BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Teori 2.1.1
Teori Efisiensi Pasar (Efficiency Maket Hypotesis) Pasar efisien adalah jika pasar bereaksi dengan cepat dan akurat untuk
mencapai harga keseimbangan baru yang sepenuhnya mencerminkan informasi yang tersedia. Pasar modal efisien dapat juga diartikan sebagai pasar yang harga sekuritasnya telah mencerminkan semua informasi yang relevan (Ramachandran, 2013). Pasar dikatakan efisien bilamana harga-harga yang terbentuk di pasar merupakan cerminan dari informasi yang ada. Dalam pasar modal efisien, sulit bagi para pemodal untuk mendapatkan keuntungan yang maksimal secara konsisten apabila melakukan transaksi perdagangan di bursa efek (Ziobrowski et al, 2011). Sedangkan ditinjau dari kecanggihan pelaku pasar, semakin cepat informasi baru yang diberikan terlihat pada harga sekuritasnya, maka dapat dikatakan semakin efisien pasar modal. Fama (1970) menyajikan tiga macam bentuk utama dari efisiensi pasar berdasarkan dari informasi, yaitu informasi masa lalu, informasi yang sedang dipublikasikan dan informasi privat sebagai berikut:
1)
Efisiensi pasar bentuk lemah (weak form). Pasar dikatakan efisien dalam bentuk lemah jika harga dari sekuritas mencerminkan secara penuh (fully reflect) informasi masa lalu. Dalam pasar efisien bentuk lemah, tidak terdapat hubungan antara perubahan harga masa lalu dengan masa datang atau dapat dikatakan perubahan harga bersifat independen. Hal ini berarti investor tidak dapat memakai informasi masa lalu untuk mendapatkan abnormal return.
2)
Efisiensi pasar bentuk setengah kuat (semistrong form). Pasar efisien setengah kuat adalah ketika harga saham mencerminkan tidak hanya informasi tentang harga saham di masa lalu, tetapi juga semua informasi umum yang dipublikasikan termasuk informasi yang berada di laporan-laporan keuangan perusahaan emiten. Informasi yang dipublikasikan dapat berupa: a) Informasi yang dipublikasikan yang hanya mempengaruhi harga sekuritas dari perusahaan yang mempublikasikan informasi tersebut. Informasi ini umumnya berhubungan dengan peristiwa yang terjadi di perusahaan emiten (corporate event). b) Informasi yang dipublikasikan yang hanya mempengaruhi harga sekuritas sejumlah perusahaan. Informasi yang dipublikasikan dapat berupa peraturan pemerintah atau peraturan dari regulator yang hanya berdampak
pada harga sekuritas perusahaan-perusahaan yang terkena dampak regulasi tersebut. c) Informasi yang dipublikasikan yang mempengaruh harga-harga sekuritas semua perusahaan yang terdaftar di pasar saham. Informasi ini dapat berupa peraturan pemerintah atau peraturan regulator yang berdampak ke semua emiten. 3)
Efisiensi pasar bentuk kuat (strong form) Pasar dikatakan efisien dalam bentuk kuat jika harga-harga sekuritas secara penuh mencerminkan (fully reflect) semua informasi yang tersedia termasuk informasi privat. Jika pasar efisien dalam bentuk ini, maka tidak ada individual investor atau grup dari investor yang dapat memperoleh keuntungan tidak normal (abnormal return) karena mempunyai informasi privat.
2.1.2
Alasan-Alasan Pasar yang Efisien dan Tidak Efisien Pasar yang efisien dapat terjadi karena pengamatan-pengamatan sebagai
berikut (Jogiyanto, 2010): 1) Investor adalah penerima harga yang berarti bahwa sebagai pelaku pasar, investor seorang diri tidak dapat mempengaruhi harga dari suatu saham. Harga suatu sekuritas ditentukan oleh banyak investor yang menentukan demand dan supply.
2) Informasi yang tersedia harus luas kepada seluruh pelaku pasar pada saat yang bersamaan dan harga untuk memperoleh informasi tersebut murah. 3) Informasi dihasilkan secara acak dan tiap-tiap pengumuman informasi sifatnya random satu dengan yang lainnya. 4) Investor bereaksi dengan menggunakan informasi secara penuh dan cepat sehingga harga dari saham berubah dengan semestinya mencerminkan informasi tersebut mencapai keseimbangan yang baru. Sebaliknya jika kondisi-kondisi diatas tidak terpenuhi, kemungkinan pasar tidak efisien dapat terjadi. Berikut kondisi-konsdisi menyebabkan pasar tidak efisien. 1) Terdapat sejumlah kecil pelaku pasar yang dapat mempengaruhi harga saham. 2) Harga dari informasi adalah mahal dan terdapat akses yang tidak seragam antara pelaku pasar yang satu dengan yang lainnya terhadap suatu informasi yang sama. 3) Infomasi yang disebarkan dapat diprediksi dengan baik oleh sebagian pelakupelaku pasar. 4) Investor adalah individu-individu yang lugas (naif investors) dan tidak canggih (unshopisticated investors). Untuk pasar yang tidak efisien masih banyak investor bereaksi terhadap informasi secara lugas, karena mereka mempunyai kemampuan yang terbatas dalam mengartikan dan menginterpretasikan informasi yang diterima.
2.1.3
Event Study Event study merupakan studi yang mempelajari tentang reaksi pasar terhadap
suatu
peristiwa
(event)
yang
informasinya
dipublikasikan
sebagai
suatu
pengumuman. Event study sebagai salah satu metodologi penelitian yang menggunakan data-data pasar keuangan untuk mengukur dampak dari suatu kejadian yang spesifik terhadap nilai perusahaan, biasanya tercermin dari harga saham dan volume transaksinya. Event study dikemukakan pertama kali oleh Eugene Fama pada tahun 1969. Kegunaan event study adalah untuk menguji kandungan informasi (information content) dari suatu pengumuman dan dapat juga digunakan untuk menguji efisiensi pasar bentuk setengah kuat. Pengujian event study pada awalnya lebih terfokus pada peristiwa internal perusahaan, seperti stock split (Schatzberg dan Datta, 1992 ; Mason, 1998 dan Wulf, 2002). Namun sekarang aplikasi terhadap metode event study telah mengalami suatu perkembangan, dimana pengujiannya tidak terbatas corporate action saja, namun telah menyentuh pula aspek makroekonomi bahkan politik hingga isu lingkungan (Suryawijaya, 1998). Pengujian kandungan informasi dimaksudkan untuk melihat reaksi pasar dari suatu pengumuman. Apabila pengumuman mengandung informasi (information content), maka diharapkan pasar akan bereaksi pada saat pengumuman tersebut disampaikan. Reaksi pasar ditunjukkan dengan adanya perubahan harga saham dari sekuritas bersangkutan. Untuk mengukur reaksi pasar, dapat menggunakan return sebagai nilai perubahan harga atau dengan menggunakan abnormal return. Apabila
menggunakan abnormal return, suatu pengumuman dikatakan memiliki kandungan informasi ketika terdapat abnormal return di sekitar periode pengumuman. Sebaliknya, pengumuman dikatakan tidak memiliki kandungan informasi ketika tidak terdapat abnormal return di sekitar periode pengumuman. Pengujian kandungan informasi hanya menguji reaksi pasar, tetapi tidak menguji seberapa cepat pasar itu bereaksi. Jika pengujian melibatkan cepat lambatnya reaksi pasar untuk menyerap informasi yang diumumkan, maka pengujian ini merupakan pengujian efisiensi pasar secara informasi (informationally efficient market) bentuk setengah kuat. Periode estimasi merupakan periode yang berada sebelum periode peristiwa. Periode peristiwa disebut juga dengan periode jendela (event window). Panjang dari periode peristiwa sangat bervariasi dan umumnya antara 3 hari sampai dengan 30 hari. Event window atau periode jendela yang dipakai dalam penelitian ini adalah 11 hari. Periode jendela dipilih selama 11 hari karena apabila periode jendela yang terlalu panjang cenderung akan berbaur dengan pengaruh peristiwa lain atau confounding effect (Setyawasih, 2007). Selain itu, untuk menginterpretasikan dan menganalisis pengumuman penurunan harga bahan bakar minyak (BBM) tidak membutuhkan waktu yang panjang.
2.1.4
Return Saham Investor biasanya mengharapkan suatu keuntungan atau return dalam
melakukan investasi dalam bentuk saham. Return saham merupakan keuntungan riil
yang dinikmati pemegang saham atas suatu investasi saham. Dalam pasar saham, tidak selalu menjanjikan return bagi investor, namun beberapa komponen return saham yang memungkinkan pemodal meraih keuntungan adalah dividen, saham bonus dan capital gain. Return saham yang berupa capital gain (loss) merupakan kenaikan (penurunan) harga suatu surat berharga baik berupa saham maupun utang jangka panjang (Tandelilin, 2001). Return saham dapat berupa return realisasi yang sudah terjadi atau return ekspektasi yang belum terjadi namun yang diharapkan akan terjadi dimasa datang. Return realisasi perlu dihitung dan sangat penting, karena dapat digunakan sebagai alat ukur dari kinerja perusahaan sebagai dasar penentu return ekspektasi dan resiko di masa datang. 2.1.5
Abnormal Return Reaksi pasar atas informasi yang disampaikan oleh perusahaan ditunjukkan
dengan adanya perubahan harga saham perusahaan yang bersangkutan. Reaksi ini dapat diukur dengan menggunakan return sebagai nilai perubahan harga atau dengan menggunakan return tidak normal (abnormal return). Abnormal return merupakan selisih antara return yang didapatkan dengan yang diharapkan. Selisih return akan positif jika return yang didapatkan lebih besar daripada return yang diharapkan, dan sebaliknya, return akan negatif jika return yang didapatkan lebih kecil dari return yang diharapkan. Menurut Brown et al. (1985) untuk mengestimasi return ekspektasi
menggunakan model estimasi Mean Adjusted Model, Market Model dan Market Adjusted Model.
2.1.5.1 Mean Adjusted Model Return ekspektasi bernilai konstan yang sama dengan rata – rata return realisasi sebelumnya selama periode estimasi (estimation period), sebagai berikut: ARi,t = Ri,t – Ri ... ................................................................................................. (1) Keterangan: ARi,t
= return tak normal sekuritas i pada hari t.
Ri,t
= return aktual sekuritas i pada hari t.
Ri
= rata-rata return sekuritas i selama sekian hari sebelum hari t.
2.1.5.2 Market Model Perhitungan return ekspektasi dengan model pasar (Market Model) ini dilakukan dengan membentuk model ekspektasi dengan menggunakan data realisasi selama periode estimasi dan menggunakan model ekspektasi ini untuk mengestimasi return ekspektasi di periode jendela (window period). Model ekspektasi dapat dibentuk menggunakan teknik regresi OLS (Ordinary Least Square) dengan persamaan : Ri = 1 + iRm + ei....................................................... .......................................... (2) Keterangan : Ri
= Return Realisasi sekuritas ke-i pada periode estimasi ke-j
1
= Intercept untuk sekuritas ke-i
iRm
= Koefisien slope yang merupakan beta dari sekuritas ke-i
ei
= Return indeks pasar pada periode estimasi ke-j yang dapat dihitung
2.1.5.3 Market Adjusted Model Market Adjusted Model menganggap bahwa penduga terbaik untuk mengestimasi return sekuritas adalah return indeks pasar pada saat tersebut. Dengan menggunakan metode ini, maka tidak perlu menggunakan periode estimasi untuk membentuk model estimasi, karena return sekuritas yang diestimasi adalah sama dengan return indeks pasar (Jogiyanto, 2000 ; Wijaya, 2003). ARi,t = Ri,t - RM,t
................................................................................................................................................. (3)
Keterangan : ARi,t = abnornomal return saham i pada hari ke t Ri,t
= actual return untuk saham i pada hari ke t
RM,t = Return pasar pada hari ke t
2.2 Hipotesis Penelitian Suatu pengumuman atau peristiwa mengandung informasi, maka pasar akan menerima abnormal return, dan sebaliknya jika suatu pengumuman tidak mengandung informasi maka pasar tidak akan menerima abnormal return (Kurniawati, 2007). Penurunan harga BBM diharapkan dapat menekan biaya produksi perusahaan-perusahaan yang ada di Indonesia sehingga laba perusahaan
menjadi meningkat dan dapat meningkatkan deviden yang diperoleh investor sehingga investor diharapkan bereaksi terhadap kebijakan tersebut. Pengumuman kebijakan pemerintah dalam menurunkan harga BBM menimbulkan reaksi pasar yang sebagian besar negatif. Reaksi pasar dapat dilihat dari terdapatnya abnormal return yang signifikan di sekitar peristiwa (Suarjana, 2011). Berdasarkan penjelasan tersebut, maka hipotesis alternatif yang diajukan dalam penelitian ini adalah: H1:
Terdapat perbedaan rata-rata abnormal return antara sebelum dan sesudah pengumuman penurunan harga bahan bakar minyak (BBM).