8
BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN
2.1. Sejarah Perusahaan Sebelum masuk ke SBU Citilink yang merupakan unit usaha mandiri yang berada didalam lingkup perusahaan PT Garuda Indonesia maka perlu melihat sejarah PT Garuda Indonesia sebagai induk dari SBU Citilink. Sebagai national flag carrier, yang selanjutnya oleh Presiden Soekarno diberi nama Garuda Indonesian Airways, harus selalu siap melaksanakan tugas-tugas kenegaraan. Padatanggal 28 Desember 1949, dengan pesawat pertamanya yaitu jenis Dakota beregistrasi PK-DPD telah membawa Presiden Soekarno dari Yogkakarta menuju Jakarta untuk dilantik menjadi Presiden Republik Indonesia Serikat (RIS). Tiga bulan kemudian pada 31 Maret 1950, Garuda Indonesia resmi menjadi Perusahaan Negara, yang kemudian berubah berdasarkan akta No. 8 tanggal 4 Maret1975 dari Notaris Soeleman Ardjasasmita, S.H., sebagai realisasi Peraturan Pemerintah No. 67 tahun 1971, serta diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia (RI) No. 68 tanggal 26Agustus 1975. Anggaran Dasar Perusahaan telah mengalami beberapakali perubahan, terakhir dengan Akta No. 63 tanggal 15 Maret 2007 yang dibuat oleh Notaris Aulia Taufani, S.H.,pengganti Notaris Sutjipto SH. Akta ini sudah dicatat dalamTambahan Berita Negara RI tanggal 27 Juli 2007 No. 60. Modal ditempatkan dan diambil bagian oleh Pemerintah RI
9
sebanyak 6.826.564 lembar saham, PT (Persero) Angkasa Pura I sebanyak 124.248 lembar saham dan PT (Persero) Angkasa Pura II sebanyak 201.817 lembar saham dengan nominal Rp1.000.000 per saham. Akta ini memuat peningkatan modal sehubungan dengan Obligasi Wajib Konversi dalam rangka restrukturisasi hutang Perusahaan pada tahun 2001 kepada PT (Persero)Angkasa Pura I dan PT (Persero) Angkasa Pura II. Pemerintah Republik Indonesia menambah Penyertaan Modal Negara Rp 500 milyar berdasarkan PP
No. 46 Tahun 2006 tanggal 28 Desember 2006 dan
sebesar Rp 500 milyar berdasarkan PP No. 69 Tahun 2007 tanggal 10 Desember 2007. Penambahan ini sedang dalam proses untuk dituangkan dalam Akta Menurut Akte Pendirian Perusahaan, tujuan Perusahaan adalah melaksanakan dan menunjang kebijaksanaandan program Pemerintah di bidang pembangunan dan ekonomi nasional pada umumnya, khususnya dibidang jasa pengangkutan udara dan bidang lainnya yang berkaitan dengan jasa pengangkutan. Pada akhir 1950, Garuda Indonesia memiliki 38 buah pesawat yang terdiri dari 22 jenis DC3, 8 pesawat laut Catalina dan 8 pesawat jenis Convair 240. Pada tahun1953, armada berkembang menjadi 46 buah pesawat dengan delapan pesawat tambahan Convair 340s, dansatu tahun kemudian 14 pesawat jenis De Havilland Herons bergabung. Sementara itu pesawat jenis Catalina di “pensiun”kan dari barisan armada Garuda Indonesia.
10
Pada tahun 1956, untuk pertama kalinya Garuda Indonesia membawa penumpang jamaah Haji ke Mekkah. Pada tahun 1961, pesawat jenis turbo-prop Lockheed Electras bergabung dengan jajaran armada Garuda Indonesia. Garuda Indonesia memulai perjalanan terbangnya ke Eropa pada tahun 1965 dengan tujuan akhir di Amsterdam. Pada tahun berikutnya, Garuda Indonesia memiliki pesawat jet pertama DC 8.Pada tahun 1969, pesawat terbang Fokker F-27 turbo prop bergabung dengan Garuda Indonesia untuk melayani jalur domestik dan dua pesawat DC9 tiba di Jakarta. Dua pesawat jet F28 menambah jumlah pesawat yang dimiliki Garuda Indonesia pada 1971 dan pada 1980 Garuda Indonesia memiliki 24 pesawat DC9 dan 33 pesawat F28. Sepanjang tahun 80 an, armada Garuda Indonesia dan kegiatan operasionalnya mengalami rasionalisasi dan restrukturisasi besar-besaran didalam masa pertumbuhan karyawan penerbangan secara global yang sebelumnya tidak pernah terjadi. Sebagai pengaruh dari kejadian tersebut, Garuda Indonesia membangun Pusat Perawatan Pesawat yang diberi nama Garuda Maintenance Facility (GMF) di bandara internasional Soekarno-Hatta dan Pusat Pelatihan Karyawan, Garuda Training Centre yang terletak di Jakarta Barat. Di masa awal 90an, strategi masa depan Garuda Indonesia telah disusun sampai melewati tahun 2000. Armada pesawat Boeing 737-300/400 meningkat jumlahnya dan beberapa Boeing 747-400 di pesan.
11
Sejak awal tahun 2005 tim manajemen yang baru mulai membuat perencanaan bagi masa depan Garuda Indonesia. Dibawah manajemen baru Garuda Indonesia melaksanakan evaluasi ulang dan restukturisasi perusahaan secara menyeluruh dengan tujuan meningkatkan efisiensi kegiatan operasional, membangun kembali kekuatan keuangan, menambah tingkat kesadaran para karyawan
untuk
menanggapi
pelanggan,
dan
yang
terpenting
adalah
memperbaharui dan membangkitkan semangat Garuda Indonesia. Bagi Garuda Indonesia pelayanan dalam kegiatan operasional merupakan kunci indikator kinerja. Pengukuran strategi yang melibatkan restrukturisasi pada seluruh rantai pelayanan (service chain) menggaris bawahi bahwa perusahaan Garuda Indonesia memiliki komitmen yang tinggi untuk menjadi perusahaan yang berorientasi pada pelanggan. Garuda Indonesia per akhir 2007 mengoperasikan 48 pesawat terbang, termasuk tiga Boeing 747-400, enam Airbus 330-300, tiga puluh tujuh pesawat Boeing 737 (300,400, 500 dan 800) dan saat ini melayani 42 penerbangan baik tujuan dalam negeri maupun luar negeri. Dari perjalanannya sejak didirikannya sampai saat ini Garuda Indonesia fokus kepada jasa penerbangan udara dan selalu melakukan inovasi di semua bidang agar dapat memnuhi target dan tujuan perusahaan. Salah satu inovasi yang dikembangkan oleh Garuda Indonesia adalah SBU Citilink.
Unit usaha ini
merupakan unit usaha mandiri yang berada di dalam lingkup perusahaan PT
12
Garuda Indonesia beroperasi sejak tahun 2001. Citilink berorientasi pada optimasi sumber daya untuk memaksimalkan pelayanan penerbangan dengan pendekatan low cost carrier dengan menargetkan segmen budget traveler di pasar domestik. Restrukturisasi rute dilakukan dalam rangka optimalisasi sumber daya mulai Juni 2007 dengan menjadikan Batam sebagai poros jaringan rute. Restrukturisasi rute ini mempertimbangkan profitability, segmen pasar, kondisi persaingan dan kehadiran rute penerbangan perusahaan. Mulai Juni 2007 penerbangan Citilink menghubungkan kota-kota Jakarta,
Surabaya,
Medan, Batam dan Bandung.
Jumlah pelanggan Citilink menurun signifikan dari 741.064 pada tahun 2006 menjadi 404.920 di tahun 2007. Penurunan jumlah pelanggan ini disebabkan karena adanya pengurangan armada, dari 2 pesawat menjadi 1 pesawat, sehingga perlu dilakukan restrukturisasi rute. Seiring perjalanan waktu dan kondisi perusahaan yang tidak menentu pada bulan Januari 2008 Manajemen Garuda memutuskan Citilink tidak beroperasi untuk sementara dalam rangka menata ulang kebijakan dan strategi Citilink. Citilink beroperasi kembali pada bulan September 2008 dengan basis operasi di Surabaya, mula – mula dengan dua pesawat B737-300 (148 tempat duduk). Secara bertahap armada Citilink akan bertambah menjadi lima pesawat B737-300 pada tahun pertama operasinya. Motto Enjoy Simplicity Citilink menawarkan kemudahan dalam proses pemesanan tempat duduk dan pembayaran melalui website www.citilink.co.id .
13
Dari Surabaya Citilink melayani enam kota tujuan, yaitu Jakarta, Batam, Banjarmasin, Balikpapan, Mataram, dan Kupang. Dalam waktu dekat, Citilink akan menambahkan Makassar sebagai kota tujuan.
2.2. Lingkup Bidang Usaha Pada awalnya bidang usaha yang dimiliki oleh Garuda Indonesia fokus pada jasa pengangkutan udara seperti pengangkutan udara penumpang, barang dan pos dalam negeri dan luar negeri, pengangkutan udara borongan untuk penumpang dan barang dalam negeri dan luar negeri tetapi saat ini merambah ke bidang lain seperti jasa pelayanan sistem informasi yang berkaitan dengan pengangkutan udara, jasa konsultasi pendidikan dan pelatihan yang berkaitan dengan pengangkutan udara dan jasa pelayanan kesehatan personil penerbangan. Salah satu bidang usaha yang telah dirintis sebagai hasil inovasi dari Garuda Indonesia adalah SBU Citilink. Bidang usaha ini dikembangkan dengan memegang prinsip sederhana, mudah , murah namun sama sekali tidak mengurangi faktor keselamatan dan kenyamanan penumpang.
Untuk dapat
memenuhi prinsip tersebut diatas Garuda Indonesia menerapkan strategi atau pendekatan yang sesuai dengan keinginan perusahaan. Adapun pendekatan yang dilakukan dalam melayani kebutuhan pelayanan penerbangan adalah
dengan
pendekatan Low Cost Carrier yang menargetkan pada segmen budget traveler di pasar domestik. Penambahan jumlah pesawat dan rute Citilink, maka
14
menambah jumlah penumpang yang diangkut dari 589 ribu penumpang di tahun 2009 menjadi 1,1, juta penumpang di tahun 2010 atau meningkat sebesar 94,2%. Tidak hanya jumlah penumpang, Seat Load Factor Citilink juga mengalami peningkatan dari 63,7% di tahun 2009 menjadi 70,6% di tahun 2010.
2.3. Sumber Daya Citilink dikelola oleh 125 pegawai darat, 46 awak kokpit dan 63 awak kabin.
Citilink masih menggunakan SIUPP dan AOC Garuda dengan
mengoperasikan 8 pesawat yaitu 4 pesawat Boeing 737-300 dengan kapasitas 148 tempat duduk dan 4 pesawat Boeing 737-400 dengan kapasitas 170 tempat duduk. Per akhir 2010, jumlah ini mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun 2009, dimana Citilink hanya mengoperasikan 3 pesawat Boeing 737 yang terdiri dari 2 pesawat Boeing 737-300 dan 1 pesawat Boeing 737-400. Citilink telah melayani 10 kota di Indonesia yaitu Jakarta, Surabaya, Medan, Denpasar, Batam, Balikpapan, Banjarmasin, Makassar, Padang dan Tanjung Karang. Pada tahun 2012 Citilink merencanakan untuk memiliki armada sebanyak empat kali lipat jumlah Airbus A320 dalam armada, dari 5 sampai 20 pesawat. Sehubungan dengan hal tersebut diatas baru-baru ini Citilink menambahkan tiga pesawat Airbus A320 jet yang memiliki kursi hingga 180 penumpang dan segera pada bulan Februari akan datang 2 unit lebih dari A320.
15
Jaringan nasional Citilink akan menawarkan tujuan jauh lebih pada akhir tahun. Tujuan baru lainnya sudah pada daftar untuk tahun ini adalah Yogyakarta, Padang, Semarang dan Pekanbaru. Untuk berpartisipasi dalam segmen yang tumbuh cepat tarif rendah dari pasar dan memberikan tradisi kualitas, keselamatan dan keamanan kelompok Garuda Indonesia untuk segmen ini, kami berencana untuk spin off Citilink sebagai entitas bisnis baru dari perusahaan induk. PT Citilink Indonesia akan mulai beroperasi sebagai perusahaan yang terpisah dalam semester pertama tahun 2012.
Struktur Organisasi Citilink Gambar 2.1. Struktur Organisasi Citilink
Sumber: SK Nomor: JKTDQ/SKEP/50034/11 tgl 30 Juni 2011
16
Fungsi organisasi Citilink : 1.
Vice President : Menjamin berkembangnya bisnis Citilink sebagai salah satu SBU Perusahaan yang bergerak di bidang penerbangan berkonsep Low Cost Carrier (LCC), guna memberikan nilai tambah pada PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk., sesuai rencana bisnis Perusahaan, peraturan perundangan yang berlaku serta Good Corporate Governance.
2.
Senior Manager Corporate & Network Planning: Memastikan tersedianya strategi dan perencanaan jangka panjang melalui tersedianya Business Plan, Fleet Plan, Network Plan, dan implementasinya secara efektif dan efisien untuk pengembangan Citilink, guna memberikan nilai tambah pada PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk., sesuai rencana bisnis perusahaan, peraturan perundangan yang berlaku serta Good Corporate Governance (GCG).
3.
Senior Manager IT Support & Procurement Memastikan tersedianya dukungan IT dan pengadaan barang dan jasa terhadap seluruh kegiatan Citilink melalui implementasi secara efektif dan efisien untuk pengembangan penerbangan Citilink, guna memberikan nilai tambah pada PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk., sesuai rencana bisnis perusahaan, peraturan perundangan yang berlaku serta Good Corporate Governance (GCG).
17
4.
Senior Manager People Management & Genera Affairs Memastikan tersedianya resources, strategi SDM, sistem pengelolaan serta program SDM untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas SDM sejalan dengan perkembangan bisnis Citilink serta pengelolaan sistem layanan umun, berdasarkan peraturan perundangan dan Good Corporate Governance.
5.
Senior Manager Sales & Distribution Memastikan pencapaian target sales Citilink melalui pengelolaan berbagai bentuk saluran penjualan baik di kantor pusat maupun Customer Representative Office (CRO) guna mengembangkan bisnis Citilink, sesuai dengan standar keamanan penerbangan, peraturan perundangan yang berlaku serta Good Corporate Governance.
6.
Senior Manager Unit Marketing Memastikan pencapaian kontribusi route profitability penerbangan Citilink melalui pengelolaan produk dan layanan, kemudian aksesbilitas, intensitas komunikasi produk dan layanan guna mencapai harapan pelanggan, sesuai dengan standar keamanan penerbangan, peraturan perundangan yang berlaku serta Good Corporate Governance.
7.
Senior Manager Unit Production Memastikan kelancaran operasi penerbangan Citilink, meliputi pengelolaan crew, station dan teknik telah sesuai standard keselamatan & keamanan penerbangan, ketentuan perusahaan serta Good Corporate Governance.
18
8.
Senior Manager Revenue Management Memastikan tercapainya optimalisasi revenue passanger melalui layanan ticketing system, reservation system, system inventory, flight steering, tariff & pricing guna mendukung pencapaian target revenue passanger berdasarkan peraturan perundangan dan Good Corporate Governance.
9.
Senior Manager Finance Memastikan tersedianya perencanaan keuangan, pengelolaan kas, akuntansi pendapatan serta pengendalian fungsi dan aktivitas keuangan Citilink, sesuai dengan ketentuan dan kebijakan perusahaan, peraturan perundangan dan Good Corporate Governance.
10. Fungsi Financial Analysis Memastikan tersedianya rekomendasi kebijakan anggaran dan kelayakan financial kepada VP SBU Citilink serta memonitor pencapaiannya melalui sistem pengawasan dan analisis kinerja keuangan, guna pengambilan keputusan oleh VP SBU Citilink sesuai dengan ketentuan dan kebijakan Perusahaan, peraturan perundangan dan Good Corporate Governance.
2.4. Tantangan Bisnis Penerbangan LCC yang sudah lebih berpengalaman dari pada Citilink dan perusahan penerbangan LCC yang baru muncul namun mempunyai armada dan rute yang lebih luas dari Citilink.
19
Berada di bawah pengelolaan perusahaan induk membuat Citilink kurang fleksibel dalam pengambilan kebijakan. Maka, sejak Januari tahun 2009 Citilink telah berubah menjadi PT Citilink Indonesia, namun secara operasional Citilink beroperasi sebagai unit usaha Garuda kendati telah memperoleh status perseroan terbatas (PT) atau berbadan hukum sendiri, sesuai surat izin DEPKUMHAM no: AHU/14555.AH.01.01.2009 (www.iamsa.web.id). Hal ini disebabkan adanya regulasi pemerintah dalam mengajukan SIUP (Surat Ijin Usaha) dan Air Operator Certificate (AOC) perusahaan penerbangan harus mempunyai 10 pesawat dan minimal 5 diantaranya adalah milik, mengacu UU No.1/2009 tentang penerbangan pasal 118 (www.iamsa.web.id). Mengingat
tingginya permintaan akan LCC saat ini perusahaan induk
Garuda Indonesia secara bertahap berencana akan menambah jumlah armada pesawat Citilink mencapai 20 unit sampai dengan tahun 2014. Perkembangan bisnis penerbangan kedepannya masih menghadapi tantangan yang berat, mengingat harga fuel (avtur) yang terus meningkat yang merupakan komponen biaya yang paling besar dalam total operating cost di bisnis penerbangan disamping maintenance pesawat. Otomatis dengan biaya operasi yang makin meningkat, maskapai terpaksa harus menaikkan tarif. Oleh karena itu, strategi bisnis LCC yang sejati yang secara aggresif mampu melakukan penghematan terhadap konsumsi fuel akan sangat sesuai diterapkan di Indonesia mengingat calon-calon penumpang di Indonesia adalah sangat sensitive terhadap
20
price, maka kecenderungannya penumpang akan memilih maskapai yang menawarkan harga murah, namun maskapai LCC tetap mendapatkan profit dari bisnisnya. Maka kedepannya, besar kemungkinannya hanya maskapai dengan pola LCC yang akan lebih mampu bertahan dibandingkan dengan maskapai dengan pola layanan tradisional yang lain.
1.5. Bisnis Proses Proses pengoperasian setiap operasi penerbangan melalui tahap
sebagai
berikut: 1. Flight Scheduling 1 (flight plan) mengatur persiapan jadual rute penerbangan, antara lain: ijin penerbangan per rute, penanganan pesawat di bandara, dll. 2. Fleet Scheduling (flight assignment) mengatur tipe armada yang akan digunakan untuk setiap rute penerbangan. 3. Crew Scheduling (CROPA) penataan jadual awak kokpit dan awak kabin pada setiap rute penerbangan sesuai dengan set crew. 4. Revenue Management (RMS) penataan harga penjualan setiap tempat duduk bagi penumpang di setiap rute yang diterbangkan. 5. Flight Scheduling 2 (rute komersial) penetapan sebagai rute regular setiap periode route profitability.
21
Ke lima proses di atas dimasukkan ke dalam rencana dan jadual perawatan pesawat untuk dapat dijadualkan dan dikoordinasikan pengoperasiannya kepada unit yang terkait dengan pengoperasian dan penjadualan sistem penerbangan (flight system), sebagaimana digambarkan di bawah ini. Gambar 2.2.: Bisnis Proses Citilink
Sumber: Citilink, www.citilink.co.id