BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN
2.1
Landasan Teori dan Konsep
2.1.1 Intensi Berwirausaha Secara harfiah intensi bermakna niat (Nursito, 2013). Konsep mengenai intensi telah dijelaskan dalam oleh banyak peneliti. Menurut Ajzen (1991) intensi merupakan sebuah motivasi diri seseorang, kemauan untuk mengerahkan usaha, dan kemauan untuk berusaha keras yang akan tercermin dari perilaku. Intensi berwirausaha (entrepreneurial intention) atau dapat disebut niat berwirausaha adalah kecenderungan seseorang untuk membangun suatu usaha baru (Uddin, 2012). Menurut Rasli et al. (2013) menyatakan bahwa intensi berwirausaha adalah keadaan dimana dalam pikiran seseorang ada keinginan untuk menumbuhkan bisnis atau menciptakan usaha baru. Nursito (2013) mendefinisikan intensi berwirausaha sebagai kesungguhan
niat
seseorang
untuk
melakukan perbuatan atau
memunculkan suatu perilaku tertentu, yaitu berwirausaha. Keputusan untuk memulai sebuah bisnis baru biasanya direncanakan selama beberapa waktu dan kemudian diiringi dengan niat untuk benar-benar melakukannya (Neneh, 2014). Katz dan Gartner dalam Muhar (2013) menjelaskan intensi berwirausaha sebagai suatu proses pencarian informasi guna pencapaian tujuan usaha. Pandangan tersebut menunjukkan adanya keunggulan bagi individu yang memiliki minat yang tinggi. Menurut Rianti dalam Sumarsono (2013) mengatakan bahwa intensi merupakan posisi seseorang dalam dimensi probabilitas subjektif yang melibatkan
suatu hubungan antara dirinya dengan beberapa tindakan. Intensi merupakan faktor motivasional yang mempengaruhi tingkah laku. Intensi dipandang sebagai perubahan yang paling dekat dari individu untuk melakukan perilaku, maka dengan demikian intensi dapat dipandang sebagai hal yang khusus dari keyakinan yang objeknya selalu individu dan subjeknya selalu perilaku.
2.1.2 Pendidikan Kewirausahaan Pendidikan kewirausahan adalah program pendidikan yang merupakan sumber sikap kewirausahaan dan niat keseluruhan untuk menjadi wirausahawan sukses di masa depan (Fatoki, 2014). Menurut Nursito (2013) mendefinisikan pendidikan kewirausahaan sebagai tingkat pengetahuan sebagai hasil belajar setelah mengikut proses pendidikan kewirausahaan yang diperlukan untuk memulai dan menjalankan usaha. Alberti et al, (dalam Nursito, 2013) memiliki pandangan bahwa tujuan dari pendidikan kewirausahaan adalah: untuk memperoleh pengetahuan yang berhubungan erat dengan kewirausahaan; memperoleh ketrampilan dalam menggunakan teknik, analisis situasi usaha, dan menyusun rencana kerja; mengidentifikas motivasi, potensi, bakat dan ketrampilan kewirausahaan dan megembangkannya; menghilangkan resiko yang terdapat di dalam teknik analisis; mengembangkan empati dan dukungan bagi aspek unik dalam kewirausahaan; merubah sikap dan pemikiran yang salah terhadap perubahan; mendorong munculnya usaha baru; dan menstimulasi elemen sosialisasi afektif.
2
2.1.3 Sikap Berwirausaha Sikap dikatakan sebagai suatu respons evaluatif. Respon hanya akan timbul apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya reaksi individual. Respon evaluatif berarti bahwa bentuk reaksi yang dinyatakan sebagai sikap itu timbulnya didasari oleh proses evaluasi dalam diri individu yang memberi kesimpulan terhadap stimulus dalam bentuk nilai baik – buruk, positif – negatif, menyenangkan – tidak menyenangkan, yang kemudian mengkristal sebagai potensi reaksi terhadap objek sikap. Jadi sikap memberikan evaluasi terhadap objek (Shaw & Constanzo, 1983). Sikap berwirausaha mengacu pada respons individu terhadap risiko dalam berbisnis dan berani menghadapi rintangan dalam dunia usaha. Sikap individu yang mampu mentoleransi risiko (Zhao et al, 2005; Seagel et al, 2005) dan berani menghadapi rintangan dalam dunia usaha (Wijaya, 2007) memiliki intensi untuk berwirausaha.
2.2
Hipotesis Penelitian
2.2.1 Pengaruh Pendidikan Kewirausahaan terhadap Sikap Berwirausaha pada Mahasiswa Program Ekstensi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana. Pendidikan kewirausahaan bertujuan untuk membentuk manusia secara utuh, sebagai insan yang memiliki karakter, pemahaman dan keterampilan sebagai wirausaha. Buchari Alma (2000:16) menyatakan bahwa keahlian dan keterampilan wirausaha banyak didapatkan dari pendidikan kewirausahaan. Pendidikan kewirausahaan secara umum adalah proses pendidikan yang menerapkan prinsipprinsip dan metodologi ke arah pembentukan kecakapan hidup (life skill) pada
3
peserta didiknya melalui kurikulum terintegrasi yang dikembangkan di sekolah. Sikap mental kewirausahaan pada siswa dapat ditanamkan melalui pendidikan kewirausahaan berdasarkan nilai - nilai kewirausahaan (Suryana, 2003:32). Menurut penelitian Furi (2013) terdapat pengaruh pendidikan & pelatihan kewirausahaan terhadap sikap kewirausahaan. Oleh karena itu, ini menjadi dasar pengembangan hipotesis yang diajukan yaitu: H1: Pendidikan kewirausahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap Sikap Berwirausaha Mahasiswa Program Ekstensi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.
2.2.2
Pengaruh
Pendidikan
Kewirausahaan
terhadap
Intensi
Berwirausaha pada Mahasiswa Program Ekstensi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana. Menurut Fatoki (2014) melalui pendidikan kewirausahaan dapat menciptakan atau meningkatkan sikap kewirausahaan, semangat dan budaya diantara individu dan masyarakat umum. Siswoyo (2009) berpandangan bahwa kewirausahaan dapat dipelajari oleh setiap individu yang mempunyai keinginan untuk mempelajarinya karena berwirausaha bukanlah dominasi dari individu yang berbakat saja. Penelitian yang dilakukan oleh Hussain et al. (2015) menyimpulkan bahwa pendidikan berpengaruh positif dan signifikan terhadap intensi berwirausaha pada siswa Pakistan. Hasil senada juga ditunjukkan oleh penelitian yang dilakukan Siswoyo (2011), Aprilianti (2012), Hendriyani (2013), Nursito (2013), Zegeye
4
(2013), Fatoki (2014), Malebana (2014). Oleh karena itu, ini menjadi dasar pengembangan hipotesis yang diajukan yaitu: H2: Pendidikan kewirausahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap intensi berwirausaha Mahasiswa Program Ekstensi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.
2.2.3
Pengaruh Sikap Berwirausaha terhadap Intensi Berwirausaha pada Mahasiswa Program Ekstensi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana. Menurut Assael (2001) sikap didefinisikan kecenderungan yang dipelajari
untuk memberikan respon kepada objek atau kelas objek secara konsisten baik dalam rasa suka maupun tidak suka. Dalam studi Pretheeba (2014) yang dilakukan di Hong Kong, terungkap bahwa siswa laki-laki dan perempuan memiliki sikap positif tentang kewirausahaan. Sedangkan menurut Wijaya (2007) semakin positif keyakinan individu akan akibat dari suatu objek sikap, maka akan semakin positif pula sikap individu terhadap objek sikap tersebut, demikian pula sebaliknya. Dalam penelitian sebelumnya, Jianfeng (2013) menemukan sikap berwirausaha berpengaruh positif terhadap intensi berwirausaha siswa dan mahasiswa. Hasil senada juga ditunjukkan oleh penelitian yang dilakukan Alfonso et al. (2012), Andika dkk (2012), Ferreira et al. (2012), Rahayu dkk (2011), Malebana (2014), Chong et al. (2005). Oleh karena itu, hal ini menjadi dasar pengembangan hipotesis yang diajukan, yaitu:
5
H3: Sikap berwirausaha berpengaruh positif dan signifikan terhadap intensi berwirausaha Mahasiswa Program Ekstensi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.
2.2.4
Peran Sikap Berwirausaha Memediasi Pendidikan Kewirusahaan Terhadap Intensi Berwirausaha. Sikap berperilaku merupakan dasar bagi pembentukan intensi. Di dalam
sikap berperilaku terdapat dua aspek pokok, yaitu: keyakinan individu untuk menampilkan atau tidak menampilkan perilaku tertentu yang akan menghasilkan akibat-akibat atau hasil-hasil tertentu. Hal ini dapat pula berupa opini individu yang belum tentu sesuai dengan kenyataan. Semakin positif keyakinan individu akan akibat dari suatu objek sikap, maka akan semakin positif pula sikap individu terhadap objek sikap tersebut, demikian pula sebaliknya (Ajzen, 1991). Lestari dkk. (2012) menyatakan bahwa pendidikan kewirausahaan dapat membentuk pola pikir, sikap, dan perilaku pada mahasiswa menjadi seorang wirausahawan sejati sehingga mengarahkan mereka untuk memilih berwirausaha sebagai pilihan karir. Menurut Alhaji (2015) pendidikan kewirausahaan merupakan komponen penting dan memberikan stimulus untuk individu membuat pilihan karir, sehingga meningkatkan penciptaan usaha baru dan pertumbuhan ekonomi. Penelitian
sebelumnya,
Wijaya
(2012)
menyatakan
pendidikan
kewirausahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap intensi berwirausaha dan dalam penelitian Andika dkk (2012), mengatakan bahwa sikap berwirausaha berpengaruh positif pada intensi berwirausaha mahasiswa. Oleh karena itu, hal ini menjadi dasar pengembangan hipotesis yang diajukan, yaitu:
6
H4: Sikap berwirausaha berpengaruh positif dan signifikan dalam memediasi pendidikan kewirausahaan Mahasiswa Program Ekstensi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana terhadap intensi berwirausaha.
2.2.5
Kerangka Konsep Penelitian Berdasarkan bagaimana arah hipotesis yang telah ditetapkan dengan
menyesuaikan pada penelitian-penelitian sebelumnya, maka kerangka konsep dari penelitian ini dapat disusun sebagai berikut: Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Penelitian H4 Sikap Berwirausaha
(Y1) H1
H2
Pendidikan Kewirausahaan
Intensi Berwirausaha
(X1)
(Y2)
H3
Sumber: Konsep-konsep yang dikembangkan dalam penelitian ini (2016)
7