AUTISM CARE CENTER ARSITEKTUR PERILAKU
Bab II DESKRIPSI PROYEK II.1. Terminologi Judul Proyek Pengertian dari Autism Care Center adalah:
Autism berarti : 1.
Autos atau self/diri, berasal dari kata Yunani.
2.
Mental condition in which a person is unable to communicate or form relationships with others1.
3.
Gangguan kualitatif dalam komunikasi dan interaksi sosial2.
4.
Awal dari gangguan perkembangan yang terjadi akibat interaksi antara faktorfaktor genetic dan lingkungan (Monks, 1989).
5.
Kesulitan dalam pemahaman bahasa dan interaksi sosial (Schreibman, 1988 dan McLaughin, 2002).
6.
Suatu gangguan perkembangan, gangguan pemahaman atau gangguan pervasif, dan bukan bentuk penyakit mental (Peeters, 2004).
7.
Perilaku yang aneh, terlihat acuh dengan lingkungan dan cenderung menyendiri seakan-akan hidup dalam dunia sendiri (Davidson, 2006).
8.
Salah satu kelompok dari gangguan pada anak yang ditandai dengan munculnya gangguan dan keterlambatan dalam bidang kognitif, komunikasi, ketertarikan pada interaksi sosial, dan perilakunya (Veskarisyanti, 2008).
Care berarti : 1.
Perawatan, peduli3.
2.
Memelihara, memperhatikan, mengawasi, mengamati dengan perhatian penuh4.
3.
The process of caring for somebody/something and providing what they need for their health or protection : medical/patient care5.
Center berarti : 1.
Pusat6.
2.
Place for a particular activity7.
1
Oxford Advanced Leaner’s Dictionary of Current English. Sixth Edition. Hal 69 DSM-IV 3 Google Translator 4 Kamus Lengkap Inggris-Indonesia-Inggris, Bandung, 1980, hal 22 5 Oxford Advanced Leaner’s Dictionary of Current English. Sixth Edition. Hal 176 6 Google Translator 7 Oxford Leaner’s Pocket Dictionary. Hal 61 2
8
JESSICA 070406034 Universitas Sumatera Utara
AUTISM CARE CENTER ARSITEKTUR PERILAKU
3.
A buiding or place for a particular purpose or activity8.
Jadi, pengertian dari Autism Care Center adalah tempat perawatan untuk gangguan perkembangan atau singkatnya pusat rehabilitasi anak autis.
II.2. Tinjauan Umum II.2.1. Teoritis Autisme II.2.1.1. Sejarah Singkat Autisme Istilah autisme infantil (early infantile autism) dipakai pertama kali oleh Dr.Leo Kanner, seorang psikiater anak, pada tahun 1934. Ia menggambarkan dengan sangat rinci gejala-gejala dari 11 anak yang tidak mampu mengadakan interaksi sosial dan seolah-olah hidup dalam dunianya sendiri. Ia memperkirakan hal ini disebabkan oleh gangguan metabolisme bawaan yang menimbulkan kegagalan untuk berinteraksi. Istilah “autisme” sendiri dipinjamnya dari bidang schizophrenia, untuk menggambarkan perilaku pasien schizophrenia yang menarik diri dari luar dan menciptakan dunia fantasinya sendiri. Kanner menggambarkan bahwaa anak-anak tersebut juga hidup dalam dunianya sendiri, terpisah dari dunia luar.
Pada schizophrenia, autisme disebabkan oleh proses regresi karena penyakit jiwa, sedangkan pada anak-anak dengan autisme infantil terdapat kegagalan perkembangan. Memang pemakaian istilah autisme seringkali menimbulkan kerancuan mengenai hubungan antara kedua kondisi tersebut. Pada tahun1970, diterbitkan majalah ilmiah professional internasional mengenai autisme, yang semula bernama The Journal of Autism and Childhood Schizophrenia, kemudian diubah menjadi Journal of Autism and Development Disorders. Majalah ini sangat penting dalam perkembangan pengetahuan mengenai autisme. Autisme bukanlah penyakit mental, melainkan gangguan perkembangan. Hal ini menentukan tujuan akhir perawatan, dimana pada penyakit mental, seseorang yang dulunya normal, kemudian sakit, dan dirawat agar normal kembali. Sedangkan pada autism, gangguan perkembangan ini bersifat permanen, penyandang autism dirawat agar dapat mempersiapkan diri si anak untuk menghadapi kehidupannya secara mandiri.
8
Oxford Advanced Leaner’s Dictionary of Current English. Sixth Edition. Hal 189
9
JESSICA 070406034 Universitas Sumatera Utara
AUTISM CARE CENTER ARSITEKTUR PERILAKU
II.2.1.2. Klasifikasi Autisme Beberapa kelompok besar spektrum autisme yang ada, dapat dilihat dari kategori utama dibawah ini: Tabel 2.1 Klasifikasi Autisme
NO.
KELOMPOK BESAR
KETERANGAN
SPEKTRUM AUTISME 1.
Kelainan Autis
Dikategorikan sebagai ketidak mampuan dalam bersosialisasi dan mempunyai minat dan aktifitas yang terbatas tanpa adanya keterlambatan dalam kemampuan berbicara. Kecerdasannya berada pada tingkat normal atau diatas normal. Sampai dengan umur 3 tahun mempunyai daya kebiasaan bermain, berperilaku, memiliki minat dan aktivitas yang unik (aneh).
2.
PDD - NOS (Pervasive
Biasa disebut Autis yang tidak umum, dimana
Developmental Disorder
diagnosis PDD-NOS dapat dilakukan jika anak tidak
Not Otherwise Specified)
memenuhi kriteria diagnosis yang ada (DSM-IV), akan tetapi terdapat ketidakmampuan pada beberapa perilakunya. Memiliki gejala gangguan perkembangan dalam bidang komunikasi, interaksi maupun perilaku. Namun, kualitas gangguannya lebih ringan, misalnya masih bisa kontak mata.
3.
Kelainan Rett
Ketidakmampuan yang semakin hari semakin parah (progresif). Sampai saat ini diketahui hanya menimpa anak perempuan. Pertumbuhan normal lalu diikuti dengan kehilangan keahlian yang sebelumnya telah dikuasai dengan baik- khususnya gerakan tangan menjadi tidak terkendali dimulai pada umur 1 hingga 4 tahun. Mulai mengalami kemunduran perkembangan sejak umur 6 bulan. Mengalami gangguan bahasa perseptif maupun ekspresif disertai kemunduran psikomotor yang hebat.
10
JESSICA 070406034 Universitas Sumatera Utara
AUTISM CARE CENTER ARSITEKTUR PERILAKU
NO.
KELOMPOK BESAR
KETERANGAN
SPEKTRUM AUTISME 4.
Kelainan Disintegrasi Masa
Pertumbuhan yang normal pada usia 1 sampai 3 tahun
Kanak-kanak
kemudian kehilangan kemampuan yang sebelumnya telah dikuasai dengan baik. Gejala biasanya muncul setelah umur 3tahun. Gejalanya adalah mendadak berhenti berbicara, menarik diri, ketrampilan yang berkurang, cuek, dan gerakan berulang.
5.
Sindrom Asperger (SA)
Lebih banyak diderita anak laki-laki. Mengalami gangguan di bidang komunikasi, interaksi social, perilaku, namun tidak separah pada autisme. Komunikasi biasanya satu arah, terobsesi pada suatu subjek, misalnya pesawat (yang biasanya dikuasai secara mendetail). Kebanyakan anak SA cerdas, berdaya ingat kuat, tidak memiliki masalah dalam pelajaran sekolah.
Sumber : www.jenis-autisme.htm , diakses Januari 2011
II.2.1.3. Penyebab Autisme Beberapa penyebab timbulnya austism, antara lain9 : 1. Menurut teori Psikososial Autism dianggap sebagai akibat dari hubungan orang tua dengan anak yang dingin dan tidak akrab atau sebaliknya, emosional, kaku, dan obsesif (Kanner dan Bruno Bettelhem).
2. Teori Biologis a. Faktor genetik Keluarga yang terdapat anak autistik memiliki resiko lebih tinggi dibanding populasi keluarga normal. b. Pranatal, Natal, Post-Natal Pendarahan pada kehamilan awal, obat-obatan, tangis bayi terlambat, gangguan pernapasan, anemia.
9
www.ditplb.or.id
11
JESSICA 070406034 Universitas Sumatera Utara
AUTISM CARE CENTER ARSITEKTUR PERILAKU
c. Neuro-Anatomi Gangguan/disfungsi pada sel-sel otak selama dalam kandugan yang mungkin disebabkan terjadinya gangguan oksigenasi, perdarahan, atau infeksi. d. Struktur dan Biokimiawi Kelainan pada cerebellum dengan sel-sel Purkinje yang jumlahnya terlalu sedikit, padahal sel-sel purkinje mempunyai kandungan serotinin yang tinggi. Demikian juga kemungkinan tingginya kandungan dapomin atau opioid dalam darah.
3. Keracunan logam berat Terjadi pada anak yang tinggal dekat tambang batu bara, dlsb. 4. Gangguan pencernaan, pendengaran, dan penglihatan. Menurut data yang ada, 60 % anak autistik mempunyai sistem pencernaan kurang sempurna. Dan kemungkinan timbulnya gejala autistik karena adanya gangguan dalam pendengaran dan penglihatan.
II.2.1.4. Tinjauan Perilaku Penyandang Autis Anak autistik menunjukkan gangguan–gangguan dalam aspek-aspek berikut ini (sering dapat diamati sehari-hari) Tabel 2.2 Tinjauan Perilaku Penyandang Autis
KATEGORI Cara berkomunikasi
PERILAKU ANAK PENYANDANG AUTIS 1.
Terlambat berbicara.
2.
Sebagian tidak berkomunikasi baik verbal maupun nonverbal.
3.
Tidak mampu mengekpresikan perasaan maupun keinginan
4.
Sukar memahami kata-kata bahasa orang lain dan sebaliknya kata-kata/bahasa mereka sukar dipahami maknanya.
5.
Berbicara sangat lambat, monoton, atau tidak berbicara sama sekali.
6.
Kadang-kadang mengeluarkan suara-suara aneh.
7.
Banyak meniru atau membeo (echolalia).
8.
Berbicara tetapi bukan untuk berkomunikasi.
9.
Suka bergumam.
12
JESSICA 070406034 Universitas Sumatera Utara
AUTISM CARE CENTER ARSITEKTUR PERILAKU
KATEGORI
PERILAKU ANAK PENYANDANG AUTIS 10.
Dapat menghafal kata-kata atau nyanyian tanpa memahami arti dan konteksnya.
11.
Perkembangan bahasa sangat lambat bahkan sering tidak tampak.
12.
Komunikasi terkadang dilakukan dengan cara menariknarik tangan orang lain untuk menyampaikan keinginannya.
Cara bergaul
1.
Tidak ada kontak mata.
2.
Menyembunyikan wajah.
3.
Menghindar bertemu dengan orang lain.
4.
Menundukkan kepala.
5.
Membuang muka.
6.
Hanya mau bersama dengan ibu/keluarganya.
7.
Acuh tak acuh, interaksi satu arah.
8.
Kurang tanggap isyarat sosial.
9.
Lebih suka menyendiri.
10.
Tidak tertarik untuk bersama teman.
11.
Tidak tanggap / empati terhadap reaksi orang lain atas perbuatan sendiri.
Cara membawakan diri
1.
Menarik diri.
2.
Seolah-olah tidak mendengar (acuk tak acuh/tambeng).
3.
Dapat melakukan perintah tanpa respon bicara .
4.
Asik berbaring atau bermain sendiri selama berjam-jam.
5.
Lebih senang menyendiri.
6.
Hidup dalam alam khayal (bengong).
7.
Konsentrasi kosong.
8.
Menggigit-gigit benda.
9.
Menyakiti diri sendiri.
10.
Sering tidak diduga-duga memukul teman.
11.
Menyenangi hanya satu/terbatas jenis benda mainan.
12.
Sering menangis/tertawa tanpa alasan.
13
JESSICA 070406034 Universitas Sumatera Utara
AUTISM CARE CENTER ARSITEKTUR PERILAKU
KATEGORI
PERILAKU ANAK PENYANDANG AUTIS 13.
Bermasalah tidur/tertawa di malam hari.
14.
Memukul-mukul benda (meja, kursi).
15.
Melakukan sesuatu berulang-ulang (menggerak-gerakkan tangan, mengangguk-angguk dsb).
Kepekaan sensori
16.
Kurang tertarik pada perubahan dari rutinitas.
1.
Sangat sensitif terhadap sentuhan ,seperti tidak suka
integratif
dipeluk. 2.
Sensitif terhadap suara-suara tertentu
3.
Senang mencium-cium, menjilat mainan atau benda-benda.
4.
Sangat sensitif atau sebaliknya, tidak sensitif terhadap rasa sakit.
Pola Bermain
1.
Tidak bermain seperti anak-anak pada umumnya.
2.
Kurang/tidak kreatif dan imajinatif.
3.
Tidak bermain sesuai fungsi mainan.
4.
Menyenangi benda-benda berputar, sperti kipas angin, roda sepeda, dan lain-lain.
5.
Keadaan emosi anak
Sering terpaku pada benda-benda tertentu.
1.
Sering marah tanpa alasan.
2.
Sering mengamuk tak terkendali (temper tantrum ) bila keinginan tidak dipenuhi.
3.
Tiba-tiba tertawa terbahak-bahak atau menangis tanpa alasan.
4.
Kadang-kadang menyerang orang lain tanpa diduga-duga.
Sumber : www.ditplb.or.id , diakses Januari 2011
Ada beberapa gejala perilaku yang harus diwaspadai terlihat sejak bayi atau anak menurut usia : Tabel 2.3 Gejala Perilaku Autis
USIA usia 0 - 6 bulan
PERILAKU ANAK PENYANDANG AUTIS 1. Bayi tampak terlalu tenang ( jarang menangis).
14
JESSICA 070406034 Universitas Sumatera Utara
AUTISM CARE CENTER ARSITEKTUR PERILAKU
USIA
PERILAKU ANAK PENYANDANG AUTIS 2. Terlalu sensitif, cepat terganggu/terusik. 3. Gerakan tangan dan kaki berlebihan terutama bila mandi. 4. Tidak "babbling". 5. Tidak ditemukan senyum sosial diatas 10 minggu. 6. Tidak ada kontak mata diatas umur 3 bulan. 7. Perkembangan motor kasar/halus sering tampak normal.
usia 6 - 12 bulan
1. Bayi tampak terlalu tenang ( jarang menangis). 2. Terlalu sensitif, cepat terganggu/terusik. 3. Gerakan tangan dan kaki berlebihan. 4. Sulit bila digendong. 5. Tidak "babbling". 6. Menggigit tangan dan badan orang lain secara berlebihan . 7. Tidak ditemukan senyum sosial. 8. Tidak ada kontak mata. 9. Perkembangan motor kasar/halus sering tampak normal.
usia 12 - 24 bulan
1. Kaku bila digendong. 2. Tidak mau bermain permainan sederhana (ciluk ba, da-da). 3. Tidak mengeluarkan kata. 4. Tidak tertarik pada boneka. 5. Memperhatikan tangannya sendiri. 6. Terdapat keterlambatan dalam perkembangan motor kasar/halus. 7. Mungkin tidak dapat menerima makanan cair.
usia 2 - 3 tahun
1. Tidak tertarik untuk bersosialisasi dengan anak lain. 2. Melihat orang sebagai "benda" . 3. Kontak mata terbatas. 4. Tertarik pada benda tertentu. 5. Kaku bila digendong.
usia 4 - 5 tahun
1. Sering didapatkan ekolalia (membeo).
15
JESSICA 070406034 Universitas Sumatera Utara
AUTISM CARE CENTER ARSITEKTUR PERILAKU
USIA
PERILAKU ANAK PENYANDANG AUTIS 2. Mengeluarkan suara yang aneh (nada tinggi atau datar). 3. Marah bila rutinitas yang seharusnya berubah. 4. Menyakiti diri sendiri (membenturkan kepala). Temperamen tantrum atau agresif .
Sumber: Watson L. dan Marcus L., Diagnosis and Assessment of Preschool Children. Dalam Schopler, E. dan Mesibov,G(eds) Diagnosis and Assessment in Autism, London, Plenum Press, 1988
Tabel 2.4 Perkembangan Imajinasi Anak
USIA
PERKEMBANGAN NORMAL
DALAM
PERKEMBANGAN DENGAN GEJALA AUTISME
BULAN 6
Perilakunya tidak berbeda terhadap sebuah benda pada saat yang sama
8
Perilaku dibedakan berdasarkan
Pengulangan gerakan motorik mungkin
karakteristik benda. Menggunakan dua
mendominasi kegiatan sadar
buah benda dalam kombinasi (tidak tepat digunakan secara sosial)
12
Perilaku terhadap benda sesuai secara
Agak penasaran/eksplorasi terhadap
sosial (kegunaan benda). Dua benda atau
lingkungan.
lebih dihubungkan secara tepat.
Penggunaan mainan yang tidak biasa seperti memutar, menjentik dan membariskan benda.
18
Sering berperilaku simbolik (pura-pura minum, berbicara di telepon, dan lainlain).
24
Sering menerapkan permainan pura-pura dengan boneka, mainan binatang (misalnya memberi makan boneka). Perilaku pura-pura tidak terbatas pada kegiatan sehari-hari (misalnya pura-pura menyetrika). Rangkaian perilaku purapura berkembang (memberi makan boneka, menimbang dan membaringkannya di tempat tidur).
16
JESSICA 070406034 Universitas Sumatera Utara
AUTISM CARE CENTER ARSITEKTUR PERILAKU
USIA
PERKEMBANGAN NORMAL
PERKEMBANGAN DENGAN
DALAM
GEJALA AUTISME
BULAN Berpura-pura main tembak-tembakan dengan benda yang ada.
26
Permainan simbolik yang sudah
Terus menerus menjilati benda-benda.
direncanakan lebih dahulu-
Tidak ada permainan simbolik.
memberitahukan maksudnya dan mencari
Terus menerus melakukan gerak repetitif
benda yang dibutuhkan untuk itu.
seperti mematung, memutar, berjingkat,
Mencari benda pengganti (misalnya
dan lain-lain.
menggunakan kotak sebagai pengganti
Kekaguman visual terhadap benda -
mobil).
menatap cahaya lampu, dan lain-lain.
Benda diperlakukan alat yang dapat
Menunjukkan banyak kekuatan yang
melakukan kegiatan bebas (misalnya:
berhubungan dengan manipulasi
boneka dibuat agar dapat mengangkat
visual/motorik, misalnya puzzle.
gelas sendiri)
48
Permainan sosiodramatis-pura-pura
Penggunaan fungsional terhadap benda-
bermain dengan dua anak atau lebih.
benda. Beberapa aksi langsung terhadap
Menggunakan pantomim untuk mewakili
boneka atau orang lain; kebanyakan
benda yang diperlukan (misalnya pura-
melibatkan anak-anak sebagai alat
pura menuangkan air karena tidak ada
perantara.
teko).
Permainan simbolik, jika ada, terbatas dan
Kehidupan nyata dan khayal dapat
sederhana serta diulang-ulang.
membantu peranan untuk waktu yang
Selama permainan, keterampilan yang
lama.
lebih sulit berkembang, tetap membutuhkan banyak waktu dibanding kegiatan lebih mudah. Beberapa di antaranya tidak mengkombinasikan alat permainan dalam bermain.
60
Bahasa berperan penting dalam
Tidak dapat berpantomim.
menciptakan tema, menegosiasikan peran
Tidak bermain sosiodrama.
dan bermian drama. Sumber: Watson L. dan Marcus L., Diagnosis and Assessment of Preschool Children. Dalam Schopler, E. dan Mesibov,G(eds) Diagnosis and Assessment in Autism, London, Plenum Press, 1988
17
JESSICA 070406034 Universitas Sumatera Utara
AUTISM CARE CENTER ARSITEKTUR PERILAKU
Tabel 2.5 Perkembangan Interaksi Sosial Anak
USIA
INTERAKSI SOSIAL
DALAM
ANAK NORMAL
ANAK PENYANDANG AUTIS
BULAN 2
Menggerakkan kepala dan mata untuk mencari arah suara. Senyuman sosial.
6
Perilaku meraih sebagai wujud
Sebagian cepat marah.
keinginan untuk digendong. Mengulangi tindakan yang dilakukan Membedakan orangtua dari orang
Sulit reda ketika marah. Sekitar sepertiga di antaranya sangat
lain. Permainan “member dan menerima”.
menarik diri dan mungkin secara aktif
Melambaikan tangan sebagai tanda
menolak interaksi. Sekitar seperti di antaranya menerima
perpisahan. Menangis/merangkak, mengejar
perhatian tapi sangat sedikit memulai interaksi.
ketika ibu keluar ruangan.
12
Lebih sedikit kontak mata. Tidak ada respon secara sosial.
orang dewasa(meniru).
8
Kurang aktif dan kurang menuntut.
Anak sering memulai permainan. Kontak visual meningkat selama
Sosiabilitas seringkali menurun ketika anak mulai belajar berjalan, merangkak.
bermain.
Tidak ada kesulitan pemisahan.
18
Mulai bermain dengan teman sebaya.
24
Masa bermain dengan teman sebaya singkat.
Biasanya membedakan orang tua dari orang lain, tapi sangat sedikit afeksi
Permainan dengan teman sebaya lebih banyak melibatkan gerakan kasar (mis: kejar-kejaran).
yang diekspresikan. Mungkin memeluk dan mencium. sebagai gerakan tubuh yang otomatis ketika diminta . Tidak acuh terhadap orang dewasa selain orang tua. Mungkin mengembangkan ketakutan yang besar lebih suka menyendiri.
18
JESSICA 070406034 Universitas Sumatera Utara
AUTISM CARE CENTER ARSITEKTUR PERILAKU
USIA DALAM
INTERAKSI SOSIAL ANAK NORMAL
ANAK PENYANDANG AUTIS
Belajar mengenai giliran dan berbagi
Tidak bisa menerima anak-anak yang
BULAN
36
dengan temannya.
lain.
Pertengkaran di antara teman sebaya
Sensitivitas yang berlebihan. Tidak bisa memahami makna
sering terjadi. Senang membantu orangtua
hukuman.
mengerjakan pekerjaan rumah. Senang berlagak untuk membuat orang lain tertawa.
48
Tawar-menawar peran dengan teman sebaya dalam permainan social-
Tidak dapat memahami aturan dalam permainan dengan teman sebaya.
dramatik. Memiliki teman bermain favorit.
60
Lebih berorientasi pada teman sebaya daripada orang dewasa. Sangat berminat menjalin
Lebih berorientasi kepada orang dewasa daripada teman sebaya. Sering menjadi lebih bisa bergaul,
persahabatan.
tapi interaksi tetap aneh dan satu sisi.
Bertengkar dan saling mengejek sering terjadi dengan teman sebaya.
Sumber: Watson L. dan Marcus L., Diagnosis and Assessment of Preschool Children. Dalam Schopler, E. dan Mesibov,G(eds) Diagnosis and Assessment in Autism, London, Plenum Press, 1988
19
JESSICA 070406034 Universitas Sumatera Utara
AUTISM CARE CENTER ARSITEKTUR PERILAKU
Gambar 2.1 Karakteristik Anak Autis Sumber : www.vialfadhl.wordpress.com ,diakses Januari 2011
II.2.1.5. Diagnostik Autis Autisme adalah gangguan perkembangan, oleh karena itu diagnosis ditegakkan dari gejala klinis yang tampak, yang menunjukkan adanya penyimpangan dari perkembangan normal yang sesuai umurnya.
International Classification of Diseases (ICD) 1993 maupun Diagnostic and Statistical Manual (DSM-IV) 1994, merumuskan kriteria diagnosis untuk autisme infantil adalah : 1. Harus ada 6 gejala dari (1),(2) dan (3), dengan minimal dua gejala dari (1) dan masingmasing satu gejala dari (2) dan (3). i.
Gangguan kualitatif dalam interaksi sosial yang timbal balik. Minimal harus ada 2 dari gejala dibawah ini : a. Tak mampu menjalin interaksi sosial yang cukup memadai : kontak mata sangat kurang, ekspresi muka kurang hidup, gerak-gerik kurang tertuju. 20
JESSICA 070406034 Universitas Sumatera Utara
AUTISM CARE CENTER ARSITEKTUR PERILAKU
b. Tak bisa bermain dengan teman sebaya. c. Tak ada empati (tak dapat merasakan apa yang dirasakan orang lain). d. Kurang mampu mengadakan hubungan sosial dan emosional yang timbal balik. ii.
Gangguan kualitatif dalam bidang komunikasi. Minimal harus ada satu dari gejala-gejala dibawah ini : a. Perkembangan bicara terlambat atau sama sekali tak berkembang. Anak tidak berusaha untuk berkomunikasi secara non-verbal. b. Bila anak bisa bicara, maka bicaranya tidak dipakai untuk berkomunikasi. c. Sering menggunakan bahasa yang aneh dan diulang-ulang. d. Cara bermain yang kurang variatif, kurang imajinatif dan kurang dapat meniru.
iii. Adanya suatu pola yang dipertahankan dan diulang-ulang dalam perilaku, minat dan kegiatan. Minimal harus ada satu dari gejala-gejala dibawah ini : a. Mempertahankan satu minat atau lebih dengan cara yang sangat khas dan berlebihan. b. Terpaku pada kegiatan yang ritualistik atau rutinitas yang tidak ada gunanya. c. Ada gerakan-gerakan aneh yang khas dan diulang-ulang. d. Seringkali terpukau pada bagian-bagian benda.
2. Sebelum umur 3 tahun tampak adanya keterlambatan atau gangguan dalam bidang interaksi sosial, bicara dan berbahasa dan cara bermain yang monoton, kurang variatif. 3. Bukan disebabkan oleh sindroma Rett, Asperger atau gangguan disintegratif masa kanak.
Gangguan Perkembangan Autistik ini dapat diketahui juga dengan melakukan tes Intelegensi yang diukur dengan alat bantu psikotes dengan hasil akhir satuan yang populer disebut IQ (Inteligence Quotient). Tes yang secara komprehensif mengukur IQ anak dan umumnya digunakan di Indonesia adalah10 :
10
i.
Wechsler Inteligence Scale for Childern (WISC).
ii.
Wechsler Preschool & Primary Scales of Inteligence (WPPSI).
Buletin Berita Mandiga, No. 3 / September 2002
21
JESSICA 070406034 Universitas Sumatera Utara
AUTISM CARE CENTER ARSITEKTUR PERILAKU
Komposisi IQ terdiri dari beberapa aspek yang dikelompokkan dalam 2 golongan besar yaitu11 : i.
IQ Verbal
ii.
IQ Non Verbal Inteligensi non verbal dibedakan atas 2 strata kemampuan, yaitu12 :
i.
Low Order Skills Keterampilan yang berhubungan dengan proses menginterpretasi, mengorganisir dan memanipulasi ciri-ciri non simbolik dan konkrit dari stimulus (seperti misalnya ukuran, warna, bentuk, tekstur).
ii.
High Order Skills Lebih bersifat pemecahan masalah, penalaran, bersifat abstrak.
Kemampuan yang dapat diukur dengan Test Inteligensi Non Verbal, antara lain : Tabel 2.6 Test Inteligensi Non Verbal
KATEGORI
Discrimination
TEST YANG DILAKUKAN Diukur dengan meminta anak menetapkan gambar / kata yang berbeda, misalnya mana yang berbeda gajah – kuda – monyet – truk.
Generalisasi
Menemukan kata yang memiliki kesamaan dalam hal-hal tertentu dengan stimulus, misalnya : mana yang serupa dengan pohon : mobil – manusia – berjalan.
Motor behavior
Berkaitan dengan gerakan, baik motorik halus atau motorik kasar, misalnya : manipulasi blok, copy design.
Berpikir induksi
Menemukan aturan / pola pada stimulus, misalnya mengapa benda tertentu dapat ditarik magnet?
Comprehension
Pemahaman yang melibatkan kaidah umum.
Sequencing
Kemampuan melihat hubungan yang progresif dari serangkaian stimulus.
Detail recognition
Kemampuan melihat detail stimulus, biasanya dengan melihat atau membuat gambar.
11 12
Buletin Berita Mandiga, No. 3 / September 2002 Buletin Berita Mandiga, No. 3 / September 2002
22
JESSICA 070406034 Universitas Sumatera Utara
AUTISM CARE CENTER ARSITEKTUR PERILAKU
KATEGORI
Analogi
TEST YANG DILAKUKAN Berkaitan dengan diskriminasi, generalisasi, pengetahuan umum dan kosakata.
Abstract Reasoning
Kemampuan memecahkan masalah yang menuntut kemampuan induksi dan abstraksi.
Memory
Kemampuan mengingat / daya ingat.
Pattern Completing
Mengidentifikasi bagian yang hilang dari gambar, pola, matriks.
General Information
Kemampuan dasar untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan faktual.
Vocabulary
Arti dari kata.
Sumber : Examiner’s manual CTONI (Comprehensive Test of Non Verbal Intellegense), Donald D. Hammil, Nils A Pearson dan J. Lee Wiederholt, 1997, Pro-ed, Incl, Texas.
Hasil akhir dari NIQ digolongkan sebagai berikut :
131 – 165
Sangat superior
121 – 130
Superior
111 – 120
Di atas rata-rata
90 – 110
Rata-rata
80 – 89
Di bawah rata-rata
70 – 79
Rendah
35 – 69
Sangat rendah Tabel 2.7 Perbandingan NIQ
NIQ tinggi berarti individu memiliki
NIQ rendah berarti kesulitan dalam :
kemampuan yang baik dalam :
Melihat hubungan perceptual, logis dan Menangani informasi non verbal abstrak
Menerima data visual
Penalaran tanpa kata-kata
Mengorganisir
Memecahkan
teka-teki
mental
yang
yang
melibatkan ruang / spasial.
melibatkan elemen progresif
materi-materi
Membentuk asosiasi yang berarti antar
Memahami aspek abstrak dari simbolsimbol visual.
obyek dan antar disain geometris. Sumber : Examiner’s manual CTONI (Comprehensive Test of Non Verbal Intellegense), Donald D. Hammil, Nils A Pearson dan J. Lee Wiederholt, 1997, Pro-ed, Incl, Texas.
23
JESSICA 070406034 Universitas Sumatera Utara
AUTISM CARE CENTER ARSITEKTUR PERILAKU
Selain itu, dapat juga dilakukan Pendeteksian Dini, dengan melakukan pengamatan gejala-gejala awal atau dengan melakukan M-CHAT (Modified Checklist for Autism in Toddlers ). Autisma memang agak sulit di diagnosis pada usia bayi. Tetapi amatlah penting untuk mengetahui gejala dan tanda penyakit ini sejak dini karena penanganan yang lebih cepat akan memberikan hasil yang lebih baik. Beberapa pakar kesehatanpun meyakini bahwa merupakan hal yang utama bahwa semakin besar kemungkinan kemajuan dan perbaikan apabila kelainan pada anak ditemukan pada usia yang semakin muda.
M-CHAT merupakan daftar (check list) yang terdiri dari 23 pertanyaan yang digunakan untuk memberikan tanda-tanda dini anak-anak autisme. M-CHAT dikembangkan di Amerika dari CHAT yang ditemukan dan digunakan di Inggris. Autisme merupakan gangguan perkembangan yang sangat sulit untuk dideteksi pada usia Balita. Namun anakanak balita yang dapat dideteksi dini memiliki peluang lebih besar untuk membaik jika intervensi dini diperkenalkan sebelum usia 5 tahun.
Pertanyaan dibawah ini (Contoh M-CHAT) sebaiknya dijawab sesuai dengan kecenderungan yang dilakukan anak sehari-hari13. 1.
Apakah anak anda menyukai diayun, ditimang ? (Y/T)
2.
Apakah anak anda memiliki rasa tertarik pada anak-anak lain ? (Y/T)
3.
Apakah anak anda menyukai memanjat, misalnya tangga ? (Y/T)
4.
Apakah anak anda menyukai permainan ciluk ba ? (Y/T)
5.
Apakah anak anda pernah bermain "sandiwara", misalnya : Pura-pura bicara di telpon ? Menjadi tokoh tertentu ? Bicara pada boneka ? (Y/T)
6.
Apakah anak anda pernah menggunakan telunjuk untuk meminta sesuatu ? (Y/T)
7.
Apakah anak anda pernah menggunakan telunjuk menunjukkan rasa tertariknya pada sesuatu ? (Y/T)
8.
Dapatkah anak anda bermain dengan mainan kecil (mobil-mobilan/balok) dengan sewajarnya tanpa hanya memasukkannya ke dalam mulut, kutak kutik atau menjatuhkannya saja ? (Y/T)
9.
Apakah anak anda pernah membawa obyek/benda dan diperlihatkan pada anda ? (Y/T)
10. Apakah anak anda melihat pada mata anda lebih dari 1 atau 2 detik ? (Y/T) 11. Apakah anak anda sangat sensitif terhadap bunyi ? (Y/T) 13
Robins D., Fein, D., Barton M. & Green J (2001). The Modified Checklist for Autism in Toddlers. Journal of Autism and Developmental Disorders, 21 (2), 131 - 144
24
JESSICA 070406034 Universitas Sumatera Utara
AUTISM CARE CENTER ARSITEKTUR PERILAKU
12. Apakah anak anda tersenyum pada wajah anda atau senyuman anda ? (Y/T) 13. Apakah anak anda meniru anda ? (Misalnya bila anda membuat raut wajah tertentu, anak anda menirunya ?) (Y/T) 14. Apakah anak anda memberi reaksi bila namanya dipanggil ? (Y/T) 15. Bila anda menunjuk pada sebuah mainan di sisi lain ruangan, apakah anak anda melihat pada mainan tersebut ? (Y/T) 16. Apakah anak anda dapat berjalan ? (Y/T) 17. Apakah anak anda juga melihat pada benda yang anda lihat ? (Y/T) 18. Apakah anak anda membuat gerakan-gerakan jari yang tidak wajar di sekitar wajahnya? (Y/T) 19. Apakah anak anda mencoba mencari perhatian anda untuk kegiatan yang sedang dilakukannya ? (Y/T) 20. Apakah anda pernah berpikir bahwa anak anda tuli ? (Y/T) 21. Apakah anak anda mengerti apa yang dikatakan orang lain ? (Y/T) 22. Apakah anak anda terkadang menatap dengan tatapan kosong atau mondar-mandir tanpa tujuan ? (Y/T) 23. Apakah anak anda melihat pada wajah anda untuk melihat reaksi anda ketika ia dihadapkan pada situasi yang asing atau tidak ia mengerti ? (Y/T) KETERANGAN Seorang anak berpeluang menyandang autis jika :
3 atau lebih dari pertanyaan M-CHAT dijawab TIDAK
minimal 2 dari pertanyaan yang dicetak tebal dijawab TIDAK
Klasifikasi autisme sedang dan berat sering kali disimpulkan setelah anak didiagnosa autisme. Klasifikasi ini dapat diberikan melalui Childhood Autism Rating Scale (CARS). Skala ini menilai derajat kemampuan anak untuk berinteraksi dengan orang lain, melakukan imitasi, memberi respon emosi, penggunaan tubuh dan objek, adaptasi terhadap perubahan, memberikan respon visual, pendengaran, pengecap, penciuman dan sentuhan. Selain itu, Childhood Autism Rating Scale juga menilai derajat kemampuan anak dalam perilaku takut/gelisah melakukan komunikasi verbal dan non verbal, aktivitas, konsistensi respon intelektual serta penampilan menyeluruh (Schopler dkk dalam Berkell, 1992).
25
JESSICA 070406034 Universitas Sumatera Utara
AUTISM CARE CENTER ARSITEKTUR PERILAKU
Parameter yang dapat membantu mengklasifikasikan tingkat autism berat atau ringan. Tabel 2.8 Parameter Pengklasifikasi Tingkat Autis
NO
EVALUASI
A B C
Akademis 1
Berhitung 1-10, 1-20 baik dengan atau tanpa papan, irama dan dan ketukan wajar, maju dan mundur
2
Mampu mengidentifikasi dan menulis angka
3
Mengenal semua bentuk dengan cepat
4
Mengenal warna dengan cepat
5
Mampu mengenal semua bentuk huruf dengan cepat
6
Mampu mendeskripsikan suatu topik tunggal / sederhana
7
Mampu menggambarkan sederhana
8
Mampu mengingat 2-3 digit, membedakan benda yang sejenis
9
Mampu memilih obyek dan gambar yang hampir sama
10
Mampu mengenal simbol-simbol sederhana
11
Bahasa yang dia pakai dapat kita mengerti atau sebaliknya
12
Mampu membedakan arak kiri, kanan, atas, dan bawah
13
Memberikan jumlah yang kita minta antara 1-9
Ketrampilan sosial dan tingkah laku 1
Prilaku kontrol diri dalam lingkungan
2
Kontak mata
3
Perhatian dan Konsentrasi
4
Kemampuan Mendengarkan
5
Diam dan Menunggu
6
Berbagi giliran dengan teman
7
Berkunjung ( Visiting)
8
Mengirim Pesan sederhana
9
Menjawab Pertanyaan sederhana yang berhubungan dengan identitas dirinya
10
Merespon perintah sederhana yang familiar dan sering digunakan dalam aktivitas sehari- hari
Ketrampilan sosial dan tingkah laku 11
Mengenal orang dan tempat yang familiar
26
JESSICA 070406034 Universitas Sumatera Utara
AUTISM CARE CENTER ARSITEKTUR PERILAKU
NO
EVALUASI
A B C
Keterampilan Berkomunikasi 1
Kemampuan dasar berinisiatif
2
Mampu mengekspresikan kebutuhan-kebutuhan dasar anak
3
Menyatakan ya atau tidak yang berhubungan dengan pribadi anak
4
Kemampuan memilih
Pelaksanaan Aktivitas sehari-hari 1
Toilet raining
2
Makan dengan sendok dan garpu
3
Mampu memakai celana, jaket, baju, sepatu tanpa bantuan
4
Mengancingkan baju
5
Merawat dan memperhatikan barang sendiri
6
Mandi dan menggosok gigi
Sumber : http://www.autis.info/index.php/artikel-makalah/makalah151-penanganan-masalah-belajaranak-autisme-melalui-pendidikan-integrasi.htm, diakses Januari 2011.
Keterangan: A: Mampu / Mandiri/ excellent B: di arahkan/ dibantu minimal C: di bantu penuh
Jika anak Autis menguasai ketrampilan antara : A = 25 < 34 Termasuk anak yang ringan (mild)/High Function. A = 15 < 24 Termasuk anak yang sedang/sedang (Severed). A Kurang dari 15 Termasuk anak yang berat (Low Function). II.2.1.6. Terapi Untuk Autis Applied Behaviour Analysis (ABA) adalah tatalaksana yang bertujuan untuk melatih perilaku (behavior) anak autis. Pendekatannya didasarkan atas riset yang dibuat oleh B.F Skinner, seorang psikolog. Skinner, secara ilmiah mendemonstrasikan bahwa consequences (konsekuensi atau akibat) memiliki pengaruh yang kuat dan dapat diperkirakan (predictable) terhadap perilaku. Skinner menyebut proses tersebut sebagai operant-conditioning. Sebuah consequences atau event (kejadian) yang memperkuat perilaku disebut reinforcer (penguat atau imbalan). Contoh dari reinforcer misalnya adalah makanan/minuman, sentuhan,
27
JESSICA 070406034 Universitas Sumatera Utara
AUTISM CARE CENTER ARSITEKTUR PERILAKU
pelukan, ciuman, pujian atau aktivitas yang disukai. Pada operant conditioning, jika perilaku diikuti oleh reinforcer terjadi probibilitas (peningkatan kemungkinan) bahwa perilaku yang sama akan terulang lagi pada keadaan yang sama. Jika perilaku tidak diikuti oleh reinforcer (penguat atau imbalan), maka perilaku akan menurun atau tidak terjadi lagi.
Pemulihan dari autisme adalah mungkin jika tatalaksana dimulai dari usia dini. Pada penelitian yang dilakukan oleh Ivar O. Lovaas (1987) dari University of California (UCLA), dengan menggunakan metode modifikasi perilaku 40 jam seminggu selama 2 tahun, dari 19 anak autistik berumur di bawah 4 tahun, 9 anak (47%) mencapai “fungsi kognitif normal”. Pada uji dengan semua standar pengukuran IQ, hasilnya normal. Saat ini anak-anak tersebut sudah remaja berusia belasan, kesembilan anak tersebut tampak normal, tidak dapat dibedakan dengan teman sebayanya, baik dari sudut keterampilan sosial maupun keterampilan akademik. Pada sampel penelitiannya tersebut, Lovaas juga menemukan bahwa semakin muda usia anak-anak dimulainya tatalaksana perilaku secara intensif, maka hasil yang diperoleh semakin baik.
Dari penelitiannya Lovaas mendapatkan suatu konsensus bahwa variabel yang merupakan hal penting dalam menunjang optimalisasi hasil ialah intervensi dini, keterlibatan orang tua, fokus masyarakat, dan intensitas tatalaksana. Selain itu Lovaas juga menyatakan bahwa anak autistik perlu mendapat sebanyak mungkin tatalaksana jika ingin mengejar ketertinggalannya (catching up to “normal” or “average” children), yaitu belajar sepanjang waktu “meleknya” (during all their waking hours). Pada penelitian berikutnya Lovaas mendapatkan hasil 19 anak di kelompok tatalaksana 40 jam seminggu selama 2 tahun atau lebih menunjukkan peningkatan IQ yang besar, sedangkan mereka yang mendapat 10 jam atau kurang tidak menunjukkan perbaikan. Hal yang sama juga diperoleh oleh peneliti lain yang mana anak yg mendapat pelatihan sebanyak 20 jam juga memperoleh peningkatan IQ namun tidak sebaik anak yng mendapat pelatihan sebanyak 40 jam.
Kesimpulan yang didapat adalah, pelatihan selama 10 jam, tidak membuahkan hasil, sedangkan 20 jam hanya mendapatkan hasil sedikit, tidak maksimal, yang terbaik adalah 40 jam, dimana perbaikan yang dihasilkan sangat besar. Sampai saat ini belum ada metode lain yang sangat terstruktur dan mudah diukur hasilnya sebagaimana dengan metode ini. Selain untuk penyandang autis, metode ABA ini juga dapat diterapkan pada anak-anak yang memiliki kelainan perilaku lainnya, bahkan pada 28
JESSICA 070406034 Universitas Sumatera Utara
AUTISM CARE CENTER ARSITEKTUR PERILAKU
anak normal. Prinsip dasar metode ABA merupakn cara pendekatan dan penyampaian materi kepda anak yang harus dilakukan seperti berikut ini : 1. Kehangatan (dengan kasih saying yang tulus untuk menjaga kontak mata yang lama dan konsisten). 2. Tegas (tidak dapat tawar-menawar dengan si anak). 3. Tanpa kekerasan dan Tanpa marah/jengkel. 4. Prompt (bantuan, arahan) secara tegas tapi lembut. 5. Apresiasi anak dengan imbalan yang efektif, sebagai motivasi agar selalu bersemangat.
Adapun jenis-jenis terapi tersebut adalah : 1. Terapi Perilaku 2. Terapi Wicara 3. Terapi Okupasi 4. Terapi Diet 5. Terapi Biomedik 6. Hidroterapi 7. Terapi Bermain 8. Terapi Pendidikan
Berikut adalah gambaran secara umum tahapan terapi yang berdasarkan kurikulum ABA, yang diambil dari dokumen elektronic (e-paper) yang terdapat di website Asosiasi Autisme Amerika (Autism Society of America) www.autism-society.org. Kurikulum ini adalah basis terapi autis secara umum yang mana terapi metode Lovaas adalah pengembangan (sub-set) dari terapi ini.
A. Tahap Awal (Beginner) Tabel 2.9 Tahap Awal Kurikulum ABA
NO. KATEGORI
PELAJARAN
1.
Attending Skill
sits independently, eye contact.
2.
Imitation Skill
gross, fine, and oral motor skills.
3.
Receptive Language Skill
body parts, identification, one step instruction.
29
JESSICA 070406034 Universitas Sumatera Utara
AUTISM CARE CENTER ARSITEKTUR PERILAKU
NO. KATEGORI
PELAJARAN
4.
imitates Sounds, labeling, yes/no, greeting, answer
Expressive Language Skill
simple question. 5.
Pre-Academic Skill
matching, complete activities independently, counting and identifies shapes, colors and letter.
6.
Self-help Skill
get undressed independently, eats independently, toilet training.
Sumber : www.autism-society.org , diakses Januari 2011
B. Tahap Menengah (Intermediate) Tabel 2.10 Tahap Menengah Kurikulum ABA
NO. KATEGORI
PELAJARAN
1.
Attending Skill
sustains eye contact, responds to name.
2.
Imitation Skill
imitates sequences, copies simple drawing, pairs action with sound.
3.
Receptive Language Skill
two-step instructions, identifies attributes, pretends, identifies categories, pronouns, propositions, emotions, gender.
4.
Expressive Language Skill
two and three word phrases, requests desired items, labels according to function, simple sentences, reciprocates information, ask “wh-“ questions.
5.
Pre-Academic Skill
matches by category, gives specifies quantity of items, uppercase/lowercase letters, more/less, simple worksheets, copies letter and numbers, writes name, cuts with scissors, colors within a boundary.
6.
Self-help Skill
gets dressed independently, puts on shoes, puts on coat, self-initiates toileting.
Sumber : www.autism-society.org , diakses Januari 2011
C. Tahap Lanjut (Advanced) Tabel 2.11 Tahap Lanjut Kurikulum ABA
NO. KATEGORI
PELAJARAN
1.
maintains eye contact during conversation, and group
Attending Skill
instruction.
30
JESSICA 070406034 Universitas Sumatera Utara
AUTISM CARE CENTER ARSITEKTUR PERILAKU
NO. KATEGORI
PELAJARAN
2.
complex sequencing, peer play, verbal responses to
Imitation Skill
peers. 3.
Receptive Language Skill
three-step instructions, same/different, identifies what doesn’t belong, plural/singular, understands “ask…” versus “tell…”
4.
Expressive Language Skill
utilizes “I don’t know”, retell story, recall past events, ask for clarification, advanced possesive pronouns, verb tense, asserts knowledge.
5.
Abstract Language
predict outcomes, takes another’s perspective, provides explanations.
6.
Academic Skill
completes patterns, reading, names letter sounds, consonants, spelling, states word meaning, simple synonyms, ordinal numbers, identifies rhyming words, writes simple words from memory, add single-digit number.
7.
Social Skill
follows directions from peers, answers questions from peers, responds to play-initiation statements, initiates play statements to peers, offers and accepts peer assistance.
8.
School Readiness
wait turns, demonstrates new responses through observation, follow group instruction, sing nursery rhymes, answer when called on, raises hand, story-time, show and tell.
9.
Pre-Academic Skill
matches by category, gives specifies quantity of items, uppercase/lowercase letters, more/less, simple worksheets, copies letter and numbers, writes name, cuts with scissors, colors within a boundary.
10.
Self-help Skill
brushes teeth, zippers, buttons, snaps.
Sumber : www.autism-society.org , diakses Januari 2011
Sedangkan kurikulum yang di gunakan oleh Yayasan Autisma Indonesia adalah sebagai berikut :
31
JESSICA 070406034 Universitas Sumatera Utara
AUTISM CARE CENTER ARSITEKTUR PERILAKU
Tabel 2.12 Kurikulum Yayasan Autisma Indonesia
NO. KATEGORI
PELAJARAN
A.
Kemampuan Mengikuti
1. Duduk mandiri di kursi
Tugas/Pelajaran
2. Kontak mata saat dipanggil 3. Kontak mata ketika diberi perintah, : “Lihat (ke) sini” 4. Berespons terhadap arahan : “Tangan ke bawah”
B.
Kemampuan Imitasi
1. Imitasi gerakan motorik kasar
(Meniru)
2. Imitasi tindakan (aksi) terhadap benda 3. Imitasi gerakan motorik halus 4. Imitasi gerakan motorik mulut
C.
Kemampuan Bahasa
1. Mengikuti perintah sederhana (satu-tahap)
Reseptif
2. Identifikasi bagian-bagian tubuh 3. Identifikasi benda-benda 4. Identifikasi gambar-gambar 5. Identifikasi orang-orang dekat (familier) / anggauta ketuarga 6. Mengikuti perintah kata kerja 7. Identifikasi kata-kata kerja pada gambar 8. Identifikasi bend a-benda di tingkungan 9. Menunjuk gambar-gambar dalam buku 10. Identifikasi benda-benda menurut fungsinya 11. Identifikasi kepemilikan 12. Identifikasi suara-suara di lingkungan
D.
Kemampuan Bahasa
1. Menunjuk sesuatu yang diingini sebagai respons
Ekspresif
“Mau apa?” 2. Menunjuk secara spontan benda-benda yang diingini 3. Imitasi suara dan kata 4. Menyebutkan (melabel) benda-benda 5. Menyebutkan (melabel) gambar-gambar
32
JESSICA 070406034 Universitas Sumatera Utara
AUTISM CARE CENTER ARSITEKTUR PERILAKU
NO. KATEGORI
PELAJARAN 6. Mengatakan (secara verbal) benda-benda yang diinginkan 7. Meryatakan atau dengan isyarat dan tidak untuk sesuatu yang disukai (diingini) dan yang tidak disukai (tidak diingini) 8. Menyebutkan (melabel) orang-orang dekat.(familier) 9. Membuat pilihan 10. Saling menyapa 11. Menjawab pertanyaan-pertanyaan sosial 12. Menyebutkan (melabel) kata kerja di gambar,orang lain, dan diri sendini 13. Menyebutkan (melabel) benda sesuai fungsinya 14. Menyebutkan (melabel) kepemilikan
E.
Kemampuan Pre-Akademik
1. Mencocokkan a. Benda benda yang identik b. Gambar-gambar yang identik c. Benda dengan gambar d. Warna, bentuk, huruf, angka e. Benda-benda yang non-Identik f. Asosiasi (hubungan) antara berbagai benda 2. Menyelesaikan aktivitas sederhana secara mandiri 3. ldentifikasi warna-warna 4. ldentifikasi berbagai bentuk 5. ldentifikasi huruf-huruf 6. ldentifikasi angka-angka 7. Menyebut (menghafal) angka 1 sampai 10 8. Menghitung benda-benda
F.
Kemampuan bantu diri
1. Minum dan gelas 2. Makan dengan rnenggunakan sendok dan garpu
33
JESSICA 070406034 Universitas Sumatera Utara
AUTISM CARE CENTER ARSITEKTUR PERILAKU
NO. KATEGORI
PELAJARAN 3. Melepas sepatu 4. Melepas kaos kaki 5. Melepas celana 6. Melepas baju 7. Menggunakan serbet tissue 8. Toilet-training untuk buang air kecil
Sumber : Sapurto, W. Adi, skripsi untuk mencapai derjat sarjana S1, Rancangan Komunikasi Visual dalam Terapi Multimedia Interaktif untuk Anak Autis, FSRD. Unv. Tarumanagara : Jakarta. 2002
II.3. Studi Kelayakan Dengan bertambahnya penduduk setiap tahun, semakin meningkat pula jumlah penderita autis di Indonesia. Sementara jumlah pusat rehabilitasi yang ada tidak dapat menampung semua anak penyandang autis. Tabel 2.13 Jumlah Penduduk Kota Medan tahun 2000-2009
Laki-laki
Perempuan
Jiwa
Jiwa
2000
945 847
958 426
1 904 273
2001
960 477
966 043
1 926 520
2002
979 106
984 776
1 963 882
2003
990 216
1 003 386
1 993 602
2004
995 968
1 010 174
2 006 142
2005
1 012 040
1 024 145
2 036 185
2006
1 027 607
1 039 681
2 067 288
2007
1 034 696
1 048 460
2 083 156
2008
1 039 707
1 062 938
2 102 645
2009
1 049 457
1 071 596
2 121 053
Tahun
Jumlah
Sumber : BPS Kota Medan
Tabel 2.14 Jumlah Penduduk dengan Umur 0-14 Kota Medan Tahun 2009
Kecamatan
Jumlah (jiwa)
Medan Belawan
25 675
Medan Marelan
33 619
34
JESSICA 070406034 Universitas Sumatera Utara
AUTISM CARE CENTER ARSITEKTUR PERILAKU
Kecamatan
Jumlah (jiwa)
Medan Labuhan
28 976
Medan Deli
39 787
Medan Timur
30 255
Medan Perjuangan
27 817
Medan Tembung
37 661
Medan Area
29 027
Medan Denai
37 173
Medan Amplas
30 593
Medan Johor
54 628
Medan Baru
11 761
Medan Kota
22 399
Medan Maimun
15 377
Medan Polonia
14 194
Medan Barat
21 025
Medan Helvetia
38 624
Medan Petisah
16 760
Medan Sunggal
29 406
Medan Selayang
22 772
Medan Tuntungan
18 718
Jumlah
586 247
Sumber : BPS Kota Medan
Tabel 2.15 Perhitungan Potensi Jumlah Penyandang Autisme dari umur 0-14tahun
Diketahui perbandingan anak autis dengan anak normal = 1 : 150-200 orang (Menkes,2008 & dr. Widodo, 2006). Maka diambil rata-ratanya = 150 + 200 = 175 2 Jadi, perbandingannya adalah 1 : 175 orang Diketahui : Perbandingan = 1:175 orang Jumlah anak (umur 0-14 thn) = 586 247
35
JESSICA 070406034 Universitas Sumatera Utara
AUTISM CARE CENTER ARSITEKTUR PERILAKU
Potensi Jumlah anak penyandang Autis = Jumlah anak (umur 0-14 thn) x Perbandingan = 586 247 x
1 175
= 3 349,982 orang
≈ 3 350 orang (jumlah penderita tiap tahun meningkat) Sumber : Olahan Pribadi
II.4. Lokasi Usulan Proyek II.4.1. Data Umum Lokasi Proyek Lokasi proyek berada di Kota Medan, Sumatera Utara, Indonesia. Letak geografis Kota Medan adalah sebagai berikut : 1. Nama kota
:
Medan
2. Luas
:
26 510 hektar (3,6% dari Sumatera Utara)
3. Letak
:
2º 27’ - 2º 47’ LU dan 98º 35’ - 98º 44’ BT
4. Ketinggian
:
2,5 - 37,5 meter di atas permukaan laut
5. Batas-batas
:
- Utara : Kab.Deli Serdang - Timur : Kab.Deli Serdang - Selatan : Kab.Deli Serdang - Barat
: Kab.Deli Serdang
6. Iklim
:
Tropis
7. Suhu
:
23ºC – 24,1ºC (min) hingga 30,6ºC – 33,1ºC (max)
8. Kelembaban udara
:
rata-rata 78 – 82%
9. Kecepatan angin
:
rata-rata 0,42 m/sec
Gambar 2.2 Lokasi Proyek Sumber : Peta Medan 2010
36
JESSICA 070406034 Universitas Sumatera Utara
AUTISM CARE CENTER ARSITEKTUR PERILAKU
II.4.2. Kriteria Pemilihan Lokasi Proyek Untuk mendirikan suatu museum yang baik, sebaiknya diawali dengan kegiatan studi kelayakan. Bila hasil studi kelayakan tersebut ternyata layak untuk mendirikan suatu pusat rehabilitasi, maka perlu diperhatikan persyaratan-persyaratan teknis yang harus dipenuhi sebagai bahan perencanaan pembangunan tersebut: 1. Lokasi harus strategis. Strategis di sini bukan harus berada di pusat kota atau daerah kota yang ramai, melainkan lokasi yang mudah dijangkau oleh umum dengan transportasi apapun dan pejalan kaki. 2. Lokasi harus sehat yang berarti: i. Lokasi tidak terletak pada daerah perindustrian yang banyak menimbulkan polusi udara. ii. Lokasi tidak berada daerah yang bertanah rawa atau berlumpur atau tanah yang berpasir, dan elemen-elemen iklim yang berpengaruh pada lokasi yaitu terkait kelembaban udara, kelembaban udara harus mencapai kenetralan antara 55-65%.
Tabel 2.16 Kriteria Pemilihan Lokasi
No 1
Kriteria Pemilihan Lokasi Tinjauan terhadap arsitektur kota
Keterangan Lokasi yang dipilih dekat dengan bagian pusat kota dengan pertimbangan efisiensi dan berskala kota.
2
Pencapaian
Lokasi harus dapat dicapai dari berbagai arah dan dengan segala alternatif (kendaraan umum, pribadi, pejalan kaki)
3
Area pelayanan
Lokasi memiliki area pelayanan ±1 km dari berbagai fasilitas seperti bank, pusat perbelanjaan , area perdagangan , pasar, kantor, dll
4
Sarana dan Prasarana
Tersedia sarana dan prasarana seperti jalan raya , rambu lalu lintas , dll dan jaringan utilitas seperti jaringan PLN , PDAM , Telkom , Riol Kota , dll
5
Persyaratan lain
Lokasi harus memiliki tingkat privasi yang tinggi dan cocok digunakan sebagai fasilitas kesehatan.
37
JESSICA 070406034 Universitas Sumatera Utara
AUTISM CARE CENTER ARSITEKTUR PERILAKU
No
Kriteria Pemilihan Lokasi
Keterangan Lokasi harus jelas kepemilikannya, terkait dengan pembebasan lahan, potensi dan peraturan yang berlaku.
Sumber : Olahan Pribadi
II.4.3. Kriteria Desain Tapak Menurut Brian Hall dalam The Manual of Planning, masalah penyelesaian tapak harus mengikuti kriteria-kriteria tapak utama, yaitu: 1. Keamanan i.
Fisik dinding yang tidak dapat dimasuki dengan mudah, setiap bukaan untuk entrance, pencahayaan atau ventilasi, harus terkontrol.
ii.
Pintu keluar masuk dibatasi dan dijaga, termasuk untuk pengelola.
iii.
Tersedia pintu keluar darurat.
iv.
Alarm yang dihubungkan dengan pos sekuriti bangunan.
v.
Perlindungan terhadap bahaya kebakaran.
2. Lingkungan i.
Lingkungan aman dan tertata baik. a. Konservasi o
Sebaiknya tidak berada pada daerah dengan tingkat polusi tinggi, karena akan membuat biaya operasinal dan maintance menjadi mahal untuk pengkondisian dan penyaringan udara.
b. Ruang Ekspansi (perluasan) o
Lahan cukup luas untuk pengembangan secara horizontal.
o
Taman untuk ekspansi pada masa yang akan datang.
c. Loading Area o
Tersedia ruang untuk troly/mobil barang (misalnya 15 m), dan cukup untuk manuver kendaraan tersebut.
d. Ruang Luar o
Courtyard sebagai titik awal tempat istirahat bagi pengunjung.
Kriteria tapak untuk akses publik, meliputi faktor-faktor sebagai berikut: 1. Pencapaian 38
JESSICA 070406034 Universitas Sumatera Utara
AUTISM CARE CENTER ARSITEKTUR PERILAKU
i. Kemudahan pencapaian oleh kendaraan pribadi atau angkutan umum dan tersedia juga jalur pejalan kaki. 2. Parkir i. Tersedia parkir untuk pengunjung, pengelola dan servis. ii. Mudahnya mengenal entrance, jalan keluar, tersedia parkir beratap,kanopi. 3. Kemudahan Dilihat (visibility) i. Sebaiknya tapak berada dekat simpang/sudut jalan utama (daripada di tengahtengah blok bangunan), agar dapat menjadi issue untuk menarik donor dan dana masyarakat. ii. Dapat menimbulkan image, memberi image, memberi impresi besar/agung. a. Ketentuan Khusus o Tanda penunjuk arah jelas terlihat. o Tersedia parkir khusus untuk penyandang cacat, yaitu dekat dengan pintu utama. o Jalan ke bangunan dengan memakai ramp. o Penataan titik penurunan antara tapak dengan jalan. II.4.4. Analisa Pemilihan Lokasi Kota Medan sebagai pusat administrasi pemerintahan, pusat industri, pusat distribusi, pusat jasa pelayanan keuangan, pusat komunikasi, pusat akomodasi jasa kepariwisataan, dan pusat perdagangan regional dan internasional, maka dalam pelaksanaannya studi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kotamadya Medan menetapkan adanya satuan-satuan Wilayah Pengembangan Pembangunan (WPP), dimana tujuan dari WPP ini adalah mengoptimalkan pembangunan di setiap sektor atau wilayah. WPP Kotamadya Medan dibagi menjadi lima wilayah (gambar dan tabel), yaitu :
39
JESSICA 070406034 Universitas Sumatera Utara
AUTISM CARE CENTER ARSITEKTUR PERILAKU WPP A
WPP D CBD, pusat pemerintahan, perumahan, perkantoran, hutan kota ,dan pusat pendidikan
Merupakan Kawasan Pelabuhan, industri, pemukiman, rekreasi, maritim, pendidikan.
WPP B Merupakan kawasan perkantoran , perdagangan, rekreasi indoor, pemukiman, pendidikan.
WPP E Perumahan, perdagangan, pendidikan, kesehatan, konservasi, lapangan golf dan hutan kota.
WPP C Merupakan kawasan pemukiman,pendidikan,re kreasi, kesehatan,perdagangan
Gambar 2.3 Peta Kota Medan dan WPP Sumber : RUTRK Medan
Tabel 2.17 Potensi Pengembangan Wilayah Kota Medan WPP A
B
C
Cakupan
Pusat
Peruntukan
Program
Kecamatan
Pengembangan
Lahan
Pembangunan
M. Belawan
Pelabuhan,
Jalan baru, jaringan
M. Marelan
Industri,
air minum, septic tank,
M. Labuhan
Permukiman,
sarana pendidikan
Rekreasi, Maritim
dan permukiman.
Perkantoran,
Jalan baru, jaringan
Perdagangan,
air minum,
Rekreasi Indoor,
pembuangan sampah,
Permukiman
sarana pendidikan.
Permukiman,
Sambungan air
M. Perjuangan
Perdagangan,
minum, septic tank,
M. Tembung
Rekreasi
jalan baru, rumah
M. Deli
M. Timur
BELAWAN
TJ. MULIA
AKSARA
M. Area
permanen, sarana
40
JESSICA 070406034 Universitas Sumatera Utara
AUTISM CARE CENTER ARSITEKTUR PERILAKU
WPP
D
Cakupan
Pusat
Peruntukan
Program
Kecamatan
Pengembangan
Lahan
Pembangunan
M. Denai
pendidikan dan
M. Amplas
kesehatan.
M. Johor
INTI KOTA
CBD, Pusat
Perumahan
M. Baru
Pemerintahan,
permanen,
M. Kota
Hutan Kota,
pembuangan sampah,
M. Maimoon
Pusat
sarana pendidikan.
M Polonia
Pendidikan, Perkantoran, Rekreasi Indoor, Permukiman
E
M. Barat
SEI SEKAMBING
Permukiman,
Sambungan air
M. Helvetia
Perkantoran,
minum, septic tank,
M. Petisah
Perdagangan,
jalan baru, rumah
M. Sunggal
Konservasi,
permanen, sarana
M. Selayang
Rekreasi,
pendidikan dan
M. Tuntungan
Lapangan Golf,
kesehatan.
Hutan Kota Sumber : RUTRK Medan
Berdasarkan tinjauan WPP Kota Medan , maka wilayah yang cocok untuk proyek bangunan ini adalah di WPP E , dimana terdapat pengembangan terhadap pusat kota dan terdapat kawasan kesehatan.
41
JESSICA 070406034 Universitas Sumatera Utara
AUTISM CARE CENTER ARSITEKTUR PERILAKU
6
2 Site 3
8 Site 2
3 4
5
7 Site 1
1
Angka 1-8 : Potensi jumlah anak penyandang autism umur 0-14 tahun
Gambar 2.4 Analisa Pemilihan Site Sumber : Analisis Pribadi
II.4.5. Lokasi Proyek Lokasi Autism Care Center sebagai sarana kesehatan lebih baik berada di daerah dekat dengan fasilitas kesehatan lainnya (Rumah Sakit), dimana Autism Care Center berfungsi
42
JESSICA 070406034 Universitas Sumatera Utara
AUTISM CARE CENTER ARSITEKTUR PERILAKU
untuk memberikan informasi tentang Gangguan Perkembangan Autisme kepada masyarakat. Adapun lokasi alternatif Autism Care Center adalah : A. Alternatif 1 Lokasi berada di Jalan Letjen Jamin Ginting dengan luas lahan ± 1,2 Ha terletak di Kecamatan Medan Tuntungan. Berdekatan dengan RSU Mitra Persada , Yayasan Perguruan Kristen Sion, Apotik. Gambar 2.5 Peta alternatif 1 Sumber : Peta Medan 2010
B. Alternatif 2
Lokasi berada di Jalan Gaperta dengan luas lahan ± 1,6 Ha terletak di Kecamatan Medan Helvetia.
Berdekatan
dengan
Kolam
Renang
Kartika, SPBU Pertamina
Gambar 2.6 Peta alternatif 2 Sumber : Peta Medan 2010
C. Alternatif 3 Lokasi berada di Jalan Tengku Amir Hamzah dengan luas lahan ± 2,5Ha terletak di Kecamatan Medan Helvetia. Berdekatan dengan Griya Dome, SPBU Pertamina, Restoran Griya Ben, Rumah Sakit Sari Mutiara, Mesjid. Gambar 2.7 Peta alternatif 3 Sumber : Peta Medan 2010
43
JESSICA 070406034 Universitas Sumatera Utara
AUTISM CARE CENTER ARSITEKTUR PERILAKU
Tabel 2.18 Perbandingan Alternatif Site Kriteria Luas lahan Tingkatan Jalan Pencapaian ke Lokasi
Jangkauan terhadap Struktur kota
Fungsi Pendukung sekitar lokasi
RUTRK (Pengembangan Perdagangan dan Rekreasi) Fungsi eksisting
Kontur Pengenalan Entrance
Total Nilai Peringkat Sumber : Olahan Pribadi
Alternatif 1 (1) 1.2 Ha (3) Jalan Arteri Primer (3) Mudah karena dapat diakses dari segala penjuru Medan baik dengan kendaraan pribadi maupun angkutan umum (2) Berada di pinggiran kota dan merupakan daerah pengembangan sarana pendidikan dan kesehatan. (3) Rumah Sakit, Apotik, Pendidikan, Pemukiman Mewah. (3) Sesuai
(2) Pertokoan/ruko Realtif datar (3) Baik Berada di pinggir jalan arteri 19 2
Lokasi Alternatif 2 (2) 1.6 Ha (2) Jalan Sub-Lingkungan (3) Mudah karena dapat diakses dari segala penjuru Medan baik dengan kendaraan pribadi maupun angkutan umum (2) Berada di pinggiran kota dan merupakan daerah pengembangan sarana pendidikan dan kesehatan. (3) Fasilitas umum (kolam renang) (3) Sesuai
(2) Pertokoan /Rumah Tinggal Realtif datar (2) Baik Berada pada pinggir jalan sub-lingkungan 17 3
Alternatif 3 (3) 2.5 Ha (3) Jalan Arteri Primer (3) Mudah karena dapat diakses dari segala penjuru Medan baik dengan kendaraan pribadi maupun angkutan umum (2) Berada di pinggiran kota dan merupakan daerah pengembangan sarana pendidikan dan kesehatan (3) Kolam Renang, Convention Hall, Spa, Restoran, Rumah Sakit. (3) Sesuai
(3) Tanah Kosong Realtif datar (3) Baik Berada pada pinggir jalan arteri 23 1
Keterangan : 3 : Baik sekali
1 : Cukup
2 : Baik
0 : Kurang
44
JESSICA 070406034 Universitas Sumatera Utara
AUTISM CARE CENTER ARSITEKTUR PERILAKU
II.4.6. Deskripsi Lokasi Sebagai Tapak Rancangan i. Kasus Proyek : Autism Care Center ii. Status Proyek : Fiktif iii. Pemilik Proyek
: Pihak Swasta
iv. Lokasi Tapak : Jl. Tengku Amir Hamzah Kecamatan Medan Helvetia o Batas Utara
:
Tanah Kosong dan Pemukiman
o Batas Timur
:
Gg.Mulia
o Batas Selatan
:
Jl.Tengku Amir Hamzah
o Batas Barat
:
Perumahan penduduk
v. Luas Lahan
: + 2,5 Ha (+ 25.000 m2)
vi. Kontur
: Datar
vii. KDB
: 73 %
viii. KLB
: 3-4 lantai
ix. GSB o Jl. Pembangunan
:
8 meter
o Gg. Mulia
:
5 meter
o Jl. T.A. Hamzah
:
12 meter
x. Bangunan Eksisting : Ruko, Rumah Penduduk, Sarana Pendidikan, Perkantoran. xi. Potensi Lahan : o Terletak dekat pusat kota. o Berada pada kawasan perumahan dan kesehatan. o Transportasi lancar dan baik. o Luas site mendukung + 2,5 Ha. o Memiliki jalur utilitas yang baik. II.4.7. Tinjauan Fungsi Berikut ini akan diuraikan tinjauan fungsi berupa pengguna, kegiatan, kebutuhan ruang, dan persyaratan ruang.
II.4.7.1. Deskripsi Pengguna dan Kegiatan Pelaku kegiatan yang terlibat dalam fasilitas pusat rehabilitasi ini dari hasil survei lapangan dan wawancara secara umum adalah: 45
JESSICA 070406034 Universitas Sumatera Utara
AUTISM CARE CENTER ARSITEKTUR PERILAKU
1. Pengunjung
Orangtua anak penyandang autisme
125 orang
Anak penyandang Autisme
400 orang
Orang PKL/calon terapis
80 orang
2. Tenaga Medis dan Terapis
Dokter anak
3 orang
Perawat
5 orang
Terapis
200 orang
Guru Musik
3 orang
Guru Lukis
3 orang
3. Pengelola
Kepala
1 orang
Wakil Kepala
1 orang
Kabid Pelayanan Medis dan Terapi
2 orang
Kabid Keuangan
2 orang
Kabid Umum
2 orang
Kabid Personalia
2 orang
Kabid Tata Usaha
2 orang
Kabid Hukum
2 orang
Pegawai Keamanan
8 orang
Pegawai Resepsionis
4 orang
Pegawai Kebersihan
12 orang
Penjaga Perpustakaan
4 orang
Pegawai Konsumsi
20 orang
Pegawai Tata Usaha
4 orang
Pegawai Perawatan Bangunan
5 orang
Jumlah pemakai bangunan ini
=
890 orang
Terapis-terapis yang menggunakan bangunan ini, antara lain: a. Terapis Perilaku
46
JESSICA 070406034 Universitas Sumatera Utara
AUTISM CARE CENTER ARSITEKTUR PERILAKU
Terapis Perilaku berupaya untuk memperbaiki perilaku anak yang berlebihan atau kekurangan. Dalam terapi perilaku, fokus penanganan terletak pada pemberian reinforcement positif setiap anak merespon dengan benar sesuai instruksi yang diberikan. Tidak ada hukuman dalam jenis terapi ini, namun apabila anak merespon tidak sesuai/tidak tepat atau bahkan tidak merespon, maka tidak diberikan reinforcement yang anak sukai.
Secara teoritis, prinsip terapi ini dapat dijabarkan sebagai A B C, dimana A adalah Antencedent (instruksi yang diberikan), B adalah Behaviour (perilaku yang dilakukan untuk merespon), kemudian C adalah Consequence (imbalan atas respons yang diberikan). Tujuan dari terapi ini adalah untuk meningkatkan pemahaman anak dan kepatuhan anak terhadap aturan yang berlaku.
b. Terapis Wicara Terapis wicara bekerja untuk membantu anak-anak yang mengalami gangguan/kesulitan dalam berkomunikasi. Gangguan komunikasi pada Autistic Spectrum Disorder (ASD) bersifat : (i) verbal; (ii) non-verbal; (iii) kombinasi. Terapi yang dapat diberikan oleh Terapis Wicara, yaitu: 1.
Untuk organ bicara dan sekitarnya, yang bersifat fungsional, diberikan latihan oral peripheral mechanism exercises dan oral motor activities sesuai dengan kesulitan bicara yang diderita.
2.
Untuk
artikulasi/pengucapan
yang
kurang
sempurna.
Kesulitan
pada
artikulasi/pengucapan dapat dibagi menjadi : i. Substitution/penambahan (misalnya: rumah-lumah) ii. Omission (misalnya: sapu-apu) iii. Distortion (pengucapan dengan konsonan yang salah) iv. Indistinct (ketidak-jelasan) v. Addition (penambahan) Latihan yang dapat diberikan adalah Proprioceptive Neuromuscular. 1.
Untuk tahapan bahasa, yaitu: i
Phonology (bunyi bahasa)
ii Semantics (kata), termasuk pengembangan kosa kata iii Morphology (perubahan pada kata) iv Syntax (kalimat), termasuk tata bahasa 47
JESSICA 070406034 Universitas Sumatera Utara
AUTISM CARE CENTER ARSITEKTUR PERILAKU
v
Discourse (pemakaian bahasa dalam konteks yang lebih luas)
vi Metalinguistics (bagaimana cara berbahasa) vii Pragmatics (bahasa dalam konteks sosial) 2.
Untuk gangguan suara Gangguan yang dimaksud adalah nada yang tidak tepat, intensitas, kualitas, penyimpangan lainnya yang menggangu komunikasi, yang dapat memberi perhatian negatif pada pembicara, juga dapat mempengaruhi pembicara dan pendengar, serta tidak pantas untuk umur, jenis kelamin, bahkan budaya dari pembicara/pendengar.
3.
Untuk pendengaran Apabila juga terdapat gangguan pendengaran, maka penderita dapat dirujuk ke dokter yang terkait (THT).
Terapis Wicara dapat menggunakan alat bantu berupa gambar atau simbol atau bahasa isyarat sebagai kode bahasa. Bentuk pelayanan terapi wicara di sarana, meliputi : 1.
Terapi individu (pendekatan secara individual terhadap masing-masing penderita)
2.
Terapi kelompok (pendekatan secara kelompok, dimana pada kelompok ini, masing-masing individunya telah mencapai level komunikasi yang sama).
3.
Konsultasi (memberikan pelayanan terapi yang bersifat promotif atau preventif terhadap lingkungan terdekat penderita dan pihak keluarga penderita).
4.
Pelatihan dan Seminar (pemberian informasi kepada keluarga, guru-guru sekolah, maupun profesi lainnya).
c. Terapis Biomedis Banyaknya gangguan metabolisme dalam tubuh anak penyandang autisme juga mengganggu kerja syaraf sehingga fungsi otak terganggu. Yang sering ditemukan adalah multiple food allergy, gangguan pencernaan, peradangan dinding usus, adanya exomorphin dalam otak (dari casein dan gluten), gangguan keseimbangan mineral tubuh, dan keracunan logam berat, misalnya timbal (Pb), merkuri/raksa (Hg), Arsen (As), Cadmium (Cd) dan Antimoni (Sb). Logam berat tersebut merupakan racun otak yang kuat. Terapi ini tidak dapat menggantikan terapi-terapi lainnya, bersifat hanya melengkapi dan memperbaiki ”dari dalam”. 48
JESSICA 070406034 Universitas Sumatera Utara
AUTISM CARE CENTER ARSITEKTUR PERILAKU
d. Terapis Auditori Salah satu metode yang diterapkan adalah metode Tomatis. Metode ini dicetuskan oleh seorang dokter dari Perancis, Prof. Alfred Tomatis, yang juga ahli syaraf dan THT. Beliau membuktikan bahwa suara dengan frekuensi tinggi (yang disebutnya dengan charging sound) akan menyalurkan energi ke sistem saraf pusat di otak dengan bantuan telinga elektronik. Beliau menyimpulkan jika otak terisi energi dengan baik, maka seseorang dapat berkonsentrasi , mengingat, dan belajar untuk waktu yang lebih lama. Penelitiannya pertama kali diakui Academie de Medicine and the Academie des Sciences pada tahun1957. Metode Tomatis ini disebut juga dengan ”Auditory Training” ,”Auditory Stimulation” dan ”Listening Therapy”.
e. Terapis Okupasi Sebagian besar hasil penelitian menunjukkan bahwa, anak dan orang dewasa dengan ASD (Autism Spectrum Disorder), menunjukkan perilaku-perilaku yang tidak biasa terhadap suatu respon sensorik (O’Neil dan Jones, 1997 dalam Bundy, Lane dan Murray, 2002). Mereka mengalami kesulitan untuk mengolah input sensorik yang masuk, misalnya bila dipanggil namanya mereka tidak merespon, diajak bicara, tidak menanggapi (Ayres, 1979).
Istilah sensory integration (SI) pertama kali dicetuskan oleh DR. Ayres. Beliau seorang psikolog pendidikan, neuropsychologist dan terapis okupasi. Ayres mengemukakan adanya hubungan antara perilaku seseorang dengan perkembangan fungsi otak. Teori SI menjelaskan bagaimana cara otak menerima dan memproses stimulus atau input sensorik dari lingkungan di sekitar kita dan dari dalam tubuh kita sendiri. Apabila seorang anak dapat memproses input sensorik dengan baik, maka ia akan berperilaku secara adaptif. Akan tetapi bila seorang anak tidak dapat memproses input sensorik dengan baik, maka perilaku yang muncul seperti yang digambarkan pada alinea sebelumnya. Anak akan berespon secara berlebihan pada suatu input yang sebenarnya tidak membahayakan atau anak mengabaikan input yang masuk (perilaku maladaptive). Menurut Bundy, Lane dan Murray (2002), SI adalah teori hubungan antara otak dan perilaku. Ayres (1972) mendefinisikan Sensory Integration sebagai: “The neurological process that organized sensation from one’s own body and from environmental and make it possible to use the body effectively within the environment” 49
JESSICA 070406034 Universitas Sumatera Utara
AUTISM CARE CENTER ARSITEKTUR PERILAKU
or “ The ability to organized sensation for use” (Proses neurologis individu dalam mengorganisasikan sensasi dari dalam diri dan dari lingkungan sekitar dan dapat digunakan secara efektif dalam lingkungannya).
Melalui panca indra, manusia memperoleh informasi tentang kondisi fisik dan lingkungan yang berada di sekitarnya (Ayres, 1979). Informasi sensorik (Sensory information) berasal dari: a. Mata (Visual) Disebut juga indera penglihatan. Terletak pada retina. Fungsinya menyampaikan semua informasi visual tentang benda dan menusia.
b. Telinga (Auditory) Disebut juga indera pendengaran, terletak di telinga bagian dalam. Fungsinya meneruskan informasi suara. Ayres (1972) menyebutkan adanya hubungan antara sistem auditory ini dengan perkembangan bahasa. Apabila sistem auditory mengalami gangguan, maka perkembangan bahasanya juga akan terganggu.
c. Hidung (Olfactory) Disebut juga indera pembau, terletak pada selaput lendir hidung, fungsinya meneruskan informasi mengenai bau-bauan (bunga, parfum, bau makanan).
d. Lidah (Gustatory) Disebut juga indera perasa, terletak pada lidah, fungsinya meneruskan informasi tentang rasa (manis, asam, pahit,dan lain-lain) dan tektur di mulut (kasar, halus, dan lain-lain).
e. Kulit (Tactile) Taktil adalah indera peraba. Terletak pada kulit dan sebagian dari selaput lendir. Bayi yang baru lahir, menerima informasi untuk pertama kalinya melalui indera peraba ini. Trott, Laurel dan Windeck (1993), menjelaskan bahwa: “Processing tactile information effectively allow us to feel save, which in turn allows us to bond with those who love us and to develop socially and emotionally.” 50
JESSICA 070406034 Universitas Sumatera Utara
AUTISM CARE CENTER ARSITEKTUR PERILAKU
Sistem taktil ini mempunyai dua sifat, yaitu diskriminatif dan protektif. Diskriminatif adalah kemampuan membedakan rasa (kasar, halus, dingin, panas), sedangkan sifat protektif adalah kemampuan untuk menghindar atau menjaga dari input sensorik yang berbahaya. Dari sifat kedua ini, akan menimbulkan respon flight, fright dan fight (Trott, Laurel dan Windeck, 1993).
f. Otot dan persendian (Proprioceptive) Ayres (1979) menyebutkan bahwa proprioseptif merupakan sensasi yang berasal dari dalam tubuh manusia, yaitu terdapat pada sendi, otot, ligamen dan reseptor yang berhubungan dengan tulang. Ayres (1979) menyebutkan bahwa sistem vestibular dan proprioseptif merupakan dua sistem yang spesial dan Ayres menyebutnya sebagai “The Hidden Sense”. Input proprioseptif ini menyampaikan informasi ke otak tentang kapan dan bagaimana otot berkontraksi (contracting) atau meregang (stretching), serta bagaimana sendi dibengkokkan (bending), diperpanjang (extending), ditaril (being pull) atau ditekan (compressed). Melalui informasi ini, individu dapat mengetahui dan mengenal bagian tubuhnya dan bagaimana bagian tubuh tersebut bergerak (dalam Ayres, 1972).
g. Keseimbangan / balance (Vestibular) Ayres (1979) menyebut sistem vestibular ini sebagai “business center”, karena semua sistem sensorik berkaitan dengan sistem ini. Sistem vestibular ini terletak pada labyrinth di dalam telinga bagian tengah. Fungsinya meneruskan informasi mengenai gerakan dan gravitasi. Sistem ini sangat mempengaruhi gerakan kepala dalam hubungannya dengan gravitasi dan gerakan cepat atau lambat (Accelerated or decelerated movement), gerakan bola mata (okulomotor), tingkat kewaspadaan (level of arousal) dan emosi. Tabel 2.19 Proses penerimaan input
Sumber : Tri Gunadi, OTR (Ind), S.Psi, Autism Awareness Festival,18 Sept 2008 51
JESSICA 070406034 Universitas Sumatera Utara
AUTISM CARE CENTER ARSITEKTUR PERILAKU
Ayres (1979) menyebutkan gangguan SI adalah “The brain is not processing or organizing the flow of sensory impulses in a manner that give individual good, precise information about himself and his world” Individu dengan SID seringkali salah mengartikan informasi yang masuk, seperti suara, sentuhan dan gerakan. Individu ini merasa dihujani dengan informasi dan tidak dapat memproses informasi yang masuk. Lane, Miller dan Hanft (2000) membagi SID menjadi 3 kelompok. Tabel 2.20 Kelompok Gangguan Sensory Integration
Sumber : Tri Gunadi, OTR (Ind), S.Psi , Autism Awareness Festival,18 Sept 2008
Terapi okupasi dengan pendekatan SI menggunakan pendekatan bermain dengan anak, karena dunia bermain adalah dunia terdekat untuk dapat menggambarkan perilaku anak. Di dalam ruang terapi, disediakan berbagai macam input untuk dapat diolah , input yang tersedia: input proprioseptif berupa perlengkapan main, yaitu luncuran, “prosotan”, input vestibular, berupa berbagai macam bentuk ayunan, trampolin. Input taktil (kulit) diwakili oleh bermacam-macam tektrus permukaan lantai, kain, dll.
Ciri dari terapi Sensory Integration adalah : a. Anak merasakan dan terlibat dengan input yang ada di sekitarnya (sensory enriched). b. Fungsi dari terapis adalah sebagai fasilitator dan anak yang menentukan arah / keinginannya. c. Tidak boleh memaksakan kehendak, karena fungsi terapis hanya sebagai fasilitator, anak yang menentukan. d. Just the right challenge: tingkat kesulitan harus selangkah lebih maju dibandingkan kemampuan anak sekarang. Tantangan yang diberikan tidak terlalu sulit tapi juga memiliki kemungkinan gagal.
52
JESSICA 070406034 Universitas Sumatera Utara
AUTISM CARE CENTER ARSITEKTUR PERILAKU
e. FUN, arti kata FUN ini adalah permainan harus menyenangkan dari sudut pandang anak, bukan dari sudut pandang terapis.
Beberapa teknik yang digunakan dalam terapi okupasi dengan pendekatan SI: a. Wilbarger protocol b. MORE (Motor, Oral Respiratory and Eye coordination) c. Listening therapeutic d. Sensory base activity Terapi okupasi dengan pendekatan SI dapat memperbaiki fungsi otak pada anak dengan ASD, sehingga perilaku anak menjadi lebih adaptif. Antara lain (Utama, 2003): a. Setelah terapi ini dilakukan, anak dapat memproses berbagai informasi sensorik dengan lebih baik b. Anak mampu menyimak dan mulai merespon usaha orang tua atau pengasuh untuk melakukan interaksi sosial. Hal ini dapat membantu perkembangan emosi dan kognitifnya. c. Masalah regulasi, seperti pola tidur, makan, biasanya berkurang pada bulan-bulan pertama terapi. Perbaikan fungsi ini biasanya diikuti dengan perbaikan kesehatan anak secara keseluruhan. d. Ekspresi wajah mulai bervariasi. e. Kemajuan dalam keinginan untuk melakukan interaksi (joint attention). f. Anak- anak yang memiliki kecenderungan high arousal (mudah marah, mudah frustasi, cemas, emosi tinggi disebabkan karena stimulus tertentu), setelah mengikuti terapi, dapat mengontrol emosinya dengan lebih baik. g. Perbaikan kemampuan motorik anak (motorik kasar, motorik halus, oral motor). h. Perbaikan dalam keterampilan praksis. Hal ini akan membantu anak dalam mengorganisasikan perilaku yang lebih bermakna (mengurangi perilaku stereotipik).
Beberapa kerangka acuan yang distandarisasi oleh WFOT (World Federation of Occupational Therapy), yaitu: a. Kerangka Acuan Psikososial i
Behaviour/Perilaku
ii Object Relation iii Cognitive Behaviour
53
JESSICA 070406034 Universitas Sumatera Utara
AUTISM CARE CENTER ARSITEKTUR PERILAKU
iv Occupational Behaviour b. Kerangka Acuan Sensomotorik-multisensoris c. Neuro Development Treatment (NDT) d. Sensory Integration e. Movement therapy
Tujuan dari terapi ini agar anak dapat memiliki : a. Kemampuan dalam mengolah informasi secara tepat. b. Kemampuan berkonsentrasi. c. Kemampuan berorganisasi. d. Self-esteem/kemampuan mengontrol diri. e. Percaya diri. f. Kemampuan dalam hal akademik. g. Kemampuan berpikir abstrak. h. Kemampuan spesialisasi dari masing-masing sisi otak.
Jadi, kelompok kegiatan fasilitas Autism Care Center ini dapat dibagi menjadi: Tabel 2.21 Kelompok Kegiatan
No.
Kelompok Kegiatan
Uraian Kegiatan
1.
Utama
2.
Tambahan
3.
Pelayanan
4.
Pengelolaan
- Kegiatan terapi terhadap anak penyandang autisme. - Kegiatan mendidik dan penyuluhan kepada publik dan masyarakat. - Makan minum. - Bilas dan berganti pakaian. - Pelatihan tenaga terapis/PKL. - Memeriksa kesehatan. - Membaca buku. - Memarkirkan kendaraan roda dua atau empat. - Mengabsensi kedatangan/kepulangan pengelola/karyawan. - Menerima kedatangan pengunjung/tamu. - Pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K). - Kegiatan manajemen. - Kegiatan administratif. - Kegiatan pengawasan. - Kegiatan operasional. - Kegiatan keamanan.
54
JESSICA 070406034 Universitas Sumatera Utara
AUTISM CARE CENTER ARSITEKTUR PERILAKU
No.
Kelompok Kegiatan
5.
Teknikal
Uraian Kegiatan - Kegiatan pengawasan. - Kegiatan pemeliharaan. - Kegiatan perawatan dan kebersihan.
Sumber : Analisis Pribadi
II.4.7.2. Skema Aktivitas Pemakai dan Struktur Organisasi Skema aktivitas pemakai terdirri dari pengelola , karyawan , anak penyandang autisme, pengunjung , dan servis . Berikut ini adalah skema aktivitas pemakai bangunan : 1. Pengelola o Kepala Yayasan
Sumber : Analisis Pribadi
o Wakil Yayasan
Sumber : Analisis Pribadi
o Kabid Pelayanan Medis dan Terapi
Sumber : Analisis Pribadi
55
JESSICA 070406034 Universitas Sumatera Utara
AUTISM CARE CENTER ARSITEKTUR PERILAKU
o Kabid Keuangan/Umum/Personalia/Hukum
Sumber : Analisis Pribadi
o Kabid Tata Usaha
Sumber : Analisis Pribadi]
o Pegawai Keamanan
Sumber : Analisis Pribadi
o Pegawai Resepsionis
Sumber : Analisis Pribadi 56
JESSICA 070406034 Universitas Sumatera Utara
AUTISM CARE CENTER ARSITEKTUR PERILAKU
o Penjaga Perpustakaan
Sumber : Analisis Pribadi
o Pegawai Perawatan Bangunan
Sumber : Analisis Pribadi
2. Tenaga Medis dan Terapis o Dokter anak
Sumber : Analisis Pribadi
o Perawat
Sumber : Analisis Pribadi
57
JESSICA 070406034 Universitas Sumatera Utara
AUTISM CARE CENTER ARSITEKTUR PERILAKU
o Terapis
Sumber : Analisis Pribadi
o Guru Musik/Guru Lukis
Sumber : Analisis Pribadi
3. Pengunjung o Orangtua
Sumber : Analisis Pribadi
o Anak penyandang Autisme
Sumber : Analisis Pribadi
58
JESSICA 070406034 Universitas Sumatera Utara
AUTISM CARE CENTER ARSITEKTUR PERILAKU
o Orang PKL/calon terapis
Sumber : Analisis Pribadi
4. Servis
Sumber : Analisis Pribadi
Gambar 2.8 Struktur Organisasi Sumber : Analisis Pribadi
59
JESSICA 070406034 Universitas Sumatera Utara
AUTISM CARE CENTER ARSITEKTUR PERILAKU
II.4.7.3. Kebutuhan Ruang Tabel 2.22 Kebutuhan Ruang N
Jenis
o.
Ruang
1.
Terapi
Pengguna
Kegiatan
Nama Ruang
Zona Ruang
Terapis
Terapi Perilaku
Anak Penyandang
Terapi Wicara
Autis
Terapi Okupasi Terapi Pendidikan Hidroterapi
Ruang Terapi
Semipublik
Individu Ruang Terapi Kelompok Ruang Tunggu Whirpool Ruang Bilas Ruang Ganti Loker
Terapi Bermain
Ruang Bermain Indoor Ruang Bermain Outdoor
Main musik
Ruang Musik
Melukis
Ruang Lukis
Beristirahat
Ruang makan Toilet Kamar Mandi Anak
2.
Hunian
Anak Penyandang
Tidur
Kamar tidur
Makan minum
Ruang makan
Mandi/Buang air
Kamar
Privat
Autis Terapis Satpam Cleaning Service Perawat
3.
Kesehatan
Anak Penyandang Autis Terapis Dokter Anak Psikiater
mandi/Toilet Nonton
Ruang bersama
Memeriksa kesehatan anak
Ruang
Memeriksa kejiwaaan
Semipublik
Kesehatan
anak Memeriksa tingkat IQ
Klinik Dokter Klinik Psikiater
anak
60
JESSICA 070406034 Universitas Sumatera Utara
AUTISM CARE CENTER ARSITEKTUR PERILAKU
N
Jenis
o.
Ruang
Pengguna
Kegiatan
Nama Ruang
Zona Ruang
Perawat
Beristirahat
Toilet Kantin
Orangtua Anak
Ruang Istirahat Karyawan 4.
Penunjang
Anak Penyandang Autis Terapis Dokter Anak Psikiater Perawat
Membaca buku
Ruang baca
Mengembalikan buku
Ruang staff
Mendata buku Menyusun buku
Rak buku
Mengamankan buku
Ruang
Orangtua Anak Kepala Yayasan
pengaman buku Menitipkan barang
Wakil ketua yayasan
Beristirahat
Ruang Istirahat
Anak Penyandang
Calon Terapis/PKL
Toilet Kantin
/staff
Terapis
Ruang penitipan
Pegawai/karyawan
Autis
Semipublik
Karyawan Seminar Pelatihan terapi
Ruang Serba Guna
Dokter Anak Psikiater Perawat Orangtua Anak Kepala Yayasan Wakil ketua yayasan Pegawai/karyawan /staff Masyarakat Publik 5.
Pengelola
Kepala Yayasan
Bekerja
Wakil Ketua
Berkoordinasi
Ruang Kantor
Semipublik
Ketua Yayasan Ruang Kantor
Yayasan Pegawai/Karyawan
Wakil Ketua Yayasan
/ Staff
Kantor-kantor
61
JESSICA 070406034 Universitas Sumatera Utara
AUTISM CARE CENTER ARSITEKTUR PERILAKU
N
Jenis
o.
Ruang
Pengguna
Kegiatan
Nama Ruang
Zona Ruang
Ruang Rapat Beristirahat
Toilet Kantin Ruang Istirahat
6.
Servis
Juru Masak
Memasak
Dapur
Cleaning
Membersihkan ruangan
Gudang bahan
Service/Office Boy
Merawat mesin
Teknisi
Privat
makanan Ruang Laundry Ruang Genset Ruang Pompa Ruang Chiller Ruang Kontrol Ruang PABX Ruang CCTV Ruang Kontrol Pemadam Kebakaran
Beristirahat
Toilet Kantin Ruang Istirahat Karyawan
Sumber : Olahan Pribadi
II.4.8. Studi Banding Fungsi Sejenis 1.
Yayasan Abdi Kasih Yayasan Abdi Kasih berada di Jl. Rawe IV, kelurahan tangkahan. Yayasan ini merupakan jenis Sekolah Luar Biasa-C yaitu Sekolah khusus untuk tingkat kecacatan tuna grahita, namun juga terdapat fasilitas untuk anak autis. Tempat bermain yang ada disesuaikan dengan karakter anak-anak. Warna-warna yang digunakan adalah warna primer/warna dasar, misalnya merah, kuning, biru, hijau. Ruangan untuk terapi anak autis ada tiga, yaitu (i).Ruang terapi individu ,(ii).Ruang terapi kelompok ,(iii).Ruang bermain. Juga terdapat asrama bagi anak penyandang autisme yang berasal dari luar kota.
62
JESSICA 070406034 Universitas Sumatera Utara
AUTISM CARE CENTER ARSITEKTUR PERILAKU
Gbr 2.9 Ruang terapi kelompok Sumber : Data Pribadi
Gbr 2.10 Ruang terapi individu Sumber : Data Pribadi
Gbr 2.11 Peralatan terapi individu Sumber : Data Pribadi
Gbr 2.12 Ruang bermain Sumber : Data Pribadi
Gbr 2.13 Taman bermain Sumber : Data Pribadi
Gbr 2.14 Data Kelas Sumber : Data Pribadi
Gbr 2.15 Profil,Misi, dan Visi Sekolah Sumber : Data Pribadi
2. Tali Kasih Pusat Pelatihan bagi anak penyandang autisme ini berada di Jl.Kapten Muslim Komp.Griya Riatur, Medan. Anak-anak yang dilatih rata-rata berumur antara 3-18tahun. Ruangan yang digunakan untuk melakukan sesi terapi berukuran ±2.6m x 2.6m dengan
63
JESSICA 070406034 Universitas Sumatera Utara
AUTISM CARE CENTER ARSITEKTUR PERILAKU
pengguna satu orang anak dan satu orang terapis. Perabotan yang digunakan pun harus seminimal mungkin. Bukaan dari ruangan diusahakan minim, misalnya kaca pada pintu berukuran kecil, jendela ditutup dengan gorden, suhu dalam ruangan pun diatur sedemikian rupa agar anak merasa nyaman selama proses pelatihan.
3. Yayasan Autisma Indonesia Yayasan Autisma Indonesia berdiri bulan Maret 1997. Yayasan ini dibentuk karena makin banyak ditemukan penyandang autisma di Indonesia. Pada saat mencapai usia sekolah, anak-anak ini ditolak masuk sekolah TK biasa karena dianggap tidak bisa menerima instruksi guru dan perilaku mereka yang cenderung seenaknya dianggap mengganggu tata tertib sekolah. Untuk masuk Sekolah Luar Biasa pun mereka mungkin tidak cocok karena banyak dari mereka yang memiliki kecerdasan normal bahkan diatas rata-rata. Di Indonesia, pemerintah belum menyediakan fasilitas pendidikan bagi penyandang Autisma, sedangkan pendidikan swasta yang ada masih kurang memadai, maka timbullah gagasan dari sekelompok kecil profesional untuk mendirikan suatu pendidikan dan pelatihan bagi penyandang Autisma maupun keluarga yang dikelola secara terpadu dan profesional. Namun untuk itu tentu saja diperlukan dana yang sangat besar, oleh karena pendidikan anak autistik memerlukan sistem penanganan satu guru satu anak. Maka atas kerja sama sekelompok orang tua penyandang autisma dan sekelompk profesional di bidang medik dan pendidikan inilah dibentuk Yayasan Autisma Indonesia yang merupakan suatu badan sosial. Kegiatan yang telah dilakukan adalah antara lain simposium, pelatihan tatalaksana perilaku, dan parent support group. Kegiatan tersebut berjalan dengan sukses, dilihat dari minat, respon, antusiasme hadirin maupun beragamnya peserta selain orang tua, keluarga dan terapis, juga dihadiri oleh dokter umum, dokter spesialis, psikiater, psikolog dan profesional lainnya.
Misi dan tujuan yayasan adalah untuk membantu para penyandang autisma memperoleh penatalaksanaan dan pendidikan serta pelatihan yang sesuai dan terpadu sedini mungkin, sehingga perkembangan mereka dapat dibantu mencapai taraf semaksimal mungkin. Dengan demikian, diharapkan bahwa mereka dikemudian hari dapat hidup mandiri dalam masyarakat normal. Yayasan juga berperan sebagai pusat informasi bagi siapapun yang ingin mengetahui lebih banyak mengenai gangguan Autisma, dengan menyediakan literatur lengkap. Tujuan jangka panjang Yayasan adalah bukan hanya menjadi pusat informasi saja, tetapi menjadi pusat diagnostik, terapi, pendidikan dan penelitian. Yayasan 64
JESSICA 070406034 Universitas Sumatera Utara
AUTISM CARE CENTER ARSITEKTUR PERILAKU
Autisma sejak bulan Mei 1998 telah mempunyai kantor sekretariat yang baru di Jl. Warung Buncit Raya No.55 Lt.1 Jakarta Selatan – 12790 dengan telepon : 7971945 dan fax 7991355.
Susunan Pengurus Harian Umum Ketua : dr. Melly Budiman, DSJ Wakil Ketua I : Bimo Wicaksono, S.H. Wakil Ketua II : dr. Rudy Sutadi, DSA Sekretaris : Muljanti Zafar Bendahara dan Administrasi Keuangan : Lisa Sitorus
Seksi Ilmiah Ketua : Dyah Puspita, Spsi. Koordinator PSG : Angela Yusman Anggota : Muljanti Zafar, Ellen Solaiman, Marida Bimo Wicaksono, Ina Ginandjar, Tekun Prihatin, Theresia Wibisono, dr. Iramawaty Kamarul.
Seksi Dana dan Usaha Ketua : Jenner Yusman Anggota : Hardi Solaiman, A. Sitorus.
65
JESSICA 070406034 Universitas Sumatera Utara