BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN
2.1
Landasan Teori
2.1.1 Komitmen Organisasi 1)
Definisi Komitmen Organisasi Komitmen organisasi merupakan suatu kondisi yang dirasakan oleh
karyawan yang dapat menimbulkan perilaku positif yang kuat terhadap organisasi kerja yang dimilikinya (Djastuti, 2011). Handayani (2008) berpendapat bahwa komitmen organisasional merupakan tingkat
kekerapan identifikasi dan
keterikatan individu terhadap organisasi yang dimasukinya, dimana karakteristik komitmen organisasional antara lain: loyalitas seseorang terhadap organisasi, kemauan untuk mempergunakan usaha atas nama organisasi, dan kesesuaian antara tujuan seseorang dengan tujuan organisasi. Pada dasarnya komitmen organisasi berkaitan erat dengan aspek – aspek psikologis dalam menerima dan memercai tujuan organisasi yang muncul sebagai keinginan
untuk
tetap
mempertahankan
keanggotaan
dalam
organisasi.
Permasalahan yang sering dikaitkan dengan komitmen organisasi adalah pindah kerja (turnover). Turnover dapat diartikan sebagai keluarnya karyawan. Dalam arti luas turnover diartikan sebagai aliran karyawan yang masuk dan keluar. Namun turnover karyawan merupakan hal yang tidak bias dihindari perusahaan. Masalah ini memiliki dampak yang merugikan organisasi karena dapat menghambat efektivitas dan efisiensi kerja yang selanjutnya akan menurunkan
10
tingkat produktivitas organisasi. Oleh karena itu untuk mencegah tingginya turnover karyawan, organisasi perlu meningkatkan komitmen karyawanya. 2)
Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Komitmen Organisasi Steers dan Porter (Sopiah, 2008: 164) mengemukakan ada sejumlah faktor
yang mempengaruhi komitmen pegawai pada organisasi, yaitu: (a) Faktor personal yang meliputi job expectations, psychological contract, job choicew factor, karakteristik personal. Keseluruhan faktor ini akan membentuk komitmen awal. (b) Faktor organisasi, meliputi initial works experiences, job scope, supervision, goal consistency organizational. Semua faktor itu akan membentuk atau memunculkan tanggung jawab. (c) Non-organizational faktor, yang meliputi availability of alternative jobs. Faktor yang bukan berasal dari dalam organisasi, misalnya ada tidaknya alternatif pekerjaan lain. Jika ada dan lebih baik, tentu pegawai akan meninggalkannya.
2.1.2 Komunikasi Organisasi 1)
Definisi Komunikasi Organisasi Stoner dalam Rezaeai et al. (2012) menyatakan bahwa komunikasi sebagai
proses yang dipergunakan oleh manusia untuk mencari kesamaan arti lewat transmisi pesan simbolik. Selanjutnya, Stoner menyatakan bahwa pengertian komunikasi tersebut ada tiga butir penting, yaitu (a) bahwa komunikasi melibatkan orang, dan bahwa memahami komunikasi termasuk mencoba
11
memahami cara manusia saling berhubungan; (b) bahwa komunikasi termasuk kesamaan arti, yang berarti bahwa agar manusia dapat berkomunikasi, mereka harus menyetujui definisi istilah yang mereka gunakan; dan (c) bahwa komunikasi termasuk simbol, baik itu badan, suara, huruf, angka, dan kata-kata hanya dapat mewakili atau mendekati ide yang mereka maksudkan untuk dikomunikasikan. Komunikasi menurut Robbins (2009:6) adalah langkah-langkah antara satu sumber dan penerima yang menghasilkan pentransferan dan pemahaman makna. Gibson (2003:230) menyatakan bahwa komunikasi sebagai suatu proses penyampaian informasi dan pengertian dengan menggunakan tanda tanda yang sama. Komunikasi merupakan perekat yang merekatkan organisasi secara bersama-sama. Komunikasi membantu anggota organisasi untuk mencapai baik tujuan individu maupun organisasi, mengimplementasikan dan merespon perubahan organisasi, mengkoordinasikan berbagai aktivitas, dan berkaitan secara virtual dengan semua perilaku yang relevan dengan organisasi. Ketika efektivitas komunikasi organisasi kurang efektif seperti seharusnya, maka organisasi juga tidak seefektif seharusnya (Ivancevich et al., 2005:421). 2)
Peran Komunikasi Organisasi Peran komunikasi dalam organisasi sebagai berikut: (a) Komunikasi dalam perusahaan sebagai titik sentral. (b) Dalam setiap proses komunikasi, hubungan kemanusiaan merupakan proses yang menyangkut kepribadian, sikap dan tingkah laku yang terjadi pada orang-orang yang terlibat.
12
(c) Organisasi melaksanakan komunikasi persuasif dua arah disemua bidang
kegiatan
dengan
maksud
memberikan
motivasi
kerja,
bertanggung jawab dan produktif. (d) Atas dasar pengertian tersebut terlihat bahwa komunikasi timbal balik dalam suatu organisasi merupakan proses integrasi antar manusia yang brersifat manusiawi yang menuju perasaan lahir batin.
2.1.3 Kepemimpinan 1)
Defenisi Kepemimpinan Kepemimpinan merupakan proses mempengaruhi orang lain untuk
mencapai tujuan organisasi. Artinya bahwa kepemimpinan terjadi pada saat seseorang menggunakan pengaruhnya kepada orang lain terhadap pencapaian tujuan dalam suatu organisasi (Koesmono, 2007). “Leadership is the relationship in which one person, or the leader, influences others to work together willingly on related task to attain that which the leaders desire.” Pada hakekatnya kepemimpinan merupakan hubungan dimana diri seseorang atau seorang pemimpin, mempengaruhi orang-orang lain untuk mau bekerja sama secara sukarela, sehubungan dengan tugasnya untuk mencapai yang diinginkan pemimpin sedangkan Musselman dan Jackson dalam Brahmasari dan Suprayetno (2008)
mengatakan
bahwa
Kepemimpinan
adalah
kemampuan
untuk
mempengaruhi orang-orang lain untuk berperilaku dalam suatu cara tertentu. Mengingat setiap orang pemimpin mempunyai cara tersendiri dalam menjalankan kepemimpinannya maka dalam mencapai tujuan organisasi akan menggunakan
13
seefektif mungkin kekuasaannya agar orang lain dapat diarahkan perilakunya dalam berbagai kondisi. 2)
Gaya Kepemimpinan Menurut Davis and Strom (2006:164), membedakan gaya kepemimpinan
menjadi tiga jenis: (a) Pemimpin autokratik (b) Partispatif (c) Bebas kendali (free-rein). Dalam diri pemimpin autokratik memusatkan perhatian pada kepuasan dirinya sendiri, dimana semua keputusan diambil oleh pemimpin itu sendiri dan bawahan hanya menerima perintah tanpa memberi alternatif pemecahan masalah. Namun demikian pemimpin autokratik memiliki kelebihan yaitu pengambilan keputusan dapat dilakukan dengan cepat tetapi pada umumnya bawahan kurang dapat menerimanya karena tidak bisa memperoleh kebebasan dalam memecahkan masalah yang ada. Pemimpin partisipatif biasanya melakukan desentralisasi wewenang dan dalam mengambil keputusan mengikutsertakan bawahan untuk berpartisipasi menyumbangkan pemikirannya terhadap masalah yang dihadapi oleh organisasi. Pemimpin dan kelompok merupakan unit sosial yang utuh dalam melaksanakan semua kegiatan organisasi. Tipe kepemimpinan bebas kendali mempunyai peran yang kecil dan memberikanpeluang kepada kelompok untuk menentukan pilihannya sendiri dan pada umumnya mempunyai kecenderungan akan terjadinya kekacauan.
14
2.2.
Hipotesis Penelitian Menurut Sugiyono (2010:51), hipotesis merupakan jawaban sementara
terhadap rumusan masalah penelitian. Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada faktafakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data.
2.2.1 Pengaruh Kepemimpinan terhadap Komitmen Organisasi Terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel kepemimpian terhadap komitmen organisasi (Desianty, 2005). Dalam hal ini kepemimpinan memiliki pengaruh yang lebih besar terhadap komitmen organisasi karena pemimpin lebih memberikan perhatian, dorongan motivasi dan mampu memahami keinginan karyawannya. yang menyimpulkan bahwa efektivitas kepemimpinan berpengaruh secara signifikan terhadap komitmen organisasi (Raja dan Palanichamy, 2013). Hidayat (2013) menjabarkan karyawan yang menilai atasan mereka memiliki praktik kepemimpinan yang buruk menyebabkan seorang karyawan memiliki kecenderungan yang lebih tinggi untuk keluar atau penurunan komitmen karyawan terhadap organisasi. Seorang pemimpin harus mampu mengubah persaingan usaha dengan mendapatkan dukungan dari karyawan yang memiliki komitmen organisasi yang tinggi dalam mencapai tujuan perusahaan Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis penelitian ini adalah: H1: Kepemimpinan (XI) berpengaruh positif dan signifikan terhadap Komitmen Organisasi (Y2).
15
2.2.2 Pengaruh Kepemimpinan terhadap Komunikasi Organisasi Menurut Hidayat (2013), meningkatnya kemampuan kepemimpinan akan makin meningkatkan komunikasi organisasi. Dalam penelitian ini, kepemimpinan tercermin dalam delapan indikator, yaitu kompetensi, perlakuan yang adil, iklim kerja, ide atasan, perhatian, pelibatan bawahan, kerjasama dan kesempatan berinteraksi. Sementara itu, komunikasi organisasi tercermin dalam delapan indikator, yaitu perspektif organisasi, umpan balik personal, integrasi organisasi, komunikasi atasan langsung, iklim organisasi, komunikasi horisontal, kualitas media, dan komunikasi bawahan (Rezaeai et al., 2012). Men (2012) membuktikan terdapat hubungan positif antara kepemimpinan dan komunikasi organisasi Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis penelitian ini adalah: H2: Kepemimpinan (XI) berpengaruh positif dan signifikan terhadap Komunikasi Organisasi (Y1). 2.2.3 Pengaruh Komunikasi Organisasi terhadap Komitmen Organisasi Kualitas komunikasi organisasi terbukti berpengaruh terhadap komitmen organisasi (Setyono, 2013). Komunikasi merupkan kunci dari bisnis perbankan. Karyawan akan melakukan komunikasi yang lebih baik dengan manajer, rekan kerja, atau dengan pelanggan. Dalam Hidayat (2013), komunikasi bekerja dengan baik antara pemimpin dan bawahan menyebabkan proses kinerja perusahaan dapat berjalan dengan baik. Hasil penelitian ini mendukung penelitian Gaetner dan Nollen (2009) yang menyatakan komunikasi organisasi membantu karyawan yang menghadapi masalah dan meningkatkan keterlibatan karyawan dalam organisasi
16
sehingga meningkatkan komitmen organisasi. Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis penelitian ini adalah: H3: Komunikasi Organisasi (Y1) berpengaruh positif dan signifikan terhadap Komitmen Organisasi(Y2).
2.2.4 Peran Komunikasi Organisasi dalam Memediasi Kepemimpinan dengan Komitmen Organisasi
Hubungan
Komunikasi yang berjalan dengan baik antara pemimpin dan bawahan menyebabkan proses kinerja perusahaan dapat berjalan dengan baik. Komunikasi yang baik akan menyebabkan karyawan merasa seperti di rumah dan bekerja dengan motivasi tinggi dan semangat (Gaetner dan Nollen, 2009). Kondisi ini menunjukkan bahwa proses kepemimpinan dapat meningkatkan komunikasi organisasi, yang pada gilirannya juga mampu meningkatkan komitmen karyawan terhadap organisasi (Hamdi dan Rajablu, 2012). Penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Desianty (2005) yang menyatakan bahwa kepemimpinan mempengaruhi komitmen organisasi, jika anggota organisasi mendapatkan
kehormatan
khusus
dan
kepercayaan
pada
pemimpinnya.
Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis penelitian ini adalah: H4: Komunikasi Organisasi (Y1) memiliki pengaruh positif dan signifikan dalam memediasi Kepemimpinan (X2) terhadap Komitmen Organisasi (Y2).
2.3.
Model Penelitian Berdasarkan rumusan hipotesis penelitian tersebut, diperoleh bentuk model
penelitian pada penelitian ini yang disajikan pada Gambar 2.1 pada halaman berikutnya.
17
Gambar 2.1. Model Penelitian
H1
Kepemimpinan (X1)
H2
Komunikasi Organisasi (Y1)
Sumber : Hipotesis Penelitian, 2015
18
Komitmen Organisasi (Y2)
H3