelaporan keuangan, kesesuaian dengan undang-undang dan peraturan yang berlaku serta efektivitas dan efisiensi operasi untuk mengamankan asset (harta perusahaan), mengecek keakuratan dan data akuntansi yang dapat dipercaya.
2.1.2 Konsep-Konsep Dasar Pengendalian Intern Menurut Hall (2009:181) konsep-konsep dasar pengendalian intern antara lain : 1. Pengendalian intern merupakan proses. Pengendalian intern merupakan suatu proses untuk mencapai tujuan tertentu, bukan tujuan itu sendiri. Pengendalian intern merupakan suatu rangkaian tindakan yang bersifat pervasif dan menjadi bagian tidak terpisahkan, bukan hanya sebagai tambahan dari infra struktur entitas.
11
2. Pengendalian intern dijalankan oleh orang. Pengendalian intern bukan hanya terdiri dari setiap jenjang organisasi, yang mencakup dewan komisaris, manajemen dan personal lain. 3. Pengendalian intern dapat diharapkan mampu memberikan keyakinan memadai, bukan keyakinan mutlak, bagi manajemen dan dewan komisaris entitas. Keterbatasan yang melekat dalam semua struktur pengendalian intern dan pertimbangan manfaat dan pengorbanan dalam pencapaian tujuan pengendalian menyebabkan pengendalian intern tidak dapat memberikan keyakinan mutlak. 4. Pengendalian intern ditujukan untuk mencapai tujuan yang saling berkaitan yaitu pelaporan keuangan, kepatuhan dan operasi. Berdasarkan pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa konsepkonsep dasar pengendalian intern terdiri dari empat hal yaitu pengendalian intern merupakan suatu proses, pengendalian intern dijalankan oleh manusia, pengendalian intern dapat diharapkan mampu memberikan keyakinan memadai dan bukan keyakinan mutlak serta pengendalian intern ditujukan untuk mencapai tujuan yang saling berkaitan yaitu pelaporan keuangan, kepatuhan dan operasi.
2.1.3
Unsur - Unsur Pengendalian Intern Menurut Bodnar
dan
Hopwood yang
Julianto (2006:129), "Proses Pengendalian Intern
12
diterjemahkan oleh suatu
organisasi
terdiri resiko,
dari
5 (lima)
elemen :
aktivitas pengendali,
pengawasan."
Menurut
Organization
(COSO)
Iingkungan pengendali, penaksiran informasi
pendapat yang
dan
komunikasi,
Committee dikutip
of
serta
Sponsoring
Azhar
(2008:96)
pengendalian intern memiliki 5 (lima) komponen, antara lain : 1) Lingkungan Pengendalian (Control Enviroment) Lingkungan
pengendalian
adalah
pembentukan
suasana
organisasi serta memberi kesadaran tentang perlunya pengendalian bagi suatu organisasi. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi lingkungan pengendalian antara lain : (1)
Integritas dan Nilai Etika Dalam rangka menekankan pentingnya integritas dan nilai etika diantara semua personel dalam organisasi, CEO dan anggota manajemen puncak lain harus : a.
Menentukan
atau
membentuk
suasana
melalui
teladan
integritas dan mempraktikan standar yang tinggi dari perilaku etis. b.
Mengkomunikasikan kepada semua karyawan, baik secara verbal maupun melalui pernyataan kebijakan tertulis dan kode etik perilaku.
13
c.
Memberikan bimbingan moral kepada karyawan yang memiliki latar belakang moral kurang baik yang telah mengakibatkan mereka tidak mempedulikan mana yang baik dan yang buruk.
d.
Mengurangi atau menghilangkan dorongan dan godaan yang dapat mengarahkan individu untuk melakukan tindakan yang tidak jujur, melawan hukum, atau tidak etis.
(2) Komitmen Terhadap Kompetensi Kompetensi adalah pengetahuan, keahlian, dan keterampilan yang diperlukan dan bauran dari intelegensi, pelatihan, dan pengalaman
untuk
Komitmen
terhadap
menyelesaikan kompetensi
tugas
yang
mencakup
dibebankan. pertimbangan
manajemen atas tingkat kompetensi untuk pekerjaan tertentu dan bagaimana tingkat kompetensi tersebut diterjemahkan ke dalam persyaratan keterampilan dan pengetahuan. (3) Partisipasi Dewan Direksi dan Komite Audit Komposisi dewan direksi dan komite audit dan cara mereka melaksanakan tanggung jawab atas kekuasaan dan kekeliruan memiliki dampak besar terhadap lingkungan pengendalian. Faktorfaktor yang mempengaruhi efektivitas dari dewan direksi dan komite audit termasuk independensi mereka dari manajemen, yang berhubungan dengan proporsi direksi dari luar perusahaan, pengalaman dan status dari anggota, sifat dan luasnya pengaman
14
mereka, tingkat dimana mereka memberikan dan mencari pertanyaan yang sulit dengan manajemen serta sifat dan luasnya interaksi mereka dengan auditor internal dan auditor eksternal. (4) Filosofi dan Gaya Operasi Manajemen Falsafah dan gaya operasi manajemen menjangkau rentang karakteristik yang luas. Beberapa karakteristik tersebut dapat meliputi antara lain : a. Pendekatan manajemen dalam mengambil dan memantau risiko usaha. b. Mengandalkan pada pertemuan informal secara langsung dengan manajer kunci dibandingkan dengan sistem formal dalam kebijakan tertulis, indikator kinerja, dan laporan pengecualian. c. Sikap dan tindakan terhadap pelaporan keuangan. d. Upaya manajemen untuk mencapai anggaran, laba serta tujuan bidang keuangan sasaran operasi lainnya. e. Konservatif
dan
agresif
dalam
pemilihan
prinsip-prinsip
akuntansi yang tersedia, maupun dalam mengembangkan estimasi akuntansi. f. Kesadaran dan pemahaman terhadap risiko yang berhubungan dengan teknologi informasi (5) Struktur Organisasi
15
Struktur organisasi berkontribusi terhadap kemampuan suatu entitas untuk memenuhi tujuan dengan menyediakan kerangka kerja menyeluruh atas perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, dan pemantauan aktivitas suatu entitas. Suatu struktur organisasi meliputi pertimbangan bentuk dan sifat-sifat unit-unit organisasi entitas, termasuk organisasi pengolahan data serta hubungan fungsi manajemen yang berkaitan dengan pelaporan. (6) Penetapan Wewenang dan Tanggung jawab Metode penetapan wewenang dan tanggung jawab meliputi pertimbangan atas : a. Kebijakan entitas mengenai berbagai masalah seperti praktik usaha yang dapat diterima, konflik kepentingan, dan aturan perilaku. b. Penetapan tanggung jawab dan delegasi wewenang untuk menangani masalah seperti maksud dan tujuan organisasi, fungsi operasi dan persyaratan instansi yang berwenang. c. Uraian tugas jabatan pegawai yang menegaskan tugas-tugas spesifik, hubungan pelaporan dan kendala. d. Dokumentasi sistem computer yang menunjukkan prosedur untuk persetujuan transaksi dan perubahan sistem. e. Kebijakan dan praktik sumber daya manusia. Praktik dan kebijakan karyawan berkaitan dengan pemekerjaan orientasi,
16
pelatihan, evaluasi,
bimbingan, promosi,
dan pemberian
kompensasi, serta tindakan perbaikan. 2) Penilaian Risiko Penilaian risiko merupakan kegiatan
yang dilakukan oleh
manajemen dalam mengidentifikasi dan menganalisis resiko yang menghambat perusahaan mencapai tujuannya. Risiko dapat timbul atau berubah karena keadaan berikut (Drs. Amin Widjaja Tunggal, 2010:196) : (1) Perubahan dalam lingkungan operasi Perubahan dilingkungan eksternal organisasi antara lain perubahan situasi politik, ekonomi, sosial, serta lingkungan dalam persaingan yang sangat ketat. Perubahan situasi internal organisasi meliputi visi, misi, strategi, struktur organisasi, dan teknologi. Oleh karena itu, perlu adanya penilaian risiko atas hal ini agar organisasi harus mengetahui bagian-bagian organisasi yang harus di ubah agar tetap dapat bertahan dalam lingkungan yang terus berubah. (2) Personel baru Adanya personel baru dalam perusahaan dapat merubah kinerja perusahaan, perubahan positif adapun perubahan negatif. Perubahan positif tercapai apabila personel baru tersebut bekerja dengan baik dan sesuai dengan acuan yang ada, dan sebaliknya perubahan negatif terjadi apabila personel baru tersebut tidak dapat bekerja sesuai standar yang telah di tetapkan.
17
(3) Sistem informasi yang baru atau yang diperbaiki Dalam perusahaan dibutuhkan sistem informasi untuk membantu kinerja manajemen dalam proses bisnis yang diterapkan maupun dalam proses pembukuan. Apabila terjadi pembaharuan sistem ataupun ada sistem yang rusak, maka perusahaan perlu melakukan persiapan yang memadai agar tidak menganggu kegiatan perusahaan. (4) Restrukturisasi korporasi Perubahan yang terjadi dalam restrukturisasi korporasi dapat berpengaruh pada kinerja manajemen karena kebijakan yang akan diterapkan dalam strukturisasi baru dengan strukturisasi yang lama. Oleh karena itu perlu diperhatikan untuk penilaian risiko selanjutnya. 3) Informasi dan Komunikasi Komunikasi mencakup penyampaian informasi kepada semua personel yang terlibat dalam pelaporan keuangan tentang bagaimana akivitas mereka berkaitan dengan pekerjaan orang lain, baik yang berada di dalam maupun di luar perusahaan. Sistem informasi yang relavan dengan tujuan pelaporan keuangan, yang mencakup sistem akuntansi, terdiri atas metode dan catatan yang dibangun untuk mencatat, mengolah, meringkas, dan melaporkan transaksi entitas (baik peristiwa maupun kondisi) dan untuk memelihara akuntanbilitas bagi asset, utang, dan ekuitas yang bersangkutan.
18
Kualitas informasi yang dihasilkan dari sistem tersebut berdampak terhadap kemampuan manajemen untuk membuat keputusan semestinya dalam mengendalikan aktivitas entitas dan menyiapkan laporan keuangan yang andal. Komunikasi yang mencakup penyediaan suatu pemahaman tentang peran dari tanggung jawab individual berkaitan dengan pengendalian internal terhadap pelaporan keuangan. 4)
Aktivitas Pengendalian Aktivitas pengendalian merupakan kebijakan dan prosedur yang membantu memastikan bahwa perintah manajemen telah dilaksanakan. Aktivitas pengendalian meliputi review terhadap sistem pengendalian, pemisahan
tugas,
dan
pengendalian
terhadap
sistem
informasi.
Pengendalian terhadap informasi meliputi dua cara yaitu General controls, mencakup kontrol terhadap akses, perangkat lunak dan system development dan Application Controls, mencakup pencegahan dan deteksi transaksi yang tidak terotorisasi. Berfungsi untuk menjamin completeness, accuracy, authorization and validity dari proses transaksi. 5) Pemantauan (Monitoring) Pemantauan (monitoring) adalah proses penentuan kualitas kinerja pengendalian internal sepanjang waktu. Pemantauan ini mencakup penentuan desain dan operasi pengendalian tepat waktu dan pengambilan tindakan koreksi. Proses ini dilaksanakan melalui kegiatan yang berlangsung secara terus menerus, evaluasi secara terpisah, atau dengan
19
berbagai kombinasi dari keduanya (Abdul Halim, 2008 : 218). Aktivitas pemantau dapat mencakup penggunaan informasi dari komunikasi dengan pihak luar seperti keluhan pelanggan dan komentar dari badan yang dapat memberikan petunjuk tentang masalah atau bidang yang memerlukan perbaikan. Berdasarkan pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa unsurunsur pengendalian intern terdiri dari lima komponen yaitu lingkungan pengendalian, perhitungan risiko, aktivitas pengendalian, informasi dan komunikasi serta pengawasan (monitoring).
2.1.4 Keterbatasan Pengendalian Intern Menurut Jusuf (2001:254) keterbatasan dalam pengendalian intern antara lain : 1. Kesalahan dalam pertimbangan. Seringkali manajemen melakukan pertimbangan yang kurang matang dalam pengambilan keputusan bisnis atau dalam melakukan tugas-tugas rutin karena kekurangan informasi, keterbatasan waktu atau penyebab lainnya. 2. Kemacetan Kemacetan pada pengendalian yang telah berjalan bisa terjadi karena petugas salah mengerti dengan instruksi atau kelelahan. Perpindahan
20
personil sementara atau tetap atau perubahan sistem atau prosedur bisa juga mengakibatkan kemacetan. 3. Kecurangan Kecurangan atau persekongkolan yang dilakukan oleh seorang pegawai dengan pegawai lainnya atau dengan pelanggan bisa tidak terdeteksi oleh struktur pengendalian intern. 4. Pelanggaran oleh manajemen Manajemen bisa melakukan pelanggaran atas kebijakan untuk tujuan yang tidak sah, seperti keuntungan pribadi, membuat laporan keuangan menjadi lebih baik. Misalnya, membuat laba bersih lebih tinggi agar mendapatkan bonus tinggi. 5. Biaya dan manfaat Biaya penyelenggaraan suatu struktur pengendalian intern seyogyanya tidak melebihi manfaat yang akan diperoleh dari penerapan pengendalian intern tersebut. Oleh karena itu, walaupun pengendalian untuk sesuatu hal diperlukan, namun kadang-kadang tidak diterapkan oleh perusahaan, karena biaya penyelenggaraan atau pengorbanannya tidak sepadan dengan manfaatnya. Berdasarkan uraian mengenai keterbatasan pengendalian intern di atas dapat disimpulkan bahwa keterbatasan pengendalian intern terdiri dari kesalahan dalam pertimbangan, kemacetan, kolusi, pelanggaran oleh manajemen serta biaya dan manfaat.
21
2.1.5 Tujuan Pengendalian Intern Menurut Sukrisno Agus (2004:75) terdapat 3 (tiga) tujuan dari pengendalian intern yaiu : 1. Keandalan pelaporan keuangan. Keandalan pelaporan keuangan yang dimaksud adalah penyajian laporan keuangan yang sesuai dengan prinsip akuntansi serta menghindari timbulnya kecurangan dalam penyusunan laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan ringkasan kegiatan keuangan perusahaan serta informasi mengenai keuangan perusahaan apakah perusahaan berada dalam kondisi surplus atau defisit. 2. Efektivitas dan efisiensi operasi. Dengan diterapkannya pengendalian intern yang baik dan dipatuhi akan tercapai efektivitas dan efisiensi operasi. Pengelolaan keuangan koperasi yang sesuai dengan pengendalian intern tidak terlepas dari kompetensi dan kewirausahaan pengelola dalam menjalankan praktekpraktek yang sehat dalam usahanya. 3. Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku. Dengan dipatuhinya pengendalian intern menjamin dipatuhinya kebijakan dan peraturan yang berlaku. Menghindari ketidaksesuaian pelaksanaan dengan praktek dan operasional perusahaan.
2.1.6 Pengertian Efektivitas
22
Menurut Mardiasmo (2009:134) efektivitas adalah ukuran berhasil tidaknya suatu organisasi mencapai tujuannya. Apabila suatu organisasi berhasil mencapai tujuan maka organisasi tersebut dikatakan telah berjalan dengan efektif. Hal terpenting yang perlu dicatat adalah bahwa efektivitas tidak menyatakan tentang berapa besarnya biaya yang telah dikeluarkan untuk mencapai tujuan tersebut. Biaya boleh melebihi apa yang telah dianggarkan boleh jadi dua kali lebih besar atau mungkin tiga kali lebih besar daripada yang telah dianggarkan Efektivitas hanya melihat apakah suatu program atau kegiatan telah mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa efektivitas adalah suatu keadaan yang menyatakan keberhasilan dalam melakukan suatu kegiatan yang sesuai dengan tujuan yang ditetapkan. Semakin tinggi ouput yang dapat dikontribusikan terhadap tujuan maka kegiatan tersebut dilakukan semakin efektif
2.1.7 Pengertian Koperasi Simpan Pinjam Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum. Setiap koperasi yang ada harus melandasakan seluruh kegiatannya pada prinsip koperasi serta asas kekeluargaan untuk meningkatkan gerakan ekonomi rakyat. Koperasi simpan pinjam adalah koperasi yang kegiatan atau jasa utamanya menyediakan jasa penyimpanan dan peminjaman untuk anggotanya. Usaha simpan pinjam yang dimaksud adalah menerima surflus financial dari masyarakat dan menyalurkannya bagi masyarakat yang
23
berada pada posisi defisit financial. Bentuk simpanan tersebut berupa tabungan dan deposito. Sedangkan bentuk pinjaman tersebut adalah berupa kredit. Adapun pengertian dari simpanan yang berupa tabungan dan deposito serta pinjaman yang berupa kredit adalah sebagai berikut adalah menurut Undang-undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan menguraikan : 1. Simpanan adalah penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat tertentu yang disepakati tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro dan atau alat lainnya yang dipersamakan dengan itu. 2. Deposito adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian nasabah penyimpan dengan bank. 3. Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi hutangnya setelah jangka waktu tetentu dengan pemberian bunga. Pengertian lain menyatakan kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil (Kasmir,2008:102). Dalam peraturan perundang-undangan Indonesia telah diatur tentang tujuan koperasi berdasarkan Pasal 3 UU No.25 Tahun 1992, tujuan koperasi yaitu:
24
1. Memajukan kesejahteraan anggota koperasi dan masyarakat (promote the welfare of members of cooperatuves and community). 2. Turut serta dalam membangun tatanan perekonomian nasional (participate in building a national economic order) dalam rangka mewujudkan masyarakat yang makmur, adil dan maju dengan tetap berlandaskan pada Pancasila dan UUD 1945. Undang-undang Koperasi Terbaru No.17 Tahun 2012 menggantikan Undang-Undang No.25 Tahun 1992 menguraikan revisi Undang-Undang No.25 tahun 1992 dengan dasar pengembangan dan pemberdayaan koperasi nasional dalam kebijakan emerintah selayaknya mencerminkan nilai dan prinsip perkoperasian sebagai wadah usaha bersama untuk memenuhi aspirasi dan kebutuhan para anggotanya. Ada enam substansi penting yang harus disosialisasikan kepada masyarakat dan gerakan koperasi yang dirumuskan bersama anatara Kementerian Koperasi dan UKM, Kementerian Hukum dan Ham, serta Dewan Perwakilan Rakyat yaitu sebagai berikut : 1. Nilai-nilai luhur bangsa Indonesia yang tertuang di dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, menjadi dasar penyelarasan bagi rumusan nilai-nilai dan prinsip-prinsip koperasi sesuai dengan hasil kongres International Cooperative Alliance (ICA) 2. Untuk mempertegas legalitas koperasi sebagai badan hukum maka pendirian koperasi harus melalui fakta otentik. Pemberian status dan pengesahan
25
perubahan anggaran dasar merupakan wewenang dan tanggung jawab Menteri. 3. Dalam hal permodalan dan selisih hasil usaha telah disepakati rumusan modal awal Koperasi serta penyisihan dan pembagian cadangan modal. Modal koperasi terdiri dari setoran pokok dan sertifikat modal koperasi sebagai modal awal. Selisih hasil usaha yang meliputi surplus hasil usaha dan defisit hasil usaha, pengaturannya dipertegas dengan kewajiban penyisihan kecadangan modal serta pembagian kepada yang berhak. 4. Ketentuan mengenai Koperasi Simpan Pinjam (KSP) mencakup pengelolaan maupun penjaminannya. Koperasi simpan pinjam ke depannya hanya dapat menghimpun simpanan dan menyalurkan pinjaman kepada anggota. koperasi simpan pinjam harus berorientasi pada pelayanan pada anggota, sehingga tidak lagi dapat disalahgunakan pemodal yang berbisnis dengan badan hukum koperasi. Unit simpan pinjam koperasi dalam waktu 3 (tiga) tahun wajib berubah menjadi KSP yang merupakan badan hukum koperasi tersendiri. Selain itu, untuk menjamin simpanan anggota KSP diwajibkan menjaminkan simpanan anggota. Dalam kaitan ini pemerintah diamanatkan membentuk Lembaga Penjamin Simpanan Anggota Koperasi Simpan Pinjam (LPS-KSP) melalui Peraturan Pemerintah (PP). Hal ini dimaksudkan sebagai bentuk keberpihakan pemerintah yng sangat fundamental dalam pemberdayaan koperasi sehingga koperasi dapat meningkatkan kepercayaan anggota untuk menyimpan dananya di koperasi.
26
5. Pengawasan dan pemeriksaan terhadap koperasi akan lebih diitensifkan. Dalam kaitan ini pemerintah juga diamanatkan untuk membentuk Lembaga Pengawas Koperasi Simpan Pinjam (LP-KSP) yang bertanggung jawab kepada Menteri melalui peraturan pemerintah. 6. Dalam rangka pemberdayaan koperasi, gerakan koperasi didorong membentuk suatu lembaga yang mandiri dengan menghimpun iuran dari anggota serta membentuk dana pembangunan, sehingga pada suatu saat nanti. Dewan Koperasi Indonesia (DEKOPIN) akan dapat sejajar dengan organisasi koperasi di negara-negara lain, yang mandiri dapat membantu koperasi dan anggotanya. Adapun
tujuan
dari
koperasi
simpan
pinjam
adalah
untuk
mengembangkan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya. Koperasi simpan pinjam memiliki tujuan untuk mendidik anggotanya hidup hemat serta menambah pengetahuan anggota tentang perkoperasian dan mencegah para anggotanya terlibat dengan kaum lintah darat atau rentenir yang menawarkan bunga lebih besar di luar dari ketentuan standar bunga pinjaman. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa koperasi simpan pinjam adalah salah satu badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum yang dalam melaksanakan kegiatannya berlandaskan atas asas kekeluargaan untuk meningkatkan kegiatan ekonomi rakyat, dimana dalam
27
kegiatan usahanya adalah memberikan jasa penyimpanan dan peminjaman dana baik kepada anggota ataupun masyarakat. 2.2
Pembahasan Hasil Penelitian Sebelumnya Banyak penelitian yang membahas terkait pengendalian intern suatu perusahaan antara lain Lukyta (2014), meneliti tentang pengaruh stuktur pengendalian intern terhadap pengembalian kredit pada koperasi di Kota Denpasar. Kesimpulan dari penelitian ini adalah berdasarkan uji statistik F dengan tarif signifikansi 5% bahwa variabel lingkungan pengendalian, penilaian risiko, informasi dan komunikasi, aktivitas pengendalian, dan pemantauan secara simultan berpengaruh signifikan terhadap kelancaran pengembalian kredit pada koperasi simpan pinjam di Kota Denpasar. Hasil uji statistik t menunjukkan bahwa variabel lingkungan pengendalian dan informasi komunikasi
berpengaruh
positif
secara
parsial
terhadap
kelancaran
peengembalian kredit pada koperasi simpan pinjam di Kota Denpasar. Sedangkan variabel penilaian risiko, aktivitas pengendalian, dan pemantauan menunjukkan variabel tersebut tidak berpengaruh terhadap kelancaran pengembalian kredit. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh penerapan penilaian risiko, aktivitas pengendalian, dan pemantauan di dalam koperasi simpan pinjam di Kota Denpasar dalam kondisi sudah baik Penelitian Purdanti (2014) yang berjudul pengaruh tingkat pendidikan karyawan terhadap kualitas sistem pengendalian intern pada koperasi serba usaha menggunakan analisis regresi linier sederhana untuk mengukur variabel
28
bebas yaitu tingkat pendidikan terhadap variabel terikat yaitu kualitas sistem pengendalian intern. Penelitian menarik kesimpulan bahwa tingkat pendidikan karyawan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas sistem pengendalian intern pada Koperasi Serba Usaha di Kecamatan Tegalalang ditunjukkan dengan nilai thitung = 10.681 > ttabel = 1.670 atau p-value = 0,000 < α = 0,05 dengan besar pengaruh tingkat pendidikan karyawan terhadap kualitas sistem pengendalian intern adalah 64,4% dilihat dari (R2) sebesar 0,644. Putri (2014) meneliti tentang pengaruh efektivitas struktur pengendalian intern terhadap kinerja perkreditan pada bank perkreditan rakyat di Kota Denpasar menarik kesimpulan bahwa struktur pengendalian intern BPR di Kota Denpasar telah dilakukan dengan baik dan berada pada kriteria kreatif. Hasil pengujian secara simultan menunjukkan bahwa lingkungan pengendalian, informasi dan komunikasi, serta pemantauan berpengaruh signifikan terhadap kinerja perkreditan, sedangkan penaksiran risiko dan aktivitas pengendalian tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja perkreditan pada BPR di Kota Denpasar. Arya (2011) meneliti tentang pengaruh tingkat kepatuhan struktur pengendalian intern pada efisiensi usaha Koperasi Simpan Pinjam di Kabupaten Badung menarik kesimpulan bahwa Struktur pengendalian intern berpengaruh secara signifikan terhadap efisiensi usaha baik secara serempak maupun parsial. Penelitian Parno (2005) yang berjudul pengaruh efektivitas sistem pengendalian intern terhadap keberhasilan usaha Koperasi Pegawai Republik
29
Indonesia (KPRI) di Kota Semarang menggunakan model analisis linier berganda menarik kesimpulan bahwa keberhasilan usaha KPRI di Kota Semarang dipengaruhi oleh efektivitas sistem pengendalian intern. Eny (2005) meneliti tentang pengaruh penerapan struktur pengendalian intern terhadap efisiensi pada koperasi simpan pinjam di Kota Denpasar. Dalam penelitian ini struktur pengendalian intern dinyatakan sebagai variabel bebas (X) dan efisiensi sebagai variabel terikat (Y). Kesimpulannya adalah struktur pengendalian intern berpengaruh signifikan terhadap efisiensi pada koperasi simpan pinjam di Kota Denpasar. Tabel 2.1 Ringkasan Hasil Penelitian Sebelumnya No. Peneliti 1. Pengaruh struktur pengendalian intern terhadap kelancaran pengembalian kredit pada koperasi simpan pinjam di Kota Denpasar (Lukyta Saraswati, 2014)
Variabel Struktur pengendalian intern, pengembalian kredit
2.
Variabel bebas adalah tingkat pendidikan karyawan dan variabel terikatnya adalah kualitas sistem pengendalian intern
Pengaruh tingkat pendidikan karyawan terhadap kualitas sistem pengendalian intern pada koperasi serba usaha (Purdanti, Metriana, Artana,
Model Analisis Hasil Penelitian Analisis Linier variabel lingkungan berganda dengan pengendalian, uji asumsi klasik penilaian risiko, informasi dan komunikasi, aktivitas pengendalian, dan pemantauan secara simultan berpengaruh signifikan terhadap kelancaran pengembalian kredit pada koperasi simpan pinjam Kota Denpasar Analisis regresi Kesimpulannya adalah linier sederhana tingkat pendidikan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas sistem pengendalian intern pada Koperasi Serba Usaha (KSU) di kecamatan tegalalang
30
2014) 3.
4.
5.
Pengaruh efektivitas struktur pengendalian intern terhadap kinerja perkreditan pada Bank Perkreditan Rakyat di Kota Denpasar (Putri Oceana Maharani, 2014)
Lingkungan Regresi pengendalian, berganda penaksiran risiko, aktivitas pengendalian, informasi dan komunikasi, pemantauan, kinerja perkreditan.
linier Struktur pengendalian intern pada BPR di Kota Denpasar telah dilakukan dengan baik dan berada pada kriteria efektif. Hasil pengujian secara simultan menunjukkan bahwa lingkungan pengendalian, informasi dan komunikasi, serta pemantauan berpengaruh signifikan terhadap kinerja perkreditan, sedangkan penaksiran risiko dan aktivititas pengendalian tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja perkreditan pada BPR di Kota Denpasar Pengaruh tingkat Variabel Analisis regresi Struktur pengendalian kepatuhan dependen linier berganda intern berpengaruh struktur adalah efisiensi secara signifikan pengendalian usaha dan terhadap efisiensi intern pada variabel usaha baik secara efisiensi usaha independen serempak maupun Koperasi Simpan adalah struktur parsial. Pinjam di pengendalian Kabupaten intern Badung (I Kadek Arya Dwipayana, 2011) Pengaruh Variabel bebas Analisis linier Kesimpulan dari efektivitas sistem yang berganda peneelitian ini adalah pengendalian digunakan keberhasilan usaha intern terhadap keberhasilan KPRI di Kota keberhasilan usaha dan Semarang dipengaruhi usaha Koperasi variabel oleh efektivitas sistem
31
PegawaiRepublik Indonesia (KPRI) di Kota Semarang (parno, 2005) Penerapan struktur pengendalian intern terhadap efisiensi pada koperasi simpan pinjam di Kota Denpasar (Eny Purwanti, 2005)
6.
2.3
terikatnya adalah sistem pengendalian intern Variabel Analisis regresi dependen yang linier berganda digunakan adalah efisiensi usaha dan variabel independennya adalah stuktur pengendalian intern yang terdiri dari lingkungan pengendalian, sistem akuntansi, dan prosedur pengendalian
pengendalian intern
Struktur pengendalian intern berpengaruh signifikan terhadap efisiensi usaha baik secara serempak maupun parsial.
Kerangka Pemikiran Koperasi simpan pinjam merupakan salah satu jenis koperasi yang memberikan jasa penyimpanan dan peminjaman dana kepada anggota ataupun masyarakat. Dalam pelaksanaan kegiatannya dibutuhkan manajemen yang baik dan tepat dalam pengelolaan dana yang diterima atau yang akan disalurkan kepada anggota ataupun kepada masyarakat. Manajemen yang baik dan tepat maksudnya adalah pengelolaan dan yang diterima dan yang akan disalurkan terhindar dari tindakan penyelewengan atau kecurangan maka dibutuhkan adanya suatu alat yang dapat memberikan masukan ataupun dijadikan pedoman dalam melaksanakan usahanya. Pedoman yang dimaksud adalah pengendalian intern. Adapun unsur-unsur pengendalian
32
intern terdiri dari lima komponen yaitu lingkungan pengendalian, penilaian risiko, aktivitas pengendalian, informasi dan komunikasi serta pengawasan (monitoring). Dalam penelitian ini, tingkat kepatuhan pengendalian intern pada efektivitas usaha diukur dari lima unsur pengendalian intern. Adapun lima unsur pengendalian tersebut terdiri dari lingkungan pengendalian, perhitungan risiko, aktivitas pengendalian, informasi dan komunikasi serta pengawasan. Dalam penelitian ini terdapat menggunakan dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah lingkungan pengendalian (X1), penilaian risiko (X2), aktivitas pengendalian (X3), informasi dan komunikasi (X4) dan pengawasan (X5). Sedangkan variabel terikat dalam penelitian ini adalah efektivitas usaha (Y). Adapun gambar kerangka penelitiannya adalah sebagai berikut :
33
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran Pengaruh Tingkat Kepatuhan Pengendalian Intern Pada Efektivitas Usaha Koperasi Simpan Pinjam Di Kota Denpasar
Lingkungan Pengendalian (X1)
Penilaian Risiko (X2)
Aktivitas Pengendalian (X3)
Efektivitas Usaha (Y)
Informasi Dan Komunikasi (X4)
Pengawasan (X5)
Berdasarkan gambar kerangka pemikiran, maka penelitian ini mengkaji pengaruh variabel sebagai berikut : H1 : Pengaruh lingkungan pengendalian (X1) terhadap efektivitas usaha (Y) koperasi simpan pinjam di kota Denpasar. H2 : Pengaruh penilaian risiko (X2) terhadap efektivitas usaha (Y) koperasi simpan pinjam di kota Denpasar .
34
H3 : Pengaruh aktivitas pengendalian (X3) terhadap efektivitas usaha (Y) koperasi simpan pinjam di kota Denpasar. H4 : Pengaruh informasi dan komunikasi (X4) terhadap efektivitas usaha (Y) koperasi simpan pinjam di kota Denpasar. H5 : Pengaruh pengawasan (X5) terhadap efektivitas usaha (Y) koperasi simpan pinjam di kota Denpasar. 2.4
Hipotesis Penelitian Pengendalian intern adalah suatu proses yang dipengaruhi oleh dewan komisaris, manajemen dan personil satuan usaha lainnya, yang dirancang untuk mendapat keyakinan memadai tentang pencapaian tujuan dalam hal-hal berikut seperti keandalan pelaporan keuangan, kesesuaian dengan undang-undang dan peraturan yang berlaku serta efektivitas dan efisiensi operasi (Jusuf, 2001:252). Pengendalian intern memiliki peranan penting dalam pelaksanaan kegiatan operasional koperasi simpan pinjam. Pelaksanaan yang tepat dan baik akan memberikan kontribusi yang baik bagi koperasi dalam pelaksanaan kegiatan
usaha
koperasi
serta
menghindari
tindak
kecurangan
dan
penyelewengan oleh pihak-pihak tertentu. Adapun unsur-unsur pengandalian intern yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan kegiatan usaha koperasi simpan
pinjam
guna
mencapai
efektivitas
usaha
adalah
lingkungan
pengendalian, perhitungan risiko, aktivitas pengendalian, informasi dan komunikasi serta pengawasan. Maka dari itu yang menjadi rumusan hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
35
1. Pengaruh Lingkungan Pengendalian Terhadap Efektivitas Usaha Koperasi Simpan Pinjam Di Kota Denpasar Azhar (2008:96) menyatakan bahwa lingkungan pengendalian adalah pembentukan suasana organisasi serta memberi kesadaran tentang perlunya pengendalian bagi suatu organisasi. Faktor yang membentuk lingkungan pengendalian dalam suatu organisasi adalah nilai integritas dan etika, kompetensi, filosofi dan gaya manajemen, struktur organisasi, pembagian wewenang dan pembebanan tanggung jawab, kebijakan, praktek sumber daya manusia, kepentingan terhadap kesejahteraan organisasi, fungsi dewan direksi dan dewan komite audit. Arya (2011) menunjukkan bahwa lingkungan pengendalian berpengaruh signifikan pada efisiensi usaha Koperasi Simpan Pinjam, dimana semakin baik struktur pengendalian intern yang diterapkan maka efisiensi usaha akan semakin meningkat. Hubungan dari lingkungan pengendalian terhadap efektivitas usaha akan dinilai dari indikator lingkungan pengendalian. Adapun indikator dari lingkungan pengendalian adalah : 1. Falsafah manajemen dan gaya operasi 2. Struktur organisasi 3. Dewan komisaris dan komite audit 4. Kebijakan dan praktik tentang sumber daya manusia
36
Berdasarkan uraian tentang lingkungan pengendalian intern di atas maka yang menjadi rumusan hipotesis dalam penelitian ini adalah : H1
: Lingkungan pengendalian berpengaruh positif terhadap efektivitas usaha koperasi simpan pinjam di kota Denpasar.
2. Pengaruh Penilaian Risiko Pada Efektivitas Usaha Koperasi Simpan Pinjam Di Kota Denpasar Jusuf (2001) menguraikan bahwa penilaian risiko untuk tujuan pelaporan keuangan adalah identifikasi, analisis dan pengelolaan risiko suatu perusahaan berkenaan dengan penyusunan laporan keuangan yang disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi berlaku umum. Arya (2011) menunjukkan bahwa penilaian risiko berpengaruh signifikan pada efisiensi usaha Koperasi Simpan Pinjam. Penelitian Anindita (2006) menunjukkan penilaian risiko dilakukan untuk mengurangi risiko yang dapat timbul dari perubahan keadaan seperti hukum dan peraturan baru, perubahan sistem informasi dan komunikasi, dan lain-lain yang sedikit banyak akan berpengaruh terhadap pencapaian rencana kerja. Dalam hal ini, untuk mengetahui hubungan antara penilaian risiko dengan pengendalian intern adalah dikaji dengan indikator penilaian risiko yaitu kesesuaian laporan keuangan koperasi simpan pinjam dengan prinsip akuntansi yang berlaku.
37
Berdasarkan uraian mengenai peniaian risiko di atas maka yang menjadi rumusan hipotesis dalam penelitian ini adalah : H2 :
Penilaian risiko berpengaruh positif terhadap efektivitas usaha koperasi simpan pinjam di kota Denpasar.
3. Pengaruh Aktivitas Pengendalian Pada Efektivitas Usaha Koperasi Simpan Pinjam Di Kota Denpasar Azhar (2008:96) menguraikan bahwa kebijakan dan prosedur yang membantu memastikan bahwa petintah manajemen telah dilaksanakan. Aktivitas pengendalian meliputi review terhadap sistem pengendalian, pemisahan tugas, dan pengendalian terhadap sistem informasi. Arya (2011) menunjukkan bahwa aktivitas pengendalian berpengaruh secara signifikan terhadap efisiensi usaha. Untuk mengetahui hubungan dari aktivitas pengendalian intern dengan efektivitas usaha, peneliti mengkaji dengan menggunakan indikator berupa kebijakan dan prosedur yang diterapkan oleh koperasi apakah memberikan dampak positif dalam menjalankan operasional koperasi. Berdasarkan uraian di atas maka yang menjadi hipotesis dalam penelian ini adalah : H3 : Aktivitas pegendalian berpengaruh positif terhadap efektivitas usaha koperasi simpan pinjam di kota Denpasar.
38
4. Pengaruh Informasi dan Komunikasi Pengendalian Pada Efektivitas Usaha Koperasi Simpan Pinjam Di Kota Denpasar Azhar (2008:96) menguraikan bahwa informasi dan komunikasi merupakan bagian penting dari proses manajemen. Komunikasi mencakup penyampaian informasi kepada semua personel yang terlibat dalam pelaporan keuangan tentang bagaimana aktivitas mereka. Sistem informasi yang relevan dengan tujuan pelaporan keuangan, yang mencakup sistem akuntansi. Penelitian yang dilakukan oleh Arya (2011) menunjukkan bahwa informasi dan komunikasi berpengaruh secara signifikan terhadap efisiensi usaha. Indikator dari informasi dan komunikasi sebagai bahan kajian dari peneliti dalam meneliti hubungan antara informasi dan komunikasi pengendalian dengan efektivitas usaha koperasi adalah sistem informasi yang digunakan oleh koperasi tersebut apakah menggunakan sistem online, komputer atau masih menerapkan sistem manual yang hanya mengandalkan pencatatan manual. Indikator komunikasi dalam penelitian ini adalah berupa pemahaman terhadap peran dan tanggung jawab masing-masing karyawan dalam pelaporan keuangan koperasi. Berdasarkan uraian di atas maka yang menjadi hipotesis dalam penelitian ini adalah : H4 : Informasi dan komunikasi berpengaruh positif terhadap efektivitas usaha koperasi simpan pinjam di kota Denpasar.
39
5. Pengaruh Pengawasan Pengendalian Pada Efektivitas Usaha Koperasi Simpan Pinjam Di Kota Denpasar Azhar
Susanto
(2008:96)
menyatakan
bahwa
pengawasan
merupakan proses penentuan kualitas kinerja pengendalian internal sepanjang waktu. Proses ini dilaksanakan melalui kegiatan yang berlangsung secara terus menerus, evaluasi secara terpisah, atau dengan kombinasi dari keduanya (Abdul Halim, 2008:218). Arya (2011) menunjukkan bahwa pengawasan berpengaruh signifikan pada efisiensi usaha Koperasi Simpan Pinjam. Putri (2014) menguraikan bahwa pengawasan berpengaruh signifikan terhadap kinerja perkrediatan pada Bank Perkreditan Rakyat di Kota Denpasar. Adapun indikator dari pengawasan pengendalian dalam penelitian ini adalah penilaian kualitas kinerja dari struktur pengendalian intern. Penilaian ini dapat diketahui dari hasil penyebaran angket atau kuisioner. Berdasarkan penjelasan di atas maka yang menjadi rumusan hipotesis dalam penelitian ini adalah : H5
: Pengawasan berpengaruh positif terhadap efektivitas usaha
koperasi simpan pinjam di kota Denpasar
40