BAB II DESKRIPSI PROYEK II.1 Pengertian Judul •
Ecotourism adalah salah satu kegiatan pariwisata yang berwawasan lingkungan dengan mengutamakan aspek konservasi alam, pemberdayaan sosial budaya, ekonomi masyarakat lokal, serta pembelajaran dan pendidikan (www.wikipedia.com)
•
Resort berasal dari bahasa Inggris , dalam bahasa Indonesia berarti “tempat yang sering dikunjungi ; tempat peristirahatan “ ( W.J.S. Poerwadarminta , Kamus Umum Bahasa Indonesia , PN Balai Pustaka , Jakarta 1976 ). Resort ( n ) popular holiday centre ( Homby AS, Oxford , Advanced Learner’s Dictionary of Current English ) Resort adalah sebuah ruang tempat kita dapat menemukan sesuatu yang “ berbeda “ itu. Di ruang inilah seseorang dapat “ merealisasikan “ impiannya akan pelarian yang sempurna. Resort adalah sebuah tontonan ( une spectacle ) yang dihadirkan dalam bentuk fisik. Resort adalah bagian dari la societte du spectacle ( masyarakat tontonan ) , Guy Debord.
Jadi, Ecotourism Resort dapat di definisikan sebagai tempat beristirahat dan berekreasi yang berbasis pada wisata alam dimana terdapat upaya pelestarian alam serta kebudayaan didalamnya. II.2 Tinjauan Umum II.2.1 Ecotourism Rumusan Ecotourism pertama kali ditemukan oleh Hector Ceballos-Lascurai pada tahun1987 yaitu sebagai berikut: ”Nature or ecotourism can be defined as tourism that consist in travelling to relatively undisturbed or uncontaminated natural areas with the spesific objectives of studying, admiring, and enjoying the scenery and its wild plants and animals, as well as any existing cultural manifestations (both past and present) found in the areas.”
”wisata alam atau pariwisata ekologis adalah perjalanan ketempat-tempat alami yang relatif masih belum terganggu atau terkontaminasi (tercemari) dengan tujuan untuk mempelajari, mengagumi dan menikmati pemandangan, tumbuhan-tumbuhan dan satwa liar, serta bentuk-bentuk manifestasi budaya masyarakat yang ada, baik dari masa lampau maupun masa kini.” Kemudian pada awal tahun 1990 disempurnakan oleh The International Ecotourism Society (TIES) yaitu sebagai berikut: ”Ecotourism is responsible travel to natural areas which conserved the environment and improves the welfare of local people.” ”Ekowisata adalah perjalanan yang bertanggung jawab ketempat-tempat yang alami dengan menjaga kelestarian lingkungan dan meningkatkan kesejahteraan penduduk setempat.” Western dalam Fendeli (1998) mendefinisikan ekowisata sebagai perjalanan bertanggung jawab ke wilayah-wilayah alami yang melindungi lingkungan dan meningkatkan kesejahteraan penduduk setempat. Fenell (1999) mendefinisikan ekowisata sebagai bentuk berkelanjutan berbasis sumber daya alam pariwisata yang berfokus terutama pada mengalami dan belajar tentang alam, dan yang berhasil etis dampak rendah, non-konsimtif dan berorientasi lokal (kontrol, manfaat dan keuntungan dan skala). Ecotourism adalah salah satu mekanisme pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development). Ecotourism merupakan usaha untuk melestarikan kawasan yang perlu dilindungi dengan memberikan peluang ekonomi kepada mesyarakat yang ada disekitarnya. Konsep yang memanfaatkan kecendrungan pasar back to nature ini merupakan usaha pelestarian keanekaragaman hayati dengan menciptakan kerja sama yang erat antara masyarakat yang tinggal disekitar kawasan yang perlu dilindungi dengan industri pariwisata. Ecotourism adalah gabungan antara konservasi dan pariwisata di mana pendapatan yang diperoleh dari pariwisata seharusnya dikembalikan kepada kawasan yang perlu dilindungi untuk perlindungan dan pelestarian keanekaragaman hayati serta perbaikan sosial ekonomi masyarakat disekitarnya.
II.2.1.1 Pendekatan Pengelolaan Ekowisata Ekowisata merupakan bentuk wisata yang dikelola dengan pendekatan konservasi. Apabila ekowisata pengelolaan alam dan budaya masyarakat yang menjamin kelestarian dan kesejahteraan, sementara konservasi merupakan upaya menjaga kelangsungan pemanfaatan sumberdaya alam untuk waktu kini dan masa mendatang. Hal ini sesuai dengan definisi yang dibuat oleh The International Union for Conservation of Nature and Natural Resources (1980), bahwa konservasi adalah usaha manusia untuk memanfaatkan biosphere dengan berusaha memberikan hasil yang besar dan lestari untuk generasi kini dan mendatang. Sementara itu destinasi yang diminati wisatawan ecotour adalah daerah alami. Kawasan konservasi sebagai obyek daya tarik wisata dapat berupa Taman Nasional, Taman Hutan Raya, Cagar Alam, Suaka Margasatwa, Taman Wisata dan Taman Buru. Tetapi kawasan hutan yang lain seperti hutan lindung dan hutan produksi bila memiliki objek alam sebagai daya tarik ekowisata dapat dipergunakan pula untuk pengembangan ekowisata. Area alami suatu ekosistem sungai, danau, rawa, gambut, di daerah hulu atau muara sungai dapat pula dipergunakan untuk ekowisata. Pendekatan yang harus dilaksanakan adalah tetap menjaga area tersebut tetap lestari sebagai areal alam. Pendekatan lain bahwa ekowisata harus dapat menjamin kelestarian lingkungan. Maksud dari menjamin kelestarian ini seperti halnya tujuan konservasi (UNEP, 1980) sebagai berikut: a. Menjaga tetap berlangsungnya proses ekologis yang tetap mendukung sistem kehidupan; b. Melindungi keanekaragaman hayati; c. Menjamin kelestarian dan pemanfaatan spesies dan ekosistemnya. Di dalam pemanfaatan areal alam untuk ekowisata mempergunakan pendekatan pelestarian dan pemanfaatan. Kedua pendekatan ini dilaksanakan dengan menitikberatkan pelestarian dibanding pemanfaatan. Pendekatan ini jangan justru dibalik. Kemudian pendekatan lainnya adalah pendekatan pada keberpihakan kepada masyarakat setempat agar mampu mempertahankan budaya lokal dan sekaligus meningkatkan kesejahteraannya. Bahkan Eplerwood (1999) memberikan konsep dalam hal ini adalah “Urgent need to generate funding and human resonrces for the management of protected areas in ways that meet the needs of local rural populations”. Salah satu yang dapat dilakukan adalah dengan mengatur conservation tax untuk membiayai secara langsung kebutuhan kawasan dan masyarakat lokal.
II.2.1.2 Prinsip Pengembangan Ecotourism Secara konseptual, ecotourism merupakan suatu konsep pengembangan pariwisata berkelanjutan yang bertujuan untuk mendukung upaya-upaya pelestarian lingkungan (alam dan budaya) dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sehingga memberi manfaat ekonomi kepada masyarakat setempat. Secara konseptual ecotourism menekankan pada prinsip dasar sebagai berikut yang terintergrasi: 1. Prinsip konservasi Pengembangan ecotourism harus mampu memelihara, melindungi dan atau berkontribusi untuk memperbaiki sumber daya alam. Memiliki kepedulian, tanggung jawab dan komitmen terhadap pelestarian lingkungan alam dan budaya, melaksanakan kaidah-kaidah usaha yang bertanggung jawab dan ekonomi berkelanjutan.
a. Prinsip konservasi alam Memiliki kepedulian, tanggung jawab dan komitmen terhadap pelestarian alam serta pembangunan harus mengikuti kaidah ekologis. Kriteria konservasi alam antara lain: o Memperhatikan kualitas daya dukung lingkungan kawasan tujuan, melalui zonasi. o Mengelola jumlah pengunjung, sarana fasilitas sesuai dengan daya dukung lingkungan daerah tujuan. o Meningkatkan kesadaran dan apresiasi pelaku terhadap lingkungan alam dan budaya. o Memanfaatkan sumber daya secara lestari dalam penyelenggaraan kegiatan ecotourism. o Meminimumkan dampak negatif yang ditimbulkan, dan bersifat ramah lingkungan. o Mengelola usaha secara sehat. b. Prinsip konservasi budaya Peka dan menghormati nilai-nilai sosial budaya dan tradisi keagamaan masyarakat setempat. Kriteria konservasi budaya antara lain:
o Menerapkan kode etik ekowisata bagi wisatawan, pengelola dan pelaku usaha ekowisata. o Melibatkan masyarakat setempat dan pihak-pihak lainnya (multi stakeholders dalam menyusun kode etik wisatawan, pengelola dan pelaku usaha ekowisata. o Melakukan pendekatan, meminta saran-saran dan mencari masukan dari tokoh/pemuka masyarakat setempat pada tingkat paling awal sebelum memulai langkah-langkah dalam proses pengembangan ekowisata. o Melakukan penelitian dan pengenalan aspek-aspek sosial budaya masyarakat setempat sebagai bagian terpadu dalam proses perencanan dan pengelolaan ekoswisata. 2. Prinsip partisipasi masyarakat Pengembangan harus didasarkan atas musyawarah dan persetujuan masyarakat setempat serta peka dan menghormati nilai-nilai budaya dan tradisi keagamaan yang dianut masyarakat setempat disekitar kawasan. Kriteria: a. Melakukan penelitian dan perencanaan terpadu dalam pengembangan ekowisata. b. Membangun hubungan kemitraan dengan masyarakat setempat dalam proses perencanaan dan pengelolaan ekowisata. c. Menggugah prakarsa dan aspirasi masyarakat setempat untuk pengembangan ekowisata. d. Memberi kebebasan kepada masyarakat untuk bisa menerima atau menolak pengembangan ekowisata. e. Menginformasikan secara jelas dan benar konsep dan tujuan pengembangan ekowisata. f. Membuka kesempatan untuk melakukan dialog dengan seluruh pihak yang terlibat (multi-stakeholders) dalam proses perencanaan dan pengelolaan ekowisata. g. Membentuk kerjasama dengan masyarakat setempat untuk melakukan pengawasan dan pencegahan terhadap dilanggarnya peraturan yang berlaku.
3. Prinsip ekonomi Pengembangan ekowisata harus mampu memberikan manfaat untuk masyarakat setempat dan menjadi penggerak pembangunan ekonomi di wilayahnya untuk memastikan bahwa daerah yang masih alami dapat mengembangkan pembangunan yang berimbang (balance development) antara kebutuhan pelestarian lingkungan dan kepentingan semua pihak. Pengembangna ekowisata harus mampu memberikan manfaat yang optimal kepada masyarakat setempat dan berkelanjutan. Kriteria: a. Membuka kesempatan kepada masyarakat setempat untuk membuka usaha ekowisata dan menjadi pelaku-pelaku ekonomi kegiatan ekowisata baik secara aktif maupun pasif. b. Memberdayakan masyarakat dalam upaya peningkatan usaha ekowisata untuk kesejahteraan penduduk setempat. c. Meningkatkan keterampilan masyarakat setempat dalam bidang-bidang yang berkaitan dan menunjang pengembangan ekowisata. d. Menakan tingkat kebocoran pendapatan (leakage) serendah-rendahnya. e. Meningkatkan pendapatan masyarakat.
4. Prinsip edukasi Pengembangan ekowisata harus mengandung unsur pendidikan untuk mengubah sikap atau perilaku seseorang menjadi memiliki kapedulian, tanggung jawab dan komitmen terhadap pelestarian lingkungan. Pengembangan ekowisata juga harus meningkatkan kesadaran dan apresiasi terhadap alam, nilai-nilai peninggalan sejarah dan budaya, serta memberikan nilai tambah dan pengetahuan bagi pengunjung, masyarakat dan para pihak yang terkait. Kriteria: Pengembangan produk ekowisata harus: a. Mengoptimalkan keunikan dan kekhasan daerah sebagai daya tarik wisata. b. Memafaatkan
dan
mengoptimalkan
pengetahuan
tradisional
berbasis
pelestarian alam dan budaya serta nilai-nilai yang terkandung didalam kehidupan masyarakat sehari-hari sebagai nilai tambah. c. Mengoptimalkan peran masyarakat sebagai interpreter lokal dari produk ekowisata. d. Memberikan pengalaman yang berkualitas dan bernilai bagi pengunjung.
e. Dikemas ke dalam bentuk dan teknik penyampaian yang komunikatif dan inovatif. 5. Prinsip wisata Prinsip ekowisata harus dapat memberikan kepuasan pengalaman kepada pengunjung untuk memastikan usaha ekowisata dapat berkelanjutan. Selain itu pengembangan ekowisata juga harus mampu menciptakan rasa aman, nyaman dan memberikan kepuasan serta menambah pengalaman bagi pengunjung. Kriteria: a. Mengoptimalkan keunikan dan kekhasan daerah sebagai daya tarik wisata. b. Membuat Standar Prosedur Operasi (SPO) untuk pelaksanaan kegiatan di lapangan. c. Menyediakan fasilitas yang memadai sesuai dengan kebutuhan pengunjung, kondisi setempat dan mengoptimalkan kandungan material lokal. d. Memperioritas kan kebersihan dan kesehatan dalam segala bentuk pelayanan, baik fasilitas maupun jasa. e. Memberikan kemudahan pelayanan jasa dan informasi yang benar. f. Memprioritaskan keramahan dalam setiap pelayanan.
J. Stphen, Page dan Dowling K. Ross (2000) meringkas konsep dasar ekowisata menjadi lima prinsip inti. Mereka termasuk yang berbasis alam, berkelanjutan secara ekologis, lingkungan edukatif, dan lokal wisatawan bermanfaat dan menghasilkan kepuasan. a. Nature based (Berbasis alam) Pengembangan ekowisata
didasarkan pada lingkungan alam dengan fokus pada
lingkungan biologi, fisik dan budaya. b. Ecologically sustainable (Berkelanjutan secara ekologis) Ecotourism dapat memberikan acuan terhadap pariwisata secara keseluruhan dan dapat membuat ekologi yang berkesinambungan. c. Environmentally educative (Pendidikan Lingkungan) Pengembangan ekowisata harus mengandung unsur pendidikan atau perilaku seseorang menjadi memiliki kepedulian, tanggung jawab dan komitmen terhadap pelestarian lingkungan. d. Locally beneficial (Manfaat bagi Masyarakat Lokal)
Pengembangan ecotourism harus dapat menciptakan keuntungan yang nyata bagi masyarakat sekitar. Pengembangan harus didasarkan atas musyawarah dan persetujuan masyarakat setempat serta peka dan menghormati nilai-nilai social budaya dan tradisi keagamaan yang dianut masyarakat di sekitar kawasan. e. Generates tourist satisfaction (Menghasilkan kepuasan wisatawan) Pengembangan ekowisata harus mampu memberikan kepuasan pengalaman kepada pengunjung untuk memastikan usaha ekowisata dapat berkelanjutan. Selama lima prinsip diatas, dalam penerapan pengembangan ekowisata, juga diharuskan bagi para pengelola dan pengembang untuk memperhatikan aspek legalitas di tingkat lokal, regional, nasional dan internasional, serta mengembangkan pola kemitraan antar pihak.
II.2.1.3 Pengendalian Kerusakan Keanekaragaman Hayati Dalam rangka pengendalian kerusakan keanekaragaman hayati terdapat beberapa aspek yang harus diperhatikan, antara lain: 1. Aspek Pencegahan o
Menguragi dampak negatif dari kegiatan ekowisata dengan cara:
Pemilihan lokasi yang tepat (menggunakan pendekatan tata ruang)
Rancangan pengembangan lokasi yang sesuai dengan daya dukung dan daya tampung.
Rancangan atraksi/kegiatan yang sesuai denan daya dukung kawasan dan kerentanan.
o
Merubah sikap dan perilaku stakeholder, mulai dari pengelola kawasan, penyelenggara ekoturisme (tour operator) serta wisatawan itu sendiri.
o
Memilih Segmen Pasar yang sesuai.
2. Aspek Penanggulangan o
Menyeleksi pengunjung termasuk jumlah pengunjung yang diperkenankan dan minat kegiatan yang diperkenankan (control of visitor).
o
Menentukan waktu kunjungan
o
Mengembangkan pengelolaan kawasan (rancangan, peruntukan, penyediaan fasilitas) melalui pengembangan sumber daya manusia, peningkatan nilai estitika serta kemudahan akses kepada fasilitas.
3. Aspek Pemulihan o
Menjamin
mekanisme
pengembalian
keuntungan
ekowisata
untuk
pemeliharaan fasilitas dan rehabilitasi kerusakan lingkungan. o
Peningkatan kesadaran pengunjung, pengelola dan penyedia jasa ekowisata.
II.2.2 Pengertia Resort •
Resort adalah suatu perubahan tempat tinggal untuk sementara bagi seseorang di luar tempat tinggalnya dengan tujuan antara lain untuk mendapatkan kesegaran jiwa dan raga serta hasrat ingin mengetahui sesuatu. Dapat juga dikaitkan dengan kepentingan yang berhubungan dengan kegiatan olah raga, kesehatan, konvensi, keagamaan serta keperluan usaha lainnya. (Dirjen Pariwisata , Pariwisata Tanah air Indonesia, hal. 13, November, 1988)
•
Resort adalah tempat peristirahatan di musim panas, di tepi pantai/di pegunungan yang banyak dikunjungi. (John M. Echols, Kamus Inggris-Indonesia, Gramedia, Jakarta, 1987)
•
Resort adalah tempat wisata atau rekreasi yang sering dikunjungi orang dimana pengunjung datang untuk menikmati potensi alamnya. (A.S. Hornby, Oxford Leaner’s Dictionary of Current English, Oxford University Press, 1974)
•
Resort adalah sebuah tempat menginap dimana mempunyai fasilitas khusus untuk kegiatan bersantai dan berolah raga seperti tennis, golf, spa, tracking, dan jogging, bagian concierge berpengalaman dan mengetahui betul lingkungan resort, bila ada tamu yang mau hitch-hiking berkeliling sambil menikmati keindahan alam sekitar resort ini. (Nyoman.S. Pendit. Ilmu Pariwisata, Jakarta: Akademi Pariwisata Trisakti, 1999)
•
Resort adalah sebuah kawasan yang terrencana ydab tidak hanya sekedar untuk menginap tetapi juga untuk istirahat dan rekreasi. (Chuck Y. Gee, Resort Development and Management, Watson-Guptil Publication 1988)
II.2.2.1 Pengertian Hotel Resort Hotel Resort didefinisikan sebagai hotel yang umunya terletak dikawasan wisata, dimana sebagian pengunjung yang menginap tidak melakukan kegiatan usaha. Umumnya terletak cukup jauh dari pusat kota sekaligus difungsikan sebagai tempat peristirahatan. Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa hotel resort secara total menyediakan fasilitas untuk berlibur, rekreasi dan olah raga. Juga umumnya tidak bisa dipisahkan dari kegiatan menginap bagi pengunjung yang berlibur dan menginginkan perubahan dari kegiatan sehari-hari. II.2.2.2 Faktor Penyebab Timbulnya Hotel Resort Sesuai dengan tujuan dari keberadaan Hotel Resort yaitu selain untuk menginap juga sebagai sarana rekreasi. Oleh sebab itu timbulnya hotel resort disebabkan oleh faktor-faktor berikut : a) Berkurangnya waktu untuk beristirahat Bagi masyarakat kota khususnya kota Medan kesibukan mereka akan pekerjaan selalu menyita waktu mereka untuk dapat beristirahat dengan tenang dan nyaman. b) Kebutuhan Manusia akan rekreasi Manusia pada umumnya cenderung membutuhkan rekreasi untuk dapat bersantai dan menghilangkan kejenuhan yang diakibatkan oleh aktivitas mereka. c) Kesehatan Gejala-gejala stress dapat timbul akibat pekerjaan yang melelahkan sehingga dapat mempengaruhi kesehatan tubuh manusia. Untuk dapat memulihkan kesehatan baik para pekerja maupun para manula membutuhkan kesegaran jiwa dan raga yang dapat diperoleh di tempat berhawa sejuk dan berpemandangan indah yang disertai dengan akomodasi penginapan sebagai sarana peristirahatan. d) Keinginan Menikmati Potensi Alam Keberadaan potensi alam yang indah dan sejuk sangat sulit didapatkan di daerah perkotaan yang penuh sesak dan polusi udara. Dengan demikian keinginan masyarakat perkotaan untuk menikmati potensi alam menjadi permasalahan, oleh sebab itu hotel resort menawarkan pemandangan alam yang indah dan sejuk sehingga dapat dinikmati oleh pengunjung ataupun pengguna hotel tersebut.
II.2.2.3 Karakteristik Hotel Resort Ada 4 (empat) karakteristik hotel resort sehingga dapat dibedakan menurut jenis hotel lainnya, yaitu : a. Lokasi Umumnya berlokasi di tempat-tempat berpemandangan indah, pegunungan, tepi pantai dan sebagainya, yang tidak dirusak oleh keramaian kota, lalu lintas yang padat dan bising, “Hutan Beton” dan polusi perkotaan. Pada Hotel Resort, kedekatan dengan atraksi utama dan berhubungan dengan kegiatan rekreasi merupakan tuntutan utama pasar dan akan berpengaruh pada harganya. (Fred Lawson, Hotel and Resort, Planning, Design and Refubishment, Watson-Guptil, 1995 ) b. Fasilitas Motivasi pengunjung untuk bersenang-senang dengan mengisi waktu luang menuntut ketersedianya fasilitas pokok serta fasilitas rekreatif indoor dan outdoor. Fasilitas pokok adalah ruang tidur sebagai area privasi. Fasilitas rekreasi outdoor meliputi kolam renang, lapangan tennis dan penataan landscape.( Manuel-Bory Boid and Fred Lawson, Tourism and Recreation Development, The Achithectur Ltd, London, 1977 ) c. Arsitektur dan Suasana Wisatawan yang berkunjung ke Hotel Resort cenderung mencari akomodasi dengan arsitektur dan suasana yang khusus dan berbeda dengan jenis hotel lainnya. Wisatawan pengguna hotel resort cenderung memilih suasana yang nyaman dengan arsitektur yang mendukung tingkat kenyamanan dengan tidak meninggalkan citra yang bernuansa etnik. d. Segmen Pasar Sasaran yang ingin dijangkau adalah wisatawan / pengunjung yang ingin berlibur, bersenang-senang, menikmati pemandangan alam, pantai, gunung dan tempat-tempat lainnya yang memiliki panorama yang indah.
II.2.2.4 Jenis-jenis resort berdasarkan kelengkapan atraksi wisata a. Resort gabungan (intergrated resort) Resort gabungan termasuk perkampungan pedesaan untuk tempat berlibur adalah resort yang direncanakan secara khusus. Dimana para pekerjanya dapat tinggal didalam atau dekat dengan resort. Orientasi resort ini dikhususkan pada keistimewaan alam seperti pantai, laut, lereng-lereng ski, pemandangan gunung, taman nasional, atau keistimewaan lain seperti daerah dengan arkeologi dan sejarah,
iklim yang menyehatkan, lapangan golf atau fasilitas olahraga lain atau kombinasi diantaranya. b. Resort perkotaan (town resort) Resort perkotaan menggabungkan penggunaan lahan dan aktifitas pada komunitas perkotaan, tetapi secara ekonomi difokuskan kepada aktifitas resort yang memiliki akomodasi eperti hotel dan fasilitas pelayanan wisata. Ada beberapa contoh resort perkotaan seperti resort ski, resort pantai, dan resort spa dikota-kota Eropa dan Amerika utara. Resort pantai di Australia dan resort spa diperkotaan Jepang. c. Resort retreat (retreat resort) Skala resort ini lebih kecil, kira-kira 25-50 kamar, tetapi direncanakan dengan kualitas tinggi. Terdapat didaerah-daerah terpencil seperti di pegunungan atau dipulau-pulau kecil. Akses satu-satunya hanya melalui kapal boat atau kapal udara kecil atau jalan layang. d. Rekreasi air (perairan) Yang dimaksud dengan rekreasi air (perairan) yaitu rekreasi yang dilakukan pada media perairan, baik sungai, danau, waduk atau laut. Rekreasi ini memanfaatkan potensi alam perairan. Jenis aktifitas yang dapat dilakukan pada rekreasi perairan ditentukan oleh kondisi perairannya. Aktifitas tersebut dapat bersifat pasif atau aktif. Sebagai contoh untuk perairan yang airnya deras bergelombang tetapi mempunyai pemandangan yang indah, maka aktifitasnya cendrung pasif (contohnya pada pantai Parangritis, Jogjakarta). Sedangkan untuk perairan yang tenang maka aktifitasnya cendrung aktif (seperti Marina Ancol, Pantai Kuta Bali).
II.2.2.5 Klasifikasi Hotel Di Indonesia pada tahun 1970 oleh pemerintah menentukan klasifikasi hotel berdasarkan penilaian-penilaian tertentu sebagai berikut : •
Luas Bangunan
•
Bentuk Bangunan
•
Perlengkapan (fasilitas)
•
Mutu Pelayanan
Namun pada tahun 1977 ternyata sistem klasifikasi yang telah ditetapkan tersebut dianggap tidak sesuai lagi. Maka dengan Surat Keputusan Menteri Perhubungan No. PM.10/PW. 301/Pdb – 77 tentang usaha dan klasifikasi hotel, ditetapkan bahwa penilaian klasifikasi hotel secara minimum didasarkan pada : •
Jumlah Kamar yang tersedia
•
Fasilitas yang tersedia
•
Peralatan yang digunakan
•
Mutu Pelayanan ( yang dimiliki ) Berdasarkan pada penilaian tersebut, hotel-hotel di Indonesia kemudian digolongkan
ke dalam 5 (lima) kelas hotel, yaitu : •
Hotel Bintang 1 (*)
•
Hotel Bintang 2 (**)
•
Hotel Bintang 3 (***)
•
Hotel Bintang 4 (****)
•
Hotel Bintang 5 (*****) Hotel-hotel yang tidak bisa memenuhi standar kelima kelas tersebut, ataupun yang
berada di bawah standar minimum yang ditentukan oleh Menteri Perhubungan disebut Hotel Non Bintang. Pada tahun 1970-an sampai dengan tahun 2001, penggolongan kelas hotel bintang 1 sampai dengan bintang 5 lebih mengarah ke aspek bangunannya seperti luas bangunan, jumlah kamar dan fasilitas penunjang hotel dengan bobot penilaian yang tinggi. Tetapi sejak tahun 2002 berdasarkan Keputusan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata No. KM 3/HK 001/MKP 02 tentang penggolongan kelas hotel, bobot penilaian aspek mutu pelayanan lebih tinggi dibandingkan dengan aspek fasilitas bangunannya. Selanjutnya dijelaskan oleh United State Lodging Industry bahwa , yang utama hotel terbagi menjadi tiga jenis yaitu : •
Transient Hotel , adalah hotel yang letak / lokasinya di tengah kota dengan jenis tamu yang menginap sebagian besar adalah untuk urusan bisnis dan turis.
•
Residential Hotel , adalah hotel yang pada dasarnya merupakan rumah – rumah berbentuk apartemen dengan kamar – kamarnya , dan disewakan secara bulanan atau tahunan. Residential Hotel juga menyediakan kemudahan – kemudahan seperti
layaknya hotel , seperti restoran , pelayanan makanan yang diantar ke kamar , dan pelayanan kebersihan kamar •
Resort Hotel , adalah hotel yang pada umumnya berlokasi di tempat – tempat wisata , dan menyediakan tempat – tempat rekreasi dan juga ruang serta fasilitas konferensi untuk tamu – tamunya.
Pengelompokan hotel menurut standard hotel yaitu : •
Hotel international standard
•
Hotel semi international standard
•
Hotel national standard
•
Hotel non national standard ( non claccipied )
Penentuan standard hotel tersebut didasarkan atas beberapa system yaitu : •
Management system ( sistem pengelolaan )
•
Room capacity system ( sistem kapasitas kamar )
•
Facilities system ( sistem fasilitas yang dimiliki )
•
Employment system ( sistem penempatan pegawai )
•
Administration system ( sistem administrasi )
Pengelompokan jenis hotel menurut ukuran besar / kecilnya hotel yaitu : •
Hotel kecil ( small hotel ) : jumlah kamarnya kurang dari 26 kamar tamu
•
Hotel rata – rata kecil sedang ( small average size hotel ): jumlah kamar 26 – 99 kamar tamu
•
Hotel rata – rata sedang menengah ( medium average size hotel ) : jumlah kamar 100 – 299 kamar tamu
•
Hotel besar ( large hotel ) : jumlah kamar 300 – 3000 kamar tamu
II.3 Definisi Teknis Obyek Ecotourism Resort adalah tempat beristirahat dan berekreasi yang berbasis pada wisata alam dimana terdapat upaya pelestarian alam serta kebudayaan didalamnya.
Semua usaha pendekatan desain dan Ecotourism Resort diarahkan kedalam prinsipprinsip ekologi dengan tujuan agar pengunjung bisa menghadirkan keseimbangan antara tubuh, pikiran dan jiwanya dalam sebuah lingkungan yang bersahabat. Perancangan Ecotourism Resort ini terdiri dari 3 komponen yang saling terkait, yaitu ”Architecture”, ”Environment” dan ”Community”. Pendekatan ”Architecture” dalam hal ini merupakan bagaimana rancangan dari obyek ini menyatu dengan alam dan menjadi pelengkap atau pemanis dari lansekap sekitar. Serta bagaimana upaya menghadirkan obyek rancang ini tidak merusak lingkungan yang ada, bahkan seharusnya memperbaiki lingkungan sekitarnya. ”Evironment” merupakan pendekatan alam, dengan tujuan konservasi yang menuntut adanya prinsip-prinsip ekologi yang bergerak dalam lingkup arsitektur dan alam serta pelestarian kebudayaan setempat sebagai aset bangsa. Sedangkan ”Community” adalah pendekatan bagaimana kehadiran resort ini dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat disekitarnya, misalnya dengan memberdayakan masyarakat sekitar sebagai guide atau dengan berbagai macam cara lainnya. II.3.1 Fungsi dari Obyek Ruang Tranquality, sebuah tempat berlindung dari segala kesibukan rutinitas harian masyarakat kota, sebuah tempat yang penuh dengan ketenangan, sebuah tempat sepi dimana pengunjung bisa berelaksasi dalam suasana yang begitu dekat dengan alam. Serenity, menawarkan kedamaian dan ketentraman yang selama ini ditawarkan oleh alam. Dimana pengunjung dapat kembali menikmati hubungan dengan alam dan belajar untuk lebih dekat dan menghargai alam. Adventure, sebagai sarana untuk merasakan bertualang dialam bebas, baik dihijaunya pegunungan maupun di birunya lautan. Tentu saja di fasilitasi oleh resort sesuai dengan kondisi resort. Conservation, sebagai upaya pelestarian berbagai unsur alam yang terdapat disekitar lokasi site.
II.4 Studi Kelayakan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, sebagai provinsi paling barat Indonesia, mulai berbenah diri dari pasca Tsunami yang melanda sebagian besar daerah pesisir pantai barat dan utara, baik itu bangunan fisik maupun non fisik. Banyak terdapat objek wisata di daerah Aceh yang memiliki objek wisata yang berskala internasional seperti Pulau Weh (Sabang), Danau Laut Tawar (Takengon), Pantai Lhok Nga (Banda Aceh), dan Objek wisata lainnya. Begitu pula kabupaten Aceh Singkil, sebagai salah satu Daerah Tujuan Wisata di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD), mempunyai sektor potensi yang cukup besar bagi pengembangan pariwisata. Potensi daerah seperti keindahan dan kekayaan alam, kehidupan sosial budaya, serta peninggalan-peninggalan sejarah yang semuanya dapat dijadikan objek wisata. Objek-objek wisata tersebar di seluruh kabupaten Aceh Singkil dan secara umum dapat dikelompokkan dalam tiga kawasan yaitu kawasan wisata rekreasi di daratan Singkil, kawasan wisata konservasi alam di pulau Bangkaru, dan kawasan wisata rekreasi bahari di pulau Tuangku dan pulau lainnya. Untuk jumlah kunjungan wisatawan mancanegara yang datang ke Kabupaten Aceh Singkil sendiri dapat dilihat pada tabel berikut ini. No. Kewarganegaraan Wisatawan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Australia Jerman Amerika Serikat Perancis Spanyol Canada Swiss Swedia Denmark Belanda Thailand Firlandia New Zealand Polandia Arab Italia Portugal Inggris Jumlah Total
2002 40 14 16 15 18 0 3 5 4 12 2 0 13 10 0 0 0 0 152
Banyaknya Kunjungan Wisatawan (orang) 2003 2004 2006 2007 2009 48 0 20 100 4 22 0 10 15 11 12 0 3 21 1 9 0 3 9 3 16 0 6 0 2 2 0 0 17 2 19 0 6 13 0 3 0 2 0 3 6 0 3 7 0 18 0 8 16 21 5 0 0 0 0 4 0 2 1 1 11 0 6 10 2 8 0 3 3 0 0 0 3 0 1 0 0 0 0 2 0 0 0 0 1 0 0 0 0 2 183 0 75 212 56
Tabel 2.1 Tabel kunjungan wisatwan mancanegara ke Aceh Singkil Sumber: Dinas Pariwisata Kabupaten Aceh Singkil
2010 21 20 19 19 20 18 20 19 20 24 0 15 16 15 0 19 16 19 300
Dari data diatas, dapat dilihat terjadi peningkatan wisatawan pada tahun 2010. Peningkatan ini terjadi seiring dengan adanya festival penyu internasional yang menjadi program pemerintah setempat ditiap tahunnya.
II.5 LOKASI SITE Lokasi perancangan proyek Ecotourism Resort berada dikawasan Pulau Palambak Besar, kecamatan Pulau Banyak, Kabupaten Aceh Singkil-NAD.
Gambar 2.1 Lokasi Site (sumber: www.sumatraecotourism.com dan www.googleearth.com )
II.5.1 Kriteria Pemilihan Lokasi Pemilihan lokasi yang tepat merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan dari hamper semua proyek arsitektur. Luasan lahan pada proyek ini minimal 1 ha dan berada didaerah kepulauan. Adapun alasan pemilihan lokasi ialah: a. Arahan pengembangan pariwisata di Provinsi NAD CLUSTER Cluster Banda Aceh- Sabang
OBJEK WISATA
ARAHAN
UNGGULAN
PENGEMBANGAN
Mesjid Raya Baiturrahman, Diarahkan bekas-bekas tsunami, Pantai Daerah
menjadi Tujuan
Objek Wisata
Gapang, Taman Laut Pulau (ODTW) alam dan budaya Rubiah, dan Pantai Iboih Cluster Aceh Besar-Pidie
Pantai Pelabuhan Malahayati, Diarahkan Pantai Ujung Batee, Pantai Mantak Tari
dan Daerah
Makam Malikussaleh
Tujuan
Objek Wisata
(ODTW) alam
Cluster Bireun-Aceh Utara- Museum Malikussaleh dan Diarahkan Lhokseumawe
menjadi
Daerah
menjadi Tujuan
Objek Wisata
(ODTW) budaya dan minat khusus Cluster Aceh Timur-Langsa- Monumen Aceh Tamiang
Islam
Asia Tenggara (Monisa), dan Daerah Pantai Kuala Langsa
Cluster Aceh Tengah-Bener Taman Meriah-Gayo
Nasional
Lues-Aceh Leuser
menjadi Tujuan
Objek Wisata
(ODTW) alam dan budaya Gunung Diarahkan Daerah
Tenggara Cluster
Pertama Diarahkan
menjadi Tujuan
Objek Wisata
(ODTW) alam Aceh
Barat-Nagan Barat Daya
Jaya-Aceh Pantai Putih Cemara Indah, Diarahkan Raya-Aceh Pantai Lhok Geulumpang, Daerah dan Pantai Lagana
menjadi Tujuan
Objek Wisata
(ODTW) alam
Cluster Aceh Singkil-Aceh Pantai Pulau Sarok, Desa Diarahkan menjadi Objek Selatan
Wisata Kuala Baru, dan Daerah Taman
Laut
Palambak Besar Cluster
Simeulu-Kepulauan Pantai Lasikin
Tujuan
Wisata
Pulau (ODTW) alam, budaya dan minat khusus Diarahkan
menjadi
Objek
Banyak
Daerah
Tujuan
Wisata
(ODTW) alam Tabel 2.2 Arahan pengembangan pariwisata di Provinsi NAD Sumber: RTRW Propinsi NAD b. Lingkungan Kriteria lingkungan berada pada lokasi yang strategis dan memiliki hamparan pasir putih yang luas dan panjang. c. Pencapain Lokasi site yang strategis, mudah dicapai dari ibu kota kecamatan; Pulau Balai, dan pencapaian ke lokasi wisata lainnya, seperti lokasi surfing di Ujung Lolok (bagian selatan Pulau Tuangku) dan Pulau Bangkaru yang juga merupakan tempat penangkaran penyu, lokasi jungle trekking di Pulau Tuangku, lokasi scuba diving di Pulau Tailana, Pulau Matahari, Pulau Rago-rago, Pulau Pabisi dan Pulau Sikandang.
II.6 STUDI BANDING PROYEK SEJENIS II.6.1 Sipadan Water Village Sipadan Water Village adalah sebuah resort indah dibangun dengan desain arsitektur Bajau. Bagian dari Pulau Pulau Mabul juga rumah bagi kelompok nelayan Bajau yang telah membangun rumah-rumah jerami tradisional mereka. Laut Bajau, suku satu-satunya di dunia gipsi laut, nomaden menghabiskan kehidupan mereka di atas air. Selama bertahun-tahun, beberapa telah memasuki transisi dari laut nomaden ke kehidupan desa menetap di lokasi bekas pelabuhan besar seperti Pulau Mabul. Seluruh resort yang dibangun diatas air panggung terbuat dari Kayu Belian biasa disebut kayu besi, diletakkan di dalam titik tertentu sehingga untuk meminimalkan kerusakan pada terumbu karang yang ada. Dalam desain, Sipadan water village telah mencapai dekat utopia dalam tata letak over-the air-nya, akomodasi pondok indah air dengan bunga-bunga trotoar, masakan Benua Asia yang sempurna dan layanan yang menarik. Sipadan Water Village adalah salah satu pelopor dalam pengembangan rekreasi menyelam dan manajemen resor di Pulau Mabul. Resort ini dikelola oleh Sabah Tan Sri Datuk Haji Panglima Sakaran Bin Dandai, yang secara resmi dibuka pada tanggal 29 Desember 1995.
Gambar 2.2 Sipadan water village (sumber: www.google.com) Ruang & Akomodasi Sipadan Water Village Resort
Junior Chalet
Standard Chalet
Deluxe Chalet
Grand Deluxe Chalet
Gambar 2.3 Ruang dan akomodasi Sipadan water village (sumber: www.google.com)
Desain arsitektur dari 45 vila air mencerminkan incluence gaya Bajau lokal. Resor ini terletak di bagian pulau dimana terlindung dari badai. Lantai pondok air kurang dari 1 meter di atas tanda air yang tinggi. Chalets yang luas dengan pintu geser yang terbuka lebar ke dek pribadi ruangan. Junior Chalet •
2 Twin Beds
•
Balkon
•
Sea or Island View
•
Tea/Coffee Maker
•
Private Bathroom and Toilet
•
Hair Dryer
•
Hot/Cold Showers
•
Ceiling Fans
•
Mini Bar (konsumsi dibebankan ke rekening kamar tamu)
•
Settees
•
Dressing Table/Chair
•
Lemari Kayu
•
Electrical Light and Power Point (220-240V)
Standard Chalet •
Twin / Double atau Triple Tempat Tidur
•
Balkon
•
Sea or Island View
•
Tea/Coffee Maker
•
Private Bathroom and Toilet
•
Hair Dryer
•
Hot/Cold Showers
•
Ceiling Fans
•
Mini Bar (konsumsi dibebankan ke rekening kamar tamu)
•
Settees
•
Dressing Table/Chair
•
Lemari Kayu
•
Electrical Light and Power Point (220-240V)
Deluxe Chalet •
King Size Bed
•
Balcony
•
Sea or Island View
•
Tea/Coffee Maker
•
Private Bathtub and Toiletries
•
Hair Dryer
•
Hot/Cold Showers
•
Ceiling Fans
•
Mini Bar (konsumsi dibebankan ke rekening kamar tamu)
•
Settees
•
Dressing Table/Chair
•
Lemari Kayu
•
Electrical Light and Power Point (220-240V)
Grand Deluxe Chalet •
2 Queen Size Beds
•
Balcony
•
Sea or Island View
•
Tea/Coffee Maker
•
Private Bathtub and Toiletries
•
WILTON Residential Spa Pool
•
Hair Dryer
•
Hot/Cold Showers
•
Ceiling Fans
•
Mini Bar (konsumsi dibebankan ke rekening kamar tamu)
•
Settees
•
Dressing Table/Chair
•
Lemari Kayu
•
Electrical Light and Power Point (220-240V)
Fasilitas & Layanan Sipadan Water Village
Mini Market
Pantai
Gambar 2.4 Fasilitas dan layanan Sipadan water village (sumber: www.google.com)
Dive Boat
Pulau
Dive Centre Dive centre bertanggung jawab atas semua kegiatan air, pelatihan scuba dan pendidikan. Pusat ini dibuka dari pukul 07.00 pagi dan dilengkapi dengan locker, shower, toilet dan area umum untuk beristirahat di antara penyelaman dengan makanan ringan gratis, kopi panas dan teh. Pusat ini dilengkapi dengan perahu fiberglass custom built menyelam yang membawa 12 penumpang masing-masing. Setiap kapal keluar 3 perjalanan sehari disertai dengan tukang perahu dan Master Dive. Semua Masters Dive secara khusus terlatih dalam ekologi laut Pulau Mabul dan tidak akan hanya menunjukkan atraksi menyelam tapi juga memberikan pengetahuan mereka tentang kehidupan laut sehingga tamu dapat kembali dari liburan yang tidak terlupakan mereka dengan pemahaman lingkunag yang lebih baik. Fasilitas Resort •
Guest Check-In
•
Checking Out
•
Express Checkout Service
•
Wake Up Calls
•
Safe Keeping Service
•
Fasilitas Telepon / Faksimili
•
Mailing Services dan Informasi
•
Travel and Tours Assistance
•
Internet / Wireless
•
Mini Market
•
Dive Centre
•
Dining Hall
•
Bar Lounge
II.6.2 Pulau Ayer Resort Pulau Ayer adalah salah satu resort di pulau seribu Jakarta, Pulau Ayer terkenal dengan sebutan “Mutiara kepulauan seribu“, Resort ini mulai dikembangkan dan dibuka untuk objek wisata pada tahun 1950 dan merupakan tempat peristirahatan Presiden Soekarno.
Bangunan cottage, fasilitas dan nama cottage bernuansa Asmat dan diberi nama sesuai dengan nama suku Asmat yang ada di Irian (Papua) seperti; Ayamaru, Oshibi, Fakfak dan lain-lain. Pulau Ayer Resort berada di kawasan Jakarta Utara, Indonesia dan untuk mencapai Pulau resort ini pengunjung harus menggunakan kapal, pihak pengelola pulau Ayer resort telah menyiapkan armada kapal yang berada di Marina Ancol, Jakarta Lokasi pulau Ayer resort hanya ditempuh selama 20 menit menggunakan speed boat dari Marina ancol, karena lokasi yang dekat dengan Jakarta, pulau ini cocok untuk pengunjung yang belum terbiasa menggunakan perjalanan laut, dan dikarenakan lokasi resort ini masih terbilang dekat dengan Jakarta, air laut sekitar pulau masih tercemar (kondisi masih seperti di ancol tidak bening) sehingga tidak dapat digunakan untuk snorkeling atau scuba diving. •
Tipe Cottage & Hotel di Pulau Ayer Resort
Cottage dan hotel di pulau Ayer resort berada di setiap pojok pulau, Pulau ini kurang lebih seluas 8 hectares, arsitektur cottage dan fasilitas di pulau ayer bernuansa suku Asmat, pengunjung yang ingin tinggal diatas air dapat memilih tipe cottage floating, dimana cottage dibangun diatas air dan dihubungkan dengan jembatan kayu, dan di dalam cottage dilengkapi fasilitas seperti AC, Pemanas air, TV, Kulkas dll Pulau Ayer & Resort menawarkan tipe Cottage Floating (diatas air) 1. Tipe Deluxe = cottage dengan 1 room / kamar dengan Twin Bed) atau disebut tipe “SERUI” 2. Tipe Family (1 room double bed) atau disebut tipe “FAK FAK” 3. VIP (2 bedroom with living room) atau disebut tipe “RANSIKI”
Untuk tipe Hotel dan Cottage yang berada di darat (Land cottage) 1. Deluxe Cottage disebut tipe “OSHIBI” 2. Family (1 bedroom with single bed) – ENAROTALI
3. VIP (2 bedroom + living room) – AYAMARU 4. Bungalow (2 bedroom) – CENDRAWASIH 5. Deluxe Hotel (1 bedroom capacity 2 person) 6. Executive Hotel. (1 bedroom capacity for 4 person)
Fasilitas di Pulau Ayer Resort Pulau Ayer resort menawarkan berbagai fasilitas olah raga dan hiburan bagi pengunjung nya, adapun fasilitas yang dapat di nikmati antara lain Swimming pools, Land Cottage, Floating Cottages, Restaurant, Fasilitas olah raga air (banana boat,jet ski dll, Children Play ground, Souvenir shop, Karaoke) •
Fasilitas Cottages
Jenis cottage standar, floating cottage di Pulau Anyer disebut dengan “Serui”. Resort Pulau Anyer memiliki 14 cottage tipe cottage serui. Dengan fasilitas satu kamar tidur twin bed, AC, kamar mandi pribadi, ruang tamu, teras, telepon, tv dan kulkas.
Family floating cottage, di Pulau Anyer disebut “Fak-fak”. Di resort ini di tawarkan 12 unit cottage tipe ini. Kapasitas normal untuk dua orang, difasilitasi dan dilengkapi dengan satu kamar tidur dengan dua tempat tidur, AC, kamar mandi pribadi, ruang tamu, teras private, telepon, tv dan kulkas.
Tipe VIP floating cottage, disebut tipe “Ransiki”. Terdapat 7 unit cottage jenis ini, difasilitasi dengan dua kamar tidur dengan dua tempat tidur ganda, AC, dua kamar mandi pribadi, ruang tamu, ruang makan, teras, telepon, tv, dan kulkas. Karena cottage tipe ini berada didaerah luar dari semua tipe yang ada, tipe ini memiliki pemandangan gratis yang indah, dari teras penghuni dapat menikmati laut jawa dan aktifitas nelayan, dan dapat juga melakukan kegiatan memancing dari teras cottage.
Tipe Oshibi, dilengkapi dengan satu kamar tidur dengan dua tempat tidur,AC, kamar mandi, ruang tamu, teras, telepon, tv dan kulkas.
Cottage tipe family di darat, disebut “Enarotali”. Memiliki fasilitas yang sama dengan family cottage floating, dengan kapasitas normal untuk dua orang, difasilitasi dan dilengkapi dengan satu kamar tidur dengan dua tempat tidur, AC, kamar mandi pribadi, ruang tamu, teras private, telepon, tv dan kulkas.
Ayamaru is VIP memiliki fasilitas yang sama dengan cottage VIP floating, yang difasilitasi dengan dua kamar tidur dengan dua tempat tidur ganda, AC, dua kamar mandi pribadi, ruang tamu, ruang makan, teras, telepon, tv, dan kulkas.
Bungalow tipe Cendrawasih, bungalow dengan dua tingkat ini memiliki kapasitas untuk 4 orang. Dilengkapi dengan AC, tv, kulkas, kamar mandi dan teras.
Tipe Deluxe hotel, diengkapi dengan 1 tempat tidur ganda, kapasitas 2 orang, dilengkapi dengan AC, tv, telepon, dan kulkas.
Tipe Executive hotel, dangan 1 kamar tidur untuk kapasitas 4 orang, 2 tempat tidur ganda, AC, tv, dan kulkas.