5
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial SD IPS merupakan suatu program pendidikan dan bukan sub-disiplin ilmu tersendiri, sehingga tidak akan ditemukan baik dalam nomenklatur filsafat ilmu, disiplin ilmu-ilmu sosial (social science), maupun ilmu pendidikan (Sumantri. 2001:89). Social Scence Education Council (SSEC) dan National Council for Social Studies (NCSS), menyebut IPS sebagai “Social Science Education” dan “Social Studies”. Nama IPS dalam Pendidikan Dasar dan Menengah di Indonesia muncul bersamaan dengan diberlakukannya kurikulum SD, SMP dan SMA tahun 1975. IPS mengikuti cara pandang yang bersifat terpadu dari sejumlah mata pelajaran seperti: geografi, ekonomi, ilmu politik, ilmu hukum, sejarah, antropologi, psikologi, sosiologi, dan sebagainya. Perpaduan ini dimungkinkan karena mata pelajaran tersebut memiliki obyek material kajian yang sama yaitu manusia. Pada dasarnya Mulyono Tj. (1980:8) memberi batasan IPS adalah merupakan suatu pendekatan interdsipliner (Inter-disciplinary Approach) dari pelajaran Ilmu-ilmu Sosial. IPS merupakan integrasi dari berbagai cabang Ilmu-ilmu Sosial, seperti sosiologi, antropologi budaya, psikologi sosial, sejarah, geografi, ekonomi, ilmu politik, dan sebagainya. Hal ini lebih ditegaskan lagi oleh Saidiharjo (1996:4) bahwa IPS merupakan hasil kombinasi atau hasil pemfusian atau perpaduan dari sejumlah mata pelajaran seperti: geografi, ekonomi, sejarah, sosiologi, antropologi, politik. Mata pelajaran tersebut mempunyai ciri-ciri yang sama, sehingga dipadukan menjadi satu bidang studi yaitu Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Dengan demikian jelas bahwa IPS adalah fusi dari disiplin-disiplin Ilmu-ilmu Sosial. Pengertian fusi disini adalah bahwa IPS merupakan bidang studi utuh yang tidak terpisah-pisah dalam kotak-kotak disiplin ilmu yang ada. Artinya bahwa bidang studi IPS tidak lagi mengenal adanya pelajaran geografi, ekonomi, sejarah secara terpisah, melainkan semua disiplin tersebut diajarkan secara terpadu. Dalam kepustakaan kurikulum pendekatan terpadu tersebut dinamakan pendekatan “broadfielt”. Dengan pendekatan tersebut batas disiplin ilmu menjadi lebur, artinya terjadi sintesis antara beberapa disiplin ilmu.
6
Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan pembelajaran IPS merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial yang dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial yang mewujudkan satu pendekatan interdisipliner dari aspek cabang-cabang ilmu-ilmu social yang bertujuan membina anak didik menjadi warga negara yang baik, memeliki pengetahuan, ketrampilan dan kepedulian sosial begi dirinya sendiri serta bagi masyarakat dan Negara. 2.1.2. Metode Diskusi Kelompok Sanjaya (2006), menyatakan bahwa metode diskusi diartikan sebagai siasat untuk menyampaikan bahan pelajaran yang melibatkan siswa secara aktif untuk membicarakan dan menemukan alternatif
pemecahan suatu topik bahasan yang
bersifat problematis. Dalam percakapan itu para pembicara tidak boleh menyimpang dari
pokok pembicaraan
yaitu
masalah
yang
ingin
dicarikan
alternatif
pemecahannya. Dalam diskusi ini guru berperan sebagai pemimpin diskusi, atau guru dapat mendelegasikan tugas sebagai pemimpin itu kepada siswa, walaupun demikian guru masih harus mengawasi pelaksanaan diskusi yang dipimpin oleh siswa itu. Pendelegasian itu terjadi kalau siswa dalam kelas dibagi menjadi beberapa kelompok diskusi. Pemimpin Diskusi harus mengorganisir kelompok yang dipimpinnya agar setiap anggota diskusi dapat berpartisipasi secara aktif. Dalam kehidupan modern ini banyak sekali masalah yang dihadapi oleh manusia; sedemikian kompleksnya masalah tersebut, sehingga tak mungkin hanya dipecahkan dengan satu jawaban saja, melainkan harus menggunakan segala pengetahuan yang kita miliki untuk mencari pemecahan yang terbaik. Ada kemungkinan terdapat lebih dari satu jawaban yang benar sehingga kita harus menemukan jawaban yang paling tepat diantara sekian banyak jawaban tersebut. Kecakapan untuk rnemecahkan masalah tersebut dapat dipelajari. Untuk itu siswa harus dilatih sejak kecil. Persoalan yang kompleks sering kita jumpai dalam kehidupan bermasyarakat karenanya dibutuhkan pemecahan atas dasar kerjasama. Dalarn hal ini diskusi merupakan jalan yang banyak memberi kemungkinan pemecahan terbaik.
Selain
memberi
kesempatan
untuk
mengembangkan
keterampilan
7
memecahkan masalah, juga dalam kehidupan yang demokratis, kita diajak untuk hidup bermusyawarah, mencari keputusan keputusan atas dasar persetujuan bersama. Bagi anak-anak, latihan untuk peranan kepemimpinan serta peranan peserta dalam kehidupan di masyarakat. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Diskusi kelompok adalah suatu proses yang teratur yang melibatkan sekelompok orang dalam interaksi tatap muka yang informal dengan berbagai pengalaman atau informasi, pengambilan kesimpulan, atau pemecahan masalah. Diskusi kelompok merupakan strategi yang memungkinkan siswa menguasai suatu konsep atau memecahkan suatu masalah melalui satu proses yang memberi kesempatan untuk berpikir, berinteraksi sosial, serta berlatih bersikap positif. Dengan demikian diskusi kelompok dapat meningkatkan kreativitas siswa, serta membina kemampuan berkomunikasi termasuk di dalamnya keterampilan berbahasa. Penggunaan metode diskusi : Seperti telah disinggung di atas bahwa metode tanya-jawab dengan diskusi saling mencakup tetapi berbeda. Ada pertanyaan yang mengandung unsur diskusi, tetapi ada yang tidak. Dengan diskusi guru berusaha mengajak siswa untuk memecahkan masalah. Untuk pemecahan suatu masalah diperlukan pendapatpendapat berdasarkan pengetahuan yang ada, dengan sendirinya kemungkinan terdapat banyak jawaban yang benar. Muhibbin Syah ( 2010 ), mendefinisikan bahwa metode diskusi adalah metode mengajar yang sangat erat hubungannya dengan memecahkan masalah (problem solving). Metode ini lazim juga disebut sebagai diskusi kelompok (group discussion) dan resitasi bersama ( socialized recitation ) metode diskusi diaplikasikan dalam proses belajar mengajar untuk : a. Mendorong siswa berfikir kritis. b. Mendorong siswa mengekspresikan pendapatnya secara bebas c. Mendorong siswa menyumbangkan buah pikirannya untuk memecahkan masalah bersama d. Mengambil satu alternative jawaban atau beberapa alternative jawaban untuk memecahkan masalah berdasarkan pertimbangan yang seksama. Langkah-langkah dalam pelaksanaan Diskusi
8
a. Persiapan Dalam persiapan diskusi yang perlu diperhatikan diantaranya : 1. Merumuskan tujuan yang ingin dicapai, baik tujuan yang bersifat umum maupun tujuan khusus 2. Menentukan jenis diskusi yang dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai 3. Menentapkan masalah yang akan dibahas 4. Mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan teknis pelaksanaan diskusi, misalnya ruang kelas dengan segala fsilitasnya, petugas-petugas diskusi seperti moderator,notulis dan tim perumus, manaka diperlukan b. Pelaksanaan Yang diperhatikan dalam melaksanakan diskusi adalah : 1. Memeriksa segala persiapan yang dianggap dapat mempengaruhi kelancaran diskusi 2. Memberikan pengarahan sebelum dilaksanakan diskusi, misalnya menyajikan tujuan yang ingin dicapi serta aturan-aturan diskusi sesuai dengan jenis diskusi yang akan dilaksanakan 3. Melaksanakan diskusi sesuai dengan aturan main yang telah ditetapkan. Dalam pelaksanaan diskusi hendaklah memperhatikan suasana atau iklim belajar yang menyenangkan, misalnya tidak tegang, tidak saling menyudutkan dan lain sebagainya 4. Memberikan kesempatan yng sama kepada setip peserta diskusi
untuk
mengeluarkan gagasan dan ide-idena 5. Mengendalikan pembiacaraan kepada pokok persoalan yang sedang dibahas c. Penutup Akhir dari proses pembelajaran dengan menerapkan diskusi hendaklah dilakukan hal-hal sebagai berikut : Membuat pokok-pokok pembahasan sebagai simpulan sesuai dengan hasil diskusi mereview jalannya diskusi dengan meminta pendapat dari seluruh peserta sebagai umpan balik untuk perbaikan selanjutnya. Kelebihan metode diskusi sebagai berikut :
9
1. Menyadarkan anak didik bahwa masalah dapat dipecahkan dengan berbagai jalan 2. Menyadarkan anak didik bahwa dengan berdiskusi mereka saling mengemukakan pendapat secara konstruktif sehingga dapat diperoleh keputusan yang lebih baik. 3. Membiasakan anak didik untuk mendengarkan pendapat orang lain sekalipun berbeda dengan pendapatnya dan membiasakan bersikap toleransi. (Syaiful Bahri Djamarah,2000) Kelemahan metode diskusi sebagai berikut : 1. tidak dapat dipakai dalam kelompok yang besar. 2. Peserta diskusi mendapat informasi yang terbatas. 3. Dapat dikuasai oleh orang-orang yang suka berbicara. 4. Biasanya orang menghendaki pendekatan yang lebih formal
( Syaiful Bahri
Djamarah, 2000) Dengan pendapat Jean Piget “ bahwa belajar merupakan proses berpikir siswa bagaimana ia memperoleh pengetahuan. “ Sejalan dengan pendapat di atas ( Jean Piget ) bahwa tahap perkembangan intelektuan anak pada usia sekolah dasar, umumnya berada tahap operasional konkrit. Mereka masih lemah jika untuk berpikir abstrak. hal ini berarti bahwa dalam pengajaran di kelas guru sebanyak mungkin melibatkan pengalaman fisik anak, yaitu melalui kegiatan pengamatan eksperimen dan memberikan contohcontoh kecil yang ada di lingkungan belajar siswa. 2.1.3. Model pembelajaran Kooperatif Model kooperatif adalah mengerjakan sesuatu bersama-sama dengan saling membantu satu sama lain sebagai satu tim. Sedangkan Model pembelajaran Kooperatif/ Cooperative Learning artinya belajar bersama-sama, saling membantu antara satu sama lain dalam belajar dan memastikan bahwa setiap orang dalam kelompok mencapai tujuan atau tugas yang telah ditentukan sebelumnya (Kanda, 2001: 27). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pendekatan kooperatif adalah menyangkut teknik mengelompokkan yang di dalamnya siswa bekerja terarah pada tujuan belajar bersama pada kelompok kecil yang umumnya terdiri dari empat atau lima orang. 1. Kelebihan model pembelajaran kooperatif
10
Karli dan Yuliariatiningsih (2002: 72) mengemukakan kelebihan model pembelajaran kooperatif, yaitu: a. Dapat melibatkan siswa secara aktif dalam mengembangkan pengetahuan, sikap, dan keterampilannya dalam suasana belajar-mengajar yang bersifat terbuka dan demokratis. b. Dapat mengembangkan aktualisasi berbagai potensi diri yang telah dimiliki oleh siswa. c. Dapat mengembangkan dan melatih berbagai sikap, nilai, dan keterampilanketerampilan sosial untuk diterapkandalam kehidupan di masyarakat. d. Siswa dilatih untuk bekerja sama untuk mengembangkan potensi dirinya secara optimal bagi kesuksesan kelompoknya. e. Memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar secara langsung, sehingga apa yang dipelajarinya lebih bermakna bagi dirinya. 2. Kelemahan model pembelajaran kooperatif Kelemahan model pembelajaran kooperatif dalam suatu pembelajaran di sekolah yaitu: a. Bisa menjadi tempat mengobrol atau gosip. b. Sering terjadi debat sepele di dalam kelompok. c. Bisa terjadi kesalahan kelompok. Kelebihan dan kelemahan dalam penggunaan model pembelajaran kooperatif sebagai strategi mengajar guru, maka hal tersebut dapat menjadi pertimbangan bagi guru dalam penggunaannya. 2.1.4.Hasil Belajar Menurut Surahmad, ( 1997 : 88 ) menyatakan bahwa hasil belajar adalah hasil dimana guru melihat bentuk akhir dari pengalaman interaksi edukatif yanmg diperhatikan adalah menempatkan tingkah laku. Hasil belajar merupakan dari proses komplek. Hal ini disebabkan banyak factor internal maupun eksternal. Adapun factor internal yang mempengaruhi hasil belajar yaitu 1) factor fisiologi, seperti kondisi fisik dan kondisi indra 2) factor psikologi meliputi bakat, minat, kecerdasan, motivasi , kemampuan kognitif.sedangkan factor eksterna yang mempengaruhi hasil belajar
11
adalah 10 faktor lingkungan seperti alam, masyarakat/ keluarga 2) factor instrumental yang terdiri dari kurikulum/ bahan pengajaran, sarana dan fasilitas Berdasarkan kutipan diatas dapatlah dirumuskan bahwa hasil belajar siswa adalah performance dan kompetensinya dalam satu mata pelajaran setelah mempelajari materi untuk mencapai tujuan pengajaran dalam satu satuan waktu yang bisa berupa cawu, semester dan akademik. Performance dan kompetensinya tersebet meliputi a) ranah kognitif seperti informasi dan pengetahuan/knowledge, konsep dan prinsip b) ranah psikomotor/ skills c) ranah efektif seperti perasaan, sikap,nilai dan integritas pribadi. Menurut Purwanto (1989:3 ) menyatakan bahwa hasil belajar adalah suatu yang digunakan untuk menilai hasil pelajaran yang telah diberikan. Hasik belajar siswa terwujud setelah mempelajari materi dan menjadi ukuran tercapinya tujuan pengajaran sesuai dengan prinsip perbedaan individu dalam satu kelas tertentu , sekalipun ditetapkan tujuan dan materi serta metode pembelajaran yang sama bagi semua siswa. Akan tetapi perbedaan hasil belajar terungkap dari skor tes. Dengan demikian akan didapatkan hasil belajar individu dan hasil belajar kelompok. Dari beberapa pendapat di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor dari dalam individu siswa berupa kemampuan personal (internal) dan faktor dari luar diri siswa yakni lingkungan. Dengan demikian hasil belajar adalah sesuatu yang dicapai atau diperoleh siswa berkat adanya usaha atau fikiran yang mana hal tersebut dinyatakan dalam bentuk penguasaan, pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupan sehingga nampak pada diri indivdu penggunaan penilaian terhadap sikap, pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupan sehingga nampak pada diri individu perubahan tingkah laku secara kuantitatif. 2.2. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan 2.2.1. Penelitian yang dilakukan Catur Tahan Ujiyanto dengan judul “ Penerapan metode diskusi dengan pendekatan pembelajaran Kooperatif pada siswa kelas IV SD Negeri Kebonswahan 01 Kecamatan Juwana pada tahun 2009. Dengan hasil akhir penelitian sebagai berikut : dari 35 siswa yang mencapai nilai tuntas 33 siswa ( 94
12
% ) diatas nilai 75 sedangkan 2 siswa (6 % ) belum mencapi nilai tuntasatau dibawah 75 , tetapi nilai rata-rata kelas mencapi 88 maka penelitian diakhiri pada siklus II. 2.2.2. Penelitian yang dilakukan Dwi Wahyuningsih dengan judul Penerapan pendekatan Kooperatif melalui metode diskusi pada siswa kelas V SD negeri
Pesagi
Kecamatan Kayen Kabupaten Pati pada tahun 2012. Dengan hasil akhir penelitian sebagai berikut: dari 18 siswa yang mencapai nilai tuntas 75 keatas ada 17 siswa atau 94 % ,sedangkan 1 siswa mendapat nilai kurang dari 75 atau 6 %, tetapi nilai rata-rata sudah diatas KKM yaitu 95 maka penelitian diakhiri pada siklus II 2.3.Kerangka Berfikir. Keberhasilan atas hasil belajar dipengaruhi oleh banyak hal baik yang berasal dari dalam dan dari luar diri siswa. Salah satu faktor yang diangkat dalam penelitian ini adalah strategi pembelajaran agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara efektif dan efisien. Untuk mengimplementasi strategi tersebut ditetapkan metode diskusi dengan pendekatan pembelajaran kooperatif. Pada kondisi awal guru kelas belum menerapkan pembagian kelompok dan tidak melakukan metode diskusi hasil belajar
IPS masih lemah. Peneliti berusaha
meningkatkan hasil belajar siswa terhadap materi pada pelajaran IPS dengan menggunakan metode diskusi kelompok dengan model pembelajaran kooperatif pada siklus II di duga akan meningkatkan kemampuan hasil belajar terhadap materi mata pelajaran IPS. Hal itu dapat dilihat pada hasil belajar di kondisi awal sampai pada siklus II yang selalu meningkat hasil belajarnya.
13
Gambar 1 Kerangka berfikirnya dapat dilihat pada gambar berikut :
Kondisi awal
Tindakan
Kondisi akhir
Guru Belum menggunakan strategi pembelajaran Menggunakan metode diskusi kelompok dengan model pembelajaran kooperatif Diduga melalui penerapan metode diskusi dengan model kooperatifl meningkatkan hasil belajar
Hasil belajar siswa terhadap materi pada pelajaran IPS rendah Siklus I Dalam pembelajaran IPS menerapkan metode diskusi dengan model kooperatif tanpa memandang tingkat kecerdasan masingmasing siswa
Siklus II dalam pembelajaran IPS menerapkan diskusi dengan model kooperatif dengan memandang tingkat kecerdasan masingmasing siswa
2.4. Hipotesis Tindakan. Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir yang telah diuraikan diatas maka dapat ditarik simpulan sementara sebagai berikut : Bahwa melalui metode diskusi dengan pendekatan pembelajaran kooperatif dalam pembelajaran IPS
diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata
pelajaran IPS kelas I SD Negeri Trimulyo 01 Kecamatan Juwana Kabupaten Pati tahun pelajaran 2012/2013
14