BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN
2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Kewirausahaan Kewirausahaan adalah hal-hal atau upaya-upaya yang berkaitan dengan penciptaan kegiatan atau usaha aktivitas bisnis atas dasar kemauan sendiri dan atau mendirikan usaha atau bisnis dengan kemauan dan atau kemampuan sendiri. Wirausaha/wiraswasta
adalah
orang-orang
yang
memiliki
sifat-sifat
kewiraswastaan/kewirausahaan dan umumnya memiliki keberanian dalam mengambil risiko terutama dalam menangani usaha atau perusahaannya dengan berpijak pada kemampuan dan atau kemauan sendiri (Saiman, 2009:43). Ada beberapa alasan mengapa seseorang memiliki motivasi untuk melakukan wirausaha, salah satunya ialah laba, kebebasan, impian personal serta kemandirian. Sukses tidaknya seseorang menjadi wirausahawan tidak semata-mata dipengaruhi dari banyaknya modal dan koneksi yang dimiliki. Faktor yang sangat menonjol adalah suatu bisnis perlu dikelola oleh seseorang yang memiliki jiwa kewirausahaan dan tahu mengenai cara suatu bisnis harus dijalankan. Hal yang harus diperhatikan bahwa sukses tidaknya seorang wirausahawan adalah bagaimana seorang wirausahawan tersebut berpikir secara kreatif dan objektif agar bisa menelaah kesempatan-kesempatan yang mungkin muncul dari lingkungan sekitarnya (Saiman, 2009:43).
11
2.1.2 Orientasi Kewirausahaan Orientasi kewirausahaan mengacu pada pengambilan keputusan gaya, praktek, proses dan perilaku yang mengarah pada masuk ke pasar baru atau didirikan dengan barang atau jasa yang baru atau yang sudah ada (Madhoushi, 2011). Definisi orientasi kewirausahaan konsisten dengan pandangan bahwa orientasi kewirausahaan mengarah masuk ke pasar, baik pasar baru atau yang sudah ada, tetapi juga secara eksplisit mengakui bahwa hal ini dapat dicapai baik dengan barang atau jasa baru atau yang sudah ada (Kraus et al., 2011). Moreno & Casillas (2008: 508) dalam Fatoki (2012) mencatat bahwa orientasi kewirausahaan adalah kecenderungan pengambilan keputusan organisasi dalam mendukung kegiatan kewirausahaan. Covin dan Lumpkin (2011: 856) dalam Fatoki (2012) berpendapat bahwa orientasi kewirausahaan adalah sebuah proses dimana individu-individu dalam sebuah perusahaan yang didirikan mengejar peluang kewirausahaan untuk berinovasi tanpa memperhatikan tingkat dan sifat sumber daya yang tersedia saat ini. Orientasi kewirausahaan adalah upaya untuk memperluas keunggulan kompetitif organisasi. Inovatif, pengambilan risiko, dan proaktif, merupakan seperangkat perilaku yang mencerminkan orientasi kewirausahaan (Jalali et al., 2014). Perusahaan dengan tingkat orientasi kewirausahaan yang tinggi akan berusaha untuk memperoleh sumber daya yang disediakan oleh lingkungan. Sumber daya ini kemudian dapat dialokasikan ke arah proyek proaktif dan inovatif yang memungkinkan perusahaan untuk
12
mengeksplorasi dan mengeksploitasi peluang untuk mengubah sumber daya menjadi kinerja yang unggul (Rosenbusch, 2013). 1)
Pro-Aktif Memiliki arti yaitu selalu memiliki inisiatif dan tidak menunggu, serta
berpikir secara visionaris sehingga memiliki perencanaan tidak saja jangka pendek, namun bersifat jangka panjang (stratejik), dan belajar dari pengalaman orang lain, kegagalan, dan dapat terbuka menerima kritik dan saran untuk masukan pengembangan usaha (Soegiastuti & Haryani, 2013). Apabila perusahaan proaktif, berarti perusahaan memiliki sikap inisiatif dan tidak menunggu, serta berpikir secara visionaris sehingga memiliki perencanaan tidak saja jangka pendek, namun bersifat jangka panjang (stratejik), dan belajar dari pengalaman orang lain, kegagalan, dan dapat terbuka menerima kritik dan saran untuk masukan pengembangan usaha (Isa, 2013). Sikap proaktif juga menyangkut sebagaimana pentingnya inisiatif dalam proses kewirausahaan. Untuk menjadi sebuah bisnis yang proaktif, di perlukan beberapa faktor penunjang sebagai indikator, bahwa bisnis tersebut telah memiliki dimensi proaktif dalam orientasi kewirausahaan (Quantananda & Haryadi, 2015)
13
2)
Risk Taking Risk Taking atau pengambilan resiko berarti perusahaan berani mengambil
resiko, dan menyesuaikan profil resiko serta mengetahui resiko dan manfaat dari suatu bisnis. Perusahaan harus memiliki manajemen resiko dalam segala aktivitas usahanya (Isa, 2013). Berani mengambil risiko merupakan suatu tindakan seorang entrepreneur yang memiliki kesediaan atau kemauan untuk memanfaatkan sumber daya yang dimiliki untuk dapat menjalankan suatu pekerjaan walaupun tanpa adanya kepastian hasil yang akan didapat. Menjadi pelaku sebuah bisnis yang berani mengambil resiko atau risk taking, di perlukan beberapa faktor penunjang sebagai indikator bahwa pelaku bisnis tersebut telah memiliki dimensi risk taking dalam orientasi kewirausahaan (Quantananda & Haryadi, 2015) 2)
Inovativenes Memiliki sikap atau pola berpikir yang inovatif sangatlah penting baik untuk
usaha besar, maupun IMK untuk mendorong pertumbuhan perekonomian. Suatu usaha yang memiliki orientasi kewirausahaan di dalamnya, biasanya akan lebih berani dan efektif didalam mengelola ide inovatifnya dibandingkan usaha yang tidak (Hafeez et al., 2011). Usaha ini dapat berupa bagaimana suatu usaha berpikir mengenai memperbaiki kualitas produk, meningkatkan nilai produk, memperluas informasi mengenai pasar, dan memperbaiki teknis menjalankan usaha tersebut (Hsu, 2011).
14
2.1.3 Kemampuan Inovasi Inovasi adalah bagaimana sebuah perusahaan atau seseorang menghasilkan uang dari hasil kreativfitas. Inovasi produk merupakan salah satu faktor persaingan yang paling penting untuk mencapai kesuksesan dimana akhir-akhir ini lingkungan bisnis selalu berubah dengan cepat (Soegiastuti & Haryanti, 2013). Inovasi adalah konsep yang lebih luas yang membahas penerapan gagasan, produk atau proses yang baru. Inovasi juga didefinisiskan sebagai penerapan yang berhasil dari gagasan kreatif perusahaan. Oleh karena itu perusahaan diharapkan membentuk pemikiran-pemikiran baru dalam menghadapi baik pesaing, pelanggan dan pasar yang ada (Supranoto, 2009). Seorang wirausaha merupakan inovator, yang tidak selalu berperan sebagai inventor. Pengusaha berperan sebagai orang yang mengatur pengalokasian sumber daya dalam usaha eksploitasi invensi yang mungkin sudah ada sebelumnya. Pengusaha menciptakan kombinasi-kombinasi baru dari penggunaan factor produksi. Pengusaha yang mampu menciptakan jenis barang baru akan memberi keuntungan bagi pasar (Suharyadi et al. 2011:99) dan menarik konsumen baru serta meningkatkan kinerja perusahaan (Hafeez et al., 2012). 2.1.4 Kinerja Produk Kinerja perusahaan merupakan sesuatu yang dihasilkan oleh suatu perusahaan dalam periode tertentu dengan mengacu pada standar yang telah ditetapkan sebelumnya. Hendaknya kinerja perusahaan merupakan hasil yang dapat diukur dan menggambarkan kondisi empirik suatu perusahaan dari berbagai ukuran yang
15
disepakati. Kinerja produk umumnya berkaitan dengan aspek fungsional dari produk dan menjadi karakteristik vital bagi konsumen ketika konsumen akan memilih atau membeli suatu produk. Ini juga dapat diartikan sebagai daya guna suatu produk, yaitu suatu tingkatan kemampuan produk tersebut bekerja sesuai fungsinya (Kusmantini et al., 2011). Berdasarkan penelitian Lianto et al. (2015) digunakan beberapa variabel didalam pengukuran kinerja suatu produk yaitu, kualitas produk, keunggulan harga, dan keunikan produk. 1)
Kualitas Produk Kualitas produk adalah totalitas fitur dan karakteristik produk atau jasa yang
bergantung pada kemempuannya untuk memuaskan kebutuhan yang dinyatakan atau tersirat. Kualitas produk adalah keseluruhan kualitas atau keunggulan suatu produk atau jasa layanan berkaitan dengan apa yang diharapkan oleh pelanggan. Kotler & Keller (2007:173) dalam Rondonuwu (2013) menyatakan bahwa sekarang konsumen lebih terdidik dan terinformasi daripada dahulu, dan mereka memiliki alat untuk menguji klaim-klaim perusahaan dan mencari alternatif-alternatif unggul. Kualitas produk adalah kemampuan produk untuk menjalankan tugasnya yang mencakup daya tahan, kehandalan atau kemajuan, kekuatan, kemudahan dalam pengemasan dan reparasi produk dan ciri-ciri lainnya. Kotler & Keller (2007:173) dalam Sundalangi et al. (2014) menyampaikan produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan kepasar untuk mendapatkan perhatian, dibeli, digunakan, atau dikonsumsi yang dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan.
16
2)
Harga Harga dapat diartikan sebagai jumlah uang (satuan moneter) dan/atau aspek
lain (non-moneter) yang mengandung utilitas/kegunaan tertentu yang diperlukan untuk mendapatkan suatu produk. Harga adalah segala bentuk biaya moneter yang dikorbankan oleh konsumen untuk memperoleh, memiliki, memanfaatkan sejumlah kombinasi dari barang beserta pelayanan dari suatu produk (Rondonuwu, 2013). Menetapkan harga suatu produk tidaklah semudah yang kita bayangkan, ada beberapa proses yang harus dilakukan dalam penetapan harga suatu produk. Hal tersebut dilakukan agar mendapatkan keuntungan bagi perusahaan. Beberapa proses yang harus dilakukan oleh suatu perusahaan dalam menetapkan harga suatu produk. Bagi pelanggan harga merupakan hal yang penting karena mampu membuat pelanggan dari pasar industri memperoleh keuntungan. Produk yang mampu memberikan keuntungan, harga jual yang kompetitif dan skema pembayaran yang lunak akan memungkinkan pengguna memperoleh margin keuntungan yang lebih tinggi. Harga merupakan salah satu faktor penentu dalam pemilihan merek yang berkaitan dengan keputusan membeli konsumen. Sewaktu memilih diantara merek-merek yang ada, konsumen akan mengevaluasi harga secara absolut tetapi dengan membandingkan beberapa standar harga sebagai referensi untuk melakukan pembelian. Para konsumen tertarik untuk mendapatkan harga yang pantas. Harga yang pantas berarti nilai yang dipersepsikan pantas pada saat transaksi dilakukan. Konsumen beranggapan bahwa suatu produk dengan harga yang mahal berarti mempunyai kualitas yang baik,
17
sedangkan apabila harga yang murah mempunyai kualitas yang kurang baik (Sundalangi et al., 2014). 2.2 Hipotesis Penelitian 2.2.1 Pengaruh Orientasi Kewirausahaan terhadap Kemampuan Inovasi Penelitian yang dilakukan oleh Parkman et al. (2012) mengatakan bahwa Orientasi Kewirausahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kemampuan inovasi dalam sebuah industri kreatif, penelitian tersebut dilakukan pada perusahaan arsitektur pada wilayah barat Amerika. (Galindo & Picazo, 2013; Hafeez et al., 2012) juga melakukan penelitian kepada para wirausahawan dan menemukan hasil bahwa orientasi kewirausahaan berpengaruh positif signifikan terhadap kemampuan inovasi perusahaan serta mampu berdampak positif bagi pertumbuhan ekonomi suatu Negara, khususnya bagi negara-negara berkembang. Berdasarkan penelitian terdahulu dapat disusun hipotesis sebagai berikut: H1
:
Orientasi Kewirausahaan berpengaruh terhadap kemampuan inovasi perusahaan.
positif
signifikan
2.2.2 Pengaruh Orientasi Kewirausahaan terhadap Kinerja Produk Penelitian Zhang & Zhang (2012) yang dilakukan di China mendapatkan hasil bahwa orientasi kewirausahaan memiliki hubungan yang positif dan signifikan terhadap kinerja UKM, pada penelitian ini juga menggunakan variabel jumlah jaringan yang dimiliki perusahaan, sebab semakin luas jaringan yang dimiliki dipercaya mampu menambah informasi dan meningkatkan pengaruh orientasi
18
kewirausahaan terhadap kinerja UKM. Ndubisi & Iftikhar (2012) melakukan penelitian yang membagi usaha dalam dua kelompok yaitu kelompok usaha kecil, dan kelompok usaha menengah untuk mengetahui bagaimana pengaruh orientasi kewirausahaan terhadap kinerja dua kelompok usaha yang berbeda dan menemukan hasil yang menunjukkan pengaruh positif dan signifikan antara orientasi kewirausahaan dan kinerja produk. Quantananda & Haryadi (2015) mengungkapkan bahwa orientasi kewirausahaan dan kinerja UMKM memiliki hubungan yang positif dan signifikan, penelitian ini dilakukan di Surabaya yang menguji bagaimana dimensi-dimensi orientasi kewirausahaan baik secara parsial maupun simultan berpengaruh terhadap kinerja bisnis yang menggunakan tolak ukur dari sisi keuangan, SDM, serta pemasaran yang didalamnya mencakup omset dan perubahan produk. Berdasarkan penelitian terdahulu dapat disusun hipotesis sebagai berikut: H2
:
Orientasi Kewirausahaan terhadap kinerja produk.
berpengaruh
positif
signifikan
2.2.3 Pengaruh Kemampuan Inovasi terhadap Kinerja Produk Chaston & Scott (2012) menemukan bahwa kinerja suatu produk dari perusahaan di Peru akan mengalami peningkatan apabila sebuah perusahaan melibatkan inovasi serta pembelajaran di dalamnya, hal ini disebabkan karena perusahaan yang menerapkan inovasi dipercaya akan memperpanjang siklus hidup produknya. Lewrick et al. (2010) menyatakan bahwa baik wirausaha yang telah menjalankan usahanya sejak tahun 1996 hingga 2007 maupun usaha yang baru
19
didirikan di Amerika Serikat memerlukan inovasi sebagai alat yang sangat vital dalam meningkatkan kinerja produk suatu perusahaan. Perusahaan yang telah belajar untuk meningkatkan kemampuan inovasinya mampu secara aktif untuk meningkatkan pertumbuhan usahanya. Parkman et al. (2012) menemukan bahwa kemampuan inovasi dari perusahaan arsitektur yang tergolong ke dalam industri kreatif mampu secara positif dan signifikan berpengaruh terhadap keberhasilan suatu produk yang dihasilkan perusahaan dan keunggulan kompetitifnya. Berdasarkan penelitian terdahulu dapat disusun hipotesis sebagai berikut: H3
2.2.4
:
Kemampuan inovasi berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja produk.
Peran Kemampuan Inovasi Memediasi Kewirausahaan terhadap Kinerja Produk
Pengaruh
Orientasi
Hafeez et al. (2012) menemukan bahwa inovasi merupakan sebuah missing link yang menghubungkan antara orientasi kewirausahaan dengan kinerja usaha kecil menengah di Pakistan, hubungan antara inovasi dan kinerja disebut memiliki hubungan yang krusial dalam pertumbuhan bisnis dan salah satu faktor yang mampu membedakan keunggulan suatu usaha. Sejalan dengan Ndubisi & Ikhtifar (2012) yang menemukan bahwa inovasi memediasi antara risk-taking dan pro-aktif yang merupakan indikator orientasi kewirausahaan dengan kinerja usaha kecil menengah, suatu usaha dengan kemampuan inovasi yang lebih besar ketika menggabungkan sumber daya yang ada akan lebih berhasil dalam merespon perubahan yang terjadi dilingkungan bisnisnya. Parkman et al. (2012) juga menemukan bahwa inovasi
20
berhasil memediasi hubungan antara orientasi kewirausahaan dengan kinerja yang diukur dengan keberhasilan produk dan keunggulan kompetitif. Berdasarkan penelitian terdahulu dapat disusun hipotesis sebagai berikut: H4
:
Kemampuan Inovasi mampu memediasi secara signifikan pengaruh orientasi kewirausahaan terhadap kinerja produk.
2.3 Model Penelitian Hasil penelitian dari Parkman et al. (2012) menyatakan bahwa orientasi kewirausahaan berpengaruh positif signifikan terhadap inovasi perusahaan, dan kinerja produk. Penelitian ini juga menemukan bahwa inovasi mampu memediasi orientasi kewirausahan terhadap kinerja produk dan keunggulan kompetitif. Isa (2013) menemukan bahwa orientasi kewirausahaan berpengaruh positif signifikan secara langsung pada kinerja produk. Ndubisi & Ikhtifar (2012) melakukan penelitian yang serupa mengenai orientasi kewirausahaan, kemampuan inovasi dan kinerja baik secara parsial maupun simultan kepada kelompok usaha kecil dan menengah. Berdasarkan telaah pustaka dan penelitian terdahulu maka dapat disusun kerangka berpikir sebagai berikut.
21
Tabel (Dr. Ni 1.1 Jumlah Nyoman Perusahaan Kerti Yasa, /Usaha SE.,MS.) Menurut Kabupaten NIP.19620
H2
Orientasi Kewirausahan (X)
H1
Kemampuan Inovasi (Y1)
H3 H4
Kinerja Produk (Y2)
Gambar 2.1 Kerangka Konsep Pengaruh Kemampuan Inovasi Memediasi Hubungan Orientasi Kewirausahaan terhadap Kinerja Produk
22