BAB II KAJIAN TEORI A. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) 1.
Pengertian IPS Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran di SD. Trianto (2010:171) mengemukakan bahwa IPS merupakan integrasi berbagai cabang-cabang ilmu sosial seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum dan budaya. IPS dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial yang mewujudkan satu pendekatan interdisipliner dari aspek dan cabang-cabang ilmu sosial. Wiyono (Tasrif, 2008: 2) mengemukakan bahwa IPS adalah mata pelajaran yang mempelajari manusia dalam semua aspek kehidupan dan interaksinya dalam masyarakat. Selanjutnya Depdiknas (Tasrif, 2008: 2) juga memberikan definisi IPS sebagai mata pelajaran yang mempelajari kehidupan sosial yang didasarkan pada bahan kajian geografi, ekonomi, sejarah, antropologi, sosiologi dan tata negara dengan menampilkan permasalahan sehari-hari. Konsep dasar IPS meliputi 1) interaksi, 2) saling ketergantungan, 3) kesinambungan dan perubahan, 4) keragaman/ kesamaan/ perbedaan, 5) konflik dan konsensus, 6) pola, 7) tempat, 8) kekuasaan, 9) nilai kepercayaan, 10) keadilan dan pemerataan, 11) kelangkaan, 12) kekhususan, 13) budaya, 14) nasionalisme (Etin Solihatin, 2009: 15-21). Jadi IPS merupakan mata pelajaran 10
yang
mengkaji
tentang
manusia,
kehidupan
sosial
dan
berbagai
permasalahannya. 2.
Tujuan Pendidikan IPS Tujuan pendidikan IPS adalah mendidik dan memberi bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk mengembangkan diri sesuai dengan bakat, minat kemampuan dan lingkungannya serta berbagai bekal siswa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi (Trianto, 2010: 174). Selanjutnya Trianto (2010: 176) juga mengemukakan tujuan utama ilmu pengetahuan sosial adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat. Sapriya (2009: 12) mengemukakan IPS di tingkat Sekolah Dasar pada dasarnya bertujuan untuk mempersiapkan peserta didik sebagai warga negara yang menguasai pengetahuan (knowledges), ketrampilan (skills), sikap dan nilai (attitudes and values) yang dapat digunakan sebagai kemampuan untuk memecahkan masalah pribadi/ masalah sosial serta kemampuan mengambil keputusan dan berpartisipasi dalam berbagai kegiatan kemasyarakatan agar menjadi warga negara yang baik. Berdasarkan UU Sisdiknas Pasal 37 disebutkan bahwa bahan kajian ilmu pengetahuan sosial antara lain, ilmu bumi, sejarah, ekonomi, kesehatan dan sebagainya dimaksudkan untuk mengembangkan 11
pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis peserta didik terhadap kondisi sosial masyarakat (Sapriya, 2009 :45) Jadi pembelajaran IPS di SD bertujuan untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, sikap, nilai dan analisis siswa terhadap masalah sosial sehingga siswa peka dan mampu mengatasi masalah sosial yang menimpa diri maupun masyarakatnya yang pada akhirnya akan menjadi seorang warga negara yang baik. 3.
Strategi Pembelajaran IPS Dick dan Carey (Trianto, 2010: 179) mengatakan bahwa strategi pembelajaran menjelaskan komponen-komponen umum dari suatu set bahan pembelajaran dan prosedur–prosedur yang digunakan bersama bahan-bahan tersebut untuk menghasilkan hasil belajar tertentu pada siswa. Ia menyebutkan 5 komponen dalam strategi pembelajaran yaitu, kegiatan prapembelajaran, penyajian informasi, partisipasi siswa, tes dan tindak lanjut. Gagne dan Briggs (Trianto, 2010: 179) menyebutkan urutan pembelajaran yaitu 1) memberikan motivasi atau menarik perhatian 2) menjelaskan tujuan pembelajaran kepada siswa 3) mengingatkan kompetensi prasyarat 4) memberi stimulus (masalah, topik, konsep) 5) memberi petunjuk belajar 6) menumbuhkan penampilan siswa 7) memberi umpan balik 8) menilai penampilan 9) menyimpulkan. Menurut Suprihadi Saputro, Zainul Abidin, dan I Wayan Sutama (2000: 23) strategi pembelajaran adalah serangkaian dari keseluruhan tindakan strategis 12
guru dalam merealisasikan perwujudan kegiatan pembelajaran aktual yang efektif dan efisien untuk pencapaian tujuan pembelajaran. Menurut Ruminiati (2007: 23) strategi pembelajaran adalah suatu prosedur yang digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran sebagai sarana untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Sedangkan menurut Gulo (2004: 2) strategi pembelajaran adalah suatu seni dan ilmu untuk membawakan pengajaran di kelas sedemikian rupa sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai secara efektif dan efisien. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka strategi pembelajaran adalah tindakan strategis yang dilakukan oleh guru dalam proses pembelajaran agar tujuan pembelajaran tercapai. 4.
Ruang Lingkup IPS di SD Tasrif (2008: 4) membagi ruang lingkup IPS menjadi beberapa aspek berikut :
a. b. c. d.
Ditinjau dari ruang lingkup hubungan mencakup hubungan sosial, hubungan ekonomi, hubungan psikologi, hubungan budaya, hubungan sejarah, hubungan geografi, dan hubungan politik. Ditinjau dari segi kelompoknya adalah dapat berupa keluarga, rukun tetangga, kampong, warga desa, organisasi masyarakat dan bangsa. Ditinjau dari tingkatannya meliputi tingkat local, regional dan global. Ditinjau dari lingkup interaksi dapat berupa kebudayaan, politik dan ekonomi. Ruang lingkup mata pelajaran IPS meliputi:
a.
Manusia, tempat, dan lingkungan
b.
Waktu, keberlanjutan, dan perubahan
c.
Sistem sosial dan budaya 13
d.
Perilaku ekonomi dan kesejahteraan http://portal2.lpmpkalsel.org/index.php?option=com_content&view=article &id=6:pipssd&catid=8:catipop&Itemid=7 diakses pada hari selasa 17 mei 2011 pukul 17.01 Untuk selanjutnya ruang lingkup materi IPS yang dipelajari siswa SD tertuang dalam Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) yang terdapat di dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Adapun Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS kelas V SD adalah sebagai berikut : Tabel 3. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS Kelas V SD Standar Kompetensi (SK) Kompetensi Dasar (KD) 1.1 Mengenal makna peninggalan sejarah Semester 1 yang berskala nasional pada masa Hindu1.Menghargai berbagai Budha dan Islam di Indonesia peninggalan tokoh sejarah yang berskala nasional pada 1.2 Menceritakan tokoh-tokoh sejarah pada masa Hindu-Budha dan masa Hindu-Budha dan Islam di Islam, keragaman dan Indonesia kenampakan dan suku 1.3 Mengenal keragaman kenampakan alam bangsa serta kegiatan dan buatan serta pembagian wilayah ekonomi di Indonesia waktu di Indonesia dengan menggunakan peta/globe/atlas dan media lainnya. 1.4 Mengenal keragaman suku dan budaya di Indonesia 1.5 Mengenal jenis-jenis usaha dan kegiatan ekonomi di Indonesia 2.1 Mendeskripsikan perjuangan para tokoh Semester 2 pejuang pada masa penjajahan Belanda 2.Menghargai peranan tokoh dan Jepang pejuang dan masyarakat dalam mempersiapkan dan 2.2 Menghargai jasa dan peranan tokoh mempertahankan perjuangan dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia kemerdekaan Indonesia 2.3 Menghargai jasa dan peranan tokoh dalam memproklamasikan kemerdekaan 2.4 Menghargai perjuangan para tokoh dalam mempertahankan kemerdekaan 14
Standar Kompetensi yang digunakan dalam penelitian ini adalah SK no 2 yaitu menghargai peranan tokoh pejuang dan masyarakat dalam mempersiapkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Sedangkan KD yang digunakan adalah
KD
2.3
yaitu
menghargai
jasa
dan
peranan
tokoh
dalam
memproklamasikan kemerdekaan. B. Motivasi Belajar 1.
Pengertian Motivasi Belajar Istilah motivasi berasal dari kata motif yang berarti kekuatan yang terdapat dalam diri individu yang menyebabkan individu tersebut bertindak atau berbuat. Motivasi merupakan dorongan yang terdapat dalam diri seseorang untuk berusaha mengadakan perubahan tingkah laku yang lebih baik dalam memenuhi kebutuhannya (Hamzah B. Uno, 2010: 3). Noehi Nasution (Syaiful Bahri Djamarah, 2002: 166) menyatakan bahwa motivasi adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Jadi motivasi belajar adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk belajar. Motivasi dalam kegiatan belajar adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai (Sardiman, 2007: 175). Dalam kegiatan belajar, motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tidak akan 15
mungkin melakukan aktivitas belajar. Jadi motivasi belajar adalah dorongan yang berasal dari diri siswa untuk melakukan kegiatan belajar sehingga tujuan belajar dapat tercapai. 2.
Tujuan dan Fungsi Motivasi Belajar Motivasi adalah faktor psikologis yang penting dalam melakukan aktivitas karena motivasi memiliki berbagai tujuan dan fungsi. Tujuan motivasi adalah untuk menggerakkan atau menggugah seseorang agar timbul keinginan dan kemauannya untuk melakukan sesuatu sehingga dapat memperoleh hasil atau mencapai tujuan tertentu. Dalam pembelajaran motivasi bertujuan untuk menggerakkan atau memacu para siswanya agar timbul keinginan dan kemauannya untuk meningkatkan prestasi belajarnya sehingga tercapai tujuan pendidikan sesuai dengan yang diharapkan dan ditetapkan dalam kurikulum sekolah (Ngalim Purwanto, 2007: 73). Jadi motivasi mempunyai tujuan yang sangat penting dan menentukan dalam keberhasilan proses belajar mengajar. Selain tujuan, motivasi juga memiliki fungsi dan peranan. Menurut Sardiman (2007: 85) fungsi motivasi adalah,
a. b. c.
Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak/ motor yang melepaskan energi Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut. Selain itu motivasi dapat berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi. 16
Syaiful Sagala (2010: 113) menyatakan bahwa motivasi belajar penting bagi siswa, dimaksudkan untuk, a. b. c. d. e.
Menyadarkan kedudukan awal belajar, proses dan hasil akhir Menginformasikan tentang kekuatan usaha belajar bila dibandingkan dengan teman sebaya Mengarahkan kegiatan ke arah pembelajaran yang lebih berkualitas Membesarkan semangat belajar bagi para siswa Menyadarkan tentang adanya perjalanan yang harus ditempuh dalam proses belajar. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar mempunyai fungsi sebagai pendorong, pengarah dan penyeleksi dalam belajar sehingga pencapaian prestasi belajar dapat optimal.
3.
Ciri-ciri Motivasi Belajar Motivasi belajar yang ditunjukkan siswa pada saat melaksanakan kegiatan belajar mengajar dapat terlihat dalam hal :
a.
Minat dan perhatian siswa terhadap pelajaran
b.
Semangat siswa untuk melakukan tugas-tugas belajar
c.
Tanggung jawab siswa dalam mengerjakan tugas-tugas belajar
d.
Reaksi yang ditunjukkan siswa terhadap stimulus yang diberikan guru
e.
Rasa senang dan puas dalam mengerjakan tugas yang diberikan (Nana Sudjana, 2009: 61). Sardiman (2007: 83) juga mengemukakan ciri-ciri motivasi pada diri seseorang sebagai berikut :
a. b. c.
Tekun menghadapi tugas Ulet menghadapi kesulitan Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah 17
d. e. f. g. h.
Lebih senang belajar mandiri Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin Dapat mempertahankan pendapatnya Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini Senang mencari dan memecahkan masalah. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri seseorang yang memiliki motivasi antara lain, adanya minat dan perhatian, tekun dan ulet menghadapi tugas (tidak mudah putus asa), senang mengerjakan tugas, bekerja mandiri, mempertahankan pendapat, senang memecahkan masalah, tanggung jawab dalam mengerjakan tugas.
4.
Macam-macam Motivasi Sardiman (2007: 86-91) menyebutkan macam-macam motivasi sebagai berikut :
a. Motivasi dilihat dari dasar pembentukannya 1) Motif bawaan, motif yang dibawa sejak lahir. Contoh, dorongan makan, minum 2) Motif yang dipelajari, motif yang timbul karena dipelajari. Contoh, dorongan untuk belajar, dorongan untuk mengajar b. Motivasi menurut pembagian dari woodworth dan Marquis 1) Motif/ kebutuhan organis, kebutuhan makan, minum 2) Motif darurat, dorongan untuk menyelamatkan diri, membalas 3) Motif objektif, menyangkut kebutuhan untuk melakukan eksplorasi, melakukan manipulasi untuk menaruh minat c. Motivasi jasmaniah dan rohaniah Motivasi jasmaniah contohnya reflex, insting otomatis, nafsu. Motivasi rohaniah contohnya kemauan. d. Motivasi instrinsik dan ekstrinsik Sedangkan Syaiful Bahri Djamarah (2002: 116-118) menjelaskan bahwa motivasi instrinsik merupakan motif-motif yang menjadi aktif / berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Dalam aktivitas belajar motivasi instrinsik sangat diperlukan. Seseorang yang tidak memiliki motivasi instrinsik sulit sekali melakukan aktivitas belajar terus menerus, sedangkan seseorang yang memiliki motivasi instrinsik selalu ingin maju dalam belajar. Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya perangsang dari luar. 18
Motivasi ekstrinsik diperlukan agar anak didik mau belajar . motivasi ekstrinsik sering digunakan karena bahan pelajaran kurang menarik perhatian anak didik/ karena sikap tertentu pada guru atau orang tua. Misalnya pujian, hadiah, hukuman. Macam-macam motivasi yang umum dan sering digunakan adalah motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik. Dalam pembelajaran yang lebih diutamakan adalah motivasi instrinsik yaitu motivasi yang berasal dari dalam diri individu. Akan tetapi motivasi ekstrinsik juga perlu ditumbuhkan yaitu dengan cara pemberian rangsangan dari luar. Dalam penelitian ini termasuk dalam motivasi ekstrinsik
karena
guru
membangkitkan
motivasi
siswa
untuk
belajar
menggunakan rangsangan berupa media pembelajaran yaitu media gambar. Adapun motivasi belajar siswa dapat diukur berdasarkan indikator antara lain, adanya minat dan perhatian, tekun dan ulet menghadapi tugas (tidak mudah putus asa), senang mengerjakan tugas, bekerja mandiri, mempertahankan pendapat, senang memecahkan masalah, tanggung jawab dalam mengerjakan tugas. Indikator-indikator tersebut dapat diketahui melalui observasi (pengamatan) pada saat pembelajaran berlangsung dan pengisian angket siswa. 5.
Cara Menumbuhkan Motivasi Belajar Kuat
lemahnya
motivasi
belajar
seseorang
turut
mempengaruhi
keberhasilan belajar. Oleh karena itu motivasi belajar perlu diusahakan, terutama yang berasal dari dalam diri dengan cara senantiasa memikirkan masa depan yang penuh tantangan dan harus dihadapi untuk mencapai cita-cita. (Dalyono dalam Syaiful Bahri Djamarah, 2002: 167) 19
Menurut De Decce dan Grawford (Syaiful Bahri Djamarah, 2002: 135) ada empat fungsi guru sebagai pengajar yang berhubungan dengan cara pemeliharaan dan peningkatan motivasi belajar anak didik yaitu guru harus dapat menggairahkan anak didik, memberikan harapan yang realistis, memberikan insentif dan mengarahkan perilaku anak didik ke arah yang menunjang tercapainya tujuan pengajaran. Dalyono (2009: 203-204) menyebutkan bahwa ada beberapa cara menumbuhkan perhatian dan motivasi antara lain melalui cara mengajar yang bervariasi, mengadakan pengulangan informasi, memberikan stimulus baru, menggunakan media dan alat bantu yang menarik perhatian siswa seperti gambar, foto, diagram dll. Berdasarkan uraian di atas beberapa cara membangkitkan motivasi siswa antara lain : a.
Menjelaskan tujuan pembelajaran Tujuan belajar yang jelas dan dipahami siswa akan mendorong siswa untuk belajar dengan sungguh-sungguh karena siswa akan mengetahui manfaat materi yang sedang dipelajari.
b.
Menggairahkan siswa dengan cara menggunakan metode dan media belajar yang bervariasi. Penggunaan metode dan media yang bervariasi akan mengurangi kejenuhan siswa dalam belajar. Misalnya dalam penelitian ini akan menggunakan media gambar. 20
c.
Memberikan stimulus/ rangsangan dalam belajar. Pemberian rangsangan dari luar saat belajar dapat membuat siswa lebih menikmati belajarnya. Pemberian stimulus dapat dilakukan dengan pemberian hadiah, penggunaan media dalam pembelajaran dan sebagainya. Dalam penelitian ini, cara membangkitkan motivasi belajar siswa adalah dengan memberikan stimulus/ rangsangan dalam belajar yaitu menggunakan media pembelajaran berupa media gambar.
C. Hasil Belajar 1.
Pengertian Hasil Belajar Belajar merupakan suatu proses bukan hasil semata. Slameto (2003: 2) mengatakan belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan, artinya tujuan kegiatan adalah perubahan tingkah laku baik yang menyangkut pengetahuan, ketrampilan maupun sikap bahkan meliputi segenap aspek organisme atau pribadi (Syaiful Bahri Djamarah, 2002: 11). Jadi belajar merupakan proses menuju perubahan tingkah laku yang menyangkut pengetahuan, ketrampilan maupun sikap. Belajar dilakukan untuk mengusahakan adanya perubahan perilaku pada individu yang belajar. Perubahan perilaku itu merupakan perolehan yang menjadi hasil belajar. Menurut Winkel (Purwanto, 2008: 45) hasil belajar adalah 21
perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya. Hasil belajar menurut Nana Sudjana (2009: 22) adalah kemampuankemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Sedangkan Gagne (Nana Sudjana, 2009: 22) membagi lima kategori hasil belajar yaitu (a) informasi verbal, (b) ketrampilan intelektual, (c) strategi kognitif (d) sikap dan (e) ketrampilan motoris. Benyamin Bloom (Nana Sudjana, 2009: 2223) mengklasifikasikan hasil belajar menjadi tiga ranah yakni ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotoris. Jadi hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah belajar meliputi kemampuan kognitif, afektif maupun psikomotorik. 2.
Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Menurut Dalyono (2009: 48) ada dua faktor yang menentukan pencapaian hasil belajar yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
a.
Faktor internal, yaitu faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar. Meliputi faktor Jasmaniah dan psikologis. Faktor jasmaniah meliputi kesehatan dan cacat tubuh, sedangkan faktor psikologis meliputi intelegensi perhatian, minat bakat, motif kematangan dan kelelahan.
b.
Faktor eksternal, yaitu faktor yang ada di luar individu. Faktor ekstern yang berpengaruh dalam belajar meliputi faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat.
22
Syaiful Bahri Djamarah (2002: 123) menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar adalah tujuan, guru, anak didik, kegiatan pengajaran, alat evaluasi, bahan evaluasi dan suasana evaluasi. Dalam penelitian ini, hasil belajar ditingkatkan dengan memperhatikan faktor eksternal yaitu sekolah terutama dalam guru mengajar menggunakan media gambar. D. Media Gambar 1.
Pengertian Media Pembelajaran Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari medium yang berarti perantara/ pengantar pesan dari pengirim ke penerima. Selanjutnya Briggs menyatakan bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar. Contoh buku, gambar, film, kaset, film bingkai. (Arif S. Sadiman, 2005: 6) Media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi (Arif S Sadiman, 2005: 7). Media dalam proses belajar mengajar diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau electronis untuk menangkap, memproses dan menyusun kembali informasi visual atau verbal (Azhar Arsyad, 2009: 3). Berdasarkan definisi para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan sebagai penyalur 23
pesan atau informasi yang dapat merangsang pikiran, perasaan dan perhatian, sehingga kegiatan pembelajaran dapat berlangsung. Media pembelajaran dapat berupa buku, gambar, film dan sebagainya. 2.
Fungsi dan Kegunaan Media dalam Pembelajaran Menurut Derek Rowntree (Ahmad Rohani, 1997: 7) fungsi media dalam pembelajaran adalah :
a. b. c. d. e. f.
Membangkitkan motivasi belajar Mengulang apa yang telah dipelajari Menyediakan stimulus belajar Mengaktifkan respon peserta didik Memberikan balikan dengan segera Menggalakkan latihan yang serasi Pemakaian media pembelajaran dalam pembelajaran dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa (Hamalik dalam Azhar Arsyad, 2009: 15). Menurut Kemp dan Dayton (Azhar Arsyad, 2009: 19) fungsi utama media adalah 1) memotivasi minat/ tindakan 2) menyajikan informasi 3) memberi instruksi. Arif S Sadiman (2005: 17-18) menyatakan bahwa secara umum media mempunyai kegunaan-kegunaan sebagai berikut :
a. b. 1) 2) 3) 4)
Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis (dalam bentuk kata-kata tertulis / lisan belaka) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera, seperti : Objek yang terlalu besar/ kecil Gerak yang terlalu lambat/ terlalu cepat Kejadian/peristiwa yang terjadi di masa lalu Objek yang terlalu kompleks 24
c. 1) 2) 3) d. 1) 2) 3)
Penggunaan media pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi sikap pasif anak didik. Dalam hal ini media pendidikan berguna untuk : Menimbulkan kegairahan belajar Memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara peserta didik dengan lingkungan dan kenyataan Memungkinkan anak didik belajar sendiri menurut kemampuan dan minatnya Mengatasi masalah lingkungan dan pengalaman siswa yang berbeda. Media pendidikan mampu Memberikan perangsang yang sama Mempersamakan pengalaman Menimbulkan persepsi yang sama Secara umum fungsi dan kegunaan media adalah untuk membangkitkan minat serta motivasi belajar siswa, menyajikan pesan agar tidak verbalistik (materi lebih mudah dipahami siswa) serta mengaktifkan siswa.
3.
Kriteria Pemilihan Media Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan media antara lain faktor siswa, isi pelajaran/ materi pelajaran, tujuan yang hendak dicapai (Oemar Hamalik, 2010: 204-206). Selain itu, Azhar Arsyad (2009: 67) menyatakan bahwa pemilihan media harus mempertimbangkan:
a.
Ia merasa sudah akrab dengan media itu
b.
Ia merasa bahwa media yang dipilihnya dapat menggambarkan dengan lebih baik dari pada dirinya sendiri
c.
Media yang dipilihnya dapat menarik perhatian siswa Beberapa kriteria yang perlu diperhatikan dalam memilih media,
a. b. c. d.
Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai Tepat untuk mendukung isi pelajaran yang sifatnya fakta, konsep, prinsip atau generalisasi. Praktis, luwes dan bertahan Guru trampil menggunakannya 25
e. f.
Pengelompokan sasaran Mutu teknis (Azhar Arsyad, 2009: 75) Ely (Arif S Sadiman, 2005: 85) menyatakan bahwa pemilihan media seyogyanya memperhatikan tujuan, karakteristik siswa, strategi belajar mengajar, organisasi kelompok belajar, alokasi waktu, sumber serta prosedur penilaian. Dick dan Corey menyatakan selain tujuan perilaku belajar, ada faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan media, yaitu ketersediaan sumber setempat, dana, tenaga, fasilitas untuk memproduksi media, keluwesan, kepraktisan, ketahanan media serta efektivitas biaya (Arif S Sadiman, 2005: 86) Jadi dalam memilih media pembelajaran perlu memperhatikan faktorfaktor seperti tujuan pembelajaran, materi yang disampaikan, karakteristik siswa, serta keluwesan media itu sendiri.
4.
Macam-macam Media Jenis media yang lazim digunakan dalam kegiatan belajar di Indonesia menurut Arif S Sardiman (2005:28-81) adalah sebagai berikut :
a. b. c.
Media grafis, termasuk dalam media visual, media grafis meliputi gambar/ foto, sketsa, diagram, bagan/ chart, grafik, kartun, poster, peta/ globe, papan flannel, papan bulletin Media audio, berkaitan dengan indera pendengaran. Media audio meliputi radio, alat perekam pita magnetic, piringan hitam, laboratorium bahasa. Media proyeksi diam, menyajikan rangsangan visual, pada media grafis dapat secara langsung berinteraksi dengan pesan media yang bersangkutan sedangkan pada media proyeksi diam pesan harus diproyeksikan dengan proyektor. Media proyeksi diam meliputi film bingkai, film rangkai, overhead proyektor, film, televisi, video, games. Hidayati (2002: 113) mengemukakan jenis-jenis media dalam pengajaran IPS antara lain : 26
a. b. c. d.
Media yang tidak diproyeksikan, contoh gambar, bahan-bahan grafis, model dan realita. Media yang diproyeksikan, dibedakan menjadi media proyeksi tidak bergerak (slide, film strip, OHP, Opaque Projector) dan media proyeksi bergerak (film, film loop, TV, video tape recorder) Media audio Sistem multi media Dalam penelitian ini menggunakan salah satu jenis media yang tidak diproyeksikan yaitu berupa gambar. Gambar yang ditampilkan adalah gambar tokoh proklamasi kemerdekaan.
5.
Pengertian Media Gambar Media gambar merupakan media visual yang berfungsi untuk menyalurkan pesan dari sumber ke penerima pesan yang dituangkan ke dalam simbol-simbol komunikasi visual. Selain fungsi umum tersebut, secara khusus gambar berfungsi untuk menarik perhatian, memperjelas sajian ide, mengilustrasikan atau menghiasi fakta yang mungkin atau cepat dilupakan. Selain sederhana dan mudah pembuatannya media gambar termasuk media yang relatif murah (Arif S Sadiman, 2005: 28-29) Azhar Arsyad (2009: 106-107) menyatakan bahwa dalam media berbasis visual pesan, informasi atau konsep yang ingin disampaikan kepada siswa dapat dikembangkan dalam berbagai bentuk seperti foto, gambar/ ilustrasi, sketsa/ gambar garis, grafik, bagan, chart dan gabungan dari dua bentuk atau lebih. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia gambar merupakan tiruan barang (orang, binatang, tumbuhan dan sebagainya) yang dibuat dengan coretan pensil dan sebagainya, pada kertas dan sebagainya. 27
Jadi media gambar dapat diartikan sebagai tiruan barang dua dimensi yang dibuat pada kertas dan sebagainya yang digunakan untuk menyalurkan pesan dari sumber ke penerima pesan, dalam hal ini dari guru ke siswa. 6.
Fungsi Media Gambar Media gambar termasuk ke dalam media visual. Levie dan Lentz (Azhar Arsyad, 2009: 16-17) mengemukakan fungsi media pembelajaran khususnya media visual yaitu,
a. b. c. d.
Fungsi atensi, menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi terhadap isi pelajaran yang berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan / menyertai teks materi pelajaran. Fungsi afektif, gambar/ lambang visual dapat menggugah emosi dan sikap siswa. Fungsi kognitif, lambang visual/ gambar memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat informasi / pesan yang terkandung dalam gambar Fungsi kompensatoris, media pembelajaran berfungsi untuk mengakomodasikan siswa yang lemah dan lambat menerima dan memahami isi pelajran yang disajikan dengan teks/ secara verbal. Menurut Hack Barth, pemanfaatan gambar dalam proses pembelajaran sangat membantu pengajar dalam beberapa hal yaitu :
a.
Menarik perhatian, unik
b.
Menyediakan gambar nyata suatu objek yang karena suatu hal tidak mudah diamati
c.
Memperjelas hal yang bersifat abstrak
d.
Mampu mengilustrasikan suatu proses (Hamzah B. Uno, 2010: 119)
28
Jadi fungsi pemanfaatan media gambar dalam pembelajaran antara lain menarik perhatian siswa, memperjelas hal yang bersifat abstrak sehingga memperlancar tujuan pembelajaran. 7.
Kelebihan dan Kelemahan Media Gambar Arif S Sadiman (2005:28-33) mengemukakan tentang media gambar/ foto sebagai berikut :
1) 2) 3) 4) 5) 1) 2) 3) 1) 2) 3) 4) 5) 6)
Kelebihan media gambar/ foto Sifatnya konkret Gambar dapat mengatasi batasan ruang dan waktu Mengatasi keterbatasan pengamatan kita Memperjelas suatu masalah sehingga dapat membetulkan kesalah pahaman Foto harganya murah dan mudah digunakan Kelemahan gambar/ foto Hanya menekankan persepsi indera mata Foto/ gambar benda yang terlalu kompleks kurang efektif untuk kegiatan pembelajaran Ukuran terbatas untuk kelompok besar Ada 6 syarat yang perlu dipenuhi oleh gambar/ foto yang baik dijadikan media pendidikan : Autentik ,gambar harus jujur melukiskan situasi Sederhana Ukuran relatif Mengandung gerak atau perbuatan Gambar yang bagus belum tentu baik untuk mencapai tujuan pembelajaran, gambar karya siswa sendiri sering kali lebih baik Gambar yang bagus adalah yang bagus dari sudut seni dan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Dalam penelitian ini jenis gambar yang akan digunakan adalah gambar tokoh proklamasi yang sederhana, murah dan dengan ukuran yang tidak terlalu besar.
29
8.
Penggunaan Media Gambar dalam Pembelajaran Basuki (1992: 79) mengemukakan ada 3 langkah dalam prosedur penggunaan media yang perlu diikuti yaitu (1) persiapan (2) pelaksanaan (penyajian dan penerimaan) dan (3) tindak lanjut. Dalam penelitian ini juga mengacu pada tiga langkah sebagai berikut:
a.
Persiapan Pada tahap persiapan ini, guru mempersiapkan media berupa gambar tokoh proklamasi seperti Ir. Soekarno, Moh Hatta dan lain-lain. Selain itu, pada tahap ini, guru juga mengkondisikan siswa agar siap mengikuti pembelajaran IPS menggunakan media gambar.
b.
Pelaksanaan (penyajian) Pada tahap pelaksanaan, kegiatan yang dilakukan siswa antara lain, 1) siswa mengamati gambar, 2) siswa bertanya jawab mengenai gambar, 3) siswa menempelkan gambar pada lembar kerja, 4) siswa mempresentasikan ke depan.
c.
Tindak lanjut Kegiatan tindak lanjut ini dilakukan untuk memperbaiki pembelajaran menggunakan media. Pada penelitian ini, tahap tindak lanjut yang dilakukan adalah memperbaiki gambar yang digunakan dalam pembelajaran.
E. Karakteristik Siswa Kelas V SD Jean Piaget (Nana Syaodih Sukmadinata, 2005: 118) menyebutkan lima tahapan perkembangan kognitif yaitu tahap sensori motorik (0-2 tahun), tahap pra operasional (2-7 tahun), tahap operasi konkrit (7-11 tahun) dan tahap operasi 30
formal (11 tahun ke atas). Anak SD kelas V termasuk ke dalam tahap operasi konkrit, kemampuan berpikir anak masih terbatas pada hal-hal yang konkrit. Kemampuan intelektual pada masa operasi konkret ini, sudah cukup untuk menjadi dasar diberikannya berbagai kecakapan yang dapat mengembangkan pola pikir atau daya nalarnya. Anak sudah dapat diberikan dasar-dasar keilmuan seperti membaca, menulis dan berhitung. Anak juga dapat diberikan pengetahuan-pengetahuan tentang manusia, hewan, lingkungan alam sekitar dan sebagainya. Daya nalar anak juga dapat terlihat dalam hal mengungkapkan pendapat, gagasan atau penilaiannya terhadap hal-hal yang terjadi di lingkungannya (Syamsu yusuf, 2004: 179). Syamsu Yusuf (2004: 180) juga mengatakan bahwa perkembangan sosial anak Sekolah Dasar ditandai dengan adanya perluasan hubungan yaitu membentuk ikatan baru dengan teman sebaya, memiliki kesanggupan menyesuaikan diri sendiri kepada sikapyang kooperatif (bekerja sama), berminat terhadap kegiatan-kegiatan teman sebaya dan bertambah kuat keinginannya untuk diterima menjadi anggota kelompok. Pada anak usia sekolah dasar, anak mulai menyadari bahwa pengungkapan emosi kasar tidaklah diterima di masyarakat. Oleh karena itu, dia mulai belajar untuk mengendalikan dan mengontrol ekspresi emosinya. Emosi yang positif seperti perasaan senang, bergairah, bersemangat, rasa ingin tahu akan mempengaruhi individu untuk mengkonsentrasikan dirinya terhadap aktifitas belajarnya. Sebaliknya, apabila yang menyertai adalah emosi negatif seperti 31
perasaan tidak senang, kecewa, tidak bergairah maka proses belajar akan mengalami hambatan. (Syamsu Yusuf, 2004: 181) Menurut Abu Ahmadi (2005: 105) anak usia 8-13 tahun sudah dapat mengenal ukuran baik buruk secara batin meskipun masih terbatas yaitu anak sudah dapat menghargai pendapat, anak mulai dapat menghormati orang yang patuh atau sebaliknya. Tidak kalah pentingnya adalah mengenai perkembangan motorik anak yang sudah dapat terkoordinasi dengan baik. Syamsu Yusuf (2004:184) mengemukakan bahwa usia sekolah dasar ditandai dengan kelebihan gerak atau aktivitas motorik yang lincah, sehingga usia ini merupakan masa yang ideal untuk belajar ketrampilan yang berkaitan dengan motorik. Nasution (1992) mengatakan bahwa masa kelas tinggi sekolah dasar mempunyai beberapa sifat khas sebagai berikut: (1) adanya minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang kongkrit, (2) amat realistik, ingin tahu dan ingin belajar, (3) menjelang akhir masa ini telah ada minat terhadap hal-hal dan mata pelajaran khusus, oleh ahli yang mengikuti teori faktor ditaksirkan sebagai mulai menonjolnya faktor-faktor, (4) pada umumnya anak menghadap tugastugasnya dengan bebas dan berusaha menyelesaikan sendiri, (5) pada masa ini anak memandang nilai (angka rapor) sebagai ukuran yang tepat mengenai prestasi sekolah, (6) anak pada masa ini gemar membentuk kelompok sebaya, biasanya
untuk
bermain
bersama-sama.
(http://e-
smartschool.co.id/index.php?option=com_content&task=view&id=791&Itemid= 1 diakses pada tanggal 21 April 2011 pukul 15:21. 32
Bertolak dari uraian karakteristik dan perkembangan siswa dari para ahli di atas,
seorang
guru
hendaknya
menciptakan
suatu
pembelajaran
yang
menyenangkan, mengaktifkan siswa, serta mampu menumbuhkan emosi positif siswa. Salah satu caranya adalah dengan menggunakan media yang disukai anak misalnya dengan media gambar. Dengan menggunakan media gambar, materi yang disampaikan guru tidak terlalu abstrak, sehingga lebih mudah dipahami oleh siswa. Hal ini cocok untuk materi pelajaran yang kebanyakan bersifat abstrak seperti mata pelajaran IPS. Dengan demikian, pembelajaran IPS menjadi lebih menyenangkan dan materi yang sifatnya abstrak lebih mudah dipahami oleh siswa dengan bantuan gambar. F. Kerangka Berpikir Ilmu Pengetahuan Sosial adalah salah satu mata pelajaran di SD. IPS adalah pelajaran yang penting karena IPS mempelajari tentang manusia dalam semua aspek kehidupan dan interaksinya dalam masyarakat. Peserta didik adalah manusia yang hidup dan berbaur di masyarakat. Melalui belajar IPS peserta didik akan memiliki pengetahuan, ketrampilan, sikap, nilai yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah baik yang menimpa diri maupun masyarakatnya. Misalnya, mudah menyesuaikan diri dalam kehidupan bermasyarakat, patuh dan taat pada aturan yang berlaku di masyarakat, saling menghormati antarwarga masyarakat dan sebagainya. Dengan demikian akan tercipta masyarakat yang harmonis dan rukun. 33
Realita sekarang ini siswa kurang tertarik dengan mata pelajaran IPS karena dianggap sulit, banyak materi hafalan dan sebagainya. Banyak anak-anak yang tidak mempunyai motivasi dalam mengikuti pembelajaran IPS di kelas. Oleh karena itu, sebagai seorang guru harus dapat mengatasi masalah tersebut. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan mengubah cara mengajar misalnya dalam mengajar guru menggunakan media gambar. Media gambar banyak ditemukan di sekitar siswa, mudah didapat, murah harganya bahkan dapat dibuat sendiri. Media gambar merupakan media yang tidak asing lagi di telinga anak-anak. Gambar adalah media yang sudah akrab dengan dunia anak dan sebagian besar dari anak tertarik dengan gambar, sehingga anak akan merasa senang belajar. Selain itu gambar dapat membantu mengkonkretkan materi IPS yang abstrak agar peserta didik lebih mudah memahami materi yang disampaikan guru. Dengan demikian, jika dalam pembelajaran IPS di kelas memanfaatkan media gambar dalam guru mengajar, diharapkan keinginan dan motivasi siswa untuk belajar IPS akan meningkat karena siswa merasa tertarik dan senang, yang pada akhirnya pencapaian hasil belajar IPS juga ikut meningkat. G. Hipotesis Tindakan Berdasarkan rumusan kajian teori dan kerangka berpikir di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah ”motivasi belajar dan hasil belajar IPS dapat meningkat melalui pembelajaran menggunakan media gambar di kelas V SD 2 Wojo Sewon Bantul” 34