BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori dan Penelitian yang Relevan 1. Hakekat Prestasi Belajar Prestasi belajar adalah sebuah kalimat yang terdiri dari dua kata yaitu prestasi dan belajar. Antara kata prestasi dan belajar mempunyai arti yang berbeda. Oleh karena itu, sebelum membahas tentang pengertian prestasi belajar, ada baiknya pembahasan ini diarahkan pada masing-masing permasalahan terlebih dahulu untuk mendapatkan pemahaman lebih jauh mengenai makna kata prestasi dan belajar. Hal ini juga untuk memudahkan dalam memahami lebih mendalam tentang pengertian prestasi belajar itu sendiri. Di bawah ini akan dikemukakan beberapa pengertian prestasi dan belajar menurut para ahli. Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan baik secara individu maupun secara kelompok (Djamarah, 1994: 19). Sedangkan menurut Mas’ud Hasan Abdul Dahar dalam Djamarah (1994: 21) menyatakan bahwa prestasi adalah apa yang telah dapat diciptakan, hasil pekerjaan, hasil yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja. Pengertian di atas dapat dipahami bahwa prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan dan diperoleh dengan jalan keuletan kerja, baik secara individual maupun secara kelompok dalam bidang kegiatan tertentu.
6
Belajar merupakan kata yang erat kaitanya dengan prestasi. Menurut Singgih Gunarsa dalam Catur Budi Nugraha (2008: 7) belajar merupakan hasil perubahan perilaku atau modifikasi tingkah laku pada masa yang akan datang dan bersumber dari adanya pengalaman. Pendapat serupa juga dikemukakan oleh Slameto (1995: 2) yang mengatakan “belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. Sedangkan pendapat lain menyatakan bahwa belajar merupakan suatu proses perubahan kegiatan, reaksi terhadap lingkungan, perubahan tersebut tidak dapat dikatakan belajar apabila disebabkan pertumbuhan atau keadaan sementara, seperti pengaruh obat-obatan atau kelelahan (I.L.Pasaribu dan B. Simandjuntak, 1983: 59). Pendapat tentang pengertian belajar di atas, dapat diambil suatu pemahaman tentang hakekat belajar yaitu suatu proses perubahan kegiatan dan perilaku individu pada masa yang akan datang yang bersumber dari pengalaman serta interaksi terhadap lingkungan sekitar tanpa disebabkan pertumbuhan atau keadaan sementara. Berdasarkan pengertian prestasi dan belajar di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil suatu proses perubahan yang terjadi dalam diri individu yang bersumber dari interaksi terhadap lingkungan sekitar dan diperoleh dengan jalan keuletan kerja, baik secara individual maupun secara kelompok dalam bidang kegiatan tertentu. Kegiatan tertentu
7
berarti bahwa belajar tidak hanya dalam satu bidang kegiatan saja, tetapi semua bidang kegiatan yang dapat merubah seseorang dari belum bisa menjadi bisa dan menjadi lebih baik dari sebelumnya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam Catur Budi Nugroho (2008: 5) “prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan dan keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran dan ditunjukan dengan tes atau angka yang diberikan oleh guru”. Jadi prestasi belajar adalah hasil yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktivitas dalam belajar yang diukur dan dinilai dalam bentuk simbol, huruf, maupun kalimat yang menceritakan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak pada periode tertentu. 2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Suatu keberhasilan selalu ditentukan oleh beberapa faktor, begitu juga dengan prestasi belajar. Peranan faktor penentu ini tidak selalu sama antar individu satu dengan yang lainya. Karena besarnya salah satu faktor akan ditentukan olah faktor yang lain yang bersifat situasional. Menurut Slameto (1995: 54) faktor yang mempengaruhi prestasi belajar banyak jenisnya, tetapi dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu faktor internal (berasal dari diri sendiri) dan faktor eksternal (berasal dari luar individu). a. Faktor Internal 1) Kesehatan Faktor kesehatan sangat berpengaruh terhadap proses belajar siswa, jika kesehatan seseorang terganggu atau cepat lelah, kurang
8
bersemangat, mudah pusing, ngantuk, kurang darah ataupun ada gangguan kelainan alat inderanya. Maka siswa tersebut akan kesulitan untuk belajar dan menyerap materi pelajaran yang di sampaikan oleh guru. Slameto (1995: 54) menyatakan bahwa sehat adalah keadaan baik segenap badan beserta bagian-bagiannya bebas dari penyakit. 2) Cacat Tubuh Cacat tubuh adalah suatu keadaan tubuh atau badan yang kurang baik atau sempurna. Cacat tubuh dapat berupa buta, tuli, patah kaki, patah tangan, lumpuh, dan lain-lain (Slameto, 1995: 55). Cacat tubuh sangat berpengaruh terhadap siswa dalam belajar. Siswa yang cacat akan lebih kesulitan dalam mengikuti pelajaran dibandingkan siswa yang sehat. 3) Kecerdasan atau Intelegensi Slameto (1995: 56) mengemukakan bahwa intelegensi terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan menghadapi dan beradaptasi ke dalam situasi yang baru, efektif menggunakan konsep yang abstrak, dan mengetahui relasi dan dengan cepat mempelajarinya. Sedangkan kecerdasan adalah kemampuan belajar disertai kecakapan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan yang dihadapinya. Kemampuan ini sangat ditentukan oleh tinggi rendahnya intelegensi. Intelegensi yang normal selalu menunjukkan kecakapan sesuai dengan tingkat perkembangan sebaya. Adakalanya perkembangan ini ditandai oleh kemajuankemajuan yang berbeda antara satu anak dengan anak yang lainnya,
9
sehingga seseorang anak pada usia tertentu sudah memiliki tingkat kecerdasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan kawan sebayanya. Oleh karena itu, jelas bahwa faktor intelegensi merupakan suatu hal yang tidak diabaikan dalam kegiatan belajar mengajar. Slameto (1995: 56) mengatakan “tingkat intelegensi yang tinggi akan lebih berhasil daripada yang mempunyai tingkat intelegensi yang rendah”. Dari pendapat di atas jelaslah bahwa intelegensi yang baik atau kecerdasan yang tinggi merupakan faktor yang sangat penting bagi seorang anak dalam usaha belajar. 4) Kematangan Menurut Slameto (2003 : 58) “bahwa kematangan adalah sesuatu tingkah atau fase dalam pertumbuhan seseorang di mana alat-alat tubuhnya sudah siap melaksanakan kecakapan baru”. Berdasarkan pendapat tersebut, maka kematangan adalah suatu organ atau alat tubuhnya dikatakan sudah matang apabila dalam diri makhluk telah mencapai kesanggupan untuk menjalankan fungsinya masing-masing kematang itu datang atau tiba waktunya dengan sendirinya, sehingga dalam belajarnya akan lebih berhasil jika anak itu sudah siap atau matang untuk mengikuti proses belajar mengajar. 5) Kesiapan Kesiapan menurut James Drever seperti yang dikutip oleh Slameto (2003 : 59) adalah “preparedes to respon or react, artinya kesediaan untuk memberikan respon atau reaksi”. Jadi, dari pendapat di atas
10
dapat diasumsikan bahwa kesiapan siswa dalam proses belajar mengajar, sangat mempengaruhi prestasi belajar siswa, dengan demikian prestasi belajar siswa dapat berdampak positif bilamana siswa itu sendiri mempunyai kesiapan dalam menerima suatu mata pelajaran dengan baik. 6) Perhatian Menurut al-Ghazali dalam Slameto (2003 : 56) bahwa “perhatian adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi jiwa itupun bertujuan sematamata kepada suatu benda atau hal atau sekumpulan obyek”. Untuk menjamin belajar yang lebih baik maka siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya. Jika bahan pelajaran tidak menjadi perhatian siswa, maka timbullah kebosanan, sehingga ia tidak lagi suka belajar. Agar siswa belajar dengan baik, usahakan buku pelajaran itu sesuai dengan hobi dan bakatnya. 7) Bakat Menurut Hilgard dalam Slameto (1995: 57) bahwa bakat adalah “the capacity to learn”. Dengan kata lain, bakat adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu akan terealisasi pencapaian kecakapan yang nyata sesudah belajar atau terlatih. Bakat adalah kemampuan tertentu yang telah dimiliki seseorang sebagai kecakapan pembawaan. Tumbuhnya keahlian tertentu pada seseorang sangat ditentukan oleh bakat yang dimilikinya. Dalam proses belajar terutama belajar
11
keterampilan, bakat memegang peranan penting dalam mencapai suatu hasil akan prestasi yang baik. 8) Minat Slameto
(1995:
57)
mengemukakan
bahwa
minat
adalah
kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan beberapa kegiatan yang diminati dan diperhatikan terus yang disertai dengan rasa senang. Berdasarkan
pendapat
di
atas,
jelaslah
bahwa
minat
besar
pengaruhnya terhadap belajar atau kegiatan. Bahkan pelajaran yang menarik minat siswa lebih mudah dipelajari dan disimpan karena minat menambah kegiatan belajar. Minat belajar yang telah dimiliki siswa merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajarnya. Apabila seseorang mempunyai minat yang tinggi terhadap sesuatu hal maka akan terus berusaha untuk melakukan sehingga apa yang diinginkannya dapat tercapai sesuai dengan keinginannya. 9) Motivasi Menurut Slameto (1995: 58) bahwa motivasi erat sekali hubungannya dengan tujuan yang akan dicapai dalam belajar, di dalam menentukan tujuan itu dapat disadari atau tidak, akan tetapi untuk mencapai tujuan itu perlu berbuat, sedangkan yang menjadi penyebab berbuat adalah motivasi itu sendiri sebagai daya penggerak atau pendorongnya. Motivasi dalam belajar adalah faktor yang penting karena hal tersebut merupakan keadaan yang mendorong siswa untuk melakukan belajar.
12
b. Faktor Eksternal 1) Lingkungan Keluarga Faktor keluarga sangat berperan aktif bagi siswa dan dapat mempengaruhi dari keluarga antara lain: cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, keadaan keluarga, pengertian orang tua, keadaan ekonomi keluarga, latar belakang kebudayaan dan suasana rumah. Keluarga merupakan lingkungan terkecil dalam masyarakat tempat seseorang dilahirkan dan dibesarkan. Keluarga adalah lembaga pendidikan pertama dan utama. Perhatian orang tua dapat memberikan dorongan dan motivasi sehingga anak dapat belajar dengan tekun. Karena anak memerlukan waktu, tempat dan keadaan yang baik untuk belajar. Selain itu adanya rasa aman dalam keluarga sangat penting dalam keberhasilan seseorang dalam belajar. Rasa aman itu membuat seseorang akan terdorong untuk belajar secara aktif, karena rasa aman merupakan salah satu kekuatan pendorong dari luar yang menambah motivasi untuk belajar. 2) Lingkungan Sekolah. Menurut Ir. Zakaria dalam (http://cvrahmat.blogspot.com/2009/07/ pengaruhlingkunganterhadapprestasi.html)
Hambatan
terhadap
kemajuan studi tidak saja bersumber dari diri siswa, akan tetapi juga bersumber dari sekolah atau lembaga itu sendiri. Sebab-sebab dibawah ini bisa menimbulkan hambatan kemajuan studi antara lain :
13
a) Cara memberikan pelajaran. Pengajar yang memberikan materi pelajaran kurang didaktif, tanpa memperhatikan apakah siswa mengerti dengan materi yang diberikan,
tanpa
memberikan
kesempatan
bertanya
atau
mengemukakan pendapat kepada siswa akan menyulitkan siswa menyerap pelajaran. b) Bahan pelajaran tidak sesuai dengan kemampuan. Penyusunan bahan pelajaran yang tidak sesuai dengan kemampuan para siswa akan menghambat studi mereka. Ketidak sesuaian ini dapat berarti sesuai dengan taraf pengetahuan mereka. 3) Lingkungan Masyarakat. Menurut Ir. Zakaria dalam (http://cvrahmat.blogspot.com/2009/07/ pengaruh-lingkungan-terhadap-prestasi.html)
Masyarakat
adalah
lingkungan ketiga bagi perkembangan jiwa siswa setelah keluarga dan sekolah, didalam masyarakat siswa menerima berbagai macam penggaruh. Tetapi pada umumnya masyarakat tidak akan menghalangi kemajuan studi para siswa bahkan sebaliknya mereka membutuhkan tenaga-tenaga yang trampil untuk membantu masyarakat. Beberapa aspek yang bisa mengganggu kelancaran studi siswa dalam masyarakat : a. Tidak mempunyai teman belajar bersama. Teman dalam belajar besar artinya bagi siswa dalam mengerjakan tugas-tugas di luar sekolah. Teman bagi siswa mempunyai manfaat
14
dalam belajar, berdiskusi memberikan bantuan dalam kesukaran belajar dan saling mem-berikan motivasi, sehingga akan lebih bersemangat dalam belajar dan masih banyak lagi manfaat yang bisa diambil dari belajar bersama. b. Gangguan dari jenis kelamin. Pada dasarnya pergaulan sangat penting bagi siswa yang sedang tumbuh dan berkembang dalam masa pendidikan, akan tetapi pergaulan yang terlalu bebas juga sangat berbahaya, dimana akibat dari pergaulan ini dapat menimbulkan akses-akses yang lebih jauh, sehingga mengganggu kelancaran proses belajar siswa, apalagi jika terjadi putus hubungan kedua belah pihak pada umumnya menyebabkan kelesuan dalam belajar, studi menjadi terbengkalai dan akhirnya tujuan yang hendak dicapai menurun 3. Pengaruh Kegiatan Jasmani terhadap Prestasi Belajar Fungsi pendidikan jasmani menurut Purnomo (Buletin Kesjas Edisi 2/th II/1995:8), yaitu : (1) meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan tubuh yang meliputi kebugaran jasmani dan kesehatan, (2) meningkatkan ketangkasan dan keterampilan, (3) meningkatkan pengetahuan dan kecerdasan, (4) menambah kehidupan sosial yang kreatif dan rekreatif. Tingkat kebugaran jasmani yang prima ini akan membantu memudahkan bagi siswa dalam mempelajari semua mata pelajaran yang ada di bangku sekolah.
15
Hasil penelitian yang disajikan pada Lokakarya Institut Nasional dari Kesehatan Mental Amerika Serikat tahun 1984 di antaranya, bahwa kebugaran jasmani secara positif berhubungan dengan kesehatan mental dan kesehatan keseluruhan dari seseorang (Kathleen 1992:143). Penelitian yang dipimpin oleh Bowers dari Universitas Bowling Green, menunjukkan setelah 10 minggu berjalan atau jogging, mereka yang berusia lanjut ternyata mempunyai daya ingat yang lebih baik serta daya pikir yang lebih tajam.
Penelitian ini menunjukkan bahwa segera setelah berolahraga,
kesadaran mentalnya dan kemampuan berpikirnya dapat diperbaiki (Kathleen, 1992:142). Purnomo (Buletin Kesjas Edisi 2/Th.II/1995;13) dalam penelitian dari 20 SMP di 4 Propinsi ( Jatim, Bali, D.I.Y, dan Sulsel) diperoleh kesimpulan bahwa tingkat kebugaran jasmani yang baik, berpengaruh positif terhadap prestasi belajar. Hal ini terbukti dari hasil tes kebugaran jasmani dan nilai hasil belajar yang diambil dari 10 mata pelajaran. Setelah diklasifikasikan hasilnya menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara siswa yang mempunyai prestasi belajar baik dengan tingkat kebugaran jasmani baik. Bahkan Jin Jichun (2000) mengatakan bahwa bahan dasar dari kecerdasan adalah sistem saraf dalam bentuk yang paling sempurna adalah otak, berhubungan erat dengan pergerakan otot, otot halus dan otot jantung. Olahraga tidak hanya membentuk lengan, tungkai dan menguatkan organorgan tubuh bagian dalam, tetapi juga memperkokoh pondasi bagi
16
kecerdasan. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kegiatan jasmani berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. 4. Kelas Olahraga Kelas olahraga adalah sebuah kelas yang melaksanakan berbagai kegiatan olahraga dengan tujuan membina dan mengembangkan bakat serta potensi atlet sejak dini dan memberikan kesempatan kepada para pelajar potensial untuk dibina dalam suatu wadah kelas olahraga unggulan untuk mencapai prestasi yang maksimal (http://smpn2tarkid.blogspot.com). Selain itu kelas olahraga ini juga bertujuan untuk memudahkan sekolah dan para guru untuk dapat berkonsentrasi memberikan pelajaran kepada siswa yang berprestasi di bidang olahraga agar siswa tersebut tidak ketinggalan pelajaran akademik di sekolah. Pada dasarnya kurikulum yang digunakan untuk kelas reguler dan kelas olahraga adalah sama. Dalam hal ini SMP Negeri 2 Tempel menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Sehingga meteri pelajaran yang diperoleh dan diajarkan sama antara kelas reguler dan kelas olahraga . Selain mengikuti kegiatan belajar mengajar seperti biasa di kelas, siswa kelas olahraga juga wajib mengikuti ekstrakurikuler yang dilaksanakan disekolah. Yang membedakan kelas olahraga dengan kelas reguler adalah adanya kegiatan khusus berupa latihan olahraga yang dilaksanakan pada sore hari kecuali hari Jum’at dengan materi cabang olahraga yang telah ditentukan oleh sekolah.
17
SMP Negeri 2 Tempel pada tahun ajaran 2011/2012
ini telah
melaksanakan kelas olahraga dengan cabang olahraga atletik, bola voli, catur, dan basket. Khusus untuk cabang olahraga bola voli dan catur pihak sekolah telah mendatangkan pelatih khusus berjumlah satu orang untuk masing-masing cabang. Selain itu, sekolah juga mendatangkan alumni yang telah berprestasi dalam bidang atletik untuk melatih para siswa. Kelas olahraga di SMP Negeri 2 Tempel sudah dilaksanakan selama dua tahun mulai tahun 2010, sehingga jumlah kelas olahraga yang diselenggarakan baru berjumlah dua kelas, yaitu kelas VII D dan VIII D. Harapan dengan diselenggarakanya kelas olahraga ini adalah membantu siswa dalam mengikuti setiap kegiatan, baik kegiatan akademik maupun non akademik karena lebih terorganisir. 5. Kelas Reguler Kelas reguler atau kelas umum adalah kelas yang melaksanakan kegiatan belajar mengajar sesuai dengan kurikulum pendidikian. Dengan tujuan sesuai Undang-Undang No. 20, Tahun 2003. Pasal 3 yaitu berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis
serta
bertanggung
jawab
(http://www.putra-putri-
indonesia.com/tujuan-pendidikan-nasional.html). Dengan kata lain kelas
18
reguler adalah kelas yang sebagaimana mestinya pada sekolah-sekolah menengah yang lain yang melaksanakan kegiatan belajar mengajar tanpa ada mata pelajaran khusus seperti pada kelas penjurusan. Menurut keterangan dari Kepala Sekolah SMP Negeri 2 Tempel tahun 2011 bahwa siswa kelas reguler di diseleksi melalui PPDB (Penerimaan Peserta Didik Baru) yang dilaksanakan di sekolah tersebut. Untuk tahun ajaran 2011/2012 dibuka sebanyak empat kelas reguler dengan salah satu kelas menjadi kelas olahraga yaitu kelas D. Menurut Wardiman Djojonegoro dalam Bekti Anggoro (2009: 17) menyatakan bahwa setiap generasi muda Indonesia harus memiliki karakteristik kualitas sebagai berikut: a. Karakteristik kualitas dasar, yaitu beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, cerdas, berdisiplin, sehat jasmani dan rohani, mandiri, bertanggung jawab pada masyarakat dan bangsa. b. Karakteristik kualitas instrumental, meliputi kemampuan produktif, kemampuan menggunakan sumber daya, kemanpuan berkomunikasi, kemampuan kerjasama, kemampuan memecahkan masalah, keampuan menngunakan data dan informasi, dan kemampuan menggunakan IPTEK B. Penelitian yang Relevan Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang telah dilakukan oleh Catur Budi Nugroho pada tahun 2003 dengan judul “Perbedaan Prestasi Akademik Mahasiswa PJKR Reguler dan Non Reguler Angkatan 2003 FIK UNY”. Penelitian tersebut menggunakan metode penelitian deskriptif dengan teknik dokumentasi, yaitu hasil Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) mahasiswa PJKR reguler dan Non Reguler. Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa FIK UNY angkatan 2003. Dari penelitian
19
tersebut diperoleh
kesimpulan bahwa mahasiswa PJKR reguler memiliki
prestasi akademik yang lebih baik daripada mahasiswa non reguler. Penelitian ini juga relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh Samsul Sufiyanto dengan judul “Perbedaan Prestasi Belajar antara Mahasiswa UMPTN) dengan mahasiswa PBU pada Jurusan Pendidikan Olahraga IKIP Yogyakarta”. Dari hasil analisis statistik menunjukan bahwa uji F antar jalur UMPTN dan PBU = 0,282, p = 0,053 non signifikan. Sedangkan F antar jalur B (teori dan praktik) = 4,484, p = 0,008 sangat signifikan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan prestasi belajar antara mahasiswa UMPTN (Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri) dengan mahasiswa PBU (Penerimaan bibit Unggul) POR FPOK IKIP Yogyakarta. Sedangkan untuk kelompok kedua ada perbedaan yang signifikan antara nilai mata kuliah teori dan mata kuliah praktek antara mahasiswa UMPTN dengan PBU. Nilai mata kuliah teori mahasiswa UMPTN lebih baik dibandingkan mahasaswa PBU dan nilai mata kuliah praktek mahasiswa PBU lebih baik dibandingkan mahasiswa UMPTN. C. Kerangka Berpikir Berdasarkan teori di atas dapat diambil kesimpulan bahwa prestasi belajar merupakan sebuah hasil belajar yang diperoleh seseorang siswa selama jangka waktu tertentu yang diukur menggunakan nilai, angka, simbol, huruf atau kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah diperoleh. Terdapat beberapa perbedaan antara siswa kelas olahraga dan siswa kelas reguler. Menurut teori di atas siswa yang lebih banyak melakukan kegiatan
20
olahraga akan cenderung memiliki kebugaran jasmani yang lebih baik, kebugaran jasmani yang baik berpengaruh terhadap perkembangan otak yang tentu saja berkaitan dengan kecerdasan seseorang. Perbedaan lain antara siswa kelas olahraga dan siswa kelas reguler adalah kesempatan untuk belajar. Dengan jadwal latihan olahraga hampir setiap hari, tentu kesempatan belajar siswa kelas olahraga lebih sedikit dibandingkan siswa kelas reguler. Kesempatan belajar yang sedikit itulah yang akan mengurangi perhatian dan fokus siswa terhadap pelajaran. Sedangan pendapat dari ahli mengatakan jika perhatian terhadap pelajaran kurang akan berpengaruh terhadap prestasi belajar. Perbedaan prestasi antara siswa kelas olahraga dan siswa kelas reguler akan lebih terlihat karena antara kedua kelas tersebut menggunakan kurikulum yang sama, yaitu jumlah mata pelajaran, alokasi waktu pelajaran, serta tenaga pendidik. Atas dasar tersebut penelitian ini di arahkan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan prestasi belajar antara siswa kelas olahraga dengan siswa kelas reguler dengan cara menganalisis data hasil belajar siswa melalui rapor yang kemudian diolah untuk menghasilkan sebuah kesimpulan. D. Hipotesis Penelitian Dari kerangka berpikir yang di atas dapat ditarik kesimpulan sementara yaitu terdapat perbedaan yang berarti antara prestasi belajar siswa kelas olahraga dan siswa kelas reguler di SMP Negeri 2 Tempel tahun ajaran 2011/2012.
21