BAB II KAJIAN PUSTAKA Berikut diberikan landasan teori mengenai Teori Portofolio, Turunan Parsial, Supremum dan Infimum, Himpunan Konveks, Program Nonlinear, Matriks Definit Positif dan Definit Negatif, Persyaratan Karush Kuhn Tucker, Metode Kuadratik, Permasalahan Komplementaritas Linear, Langkah-langkah Metode Kuadratik dan Program Linear.
A. Teori Portofolio 1.
Pengertian Portofolio Menurut Sunariyah (2004:194), portofolio adalah serangkaian kombinasi beberapa sekuritas yang diinvestasi dan dipegang oleh investor, baik perorangan maupun lembaga. Sekuritas dapat berupa saham, surat berharga, obligasi, sertifikat dan lain-lain. Portofolio dapat didefinisikan sebagai suatu kombinasi atau gabungan sekumpulan aset dengan mengalokasikan dana pada aset-aset tersebut dengan tujuan memperoleh keuntungan di masa yang akan datang. Portofolio efisien adalah memaksimalkan expected return dengan tingkat resiko tertentu, atau portofolio yang menawarkan risiko rendah dengan expected return tertentu. Investor cenderung menghindari risiko dalam pembentukan portofolio efisien yang artinya apabila portofolio tersebut dibandingkan dengan portofolio lain mempunyai expected return terbesar dengan risiko terkecil.
7
2.
Return Return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi. Adanya hubungan positif antara return dan risiko dalam berinvestasi yang dikenal dengan high risk- high return, yang artinya semakin besar risiko yang ditanggung, semakin besar pula return yang diperoleh. Hal ini dimaksudkan sebagai harus ada pertambahan return sebagai kompensasi dari pertambahan risiko yang akan ditanggung oleh investor. (Jogiyanto, 2014:19). Return realisasi (realized return) merupakan return yang telah terjadi. Return realisasi banyak digunakan sebagai data untuk investasi, termasuk digunakan sebagai data analisis portofolio. Return realisasi (realized return) dihitung dengan menggunakan data historis. Menurut Jogiyanto (2003:109) return historis juga berguna sebagai dasar penentuan return ekspektasi (expected return) dan risiko di masa mendatang. Return ekspektasi (expected return) adalah return yang diharapkan akan diperoleh oleh investor di masa mendatang. Berbeda dengan return realisasi yang sifatnya sudah terjadi, return ekspektasi sifatnya belum terjadi. a)
Return realisasi portofolio adalah rata-rata tertimbang dari return realisasi setiap aset tunggal di dalam portofolio (Jogiyanto, 2014:94). Secara matematis untuk n aset, return realisasi portofolio dapat ditulis: (2.1)
8
Keterangan: : return realisasian portofolio : proporsi dana yang diinvestasikan pada saham i : return realisasian dari aset ke: jumlah dari aset tunggal b)
Jika seseorang menginvestasikan dananya pada saham ke-i periode dengan harga adalah
dan harga pada periode selanjutnya
, maka return total pada periode
sampai
adalah
. Return total dapat digambarkan sebagai pendapatan relatif atau tingkat keuntungan (profit rate). Dengan demikian, return total dapat dinyatakan sebagai berikut (Jogiyanto, 2003:206) =
(2.2)
Keterangan: : return
total realisasi portofolio
: Harga penutupan saham ke-i pada periode ke: Harga penutupan saham ke-i pada periode ke3.
Expected Return Menurut Jogiyanto (2014:24) return ekspekatasi (expected return) merupakan return yang diharapkan dari investasi yang akan dilakukan. Return ekpektasi merupakan return yang penting karena dapat digunakan sebagai pengambilan keputusan investasi. Return ekspektasi yang
9
menggunakan data historis dapat dihitung berdasarkan beberapa cara sebagai berikut: 1) Metode rata-rata (mean method) 2) Metode tren (trend method) 3) Metode jalan acak (random walk method) Diantara ketiga metode yang paling banyak digunakan adalah metode rata-rata (mean method) dibandingkan dengan metode rata-rata aritmatika (arithmetic mean) dan rata-rata geometrik (geometric mean). a. Expected return saham individual =
(2.3)
Keterangan: : nilai ekspektasi : return aset ke- pada periode ke: banyaknya return yang terjadi pada periode observasi b. Expected return Portofolio Menurut
Jogiyanto
(2014:19)
return
ekspektasian
portofolio dapat dihitung dari rata-rata return ekspektasian masingmasing aset tunggal di dalam portofolio. Untuk
aset, return
ekspektasian portofolio dapat dinyatakan secara matematis sebagai berikut: =
(2.4)
Keterangan: : nilai harapan return portofolio
10
: proporsi dari aset ke-i terhadap seluruh aset di portofolio : nilai harapan return aktiva ke-i : banyaknya return yang terjadi pada periode observasi 4.
Risiko Menurut Abdul Halim (2003:42) risiko didefinisikan sebagai besarnya penyimpangan antara tingkat pengembalian yang diharapkan (expected return) dengan tingkat pengembalian yang dicapai secara nyata (realized return). Semakin besar penyimpangannya maka semakin besar pula tingkat risikonya. Apabila risiko dinyatakan sebagai seberapa jauh hasil yang diperoleh dapat menyimpang dari hasil yang diharapkan, maka digunakan ukuran penyebaran adalah varians atau deviasi standar. Risiko dalam investasi dibedakan menjadi dua, yaitu: a. Risiko saham individual Risiko saham
invidual dihitung dengan menggunakan rumus
sebagai berikut: (2.5) Keterangan: σi 2
: varians dari investasi pada saham i : nilai harapan return aktiva ke-i : return aset ke-i pada periode ke-t : banyaknya return yang terjadi pada periode observasi
11
b. Risiko Portofolio Menurut Jogiyanto (2014:59) salah satu pengukur risiko adalah standar deviasi atau varian (variance) yang merupakan kuadrat dari standar deviasi. Risiko portofolio dapat diukur dengan ukuran besarnya standar deviasi atau varian dari nilai-nilai return aktiva tunggal. Dengan demikian, varian return portofolio yang merupakan risiko portofolio dapat ditulis sebagai berikut: (2.6) Dimana
, sehingga persamaan (2.6)
menjadi:
(2.7)
12
Jika persamaan (2.7) ditulis dalam simbol-simbol diperoleh persamaan sebagai berikut: (2.8) (2.9) Keterangan: σi 2
: varians dari investasi pada saham i : Risiko portofolio : nilai harapan return aktiva ke-i : return aktiva ke-i pada periode ke-t : banyaknya return yang terjadi pada periode observasi
5. Model Mean Variance Markowitz Model mean variance markowitz pertama kali diperkenalkan tahun 1952 oleh Harry Markowitz dala paper berjudul portofolio selection tentang pemilihan portofolio optimal secara kuantitatif. Dalam paper tersebut, Harry Markowitz mengidentifikasi expected return dan risiko menggunakan varians return, dimana varians tersebut diminimalkan untuk tingkat ekspektasi tertentu. Teori portofolio optimal menggunakan model Markowitz didasarkan pada empat asumsi sebagai berikut (Jogiyanto, 2003:204): 1) Waktu yang digunakan hanya satu periode 2) Tidak ada biaya transaksi
13
3) Prefensi investor hanya didasarkan pada expected return dan risiko dari portofolio 4) Tidak adanya pinjaman dan simpanan bebas risiko Menurut Moehring (2013) portofolio optimal menggunakan model mean-variance Markowitz berdasarkan prefensi investor adalah sebagai berikut: a. Meminimumkan risiko untuk tingkat return tertentu Fungsi tujuan: Meminimumkan
(2.10)
dengan kendala: (2.11) artinya jumlah proporsi dana sama dengan satu (2.12) (2.13) b. Memaksimumkan return dengan tingkat risiko tertentu Fungsi tujuan: Memaksimumkan
(2.14)
dengan kendala: (2.15) artinya jumlah proporsi dana sama dengan satu
14
B. Turunan Parsial Definisi 2.1 (Purcell dan Varberg, 2001:141) Jika
terdefinisi dalam domain D dibidang
pertama
terhadap
dan
disetiap titik
, sedangkan turunan
ada maka:
Turunan pertama
di
(selain
dianggap konstan) adalah
Turunan pertama
di
(selain
dianggap konstan) adalah
Dapat dinotasikan sebagai
1.
Turunan parsial fungsi n variabel Diberikan fungsi n variabel dari
dengan persamaan
, maka turunan-turunan parsialnya yaitu: ,
, ....,
Khusus untuk fungsi tiga variabel dari
dengan persamaan
, maka turunan-turunan parsialnya yaitu: , 2.
,
Turunan Parsial Derajat Dua Pengertian dan notasi turunan parsial derajat dua fungsi dinyatakan dalam simbol-simbol berikut:
15
C. Supremum dan Infimum Berikut ini diperkenalkan konsep tentang batas atas dan batas bawah dari suatu himpunan bilangan real. Definisi 2.2 (Robert G. Bartle, 1927:35) Diberikan S subset tak kosong (a) Himpunan S dikatakan terbatas ke atas (bounded above) jika terdapat suatu bilangan
sedemikian hingga
untuk semua
. Setiap
bilangan u seperti ini disebut dengan batas atas (upper bound) dari S. (b) Himpunan S dikatakan terbatas ke bawah (bounded below) jika terdapat suatu bilangan
sedemikian hingga
untuk semua
. Setiap
bilangan w seperti ini disebut dengan batas bawah (lower bound) dari S. (c) Suatu himpunan dikatakan terbatas (bounded) jika terbatas ke atas dan terbatas ke bawah. Jika tidak, maka dikatakan tidak terbatas (unbounded).
16
Definisi 2.3 (Robert G. Bartle, 1927:35) Diberikan S subset tak kosong ℝ . (a) Jika S terbatas ke atas, maka suatu bilangan u disebut supremum (batas atas terkecil) dari S jika memenuhi kondisi berikut: (1) u merupakan batas atas S, dan (2) jika v adalah sebarang batas atas S, maka
.
Ditulis u = sup S . (b) Jika S terbatas ke bawah, maka suatu bilangan w disebut infimum (batas bawah terbesar) dari S jika memenuhi kondisi berikut: (1) w merupakan batas bawah S, dan (2) jika t adalah sebarang batas bawah S, maka
.
Ditulis w = inf S D. Himpunan Konveks Menurut Mokhtar S Bazaraa (1979:34) konsep konveks sangat penting dalam permasalahan optimasi. Konsep fungsi konveks berhubungan langsung dengan himpunan konveks. Jika
adalah fungsi konveks maka
kumpulan titik-titik yang terletak pada
membentuk himpunan
konveks. Definisi 2.4 (Mokhtar S Bazaraa, 1979:34) Himpunan S yang tidak kosong di
merupakan konveks jika segment garis
menghubungkan dua titik yang berada dalam himpunan. Dengan kata lain, jika
S maka λ
+(1-λ)
juga anggota S untuk λ (0,1).
17
Perbedaan fungsi konveks dan konkaf tampak pada gambar di bawah ini: A A
B
B
konveks
Konkaf
Gambar 1. Fungsi Konveks dan Fungsi Konkaf
1.
Fungsi Konveks Definisi 2.5 (Mokhtar S Bazaraa, 1979:80) Diketahui kosong di
dimana S adalah himpunan konveks yang tidak . Fungsi
dikatakan fungsi konveks di S ketika untuk setiap
dan
untuk λ (0,1). Fungsi
dikatakan fungsi konveks ketat ketika tanda ≥ dapat
diganti dengan
dan merupakan fungsi konkaf (fungsi konkaf ketat) jika
dapat diganti dengan fungsi
. Untuk fungsi dengan satu variabel ketika
memiliki turunan kedua, maka
hanya jika
bersifat konveks jika dan
, untuk setiap nilai .
Dapat disimpulkan bahwa: a. Fungsi
konveks jika dan hanya jika
, untuk setiap nilai .................................. (2.16)
18
b. Fungsi
konveks ketat jika dan hanya jika
, untuk setiap
nilai . c. Fungsi d. Fungsi
konkaf jika dan hanya jika
, untuk setiap nilai .
konkaf ketat jika dan hanya jika
, untuk setiap
nilai . 2. Fungsi konveks dan fungsi konkaf dengan banyak variabel Turunan parsial kedua dapat digunakan untuk menguji konveks atau konkafnya suatu fungsi
dengan banyak variabel. Sebagai contoh
terdapat dua variabel
maka untuk mengetahui fungsi konveks
atau konkaf seperti pada tabel dibawah ini: Tabel 1 Fungsi Konveks dan Konkaf Dengan Variabel Banyak Kuantitas
Konveks
Konveks Ketat
19
Konkaf
Konkaf Ketat
3. Pseudoconvex Definisi 2.6 (Mokhtar S Bazaraa, 1979:106) S bukan himpunan kosong di
dan
terdiferensial di S. Fungsi
dikatakan pseudoconvex ketika untuk setiap , maka
. Ekuivalen dengan ketika
, maka pseduconcave jika
dengan
. Fungsi
dikatakan
adalah pseudoconvex.
Perbedaan pseudoconvex dan bukan pseudoconvex tampak pada Gambar 2 di bawah ini:
(i)
Pseudoconvex
(ii)
bukan pseudoconvex
Gambar 2. Perbedaan Pseudoconvex 4.
Quasiconvex Definisi 2.7 (Mokhtar S Bazaraa, 1979:100) Terdapat .
Fungsi
dimana S himpunan konveks yang tidak kosong di dikatakan quasiconvex ketika untuk setiap
memenuhi pertidaksamaan sebagai berikut:
20
, Fungsi
dikatakan quasiconcave jika – Dari definisi di atas, fungsi
dimana
.
adalah quasiconvex. quasiconvex jika
lebih besar atau sama dengan fungsi
kombinasi konveks
dan
. Fungsi
dimana fungsi
dari semua
dikatakan quasiconcave jika
dari semua kombinasi konveks
lebih besar atau sama dengan
dan
.
Perbedaan quasiconvex, quasiconcave dan bukan keduanya tampak pada Gambar 3 di bawah ini:
(i)
Quasiconvex
(ii) Quasiconcave
(iii) Bukan keduanya
Gambar 3. Perbedaan Quasiconvex 5.
Closure And Interior Of A Convex Set Definisi 2.8 (Mokhtar S Bazaraa, 1979:38) Diketahui S himpunan di dengan
ketika
dinamakan closed. yaitu ketika
, titik
dikatakan closure dari
untuk setiap dikatakan interior dari untuk
Ketika
21
dinotasikan
. Ketika
,
dinotasikan dengan ,
dikatakan open.
Adapun teorema-teorema yang berkaitan dengan fungsi Konveks dan akan berkaitan dengan syarat Karush Kuhn Tucker antara lain yaitu: (i) Teorema 2.1 (Mokhtar S Bazaraa, 1979:45) Jika S himpunan konveks tertutup tak kosong di
dan
, maka ada
vektor taknol p dan skalar α sedemikian sehingga untuk
dan
.
Bukti: Karena S himpunan konveks tertutup tak kosong di ada titik minimum khusus untuk
dan
, maka
sedemikian sehingga
. Perhatikan bahwa (a)
Karena
untuk
menjadi
, maka persamaan (a)
untuk
yang lain, dimana
. Terlihat bahwa Diperoleh α=sup{
untuk
.
}.
(ii) Teorema 2.2 (Mokhtar S Bazaraa, 1979:48) Diketahui S himpunan konveks tak kosong di sebuah hyperplane yang mendukung S pada taknol p sedemikian sehingga
.
Jika
, maka ada
yaitu ada sebuah vektor untuk
yang lain.
Bukti: Karena sehingga untuk
, ada sebuah barisan
yang bukan pada
sedemikian
. Berdasarkan pada Teorema 2.1, berkorespondensi yang lain ada
sedemikian sehingga
22
untuk
yang lain. Karena
adalah terbatas, sehingga memiliki sebuah
subbarisan yang konvergen
dengan limit p dengan panjang adalah
sama dengan satu. Mempertimbangkan subbarisan ini memiliki untuk seperti
yang lain. Menentukan mendekati
. Sehingga
dan memilih limit . Jadi ada hyperplane
yang mendukung S untuk . (iii) Teorema 2.3 (Mokhtar S Bazaraa, 1979:49) Jika
dan
adalah himpunan konveks tak kosong sehingga
, maka ada hyperplane pemisah nol p di
dan
sedemikian sehingga inf{
, dan juga ada vektor bukan sup{
.
Bukti: Ada
dan
.
S=
. Perhatikan bahwa S adalah konveks dan
karena akan mengakibatkan
menjadi tidak kosong. Karena S
adalah himpunan konveks maka ada vektor p bukan nol dimana p sedemikian sehingga untuk setiap
untuk setiap
. Ini berarti
dan
(iv) Epigraph (Epi) Definisi 2.9 (Mokhtar S Bazaraa, 1979:84) Diketahui S himpunan tak kosong di dinotasikan dengan epi
dan
. Epigraph dari
, yang merupakan subset dari
didefinisikan oleh
23
dan
(v) Teorema 2.4 (Mokhtar S Bazaraa, 1979:85) Diketahui S himpunan konveks tak kosong di maka
, dan jika
fungsi konveks jika dan hanya jika epi
adalah himpunan
konveks. Bukti: Dengan mengasumsikan bahwa
adalah konveks, dan jika (
(
epi
,
λ
berlaku
, maka
dan
. Untuk
Dimana pertidaksamaan di atas mengikuti konvektivitas
epi
dan
. Demikian juga karena epi
adalah konveks maka
epi
. Bertentangan dengan
asumsi bahwa epi dan
dan
adalah konveks, dan jika
maka
termasuk dalam epi . Dengan mengikuti konvektivitas maka
epi
untuk
λ Dengan kata lain, karena untuk λ
sehingga
adalah konveks.
(vi) Teorema 2.5 (Mokhtar S Bazaraa, 1979:87) Diketahui S himpunan konveks tak kosong di maka untuk
, dan jika
ada sebuah vektor Ɛ sehingga hyperplane didukung epi
24
pada [
)]. Pada
bagian
khusus
untuk
lainnya,sehingga
adalah sebuah subgradient dari
yang
untuk .
Bukti: Berdasarkan pada Teorema 2.4, epi [
)] menjadi batas dari epi
vektor taknol
adalah konveks. Dilain sisi
. Dan berdasarkan Teorema 2.2 ada
sedemikian sehingga
untuk semua Perhatikan bahwa
(a)
adalah tidak positif karena pertidaksamaan di atas
akan terjadi kontradiksi dengan memilih y yang cukup besar. Akan diperlihatkan bahwa
, dengan cara kontradiksi, dan didukung oleh
, maka
untuk semua
sedemikian sehingga berimplikasi bahwa dengan (
. Terjadi kontradiksi
adalah sebuah vektor taknol. Walaupun begitu, oleh
dan dengan membagi pertidaksamaan (a)
, diperoleh
untuk semua
epi Secara
, ada
, dan karena dan (
Menunjukkan dengan
Karena
(b) khusus,
didukung epi
hyperplane
pada [
)]. Dengan
diperoleh
untuk semua
25
pada persamaan (b), .
(vii) Lemma 2.1 (Mokhtar S Bazaraa, 1979:90) Diketahui S himpunan konveks tak kosong di konveks. Jika
terdiferensial di
adalah himpunan tunggal {
, dan
fungsi
maka ada subgradient
untuk
}.
Bukti: Karena
terdiferensial di
dan S himpunan konveks yang tak
kosong, maka subgradient adalah subgradient
untuk
juga tidak kosong. Dimisalkan Ɛ
untuk . Untuk beberapa vektor d dan λ diperoleh (a) (b)
Dengan mengurangi persamaan (a) dan (b) dari pertidaksamaan, diperoleh Jika membagi persamaan (c) dengan λ
jika λ
diperoleh
atau berdasarkan pada Definisi 2.2 nilai
maka
.
Untuk
d=
. Misal bahwa
. Jadi
,
sehingga
sehingga sehingga
jelas
.
E. Matriks Hessian Matriks Hessian adalah matriks yang setiap elemennya dibentuk dari turunan parsial kedua dari suatu fungsi. Misalkan variabel, matriks Hessian dari
yaitu:
26
suatu fungsi dengan n
(2.17)
F. Vektor Gradien Definisi 2.10 (Mokhtar S Bazaraa, 1979:89) Terdapat S bukan himpunan kosong di terdiferensial di
jika ada vektor gradien
f x1 f x2 . . f xn
f ( x)
Suatu fungsi
df dx
.
Contoh 2.1 f ( x)
3x1
2
2 x2
2
4 x1 x2
6 x1 8x2
maka,
27
.
dikatakan
f (x) yaitu:
(2.18)
sedemikian sehingga
dengan
dan
6
f ( x)
f x1 f x2
6 x1 4 x1
4 x2 4 x2
6 8
Dengan memenuhi syarat perlu keoptimalan, yaitu f x
0
6 x1
4 x2
4x1
4 x2
8
2
0
2 x1 x1
* Jadi x
6
1
x2
0. 0
3
1 adalah titik optimal dari f x . 3
G. Titik Kritis Teorema 2.6 (Edwin J Purcell, 2010:248) (Teorema Titik Kritis) andaikan fungsi memuat titik c. Jika titik kritis, yakni
didefinisikan pada selang I yang
adalah nilai ekstrem, maka
berupa salah satu dari:
(i) Titik ujung dari I (ii) Titik stasioner dari
atau
(iii) Titik singular dari
28
haruslah berupa suatu
Bukti: Dengan semua
berupa nilai maksimum dalam I, yaitu
Jadi, jika
sehingga
pada I , maka
untuk
. , maka
(1) Sedangkan jika
, maka
(2) Akan tetapi,
ada karena c bukan titik singular. Akibatnya, apabila
dalam persamaan (1) dan diperoleh
dan
dalam persamaan (2), maka . Sehingga dapat disimpulkan bahwa
. Titik kritis untuk penyelesaian program nonlinear dapat digolongkan sebagai maksimum atau minimum lokal. Maksimum atau minimum global akan diperoleh dengan membandingkan minimum lokal dan maksimum lokal dan kemudian menguji nilai dari fungsi tersebut. Teorema 2.7 (Hillier, 2001:664) Jika fungsi diketahui konveks maupun konkaf, maka titik kritis pasti merupakan minimum global maupun maksimum global. Bukti: Perhatikan masalah optimisasi berikut Min dengan kendala xєS
29
Jika S adalah himpunan konveks,
adalah fungsi konveks dan
adalah titik minimum lokal untuk masalah optimasi maka minimum global dari Misalkan
pada himpunan S.
bukan titik minimum global atau
maka terdapat yєS yang memenuhi
titik minimum lokal, . Sebut saja
yang merupakan kombinasi konveks dari
dan y, untuk
.
. Hal ini kontradiksi dengan asumsi bahwa
adalah
Hal ini mengakibatkan Karena
adalah titik
, untuk
.
adalah fungsi konveks maka berlaku
untuk setiap
minimum lokal. Dengan demikian haruslah
merupakan titik minimum
global.
H. Program Nonlinear Untuk permasalahan-permasalahan optimasi tertentu, fungsi kendala dan fungsi tujuan tidak dapat dinyatakan dalam bentuk linear.
Menurut
Mokhtar S.Bazaraa (1979:1) program nonlinear merupakan salah satu teknik dari riset operasi untuk menyelesaikan permasalahan optimasi dengan fungsi tujuan berbentuk nonlinear dan fungsi kendala dapat berbentuk nonlinear atau linear. Pada umumnya permasalahan program nonlinear untuk
30
menentukan nilai
yang merupakan variabel-variabel
keputusan dengan fungsi tujuan: Maksimum / minimum
(2.19)
Fungsi kendala:
(2.20)
untuk i = 1, 2, ..., m dengan
merupakan konstanta tak negatif. Menurut
Hillier (2001:664) terdapat 3 bentuk permasalahan program nonlinear, yaitu: 1.
Program Nonlinear Tanpa Kendala Program nonlinear tanpa kendala merupakan optimasi yang tidak memiliki kendala dengan fungsi tujuan berbentuk nonlinear. Bentuk model program nonlinear tanpa kendala untuk menentukan nilai dengan Fungsi tujuan: maksimum / minimum
(2.21)
Untuk menyelesaikan permasalahan program nonlinear tanpa kendala terdapat dua syarat keoptimalan, yaitu: a. Syarat Perlu Keoptimalan Syarat perlu keoptimalan digunakan untuk mencari titik-titik optimal
x * pada pendekatan analitis. Syarat perlu keoptimalan
mengatakan bahwa : Bila x * adalah titik optimal dari f (x) maka : f x*
Dengan
0
(2.22)
f (x) merupakan vektor gradien.
persamaan di atas merupakan titik optimal.
31
x*
yang memenuhi
b. Syarat Cukup Keoptimalan Syarat cukup keoptimalan digunakan untuk menentukan apakah titik optimal yang didapatkan dari syarat perlu keoptimalan merupakan titik minimum atau titik maksimum. Syarat cukup keoptimalan yaitu : Bila
0 dan H x * definit positif maka x * titik minimum
f x*
..............(2.23) Bila
0 dan H x * definit negatif maka x * titik maksimum
f x*
..............(2.24) Contoh 2.2 Suatu fungsi : f ( x)
3x1
Pada contoh
2
2 x2
2.1
2
4 x1 x2
6 x1 8x2
telah didapatkan titik optimal x
didapatkan matrik Hessiannya adalah :
H (x* )
6:
6 4 adalah definit positif 4 4
32
*
1 3
dan
Jadi, f x*
2.
1 3
x*
adalah
3 18 12 6 24 6
titik
minimum
dengan
3
Program Nonlinear Dengan Kendala Linear Program
nonlinear dengan kendala linear merupakan optimasi
dengan kendala berbentuk fungsi linear dan fungsi tujuan berupa fungsi nonlinear. Untuk menentukan nilai
dengan bentuk
umum adalah: Maksimum / minimum
:
(2.25)
dengan kendala
:
(2.26)
untuk m=1,2,..., n. 3. Program Nonlinear Berkendala Menurut Taha (2007:699) program nonlinear berkendala merupakan masalah optimasi dengan fungsi tujuan nonlinear dan fungsi kendala nonlinear. Program nonlinear berkendala dibedakan menjadi dua yaitu: a. Untuk
bentuk umum program nonlinear dengan
kendala kesamaan (equality) adalah Fungsi tujuan : Maksimum / minimum :
(2.27)
Fungsi kendala :
(2.28)
dimana
menunjukkan jumlah kendala dan
variabel dengan
menunjukkan jumlah
.
b. Bentuk umum program nonlinear dengan kendala pertidaksamaan adalah
33
Maksimum / minimum
:
dengan kendala
:
(2.29) 0 untuk i = 1, 2, ..., n
(2.30)
I. Matriks Definit Positif dan Definit Negatif Ada dua pendekatan/cara untuk menentukan apakah suatu matriks persegi merupakan matriks definit positif atau matriks definit negatif atau tidak definit. Pendekatan pertama lebih bersifat teoritis, seperti dijelaskan berikut ini. Definisi 2.11 (Howard Anton, 1995:320) A matriks persegii (nxn), maka secara teoritis berlaku :
a. A disebut Definit Positif
x
Rn
b. A disebut Definit Negatif
x
Rn
c. A disebut Semi Definit Positif
x
Rn
d. A disebut Semi Definit Negatif
x
Rn
Pembuktian
yang harus berlaku untuk semua x bilangan real tidak
mudah, maka para ahli matematika telah membuktikan cara/pendekatan yang kedua.
34
Didefinisikan suatu matriks persegi A
Didefinisikan minor – minor utama dari matriks A adalah sebagai berikut : A1
a11
A2
a11 a12 a 21 a 22
A3
a11 a 21 a31
a12 a 22 a32
a13 a 23 a33
Sehingga cara/pendekatan kedua untuk menentukan kedefinitan suatu matriks adalah sebagai berikut : a. A disebut Definit Positif
det
b. A disebut Definit Negatif
, det
c. A disebut Semi Definit Positif
det
d. A disebut Semi Definit Negatif
det
35
i= 1, 2, ..., n
(2.31)
, i= 1, 2, ..., n
(2.32)
0, i= 1, 2, ..., n
(2.33)
, i= 1, ..., n (2.34)
Contoh 2.3
Diketahui matriks H
6 4 dan 4 4
dan
adalah minor-minor matriks
H. Determinan minor – minor matriks H adalah det H 1
6
6 >0
det H 2
6 4 4 4
24 16 8 > 0. Jadi, matriks H adalah Definit Positif
J. Pengali Lagrange (Lagrange Multiplier) Menurut Purcell dan Varberg (1987:303) fungsi lagrange digunakan untuk menyelesaikan permasalahan optimasi (penentuan harga ekstrim), dimana terdapat batasan-batasan (constrains) tertentu. 1. Satu Pengali Lagrange Prinsip dari metode ini adalah mencari harga ekstrim (optimasi) suatu fungsi objektif dipenuhi, yaitu
dengan batasan-batasan tertentu yang harus .
Cara: dibentuk Fungsi Lagrange Dengan syarat ekstrim: ,
dan
Parameter λ inilah yang disebut pengali Lagrange.
36
2. Lebih dari satu pengali Lagrange Jika pengali Lagrange melibatkan lebih dari satu kendala, maka penggunaan parameter yang dipilih dapat ditambahkan menjadi λ, μ atau parameter yang lain. Misalnya untuk memperoleh nilai ekstrim kendala
dan
dengan
maka fungsi Lagrangenya adalah:
Cara penyelesaiannya adalah ,
,
dan
Metode ini dapat diperluas untuk n variabel dengan k kendala ,
,...,
Sebagai Fungsi Lagrangenya adalah:
Dengan cara penyelesaiannya adalah:
,
Dengan
adalah pengali Lagrange.
K. Persyaratan Karush Kuhn Tucker (KKT) Pada tahun 1951 Kuhn Tucker mengemukakan suatu teknik optimasi yang dapat digunakan untuk mencari titik optimum dari permasalahan
37
berkendala baik itu permasalahan linear ataupun nonlinear. Menurut Mokhtar S Bazaraa (1979:123) untuk fungsi konveks, syarat perlu dan syarat cukup untuk mencari titik optimum dapat menggunakan syarat Karush Kuhn Tucker. Tetapi untuk fungsi nonkonveks, syarat Karush Kuhn Tucker merupakan syarat perlu saja, akan tetapi belum cukup untuk mencapai nilai optimal. Jadi untuk fungsi konveks, syarat Karush Kuhn Tucker menjadi syarat perlu dan syarat cukup untuk mencapai nilai minimum \ maksimum global. Adapun teorema-teorema dan definisi yang berkaitan dengan syarat Karush Kuhn Tucker antara lain yaitu: 1) Definisi 2.12 (Mokhtar S Bazaraa, 1979:124) d adalah descent direction
untuk
apabila ada d yang memenuhi
dan λє(0,
dan ada
sedemikian sehingga
. 2) Definisi 2.13 (Mokhtar S Bazaraa, 1979:127) Jika S bukan himpunan kosong di En, dan
єcl S. Cone of feasible
direction dari S untuk , dinotasikan dengan D, diberikan oleh untuk setiap Vektor bukan nol yang lainnya
dan
disebut feasible direction.
3) Teorema 2.8 (Mokhtar S Bazaraa, 1979:128) meminimumkan Diketahui terdiferensial di titik
dengan kendala
.
dan S himpunan tak kosong di . Jika
38
dan
adalah solusi optimal lokal, maka
, dimana
dan D adalah cone feasible
direction S untuk Bukti: Dengan cara kontradiksi, andai dan d
, ada d
, berarti d
.
Berdasarkan pada Definisi 2.12, maka ada
, sehingga
untuk λє(0,
(a)
Dan juga berdasarkan pada Definisi 2.13, maka ada untuk λє(0,
sehingga
.
(b)
Dari persamaan (a) dan (b) jelas ada
dan
. Hal ini bertentangan dengan asumsi awal bahwa
adalah solusi
optimum lokal. Jadi 4) Teorema 2.9 (Mokhtar S Bazaraa, 1979:129) Diketahui: untuk kosong di
.
, dan
himpunan terbuka yang tidak
Mempertimbangkan permasalahan meminimumkan
dengan kendala
untuk
, dan
yang mungkin, dan diketahui terdiferensial di Jika
dan
.
. Dengan
untuk
adalah kontinu di .
adalah solusi optimum lokal, maka
dimana untuk
39
,
adalah titik dan
untuk
Bukti: Dengan
dan
dimana
adalah himpunan terbuka,
berdasarakan pada Definisi 2.13 maka ada
sehingga
untuk λє(0,
(a)
Karena
dan
adalah kontinu di
untuk
ada
sehingga karena λє(0,
dan
untuk
dan
(b)
Karena
,
<0 untuk
dan dengan Definisi 2.2, ada
sehingga untuk λє(0,
dan
(c)
Dari persamaan (a), (b), dan (c) diperoleh bahwa
adalah
solusi yang mungkin dari permasalahan P untuk λє(0, minimum (
). Jelas bahwa
berimplikasi dengan 2.8, karena
, dimana
untuk sembarang
, sehingga
Berdasarkan pada Teorema
adalah solusi lokal untuk permasalahan P, dan
Karena diketahui
=
sehingga
. Karena
. jelas bahwa
. 5) Teorema 2.10 (Mokhtar S Bazaraa, 1979:140) Diketahui X himpunan tak kosong di , dan
untuk
dinyatakan dalam bentuk Minimum
,
:
40
,
untuk . Masalah P
Dengan kendala
:
, dengan , dengan
solusi optimum lokal dari masalah P, untuk
kontinu di , dan
untuk
,
untuk
. Diketahui terdiferensial di , dan
terdiferensial kontinu di
. Jika
untuk
adalah bebas linear, maka , dimana untuk untuk Bukti: Dengan cara kontradiksi, andai sedemikian sehingga dimana yang mana
kolom
didefinisikan
, ada ,
untuk
dan
adalah sebuah matriks yang berukuran th tersebut adalah
. Untuk
,
dengan mengikuti persamaan diferensial dan
syarat batas: (a) (b) Dimana
adalah matriks yang dibangun untuk beberapa vektor di
ruang null dari
. Untuk
yang cukup kecil persamaan (a)
adalah terdifinisi dengan baik dan dapat dipecahkan karena
41
mempunyai rank yang sempurna dan kontinu di
, sehingga
adalah terdiferensial secara
adalah kontinu di
. Karena
kontinu
maka integralnya juga kontinu seperti pada persamaan (b) sehingga dan Untuk
.
dan cukup kecil,
adalah kemungkinan dan
dan dari persamaan (a), diperoleh: (b) Untuk
yang lain. Pada khususnya,
sehingga untuk
diperoleh
adalah ruang null di
,
. Oleh sebab itu dari
persamaan (b) dan diketahui bahwa
, diperoleh: (c)
Untuk
yang lain. Hal ini berimplikasi dengan dan cukup kecil. Untuk
, dan
,
untuk untuk
, dan
yang cukup kecil.
untuk adalah kontinu di adalah terbuka,
yang cukup kecil. Karena
sudah
terpenuhi, maka hanya perlu membuktikan bahwa
. Dengan
teorema nilai rata-rata, diperoleh:
(d) Untuk
. Akan tetapi dengan rangkaian barisan yang terdiferensial
dan berdasarkan persamaan (b), diperoleh:
42
Dengan petunjuk,
adal di ruang null dari
persamaan di atas, diperoleh
. Subtitusikan ke persamaan
(d), dan mengikuti mengikuti
dan dari
. Karena benar untuk yang lain, hal ini
adalah solusi yang mungkin dari permasalahan P untuk
yang cukup kecil. Sehingga persamaan (c) diperoleh:
Dan karena
untuk
bertentangan dengan
dan cukup kecil. Hal ini
adalah solusi optimum lokal. Jadi
6) Teorema 2.11 (Mokhtar S Bazaraa, 1979:142) (The Fritz John Conditions) Diketahui untuk
,
himpunan tak kosong di , dan
,
untuk
. Masalah P dinyatakan dalam bentuk Minimum
:
Dengan kendala
:
, dengan , dengan
solusi yang mungkin dari masalah P, kontinu di , dan
,
. Diketahui
pula
untuk
untuk
dan
untuk
Jika
solusi lokal permasalahan P, maka ada
terdiferensial di ,
terdiferensial kontinu di .
untuk i=1, ..., l sehingga
43
untuk
dan
untuk
Dengan
adalah vektor yang komponennya ada . Selanjutnya, jika
untuk
untuk
dan
yang terdiferensial di ,
maka Fritz John Condition dengan bentuk
dan
dapat ditulis menjadi:
untuk untuk
Bukti: Ketika
untuk
adalah bergantung linear, maka ada
yang tidak nol, sedemikian sehingga Dimana
untuk
.
sama dengan nol, kondisi pada bagian pertama
trivial. Ketika
untuk
adalah bebas linear. Jika
sebuah matriks dimana baris matriksnya berupa untuk
adalah
dan
. Dan
adalah sebuah matriks dimana baris matriksnya berupa
untuk
.Sehingga dari Teorema 2.10, solusi lokal dari
berimplikasi dengan ,
44
sehingga menjadi tidak konsisten karena
tidak didefinisikan secara
jelas seperti pada Teorema 2.10. Diberikan dua himpunan sebagai berikut:
Dimana
dan
adalah himpunan konveks tak kosong sehingga
, berdasarkan pada Teorema 2.3 maka ada vektor tak nol dan
sehingga
untuk dєEn dan ( Diketahui untuk
. dimana
.
dan
maka dapat
dipilih angka negatif besar. Dan juga ( diperoleh
. Sehingga
. Jika
mengikuti
, dan
Ada vektor tak nol
dengan
. Hal ini menunjukkan
, hal ini . sehingga
oleh
dan
, dan
=μ. Bukti
selesai. 7) Teorema 2.12 (Mokhtar S Bazaraa, 1979:146) (Teorema Syarat Perlu Kuhn Tucker) Menurut Mokhtar S Bazaraa (1979:146) jika x bukan himpunan kosong di untuk i=1, ..., m dan minimum
:
dan
,
dengan bentuk umum (2.35)
45
dengan kendala
:
Dimana
, dengan i=1,2,..., m
(2.36)
, dengan i=1,2,..., l
(2.37)
adalah variabel keputusan,
tujuan dan
,
adalah fungsi
adalah fungsi kendala. Misalkan fungsi
,
,
adalah fungsi kontinu dan terdiferensial. Diasumsikan merupakan
solusi
yang
mungkin,
dimana
dan
saling bebas linear. Maka terdapat skalar
,
sedemikian sehingga (2.38) untuk i= 1, ..., m
(2.39)
Dengan kendala untuk i=1,..., m
(2.40)
untuk j=1, ..., p
(2.41)
Dengan kata lain syarat perlu Kuhn Tucker yaitu nilai turunan pertama dari fungsi objektif maupun fungsi kendala akan sama dengan nol. Dari persamaan di atas dapat didefinisikan persamaan Lagrange sebagai berikut: (2.42) Bukti: Dengan Teorema 2.3 terdapat skalar
46
,
sedemikian sehingga
Perhatikan bahwa
, karena jika
maka akan terjadi
kontradiksi dengan asumsi bebas linear
dan
. Hasil pertama
lalu diikuti dengan nilai
dan
. Bentuknya sama dengan
kondisi perlu dengan nilai
. Sehingga kondisi Kuhn Tucker dapat
dinyatakan dalam bentuk sebagai berikut
8) Teorema 2.13 (Mokhtar S Bazaraa,1979:147) (Teorema Syarat Cukup Kuhn Tucker) Menurut Mokhtar S Bazaraa (1979:146) jika x bukan himpunan kosong di
dan
,
untuk i=1, ..., m dengan permasalahan bentuk umum P adalah minimum
:
dengan kendala
:
(2.43) , dengan i=1,2,..., m , dengan i=1,2,..., l
Dimana tujuan dan
(2.45)
adalah variabel keputusan, ,
Misalkan fungsi
(2.44)
adalah fungsi
adalah fungsi kendala. pseudoconvex,
terdiferensial. Diasumsikan
adalah quasiconvex
merupakan solusi yang mungkin dan
merupakan solusi optimum global, dimana ada
yang merupakan skalar
nonnegative sedemikian sehingga (2.46)
47
Dengan kata lain, jika
,
adalah konveks dan karena keduanya
pseudoconvex dan quasiconvex, maka kondisi Kuhn Tucker menjadi cukup. Bukti: Misal x adalah solusi yang mungkin dari permasalahan P. Untuk karena dari
untuk
dan
. Dengan quasiconvexity
dan mengikuti
Untuk setiap
. Hal ini berimplikasi bahwa
dengan mengganti dari
sepanjang arah
bukan penambahan
, sehingga
, untuk Dengan cara yang sama, karena dan
,
(a) adalah quasiconvex untuk
adalah quasiconcave untuk
dimana
dimana
, sehingga
, untuk
(b)
, untuk
(c)
Dengan mengalikan persamaan (a), (b) dan (c), dan nilai
,
,
dan tanpa
,
dan penambahan, diperoleh
Dengan mengalikan persamaan (2.40) dengan berimplikasi dengan
48
Dengan pseudoconvexity dari
untuk
, sehingga
, dan
terbukti. Definisi 2.14 Hillier (2001:680) Diasumsikan
merupakan fungsi tujuan dan
merupakan fungsi kendala
yang dapat diturunkan maka
merupakan nilai optimal untuk permasalahan program nonlinear hanya jika terdapat sejumlah m bilangan
sehingga
semua syarat kondisi KKT (Karush Kuhn Tucker) terpenuhi: (i)
pada
(ii)
pada
(iii)
(vi)
(2.47)
untuk j=1, 2, ..., n (2.48)
untuk i= 1, 2, .., m
(iv) (v)
untuk j=1, 2, ..., n
untuk i=1, 2, ..., m untuk j=1, 2, ..., m untuk j=1, 2, ..., m
(2.49) (2.50) (2.51) (2.52)
Dari kondisi (ii) dan (iv) memerlukan hasil kali dua kuantitas sama dengan nol. Oleh karena itu, setiap kondisi ini menyatakan bahwa setidaknya salah satu dari kuantitas harus sama dengan nol. Hal ini berakibat kondisi (iv) dapat dikombinasi dengan kondisi (iii), sehingga dapat dinyatakan dalam bentuk lain sebagai berikut: atau jika
(2.53) =0 untuk i=1, 2, ..., m
(2.54)
Demikian pula kondisi (ii) dapat digabung dengan kondisi (i) menjadi:
49
atau
(2.55)
jika
untuk j= 1, 2, ..., m
Contoh 2.4: Maksimum dengan kendala
,
,
Kondisi KKT untuk contoh di atas yaitu: 1. Untuk j=1, Untuk j=2, 2. Untuk j=1, Untuk j=2, 3. 4. 5.
,
6. Langkah penyelesaian kondisi KKT untuk contoh di atas: 1.
, dari kondisi 1 (j=2) , dari kondisi 5.
2. 3.
, dari kondisi 2 (j=1)
4.
, berimpilkasi
dari kondisi 4
5. Dari (3) dan (4) diperoleh nilai
50
(2.56)
6.
, berimplikasi
dari kondisi 2 (j=2)
7. Tidak ada kondisi yang dilanggar oleh Sehingga diperoleh solusi
atau x*=(0,3).
L. Metode Kuadratik Menurut Mokhtar S Bazaraa (1979:447) metode kuadratik merupakan bentuk khusus dari program nonlinear yang memiliki fungsi tujuan berbentuk kuadratik dan kendala linear. Bentuk umum dari model kuadratik yaitu: Minimum
(2.57)
dengan kendala
(2.58)
Dimana: : vektor kolom dari fungsi tujuan : matriks kendala : matriks kolom dari variabel keputusan : vektor kolom dari kendala bagian kanan : matriks Hessian : transposisi matriks
51
Notasi dari perkalian vektor Lagrange dengan kendala oleh
dan
dan . Notasi dari variabel slack yaitu , sehingga kondisi KKT dapat
dinyatakan sebagai: (2.59) (2.60) (2.61) diperoleh:
(2.62)
M. Permasalahan Komplementaritas Linear (The Linear Complementary Problem) Kondisi KKT dan model kuadratik dapat dinyatakan dalam permasalahan komplementaritas, dengan algoritma ini dapat digunakan untuk menyelesaikan permasalahan nonlinear dengan metode kuadratik. Definisi 2.15 (Mokhtar S Bazaraa,1979:438) Jika M adalah sebuah matrik berukuran pxp, dan q merupakan vektor p. Permasalahan komplementaritas linear untuk menentukan vektor w dan z yaitu: (2.63)
52
,
untuk j= 1, 2, ..., p
(2.64)
untuk j= 1, 2, ..., p
(2.65)
Dimana: (
)
: variabel komplemen
q
: vektor kolom
M
: matriks pxp yang diketahui.
Algoritma yang efisien telah dikembangkan untuk memecahkan permasalahan komplemen linear dengan asumsi pada matriks M. Algoritma yang digunakan yaitu pemutaran (pivoting) dari satu solusi BF (Basic Feasible) ke solusi selanjutnya, seperti pada metode simpleks dalam program linear. Jika q bilangan nonnegative dengan
dan
, maka
penyelesaian dari (1), (2), (3) yaitu: (2.66) ,
,
untuk j= 1, 2, ..., p
(2.67)
untuk j= 1, 2, ..., p
(2.68)
N. Langkah-langkah Penyelesaian Metode Kuadratik Model kuadratik pada persamaan (2.57) dapat diselesaikan dengan metode Kuadratik. Adapun langkah-langkah penyelesainnya sebagai berikut:
53
a.
Menentukan turunan dari fungsi tujuan.
b.
Menentukan matriks Hessian seperti pada persamaan (2.17).
c.
Menentukan Persyaratan Karush Kuhn Tucker (KKT) Berdasarkan pada Definisi 2.14 diperoleh persyaratan Karush Kuhn Tucker sebagai berikut: (i)
pada
(ii)
pada
(iii)
untuk j=1, 2, ..., n
untuk i= 1, 2, .., m
(iv)
d.
untuk j=1, 2, ..., n
untuk i=1, 2, ..., m
(v)
untuk j=1, 2, ..., n
(vi)
untuk j=1, 2, ..., m
Menyatakan permasalahan dalam bentuk umum model kuadratik seperti pada persamaan (2.57), dimana komponen-komponen pembentukan model kuadratik seperti pada persamaan (2.60).
sehingga
54
sehingga
Model umum Kuadratik yaitu meminimumkan
Dengan kendala e.
Mengubah kondisi Karush Kuhn Tucker yang berbentuk pertidaksamaan menjadi persamaan dengan menambah slack variabel. Untuk mengubah pertidaksamaan pada persyaratan Karush Kuhn Tucker kondisi (i) dan (iii) menjadi persamaan yaitu dengan memindahkan konstanta ke sisi sebelah kanan dan menambahkan slack variabel nonnegative yang dilambangkan dengan (i)
(iii)
55
.
f.
Menentukan kendala komplementaritas. Kendala komplementaritas diperoleh dengan mensubstitusikan hasil perhitungan point e pada kondisi Karush Kuhn Tucker yang berbentuk persamaan yaitu kondisi (ii) dan kondisi (iii). (ii)
(iii)
.
Setiap pasang
, ...,
dan
merupakan variabel
komplementer karena hanya satu dari dua variabel tersebut yang dapat bernilai nol. Kendala komplementer tersebut digabung menjadi satu kendala yaitu:
g.
Membentuk permasalahan komplementaritas dengan menambah variabel artificial. Permasalahan komplementaritas adalah meminimumkan nilai variabel artificial pada Karush kuhn Tucker. Variabel artificial ditambahkan pada persyaratan Karush Kuhn Tucker kondisi (i) yang telah diubah menjadi persamaan yang terdapat pada point e. Variabel semu yang ditambahkan yaitu
.
56
Model kuadratik pada persamaan (2.57) telah ditransformasi menjadi model linear, sehingga fungsi tujuan yang akan diselesaikan dengan metode simpleks yaitu: meminimumkan
dimana
dengan semua kendalanya yaitu:
,
h.
,
,
,
Menyatakan persamaan komplementer dalam bentuk matriks.
57
Meminimumkan Dengan kendala:
i. Menyelesaikan model linear dengan metode simpleks. Secara komputasi perhitungan dapat diselesaikan dengan bantuan QSB.
O. Program Linear 1. Pengertian Program Linear Program linear merupakan salah satu model yang dapat digunakan untuk memodelkan permasalahan optimasi. Untuk mendapatkan hasil yang optimal, persyaratan yang harus dipenuhi adalah dengan menyelesaikan
58
persoalan secara matematis. Menurut Zulian Yamit (1991:1), syarat-syarat yang harus dipenuhi agar suatu persoalan dapat dipecahkan dengan program linear secara lengkap sebagai berikut: a.
Fungsi tujuan harus didefinisikan secara jelas dan dinyatakan sebagai fungsi obyektif yang linear.
b.
Fungsi tujuan dan fungsi kendala dinyatakan dalam hubungan linear.
c.
Variabel keputusan harus positif.
d.
Sumber-sumber dan aktifitas mempunyai sifat dapat dibagi, artinya solusi tidak harus merupakan bilangan integer (bilangan bulat).
e.
Sumber-sumber dan aktifitas mempunyai jumlah yang terbatas.
f.
Aktifitas harus proporsional terhadap sumber-sumber, artinya adanya proposionalitas dalam fungsi tujuan dan fungsi kendala.
g.
Model
programming deterministik , artinya sumber dan aktifitas
diketahui secara pasti. 2. Model Program Linear Menurut
Zulian
Yamit
(1991:2),
untuk
menyelesaikan
permasalahan optimasi dengan program linear, hal pertama yang dilakukan adalah mengidentifikasi masalah kemudian membuat model matematis dari
masalah
tersebut.
Langkah-langkah
yang
dilakukan
untuk
merumuskan model program linear adalah a.
Tentukan variabel keputusan yang akan dicari, dan beri notasi dalam bentuk matematis.
59
b.
Tentukan batasan dari variabel keputusan, dan
nyatakan dalam
bentuk persamaan linear atau ketidaksamaan linear. c.
Tentukan tujuan yang akan dicapai dari variabel keputusan.
Menurut B. Susanta (1994: 6), model program linear secara umum adalah Mencari
dengan tujuan:
Memaksimumkan/meminimumkan: (2.69) dengan kendala
:
.
.
.
.
.
.
.
.
.
,
,
Keterangan: : fungsi tujuan : variabel keputusan : koefisien teknis (koefisien dalam kendala utama) : suku tetap : koefisien biaya (koefisien dalam fungsi tujuan) : kendala tak negatif
60
Perumusan di atas dapat ditulis sebagai berikut: mencari
, j=1,2,...,n
mak/min
(2.70)
dengan kendala
, i=1,2,...,m
Fungsi tujuan pada rumusan program linear di atas yaitu merupakan tujuan yang akan dicapai atau dioptimalkan.
Selanjutnya,
persamaan
atau
pertidaksamaan
yang
merepresentasikan keterbatasan atau kendala yang membatasi pencapaian fungsi tujuan dinamakan fungsi kendala. Untuk m kendala pertama disebut kendala utama. Syarat bahwa nilai variabel keputusan harus lebih dari atau sama dengan nol (
) dinamakan kendala-kendala tidak negatif.
Rumusan program linear di atas menunjukkan bahwa setiap kendala dapat berbentuk kendala pertidaksamaan atau persamaan. Menurut B. Susanta (1994: 81-82), terdapat tiga jenis bentuk masalah program linear sebagai berikut: a) Masalah program linear berbentuk kanonik yaitu masalah program linear yang semua kendala utamanya berbentuk persamaan. Mencari
, j = 1, 2, ..., n dengan tujuan:
memaksimumkan (atau meminimumkan) dan memenuhi susunan kendala berikut:
(2.71) =
, i=1,2,...,m
, x=1,2,...,n.
61
b) Masalah program linear berpola maksimum yaitu masalah program linear yang memaksimumkan fungsi tujuan dengan model sebagai berikut: Mencari
, j = 1, 2, ..., n
yang memaksimumkan
(2.72) ( ≥, ≤, =)
dengan kendala
, i=1,2,...,m x=1,2,...,n.
Jika relasi setiap kendala utama pada masalah program linear berpola maksimum adalah kurang dari atau sama dengan (≤), maka disebut model berpola maksimum baku. c) Masalah program linear berpola minimum yaitu masalah program linear yang meminimumkan fungsi tujuan dengan model sebagai berikut: Mencari
, j = 1, 2, ..., n
yang meminimumkan dengan kendala:
(2.73) ( ≥, ≤, =)
, i=1,2,...,m
, x=1,2,...,n. Jika relasi setiap kendala utama pada masalah program linear berpola minimum adalah lebih dari atau sama dengan (≥), maka disebut model masalah berpola minimum baku.
62
Contoh 2.5 Sebuah perusahaan sedang mencari alternatif kombinasi produksi dari produk yang dihasilkan, agar memperoleh keuntungan yang maksimum. Pada saat ini perusahaan memproduksi 3 jenis produk yang diberi merek AB, AC dan AD. Ketiga produk tersebut dibuat dengan menggunakan sumber daya berupa:
bahan baku,
mesin,
tenaga kerja. Bagian penelitian
dan
pengembangan hasil produksi memberikan informasi bahwa untuk membuat ketiga jenis produk setiap unitnya memerlukan sumber daya seperti terlihat dalam tabel berikut ini: Tabel 2. Sumber daya produksi Sumber Daya
AB
AC
AD
Bahan Baku
2 Kg
3 Kg
4 Kg
Tenaga Kerja
5 Jam
2 Jam
4 Jam
Mesin
3 Jam
4 Jam
2 Jam
Setiap bulannya perusahaan mampu menyediakan paling banyak 200 Kg bahan baku, 250 jam tenaga kerja dan 150 jam kerja mesin. Ketiga produk tersebut memberikan sumbangan keuntungan masing-masing sebesar Rp.50,00 untuk produk AB, Rp.30,00 untuk produk AC dan Rp.40,00 untuk produk AD. Berapa banyak produk untuk tiap jenis agar diperoleh keuntungan yang maksimum?
63
a.
Menentukan variabel keputusan Aktivitas yang diketahui adalah produksi bulanan dari ketiga jenis produk. Misalkan:
x adalah banyak produksi bulanan dari jenis AB y adalah banyak produksi bulanan dari jenis AC z adalah banyak produksi bulanan dari jenis AD
b.
Menentukan batasan/kendala Untuk setiap unit produk jenis AB memerlukan 2 Kg bahan baku, sehingga untuk x unit produk AB memerlukan
bahan baku. Model
AC memerlukan
. Dengan demikian
dan model AD memerlukan
kebutuhan bahan baku secara total ketiga jenis produk tersebut adalah yang tidak boleh melebihi 200 Kg. Demikian pula halnya untuk sumber daya jam tenaga kerja dan jam kerja mesin. Apabila ketiga batasan tersebut dibuat dalam satu set fungsi linear, akan berbentuk sebaagai berikut: bahan baku tenaga kerja jam mesin c. Menentukan tujuan yang akan dicapai Koefisien fungsi tujuan dibentuk dari sumbangan keuntungan setiap jenis produk, yang akan dimaksimumkan. Apabila keuntungan maksimum diberi notasi Z maka fungsi tujuan akan berbentuk sebagai berikut: Maksimum
64
Dari ketiga langkah tersebut, diperoleh model linearnya adalah Maksimum Dengan batasan / kendala 1) 2) 3) untuk harga
.
3. Operasi Elementer Operasi elementer dibutuhkan untuk mengetahui langkah-langkah penyelesaian pada metode simpleks. Definisi 2.16 (Howard Anton, 1995: 5) Operasi elementer adalah operasi yang dilakukan pada suatu matriks. Langkah-langkah operasi elementer yaitu: 1) Mengalikan sebuah baris atau kolom dengan sebuah konstanta yang tidak sama dengan nol. 2) Mempertukarkan dua baris atau kolom. 3) Mengalikan suatu baris atau kolom dengan sebuah konstanta yang tidak nol, kemudian ditambahkan pada baris atau kolom yang lain. Contoh 2.6 Diberikan contoh penerapan operasi elementer pada sebuah matriks. Misal terdapat matriks A sebagai berikut: A=
65
4.
Metode Simpleks Menurut B.Susanta (1994:68) masalah program linear dengan dua perubah atau dengan tiga perubah yang disusutkan masih dapat diselesaikan dengan metode grafik. Untuk masalah program linear yang memuat tiga perubah atau lebih dan tidak dapat disusutkan menjadi masalah dengan dua perubah dapat diselesaikan dengan metode simpleks. Menurut B. Susanta (1994: 86-87) setiap iterasi pada metode simpleks menggunakan alat bantu berupa tabel simpleks sebagai berikut:
66
Tabel 3. Tabel Simpleks ... ... ... ...
... ... ...
Keterangan: : perubah-perubah lengkap : koefisien teknis (koefisien dalam kendala utama) : suku tetap (tak negatif) : koefisien biaya (koefisien dalam fungsi tujuan) : perubah yang menjadi basis dalam tablo yang ditinjau : koefisien ongkos milik perubah basis :
(hasil kali dari
:
(hasil kali dari
: selisih zj dengan cj :
hanya untuk aik > 0
67
dengan kolom dengan
) )
Berikut diberikan langkah-langkah penyelesaian model program linear menggunakan metode simpleks menurut B. Susanta(1994: 87108): 1) Langkah Awal: Membuat Tabel Awal Simpleks Langkah awal metode simpleks adalah mengubah bentuk model masalah program linear yang ada ke bentuk kanonik, kemudian memasukkan masalah tersebut pada tabel awal simpleks yang disusun seperti Tabel Simpleks pada Tabel 3. Variabel slack dan artificial menjadi variabel basis karena variabel-variabel ini berada dalam matriks identitas dengan koefisien
. Apabila ada
penambahan variabel slack, surplus, dan artificial pada suatu model maka dibuat fungsi tujuan baru, yaitu fungsi tujuan yang memuat variabel-variabel tersebut. Koefisien biaya variabel slack dan surplus adalah
nol,
variabel
artificial
adalah
–M
untuk
kasus
memaksimumkan dan +M untuk kasus meminimumkan fungsi tujuan. M mewakili suatu bilangan yang sangat besar. 2) Langkah Kedua: Menguji Keoptimuman Penyelesaian Langkah kedua ini bertujuan untuk memeriksa penyelesaian yang diperoleh tabel simpleks pada suatu iterasi. Suatu penyelesaian layak basis masalah program linear kasus memaksimumkan fungsi tujuan dikatakan telah optimum apabila
, sedangkan
untuk kasus meminimumkan penyelesaian layak basis telah optimum jika
, untuk setiap j, dengan j = 1, 2, ..., n. Apabila
68
penyelesaian yang diperoleh tabel pada suatu iterasi telah optimum, maka
langkah
metode
simpleks
berhenti.
Namun,
apabila
penyelesaian yang diperoleh belum optimum, tabel simpleks perlu diperbaiki untuk memperoleh penyelesaian yang lebih baik yaitu penyelesaian
yang
lebih
mengoptimumkan
fungsi
tujuan.
Memperbaiki tabel simpleks ini merupakan langkah ketiga dari metode simpleks. 3) Langkah Ketiga: Memperbaiki tabel Tahap ini bertujuan untuk membuat tabel simpleks baru yang menghasilkan penyelesaian yang lebih baik dari tabel sebelumnya. Hal tersebut dilakukan dengan cara memilih satu variabel non-basis untuk dijadikan variabel basis baru pada tabel simpleks baru yang akan dibuat dan pemilihan satu variabel basis yang keluar dari basiskarena akan digantikan oleh variabel basis baru yang terpilih. Setelah diperoleh tabel baru dilanjutkan menguji keoptimuman penyelesaian. Apabila penyelesaiannya telah optimal maka iterasi dihentikan, tetapi apabila penyelesaiannya belum optimal maka dilanjutkan langkah ketiga yaitu tahap memperbaiki tabel. Variabel non-basis yang menjadi variabel basis untuk kasus memaksimumkan fungsi tujuan adalah variabel non-basis memiliki nilai
paling kecil (j = 1, 2, ..., n). Pada kasus
meminimukan, variabel non-basis nilai
pada kolom ke-k yang
dari kolom ke-k yang memiliki
paling besar (j = 1, 2, ..., n). Apabila ada beberapa
69
kolom yang memiliki nilai
yang sama, maka dapat dipilih
salah satu diantaranya secara acak. Selanjutnya kolom yang terpilih tersebut dinamakan kolom kunci. Variabel basis
yang harus keluar baik
pada kasus
memaksimumkan atau meminimumkan fungsi tujuan adalah sama yaitu variabel
yang diperoleh dari baris
diperoleh dari perhitungan berikut:
yang terkecil. Nilai dengan
. Baris
yang terpilih dinamakan sebagai baris kunci. Unsur yang menjadi perpotongan kolom dan baris kunci dinamakan unsur kunci, yang digunakan untuk memperbaiki tabel. Nilai unsur kunci ini harus dibuat sama dengan 1 dan nilai-nilai lainnya pada kolom yang sama harus nol dengan melakukan beberapa kali operasi baris elementer. 5.
Langkah-langkah pada QSB QSB digunakan untuk membantu perhitungan permasalahan portofolio optimal. Dimana fungsi dari QSB sama dengan metode simpleks. Hanya saja perhitungan dengan QSB menggunakan program, sedangkan untuk metode Simpleks secara manual. Langkah-langkah pada QSB secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran III. a.
Buka Program QSB .
b.
Pilih Linear Programming .
c.
Pilih enter new problem untuk menginput permasalahan baru .
d.
Pemberian nama permasalahan.
70
e.
Menginput hal-hal yang akan ditinjau seperti: fungsi tujuan, banyaknya kendala, banyaknya variabel, dll.
f.
Menginput variabel.
g.
Menginput data permasalahan seperti fungsi tujuan dan fungsi kendala.
h.
Menentukan Solusi Permasalahan. Ada beberapa pilihan seperti solusi per langkah, ataupun solusi akhirnya.
i.
Solusi akhir dari permasalahan.
Berikut diberikan contoh penyelesaian persamaan nonlinear dengan metode kuadratik. Contoh 2.8 : Diketahui fungsi tujuan: Meminimumkan Dengan kendala
Penyelesaian: a. Menentukan turunan parsial dari fungsi tujuan.
71
b. Menentukan matriks Hessian seperti pada persamaan (2.17).
Det H Jadi matriks H adalah definit positif
Nilai dari
dan
Jadi fungsi
merupakan fungsi konkaf.
c. Menentukan persyaratan Karush Kuhn Tucker 1.
Untuk j=1, Untuk j=2,
2.
Untuk j=1, Untuk j=2,
4. 5. 6.
,
7. d. Menyatakan permasalahan dalam bentuk model kuadratik seperti pada persamaan (2.57).
72
Dari soal diatas diperoleh
Sehingga model umumnya yaitu meminimumkan
Dengan kendala e. Mengubah kondisi Karush Kuhn Tucker yang berbentuk pertidaksamaan menjadi persamaan dengan menambah slack variabel. Untuk mengubah pertidaksamaan pada kondisi KKT 1. untuk
,
dan kondisi 3 menjadi persamaan yaitu dengan memindahkan konstanta ke sisi sebelah kanan dan menambahkan slack variabel nonnegative yang dilambangkan dengan 1.
.
Untuk j=1,
73
Untuk j=2,
3. f. Menentukan kendala komplementaritas. Perhatikan kondisi 2 untuk j=1 dan dari point (e) untuk j=1, sehingga
Nilai yang memenuhi yaitu
atau
Dengan cara yang sama, kondisi 1untuk j=2 dan dari point (e) untuk j=2, sehingga
Nilai yang memenuhi yaitu
atau
Dengan cara yang sama untuk kondisi 4 dapat dinyatakan sebagai berikut:
Nilai yang memenuhi yaitu Setiap pasang
,
atau ,
dua variabel tersebut merupakan
variabel komplementer karena hanya satu dari dua variabel tersebut yang dapat bernilai nol. Bentuk baru kondisi 2 untuk (j=1), kondisi 2 untuk (j=2) dan 4 dapat digabung menjadi satu kendala yaitu: Persamaan ini disebut kendala komplementaritas.
74
Dengan mengalikan -1 pada kondisi 1 untuk (j=1) dan untuk (j=2) untuk mendapatkan ruas kanan nonnegative, sehingga kondisi secara keseluruhan yaitu:
,
,
,
,
,
g. Membentuk permasalahan komplementaritas dengan menambah variabel artificial. Permasalahan komplementaritas adalah meminimumkan nilai variabel artificial pada Karush Kuhn Tucker. Masalah program linear yang diselesaikan dengan metode simpleks adalah Meminimumkan
,
,
,
,
,
,
,
h. Menyatakan permasalahan komplementaritas dalam bentuk matriks.
75
i. Menyelesaikan dengan metode simpleks Tabel berikut menunjukkan hasil dari penerapan metode simpleks untuk menyelesaikan masalah di atas. Langkah awal: 0
0
0
0
0
0
1
1 B
R
-
1
4
-4
1
-1
0
0
1
0
15
1
-4
8
2
0
-1
0
0
1
30
0
1
2
0
0
0
1
0
0
30
0
4
3
-1
-1
0
1
1
45
0
4
3
-1
-1
0
0
0
0
0
15
Iterasi pertama OBE:
,
0
1 0
2
0
0
1
-1
1
0
76
0
-1
0
1
0
1
0
0
1
1
B
R
30
15 -
0
2
0
2
0
2
-1
0
2
0
0
2
0
1
0
-1
0
1
1
-1
-1
0
0
0
0
0
0
1
1
30
Iterasi kedua OBE:
,
, 0
B
-1
1
R
1
0
0
-1
0
0
1
0
0
75
0
1
0
0
0
-
0
0
-1
-1
1
0
0
-1
-1
0
0
0
0
1
3
Iterasi ketiga
OBE:
,
,
0
0
0
1 b
77
R
0
0
0
0
0
1
0
1
0
0
0
0
0
1
0
0
Hasil optimal yang diperoleh adalah
0
0
0
0
0
-1
,
diperoleh nilai fungsi minimumnya adalah
78
, dan
-1
. Sehingga