Laporan Tugas Akhir Museum Seni Visual Bandung
BAB II DESKRIPSI PROYEK 2.1 Deskripsi Proyek Nama Proyek
: Museum Seni Visual Bandung
Status Proyek
: Fiktif
Pemilik Proyek
: Pemerintah Kota Bandung
Sumber Dana
: Pemerintah
Lokasi
: Kelurahan Cihaur Geulis, Kecamatan Cibeunying Kaler, Bandung
Batas Lahan
: Timur : Jl. Muara Rajen Barat : Jl. Supratman Utara : Jl. HMA Wahyudi Selatan : Jl. Muara Rajen, Jl. Supratman
Luas Lahan
: 2880 m2
Luas Bangunan
: 3369,2 m2
2.2 Program Kegiatan 2.2.1 Zona dalam Museum
Gb.2.1 Diagram Sirkulasi Museum Seni (Neufert Architect’s Data)
6 Amalia Defiani (15202046)
Laporan Tugas Akhir Museum Seni Visual Bandung
2.2.2 Penerima Karakteristik: Menarik, tidak membingungkan, menjadi akses menuju ruang-ruang lainnya, mampu menampung banyak orang. Nama Ruangan: -Entrance -Lobi
Gb.2.2 Area penerima (Neufert Architect’s Data)
2.2.3 Ekshibisi Karakteristik: Aman, keamanan baik, tidak terkena cahaya matahari langsung, suhu baik. Nama Ruangan: -Galeri temporer -Ruang Pamer Temporer -Ruang Pamer Tetap -Ruang Pamer Outdoor -Sirkulasi Gb.2.3 Ekshibisi (Neufert Architect’s Data)
2.2.4 Auditorium Karakteristik: Dekat dengan lobi, luas, kedap suara
Gb.2.4 Auditorium (Neufert Architect’s Data)
7 Amalia Defiani (15202046)
Laporan Tugas Akhir Museum Seni Visual Bandung
2.2.5 Administrasi Karakteristik: Dekat dengan sirkulasi barang koleksi Nama Ruangan: -Arsip -Staf -Kuratorial Gb.2.5 Administrasi (Neufert Architect’s Data)
2.2.6 Perawatan dan penyimpanan Karakteristik: Privat, dekat dengan sirkulasi barang koleksi Nama Ruangan: -Ruang Penerima -Gudang Koleksi -Ruang Preparasi -Ruang Pendataan -Ruang Konservator -Workshop Gb.2.6 Perawatan dan penyimpanan (Neufert Architect’s Data)
2.2.7 Edukasi Nama Ruangan: -Perpustakaan
Gb.2.7 Perpustakaan (Neufert Architect’s Data)
8 Amalia Defiani (15202046)
Laporan Tugas Akhir Museum Seni Visual Bandung
2.2.8 Komersial dan Hiburan Karakteristik: Nama Ruangan: -Resto, Kafe -Toko Buku, Toko Kaset -Butik -Bar & Lounge
Gb.2.8 Komersial dan hiburan (Neufert Architect’s Data)
2.2.9 Servis Karakteristik: Utilitas tidak mengganggu Ruang Pamer Nama Ruangan: -Mechanical & Electrical -Security -Gudang
Gb.2.9 Rak penyimpanan (Neufert Architect’s Data)
2.2.10 Parkir Nama Parkir: -Pengunjung -Servis -Administrasi
Gb.2.10 Parkir (Neufert Architect’s Data)
9 Amalia Defiani (15202046)
Laporan Tugas Akhir Museum Seni Visual Bandung
2.3 Program Ruang Ruang
SRuang
Kapasitas
Standar
Luas
4
50 lukisan 15 karya
3-5 m2/ lukisan 6-10 m2/ karya
400 m2
2
5 lukisan 7 karya
3-5 m2/ lukisan 6-10 m2/ karya
1
150 orang
1,5 m2/ orang
Luas Total
Ekshibisi 1.
R. Pamer Tetap 2. R. Pamer Sementara/ Temporer 3. Auditorium Sirkulasi
Komersial 4. Toko Buku 5. Butik 6. Restoran 7. Warnet Sirkulasi
1 1 1 1
40 orang 40 orang 100 orang 20 orang
3,125 m2/ orang 3,125 m2/ orang 0,83 m2/ orang 4,46 m2/ orang
Penerima 8. Lobby 9. R. Tiket 10. R. Penitipan Barang 11. Resepsionis 12. Lounge Sirkulasi
Pengelola 13. R. Kepala Museum 14. R. Tamu 15. R. TU & Arsip 16. R. Rapat 17. R. Kuratorial 18. R. Sekretariat 19. R. Staf Sirkulasi
Penunjang 20. Gudang Koleksi 21. R. Preparasi 22. R. Konservator 23. R. Isolasi 24. R. MekanikalElektrikal
200 m2 225 m2 206,25 m2
1031,25 m2
125 m2 125 m2 83 m2 89,2 m2 41,625 m2
353,825 m2
1 3 1
150 orang 3 orang 2 orang
1,35 m2/ orang 2 m2/ orang 10 m2/ orang
202,5 m2 6 m2 20 m2
1 1
2 orang 50 orang
2 m2/ orang 1,35 m2/ orang
4 m2 67,5 m2 80 m2
1
1 orang
25 m2/ orang
25 m2
1 1 1 1 1 1
4 orang 3 orang 10 orang 3 orang 1 orang 5 orang
10 m2/ orang
12 m2
258 m2/ orang 10 m2/ orang 6,7 m2/ orang 4,46 m2/ orang
30 m2 25 m2 30 m2 6,7 m2 21,5 m2 460 m2
1 1 1 1 1
0,25 x 600
150 m2
1/10 x 1640 1/10 x 1640 1/10 x 1640
160 m2 160 m2 160 m2
380 m2
610,2 m2
100 m2
10 Amalia Defiani (15202046)
Laporan Tugas Akhir Museum Seni Visual Bandung
Ruang 25. 26. 27. 28.
Keamanan Gudang Toilet Musholla
SRuang
Kapasitas
Standar
Luas
1 2 5 1
3 orang
2 m2/ orang
6 m2 30 m2
1 orang 15 orang
2,8 m2/ orang 2,8 m2/ orang
160 m2 160 m2
20 orang
57,5 m2
1
57,5 m2
4,46 m2/ orang
89,2 m2
4,46 m2/ orang
89,2 m2
4,46 m2/ orang
89,2 m2 81,275 m2
406,375 m2
TOTAL
3369,2 m2
Edukasi 29. Perpustakaan 30. Workshop manual 31. Workshop digital 32. R. Audio Visual Sirkulasi
1
Luas Total
986 m2
20 orang 20 orang
1
Sumber : Neufert Architect’s Data & Time Savers Standard for building types
2.4 Studi Banding Proyek Sejenis 2.4.1 Museum Lokal Museum Seni Rupa dan Keramik Pemilik Museum : Pemerintah Kota DKI Jakarta Letak
: Jl. Pos Kota No.2, Kotamadya Jakarta Barat, Provinsi DKI Jakarta Indonesia
Koleksi museum :-Lukisan (dominan) à diletakkan di galeri/ ruang pamer - Ukiran/patung à diletakkan di selasar - Keramik à terdapat workshop keramik yang dapat diikiti Masyarakat setelah mendaftar Seumber Koleksi : -Seumbangan (Terbanyak sumbangan dari Adam Malik) - Milik Negara Luas gudang koleksi : +/- (12x10) m2 Rolling isi museum : setahun sekali Fungsi sebelum adaptive reuse : pengadilan Belanda 11 Amalia Defiani (15202046)
Laporan Tugas Akhir Museum Seni Visual Bandung
Sejarah Museum : Museum Seni Rupa dan Keramik terletak di Jl. Pos Kota No.2, Kotamadya Jakarta Barat, Provinsi DKI Jakarta Indonesia. Museum ini terletak di seberang Museum Sejarah Jakarta atau Museum Fatahillah. Museum ini memiliki koleksi lukisan karya pelukis Indonesia serta koleksi keramik lokal dari berbagai daerah di Indonesia, dari era kerajaan Majapahit abad-14 hingga sekarang dan koleksi keramik dari berbagai negara di dunia. Gedung museum ini dibangun pada tanggal 12 Januari 1870 dan dahulu digunakan oleh pemerintah Hindia-Belanda sebagai kantor Dewan Kehakiman pada Benteng Batavia (Ordenaris Raad van Justitie Binnen Het Kasteel Batavia).
Gb. 2.11 Draft hubungan ruang lantai dasar Museum Seni Rupa dan Keramik Jakarta (Sumber: dokumen penulis)
Saat pendudukan Jepang dan perang kemerdekaan sekitar tahun 1944 , tempat ini digunakan oleh tentara KNIL dan selanjutnya untuk asrama TNI. Pada 10 Januari 1972, gedung dengan delapan tiang besar di bagian depan ini dijadikan bangunan bersejarah serta cagar budaya yang dilindungi. Tahun 1973-1976 gedung ini digunakan sebagai Kantor Walikota Jakarta Barat dan baru setelah itu diresmikan oleh Presiden saat itu, Soeharto, sebagai Balai Seni Rupa Jakarta. Pada 1990 bangunan ini akhirnya digunakan sebagai Museum Seni Rupa dan Keramik yang dirawat oleh Dinas Kebudayaan dan Permuseuman Jakarta. 12 Amalia Defiani (15202046)
Laporan Tugas Akhir Museum Seni Visual Bandung
Gb. 2.12 Ikhtisar Berbagai Ragam Seni Rupa Indonesia—dari Museum Seni Rupa dan Keramik (Sumber: dokumen penulis)
Museum ini menyajikan koleksi lukisan hasil karya seniman-seniman Indonesia mulai kurun waktu 1800-an akhir hingga sekarang. Koleksi seni lukis Indonesia dibagi menjadi beberapa ruangan berdasarkan periodesasi yaitu: • Ruang Masa Raden Saleh (Karya-karya periode 1880-1890) • Ruang Masa Hindia Jelita atau Moi Indies (Karya-karya tahun 1920-an) • Ruang Persagi (Karya-karya periode 1930-an) • Ruang Masa Pendudukan Jepang (Karya-karya periode 1942-1945) • Ruang Pendirian Sanggar (Karya-karya periode 1945-1950) • Ruang Sekitar Kelahiran Akademis Realisme (Karya-karya periode 1950an) • Ruang Seni Rupa Baru Indonesia (Karya-karya periode 1960-sekarang)
Gb. 2.13 Museum Seni Rupa dan Keramik (Sumber: wikipedia.org)
Koleksi seni
rupa yang lainnya adalah patung-patung totem asmat
sedangkan koleksi keramik menampilkan keramik dari berbagai daerah di Indonesia dan seni kreatif kontemporer. Selain itu terdapat pula koleksi keramik 13 Amalia Defiani (15202046)
Laporan Tugas Akhir Museum Seni Visual Bandung
mancanegara seperti keramik dari Tiongkok, Thailand, Vietnam, Jepang, dan Eropa dari abad-16 sampai dengan awal abad-20.
Gb. 2.14 Ruang Pamer Keramik di Museum Seni Rupa dan Keramik (Sumber: dokumen penulis)
Museum Barli Pemilik Museum : Bale Seni Barli Arsitek : Ir. Sudiyanto Ali Lokasi :Jl. Prof.Dr., Ir. Sutami No.91 Bandung Koleksi : -Lukisan-lukisan karya Barli atau koleksi pribadi -patung-patung karya Barli Sumber Koleksi : Koleksi pelukis Barli Luas Bangunan : 800 m2 Besar gudang : (10x10) m2 Tahun diresmikan : 1992 Sejarah Museum : Barli Sasmitawinata adalah seorang maestro seni lukis realistik. Museum ini sebenarnya hanya dimaksudkan untuk menyimpan karya-karya pelukis Barli dan diniatkan hanya sebagai ”gudang penyimpanan” saja, namun seiring dengan waktu, museum mulai berkembang dan mempunyai fungsi-fungsi tambahan seperti workshop lukis yang diadakan rutin seminggu dua kali. Selain itu sering diadakan pameran karya seni rupa, penjualan karya, diskusi, sarasehan kesenirupaan dengan berbagai tema workshop, pelatihan studio keramik dan lukis, dan berbagai kegiatan lainnya. 14 Amalia Defiani (15202046)
Laporan Tugas Akhir Museum Seni Visual Bandung
Gb. 2.15 Draft alur sirkulasi lantai dasar Museum Barli Bandung (Sumber: dokumen penulis)
Gb. 2.16 Tampak depan Museum Barli (Sumber: Bandung Portal.com)
Gb. 2.17 Eksterior dan interior Museum Barli (Sumber: Bandung Portal.com)
15 Amalia Defiani (15202046)
Laporan Tugas Akhir Museum Seni Visual Bandung
2.4.2 Kesimpulan Studi Banding Museum Dalam Negeri Museum Seni Rupa dan Keramik Bentuk -Bangunan kolonial berbentuk formal bekas pengadilan Belanda yang di-adaptive reuse menjadi museum
Museum Barli
-Bangunan berbentuk semi-formal dengan menggunakan massa berbentuk melingkar
Fungsi -galeri -ruang pamer tetap -ruang pamer sementara -administrasi -perawatan & penyimpanan -workshop keramik
-ruang pamer tetap -ruang pamer sementara - administrasi - perawatan & penyimpanan - ruang pertemuan - workshop lukis
Sirkulasi -dari lobby sirkulasi terbagi ke dua sayap bangunan yang terpisah -sirkulasi vertikal menggunakan tangga melingkar
-sirkulasi utama memutar di lorong pamer menuju ke hall utama yang berbentuk bulat -sirkulasi vertikal dengan ramp pada entrance dan tangga
Pengolahan ruang luar -terdapat inner court pada masing-masing sayap bangunan
-terdapat taman kecil di bagian belakang Museum
Material - struktur bangunan menggunakan rangka beton - dinding dari beton - Penutup lantai adalah marmer, acian beton, dan kayu (lantai atas)
Struktur - Beton dengan struktur rangka Interior -Dinding bercat warna krem
- struktur bangunan menggunakan rangka beton - dinding dari beton - menggunakan kabel baja sebagai penahan atap pada massa bangunan yang berbentuk melingkar - Penutup lantai adalah keramik, acian beton, dan batu alam
-Beton dengan struktur rangka -Dinding bercat putih -Bukaan jendela terletak jauh di atas
16 Amalia Defiani (15202046)
Laporan Tugas Akhir Museum Seni Visual Bandung
2.4.3 Museum Luar Negeri Neue Staatsgalerie Lokasi : Stuttgart, Germany Pemilik : State of Baden-Wdrttemberg Arsitek : James Stirling, Michael Wilford & Associates, London Luas Lahan : 108.000 m2 Luas Total Bangunan : 12.400 m2 Luas Area Pamer : 2.200 m2 Waktu Konstruksi : 1979-1984 (Kompetisi tertutup tahun 1977) Museum ini terletak di lokasi pengembangan di sisi bukit yang terisolir dari pusat kota oleh sebuah jalan raya utama dan kurang menarik. Sang arsitek meletakkan bangunan bangunan museum baru ini di sebelah dan paralel dengan Alte Staatsgalerie dengan gaya neo-klasik, mengulang bentuk U dari sayap ekshibisi yang baru dengan rotunda yang diletakkan di tengah-tengah. Stirling mengontraskan rotunda dengan sayap kanan bangunan yang melengkung yang terlihat sangat monumental di Ground Plan namun hampir tak terasa di skala manusia. Stirling menggunakan motif yang amat beragam seperti ramp-ramp yang diletakkan secara asimetris dengan railing yang besar sekali serta berwarna shocking pink dan biru, corbel cornices yang bergaya Mesir, serta dinding kaca melengkung yang bergaya concertina di hall penerima sebagai cara untuk mentransformasikan bentuk-bentuk biasa dari struktur dasar menjadi suatu lansekap arsitektur yang dinamis yang mengundang orang untuk berjalan ke dalamnya. Kekontrasan yang disengaja antara ground plan yang kaku berorder klasik dengan bangunan yang baru menjadi nyaris tak dapat dikenali. Bangunan ini yang dipisahkan dari jalan oleh dua baris pohon tampak seperti sculpture rakasasa yang bisa dimasuki untuk berjalan-jalan dengan perspektif yang berubah secara kontinu.
17 Amalia Defiani (15202046)
Laporan Tugas Akhir Museum Seni Visual Bandung
Gb. 2.18 Site Plan Neue Staatsgalerie (Sumber: Museum Buildings; Birkhauser,2004)
Gb. 2.19 Lantai entrance dari selatan, terlihat ramp dengan railing besar di foreground yang membawa ke rotunda di tengah; di sebelah kiri gambar terlihat kanopi sebagai gerbang ke lantai parkir. (Sumber : Museum Buildings; Birkhauser,2004)
Lantai utama yang merupakan lantai entrance terletak di sebuah podium yang menyembunyikan garasi bawah tanah yang dapat diakses melalui ramp dan tangga dari arah yang berlawanan yang keduanya berawal dari bawah rangka baja yang melambangkan gubuk primitif yang sering disinggung dalam teori arsitektur sekaligus elemen dasar yang melambangkan harga diri yaitu sebuah kanopi. Di belakangnya terdapat bukaan pada dinding yang bergaya Mesir yang mengantarkan langsung ke garasi bawah tanah. Jalan masuk sesungguhnya dari museum ini terletak di lantai utama namun diletakkan agak ke pinggir dan 18 Amalia Defiani (15202046)
Laporan Tugas Akhir Museum Seni Visual Bandung
diletakkan di bawah grill baja kantilever yang tampak kontras dengan dindingdinding batu di belakangnya. Dinding batu tersebut setelah diamati ternyata bukan terbuat dari tumpukan batu melainkan tempelan batu sandstone dan slab travertine pada bangunan bertembok beton.
Gb. 2.20 Potongan memendek rotunda (Sumber : Museum Buildings; Birkhauser,2004)
Gb. 2.21 Potongan memanjang rotunda (Sumber : Museum Buildings; Birkhauser,2004)
Museum Abteiberg Lokasi : Monchengladbach, Germany Pemilik : City of Monchengladbach Arsitek : Hans Hollein, Vienna Luas Lahan : 40.754 m2 Luas Total Bangunan : 6.000 m2 Luas Area Pamer : 3.500 m2 Waktu Konstruksi : 1976-1982 Museum ini banyak mendapat pujian dari kritikus arsitektur dalam satu dekade terakhir dan merupakan simbol dari meledaknya pembangunan museum di 19 Amalia Defiani (15202046)
Laporan Tugas Akhir Museum Seni Visual Bandung
Jerman yang menempatkan museum sebagai bangunan yang diutamakan pembangunannya di negeri itu. Konsep bangunan ini digambarkan sebagai ”rice terraces” yaitu berpetakpetak seperti sawah di lahan miring yang merupakan jawaban atas kondisi topografi sekaligus menjadi solusi yang original. Hollein menggunakan lokasi yang berada di sisi bukit di pinggiran selatan pusat kota di sebelah bangunan pemerintah bergaya Romanesque-Gothic dan sebuah kediaman bangsawan bergaya Baroque sebagai analogi dari sekumpulan bangunan yang heterogen yang menyerupai siluet sebuah kota.
Gb. 2.22 Isometri Museum (Sumber : Museum Buildings; Birkhauser,2004)
Gb. 2.23 “Rice Terraces” (Sumber : Museum Buildings; Birkhauser,2004)
20 Amalia Defiani (15202046)
Laporan Tugas Akhir Museum Seni Visual Bandung
Museum ini merupakan sekumpulan bangunan dengan variasi material yang tinggi yang terletak di daerah datar yang dapat diakses secara langsung dari kota melalui sebuah jembatan. Di bagian lereng di bawahnya terdapat trap-trap
Gb. 2.24 Dinding berlapis cermin pada tower administrasi (Sumber : Museum Buildings; Birkhauser,2004)
dinding bata yang melengkung yang merupakan bagian dari lansekap sekaligus bagian dari arsitektur museum. Bagian yang tertinggi dari museum ini adalah menara administrasi yang dilapisi sandstone yang berasal dari Rhineland. Di sebelahnya terdapat dinding folded berlapis kaca cermin dan sebuah hall rendah yang juga berlapis sandstone untuk ekshibisi temporer. Ketiga bagian tersebut memusat ke sekumpulan ruang ekshibisi berbentuk persegi dengan atap diagonal gergaji yang bermaterial seng—menghasilkan kekontrasan yang efektif terhadap entrance yang menyerupai kuil yang bermaterial marmer putih dengan kolomkolom stainless steel.
21 Amalia Defiani (15202046)
Laporan Tugas Akhir Museum Seni Visual Bandung
Gb. 2.25a Ground Plan Lower Main Floor (Sumber : Museum Buildings; Birkhauser,2004)
Gb. 2.25b Ground Plan Upper Main Floor (Sumber : Museum Buildings; Birkhauser,2004)
Interior museum ini sendiri tidak berpola linear. Sejak awal memasuki bangunan yang berkesan seperti gua rahasia ini pola yang terasa adalah matriks tiga dimensional yang memiliki variasi ruang-ruang yang overlapping yaitu berupa pintu-pintu masuk maupun view ke luar. Terdapat tiga lantai yang mengikuti dua zona distribusi utama menuju sisi gunung serta terdapat interval-interval setinggi setengah lantai yang terhubung melalui tangga yang berbeda-beda. Pada tiga lantai tersebut terdapat ruang-ruang ekshibisi yang dihubungkan secara diagonal dengan prinsip daun semanggi dan dipisahkan hanya oleh zona-zona inter-mediate sempit yang merupakan tempat sistem utilitas dan fire escape. Akses masuk dari pojok ruangan ini merupakan alternatif terhadap prinsip enfilade yang biasa digunakan untuk tipologi bangunan museum semenjak abad-19—berasal dari arsitektur istana Baroque—dan terus diadopsi sesudahnya.
Hal ini juga
memberikan kelebihan untuk menyediakan area-area tak terganggu untuk menggantung lukisan. Organisasi ruang yang bersifat geometrik dan rasional ini dipatahkan oleh bukaan yang tak terduga, dengan bentuk spatial organik yang 22 Amalia Defiani (15202046)
Laporan Tugas Akhir Museum Seni Visual Bandung
menyebar secara bebas sehingga menghasilkan fleksibilitas—perpaduan antara kelapangan dan keintiman, kejelasan serta rasa hilang arah—yang dipahami oleh Hollein sebagai ”not mobility of walls and ceilings, but the provision of multilayered situation”.
Gb. 2.26 Akses Ruang Ekshibisi (Sumber : Museum Buildings; Birkhauser,2004)
Gb. 2.27 Sirkulasi, potongan skematik memanjang (Sumber : Museum Buildings; Birkhauser,2004)
23 Amalia Defiani (15202046)
Laporan Tugas Akhir Museum Seni Visual Bandung
Gb. 2.28 Tampak selatan museum (Sumber : Museum Buildings; Birkhauser,2004)
Museum Miho Lokasi : Shigaraki, Japan Pemilik : Shumei Culture Foundation Arsitek : Ieoh Ming Pei & Partners, New York Luas Lahan : 1.002.000 m2 Luas Total Bangunan : 20.780 m2 Luas Area Pamer : 17.429 m2 Waktu Konstruksi : 1994-1997 Ieoh Ming Pai, seorang arsitek China-Amerika mendesain sebuah museum seni barang antik—berasal dari timur maupun barat Jepang—yang terletak di tengah-tengah suaka alam Shigaraki di dekat Kyoto. Museum ini didanai oleh sebuah yayasan yang bernama Shinji Shumeikai, sebuah komunitas relijius yang berisikan orang-orang terkaya di Jepang.
Gb. 2.29 Tampak keseluruhan dari barat daya (Sumber : Museum Buildings; Birkhauser,2004)
24 Amalia Defiani (15202046)
Laporan Tugas Akhir Museum Seni Visual Bandung
Dalam mendesain, Pei terinspirasi oleh dongeng China kuno, “Peach Blossom Spring”, yang menceritakan tentang seorang nelayan yang terpancing untuk memasuki sebuah gua oleh aroma bunga-bungaan dan menemukan sebuah lembah surga yang hilang melalui sebuah retakan di dinding batu. Pei benar-benar menciptakan suatu penekan desain yang khas dengan adanya lansekap pegunungan yang terlihat tak tersentuh. Dari gedung penerima yang terisolasi
Gb. 2.30 Ground Plan Entrance Level (Sumber : Museum Buildings; Birkhauser,2004)
dimulailah sebuah jalan setapak—yang dipahami sebagai persiapan untuk pengalaman artistik selanjutnya—melewati sebuah terowongan menembus gunung menuju sebuah jembatan gantung dengan suspender baja di atas sebuah jurang, menuju sebuah forecourt lingkaran yang menuntun menuju sebuah ramp yang menghantarkan ke entrance hall museum yang penuh dengan cahaya. Meskipun menggunakan material-material modern, bentuk dan konstruksi bangunan museum ini mem-parafrase-kan arsitektur tradisional kuil Jepang yang terlihat jelas sampai ke lansekap di sekitar bangunan. Pertimbangan terhadap alam terlihat pada ketatnya peraturan bangunan yang hanya mengijinkan tinggi bangunan yang terbatas dan persentase atap yang mencakup hampir 80 persen dari 25 Amalia Defiani (15202046)
Laporan Tugas Akhir Museum Seni Visual Bandung
volume bangunan. Hanya beberapa bagian bangunan termasuk atap piramid kaca bangunan yang terlihat dari luar, karena tenggelam oleh rimbunnya pepohonan. Ruang-ruang ekshibisi, yang beberapa di antaranya dirancang khusus untuk objek tertentu, diletakkan pada dua sayap museum yang berbeda bentuk dan dapat diakses melalui entrance hall, masing-masing melalui dua galeri sempit. Dinding jendela pada galeri-galeri tersebut memperlihatkan panorama lansekap buatan—pohon-pohon yang ditanam berjajar di atas atap beton. Ruang-ruang ekshibisi yang pencahayaannya diarahkan dari atas lamella memiliki bentuk dan ukuran yang beragam. Tiap ruang melambangkan kejelasan geometri yang dibedakan oleh tone dari material honeystones. Tiga taman courtyard melengkapi keberadaan museum ini sebagai wujud akhir transformasi suatu kuil meditasi dan kontemplasi seni modern.
Gb. 2.31 Entrance museum (Sumber : Museum Buildings; Birkhauser,2004)
26 Amalia Defiani (15202046)
Laporan Tugas Akhir Museum Seni Visual Bandung
Gb. 2.32 Site plan museum (Sumber : Museum Buildings; Birkhauser,2004)
Gb. 2.33 Akses menuju museum: jalan keluar terowongan dan jembatan (Sumber : Museum Buildings; Birkhauser,2004)
Gb. 2.34 Entrance Hall (Sumber : Museum Buildings; Birkhauser,2004)
27 Amalia Defiani (15202046)
Laporan Tugas Akhir Museum Seni Visual Bandung
2.4.4 Kesimpulan Studi Banding Museum Luar Negeri Neue Staatsgaleri Bentuk Transformasi dari bentuk klasik yang kaku ke dalam bentuk khas postmodern yang dinamis dengan dinding kaca melengkung dan pembesaran elemen-elemen arsitektural tertentu, seperti railing pada ramp. Fungsi -galeri -ruang pamer tetap -ruang pamer sementara -ruang pertemuan -entrance hall -administrasi -perawatan & penyimpanan -komersil Sirkulasi - memiliki satu entrance utama melewati taman dengan dua baris pohon di kiri-kanan - sirkulasi vertikal dengan ramp, tangga, dan lift. Pengolahan ruang luar - permainan material dan warna pada bahan penutup lantai dan dinding eksterior. - Susunan pohon pengarah pada entrance Material - struktur bangunan menggunakan beton pracetak dan rangka beton - dinding dilapisi oleh sandstone - kaca lengkung sebagai pengisi pada dinding rotunda
Museum Abteiberg
Museum Miho
Komposisi massa yang rumit, menggabungkan berbagai order yang berbeda.
Massa bangunan yang terpisah jauh antara bangunan induk dan bangunan penerima, menyuguhkan pengalaman ruang yang unik dalam perjalanan antar massa bangunan. Tinggi bangunan rendah dengan atap dominan.
-galeri -ruang pamer tetap -ruang pamer sementara -restoran - entrance hall - administrasi - perawatan & penyimpanan - ruang pertemuan - komersil
-galeri -ruang pamer tetap -ruang pamer sementara -entrance hall -ruang kontemplasi -administrasi -perawatan & penyimpanan -komersil
-memiliki satu entrance utama melalui satu jembatan yang menghubungkan dengan kota
-memiliki satu entrance utama ke dalam kompleks bangunan yang jauh dari bangunan utama -memiliki gua menembus gunung dan jembatan melewati jurang -sirkulasi vertikal dengan ramp dan tangga. - roofgarden - lansekap yang dibiarkan alami menjadi elemen penguat desain - taman bergaya Jepang
-taman di lahan miring berbentuk rice terraces sebagai solusi unik pada lahan
-struktur bangunan menggunakan rangka beton pada bangunan dan kolom baja pada entrance. - dinding dari beton - dinding retaining wall pada rice terraces di lansekap terbuat dari bata yang disusun melengkung
-struktur bangunan baja - dinding diisi oleh kaca dan beton pracetak - kaca sebagai pembungkus luar terutama penutup atap -elemen eksterior adalah batu alam dan beton ekspos
28 Amalia Defiani (15202046)
Laporan Tugas Akhir Museum Seni Visual Bandung
-
Neue Staatsgaleri
Museum Abteiberg
Penutup lantai adalah marmer dan batu alam
- dinding dilapisi oleh sandstone, marmer putih, dan cermin. -elemen eksterior adalah batu alam
Struktur -Beton dengan dinding pengisi Interior -playful dengan warna-warna yang cerah
Museum Miho
-Beton dengan struktur rangka
-Struktur baja dan beton
-mengejutkan dengan banyak bukaan yang tak terduga
-relijius, penuh dengan cahaya. Perwujudan kuil Jepang dengan sentuhan modern
29 Amalia Defiani (15202046)