BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN
1.1 Kajian Pustaka dan Hipotesis Penelitian 2.1.1 Konsep Ekonomi Kerakyatan Ekonomi kerakyatan adalah tatanan ekonomi dimana aset ekonomi dalam perekonomian nasional didistribusian kepada sebanyak-banyaknya warga negara. Secara definisi ekonomi kerakyatan adalah: 1) Tata ekonomi yang dapat memberikan jaminan pertumbuhan out put perekonomian suatu negara secara mantap dan berkesinambungan, dan dapat memberikan jaminan keadilan bagi rakyat. 2) Tata ekonomi yang dapat menjamin pertumbuhan out put secara mantap atau tinggi adalah tata ekonomi yang sumber daya ekonominya digunakan untuk memperoduksi jasa dan barang pada tingkat pareto optimum. Tingkat pareto optimum adalah tingkat penggunaan faktor-faktor produksi secara maksimal dan tidak ada faktor produksi yang nganggur atau idle. 3) Tata ekonomi yang dapat menjamin pareto optimum adalah tata ekonomi yang mampu menciptakan penggunaan tenaga kerja secara penuh (full employment) dan mampu menggunakan kapital atau modal secara penuh. 4) Tata ekonomi yang dapat memberikan jaminan keadilan bagi rakyat adalah tata ekonomi yang pemilikan aset ekonomi nasional terdistribusi secara baik kepada seluruh rakyat, sehingga sumber penerimaan (income) rakyat tidak hanya dari penerimaan upah tenaga kerja,
17
tetapi juga dari sewa modal dan deviden. Secara ekonomis, dalam perekonomian kerakyatan, model income masyarakat adalah sebagai berikut: Yi (W is ) i . Dimana Yi adalah income individu anggota masyarakat, W adalah penerimaan dari upah tenaga kerja, adalah penerimaan dari deviden atau bagi hasil sisa usaha, i adalah tingkat sewa modal (misalnya bunga deposito), dan s adalah jumlah tabungan atau endowment yang disewakan. Dengan demikian dalam tata ekonomi kerakyatan, masyarakat bukan hanya sebagai buruh dalam perekonomian tetapi juga pemilik atau memiliki saham di sektor produksi.(Bappenas, 2012) Baswir (2006) mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan ekonomi kerakyatan adalah “demokrasi ekonomi” sebagaimana yang dimaksudkan oleh penjelasan pasal 33 UUD1945 tersebut yang secara substansial mencakup 3 hal sebagai berikut: 1) Adanya partisipasi penuh anggota masyarakat dalam turut menikmati hasil produk nasional. Di bawah kondisi seperti ini tidak ada satupun anggota masyarakat, termasuk fakir miskin yang tidak menikmati hasil produksi 2) Adanya partisipasi penuh anggota masyarakat dalam proses pembentukan produksi nasional. Dengan cara seperti inilan semua anggota masyarakat mendapat bagian dari seluruh hasil produksi nasional 3) Pembentukan produksi dan pembagian hasil produksi nasional harus berada dibawah pimpinan atau pemilikan anggota masyarakat. Dalam sistem ekonomi kerakyatan, kedaulatan ekonomi harus berada ditangan rakyat. Sistem ekonomi kerakyatan mempunyai tujuan yang diharapkan yaitu (1) membangun Indonesia yang berdikari secara ekonomi,
berdaulat
secara politik, dan berkepribadian yang
berkebudayaan, (2) mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan (3) mendorong
18
pemerataan pendapatan (4) meningkatkan efisiensi perekonomian secara nasional (Bappenas, 2012). 2.1.2 Konsep Pasar Pasar merupakan tempat terjadi proses pertukaran yaitu proses mendapatkan produk yang diinginkan dari seseorang dengan menawarkan sesuatu sebagai imbalannya kepada pihak lain. Supaya muncul potensi pertukaran, ada beberapa syarat harus dipenuhi (Kotler, 2003): sekurangkurangnya ada dua pihak, masing-masing pihak memiliki sesuatu yang bisa bernilai bagi pihak lain, masing-masing pihak mampu mengkomunikasikan dan menyerahkan sesuatu, masingmasing pihak bebas untuk menerima atau menolak imbalan pertukaran, serta masing-masing pihak yakin bahwa bertransaksi dengan pihak lain merupakan tindakan yang tepat dan diinginkan. Di dalam kegiatan ekonomi masyarakat baik dalam hal untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka seperti produksi, distribusi dan konsumsi sangat berkaitan dengan kegiatan pasar. Menurut Smelser (1987) pasar merupakan salah satu institusi ekonomi yang ada di masyarakat. Pasar menjadi sarana pertemuan antara pembeli dan penjual. Untuk melakukan transaksi ekonomi, aktivitas ekonomi di pasar tradisional cenderung melihat hubungan aspekaspek ekonomis dan non ekonomis dari kehidupan pasar yang mempengaruhi proses-proses ekonomi. Aktivitas–aktivitas ekonomi seperti produksi, distribusi perdagangan dan konsumsi. Stanton (2006) mengungkapkan bahwa pasar sebagai orang-orang yang mempunyai kebutuhan untuk dipuaskan, mempunyai uang untuk dibelanjakan dan kemauan untuk membelanjakan uang. Pasar sangat penting perannya dalam pembangunan perekonomian. Kottler (2002) melihat arti pasar dalam beberapa sisi, antara lain: 1) Dalam pengertian aslinya, pasar adalah suatu tempat fisik di mana pembeli dan penjual berkumpul untuk mempertukarkan barang dan
19
jasa, 2) Bagi seorang ekonom, pasar mengandung arti semua pembeli dan penjual yang menjual dan melakukan transaksi atas barang/jasa tertentu. Dalam hal ini para ekonom memang lebih tertarik akan struktur, tingkah laku dan kinerja dari masing-masing pasar ini serta 3) Bagi seorang pemasar pasar adalah himpunan dari semua pembeli nyata dan pembeli potensial dari pada suatu produk. Pasar merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli yang melakukan tawar-menawar hingga terjadi transaksi. 2.1.3 Jenis-jenis pasar Secara umum pasar dapat dikelompokan menjadi lima jenis yaitu menurut jenis barang yang dijual, menurut waktu bertemunya penjual dan pembeli, luas kegiatan distribusi, fisik pasar menurut bentuk dan strukturnya.(M.Fuad,dkk.2008). Pasar menurut sifat atau jenis barang yang diperjualbelikan dibedakan menjadi dua macam, yaitu pasar konkrit dan pasar nyata. Pasar konkret (pasar nyata) adalah tempat pertemuan antara pembeli dan penjual melakukan transaksi secara langsung. Barang yang diperjualbelikan juga tersedia di pasar. Contohnya, pasar sayuran, buah-buahan, dan pasar tradisional sedangkan pasar abstrak (pasar tidak nyata) adalah terjadinya transaksi antara penjual dan pembeli hanya melalui telepon, internet, dan lain-lain berdasarkan contoh barang. Contohnya telemarket dan pasar modal. Pasar menurut waktu bertemu antara penjual dan pembeli dibedakan menjadi lima jenis, antara lain: 1) Pasar harian adalah pasar yang aktivitasnya berlangsung setiap hari dan sebagian barang yang diperjualbelikan adalah barang kebutuhan sehari-hari. 2) Pasar mingguan adalah pasar yang aktivitasnya berlangsung seminggu sekali. Biasanya terdapat di daerah yang belum padat penduduk dan lokasi pemukimannya masih berjauhan.
20
3) Pasar bulanan adalah pasar yang aktivitasnya berlangsung sebulan sekali. Biasanya barang yang diperjualbelikan barang yang akan dijual kembali (agen/grosir). 4) Pasar tahunan adalah pasar yang aktivitasnya berlangsung setahun sekali, misalnya PRJ (Pasar Raya Jakarta). Pasar menurut barang yang diperjualbelikan dibedakan menjadi dua, yaitu pasar barang konsumsi dan pasar sumber daya produksi. Pasar barang konsumsi adalah pasar yang memperjualbelikan barang-barang konsumsi untuk memenuhi kebutuhan manusia. Pasar sumber daya produksi adalah pasar yang memperjualbelikan faktor-faktor produksi, seperti tenaga kerja, tenaga ahli, mesin-mesin, dan tanah. Kedua jenis pasar tersebut mempunyai peran yang sama pentingnya dalam kegiatan perekonomian. 2.1.4 Konsep Pasar Persaingan Sempurna Menurut Sukirno (2002 : 227) pasar persaingan sempurna merupakan pasar yang paling ideal, karena sistem pasar ini adalah struktur pasar yang akan menjamin terwujudnya kegiatan memproduksi barang atau jasa yang tinggi (optimal) efisiensinya. Pasar persaingan sempurna dapat didefinisikan sebagai struktur pasar atau industri dimana terdapat banyak penjual dan pembeli, setiap penjual ataupun pembeli tidak dapat mempengaruhi keadaan di pasar. Mankiw (2000) mengatakan bahwa pasar persaingan sempurna (perfectly competitive market) adalah suatu pasar dimana terdapat banyak sekali pembeli dan penjual sehingga pengaruh masingmasing terhadap harga pasar dapat diabaikan karena sedemikian kecilnya, Adapun Manurung (2008) menjelaskan bahwa sebuah pasar persaingan sempurna harus memenuhi asumsi-asumsi berikut: 1. Homogenitas Produk (Homogeneous Product)
21
Yang dimaksud dengan produk yang homogen adalah produk yang mampu memberikan kepuasaan (utilitas) kepada konsumen tanpa perlu mengetahui siapa produsennya. Konsumen tidak membeli merek barang tetapi kegunaan barang. Karena itu semua perusahaan dianggap mampu memproduksi barang dan jasa dengan kualitas dan karakteristik yang sama. 2. Pengetahuan Sempurna (Perfect Knowledge) Para pelaku ekonomi (konsumen dan produsen) memiliki pengetahuan sempurna tentang harga produk dan input yang dijual, dengan dernikian konsumen tidak akan mengalami perlakuan harga jual yang berbeda antara satu perusahaan dengan perusahaan lainnya. 3. Output Perusahaan Relatif Kecil (Small Relatively Output) Semua perusahaan dalam industri (pasar) dianggap berproduksi efisien (biaya rata-rata terendah), baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Kendatipun demikian jumlah output setiap perusahaan secara individu dianggap relatif kecil dibanding jumlah output seluruh perusahaan dalam industri. 4. Perusahaan Menerima Harga Yang Ditentukan Pasar (Price Taker) Konsekuensi dari asumsi ketiga adalah bahwa perusahaan menjual produknya dengan berpatokan pada harga yang ditetapkan pasar (price taker). Karena secara individu perusahaan tidak mampu mempengaruhi harga pasar. Yang dapat dilakukan perusahaan adalah menyesuaikan jumlah output untuk mencapai laba maksimum. 5. Keleluasaan Masuk-Keluar Pasar (Free Entry and Exit) Bebas masuk atau keluar berarti tidak ada biaya khusus yang menyulitkan perusahaan untuk masuk maupun keluar dari suatu pasar (Pindyck; 2007).
22
Dalam pasar yang bersaing sempurna, setiap perusahaan hanya dapat menyesuaikan jumlah outputnya. Tujuan untuk memaksimumkan laba dikejarnya untuk menaikkan atau menurunkan jumlah outputnya sampai ia menyamakan biaya marjinal jangka pendeknya dengan harga yang berlaku untuk produknya, yaitu harga yang ditetapkan oleh pasar (Lipsey, 1990 : 9), dalam persaingan sempurna kurva penawaran perusahaan mempunyai bentuk yang sama seperti kurva biaya marjinal perusahaan di atas variabel biaya rata-rata. Pada harga ekuilibrium setiap perusahaan memproduksi dan menjual suatu jumlah yang biaya marjinalnya sama dengan harga. Tak satu pun perusahaan terdorong untuk merubah outputnya dalam jangka pendek, karena jumlah total yang diminta sama dengan jumlah total yang ditawarkan, maka tak ada alasan bagi harga pasar untuk berubah dalam jangka pendek. Dalam pasar persaingan sempurna, reaksi penawaran jauh lebih flexibel dalam jangka panjang ketimbang dalam jangka pendek karena dua alasan, yaitu :pertama kurva biaya jangka panjang perusahaan mencerminkan fleksibilitas masukan yang lebih besar yang dimiliki perusahaan dalam jangka panjang, kedua, kurun waktu yang panjang juga memungkinkan perusahaan untuk masuk atau keluar industri sebagai reaksi terhadap peluang laba. Hal ini mempunyai implikasi yang penting atas penetapan harga (Nicholson, 1995 : 21). Suatu pasar persaingan sempurna berada dalam keseimbangan (ekulibrium) bila tak ada satupun perusahaan didalamnya yang berkeinginan mengubah perilakunya. 2.1.5 Konsep Pasar Tradisional Menurut Peraturan Presiden RI No. 112 Tahun 2007, pasar tradisional adalah pasar yang dibangun dan dikelola oleh pemerintah, pemerintah daerah, swasta, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), dan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), termasuk kerja sama dengan swasta dengan tempat usaha berupa toko, kios, los,dan tenda yang dimiliki atau dikelola oleh pedagang kecil,
23
menengah, swadaya masyarakat atau koperasi dengan usaha kecil, modal kecil dan dengan proses jual beli barang melalui tawar menawar. Di pasar ini merupakan wadah utama penjualan produk kebutuhan pokok yang dihasilkan oleh para pelaku ekonomi berskala menengah kecil serta mikro. Pasar tradisional selama ini sudah menyatu dan memiliki tempat paling penting dalam kehidupan masyarakat sehari-hari,bagi masyarakat pasar bukan hanya tempat bertemunya antara penjual dan pembeli tetapi juga sebagai wadah untuk berinteraksi sosial. Para ahli ekonomi mendiskripsikan sebuah pasar tradisional sebagai kumpulan penjual dan pembeli yang melakukan transaksi atas suatu produk tertentu atau kelompok produk tertentu (Aziz, 2005). Syarat-syarat didirikannya pasar tradisional menurut Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 112 tahun 2007 mengenai pembangunan, penataan, dan pembinaan pasar tradisional, yaitu: a. Aksesibilitas, yaitu kemungkinan pencapaian dari dan ke kawasan, kenyataannya ini berwujud jalan dan transportasi atau pengaturan lalu lintas. b. Fleksibilitas, yaitu kemungkinan pertumbuhan fisik atau pemekaran kawasan pasar dikaitkan dengan kondisi fisik lingkungan dan keterpaduan prasarana. c. Ekologis, yaitu keterpaduan antara tatanan alam yang mewadahinya. d. Kompatibilitas, yaitu keserasian dan keterpaduan antara kawasan yang menjadi lingkungan. Syarat seperti ini sudah seharusnya diikuti apabila pemerintah daerah ingin mendirikan atau membangun pasar tradisional untuk memudahkan pembeli dan penjual mencapai pasar. Berikut ini terdapat beberapa keuntungan apabila berbelanja dipasar tradisional antara lain: 1) Pembeli bisa mendapatkan harga yang diinginkan atau lebih murah karena dipasar tradisional terjadi budaya tawar menawar
24
2) Barang-barang yang dijual masih dalam keadaan baru atau fresh karena langsung mendapatkannya dari alam 3) Pasar tradisional memposisikan dirinya sebagai salah satu potensi sumber pendapatan asli daerah (PAD). Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 20 tahun 1997 sebagaimana telah diubah menjadi Peraturan Pemerintah No. 66 Tahun 2001 Tentang Retribusi Daerah, bahwa pasar tradisional merupakan salah satu jenis obyek retribusi daerah yang termasuk dalam kelompok jasa umum sehingga pasar tradisional merupakan salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD). 2.1.6 Konsep Revitalisasi Pasar Tradisional Revitalisasi adalah upaya untuk memvitalkan kembali suatu kawasan atau bagian kotayang dulunya pernah vital/hidup, akan tetapi kemudian mengalami kemunduran/degradasi. Skala revitalisasi ada tingkatan makro dan mikro. Proses revitalisasi sebuah kawasan mencakup perbaikan aspek fisik, aspek ekonomi dan aspek sosial. Pendekatan revitalisasi harus mampu mengenali dan memanfaatkan potensi lingkungan (sejarah, makna, keunikan lokasi dan citratempat) (Danisworo, 2002). Revitalisasi pasar tradisional sendiri bukan sesuatu yang hanya berorientasi pada penyelesaian keindahan fisik saja, tapi juga harus dilengkapi dengan peningkatan sistem pengelolaan pasar dan peningkatan sumber daya pedagang yang ada didalamnya untuk meningkatkan eksistensi pasar tradisional itu sendiri. Untuk melaksanakan revitalisasi pasar ini diperlukan keterlibatan seluruh komponen yang ada di dalam pasar tersebut. 2.1.7 Konsep Efektivitas Program Revitalisasi Pasar Tradisional Efektivitas program revitalisasi pasar tradisional menggunakan pendapatan pedagang sebagai salah satu tolak ukur kemajuan dan eksistensi pasar tradisional dimata masayarakat. Sugiyono (2004) menjelaskan efektivitas adalah kesesuaian antara output dengan tujuan yang 25
telah ditetapkan. Tingkat efektivitas digunakan untuk mengukur kemampuan pemerintah daerah dalam upaya merealisasikan program revitalisasi pasar yang ditetapkan dan kemudian dibandingkan dengan target yang telah ditentukan sebelumnya. Dalam hal ini keberhasilan program revitalisasi pasar diukur melalui berbagi aspek salah satunya yaitu dari tercapainya tujuan program dan ketepatan sasaran program. Adapun tujuan dari program revitalisasi pasar tradisional menurut Kementrian Perdagangan RI :1) untuk mengubah “wajah” pasar tradisional menjadi lebih higienis, lebih nyaman, dan lebih teratur; 2) untuk meningkatkan dan mengutamakan kepentingan para pedagang dan konsumen; 3) untuk mendorong kesadaran pedagang pasar dalam melakukan sanitasi lingkungan, kesehatan, dan menjual produk yang higienis; 4) untuk mendorong kesadaran masyarakat dan pedagang akan pentingnya atribut mutu dan keamanan produk; 5) untuk mempertahankan daya saing pasar tradisional. Untuk mengetahui tercapai atau tidaknya tujuan revitalisasi tersebut maka dapat diukur melalui tingkat efektivitas program revitalisasi pasar tradisional menggunakan kriteria efektivitas Litbang Depdagri (1991). Kriteria tersebut dapat dilihat dari tabel berikut. Tabel 2.1Kriteria Efektivitas No Kriteria 1 Koefesien efektivitas bernilai kurang dari 40% 2 Koefesien efektivitas bernilai 40%-59,99% 3 Koefesien efektivitas bernilai 60%-79,99% 4 Koefesien efektivitas bernilai diatas 79,99% Sumber : Litbang Depdagri 1994
Keterangan Sangat tidak efektif Tidak efektif Cukup efektif Sangat efektif
Nilai koefisien efektivitas yang lebih kecil dari 40 persen berarti program yang dilakukan oleh pemerintah sangat tidak efektif. Koefisien efektivitas yang memiliki nilai 40 – 59,99 persen, maka ini berarti program yang laksanakan tidak efektif. Nilai koefisien efektivitas yang memiliki nilai 60 – 79,99 persen, menandakan program yang dilakukan dapat dikatakan cukup efektif, dan
26
apabila nilai koefisien efektivitas lebih dari 79,99 persen dapat dikategorikan dalam sangat efektif 2.1.8 Konsep Pendapatan Pendapatan adalah total penerimaan seseorang atau rumah tangga dalam periode tertentu. Terdapat 3 sumber pendapatan yaitu yang pertama adalah pendapatan yang bersumber dari upah atau gaji yang dibayarkan atas kesediannya menjadi tenaga kerja. Kedua yaitu pendapatan dari pemerintah atau penerimaan transfer (transfer payment) adalah pendapatan yang diterima bukan sebagai balas jasa input yang diberikan melainkan transfer yang diberikan pemerintah. Ketiga yaitu mutu modal manusia (human capital) adalah kemampuan atau keahlian yang dimilki seorang manusia baik karena bakat bawaan ataupun hasil pendidikan. Menurut Lipsey pendapatan dibagi menjadi dua macam yaitu pendapatan perorangan dan pendapatan disposable. Pendapatan perorangan adalah pendapatan yang dihasilkan oleh atau dibayarkan kepada perorangan sebelum dikurangi dengan pajak penghasilan. Pendapatan disposable merupakan jumlah pendapatan yang saat ini dapat dibelanjakan atau ditabung oleh rumah tangga, yaitu pendapatan perorangan dikurangi dengan pajak penghasilan (Lipsey, 1991). Hasanah dan Danang (2013) menjelaskan pengertian pendapatan nasional (National Income) secara definitif merupakan nilai barang dan jasa yang dihasilkan oleh masyarakat dalam suatu Negara, dalam kurun waktu tertentu prinsip ini mewakili konsep Produk Domestik Bruto (PDB) dan Produk Nasional Bruto (PNB). PDB dan PNB atas dasar harga berlaku digunakan untuk melihat pergeseran dari sebuah struktur ekonomi, sedangkan harga konstan digunakan untuk mengetahui tingkat pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun. Putong (2000), memaparkan konsep perhitungan pendapatan dapat dihitung melalui tiga pendekatan, yaitu: a) Pendekatan produksi (production approach), yaitu 27
dengan menghitung seluruh nilai tambah produksi barang atau jasa yang dihasilkan dalam kurun waktu tertentu, b) Pendekatan pendapatan (income approach), yaitu dengan menghitung seluruh nilai balas jasa yang diterima pemilik faktor produksi dalam kurun waktu tertentu dan c) Pendekatan pengeluaran (expenditures approach), yaitu dengan menghitung seluruh pengeluaran dalam kurun waktu tertentu. 2.1.9 Konsep Pengelolaan Pasar Pengelola pasar selaku leading sector mempunyai tugas utama yaitu memberikan fasilitas yang berupa tempat atau lokasi berdagang bagi pedagang tradisional yang telah menyewa atau membeli kios (Hadiwiyono, 2011). Kemampuan dalam bidang manajerial dan memiliki kemampuan teknis di bidang perencanaan, pengorganisasian, serta pengawasan pasar yang harus dimiliki oleh seorang pengelola pasar (Lukman, dkk, 2012). Berikut adalah hak dan kewajiban yang dimiliki oleh seorang pedagang yang telah menyewa atau membeli kios di pasar tradisional: 1. Hak yang dimiliki pedagang yaitu (1) Memperoleh pelayanan administrasi (2) Memperoleh pelayanan pemeliharaan pasar (3) Memperoleh jasa pelayanan fasilitas pasar (4) Memperoleh jasa pelayanan kebersihan dan keamanan pasar 2. Kewajiban yang dimiliki pedagang dan harus dipenuhi yaitu membayar retribusi harian, bulanan, tahunan berupa sewa kios atau los, kebersihan dan keamanan. Revitalisasi pasar tidak hanya mengedepankan perbaikan fisik dan bangunan pasar itu saja tetapi juga untuk memperbaiki pengelolaan pasar dan pendapatan pedagang, selain itu juga
28
harus ada konsep bagaimana untuk mendinamiskan pasar. Menurut Carolina, dkk (2007), dalam pengelolaan pasar dibutuhkan beberapa paradigma sebagai berikut: 1) Paradigma dalam melihat pasar yang awalnya menjadi tempat transaksi ekonomi menjadi tempat atau ruang publik untuk interaksi sosial 2) Konsep revitalisasi pasar tradisional di sini difokuskan pada upaya memperbaiki jalur distribusi komoditas yang diperjualbelikan di pasar tradisional, distribusi yang dimaksudkan adalah mulai dari pemilahan komoditas, pengangkutan, pengemasan, bongkar muat, hingga penjualan komoditas di pasar tradisional. 3) Mencari keuntungan finansial tidak boleh menjadi penghambat pembangunan pasar tradisional, karena pembangunan pasar selain memiliki tujuan sosial juga dapat berperan untuk mereduksi biaya sosial. 4) Modernisasi pasar merupakan suatu langkah yang diambil untuk meningkatkan perekonomian pedagang kecil. Modernisasi pasar ini juga bertujuan untuk meningkatkan pengelolaan pasar yang modern sesuai dengan kebutuhan masyarakat sekarang dan juga untuk menghambat beralihnya tempat belanja konsumen. 5) Model yang sangat penting untuk dirumuskan bersama-sama adalah model kemitraan 6) Pasar tradisional harus dikelola secara kreatif untuk memecahkan persoalan ruang usaha bagi masyarakat. Pasar sebagai tempat usaha bagi masyarakat harus diciptakan secara lebih imajinatif, kreatif, dan rekreatif untuk bisa lebih bersaing dengan pasar modern. Seperti yang dijelaskan oleh Departemen Perdagangan Dalam Negeri (Lukman, dkk,2012) pembenahan pengelolaan pasar dan pedagang meliputi: 1) Menerapkan model Integrated Space dan Retail Manajemen 2) Penerapan konsep Glokal (Global dan Lokal)
29
3) Menerapkan konsep Speciality Store 4) Brand awareness pasar yang kuat 5) Modernisasi pengelolaan Sistem Informasi Pasar 6) Pelatihan manajerial dan teknis pengelolaan bagi pengelola pasar 7) Pelatihan manajerial dan teknik berdagang bagi para pedagang.
2.2 Hipotesis Penelitian Mengacu pada rumusan masalah dan landasan teori yang telah dijelaskan sebelumnya, maka dapat disusun hipotesis sebagai berikut: 1) Diduga terdapat peningkatan jumlah pendapatan yang signifikan antara pendapatan pedagang sebelum direvitalisasi dan setelah direvitalisasi. 2) Diduga terdapat peningkatan pengelolaan pasar yang signifikan antara pengelolaan pasar sebelum direvitalisasi dan setelah direvitalisasi. 3) Diduga terdapat peningkatan jumlah kunjungan yang signifikan antara jumlah kunjungan sebelum direvitalisasi dan setelah direvitalisasi.
30
31