BAB II KAJIAN TEORI
2.1
Kajian Pustaka
2.1.1 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Ilmu pengetahuan alam atau sains (science) diambil dari kata latin Scientia yang arti harfiahnya adalah pengetahuan atau proses. Ilmu pengetahuan alam (IPA) atau Sains dalam arti sempit merupakan disiplin ilmu yang terdiri dari ilmu fisik dan ilmu biologi. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar sangat penting diajarkan karena dapat menumbuh kembangkan pengetahuan siswa tentang konsep gejala-gejala alam di sekitarnya yang didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan . Pembelajaran IPA sangat bermanfaat dalam kehidupan siswa sehari-harinya. Siswa dapat menerapkan secara langsung ketika mendapat pengetahuan dari sekolah pada kehidupan maupun di lingkungan sekitarnya. Sehingga pembelajaran IPA akan lebih bermakna dan nyata dalam kehidupan siswa jika siswa sendiri ikut mengalaminya. Ilmu Pengetahuan Alam diperlakukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan dan melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasi. Jadi tujuan IPA sangat berperan penting agar pembelajaran IPA lebih bermakna dan terarah. Pembelajaran IPA menekankan pada pelaksanaan proses dan menghasilkan produk. Hal ini menuntut siswa untuk aktif dalam melaksanakan aktivitas belajar yang diperlukan agar dapat mencapai kompetensi yang diharapkan dengan baik. Dengan adanya peran aktif siswa dalam mengikuti pembelajaran dan melaksanakan aktivitas belajar, maka siswa dapat lebih menguasai materi dan pembelajaran menjadi lebih bermakna, karena siswa secara langsung dan secara aktif berinteraksi dengan lingkungan belajarnya. IPA berupaya membangkitkan minat siswa agar mau meningkatkan kecerdasan dan pemahamannya tentang alam seisinya yang penuh dengan rahasia yang tak habishabisnya. Kegiatan pembelajaran IPA akan menjadi bermakna bagi siswa jika dilakukan dilingkungan yang nyaman dan memberikan rasa aman bagi siswa. Lingkungan belajar akan kondusif apabila faktor-faktor yang mempengaruhi juga kondusif. Oleh karena itu lingkungan belajar harus diciptakan dengan baik dan dengan strategi pembelajaran yang
6
7
tepat agar mudah diterima dan dipahami oleh siswa. Pembelajaran IPA akan lebih bermakna jika guru menggunakan pendekatan yang tepat pula. Pendekatan yang tepat digunakan dalam pembelajaran IPA adalah pendekatan kontekstual. Pendekatan kontekstual merupakan suatu model pembelajaran yang menekankan pada proses keterlibatan siswa untuk mengalami pengalaman langsung dan mengharapkan bahwa siswa dapat mencari dan menemukan sendiri materi pembelajaran tersebut. Dengan demikian pembelajaran kontekstual mengutamakan pada pengetahuan dan pengalaman atau dunia nyata, berpikir tingkat tinggi, berpusat pada siswa, siswa aktif, kritis, kreatif, memecahkan masalah, siswa belajar menyenangkan, tidak membosankan, dan menggunakan berbagai sumber belajar. Belajar merupakan suatu kebutuhan yang vital karena semakin pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang menimbulkan berbagai perubahan yang melanda segenap aspek kehidupan dan penghidupan manusia. Proses belajar yang dialami oleh siswa, akan mencapai puncaknya ketika memperoleh hasil belajar yang maksimal. 2.1.2 Hasil Belajar Menurut Sumiati dan Asra (2009: 38), secara umum belajar dapat diartikan sebagai proses perubahan perilaku, akibat interaksi individu dengan lingkungan. Perubahan perilaku yang dimaksud adalah hasil belajar. Artinya, seseorang dikatakan telah belajar, jika ia dapat melakukan sesuatu yang tidak dapat dilakukan sebelumnya. Mulyadi (2011: 64), menyatakan bahwa belajar pada hakekatnya merupakan proses perubahan di dalam kepribadian yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, dan kepandaian. Perubahan ini bersifat menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman. Proses belajar haruslah bersifat praktis dan langsung. Artinya jika seseorang ingin mempelajari sesuatu, maka dirinya sendirilah yang harus melakukannya agar dapat mengalami langsung apa yang dipelajarinya. Budiningsih dalam Suprihatiningrum, Jamil (2012: 15) menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses pembentukan, yang mana siswa aktif melakukan kegiatan, aktif berpikir, menyusun konsep, dan memberi makna tentang hal-hal yang sedang dipelajari. Dengan demikian, belajar dapat diartikan sebagai suatu aktivitas mental atau psikis yang
8
berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan dan menghasilkan perubahan dalam pengetahuan dan pemahaman, keterampilan serta nilai-nilai, dan sikap. Belajar juga dapat diartikan sebagai suatu kegiatan atau aktifitas yang dilakukan secara sadar guna mendapatkan perubahn baik pengetahuan, ketrampilan, sikap maupun aspek aspek lain yang ada pada individu. Dari beberapa pendapat di atas dapat diambil pengertian sebagai berikut : 1) Belajar adalah suatu proses yang kontinyu. 2) Belajar telah terjadi apabila terdapat perubahan tingkah laku. 3) Belajar itu berlangsung secara sadar dan sengaja dan perubahan tingkah laku yang dilakukan secara tidak sengaja bukanlah belajar. 4) Belajar yang tidak terjadi perubahan tingkah laku bukanlah disebut belajar. Keterlibatan siswa di dalam belajar tidak hanya keterlibatan fisik saja, tetapi juga keterlibatan mental emosional, seperti keterlibatan dalam kegiatan kognitif dan perolehan pengetahuan serta pada latihan-latihan dalam pembentukan keterampilan siswa. Pengulangan juga diperlukan untuk membantu siswa dalam mengembangkan daya ingat dan proses berfikirnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar sendiri ada yang berasal dari dalam diri individu itu sendiri (factor individual) dan berasal dari luar dari individu tersebut (factor sosial). Faktor individual misalnya kecerdasan, pertumbuhan, latihan-latihan ataupun motivasi. Sedangkan factor social meliputi factor keluarga maupun keadaan lingkungan sekitar, cara mengajar guru, atau alat-alat yang dipergunakan dalam proses belajar. Untuk memperoleh definisi tentang hasil belajar, Gagne dan Briggs dalam Suprihatiningrum (2012: 37), menyatakan bahwa hasil belajar adalah kemampuankemampuan yang dimiliki siswa sebagai akibat perbuatan belajar dan dapat diamati melalui penampilan siswa. Menurut Gagne, terdapat lima tipe hasil belajar, yaitu intellectual skill, cognitive strategy, verbal information, motor skill, dan attitude. Peningkatan minat belajar sangat membantu dalam proses belajar mengajar, terutama hasil belajar yang dicapai. Hasil belajar sangat erat kaitannya dengan belajar atau proses belajar. Hasil belajar juga dipengaruhi oleh tinggi rendahnya motivasi berprestasi yang dapat dilihat dari nilai rapor. Untuk menunjukkan baik buruknya hasil
9
belajar yang dicapai siswa dapat menggunakan pemberian skor terhadap kemampuan atau keterampialn yang dimiliki siswa setelah mengikuti proses belajar tersebut. Sesuai tujuan pembelajaran, hasil belajar dibedakan ke dalam tiga aspek, yaitu hasil belajar aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. 1. Aspek Kognitif Dimensi kognitif meliputi kemampuan yang berhubungan dengan berpikir, mengetahui, dan memecahkan masalah, seperti pengetahuan komprehensif, aplikatif, sintesis, analisis, dan pengetahuan evaluatif. 2. Aspek Afektif Dimensi afektif adalah kemampuan yang berhubungan dengan sikap, minat, dan apresiasi. Menurut Uno dalam Suprihatiningrum (2012: 41), terdapat lima tingkat afeksi yaitu kemauan menerima, kemauan menanggapi, berkeyakinan, penerapan karya, serta ketekunan dan ketelitian. 3. Aspek Psikomotorik Ranah psikomotorik mencakup tujuan yang berkaitan dengan keterampilan yang bersifat manual atau motorik. 2.1.3 Metode Pembelajaran Demonstrasi Pendekatan
kontekstual mempunyai konsep pembelajaran yang menarik bagi
siswa sehingga dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran yang akan berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Pada pendekatan ini, terdapat berbagai macam metode pembelajaran yang dipergunakan oleh seorang guru untuk dapat mengajar dengan baik. Salah satu strategi pembelajaran yang digunakan peneliti adalah metode demonstrasi. Metode merupakan cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai maksud dalam ilmu pengetahuan dsb; cara kerja yang bersistim untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan. ( Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1995:652 ).
Metode demonstrasi merupakan metode yang menyajikan bahan pelajaran dengan mempertunjukkan secara langsung obyek atau cara melakukan sesuatu sehingga dapat mempelajarinya secara proses. Demonstrasi dapat dilgunakan pada semua mata
10
pelajaran disesuaikan dengan topik dan tujuan pembelajaran yang akan dicapainya. Salah satu yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan demonstrasi adalah posisi siswa seluruhnya harus dapat memperhatikan (mengamati ) obyek yang akan didemonstrasikan. Menurut Roestiyah dalam Huda (2013: 231), demonstrasi merupakan salah satu strategi mengajar di mana guru memperlihatkan suatu benda asli, benda tiruan, atau suatu proses dari materi yang diajarkan kepada seluruh siswa. Melalui metode demonstrasi ini siswa dapat mengamati dengan saksama apa yang terjadi. Demonstrasi dapat dilakukan oleh guru, siswa, atau orang lain yang dianggap dapat memperagakan hal tersebut. Metode demonstrasi bertujuan untuk memperjelas konsep dan proses terjadinya sesuatu karena siswa melihat sendiri proses tersebut. Dengan melihat atau memperagakan sendiri suatu proses tersebut, kesan siswa terhadap materi pembelajaran diharapkan lebih mendalam. Suprihatiningrum, Jamil (2012: 290) menyatakan bahwa demonstrasi dilakukan dengan cara memperagakan kejadian, cara kerja alat, urutan kegiatan baik secara langsung atau dibantu media pembelajaran yang sesuai dengan materi pembelajaran. Pada dasarnya siswa SD berkarakteristik seperti: 1) Senang bermain 2) Senang bergerak 3) Senang bekerja dalam kelompok. 4) Senang merasakan/ melakukan/ meragakan sesuatu secara langsung. Untuk mendukung pelaksanaan PTK dengan menggunakan metode demonstrasi harus diperhatikan beberapa hal, antara lain: 1) Karakteristik Metode demonstrasi pada hakikatnya adalah untuk menyampaikan pembelajaran pada siswa dalam penguasaan proses obyek tertentu. Metode mengajar demonstrasi juga identik dengan metode mengajar modeling. Dalam pelaksanaan guru dapat sebagai model atau mendatangkan nara sumber yang menguasai obyek materi pelajaran atau siswa dengan tugas yang terstruktur. Dalam demonstrasi cenderung bahan dan situasi yang digunakan adalah obyek yang sebenarnya. 2) Prosedur.
11
Prosedur metode demonstrasi yang harus dilakukan dalam pembelajaran antara lain: a. Mempersiapkan alat bantu yang akan dipergunakan dalam pembelajaran. b. Memberikan penjelasan tentang topik yang akan didemonstrasikan. c. Pelaksanaan demonstrasi bersamaan dengan perhatian dan peniruandari siswa. d. Penguatan ( diskusi, tanya jawab, dan/atau latihan ) terhadap hasil demonstrasi. e. Kesimpulan. 3) Prasyarat untuk Mengoptimalkan Pembelajaran Demonstrasi. Kemapuan guru yang harus diperhatikan dalam menunjang keberhasilan demonstrasi, diantaranya: a. Mampu secara proses dalam melaksanakan demonstrasi materi atau topik yang dipraktekkan. b. Mampu mengelola kelas dan menguasai siswa secara menyeluruh. c. Mampu menggunakan alat bantu yang digunakan. d. Mampu melaksanakan penilaian proses. Sedangkan kondisi dan kemampuan siswa yang harus diperhatikan untuk menunjang pelaksanaan demonstrasi adalah : a. Siswa meiliki motivasi, perhatian, dan minat terhadap topik yang akan di demonstrasikan. b. Memahami tentang maksud/tujuan yang akan didemonstrasikan. c. Mampu mengamati proses yang didemonstrasikan. d. Mampu mengidentifikasi kondisi dan alat yang digunakan dalam demonstrasi. Adapun langkah-langkah dalam pelaksanaan metode demonstrasi ini dalam Departemen Pendidikan Nasional yaitu: 1) Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai 2) Guru menyajikan gambaran sekilas materi yang akan disampaikan 3) Menyiapkan bahan atau alat yang diperlukan 4) Menunjuk salah seorang siswa untuk mendemontrasikan sesuai skenario yang telah disiapkan. 5) Seluruh siswa memperhatikan demontrasi dan menganalisanya.
12
6) Tiap siswa mengemukakan hasil analisanya dan juga pengalaman siswa didemontrasikan. 7) Guru membuat kesimpulan. Menurut Huda, Miftahul (2013: 232), metode demonstrasi dapat dilakukan dengan mengikuti tahap-tahap berikut ini : 1) Merumuskan dengan jelas jenis kecakapan atau keterampilam yang diperoleh setelah demonstrasi dilakukan. 2) Menentukan peralatan yang digunakan. 3) Menetapkan prosedur yang dilakukan, dan melakukan percobaan sebelum demonstrasi dilakukan. 4) Menentukan durasi pelaksanaan demonstrasi. 5) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk memberikan komentar pada saat maupun sesudah demonstrasi. 6) Meminta siswa untuk mencatat hal-hal yang dianggap perlu. 7) Menetapkan rencana untuk menilai kemajuan siswa. Adapun keunggulan metode Demonstrasi menurut Huda, Miftahul (2013: 233) adalah: 1) Membuat pengajaran menjadi lebih jelas dan lebih konkret. 2) Memusatkan perhatian siswa. 3) Lebih mengarahkan proses belajar siswa pada materi yang sedang dipelajari. 4) Lebih melekatkan pengalaman dan kesan sebagai hasil pembelajaran dalam diri siswa. 5) Membuat siswa lebih mudah memahami apa yang dipelajari. 6) Membuat proses pengajaran lebih menarik. 7) Merangsang siswa untuk aktif mengamati dan menyesuaikan antara teori dengan kenyataan. 8) Membantu siswa memahami dengan jelas jalannya suatu proses atau kerja suatu benda. 9) Memudahkan berbagai jenis penjelasan. 10) Memperbaiki kesalahan-kesalahan yang terjadi dari hasil ceramah melalui pengamatan dan contoh konkret dengan menghadirkan objek sebenarnya.
13
Kelemahan metode Demonstrasi menurut Huda, Miftahul (2013: 233) antara lain sebagai berikut : 1) Mengharuskan keterampilan guru secara khusus. 2) Tidak tersedianya fasilitas-fasilitas pendukung. 3) Memerlukan kesiapan dan perencanaan yang matang. 4) Kesulitan siswa terkadang untuk melihat dengan jelas benda yang akan dipertunjukkan. 5) Tidak semua benda dapat didemonstrasikan. 6) Sukar dimengerti bila didemonstrasikan oleh guru yang kurang menguasai materi. Sementara menurut Suprihatingrum, Jamil (2012: 290), kelebihan metode Demonstrasi, yaitu : 1) Memperjelas dan mengonkretkan materi pelajaran. 2) Mempermudah pemahaman siswa. 3) Meningkatkan ketertarikan siswa akan materi. 4) Merangsang siswa untuk aktif mengamati. 5) Memusatkan perhatian siswa. 6) Meningkatkan daya serap siswa terhadap materi berdasarkan pengalaman. 7) Meningkatkan aktivitas belajar siswa. 8) Menghemat waktu. 9) Membangkitkan minat dan aktivitas belajar siswa. Adapun kelemahan dari metode Demonstrasi menurut Suprihatiningrum, Jamil (2012: 291) antara lain: 1) Memerlukan keterampilan khusus dalam memeragakan materi. 2) Memerlukan persiapan dan perencanaan yang matang. 3) Memerlukan dukungan fasilitas yang memadai. 4) Memerlukan biaya yang mahal, jika membutuhkan peralatan modern. 5) Tidak aksesibel untuk siswa difabel karena biasanya menuntut keterampilan tangan dan anggota badan lainnya. Langkah-langkah yang digunakan dalam metode Demonstrasi diatas, maka dapat disimpulkan langkah-langkah metode Demonstrasi sebagai berikut: 1) Menyampaikan kompetensi yang akan dicapai.
14
2) Menyampaikan materi yang akan dibahas. 3) Menyiapkan alat/ bahan yang diperlukan. 4) Menentukan waktu yang dibutuhkan. 5) Melakukan demonstrasi dengan menunjuk satu atau beberapa siswa. 6) Memberi kesempatan siswa untuk mengemukakan hasil analisanya. 7) Mencatat hal-hal penting. 8) Membuat kesimpulan. Dengan memperhatikan teori di atas maka dapat disimpulkan pembelajaran dengan menggunakan metode demonstrasi adalah termasuk belajar konsep dimana siswa dihadapkan pada suatu fakta dan data kemudian untuk membuktikan kebenaran data tersebut perlu diadakan demonstrasi sehingga menjadi konsep yang tepat. 2.1.4 Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam Menurut Kurikulum KTSP ( 2006 : 486 ) Ilmu Pengetahuan Alam ( IPA ) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsepkonsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. 1) Tujuan IPA Adapun tujuan Mata pelajaran IPA menurut Kurikulum 2006 adalah : a. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-Nya. b. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupsn sehari-hari. c. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat. d. Mengembangkan
ketrampilan
proses
untuk
memecahkanmasalah dan membuat keputusan.
menyelidiki
alam
sekitar,
15
e. Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam. f.
Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.
2) Ruang Lingkup IPA Selanjutnya ruang lingkup bahan kajian IPA untuk SD meliputi : a. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan serta kesehatan. b. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi : cair, padat dan gas. c. Energi dan perubahannya meliputi : gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya, dan pesawat sederhana. d. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda- benda langit lainnya. 2.2
Kajian Hasil Penelitian yang Relevan Karjono (2009) dalam skripsi yang berjudul “Penggunaan Metode Demonstrasi
Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Konsep Perubahan Wujud Benda Pada siswa Kelas IV SDN Sambi I Tahun 2009/2010”. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa penggunaan metode demonstrasi dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV. Terbukti pada hasil belajar siklus I persentase ketuntasan hasil belajar siswa 79% dengan 24 siswa yang mengalami tuntas belajar dan 9 siswa atau 21% siswa yang belum tuntas. Pada siklus II ketuntasan hasil belajar siswa meningkat menjadi 94% atau 31 siswa sudah tuntas dari 33 siswa. Sutejo Heri Wibowo (2013) dalam skripsi yang berjudul “Meningkatkan Prestasi Belajar IPA Materi Gerak Benda Melalui Metode Demonstrasi Kelas III Semester II MI Al Ihsan Medari Tahun Ajaran 2013/2014”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan menerapkan metode pembelajaran demonstrasi dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa kelas IV. Hal ini ditunjukkan dengan peningkatan nilai siswa dari kondisi awal, siklus I dan siklus II. Pada saat kondisi awal terdapat 5 siswa yang tuntas dalam KKM atau sebesar 18,5% dan yang belum tuntas terdapat 22 siswa atau sebesar 81,5%. Pada siklus I terdapat 7 siswa yang tuntas dalam KKM atau sebesar 25,9%, dan yang belum tuntas
16
terdapat 20 siswa atau sebesar 74,1%, sedangkan pada siklus II terdapat 25 siswa yang tuntas dalam KKM atau sebesar 92,5%, dan yang belum tuntas dalam belajar terdapat 2 siswa atau sebesar 7,5 %. Dari analisis data tersebut dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode pembelajaran Demonstrasi dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas IV. Pada penelitian sebelumnya dengan penelitian yang akan dilakukan terdapat persamaan dan perbedaan. Persamaannya dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya adalah penggunaan metode pembelajaran demonstrasi untuk meningkatkan hasil belajar, sedangkan perbedaannya terletak pada lokasi penelitian karakteristik siswa dan benda-benda yang akan di demonstrasikan. Berdasarkan hasil analisis terhadap kedua penelitian sebelumnya dimana metode pembelajaran demonstrasi yang akan dilakukan yaitu pembelajarannya menggunakan benda-benda nyata yang bertujuan untuk menarik antusias siswa dalam mengikuti pembelajaran, selain itu dapat menambah kejelasan siswa dalam memahami materi yang disajikan melalui berdemonstrasi. Peneliti akan menunjuk beberapa siswa untuk berdemonstrasi dengan benda-benda nyata dengan harapan dapat lebih memberikan ketertarikan pada siswa untuk lebih antusias dalam mengikuti pembelajaran serta lebih jelas dalam memahami materi yang disajikan. Melalui benda-benda nyata, siswa dapat belajar secara nyata dalam kehidupan sehari-hari. 2.3
Kerangka Berfikir Rendahnya hasil belajar siswa dilihat dari guru dalam memberikan informasi
sehingga siswa cenderung kurang aktif mengikuti pembelajaran. Siswa juga kebingungan dalam menerima materi pada setiap pembelajaran dan kurang memperhatikan dalam setiap pembelajaran. Siswa dalam diskusi kelompok juga kurang semangat dan aktif dalam berdiskusi. Bahkan siswa menganggap pada setiap pertemuan menakutkan dan menjadi sesuatu hal yang mengkhawatirkan bagi para siswa ketika ditunjuk guru untuk saling berlomba aktif dalam pembelajaran. Dalam upaya mengatasi permasalahan tersebut, pemilihan metode pembelajaran harus tepat. Metode pembelajaran harus bersifat aktif dan menyenangkan sehingga siswa
17
yang berperan selama proses pembelajaran. Sekarang ini siswa lebih dituntut untuk berfikir dan menemukan sendiri permasalahan yang ada. Metode pembelajaran yang sesuai dengan kompetensi dasar yang akan dicapai adalah Demonstrasi. Metode pembelajaran Demonstrasi merupakan metode pembelajaran yang menantang peserta didik untuk memperagakan materi yang akan dibahas. Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode Demonstrasi mengikuti langkah-langkah berikut: a. Menyampaikan kompetensi yang akan dicapai; b. Menyampaikan materi wujud dan sifat benda; c. Menyiapkan alat/ bahan yang diperlukan; d. Menentukan waktu yang dibutuhkan; e. Melakukan demonstrasi dengan menunjuk satu atau beberapa siswa; f. Memberi kesempatan siswa untuk mengemukakan hasil analisanya; g. Mencatat hal-hal penting; h. Membuat kesimpulan. Pelaksanaan pembelajaran dengan metode Demonstrasi sesuai dengan langkahlangkah pembelajaran Demonstrasi. Pada saat proses pembelajaran Demonstrasi dilakukan observasi untuk mengetahui seberapa sesuai pelaksanaan pembelajaran dengan langkah-langkah yang dipersiapkan. Di akhir pembelajaran dilakukan tes evaluasi untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah tindakan. Kelemahan yang terdapat pada pembelajaran dilakukan refleksi untuk memperbaiki proses pembelajaran selanjutnya sehingga
diharapkan
memperbaiki
kelemahan-kelemahan
pada
pembelajaran
sebelumnya. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar yang nampak dari kemampuan yang diperoleh siswa dapat dilihat dari lima kategori, yaitu ketrampilan intelektual (Intelectual skills), informasi verbal (Verbal information), strategi kognitif (Cognitive strategies), ketrampilan motorik (motor skills), dan sikap (Attitudes). Dari tindakan yang akan dilaksanakan peneliti, diharapkan kondisi akhir yang diharapkan dengan metode pembelajaran Demonstrasi dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri Rogomulyo 01 Kayen Pati.
2.4
Hipotesis
18
Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah “Diduga melalui metode pembelajaran Demonstrasi dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri Rogomulyo 01 Kecamatan Kayen Kabupaten Pati tahun pelajaran 2015/ 2016”.