6
BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Kajian Teori 1.1.1
Hakikat Pembelajaran Matematika Menurut H.W. Fowler dalam Pandoyo (1997:1) Matematika merupakan mata
pelajaran yang yang bersifat abstrak, sehingga dituntut kemampuan guru untuk dapat mengupayakan penerapan pendekatan yang tepat sesuai dengan tingkat perkembangan mental siswa. Untuk itu diperlukan penerapan pendekatan yang dapat membantu siswa untuk mencapai kompetensi dasar dan indikator pembelajaran. Banyak sekali guru Matematika yang menggunakan waktu pelajaran dengan kegiatan membahas tugas-tugas lalu, memberi pelajaran baru, member tugas kepada siswa. Pembelajaran seperti di atas yang rutin dilakukan hampir tiap hari dapat dikategorikan sebagai 3M, yaitu membosankan, membahayakan dan merusak seluruh minat siswa. Apabila pembelajaran seperti ini terus dilaksanakan maka kompetensi dasar dan indikator pembelajaran tidak akan dapat tercapai secara maksimal. 1.1.2
Bangun Datar Jenis bangun datar bermacam-macam, antara lain persegi, peregi pangjang, segitiga, jajar genjang, trapezium, layang-layang, belah ketupat, dan lingkaran. Nama-nama Bangun Datar a.
Persegi Panjang, yaitu bangun datar yang mempunyai sisi berhadapan yang sama panjang, dan memiliki empat buah titik sudut siku-siku.
b.
Persegi, yaitu bangun datar yang semua sisinya sama panjang.
c.
Segitiga, yaitu bangun datar yang terbentuk oleh tiga buah titik yang tidak segaris.
d.
Jajar genjang, yaitu segi empat yang sisinya sepasang-sepasang sama panjang dan sejajar
e.
Trapesium, yaitu segi empat yang memiliki tepat sepasang sisi yang sejajar.
6
7
f.
Layang-layang, yaitu segi empat yang salah satu diagonalnya memotong tegak lurus sumbu diagonal lainnya.
g.
Belah Ketupat, yaitu segi empat yang semua sisinya sama panjang dan kedua diagonalnya saling berpotongan tegak lurus.
h.
Lingkaran, yaitu bangun datar yang terbentuk dari himpunan semua titik persekitaran yang mengelilingi suatu titik asal dengan jarak yang sama, jarak tersebut biasnya
dinamakan r, atau radius, atau jari-jari.
Sifat-sifat Bangun Datar a.
Layang-layang = terbagi atas 2 diagonal yang berbeda ukurannya
b.
Persegi = semua sisi-sisinya sama panjang
Satuan-satuan yang biasa digunakan Satuan-satuan yang biasa digunakan adalah : Satuan Panjang: kilometer (km), hectometer (hm), decameter (dam), meter (m), desimeter (dm), centimeter (cm), milimiter (mm), dll. Satuan Luas: kilometer persegi (km²), hectometer persegi (hm²/ hektar ), meter persegi (m²), dll. Satuan panjang biasa digunakan untuk panjang sisi-sisi bangun datar dan keliling bangun datar. Sedangkan satuan Luas digunakan untuk luas bangun datar. 2.1.3 Hasil Belajar Menurut Sudjana, (2004 : 22). Hasil belajar adalah kemampuankemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor yakni faktor dari dalam diri siswa dan faktor dari luar diri siswa (Sudjana, 1989 : 39). Dari pendapat ini faktor yang dimaksud adalah faktor dalam diri siswa perubahan kemampuan yang dimilikinya seperti yang dikemukakan oleh Clark (1981 : 21) menyatakan bahwa hasil belajar siswa disekolah 70 % dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30 % dipengaruhi oleh lingkungan. Demikian juga faktor dari luar diri siswa yakni lingkungan yang paling dominan berupa kualitas pembelajaran (Sudjana, 2002 : 39).
8
Menurut Oemar Hamalik hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Menurut Dimyati dan Moedjiono (2006: 3) hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Hasil belajar merupakan pencapaian tujuan pengajaran dan kemampuan mental siswa. Setelah selesai mempelajari materi, diadakan evaluasi hasil belajar untuk mengetahui tingkat pencapaian tujuan pembelajaran yang telah ditentukan sebelumnya, sebelum dilanjutkan pada jenjang yang lebih tinggi. Beberapa pendapat, maka hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor dari dalam individu ,siswa berupa kemampuan personal (internal) dan faktor dari luar diri siswa yakni lingkungan. Hasil belajar adalah sesuatu yang dicapai atau diperoleh siswa berkat adanya usaha atau fikiran yang mana hal tersebut dinyatakan dalam bentuk penguasaan, pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupan sehingga nampak pada diri indivdu penggunaan penilaian terhadap sikap, pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupan sehingga nampak pada diri individu perubahan tingkah laku secara kuantitatif. 1.1.4 Penerapan Pendekatan Pembelajaran Kooperatif Penerapan pendekatan pembelajaran kooperatif (cooperative learning) Tipe Jigsaw tidak sama dengan pembelajaran yang lain. Cooperative learning juga tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok. Pelaksanaan prosedur pembelajaran kooperatif dengan benar akan memungkinkan tenaga pendidik (guru) mengelola kelas dengan lebih efektif. Sejumlah guru mempertimbangkan bahwa pembelajaran kooperatif sebaiknya ketika siswa bekerja dalam grup empat orang
dengan tujuan
ketuntasan materi-materi khusus. Pembelajaran
kooperatif
Tipe
Jigsaw
merupakan
pendekatan
pembelajaran yang mengutamakan kerjasama diantara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran kooperatif Tipe Jigsaw dapat menciptakan
9
saling ketergantungan antar-siswa, sehingga sumber belajar bagi siswa bukan hanya guru dan buku diktat tetapi juga sesama siswa. Ciri-ciri pembelajaran kooperatif Tipe Jigsaw adalah sebagai berikut : a. Siswa belajar dalam kelompok kecil untuk mencapai ketuntasan belajar b. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi , sedang, dan rendah c. Diupayakan agar dalam setiap kelompok siswa terdiri dari suku, ras budaya, dan jenis kelamin yang berbeda d. Penghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok daripada individual Pendekatan pembelajaran kelompok adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Ada empat unsur penting dalam strategi pembelajaran kooperatif, yaitu : (1) adanya peserta dalam kelompok; (2) adanya aturan kelompok, (3) adanya upaya belajar setiap anggota kelompok; dan (4) adanya tujuan yang harus dicapai. Pendekatan pembelajaran Kooperatif mempunyai dua komponen, yaitu : a. Komponen tugas kooperatif (cooperative task) Berkaitan dengan hal yang menyebabkan anggota kerjasama dalam menyelesaikan tugas kelompok. b. Komponen struktur insentif kooperatif (cooperative incentive structure) Merupakan suatu yang membangkitkan motivasi individu untuk bekerjasama mencapai tujuan kelompok. Struktur insentif dianggap sebagai keunikan dari pembelajaran kooperatif, karena melalui struktur insentif setiap anggota bekerja keras untuk belajar, mendorong dan memotivasi anggota lain menguasai materi pelajaran sehingga mencapai tujuan kelompok. Terdapat empat prinsip dasar pembelajaran kooperatif (Sanjaya,2006:246), seperti dijelaskan: a. Prinsip Ketergantungan Positif (Positive Interdependence) Pembelajaran
kelompok, keberhasilan suatu penyelesaian tugas
sangat tergantung kepada usaha yang dilakukan setiap anggota
10
kelompoknya. Penyelesaian tugas kelompok juga ditentukan oleh kinerja masing-masing anggota. Semua anggota dalam kelompok akan merasa saling ketergantungan. b. Tanggung Jawab Perseorangan (Individual Accountability ) Prinsip ini merupakan konsekuensi dari prinsip yang pertama, oleh karena keberhasilan kelompok tergantung pada setiap anggotanya, maka setiap anggota kelompok harus memiliki tanggungjawab sesuai dengan tugasnya. Setiap anggota harus memberikan yang terbaik untuk keberhasilan kelompoknya. Untuk mencapai hal tersebut, guru perlu memberikan penilaian terhadap individu dan juga kelompok. Penilaian individu bisa berbeda, akan tetapi penilaian kelompok harus sama. c. Interaksi Tatap Muka (Face To Face Promotion Interaction) Pembelajaran kooperatif memberi ruang dan kesempatan yang luas kepada setiap anggota untuk kelompok untuk bertatap muka saling memberikan informasi dan saling membelajarkan. Interaksi tatap muka akan memberikan pengalaman yang berharga kepada setiap anggota kelompok untuk bekerja sama, menghargai setiap perbedaan, memanfaatkan kelebihan masing-masing anggota, dan mengisi kekurangan masing-masing. Kelompok belajar kooperatif dibentuk secara heterogen, yang berasal dari budaya, latar belakang social, dan kemampuan akademik yang berbeda. Perbedaan ini akan menjadi modal utama dalam proses saling memperkaya antaranggota kelompok. d. Partisipasi dan Komunikasi (Participation Communication) Pembelajaran kooperatif melatih siswa untuk dapat berpartisipasi aktif dan berkomunikasi. Kemampuan ini sangat penting sebagau bekal mereka dalam kehidupan di masyarakat kelak. Oleh sebab itu, sebelum melakukan kooperatif, guru membekali siswa dengan kemampuan berkomunikasi.
11
Keunggulan pembelajaran kooperatif sebagai suatu strategi pembelajaran diantaranya adalah: a. Melalui SPK siswa tidak terlalu menggantungkan pada guru, akan tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri, menemukan informasi dari berbagai sumber, dan belajar dari siswa yang lain. b. SPK dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan idea tau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan membandingkannya dengan ide-ide orang lain. c. SPK dapat membantu memberdayakan setiap siswa untuk lebih bertanggungjawab dalam belajar. Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw Defenisi Model Pembelajaran Teknik Jigsaw Menurut pendapat Lie ( 1993: 73), bahwa pembelajaran kooperatif model jigsaw ini merupakan model belajar kooperatif dengan cara siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri atas empat sampai dengan enam orang secara heterogen dan siswa bekerja sama salaing ketergantungan positif dan bertanggung jawab secara mandiri. Menurut Rusman ( 2008: 203). Dalam model pembelajaran jigsaw ini siswa memiliki banyak kesempatan untuk mengemukanakan pendapat, dan mengelolah informasi yang didapat dan dapat meningkatkan keterampilan berkomunikasi, anggota kelompok bertanggung jawab atas keberhasilan kelompoknya dan ketuntasan bagian materi yang dipelajari, dan dapat menyampaikan kepada kelompoknya. Menurut
Slavin (2007), pembelajaran kooperatif menggalakan siswa
berinteraksi secara aktif dan positif dalam kelompok. Ini membolehkan pertukaran ide dan pemeriksaaan ide sendiri dalam suasana yang tidak terancam, sesuai dengan falsafah konstruktivisme. Dengan demikian, pendidikan hendaknya mampu
menggkondisikan
dan
memberikan
dorongan
untuk
dapat
mengoptimalkan dan membangkitkan potensi siswa , menumbuhkan aktifitas dan daya cipta kreativitas sehingga akan menjamin terjadinya dinamika di dalam
12
proses pemebelajaran. Teori
konstruktivisme ini lebih mengutamakan pada
pembelajaran siswa yang dihadapkan masalah-masalah komplek untuk di cari solusinya, selanjutnya menemukan bagian-bagian yang lebih sederhana dan keterampilan yang diharapkan. Beberapa
pendapat, maka dapat disimpulkan bahwa Pendekatan
Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw merupakan pendekatan pembelajaran kooperatif dimana siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4 – 6 orang secara hiterogen dan bekerja sama saling ketergantungan sehingga anak berinteraksi secara aktif, positif dan dapat meningkatkan keterampilan berkomunikasi serta menumbuhkan aktifitas dan daya cipta kreativitas sehingga akan menjamin terjadinya dinamika di dalam proses pemebelajaran. Tujuan dari jigsaw ini adalah mengembangkan kerja tim, ketrampilan belajar kooperatif, dan menguasai pengetahuan secara mendalam yang tidak mungkin diperoleh apabila mereka mencoba untuk mempelajari semua materi sendirian. Prosedur pembelajaran kooperatif pada prinsipnya terdiri atas empat tahap, yaitu: (1) penjelasan materi; (2) belajar dalam kelompok; (3) penilaian; dan (4) pengakuan tim (Sanjaya,2006:248). a. Penjelasan materi. Tahap penjelasan diartikan sebagai proses penyampaian pokok-pokok materi pelajaran sebelum siswa belajar dalam kelompok. b. Belajar dalam kelompok. Siswa diminta untuk belajar pada kelompoknya masing-masing yang telah dibentuk sebelumnya. Melalui pembelajaran dalam kelompok, siswa didorong untuk melakukan tukar menukar (sharing) informasi dan
pendapat,
mendiskusikan
permasalahan
secara
bersama,
membandingkan jawaban mereka, dan mengoreksi hal-hal yang kurnag tepat. c. Penilaian. Penilaian dalam SPK ini bisa dilakukan dengan tes atau kuis yang dilakukan baik secara individu maupun kelompok. d. Pengakuan tim. Pengakuan tim (team recognition) adalah penetapan tim yang dianggap paling menonjol atau tim yang berprestasi untuk kemudian diberikan penghargaan atau hadiah.
13
Menurut Stepen, Sikes and Snapp (1978 ) yang dikutip Rusman (2008), mengemukakan langkah-langkah kooperatif model jigsaw sebagai berikut : 1. Siswa dikelompokan sebanyak 1 sampai dengan 5 siswa. 2. Tiap orang dalam team diberi bagian materi berbeda 3. Tiap orang dalam team diberi bagian materi yang ditugaskan 4. Anggota dari team yang berbeda yang telah mempelajari bagian sub bagian yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusiksn sub bab mereka. 5. Setelah selesai diskusi sebagai tem ahli tiap anggota kembali kedalam kelompok asli dan bergantian mengajar teman satu tem mereka tentang subbab yang mereka kusai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan seksama 6. Tiap tem ahli mempresentasikan hasil diskusi 7. Guru memberi evaluasi 8. Penutup 2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan Penelitian yang dilakukan Ibrahim dkk ( 2000 ) menyatakan bahwa belajar kooperatif Tipe Jigsaw dapat mengembangkan tingkah laku kooperatif dan hubungan yang lebih baik antara siswa dan dapat mengembangkan kemampuan akademis siswa. Ratumanan ( 2002 ) menyatakan bahwa interaksi yang terjadi dalam bentuk kooperatif Tipe Jigsaw dapat memacu tumbuhnya ide baru dan memperkaya perkembangan intelektual siswa. Model pemebelajaran kooperatif model jigsaw adalah sebuah model belajar koopertif yang menitik beratkan kepada kerja kelompok siswa dalam bentuk kelompok kecil , seperti yang diungkapkan Lie ( 1993: 73), bahwa pembelajaran kooperatif model jigsaw ini merupakan model belajar kooperatif dengan cara siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri atas empat sampai dengan enam orang secara heterogen dan siswa bekerja sama salaing ketergantungan positif dan bertanggung jawab secara mandiri. Dalam model pembelajaran jigsaw ini siswa memiliki banyak
14
kesempatan untuk mengemukanakan pendapat, dan mengelolah informasi yang didapat dan dapat meningkatkan keterampilan berkomunikasii, anggota kelompok bertanggung jawab atas keberhasilan kelompoknya dan ketuntasan bagian materi yang dipelajari, dan dapat menyampaikan kepada kelompoknya.( Rusman, 2008.203) 2.3 Kerangka Berpikir Untuk meningkatkan nilai tersebut sampai pada nilai maksimal atau sesuai dengan standar KKM, diterapkan pendekatan pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw sebagai variable x, meningkatkan hasil belajar matematika sebagai variable y, secara bertahap.
Guru/Peneliti KONDISI AWAL
Belum menerapkan pendekatan Kooperatif tipe Jigsaw
Siswa/yang diteliti
Hasil belajar Matematika masih rendah
Siklus I
TINDAKAN
KONDISI AKHIR
Menerapkan Pendekatan Kooperatif tipe Jigsaw Diduga melalui penerapan pendekatan Kooperatif tipe Jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar Matematika
Gambar 2.1 Alur Penerapan Tindakan
Menerapkan Pendekatan Kooperatif tipe Jigsaw Siklus II Siswa dibagi dalam kelompok
15
1.2 Hipotesis Tindakan. Hipotesis merupakan dugaan sementara terhadap sebuah penelitian. Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir seperti uraian, diajukan hipotesis tindakan. Diduga melalui penerapan pendekatan pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar siswa yang rendah menjadi lebih baik pada mata pelajaran Matematika pada materi pokok menghitung luas bangun datar pada siswa SD Negeri Pangkalan kelas 4 Semester I.