BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN
2.1.
Kajian Pustaka dan Hipotesis Penelitian
2.1.1. Teori Sinyal Teori sinyal mengemukakan bagaimana seharusnya sebuah perusahaan memberi sinyal kepada pengguna laporan keuangan. Sinyal ini berupa informasi mengenai apa yang sudah dilakukan oleh manajemen untuk merealisasikan keinginan pemilik. Pemeberian sinyal positif atau negatif tentang informasi laporan keuangan kepada pihak yang membutuhkan merupakan upaya untuk mengurangi asimetri informasi (Hendrianto, 2012). Asimetri informasi merupakan suatu kondisi dimana informasi privat yang hanya dimiliki investor-investor yang hanya mendapat informasi saja. Hal tersebut akan terlihat jika manajemen tidak secara penuh menyampaikan semua informasi yang diperoleh tentang semua hal yang dapat mempengaruhi perusahaan, maka umumnya pasar akan merespon informasi tersebut sebagai suatu sinyal terhadap suatu kejadian yang akan mempengaruhi nilai perusahaan yang tercermin melalui harga saham (Jogiyanto, 2000). Salah satu cara untuk mengurangi asimetri informasi adalah dengan memberi sinyal pada pihak luar, salah satunya berupa informasi keuangan yang dapat dipercaya dan akan mengurangi ketidakpastian mengenai prospek perusahaan yang akan datang (Iqbal, 2003). Reaksi pasar ditunjukkan dengan adanya perubahan volume perdagangan saham. Pada waktu informasi diumumkan dan semua pelaku pasar sudah
menerima informasi tersebut, pelaku pasar terlebih dahulu menginterpretasikan dan menganalisis informasi tersebut sebagai sinyal baik (good news) atau sinyal buruk (bad news). Jika pengumuman informasi tersebut sebagai sinyal baik bagi investor, maka terjadi perubahan dalam volume perdagangan saham. Menurut Sharpe (1997), pengumuman informasi akuntansi memberikan sinyal bahwa perusahaan mempunyai prospek yang baik di masa mendatang (good news) sehingga investor tertarik untuk melakukan perdagangan saham, dengan demikian pasar akan bereaksi yang tercermin melalui perubahan dalam volume perdagangan saham. Dengan demikian hubungan antara publikasi informasi baik laporan keuangan, kondisi keuangan ataupun sosial politik terhadap fluktuasi volume perdagangan saham dapat dilihat dalam efisiensi pasar.
2.1.2. Teori Efesiensi Pasar Pasar yang efisien adalah pasar dimana harga semua sekuritas yang diperdagangkan
telah
mencerminkan
semua
informasi
yang
tersedia
(Tandelilin,2007). Efficient Market atau pasar yang efisien merupakan suatu pasar bursa dimana efek yang diperdagangkan merefleksikan semua informasi yang mungkin terjadi dengan cepat dan akurat (Robbert Ang, 2001). Konsep Efficient Market ini menyatakan bahwa pemodal selalu memasukkan faktor informasi yang tersedia dalam keputusan mereka sehingga terefleksi pada harga yang mereka transaksikan. Jadi harga yang berlaku di pasar sudah tergantung faktor informasi tersebut. Harga suatu efek mengandung tiga faktor yaitu merefleksikan informasi yang bersifat historis, merefleksikan kejadian yang telah diumumkan tetepi belum
dilaksanakan seperti saham bonus, tetapi pembagian saham bonus belum dibagikan, dan merefleksikan prediksi atas informasi yang akan datang. Menurut Jogiyanto (2000), bentuk efisiensi pasar dapat ditinjau tidak hanya dari segi ketersediaan informasinya saja, tetapi juga dapat dilihat dari kecanggihan pelaku pasar dalam pengambilan keputusan berdasarkan analisis dan informasi yang tersedia. Pasar efisien yang ditinjau dari sudut informasi saja disebut efisiensi pasar secara infomasi (informationally efficient market). Kunci utama untuk mengukur pasar modal efisien adalah hubungan antara sekuritas dengan informasi. Dimana informasi yang dapat digunakan untuk menilai pasar efisien adalah informasi yang lama, informasi yang sedang dipublikasikan atau semua informasi termasuk informasi privat. Fama dalam Jogiyanto (2000) menyajikan tiga macam bentuk utama dari efisiensi pasar berdasarkan ketia macam bentuk informasi, yaitu: 1)
Efisiensi pasar bentuk lemah (weak form) Pasar dikatakan efisien dalam bentuk lemah, jika harga-harga dari sekuritas tercemin secara penuh (fully reflect) informasi masa lalu. Informasi masa lalu ini merupakan informasi yang sudah terjadi. Bentuk efisiensi pasar secara lemah ini berkaitan dengan teori langkah acak (random walk theory) yang menyatakan bahwa data masa lalu tidak berhubungan dengan nilai sekarang. Jika pasar efisien secara bentuk lemah, maka nilai-nilai masa lalu tidak dapat digunakan untuk memprediksi harga sekarang. Ini berarti bahwa untuk pasar yang efisien
bentuk lemah, investor tidak dapat menggunakan informasi masa lalu untuk mendapatkan keuntungan yang tidak normal. 2)
Efisiensi pasar bentuk setengah kuat (semistrong form) Pasar dikatakan efisien setengah kuat, jika harga-harga sekuritas secara penuh mencerminkan semua informasi yang dipublikasikan (all publicly available information) termasuk informasi yang berada di laporan-laporan keunangan perusahaan emiten. Semua informasi yang dipublikasikan akan tersebar dan diterima oleh pemodal pada waktu yang hampir bersamaan, sehingga harga secara langsung dan cepat melakukan penyesuaian dan investor tidak mendapatkan keuntungan yang normal. Informasi yang dipublikasikan antara lain: (1)
Informasi yang mempengaruhi harga sekuritas dari perusahaan yang mempublikasikan dipublikasikan
ini
informasi
merupakan
tersebut. informasi
Informasi dalam
yang bentuk
pengumuman oleh perusahaan emiten. Informasi ini umumnya berhubungan dengan peristiwa yang terjadi di perusahaan emiten. Misalnya seperti pengumumam laba, pengumuman pembagian dividen, pengumuman pengembangan produk baru, pengumuman merjer dan akuisisi, dan lain sebagainya. (2)
Informasi yang mempengaruhi harga-harga sekuritas sejumlah perusahaan. Informasi yang dipublikasikan ini dapat berupa peraturan pemerintah atau peraturan dari regulator yang hanya berdampak pada harga sekuritas perusahaan-perusahaan yang
terkena regulasi tersebut. Misalnya seperti regulasi untuk meningkatkan kebutuhan cadangan yang harus dipenuhi oleh semua bank. Informasi ini akan mempengaruhi secara langsung harga sekuritas tidak sebuah bank saja, tetapi mungkin semua emiten di dalam industri perbankan. (3)
Informasi yang mempengaruhi harga sekuritas semua perusahaan yang terdaftar di pasar saham. Informasi ini dapat berupa peraturan pemerintah atau peraturan dari regulator yang berdampak ke semua perusahaan emiten. Contoh regulasi adalah peraturan akuntansi untuk mencantumkan laporan arus kas yang harus dilakukan oleh semua perusahaan. Regulasi ini akan mempunyai dampak pada harga sekuritas tidak hanya untuk sebuah perusahaan saja atau perusahaan-perusahaan
di
suatu
industri,
tetapi
mungkin
berdampak langsung pada semua perusahaan. 3)
Efisiensi pasar bentuk kuat (strong form) Pasar dikatakan efisien dalam bentuk kuat jika harga-harga sekuritas secara penuh mencerminkan semua informasi yang tersedia termasuk informasi privat. Jika pasar efisien dalam bentuk ini berhubungan satu dengan yang lain, maka tidak ada individual investor atau grup dari investor yang dapat memperoleh keuntungan tidak normal (abnormal return) karena mempunyau informasi privat. Salah satu jenis informasi privat adalah jenis informasi yang berasal dari orang dalam (insider information) yang mempunyai akses atas informasi berharga mengenai
keputusan penting yang telah direncanakan oleh perusahaan. Sehingga dengan modal informasi tersebut mereka melakukan analisa dan mengambil posisi transaksi yang sesuai. Pada saat mengumumkan perseroan tersebut dikeluarkan, maka informasi tersebut menjadi tersedia bagi masyarakat dan akan mendongkrak harga saham tersebut. Informasi privat yang demikian mampu memberikan keuntungan abnormal yang konsisten bagi para pemodal yang memiliki informasi tersebut.
2.1.3
Bank Menurut Pasal 1 Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang perubahan
UU No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/ atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Menurut Dendawijaya (2005 : 14), Bank merupakan badan usaha yang wujudnya memuaskan keperluan orang akan kredit baik dengan uang yang diterimanya dari orang lain maupun dengan jalan mengeluarkan uang baru sebagai uang kertas atau uang logam. Berdasarkan pengertian diatas, terdapat suatu misi bagi bank, yaitu meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Artinya bahwa dana-dana yang telah dihimpun bank dari masyarakat harus dialokasikan dan disalurkan kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit agar usaha masyarakat dapat meningkat. Dengan meningkatkan laju dan pemerataan pembangunan ekonomi di Indonesia. Dengan demikian, dapat disimpulkan peranan bank dalam masyarakat adalah :
1. Penghimpun dana masyarakat. 2. Penyalur dana dalam bentuk kredit. 3. Memperlancar dalam transaksi perdagangan yang dilakukan oleh masyarakat.
2.1.3.1 Jenis- Jenis Bank Kegiatan utama bank sebagai lembaga keuangan yang menghimpun dan menyalurkan dana dari masyarakat tidak terlalu berbeda satu sama lain. Menurut Kasmir (2012:20) jenis-jenis bank dapat dibagi menjadi : 1)
Jenis Bank Berdasarkan Fungsinya : Dalam Undang-undang Pokok Perbankan No. 14 tahun 1967 jenis perbankan menurut fungsinya dibedakan menjadi : (1)
Bank Umum
(2)
Bank Pembangunan
(3)
Bank Tabungan
(4)
Bank Pasar
(5)
Bank Desa
(6)
Lumbung Desa
(7)
Bank Pegawai
(8)
Dan Bank jenis lainnya
Kemudian menurut Undang-undang Perbankan No. 7 tahun 1992 dan ditegaskan kembali dalam Undang-undang No.10 tahun 1998 maka jenis perbankan terdiri dari dua jenis bank yaitu :
(1)
Bank Umum, yaitu bank yang melaksnakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
(2)
Bank Perkreditan Rakyat (BPR), yaitu bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
2)
Dilihat dari segi kepemilikannya (1)
Bank Milik Pemerintah, dimana baik akta pendirian maupun modalnya dimiliki oleh pemerintah, sehingga seluruh keuntungan bank ini dimiliki oleh pemerintah pula.
(2)
Bank Milik Swasta Nasional, yaitu bank yang seluruh atau sebagian besarnya dimiliki oleh swasta nasional serta akta pendiriannya pun didirikan oleh swasta, begitu pula pembagian keuntungannya diambil oleh swasta pula.
(3)
Bank Milik Asing, merupakan cabang dari bank yang ada diluar negeri, baik milik swasta asing maupun pemerintah asing suatu Negara.
(4)
Bank Milik Campuran, merupakan bank yang kepemilikan sahamnya dimiliki oleh pihak asing dan pihak swasta nasional. Dimana kepemilikan sahamnya secara mayoritas dipegang oleh warga Negara Indonesia.
3)
Dilihat dari segi status (1)
Bank Devisa, yaitu bank yang dapat melaksanakan transaksi ke luar negeri atau yang berhubungan dengan mata uang asing secara keseluruhan, misalnya transfer ke luar negeri, inkaso ke luar negeri dan transaksi keluar negeri lainnya.
(2)
Bank Non Devisa, yaitu bank yang belum mempunyai izin untuk melaksanakan transaksi sebagai bank devisa, sehingga tidak dapat melaksanakan transaksi seperti halnya bank devisa.
4)
Dilihat dari segi cara menentukan harga (1)
Bank yang berdasarkan Prinsip Konvensional. Menetapkan bunga sebagai harga jual, menggunakan atau menerapkan berbagai biayabiaya dalam nominal atau persentase tertentu.
(2)
Bank yang berdasarkan Prinsip Syariah. Menerapkan aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dengan pihak lain.
Berdasarkan jenis-jenis bank dapat dijelaskan bahwa bank terbagi kedalam beberapa bagian, hal ini dikarenakan spesifikasi bank dalam jalur lalu lintas keuangan. Perbedaan jenis perbankan dapat dilihat dari segi fungsi, kepemilikan dan dari segi menentukan harga. Dari segi fungsi perbedaan yang terjadi terletak pada luasnya kegiatan atau jumlah produk yang dapat ditawarkan maupun jangkauan wilayah operasinya. Kemudian kepemilikan perusahaan dilihat dari segi saham yang ada serta akta pendiriannya. Sedangkan dari menentukan harga yaitu antara bank konvensional berdasarkan harga dan bank syariah berdasarkan bagi hasil.
2.1.3.2 Fungsi Bank Menurut Undang-undang No. 14 tahun 1967 tentang pokok-pokok perbankan pasal 1 yaitu Bank adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya adalah memberikan kredit dan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang. Dari Undang-undang tersebut dapat disimpulkan bahwa fungsi pokok bank adalah sebagai berikut : 1)
Agent of Trust Sebagai
lembaga
kepercayaan,
bank
memiliki
fungsi
financial
intermediatery yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang kelebihan dana (penyimpan dana atau kreditur) dan menyalurkan pada pihak yang membutuhkan dana (peminjam dana atau debitur). Fungsi financial intermediatery ini akan
dapat berjalan lancar apabila ada unsur
kepercayaan (trust). Dalam hal ini masyarakat akan menyimpan dananya apabila dilandasi unsur kepercayaan
dan pihak bank sendiri akan
menempatkan dan menyalurkan dananya kepada debitur atau masyarakat apabila dilandasi unsur kepercayaan juga. 2)
Agent of Development Sektor moneter dan sektor riil tidak dapat dipisahkan dalam kegiatan perekonomian masyarakat. Kedua sektor tersebut berinteraksi saling mempengaruhi satu dengan yang lain. Sektor riil tidak akan bekerja dengan baik apabila sektor moneter tidak bekerja dengan baik. Tugas bank sebagai penghimpun dan penyalur dana sangat diperlukan untuk kegiatan
yang ditujukan untuk pembangunan perekonomian masyarakat, seperti kegiatan produksi, distribusi, investasi dan konsumsi barang dan jasa. 3)
Agent of Services Bank menawarkan berbagai macam jasa disamping dalam melakukan kegiatan penghimpunan dan penyaluran dana, bank juga memberikan penawaran jasa-jasa perbankan yang lain kepada masyarakat. Jasa-jasa yang ditawarkan bank seperti transfer uang, inkaso, letter of credit, automated teller machine, money market, capital market, dll. Jasa-jasa yang ditawarkan tersebut erat kaitannya dengan kelancaran kegiatan perekonomian masyarakat secara umum.
2.1.4
Laporan Keuangan Menurut Fahmi (2012 : 22) mengemukakan bahwa laporan keuangan
merupakan suatu informasi yang menggambarkan kondisi suatu perusahaan, dimana selanjutnya itu akan menjadi suatu informasi yang menggambarkan tentang kinerja suatu perusahaan. Pada umumnya laporan keuangan itu terdiri dari neraca dan perhitungan laba rugi serta laporan perubahan ekuitas. Neraca menunjukkan/menggambarkan jumlah aset, kewajiban dan ekuitas dari suatu perusahaan pada tanggal tertentu. Sedangkan perhitungan (laporan) laba rugi memperlihatkan hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan serta beban yang terjadi selama periode tertentu, dan laporan perubahan ekuitas menunjukkan sumber dan penggunaan atau alasan-alasan yang menyebabkan ekuitas perusahaan.
Sama seperti perusahaan nonbank, untuk mengetahui kondisi keuangan suatu bank, dapat dilihat laporan keuangan yang disajikan oleh suatu bank secara periodik. Laporan ini juga sekaligus menggambarkan kinerja bank selama periode tersebut. Laporan ini sangat berguna terutama bagi pemiliki, manajemen, pemerintah, dan masyarakat sebagai nasabah, guna mengetahui kondisi bank tersebut pada waktu tertentu. Setiap laporan yang disajikan haruslah dibuat sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Menurut Kasmir (2006 : 240) mengungkapkan bahwa laporan keuangan bertujuan untuk : a. Memberikan informasi keuangan tentang jumlah aktiva dan jenis aktiva yang dimiliki. b. Memberikan informasi keuangan tentang jumlah kewajiban dan jenis kewajiban. c. Memberikan informasi keuangan tentang jumlah modal dan jenis-jenis modal. d. Memberikan informasi keuangan tentang hasil usaha yang tercermin dari jumlah pendapatan bank. e. Memberikan informasi keuangan tentang jumlah biaya yang dikeluarkan dan jenis jenis biaya. f. Memberikan informasi keuangan tentang jumlah perubahan yang terjadi dalam aktiva, kewajiban, dan modal. g. Memberikan informasi keuangan tentang kinerja manajemen dalam suatu periode dari hasil laporan keuangan yang disajikan.
2.1.5. Analisis Fundamental Dua pendekatan yang dilakukan dalam menganaslisis nilai saham yaitu analisis fundamental dan analisis teknikal (Bodie, Et al. 2005). Analisis fundamental merupakan analisis untuk menghitung nilai intrisik saham dengan data keuangan perusahaan karena analisis fundamental berkaitan dengan faktor fundamental perusahaan yang dapat dilihat melalui laporan keuangan. Menganalisis laporan keuangan sangat penting dalam analissis fundamental karena memberi gambaran keadaan atau posisi perusahaan dan memberi informasi yang penting untuk mengukur kinerja perusahaan pada periode tertentu, tetapi informasi dalam laporan keuangan tersebut tidak bermanfaat jika tidak dapat membantu pemakai informasi dalam mengambil keputusan bisnis sehingga harus dilakuakan proses yang lebih lanjut (Tuasikal, 2002). Menurut Hurtanto dan Harkivent (2000), pendekatan fundamental dilakukan atas dasar kepercayaan bahwa kinerja keuangan perusahaan memperngaruhi nilai saham suatu perusahaan, dimana kinerja perusahaan diukur dengan rasio keuangan yaitu rasio likuiditas, rasio solvabilitas, dan rasio profitabilitas. 1)
Rasio Likuiditas Rasio likuiditas berfungsi untuk menunjukan atau mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban yang sudah jatuh tempo, baik kewajiban kepada pihak luar perusahaan maupun di dalam perusahaan (Kasmir, 2008:129). Dengan kata lain untuk perusahaan perbankan, bank dapat membayar kembali pencairan dana pada deposannya pada saat
ditagih serta dapat mencakup permintaan kredit yang telah diajukan. Rasio likuiditas diukur dengan loan to asset ratio (LAR) yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur jumlah kredit yang disalurkan dengan harta yang dimiliki bank (Kasmir, 2008:224), semakin tinggi tingkat rasio ini maka makin rendahnya tingkat likuiditas. 2)
Rasio Solvabilitas Rasio solvabilitas yaitu rasio yang menggambarkan seberapa besar jumlah aktiva perusahaan dibiayai dari hutang atau menunjukkan kemampuan perusahaan melunasi kewajiban jangka panjang maupun jangka pendek serta seberapa besar pembiayaan perusahaan berasal dari hutang (Bambang, 2001:32). Rasio solvabilitas diukur dengan debt equity ratio (DER) yang menggabarkan kemampuan kewajiban untuk membayar hutang dengan ekuitas (modal sendiri). Manfaat atau kelebihan menggunakan hutang untuk operasional perusahaan yaitu pemegang saham tetap dapat mengendalikan perusahaan dengan nilai investasi yang tidak terlalu besar dan jika hasil atau pendapatan yang diperoleh dengan memanfaatkan hutang tersebut lebih besar dari biaya yang harus dibayar maka return saham atau pemegang saham akan meningkat.
3)
Rasio Profitabilitas Rasio profitabilitas merupakan rasio yang menilai kemampuan perusahaan dalaam mencari keuntungan, rasio ini juga memberi ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan (Kasmir, 2008:196). Rasio profitabilitas diukur dengan net profit margin (NPM) yaitu digunakan
untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan net income dari kegiatan operasi pokok.
2.1.6 Price Book Value (PBV) PBV merupakan rasio pasar (market ratio) yang digunakan untuk mengukur rasio harga pasar saham terhadap nilai buku saham. Penilaian pasar yang menunjukan seberapa jauh sebuah perusahaan mampu menciptakan nilai perusahaan relatif terhadap jumlah modal yang diinvestasikan (Sugiarto, 2011). Price to book value (PBV) merupakan suatu metode estimasi harga saham yang menggunakan variabel nilai buku per saham (book value per share) dan suatu rasio atau multiplier (Samsul, 2002:171)
2.1.7
Return Saham Return saham merupakan salah satu faktor yang memotivasi investor
untuk berinvestasi dan merupakan imbalan atas keberanian investor menanggung resiko atas investasi yang dilakukan. Secara praktis, tingkat pengembalian suatu investasi adalah persentase penghasilan total
selama periode investasi
dibandingkan harga beli investasi tersebut. Return dapat berupa return realisasi yang sudah terjadi atau return yang belum terjadi tetapi diharapkan di masa mendatang. Return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi yang berupa return realisasi (realized return) merupakan return yang telah terjadi yang dihitung berdasarkan data historis, digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja keuangan perusahaan dan berguna sebagai dasar penentuan return ekspektasi (expected return), merupakan tingkat pengembalian investasi yang diharapkan
seorang investor atas suatu investasi yang akan diterima di masa yang akan datang. Menurut Abdul (2005), komponen pengembalian (return) meliputi: 1) Untung/Rugi modal (capital gain/loss) merupakan keuntungan (kerugian) bagi investor yang diperoleh dari kelebiahan harga jual (harga beli) di atas harga beli (harga jual) yang keduanya terjadi di pasar sekunder. 2) Imbal hasil (yield) merupakan pendapatan atau aliran kas yang diterima investor secara periodik, misalnya berupa deviden atau bungan. Yield dinyatakan dalam persentase dari modal yang ditanamkan.
2.2
Pembahasan Hasil Penelitian Sebelumnya Adapun beberapa penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan penelitian
ini yaitu penelitian Nugroho (2009) yang berjudul “Pengaruh Fundamental Terhadap Return Saham“ yang hasilnya menyatakan DER berpengaruh positif terhadap return saham, tetapi berbanding terbalik dengan penelitian Widayanti dan Dianita (2012) tentang “Pengaruh Ratio Leverage, Ratio Profitabilitas dan Likuiditas terhadap Return Saham” yang hasilnya menyatakan rasio leverage yang diukur dengan DER tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham. Selain itu adapun penelitian yang dilakukan oleh Sari (2012) yang berjudul “Analisis Pengaruh DER, ROE, CR dan TATO Terhadap Return Saham” yang hasilnya menyatakan bahwa DER berpengaruh positif terhadap return saham . begitujuga dengan penelitian Asyik dan Rafik (2013) tentang “ Pengaruh Rasio Keuangan
Terhadap Reaksi Pasar” yang menunjukan bahwa DER berpengaruh signifikan terhadap return saham. Penelitian yang dilakuakan oleh Harjito dan Rangga (2009) yang berjudul “Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan dan Return Saham di Bursa Efek Indonesia” menunjukan bahwa NPM (Net Profit Margin) menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan terhadap return. Sedangkan penelitian Susilowati (2011) yang berjudul “Reaksi Signal Rasio Profitabilitas dan Rasio Solvabilitas Terhadap Return Saham Perusahaan” menyatakan NPM tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Munte (2009) yang berjudul “Pengaruh Faktor Fundamental Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia” menyatakan rasio PBV berpengaruh positif terhadap return saham. Hasil yang sama dari penelitian Sumarno (2014) menyatakan bahwa rasio PBV mempengaruhi secara positif dan signifikan terhadap return saham. Sama halnya dengan penelitian Damayanti (2007) menyatakan bahwa price to book value (PBV) berpengaruh secara signifikan terhadap return saham.
2.3
Rumusan Hipotesis
2.3.1 Pengaru Loan to Asset Ratio (LAR) dengan Return Saham Loan to asset ratio (LAR) merupakan salah satu indikator dari rasio likuiditas, digunakan untuk mengukur jumlah kredit yang disalurkan dengan jumlah aktiva yang dimiliki bank. Makin tinggi tingkat rasio ini, menunjukkan
makin rendahnya tingkat likuiditas bank (Kasmir, 2008:223). Jika tingkal likuiditas perusahaan yang diukur oleh LAR dalam keadaan baik maka memberikan indikasi bahwa kinerja perusahaan baik karena mampu membayar semua kewajiban-kewajiban pendeknya tepat waktu dan memberi dampak positif terhadap return saham. H1
: Loan to Asset Ratio berpengaruh positif pada return saham
2.3.2 Pengaruh Debt to Equity Ratio (DER) terhadap Return Saham Debt to Equity Ratio dipergunakan untuk mengukur tingkat penggunaan utang terhadap total shareholders’ equity yang dimiliki perusahaan. Total debt merupakan total liabilities (jangka pendek/jangka panjang), sedangkan total shareholder equity menunjukkan total modal sendiri yang dimiliki perusahaan. Perusahaan yang sedang berkembang dan tumbuh hampir pasti akan memerlukan sumber pendanaan untuk mendanai operasional perusahaan. Perusahaan tersebut memerlukan banyak dana operasional yang tidak mungkin dapat dipenuhi hanya dari modal sendiri yang dimiliki perusahaan. Sumber pendanaan yang bagi perusahaan diantaranya berasal dari hutang karena mempunyai kelebihan diantaranya; 1) bunga mengurangi pajak sehingga biaya hutang rendah, 2) kreditur memperoleh return terbatas sehingga pemegang saham tidak perlu berbagi keuntungan ketika kondisi bisnis sedang maju, 3) kreditur tidak memliki hak suara sehingga pemegang saham dapat mengendalikan perusahaan dengan penyertaan dana yang kecil. (Gitman, 1994:465-468) Penggunaan hutang yang makin banyak, yang dicerminkan oleh debt ratio (rasio antara hutang dengan total aktiva) yang makin
besar, pada perolehan laba sebelum bunga dan pajak (EBIT) yang sama akan menghasilkan laba per saham yang lebih besar. Jika laba per saham meningkat, maka akan berdampak pada meningkatkannya harga saham atau return saham, sehingga secara teoritis DER akan berpengaruh positif pada return saham. H2
2.3.3
: Debt Equity Ratio berpengaruh positif pada return saham.
Pengaruh Net Profit Margin (NPM) terhadap Return Saham Net
Profit
Margin
merupakan
kemampuan
perusahaan
dalam
menghasilkan net income dari kegiatan operasi pokoknya. Net Profit Margin termasuk dalam salah satu rasio profitabilitas. Rasio ini digunakan untuk mengukur rupiah laba yang dihasilkan oleh setiap kegiatan operasi pokoknya. Rasio ini memberikan gambaran tentang laba untuk para pemegang saham sebagai prosentase dari kegiatan operasi pokok. Semakin tinggi rasio Net Profit Margin berarti laba yang dihasilkan oleh perusahaan juga semakin besar maka akan menarik minat investor untuk melakukan transaksi dengan perusahaan yang bersangkutan. Karena secara teori jika kemampuan emiten dalam menghasilkan laba semakin besar maka harga saham perusahaan dipasar modal juga akan mengalami peningkatan, sehingga secara teoritis NPM berpengaruh positif terhadap return saham. Penelitian Rechtmawan Dwipayana (2007) menunjukkan bahwa NPM positif dan secara parsial berpengaruh signifikan terhadap return saham. H3
: Net Profit Margi berpengaruh positif pada return saham.
2.3.4
Pengaruh Price to Book Value Terhadap Return Saham Price to Book Value (PBV) merupakan rasio pasar (market ratio) yang
digunakan untuk mengukur kinerja harga pasar saham terhadap nilai bukunya. Semakin tinggi rasio Price to Book Value (PBV) yang menunjukkan semakin berhasil perusahaan menciptakan nilai bagi pemegang saham (Ang dalam Novita Sari, 2013). Hal ini sesuai dengan signaling teori dimana dengan informasi yang diperoleh dari sinyal yang diberikan oleh perusahaan, investor akan mengetahui seberapa besar nilai perusahaan. Semakin baik nilai perusahaan, maka investor akan semakin tertarik untuk menginvestasikan dananya. Dengan begitu harga saham akan naik dan return saham juga ikut naik. H4 : Price to Book Value berpengaruh positif pada return saham