BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengembangan 2.1.1Pengertian Pengembangan Dalam kamus besar bahasa Indonesia (Kamisa, 1997:197)pengembangan adalah proses, cara, perbuatan mengembangkan. Pengembangan adalah upaya pendidikan baik formal maupun non formal yang dilaksanakan secara sadar, berencana, terarah, teratur, dan bertanggungjawab dalam rangka memperkenalkan, menumbuhkan, membimbing dan mengembangkan suatu kepribadian yang seimbang, utuh dan selaras, pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan bakat, keinginan serta kemampuan-kemampuannya, serta bekal untuk selanjutnya meningkatkan dan mengembangkan dirinya, maupun lingkungannya ke arah tercapainya martabat, mutu dan kemampuan manusiawi yang optimal dan pribadi yang mandiri (Wiryokusumo dalam Pitriwulan, 2011:203). Pengembangan merupakan suatu perubahan secara bertahap kearah tingkat yang berkecenderungan lebih tinggi, meluas dan mendalam yang secara menyeluruh dapat tercipta suatu kesempurnaan atau kematangan. Pengembangan
dalam
penelitian
ini
adalah
proses,
cara,
perbuatan
mengembangkan tentang LKS dengan pendekatan saintifik dan penerapannya menggunakan metode quantum learning pada Mata Pelajaran Matematika di Kelas VIII SMP. 11
12
2.2
Lembar Kerja Siswa (LKS)
2.2.1 Pengertian Lembar Kerja Siswa Lembar kerja siswa (student work sheet) adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik. Lembar kerja biasanya berupa petunjuk atau langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu tugas sesuai dengan kompetensi dasar yang akan dicapai (Diknas dalam Prastowo, 2013:203-204). LKS merupakan suatu bahan ajar cetak berupa lembar-lembar kertas yang berisi materi, ringkasan dan petunjuk-petunjuk pelaksanaan tugas pembelajaran yang harus dikerjakan peserta didik dan mengacu pada kompetensi dasar yang harus dicapai. 2.2.2 Fungsi Lembar Kerja Siswa (LKS) Menurut Prastowo (2013:205), LKS mempunyai empat fungsi diantaranya yaitu: 1. Sebagai bahan ajar yang bisa meminimalkan peran pendidik, namun lebih mengaktifkan peserta didik. 2. Sebagai bahan ajar yang mempermudah peserta didik untuk memahami materi yang diberikan. 3. Sebagai bahan ajar yang ringkas dan kaya tugas untuk berlatih. 4. Memudahkan pelaksanaan pengajaran kepada peserta didik 2.2.3 Tujuan Penyusunan Lembar Kerja Siswa (LKS) Ada empat poin yang menjadi tujuan penyusunan LKS menurut Prastowo (2013:206) yaitu:
13
1. Menyajikan bahan ajar yang memudahkan peserta didik untuk berinteraksi dengan materi yang diberikan. 2. Menyajikan tugas-tugas yang dapat meningkatkan penguasaan peserta didik terhadap materi yang diberikan 3. Melatih kemandirian belajar peserta didik. 4. Memudahkan pendidik dalam memberikan tugas kepada peserta didik. 2.2.4 Struktur Lembar Kerja Siswa (LKS) Menurut Prastowo (2013:207), struktur LKS setidaknya terdiri atas enam komponen utama yang meliputi: judul, petunjuk belajar, kompetensi dasar atau materi pokok, informasi pendukung, tugas atau langkah kerja, dan penilaian. 1) Judul Judul dilihat berdasarkan kompetensi inti, kompetensi dasar, indikator yang ingin dicapai, materi pokok, dan didasarkan oleh suatu model yang digunakan. 2) Petunjuk belajar Di dalamnya dijelaskan tentang bagaimana peserta didik mempelajari materi yang ada dalam bahan ajar tersebut. 3) Kompetensi yang akan dicapai Menjelaskan tentang kompetensi inti, kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran dan pengalaman belajar yang harus dikuasai peserta didik.
14
4) Informasi pendukung Merupakan berbagai informasi tambahan yang dapat melengkapi bahan ajar, sehingga peserta didik semakin mudah untuk menguasai pengetahuan yang akan mereka peroleh, seperti peta konsep. 5) Tugas atau langkah kerja Tugas atau langkah kerja adalah satu lembar atau beberapa lembar kertas yang berisi sejumlah langkah prosedural cara pelaksanaan aktivitas yang harus dilakukan siswa. 6) Penilaian (Evaluasi) Suatu komponen evaluasi terdapat sejumlah pertanyaan yang ditujukan kepada peserta didik untuk mengukur seberapa jauh penguasaan kompetensi yang berhasil mereka kuasai setelah mengikuti proses pembelajaran dengan bahan ajar. 2.2.5 Macam-macam Lembar Kerja Siswa (LKS) Setiap LKS disusun dengan materi-materi dan tugas-tugas tertentu yang dikemas sedemikian rupa untuk tujuan tertentu. Ada lima macam bentuk LKS yang umumnya digunakan oleh peserta didik (Prastowo, 2013:208) yaitu: a. LKS yang membantu peserta didik menemukan suatu konsep Sesuai dengan prinsip konstruktivisme, seseorang akan belajar jika ia aktif mengkonstruksi pengetahuan di dalam otaknya. LKS jenis ini memuat apa yang harus dilakukan peserta didik, meliputi melakukan, mengamati dan menganalisis. Oleh karena itu perlu dirumuskan langkah-
15
langkah yang harus dilakukan peserta didik kemudian meminta peserta didik untuk mengamati hasil kegiatannya. b. LKS yang membantu peserta didik menerapkan dan mengintegrasikan berbagai konsep yang telah ditemukan. LKS jenis ini memberikan tugas kepada peserta didik untuk melakukan diskusi, kemudian meminta mereka untuk berlatih memberikan kebebasan berpendapat yang bertanggung jawab. c. LKS yang berfungsi sebagai penuntun belajar LKS bentuk ini berisi pertanyaan atau isian yang jawabannya ada di dalam buku.Fungsi utama dalam LKS ini adalah membantu peserta didik menghafal dan memahami materi pembelajaran yang terdapat di dalam buku. d. LKS yang berfungsi sebagai penguatan LKS bentuk ini diberikan setelah peserta didik selesai mempelajari topik tertentu.Materi pembelajaran di dalam LKS ini lebih mengarah pada pendalaman dan penerapan materi yang terdapat di dalam buku pelajaran. e. LKS yang berfungsi sebagai petunjuk praktikum LKS bentuk ini di dalamnya terdapat petunjuk praktikum yang merupakan salah satu isi (content) dari LKS.
16
2.2.6 Langkah-Langkah Membuat Lembar Kerja Siswa (LKS) Berikut adalah langkah – langkah penyusunan lembar kerja siswa menurut Diknas (Prastowo, 2013:212). Analisis Kurikulum
Menyusun Peta Kebutuhan LKS
Menentukan judul-judul LKS
Menulis LKS Merumuskan KD
Menentukan alat penilaian
Menyusun Materi Memperhatikan Struktur Bahan Ajar Gambar 2.1 Langkah – Langkah penyusunan LKS
Adapun penjelasan dari langkah-langkah penyusunan LKS di atas adalah sebagai berikut: 1) Melakukan Analisis Kurikulum Analisis
kurikulum
merupakan
langkah
pertama
dalam
penyusunan
LKS.Langkah ini dimaksudkan untuk menentukan materi–materi mana yang memerlukan bahan ajar LKS. Pada umumnya, dalam menentukan materi,
17
langkah analisisnya dilakukan dengan cara melihat materi pokok, pengalaman belajar, serta materi yang akan diajarkan. Selanjutnya, kita juga harus mencermati kompetensi yang mesti dimiliki oleh peserta didik.Jika semua langkah tersebut telah dilakukan, maka kita harus bersiap untuk memasuki langkah berikutnya, yaitu menyusun peta kebutuhan LKS. 2) Menyusun Peta Kebutuhan LKS Peta kebutuhan LKS sangat diperlukan untuk mengetahui jumlah LKS yang harus ditulis serta sekuensi atau urutan LKS nya.Sekuensi LKS sangat dibutuhkan dalam menentukan prioritas penulisan.Langkah ini biasanya diawali dengan analisis kurikulum dan analisis sumber belajar. 3) Menentukan Judul–Judul LKS Judul LKS ditentukan atas dasar kompetensi–kompetensi dasar, materi–materi pokok, atau pengalaman belajar yang terdapat dalam kurikulum.Satu kompetensi dasar dapat dijadikan sebagai judul LKS apabila kompetensi dasar tersebut tidak terlalu besar. Adapun besarnya kompetensi dasar dapat dideteksi, antara lain dengan cara apabila diuraikan kedalam materi pokok mendapatkan maksimal empat materi pokok, maka kompetensi tersebut dapat dijadikan sebagai satu judul LKS. 4) Penulisan LKS Untuk menulis LKS langkah–langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut: a) Merumuskan kompetensi dasar. Untuk merumuskan kompetensi dasar, dapat dilakukan dengan menurunkan rumusannya langsung dari kurikulum yang
18
berlaku; b) Menentukan alat penilaian.Penilaian dilakukan terhadap proses kerja dan hasil kerja peserta didik; c) Menyusun materi. Untuk menyusun materi LKS, ada beberapa hal penting yang perlu diperhatikan, berkaitan dengan isi atau materi LKS, materi LKS sangat tergantung pada kompetensi dasar yang akan dicapainya. Materi LKS dapat berupa informasi pendukung, yaitu gambaran umum atau ruang lingkup substansi yang akan dipelajari. Materi dapat diambil dari berbagai sumber, seperti buku, majalah, internet, jurnal hasil penelitian, dan sebagainya; d) Memperhatikan struktur LKS.Ini adalah langkah terakhir dalam penyusunan sebuah LKS. Dalam membuat LKS, kita harus memahami bahwa struktur LKS terdiri dari enam komponen, yaitu judul, petunjuk belajar, kompetensi yang akan dicapai, informasi pendukung, tugas-tugas dan langkah-langkah kerja, serta penilaian. Ketika menulis sebuah LKS, semua komponen tersebut harus ada, karena apabila ada satu komponen saja yang tidak ada, maka LKS yang telah dirancang tidak akan pernah terwujud. Kalaupun terwujud, itu hanyalah sebuah kumpulan tulisan saja dan tidak bisa disebut LKS. Sedangkan
langkah–langkah
(2011:220) ada empat, yaitu :
pengembangan
LKS
menurut
Prastowo
19
1. Penentuan tujuan pembelajaran Langkah pertama ini, kita harus menentukan desain menurut tujuan pembelajaran yang kita acu. Perhatikan variabel ukuran, kepadatan halaman, penomoran halaman, dan kejelasan. 2. Pengumpulan materi Menentukan materi dan tugas yang akan kita masukan kedalam LKS. Oleh karena itu, pastikan bahwa materi dan tugas yang kita tentukan sejalan dengan tujuan pembelajaran. 3. Penyusunan elemen–elemen atau unsur–unsur Pada bagian inilah, saatnya kita mengintegrasikan desain (hasil dari langkah pertama) dengan tugas (sebagai hasil dari langkah kedua). 4. Pemeriksaan dan penyempurnaan Ada empat variabel yang harus kita cermati sebelum LKS dapat dibagikan kepeserta didik, yaitu: a. Kesesuaian desain dengan tujuan pembelajaran yang berangkat dari kompetensi dasar. b. Kesesuaian materi dan tujuan pembelajaran. c. Kesesuaian elemen atau unsur dengan tujuan pembelajaran. d. Kejelasan penyampaian.
20
2.3
Tinjauan Metode Quantum Learning
2.3.1 Pengertian Quantum Learning Menurut DePorter dan Hernacki (2013:98) memberikan pengertian Quantum Learning adalah seperangkat metode dan falsafah belajar.Quantum pada dasarnya merupakan interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya. Sedangkan Quantum Learning
menurut Siberman (Cahyo, 2012:202) didefinisikan sebagai interaksi-
interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya. Cahyo (2012:205) menyebutkan Quantum Learning adalah pengajaran yang dapat mengubah suasana belajar yang menyenangkan serta mengubah kemampuan dan bakat alamiah siswa menjadi cahaya yang akan bermanfaat bagi mereka sendiri dan bagi orang lain. Quantum Learning merupakan orkestrasi bermacam-macam interaksi yang di dalam dan di sekitar momen belajar atau suatu pebelajaran yang mempunyai misi utama untuk mendesain suatu proses belajar yang menyenangkan yang disesuaikan dengan tingkat perkembangan siswa. Kemudian Quantum learning dapat pula diartikan sebagai penerapan metode atau cara belajar baru yang lebih melihat kemampuan siswa berdasarkan kelebihan atau kecerdasan yang dimilikinya serta adanya sikap positif yang dibangun dalam diri siswa, dengan meyakinkan siswa bahwa setiap manusia mempunyai kekuatan pikiran yang tidak terbatas. Cahyo (2012:207) menyebutkan bahwa dalam Quantum Learning, guru sebagai pengajar tidak hanya memberikan bahan ajar, tetapi juga memberikan motivasi kepada siswanya, sehingga siswa merasa bersemangat dan timbul kepercayaan dirinya untuk belajar lebih giat dan dapat melakuklan hal-hal
21
positif sesuai dengan tipe kecerdasan yang dimilikinya. Pembelajaran pada Quantum Learning menuntut setiap siswa unntuk bisa membaca secara cepat dan membuat ringkasan berupa catatan sesuai dengan kenyamanan dan kemampuan mereka dalam meringkas pelajaran.
2.3.2 Prinsip-Prinsip dalam Quantum Learning Menurut Cahyo (2012:212) Quantum Learning memiliki lima prinsip atau kebenaran tetap. Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut: a.
Segalanya Berbicara Segalanya dari lingkungan kelas hingga bahasa tubuh guru, dan modul yang guru bagikan hingga rancangan pelajaran semuanya mengirim pesan tentang belajar.
b.
Segalanya Bertujuan Semuanya yang terjadi dalam pengubahan guru mempunyai tujuan.Tujuan nya adalah pembelajaran dan pencapaian Quantum Learning tersebut.
c.
Pengalaman Sebelum Pemberian Nama. Otak kita berkembang pesat dengan adanya rangsangan kompleks yang akan menggerakkan rasa ingin tahu kita. Oleh karena itu, proses belajar paling baik terjadi ketika siswa telah mengalami informasi sebelum mereka memperoleh nama-nama apa yang mereka pelajari.
22
d.
Akui Setiap Usaha Belajar
mengandung
risiko.Belajar
berarti
melangkah
keluar
dari
kenyamanan.Pada saat siswa mengambil langkah itu, mereka patut mendapat pengakuan atas kecakapan dan kepercayaan diri mereka. e.
Jika Layak Dipelajari, Layak Pula Dirayakan. Perayaan adalah sarapan pelajar sang juara. Perayaan adalah umpan balik mengenai kemajuan dan meningkatkan asosiasi emosi positif dengan belajar.
2.3.3 Pendukung metode Quantum Learning Dalam belajar, metode Quantum Learning perlu pendukung agar bisa berjalan dengan baik. Pendukung tersebut harus dianut oleh guru dan siswa, di antaranya sebagai berikut, Cahyo (2012:226): a. Setiap orang adalah guru dan sekaligus murid sehingga bisa saling berfungsi sebagai fasilitator. b. Bagi kebanyakan orang, belajar akan sangat efektif jika dilakukan dalam suasana yang menyenangkan, lingkungan dan suasana yang tidak terlalu formal, penataan duduk setengah melingkar tanpa meja, penataan sinar atau cahaya yang baik sehingga siswa merasa santai dan relaks. c. Setiap orang mempunyai gaya belajar, bekerja, dan berpikir yang unik dan berbeda yang merupakan pembawaan alamiah sehingga kita tidak perlu merubahnya. Dengan demikian perasaan nyaman dan positif akan terbentuk dalam menerima informasi atau materi yang diberikan oleh fasilitator.
23
d. Modul pelajaran tidak harus rumit, tapi harus dapat disajikan dalam bentuk sederhana dan lebih banyak ke suatu kasus nyata atau aplikasi langsung. e. Dalam menyerap dan mengolah informasi otak menguraikan dalam bentuk simbol, atau asosiatif sehingga materi akan lebih mudah dicerna bila lebih banyak disajikan dalam bentuk gambar, diagram, flow atau symbol. f. Kunci menuju kesuksesan metode Quantum Learning adalah latar belakang (background) musik klasik atau instrumental yang telah terbukti memberikan pengaruh positif dalam proses pembelajaran. Musik klasik barok dari Mozart, Bach, Beethoven, dan Vivaldi dapat meningkatkan kemampuan mengingat, mengurangi setres, meredakan ketegangan meningkatkan energi dan memperkuat daya ingat. Para komposer ini menggunakan ketukan yang sangat khas dan polapola yang secara otomatis menyinkronkan tubuh dan pikiran. Musik barok ini mempunyai tempo enam puluh ketukan per menit, yang sama dengan detak jantung rata-rata dalam keadaan normal. g. Penggunan warna dalam metode Quantum Learning dapat meningkatkan daya tangkap dan ingat sebanyak lebih kurang 78%. h. Siswa
berperan
lebih
aktif
dalam
membahas
materi
sesuai
dengan
pengalamannya. i. Sistem penilaian yang disarankan untuk abad ke-21 dalam pembelajaran adalah 50% penilaian diri sendiri, 30% penilaian teman, 20% penilaian trainer atau atasan.
24
j. Umpan balik yang positif akan mampu memotivasi anak untuk berprestasi namun umpan balik negativ akan membuat siswa frustasi.
2.3.4 Karakteristik Metode Quantum Learning Menurut DePorter (Cahyo, 2012:229), metode pembelajaran Quantum Learning mempunyai beberapa karakteristik, diantaranya adalah sebagai berikut: a. Pembelajaran kuantum berpangkal pada psikologi kognitif . b. Pembelajaran
kuantum
berupaya
memadukan,
menyinergikan,
dan
mengkolaborasikan faktor potensi-diri manusia selaku pembelajar dengan lingkungan (fisik dan mental) sebagai konteks pembelajaran. c. Pembelajaran kuantum memusatkan perhatian pada interaksi yang bermutu dan bermakna, bukan sekedar transaksi makna. d. Pembelajaran kuantum sangat menekankan pada pemercepatan pembelajaran dengan taraf keberhasilan tinggi. e. Pembelajaran kuantum sangat menekankan kealamiahan dan kewajaran proses pembelajaran, bukan keartifisialan atau keadaan yang dibuat-buat. f. Pembelajaran kuantum menempatkan nilai dan keyakinan sebagai bagian penting proses pembelajaran.
25
2.4
Pendekatan Saintifik (Scientific Approach)
2.4.1 Pengertian Pendekatan Saintifik Implementasi kurikulum 2013 dalam pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengkonstruksi konsep, hukum atau prinsip melalui tahapantahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan konsep, hukum, atau prinsip yang ditemukan. Pendekatan saintifik dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal, memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari guru. Pendekatan saintifik dalam pembelajaran disajikan sebagai berikut: a. Mengamati (observasi) Metode mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran (meaningfull learning). Metode ini memiliki keunggulan tertentu, seperti menyajikan media obyek secara nyata, peserta didik senang dan tertantang, dan mudah pelaksanaannya.Metode mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu peserta didik. Sehingga proses pembelajaran memiliki kebermaknaan
yang
tinggi.
Kegiatan
mengamati
dalam
pembelajaran
sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a, hendaklah guru membuka secara luas dan bervariasi kesempatan peserta didik untuk melakukan
26
pengamatan melalui kegiatan: melihat, menyimak, mendengar, dan membaca. Guru memfasilitasi peserta didik untuk melakukan pengamatan, melatih mereka untuk memperhatikan (melihat, membaca, mendengar) hal yang penting dari suatu benda atau objek. Adapun kompetensi yang diharapkan adalah melatih kesungguhan, ketelitian, dan mencari informasi. b. Menanya Dalam kegiatan mengamati, guru membuka kesempatan secara luas kepada peserta didik untuk bertanya mengenai apa yang sudah dilihat, disimak, dibaca atau dilihat. Guru perlu membimbing peserta didik untuk dapat mengajukan pertanyaan: pertanyaan tentang yang hasil pengamatan objek yang konkrit sampai kepada yang abstra berkenaan dengan fakta, konsep, prosedur, atau pun hal lain yang lebih abstrak. Pertanyaan yang bersifat faktual sampai kepada pertanyaan yang bersifat hipotetik.Dari situasi di mana peserta didik dilatih menggunakan pertanyaan dari guru, masih memerlukan bantuan guru untuk mengajukan pertanyaan sampai ke tingkat di mana peserta didik mampu mengajukan pertanyaan
secara
mandiri.Dari
kegiatan
kedua
dihasilkan
sejumlah
pertanyaan.Melalui kegiatan bertanya dikembangkan rasa ingin tahu peserta didik.Semakin terlatih dalam bertanya maka rasa ingin tahu semakin dapat dikembangkan.Pertanyaan terebut menjadi dasar untuk mencari informasi yang lebih lanjut dan beragam dari sumber yang ditentukan guru sampai yang ditentukan peserta didik, dari sumber yang tunggal sampai sumber yang beragam.
27
Kegiatan “menanya” dalam kegiatan pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013, adalah mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati (dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan yang bersifat hipotetik). Adapun kompetensi yang diharapkan dalam kegiatan ini adalah mengembangkan kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis yang perlu untuk hidup cerdas dan belajar sepanjang hayat. c. Mengumpulkan Informasi Kegiatan “mengumpulkan informasi” merupakan tindak lanjut dari bertanya. Kegiatan ini dilakukan dengan menggali dan mengumpulkan informasi dari berbagai sumber melalui berbagai cara. Untuk itu peserta didik dapat membaca buku yang lebih banyak, memperhatikan fenomena atau objek yang lebih teliti, atau bahkan melakukan eksperimen.Dari kegiatan tersebut terkumpul sejumlah informasi.
Dalam
Permendikbud
Nomor
81a
Tahun
2013,
aktivitas
mengumpulkan informasi dilakukan melalui eksperimen, membaca sumber lain selain buku teks, mengamati objek/kejadian/aktivitas wawancara dengan nara sumber
dan
sebagainya.
Adapun
kompetensi
yang
diharapkan
adalah
mengembangkan sikap teliti, jujur,sopan, menghargai pendapat orang lain, kemampuan berkomunikasi, menerapkan kemampuan mengumpulkan informasi
28
melalui berbagai cara yang dipelajari, mengembangkan kebiasaan belajar dan belajar sepanjang hayat. d. Mengasosiasikan/Mengolah Informasi/Menalar Kegiatan
“mengasosiasi/mengolah
informasi/menalar”
dalam
kegiatan
pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013, adalah memproses informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan/eksperimen maupun hasil dari kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi. Pengolahan informasi yang dikumpulkan dari yang bersifat menambah keluasan dan kedalaman sampai kepada pengolahan informasi yang bersifat mencari solusi dari berbagai sumber yang memiliki pendapat yang berbeda sampai kepada yang bertentangan.Kegiatan ini dilakukan untuk menemukan keterkaitan satu informasi dengan informasi lainya, menemukan pola dari keterkaitan informasi tersebut.Adapun kompetensi yang diharapkan adalah mengembangkan sikap jujur, teliti, disiplin, taat aturan, kerja keras, kemampuan menerapkan prosedur dan kemampuan berpikir induktif serta deduktif dalam menyimpulkan. Aktivitas ini juga diistilahkan sebagai kegiatan menalar, yaitu proses berfikir yang logis dan sistematis atas fakta-kata empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan. Aktivitas menalar dalam konteks pembelajaran pada Kurikulum 2013 dengan pendekatan ilmiah banyak merujuk pada teori belajar asosiasi atau pembelajaran asosiatif.Istilah asosiasi dalam pembelajaran merujuk pada kemamuan mengelompokkan beragam ide dan
29
mengasosiasikan beragam peristiwa untuk kemudian memasukannya menjadi penggalan memori. Selama mentransfer peristiwa-peristiwa khusus ke otak, pengalaman tersimpan dalam referensi dengan peristiwa lain. Pengalamanpengalaman yang sudah tersimpan di memori otak berelasi dan berinteraksi dengan pengalaman sebelumnya yang sudah tersedia. e. Menarik kesimpulan Kegiatan menyimpulkan dalam pembelajaran dengan pendekatan saintifik merupakan kelanjutan dari kegiatan mengolah data atau informasi.Setelah menemukan keterkaitan antar informasi dan menemukan berbagai pola dari keterkaitan tersebut, selanjutnya secara bersama-sama dalam satu kesatuan kelompok, atau secara individual membuat kesimpulan. f. Mengkomunikasikan Pada pendekatan scientific guru diharapkan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengkomunikasikan apa yang telah mereka pelajari. Kegiatan ini dapat dilakukan melalui menuliskan atau menceritakan apa yang ditemukan dalam kegiatan mencari informasi, mengasosiasikan dan menemukan pola. Hasil tersebut disampikan di kelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar peserta didik atau kelompok peserta didik tersebut. Kegiatan “mengkomunikasikan” dalam kegiatadisampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013, adalah menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya.
30
Adapun
kompetensi
yang
diharapkan
dalam
kegiatan
ini
adalah
mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir sistematis, mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas, dan mengembangkan kemampuan berbahasa yang baik dan benar.
2.5 Efektifitas Pembelajaran
Proses belajar mengajar merupakan serangkaian kegiatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan suatu pembelajaran yang efektif. Menurut Slavin (Djamarah, 2006) bahwa keefektifan pembelajaran ditentukan oleh 4 aspek yaitu kualitas pembelajaran, kesesuaian tingkat pembelajaran, intentif dan waktu. Efektifitas suatu pembelajaran juga selalu berhubungan dengan guru yang efektif. Tapi baru-baru ini bahwa suatu totalitas sifat-sifat umum guru yang efektif tidak ada, lebih tepat efektifitas pengajaran itu seharusnya ditinjau dari hubungan dengan guru tertentu yang mengajar siswa tersebut. Jadi dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dikatakan efektif apabila pembelajaran itu dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Tujuan yang akan dicapai dalam pembelajaran ini ditinjau dari: 1. Tingkat Penguasaan Siswa 2. Ketuntasan Belajar Siswa 3. Ketercapaian Indikator
31
Jadi pembelajaran dikatakan efektif apabila tingkat penguasaan siswa, ketuntasan belajar siswa dan ketercapaian indikator tersebut tercapai sesuai dengan batasan yang telah ditetapkan. Menurut Usman (2006) ada beberapa hal yang menentukan keberhasilan belajar siswa dalam menciptakan efektifitas belajar mengajar, yaitu: a. Melibatkan siswa secara efektif b. Menarik minat dan perhatian siswa c. Membangkitkan motivasi siswa d. Peragaan dan pengajaran Untuk
meningkatkan
efektifitas
mengajar
adalah
dengan
persiapan
pengajaran dengan sebaik-baiknya, sehingga akan diperoleh hasil yang baik dan pelaksanaan pengajaran juga dapat berjalan dengan baik. Untuk mengetahui sejauh mana kegiatan pembelajaran yang direncanakan tercapai, peneliti menggunakan lembar observasi yang akan diisi oleh observer selama proses pembelajaran lingkaran berlangsung. Dimana lembar observasi telah dilengkapi petunjuk-petunjuk, sehingga dalam pengumpulan data dapat mencapai hasil yang baik.
2.6
Pengembangan LKSDengan Pendekatan Saintifik dan Penerapannya menggunakan Metode Quantum Learning Materi Peluang Pada penelitian ini penulis memilih model ADDIE, yang dikembangkan oleh
Reiser dan Mollenda (1990). Model ini di pilih karena dalam pengembangan ini didasarkan pada alasan, yaitu: (1) Model ini berupa model prosedural, yaitu model
32
yang bersifat deskriptif, menunjukkan langkah-langkah yang jelas dan cermat untuk menghasilkan produk, (2) Tahap-tahap pengembangan dalam model ini sama dengan standar tahap penelitian pengembangan. Pengembangan Lembar Kerja Siswa dalam penelitian ini menggunakan langkah-langkah model pengembangan ADDIEdengan langkah-langkah sebagai berikut yaitu: Analisis (Analysis), Desain Pengembangan (Design), Pelaksanaan Pengembangan
(Development),
Penerapan
(Implementation)
dan
Evaluasi
(Evaluation). Pada tahap analisis dilakukan analisis pendahuluan yang terdiri dari analisis kurikulum, analisis materi dan analisis karakteristik siswa.Pada tahap desain pengembangan terdiri dari rancangan sampul LKS dan rancangan isi LKS. Untuk tahap pengembangan terdiri dari validasi dari tim ahli guna mengetahui kevalidan dan kepraktisan produk tersebut, revisi produk dan dilakukan evaluasi produk yang dikembangkan, evaluasi satu-satu dan uji coba kelompok kecil. Tahap implementasi merupakan langkah nyata untuk menerapkan produk pembelajaran yang telah dibuat pada kelas yang sesungguhnya.Sedangkan pada tahap evaluasi diberikan post-test untuk mengetahui hasil belajar siswa yang telah menggunakan LKS yang kembangkan oleh penulis. Dalam pengembangan LKS ini dilakukan dengan pendekatan saintifik dan penerapannya
menggunakan
metode
Quantum
Learning.
Esensi
dari
33
metodepembelajaran tersebut adalah adanya reorientasi pembelajaran dari semula berpusat pada pengajar menjadi berpusat pada peserta didik. Berikut akan dipaparkan spesifikasi dari Lembar Kerja Siswa (LKS) dengan pendekatan saintifik dan penerapannya menggunakan metode quantum learning: 1. Judul Judul LKS yang akan dibuat lebih spesifik dari LKS yang telah ada. Pada tahap merancang judul dilihat berdasarkan kompetensi inti, kompetensi dasar, indikator yang ingin dicapai, materi pokok, dan didasarkan oleh suatu metode yang digunakan. 2. Petunjuk Belajar Petunjuk belajar ini disajikan untuk mempermudah siswa menggunakan LKS dalam proses pembelajaran.Di dalamnya dijelaskan tentang bagaimana peserta didik mempelajari materi yang ada dalam LKS tersebut. 3. Kompetensi yang akan dicapai Pada kompetensi yang akan dicapai ini berisikan kompetensi inti, kompetensi dasar, indikator pencapaian kompetensi yang mencakup keseluruhan materi, tujuan pembelajaran serta pengalaman belajar yang diperoleh melalui proses pembelajaran materi peluang. 4. Informasi pendukung Informasi pendukung berisi tentang peta konsep yang mana di sana ditulis topik yang akan dipelajari pada setiap pertemuan sehingga memudahkan siswa dalam mempelajari materi peluang.
34
5. Langkah kerja Langkah kerja ini dibuat per sub materi, yang mana tahapan-tahapan pembelajaran pada setiap sub materinya menggunakan pendekatan saintifik dan penerapannya dengan metode quantum learning, seperti:
1. Tahap Mengamati Pada LKS berbasis pendekatan saintifik materi peluang mengirim pesan tentang belajar, pada LKS tersebut diberikan uraian materi ataupun informasi secara nyata yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari, dan menuntut siswa untuk mengembangkan pemahaman mereka tentang suatu konsep ataupun informasi yang mereka miliki untuk menemukan konsep baru dalam materi peluang. Mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu peserta didik.Siswa dituntut untuk memahami uraian yang berkaitan dengan dunia nyata atau aplikasi langsung. Pada tahap ini siswa juga akan diberi motivasi oleh guru agar siswa dapat mengidentifikasi dan mengetahui manfaat satu makna dari setiap pengalaman yang dilaluinya dalam proses mengamati pembelajaran. 2. Menanya Pada langkah ini, LKS mengarahkan siswa untuk dapat menjadi penyimak dan pembelajar yang baik, dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menuliskan hal yang belum mereka pahami untuk ditanyakan, sehingga mereka memperoleh manfaat dari uraian materi ataupun soal yang telah mereka amati.
35
3. Menalar Pada langkah ini, LKS memberikan kesempatan kepada siswa untuk berfikir yang logis dan sistematis atas fakta-fakta empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan. 4. Mencoba Pada langkah ini, LKS memberikan kesempatan kepada siswa untuk memahami konsep-konsep matematika dan kaitannya dengan kehidupan seharihari.
Peserta
didik
pun
harus
memiliki
keterampilan
proses
untuk
mengembangkan pengetahuan tentang suatu kasus nyata atau aplikasi langsung. alam sekitar. Sehingga siswa dapat mencoba menyelesaikan permasalahan matematika yang disajikan. 5. Menyimpukan
Setelah semua langkah pada LKS dikerjakan siswa, langkah selanjutnya LKS memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat menyimpulkaan apa-apa saja yang telah mereka dapatkan dari langkah-langkah yang telah diberikan.Kegiatan menyimpulkan bisa dilakukan bersama-sama dalam satu kesatuan kelompok, atau bisa juga dilakukan sendiri. 6. Penilaian Berisikan uji kompetensi yang mana semua materi digabung secara utuh untuk melihat secara keseluruhan apakah siswa selama proses pembelajaran telah mencapai kompetensi yang diharapkan atau belum.
36
2.7 Hasil Belajar Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar (Asep, 2012:14).Hasil belajar merupakan tolak ukur yang digunakan untuk menentukan tingkat keberhasilan siswa dalam mengetahui dan memahami suatu mata pelajaran. Hasil belajar yang diperoleh oleh seseorang setelah melaksanakan kegiatan belajar itu sendiri berupa perubahan tingkah laku dari tidak tahu menjadi tahu, serta dapat berbentuk nilai ataupun angka. Peran guru dalam penerapan sistem pembelajaran sangat penting sehingga mempengaruhi hasil belajar siswa, disamping kewajibannya sebagai tenaga pengajar.Pengajaran dianggap berhasil jika siswa mencapai tujuan yang telah ditentukan ketercapaian tujuan oleh siswa menjadi indikator keberhasilan sistem pembelajaran. Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran. Proses penilaian terhadap hasil belajar dapat memberikan informasi kepada guru tentang kemajuan siswa dalam upaya mencapai tujuan-tujuan belajarnya melalui kegiatan belajar. Selanjutnya dari informasi tersebut guru dapat menyusun dan membina kegiatan-kegiatan siswa lebih lanjut, baik untuk keseluruhan kelas maupun individu. Hasil belajar dibagi menjadi tiga macamyaitu : (a). Keterampilan
37
dan kebiasaan; (b). pengetahuan dan pengertian; (c). Sikap dan cita-cita, yang masing-masing golongan dapat diisi dengan bahan yang ada pada kurikulum sekolah. Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disintesiskan bahwa hasil belajar adalah tolak ukur yang digunakan untuk menentukan tingkat keberhasilan siswa dalam mengetahui dan memahami suatu mata pelajaran. Dan merupakan suatu penilaian akhir dari proses dan pengenalan yang telah dilakukan berulang-ulang. Serta akan tersimpan dalam jangka waktu lama atau bahkan tidak akan hilang selama-lamanya karana hasil belajar turut serta membentuk pribadi individu yang selalu ingin mencapai hasil yang lebih baik lagi sehinga akan merubah cara berpikir.
2.8 Tes Hasil Belajar Tes hasil belajar merupakan butir tes yang digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar. Tes hasil belajar meliputi tes hasil belajar produk, tes hasil belajar proses, dan tes hasil belajar psikomotorik. Tes hasil belajar dibuat mengacu pada kompetensi dasar yang ingin dicapai, dijabarkan ke dalam indikator pencapaian hasil belajar dan disusun berdasarkan kisikisi penulisan butir soal lengkap dengan kunci jawabannya serta lembar observasi penilaian psikomotor kinerja siswa (Trianto, 2013:114).
38
Tes jika ditinjau dari bentuk soalnya dapat dibedakan menjadi 2 yaitu tes hasil belajar dalam bentuk uraian (non objektif) dan tes hasil belajar bentuk objektif. Disebut tes objektif karena siapapun yang memeriksa hasil tes akan menghasilkan skor yang sama sedangkan tes uraian hasilnya dipengaruhi oleh pemberi skor. Tes bentuk objektif memiliki model yang lebih banyak dan variatif dibandingkan tes bentuk uraian.Karena itulah tes objektif lebih sering digunakan dalam tes prestasi hasil belajar dibandingkan tes bentuk uraian. Dalam penelitian ini, instrumen tes yang digunakan adalah tes bentuk objektif. Tes diberikan pada saat setelah ujicoba akhir produk. Tes berbentuk pilihan ganda yang mengacu pada indikator kemampuan pemahaman konsep.
2.9 Karakteristik Materi Pada
umumnya
materi
dalam
pembelajaran
matematika
mempunyai
keterkaitan dengan materi sebelumnya sehingga menuntut siswa untuk memahami konsep semua materi, para siswa juga dibiasakan untuk memperoleh pemahaman melalui pengalaman tentang sifat-sifat yang dimiliki dan yang tidak dimiliki dari sekumpulan
objek
(abstraksi).Dengan
pengamatan
terhadap
contoh-contoh
diharapkan siswa mampu menangkap pengertian suatu konsep.Selanjutnya dengan abstraksi ini, siswa dilatih untuk membuat perkiraan, terkaan, atau kecenderungan
39
berdasarkan kepada pengalaman atau pengetahuan yang dikembangkan melalui contoh-contoh khusus. Salah satu ruang lingkup materi matematika adalah peluang.Materipeluang merupakan jenis materi yang memiliki fakta, konsep, prinsip, dan prosedur. Di dalam materi peluang banyak ditemukan konsep-konsep dari peluang yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari, dan bersifat fakta.Materi Peluang, dipelajari di kelas VIIISMP. Pada materi ini siswa diminta untuk mengkonstruksi pengetahuan mereka menjadi pengetahuan yang lebih bermakna melalui pengetahuan awal mereka mengenai materi Peluang.Dengan mengingatkan kembali materi yang telah dipelajari,
maka
siswaakan
terbangkitkan
keingintahuannya
dan
menggali
pengetahuan awalnya dalam mengkaitkan konsep yang telah dipelajari dengan pengalaman sebelumnya agar pemahaman peserta didik lebih mendalam.