BAB II ANALISIS STRUKTUR NOVEL RUMAH MERAH KITA
2.1 Sinopsis Razonca Dirzamsa ( Zonca), seorang pemuda berasal dari Pulau Jagze, pergi ke kota Koblem, ibukota Negara Sailon, untuk melanjutkan studi ilmu peternakan pada Universitas Negara Sailon. Di Koblem ia berkenalan dengan Verzaya (Verza), senior kampusnya, serta Ariaseni (Aria), seorang anak menteri kesejahteraan rakyat yang kesepian. Aria mengambil jurusan psikologi di kampus yang sama dengan Zonca. Aria dan Verza merupakan senior di kampusnya, dan mereka sebagai pendiri Rumah Merah Kita, yaitu sebuah rumah bersama yang penuh impian yang sekaligus merupakan sebuah organisasi bawah tanah. Rumah Merah Kita itu kelak menjadi sejarah bagi mereka, para pemuda. Tujuan didirikan Rumah Merah yang merupakan organisasi bawah tanah adalah untuk menentang tindakan pemerintah Negara Sailon yang otoriter dan penuh kesewenangan. Awal mula terbentuknya organisasi Rumah Merah karena adanya pemberitaan mengenai intervensi Negara Bosrian terhadap Sailon di banyak media massa. Aria dan Verza sebagai anak muda yang memiliki idealisme tinggi tertantang untuk menyelesaikan masalah tersebut. Mereka memrakarsai berdirinya sebuah organisasi oposisi pemerintah di luar parlemen, yang kemudian dikenal dengan nama Rumah Merah. Rumah Merah adalah sebuah bangunan fisik kemudian menjadi nama organisasi yang mereka bentuk. Rumah itu mereka sewa dari hasil patungan antara 14
anggota kelompok diskusi yang mereka dirikan, dan dicat berwarna merah. Rumah ini mereka jadikan sebagai pondokan tempat tinggal mereka selama masa kuliah. Orangorang yang mereka rekrut untuk ikut bergabung adalah orang-orang muda yang militan
yang sudah teruji kualitas mentalnya. Dalam waktu yang relatif singkat
Rumah Merah telah memiliki banyak kader di Koblem, dan tersebar di beberapa universitas. Aria dan Verza menginginkan agar Zonca ikut bergabung dalam organisasi Rumah Merah. Ini disebabkan karena Rumah Merah belum mempunyai kader dari Pulau Jagze, dan mereka yakin kelak suatu saat Zonca akan menjadi orang pertama yang mampu membangun Jagze dan menumbuhkan keberanian dan kejujuran masyarakatnya. Selain itu, Zonca juga mempunyai tekad dan keberanian yang luar biasa untuk menyumbangkan hidupnya demi rakyat Sailon. Zonca menjadi seorang aktivis Rumah Merah dan aktif terlibat dalam setiap kegiatan. Sebagai seorang aktivis tentu saja setiap gerak langkah dan sepak terjangnya selalu dipantau oleh pemimpin dari negara-negara yang sudah menandatangani perjanjian kerja sama di bidang pertambangan. Maka terjadilah protes dan perlawanan rakyat dari negara-negara penanda tangan perjanjian bidang pertambangan. Di tengah kekisruhan dan ketidakmenentuan, muncul perlawanan dari Pulau Jagze dan Balehoem. Jagze menuntut kemerdekaan, Balehoem ingin diberi status ekonomi khusus. Hal ini karena, menurut penduduk Jagze dan Balehoem, pemerintah Sailon terlalu Koblemsentris. Pemerintah Sailon menanggapi hal tersebut dengan mengerahkan pasukan militer untuk meredam 15
gejolak. Aktivis Rumah Merah tidak tinggal diam. Zonca, Aria, dan Verza serta kawan-kawan dari Rumah Merah pun tidak ketinggalan, mereka berada di barisan terdepan bila ada aksi unjuk rasa. Mereka tampil dengan koordinasi
yang rapi.
Rumah Merah telah berhasil mengumpulkan para aktivis mahasiswa dan gerakan kepemudaan di wilayah Koblem. Mereka sepakat turun ke jalan dan bergabung dalam Aliansi Anti Disintegrasi (AAD). Anggota Rumah Merah datang membawa bendera berwarna merah yang mereka kibarkan. Mereka berpakaian serba merah dengan ikat kepala berwarna merah pula. Barisan mereka tampak seperti barisan pasukan perang yang gagah perkasa. Bersamaan dengan itu suasana di Sailon semakin kacau dan menegangkan. Pihak aparat dan keamanan mulai membubarkan setiap gerakan massa. Alat-alat berat berupa water canon
mulai disemprotkan diikuti
dengan tembakan gas air mata. Gerakan massa mahasiswa dan kelompok pemuda dibubarkan secara kasar dan diktator. Dalam situasi yang tidak menentu seperti itu ketiga sahabat bersepakat untuk membagi peran. Zonca ditugaskan untuk kembali ke Jagze, Verza kembali ke Balehoem, Aria harus tetap tinggal di Koblem untuk melakukan pengawasan terhadap semua kekuatan yang ada untuk mengontrol stabilitas dan mencegah perpecahan antartiga pulau di negara mereka. Mereka sepakat untuk menjadi penyusup ke lumbung-lumbung pemberontak. Mereka berusaha untuk meredamnya dari dalam. Mereka menyamar dan menyadarkan masyarakatnya tentang penyebab kekacauan yang ada yaitu kapitalisme global, serta membawa angin perubahan untuk menyelesaikan konflik. Zonca, Aria, dan Verza menyadari jika saat ini mereka yang 16
menjadi kunci penentu Sailon hancur atau maju dan berkembang. Zonca merasakan sungguh banyak ilmu yang didapatkan dari Rumah Merah. Ia mengakui bahwa organisasi Rumah Merah dan kawan-kawannya yang telah banyak memberi kontribusi dan mendewasakan karakternya. Setelah pulang ke Balehoem, Verza mendapat kabar melalui media massa bahwa Aria adalah anak seorang menteri, hal ini tidak pernah mereka ketahui sebelumnya. Muncul pikiran negatif Verza bahwa Aria adalah mata-mata pemerintah. Verza kemudian mengirim surat kepada Zonca, menyampaikan berita yang ia baca mengenai Aria. Surat Verza cukup menggoyahkan kepercayaan Zonca terhadap Aria. Muncul rasa benci Zonca terhadap Aria. Zonca goyah dan ikut termakan prasangka negatif Verza. Mereka kemudian melupakan cita-cita Sailon bersatu, tetapi malah ikut dan berusaha sekuat tenaga melepaskan diri dari cengkraman Koblemsentris. Rusaklah persahabatan mereka. Cinta dan cita-cita mereka kini telah ternoda dan haluan perjuangan mereka pun menjadi berbeda. Sebuah perjuangan yang mulia dari Rumah Merah dengan berbagai kegiatan dan aktivitas kini tinggal kenangan. Semuanya telah berakhir.
2.2 Analisis Struktur Analisis struktur adalah suatu tahap dalam penelitian sastra yang menjadi prasyarat sebuah penelitian, walaupun analisis semacam itu baru pada tahap pengertian yang optimal. Analisis struktur tetap merupakan kerja yang pertama dan tahapan awal bagi setiap penelitian sastra, sebab karya sastra sebagai dunia dalam 17
kata mempunyai kebulatan intrinsik yang dapat digali hanya dari karya itu sendiri. Analisis struktur karya sastra merupakan sarana awal bagi studi mana pun yang lebih lanjut (Teeuw, 1991:61). Lebih jauh, Teeuw (dalam Sukada, 1987:31) mengungkapkan bahwa analisis struktur sebuah karya merupakan prasarana dalam setiap penelitian. Esensi pendekatan struktur karya sastra merupakan usaha untuk membaca dan memahami sebaik mungkin binaan kata itu. Pada tahap ini, Stanton menguraikan unsur fiksi menjadi fakta cerita yang meliputi plot, tokoh, dan latar; sarana cerita yang meliputi judul, sudut pandang, gaya dan nada, serta tema. Sejumlah unsur tersebut selanjutnya menjadi dasar bagi pembahasan dan analisis teks naratif atau fiksi (dalam Wiyatmi, 2006:29). Sudjiman (1990:72), mengungkapkan bahwa struktur adalah tata hubungan antarbagian-bagian suatu karya sastra, yang kemudian menjadi kebulatan. Oleh karena itu, dalam memahami unsur-unsur novel, diperlukan pertimbangan mengenai penentuan unsur-unsur yang dianggap penting sehingga mewakili struktur globalnya. Berdasarkan pendapat di atas, untuk melangkah ke analisis sosiologi novel RMK, terlebih dahulu dianalisis struktur novel tersebut. Unsur-unsur yang dianalisis dalam hal ini adalah unsur plot, penokohan, dan latar. Berikut ini merupakan analisis ketiga unsur karya sastra tersebut.
18
2.2.1 Plot Plot merupakan unsur fiksi yang penting, bahkan tidak sedikit orang yang menganggapnya sebagai yang terpenting di antara berbagai unsur fiksi yang lain. Stanton (dalam Nurgiyantoro, 2007:113) mengemukakan bahwa plot adalah jalan cerita yang berisi urutan kejadian, namun tiap kejadian itu hanya dihubungkan secara sebab akibat, sehingga peristiwa yang satu menyebabkan peristiwa yang lain. Selanjutnya,
Kenny
mengemukakan
plot
sebagai
peristiwa-peristiwa
yang
ditampilkan dalam cerita yang tidak bersifat sederhana, karena pengarang menyusun peristiwa-peristiwa itu berdasarkan kaitan sebab akibat (dalam Nurgiyantoro, 2007:113). Sukada (1987:93) mengemukakan pengertian plot yang mula-mula dikaitkan sebagai struktur (penceritaan), selanjutnya tumbuh sebagai sebab akibat logis dari berbagai unsur secara kompleks. Unsur-unsur itu tidak semata-mata berdiri sendiri menumbuhkan sebab akibat itu. Demikianlah ternyata, alur tidak hanya tumbuh dari sebab akibat yang logis, insiden atau perwatakan, tetapi juga sebagai sebab akibat lebih lanjut dari salah satu atau kedua unsur itu bersama-sama, sehingga menumbuhkan sebab akibat gerak pelaku, konflik batin para pelaku, atau kombinasi dari sebab akibat itu lebih lanjut. Jadi, plot merupakan unsur terpenting dalam elemen karya sastra, dalam arti, unsur ini memegang dominasi mempersatukan segala unsur yang ada dalam konteks isi karya sastra. Aristoteles mengemukakan bahwa sebuah plot haruslah terdiri dari tahap awal, tahap tengah, dan tahap akhir. Tahap awal disebut sebagai tahap perkenalan, pada 19
umumnya berisi sejumlah informasi penting yang berkaitan dengan berbagai hal yang akan dikisahkan pada tahap-tahap berikutnya, berupa penunjukan dan pengenalan latar, seperti nama-nama tempat dan suasana alam. Tahap tengah disebut sebagai tahap pertikaian, menampilkan pertentangan atau konflik yang sudah mulai dimunculkan pada tahap sebelumnya menjadi semakin meningkat. Konflik dapat berupa konflik internal, yakni konflik yang terjadi dalam diri seorang tokoh, konflik eksternal, yakni konflik atau pertentangan yang terjadi antartokoh cerita. Tahap akhir sebuah cerita atau dapat juga disebut sebagai tahap peleraian, menampilkan adegan tertentu sebagai akibat klimaks. Bagian ini berisi bagaimana kesudahan cerita (dalam Nurgiyantoro, 2007:142-146). Novel RMK menggunakan plot lurus. Menurut Nurgiyantoro (2007:154) plot lurus (progresif) merupakan penyajian peristiwa-peristiwa yang bersifat kronologis atau secara runtut dimulai dari tahap awal, tahap tengah, dan tahap akhir.
2.2.1.1 Tahap Awal Pada tahap awal dilukiskan tentang kehidupan seorang pemuda sederhana bernama Zonca yang berasal dari Pulau Jagze. Setelah tamat SMA, Zonca ingin melanjutkan usaha ayahnya menjadi petani dan peternak sapi, sehingga ia melanjutkan kuliah di Universitas Negara Sailon yang terletak di Pulau Koblem sebelah barat Pulau Jagze, dan mengambil jurusan Ilmu Peternakan. Berikut kutipannya.
20
Hari ini Zonca akan berangkat ke kota Koblem. Ibukota dari negaranya, Sailon. Ia telah menamatkan studi di sekolah menengah. Cita-citanya setelah lulus SLTA, memang akan melanjutkan kuliah di Koblem, sebuah pulau di seberang barat Pulau Jagze yang ia diami saat ini. Ia ingin memperdalam ilmu dan pengetahuannya tentang peternakan sapi, untuk melanjutkan usaha ayahnya yang sedang dikelola di belakang rumah (hlm.3).
Selanjutnya, Zonca berkenalan dengan tokoh Verza. Verza adalah seorang pemuda asal Pulau Balehoem yang juga kuliah di universitas yang sama. Mereka tinggal satu kamar di asrama milik universitas. Verza merupakan mahasiswa lama yang sedang menyelesaikan tugas akhir kuliah dan berbeda jurusan dengan Zonca. Pihak universitas yang memilihkan pasangan tinggal. Mahasiswa lama dengan mahasiswa baru yang berbeda jurusan akan ditempatkan bersama agar terjalin hubungan harmonis antarjurusan. Berikut kutipannya. Mereka memang tinggal satu kamar. Pihak universitas memilihkan pasangan tinggal. Biasanya mahasiswa baru akan ditempatkan bersama mahasiswa lama yang berbeda jurusan. Katanya agar lebih akrab dengan antarjurusan, sekaligus mahasiswa lama bisa mendampingi mahasiswa baru untuk menunjang akademiknya (hlm.16).
Meskipun Zonca dan Verza baru saling mengenal, tetapi keduanya memiliki tali keakraban yang erat, layaknya seperti seorang sahabat dan saudara. Verza mengajak Zonca ke sebuah rumah, yang kelak dikenal sebagai Rumah Merah. Rumah Merah ini menjadi rumah bersama dan yang bercat merah dikenal sebagai Rumah Merah Kita. Rumah yang disewa dari hasil patungan antaranggota kelompok diskusi tersebut, merupakan rumah bersama yang penuh impian, kelak menjadi sejarah bagi mereka, para pemuda, dan juga bagi Sailon.Verza yakin, suatu saat nanti Zonca 21
mampu menjadi salah satu aktivis Rumah Merah yang bisa diandalkan dan memiliki semangat tinggi. Berikut kutipannya.
Zonca merasa menemukan seorang sahabat yang baik, demikian pula dengan Verza. Zonca seperti mendapatkan sosok lelaki dewasa yang pantas ia panggil kakak. Sementara Verzaya sendiri, ia merasa paling tidak saat ini punya teman satu kamar di asramanya. Sebelumnya ia hanya sendirian. Dengan kehadiran Zonca, ia yang anak tunggal seolah merasa punya adik yang tinggal sekamar dengannya (hlm.31). Rumah itu mereka sewa dari hasil patungan antara anggota kelompok diskusi yang mereka dirikan, sekaligus dijadikan sebagai pondokan tempat tinggal mereka selama kuliah (hlm.56). Sebuah rumah bersama. Rumah penuh impian yang kelak menjadi sejarah berarti bagi mereka, para pemuda, juga bagi Sailon, Negara yang menyediakan udara yang tak habis mereka hirup (hlm.23). Verzaya yang melihat Zonca mulai berani bertanya tampak gembira. Ia yakin kalau suatu saat Zonca menjadi orang yang bisa diandalkan dan memiliki semangat yang tinggi untuk memperkuat gagasan yang mereka yakini saat ini (hlm.53).
Kemudian, Verza mengenalkan Aria kepada Zonca. Aria merupakan seniornya di kampus, dan ia mengambil jurusan psikologi. Aria dan Verza memahami sekali cara membuat nyaman seseorang dengan komunitasnya yang baru. Aria merupakan salah satu pendiri Rumah Merah, ia mengharapkan agar Zonca bisa menjadi orang pertama yang kelak dapat membangun Jagze dan menumbuhkan keberanian serta kejujuran masyarakatnya. Rumah Merah belum mempunyai kader dari pulau tersebut. Berikut kutipannya.
Mungkin karena Aria kuliah di jurusan psikologi, akhirnya cukup paham betul dengan lawan bicaranya (hlm. 61).
22
Aria dan Verzaya tahu benar bagaimana memanjakan kawan baru untuk membuatnya akrab dengan komunitas baru. Aria hanya ingin mengakrabkan diri dengan Zonca agar kelak Zonca bisa menjadi orang yang diandalkan. Apalagi Zonca dari Jagze, sebuah pulau sebelah barat pulau sentral Koblem ibukota Sailon. Rumah Merah belum punya kader dari pulau itu (hlm. 68).
Setelah perkenalan itu, Zonca, Aria, dan Verza menjadi sangat akrab. Mereka saling bertukar pikiran untuk mencari cara menentang kebijakan pemerintah yang bertindak secara otoriter tersebut. Hingga akhirnya Zonca pun mengetahui bahwa Aria menyukainya, dan mereka menjadi sepasang kekasih tanpa sepengetahuan Verza dan aktivis Rumah Merah yang lainnya. Perkenalan dan keakraban ketiga tokoh di atas ditambah terjadinya diskusi antartokoh mengindikasikan bahwa bagian awal ini berfungsi sebagai benih-benih klimaks cerita selanjutnya.
2.2.1.2 Tahap Tengah Tahap tengah disebut sebagai tahap pertikaian, menampilkan pertentangan atau konflik. Pada tahap ini dapat diamati perihal benih konflik mulai terasa dengan berlangsungnya perihal pejabat Sailon yang menandatangani nota kesepakatan kerja sama dengan Negara Daenzelok tanpa sepengetahuan rakyat. Akibat perjanjian kerja sama sepihak tanpa sepengetahuan rakyat maka timbul kekisruhan dan banyak salah paham. Di tengah kekisruhan tersebut, muncul perlawanan dari pulau-pulau luar, yaitu Jagze dan Balehoem. Berikut kutipannya.
Banyak mahasiswa yang ditawan setelah melakukan aksi penolakan terhadap kebijakan Negara Sailon yang telah menandatangani nota kesepakatan kerja 23
sama tanpa memberitahu rakyat banyak. Pulau-pulau lain di luar Koblem juga bergejolak akibat ketimpangan yang terjadi. Sentralisasi pembangunan yang terjadi di Koblem membuat Pulau Jagze dan Balehoem bergejolak (hlm. 97).
Zonca, Aria, dan Verza serta aktivis Rumah Merah tidak tinggal diam. Mereka selalu berada di barisan depan aksi massa yang terkoordinasi dengan rapi. Aktivis Rumah Merah pun telah mengumpulkan beberapa gerakan pemuda dan mahasiswa di Koblem. Mereka sepakat untuk turun ke jalan dan bergabung dalam Aliansi Anti Disintegrasi (AAD). Bersamaan dengan itu suasana di Sailon semakin kacau dan menegangkan. Pihak aparat dan keamanan
mulai membubarkan setiap gerakan
massa. Alat-alat berat berupa water canon mulai disemprotkan diikuti dengan tembakan gas air mata. Banyak pendemo dan peserta aksi massa ditangkap dan ditendang, diinjak digiring secara kasar menuju mobil tahanan. Gerakan massa mahasiswa
dan
kelompok
pemuda
dibubarkan
secara
kasar
dan
tidak
berperikemanusiaan. Berikut kutipannya.
Verzaya terlihat di barisan depan massa aksi. Membawa megaphone dengan teriakan lantangnya yang serta merta diikuti oleh semua orang yang ada di depannya. Zonca dan Aria serta kawan-kawan dari Rumah Merah pun tidak pernah ketinggalan. Selalu di barisan terdepan massa aksi yang telah terkoordinir rapi. Rumah Merah telah berhasil mengumpulkan para pentolan gerakan-gerakan mahasiswa dan gerakan kepemudaan di wilayah Koblem minggu lalu. Mereka telah sepakat untuk turun ke jalan bersama dan bergabung dalam Aliansi Anti Disintegrasi (AAD) (hlm. 105). Sungguh pemerintah telah menjadi monster diktator untuk kepentingan perut mereka. Gerakan massa mahasiswa dan kelompok pemuda diberangus habis secara kasar dan diktator (hlm. 108).
24
Kemudian, ketiga sahabat itu sepakat membagi peran menjadi penyusup ke lumbung-lumbung pemberontak untuk meredamnya dari dalam, menyamar dan menyadarkan masyarakatnya tentang penyebab kekacauan yang ada, serta membawa angin perubahan untuk menyelesaikan konflik. Zonca ditugaskan kembali ke Jagze, Verza kembali ke Balehoem, Aria harus tetap berada di Koblem untuk melakukan pengawasan guna mengontrol stabilitas dan mencegah perpecahan antartiga pulau di negara mereka. Berikut kutipannya.
Ketiga sahabat itu telah sepakat untuk membagi diri masing-masing. Zonca ditugaskan untuk kembali ke kampung halamannya, sama halnya dengan Verzaya. Sedangkan Ariaseni harus tetap tinggal di Koblem untuk melakukan pengawasan terhadap semua kekuatan yang ada untuk mengontrol stabilitas dan mencegah perpecahan antartiga pulau di negara mereka. Mereka sepakat untuk menjadi penyusup di masing-masing daerah dan membawa angin perubahan untuk menyelesaikan konflik (hlm. 126).
Setelah pulang ke Balehoem, Verza mendapat kabar melalui media massa bahwa Aria adalah anak seorang menteri, hal ini tidak pernah mereka ketahui sebelumnya. Muncul pikiran negatif Verza bahwa Aria adalah mata-mata pemerintah. Verza kemudian mengirim surat kepada Zonca, menyampaikan berita yang ia baca mengenai Aria. Surat Verza cukup menggoyahkan kepercayaan Zonca terhadap Aria. Muncul rasa benci Zonca terhadap Aria. Zonca goyah dan ikut termakan prasangka negatif Verza. Mereka kemudian melupakan cita-cita Sailon bersatu, tetapi malah ikut dan berusaha sekuat tenaga melepaskan diri dari cengkraman Koblemsentris. Rusaklah persahabatan mereka. Cinta dan cita-cita mereka kini telah ternoda dan
25
haluan perjuangan mereka pun menjadi berbeda. Sebuah perjuangan yang mulia dari Rumah Merah dengan berbagai kegiatan dan aktivitas kini tinggal kenangan. Berikut kutipannya.
Verzaya terperanjat ketika membaca bahwa Aria adalah anak menteri kesejahteraan rakyat, padahal setahunya menteri itulah yang paling banyak melakukan kesalahan sebagai penyebab pemberontakan Jagze dan tuntutan otonomi oleh Balehoem. Oh…bagaimana ini bisa terjadi. Aria? Verzaya bingung bukan kepalang. Bagaimana mungkin Aria adalah anak menteri yang paling ia benci, bukankah dalam diskusi juga Aria sering mengecam kebijakan ayahnya. Oh, tidak. Verzaya bingung dan bimbang. Pikirannya kacau dan berpikir yang tidak-tidak. Aria, mata-mata? Aria pengkhianat? (hlm. 159) Zonca sungguh kaget membaca surat dari Verzaya sahabatnya itu. Tidak habis pikir dia dengan semua yang baru saja ia baca. Tak disangka kalau surat yang baru saja ia terima itu akan memberi kabar yang membingungkan dan menggoyahkan semua kepercayaan yang ia yakini selama ini. Ingin rasanya memusnahkan segala bayangan wajah Aria. Ia menjadi begitu memuakkan bagi Zonca. Saat ini tekatnya hanya satu. Berontak terhadap Koblem dan lepas dari Sailon (hlm. 169–172).
2.2.1.3 Tahapan Akhir Pada tahap akhir, pengarang menggambarkan atau melukiskan insiden tertentu sebagai upaya-upaya untuk penyelesaian. Tahap akhir novel RMK menceritakan tentang Zonca yang menjadi tokoh pemberontak dan berada di jajaran utama elit pemberontak Jagze. Ia mengarahkan masyarakat Jagze untuk mengambil alih kekuasaan pemerintahan Sailon. Ibukota Sailon harus pindah ke Jagze, sedangkan Verza juga melakukan hal yang sama, yaitu ingin membawa Balehoem menjadi 26
negara yang merdeka. Sementara Aria masih tetap berjuang untuk membangun aliansi gerakan rakyat antidisintegrasi, meskipun tidak banyak berubah dan situasi konflik masih tetap menjadi bagian realitas kehidupan di Koblem. Berikut kutipannya.
Razonca Dirzamsa, seorang laki-laki yang lahir dan besar di Jagze kini mengawali karier militernya di tanah kelahirannya. Dengan kecakapan yang handal dan ilmu yang ampuh dari Rumah Merah, dalam waktu singkat telah melejit menjadi tokoh pemberontak dan berada di jajaran utama elit pemberontak Jagze. Ibukota Sailon harus pindah ke Jagze karena pulau ini dinilai lebih subur dan makmur (hlm. 187). Verzaya juga melakukan hal yang sama. Tidak ada seorang pun yang bisa menghalanginya, membawa Balehoem menjadi negara yang merdeka, lepas dari Sailon, terpisah dari Koblem dan Jagze (hlm. 188). Sementara Aria sendiri masih kokoh membangun aliansi gerakan rakyat anti disintegrasi. Namun yang ia lakukan tampaknya tidak banyak mengubah dan menahan laju gerakan konflik (hlm. 181).
Aria yang tertutup dan kurang terbuka pada kedua sahabatnya membuat situasi relasi mereka menjadi terganggu. Ketertutupan Aria dan kekerasan hatinya telah membutakan Zonca dan Verza, sehingga mengganggu keharmonisan persahabatan ketiganya. Retaklah persahabatan antara Zonca, Aria, dan Verza. Cinta, cita-cita, dan visi mulia mereka kini berubah. Berakhir sudah perjuangan aktivis Rumah Merah Kita. Dalam individualitas yang tanpa arah dari ketiga aktivis ini perang dan konflik pun tidak menunjukkan tanda-tanda akan berakhir.
2.2.2 Penokohan Menurut Jones, penokohan adalah pelukisan atau gambaran yang jelas tentang seseorang yang dilukiskan dalam sebuah cerita (dalam Nurgiyantoro, 2007:165). 27
Adapun menurut Abrams, penokohan adalah orang-orang yang dilukiskan dalam suatu karya naratif atau drama yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang ditafsirkan di dalam ucapan dan apa yang dilakukan di dalam tindakan (dalam Nurgiyantoro, 2007:165). Aminuddin (2002:79) mengungkapkan bahwa tokoh adalah pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita sehingga peristiwa itu terjalin menjadi suatu cerita. Sementara cara pengarang melukiskan tokoh atau pelaku disebut penokohan. Tokoh dalam cerita seperti halnya manusia dalam kehidupan, selalu memiliki watakwatak tertentu. Upaya memahami watak pelaku dapat ditelusuri lewat: (1) tuturan pengarang terhadap karakteristik pelakunya, (2) gambaran yang diberikan pengarang lewat gambaran lingkungan kehidupannya maupun caranya berpakaian, (3) menunjukkan bagaimana perilakunya, (4) melihat bagaimana tokoh itu berbicara tentang dirinya sendiri, (5) memahami bagaimana jalan pikirannya, (6) melihat bagaimana tokoh lain berbicara tentangnya, (7) melihat bagaimana tokoh lain berbincang dengannya, (8) melihat bagaimana tokoh-tokoh yang lain itu memberikan reaksi terhadapnya, dan (9) melihat bagaimana tokoh itu dalam mereaksi tokoh yang lainnya (Aminuddin, 2002:80-81). Penokohan merupakan unsur yang penting dalam cerita fiksi. Dan menjadi salah satu fakta cerita di samping kedua fakta cerita yang lain. Jadi, penokohan mempunyai peranan penting dalam menentukan keutuhan dan keartistikan sebuah fiksi. Peran tokoh di dalam cerita berbeda-beda. Ada tokoh yang memegang peranan penting di dalam suatu cerita dan ada tokoh yang mempunyai peranan untuk 28
melengkapi jalan cerita. Tokoh yang menjadi peran utama dikenal sebagai tokoh protagonis, sedangkan tokoh yang bertentangan dengan protagonis disebut antagonis. Menurut Sudjiman (1988:17), tokoh dibedakan berdasarkan fungsi, yaitu tokoh sentral dan tokoh bawahan. Tokoh protagonis merupakan tokoh sentral di dalam cerita. Sebaliknya, tokoh bawahan tidak sentral kedudukannya di dalam cerita, tetapi kehadirannya penting untuk menunjang tokoh sentral. Tokoh utama adalah tokoh yang paling mendominasi seluruh cerita dalam novel. Analisis penokohan dalam novel RMK memakai teori Lajos Egri (dalam Sukada, 1987:62), yaitu melihat tokoh dari tiga dimensi, dimensi fisiologis, sosiologis, dan psikologis. Dimensi fisiologis melukiskan perihal jenis kelamin, umur, tinggi, berat badan, warna kulit, mata, rambut, dan bentuk tubuh. Dimensi sosiologis mencakup pekerjaan, pendidikan, strata masyarakat, dan tempat tinggal, sedangkan dimensi psikologis meliputi moral, ambisi pribadi, temperamen, sikap hidup, tingkat kecerdasan, perasaan, pikiran, dan cita-cita. Menurut Sukada (1993:63) tokoh cerita dibagi menjadi tiga jenis, yaitu tokoh primer (utama), tokoh sekunder, dan tokoh komplementer atau tokoh pelengkap. Analisis tokoh dalam novel RMK diawali dari tokoh primer, kemudian tokoh sekunder, dan berlanjut pada tokoh komplementer. Metode yang digunakan untuk menentukan watak para tokoh adalah metode dramatik (secara tidak langsung), artinya sifat dan tingkah laku tokoh dapat dilihat melalui berbagai aktivitas yang dilakukan, baik secara verbal (lewat kata-kata atau ucapan), maupun nonverbal (lewat
29
tindakan atau tingkah laku dan juga melalui peristiwa yang terjadi) (Nurgiyantoro, 2007:198). Berdasarkan pandangan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tokoh primer (tokoh utama) dalam novel RMK adalah Zonca. Tokoh sekunder adalah Verza dan Aria. Tokoh komplementer adalah Ayah Zonca (Tuan Deriamza), Ibu Zonca, Ayah Aria (Menteri Kesejahteraan Rakyat), Ibu Aria (Nyonya Yelia Riasani), Umoriazta (mantan kekasih Aria), dan Tuan Andorasia.
2.2.2.1 Tokoh Primer Tokoh primer dalam novel RMK adalah Zonca. Zonca ditempatkan sebagai tokoh utama karena Zonca yang paling banyak berhubungan dengan tokoh lain, tokoh yang paling banyak memerlukan waktu penceritaan. Selain itu, tokoh Zonca juga menggambarkan keutuhan personalitas manusia yang memiliki sisi baik dan buruk secara dinamis (Wiyatmi, 2006:31). Secara fisiologis, dilukiskan bahwa Zonca adalah pemuda asal Jagze berumur dua puluh tahunan. Ia memiliki wajah yang putih bersih dan badan yang tinggi dengan postur tubuh ideal. Berikut kutipannya.
Wajahnya yang putih bersih terlihat pucat (hlm.27). Ia hanya pemuda berumur dua puluh tahunan, sang komandan pasti dengan enteng akan mementalkan semua penjelasannya (hlm. 143). Ia mengayunkan langkahnya dengan santai dan pasti. Badannya yang tinggi dengan postur tubuh yang ideal membuat ia tampak gagah dengan membawa tas punggung. Postur tubuhnya yang atletis sangat proporsional kalau menjadi tentara. Makanya dulu selepas sekolah di Jagze, banyak temannya yang menyarankan untuk masuk tentara (hlm. 75).
30
Secara sosiologis tokoh Zonca dilukiskan pengarang merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Selain itu, Zonca juga digambarkan bahwa baru saja menyelesaikan pendidikannya di bangku SLTA. Berikut kutipannya.
Mereka adalah dua saudara yang sangat akur. Somu begitu sayang kepada kakaknya (hlm. 5). Ia telah menamatkan studi di sekolah menengah atas. Citanya-citanya setelah lulus SLTA, memang akan melanjutkan kuliah di Koblem (hlm.3).
Kemudian Zonca melanjutkan kuliahnya di Universitas Negara Sailon yang terletak di Koblem. Ia memperdalam ilmu pengetahuannya tentang beternak sapi, karena ingin melanjutkan usaha ayahnya yang merupakan seorang peternak sapi. Zonca adalah seorang pemuda cerdas dan berwawasan luas. Hal ini tampak jelas yakni kemampuannya dapat masuk Universitas Negara Sailon. Saat itu untuk memasuki Universitas Negera Sailon hanyalah anak-anak yang cerdas, berprestasi, dan berkepribadian. Berikut kutipannya.
Hari ini Zonca akan berangkat ke Koblem. Ia ingin memperdalam ilmu dan pengetahuannya tentang peternakan sapi, untuk melanjutkan usaha ayahnya yang sedang dikelola di belakang rumah (hlm.3). Zonca termasuk pemuda yang beruntung mempunyai kecerdasan yang bisa menembus sulitnya masuk Universitas Negara Sailon. Isinya adalah mahasiswa berprestasi dari seluruh penjuru pulau dan tidak sembarangan orang yang bisa masuk kuliah di situ. Karena ujian masuknya yang terkenal sulit dan rumit (hlm. 74–75). Namun, dalam kehidupan sehari-hari di Koblem, Zonca selain kuliah, ia pun mengikuti sebuah organisasi yang bernama Rumah Merah. Ia mengetahui organisasi 31
ini karena diajak bergabung oleh Verza dan Aria yang kemudian menjadi sahabatnya. Zonca merupakan satu-satunya kader dan pionir dari Pulau Jagze. Setelah bergabung dia cukup intens untuk mengikuti seminar-seminar dan diskusi. Berikut kutipannya.
Tapi perasaan itu coba ditepis oleh Aria, ia hanya ingin mengakrabkan diri dengan Zonca agar kelak Zonca bisa menjadi orang yang bisa diandalkan. Apalagi Rumah Merah belum punya kader dari dari pulau itu, ia mengharapkan Zonca menjadi orang yang pertama kelak ketika pulang bisa membangun Jagze dan menumbuhkan keberanian dan kejujuran masyarakatnya (hlm.68). Setelah semuanya berkumpul, satu persatu duduk melingkar. Tak ketinggalan, Zonca pun ikut duduk melingkar. Mereka berdiskusi panjang lebar dan cukup lama. Wajah-wajah mereka tampak tegang, seperti ada permasalahan berat yang sedang mereka hadapi (hlm.80).
Gambaran keadaan psikologis tokoh Zonca ini dihadapkan pada kejiwaan dan watak pelakunya. Secara psikologis, Zonca memiliki pendirian yang kuat. Ia mempunyai empati yang kuat pada orang lain terutama orang-orang yang sakit dan menderita. Ia sangat mencintai dan menyayangi kedua orang tuanya. Dia sosok kakak yang pantas menjadi panutan. Meskipun usia Zonca dan adiknya terpaut agak jauh, mereka tidak pernah bertengkar, mereka saling menyayangi. Ia mampu meyakinkan dan membangkitkan semangat kawan-kawannya, yaitu mereka mampu melakukan tugas rahasia yang sudah disepakati bersama menuju ke arah perubahan yang lebih baik bagi Negara Sailon. Zonca, anak yang mandiri, berpendirian teguh, dan konsisten, ia tidak mau melibatkan orang lain dalam masalahnya.
32
Ia sudah tahu titik terlemah Zonca. Hati lelaki itu sangat tidak bisa melihat orang yang menderita (hlm.64). Somu begitu sayang kepada kakaknya. Ia selalu bermain bersama dan selalu setia menunggu kakaknya pulang sekolah sambil duduk di balai-balai depan rumah. Begitu pula Zonca, sepulang sekolah, dia tidak pernah melewatkan waktu untuk bermain bersama. Mereka tampak dekat dan saling menyayangi (hlm.4–5). Suara pemuda itu seperti tergetar. Aria dan Verzaya yang mendengarkan ucapan Zonca dari tadi merinding. Kata-kata itu terdengar begitu bersemangat dan terdengar menusuk kuat sampai ke ulu hati mereka. Ada keyakinan yang mengkristal di dalam dada tiga pemuda itu (hlm.128). Belakangan ia berubah menjadi seorang pemberontak yang tegar. Dia pintar memang, tetapi agaknya tidak terarah bahkan kepintarannya dipergunakan untuk memberontak. Dia sangat berubah kalau dibandingkan dengan Zonca sebelumnya. Kini sosok Zonca yang baru dengan segala perubahannya dan ini semua terjadi karena dilatarbelakangi oleh cinta. Berikut kutipannya.
Razonca Dirzamsa, seorang laki-laki yang lahir dan besar di Jagze kini mengawali karier militernya di tanah kelahirannya. Dengan kecakapan yang handal dan ilmu yang ampuh dari Rumah Merah, dalam waktu singkat telah melejit menjadi tokoh pemberontak dan berada di jejeran utama elit pemberontak Jagze. Ia menjadi seorang ahli strategi perang yang jago dan kata-katanya didengar oleh semua pejabat dan anak buahnya. Petunjuknya saat ini menjadi patokan resmi tindakan militer pasukan Jagze. Ia telah lupa dengan segala tekad yang terbangun di Rumah Merah saat bersama Aria dan Verzaya. Ia membunuh perasaannya yang membara untuk persatuan Sailon dulu. Dan cintanya untuk Aria telah ia ubah menjadi batu nisan. Kini dalam benaknya hanya ada naluri untuk mencapai tingkat tertinggi dari jabatan para pemuka pemberontakan (hlm. 187–188).
33
2.2.2.2 Tokoh Sekunder A. Tokoh Aria Dilihat dari segi fisiologis, tokoh Aria dilukiskan sebagai tokoh yang berusia lebih kurang 23 tahun, dia wanita muda yang berparas cantik, memiliki bola mata berwarna biru, rambut ikal hitam mengkilap terjurai hingga ke pundak. Tampak sangat cantik dan ayu. Dia sering menjadi moderator, pengantar acara bila ada seminar atau lokakarya. Berikut kutipannya.
Umurnya kini hampir dua puluh tiga tahun, dan kuliahnya akan segera selesai (hlm.81). Mereka berdua tersenyum. Saat kedua pasang mata mereka bertemu, ada sekilat perasaan yang aneh dalam dada Zonca. Dengan segera ia tundukkan wajahnya ke arah buku di atas meja. Ia tidak kuat memandang mata gadis cantik di depannya. Sementara Aria tenang-tenang saja (hlm.63). “O…buku tentang binatang. Tampaknya kamu pecinta binatang ya?” Aria menyelidiki. Pandangan bola matanya yang biru dan ramah menatap lekat ke arah Zonca yang dari tadi mencoba cuek (hlm.61). Mengenang perlakuan seperti itu, Aria si gadis berambut ikal hitam merasa hidup sebatangkara (hlm. 18). Dari segi sosiologis, tokoh Aria merupakan gadis berdarah bangsawan. Ia berasal dari keluarga kaya raya dan hidupnya serba berkecukupan. Namun, ia tidak pernah mau mengungkapkan kepada siapa pun tentang asal-usul keluarganya. Dalam pergaulan dengan teman-temannya, dia berusaha untuk tidak menunjukkan bahwa dia berasal dari keluarga terhormat dan kaya. Dia wanita sederhana dan low profile. Hampir tidak ada seorang temannya yang tahu tentang siapa dia sebenarnya, bahkan
34
kepada Verza dan Zonca yang merupakan sahabatnya. Walaupun secara khusus Aria diam-diam menjalin hubungan dengan Zonca. Berikut kutipannya.
Dan perempuan berdarah bangsawan ini tidak melepaskannya begitu saja (hlm.61). Bagi Aria seorang anak menteri negara yang memiliki jabatan penting, hal itu tentunya bukan masalah yang berarti. Ia adalah anak kaya raya. Tapi ia memang selalu menyembunyikan kehidupan dan jati diri aslinya. “Kamu pasti dari keluarga kaya raya ya Ar? Dari dulu kamu tidak pernah mau cerita tentang keluargamu.” “Ah…lagi-lagi kamu bertanya hal itu. Itu tidak penting. Yang penting saat ini kita keluar dari masalah ini dan kita berkumpul kembali untuk menyusun taktik perjuangan menuju perubahan yang kita cita-citakan.” “Iya Ar. Aku tahu itu. Tapi apa salahnya kalau kamu bercerita. Biar kita saling kenal masing-masing. Bukankah begitu Ca?” Zonca yang ditanya hanya mengangguk bingung. Ia memang termasuk orang baru di antara mereka dan ia pun sampai saat ini belum tahu bagaimana jati diri Aria sesungguhnya (hlm.94–95).
Aria merupakan salah satu pendiri Rumah Merah. Ia kuliah di jurusan Psikologi. Ia pandai membaca situasi, pandai mengantisipasi berbagai peristiwa dan dapat dengan mudah mencairkan kebekuan suasana (punya kemampuan ice breaking) serta kemampuan untuk mengajak orang mengikuti apa pun yang ia sampaikan. Aria adalah pemberi semangat dan motivator andal bagi sahabat-sahabatnya di Rumah Merah. Berikut kutipannya.
“Silahkan Pak!” seorang moderator perempuan berparas cantik mengendalikan diskusi, sehingga dalam situasi yang berdesakan dan panas, suasana dalam aula tetap bisa berjalan dengan tenang (hlm.10). Tidak membutuhkan waktu lama, mereka berdua langsung saling mencoba mengenal satu sama lain. Pembicaraan terasa semakin hangat. Keramahan Aria sedikit banyak bisa meluluhkan dan membunuh jiwa pemalu Zonca yang 35
begitu tertutup pada perempuan. Mungkin karena Aria kuliah di jurusan Psikologi, akhirnya cukup paham betul dengan lawan bicaranya (hlm. 60–61). “Kita tidak bisa diam begini saja. Harus ada cara baru untuk melanjutkan strategi kita ini. Perjuangan harus tetap berjalan dan kita tidak bisa diam di tempat. Karena rakyat butuh kita. Tidak ada lagi yang bisa diandalkan selain pemuda seperti kita.” Darah Zonca dan Verza seperti terpompa. Bulu tubuhnya berdiri mendengar kata-kata dari sahabat perempuan mereka (hlm.92–93).
Secara psikologis, Aria memahami sekali bagaimana memainkan emosi seseorang dalam keadaan seperti apa pun. Ia seorang wanita muda yang berani, keras, tegar, pantang menyerah, konsisten, dan apa pun yang ingin ia lakukan harus dikerjakan. Namun, di balik kedewasaan, tegar, dan perkasa, Aria adalah tetap wanita muda yang
membutuhkan seseorang yang dicintai untuk menumpahkan segala
keluh kesahnya, dan tempat ia mencurahkan isi hatinya sebagaimana layaknya wanita muda yang lain seusianya. Berikut kutipannya.
Verza dan Zonca hanya terdiam mendengar jawaban dari Aria. Mereka tahu Aria. Mereka tahu Aria adalah sosok keras dan sulit sekali melakukan apa saja selain kemauannya. Mungkin ini yang membuat ia istimewa di hadapan teman-temannya (hlm.95). Ia memang jago orasi dan pintar sekali mempengaruhi pikiran orang lain dengan retorikanya. Maklum ia jurusan psikologi juga. Jadi ia memahami sekali bagaimana memainkan emosi orang dalam keadaan seperti apapun (hlm.93). Memang ia akui pikiran Aria sudah dewasa, bahkan melebihi ia sendiri yang laki-laki. Tapi bagaimana pun Zonca tahu, Aria sama saja dengan perempuan lain. Setegas dan seperkasa apapun Aria, ia tetap butuh Zonca untuk manja dan menumpahkan semua perasaannya (hlm.136–137).
36
B. Tokoh Verza Secara fisiologis, tokoh Verza dapat dilukiskan sebagai seorang pemuda berambut pirang, berbadan kurus tinggi, jangkung berpenampilan tenang dengan mata yang agak cekung. Berikut kutipannya.
Verzaya yang kurus dan tinggi dengan rambutnya yang pirang tampak agak lebih tenang daripada kemarin (hlm.131). Verzaya mengambil selimut dan menutupi seluruh badannya yang kurus. Matanya yang cekung semakin tampak sayu dan kurang bergairah (hlm.29).
Dilihat dari segi sosiologis Verza dilukiskan sebagai seorang mahasiswa yang sedang menyelesaikan tugas akhir kuliah. Ia berasal dari keluarga kaya raya dan terkenal di Balehoem. Verza dan Aria adalah pendiri Rumah Merah, yaitu sebuah organisasi oposisi untuk menentang tindakan pemerintah Negara Sailon yang otoriter. Verza memiliki rasa kemanusiaan yang besar. Ia memiliki kegemaran membaca, terutama buku-buku filsafat, politik, sosial, novel, dan antologi puisi. Ia mudah beradaptasi karena dikenal sebagai tipe orang yang mudah bergaul, sehingga di mana pun ditempatkan ia dengan mudah dan memiliki kemampuan untuk memengaruhi orang-orang yang ada di sekitarnya. Berikut kutipannya.
Keluarga Verzaya adalah keluarga kaya raya dan terkenal di Balehoem (hlm.157). Akhirnya Verzaya dan Ariaseni memrakarsai berdirinya sebuah organisasi oposisi pemerintah di luar parlemen, yang kemudian dikenal dengan nama Rumah Merah (hlm.155). Waktu itu diperpustakaan, Verzaya sedang membaca buku. Kebetulan Aria juga membaca buku yang sama di depannya. Akhirnya mereka berkenalan dan 37
bicara panjang lebar. Hobi mereka tampaknya sama. Membaca buku-buku berat, buku filsafat dan buku politik sosial. Tapi sesekali juga membaca novel atau antologi puisi kalangan penyair dunia (hlm.153).
Dilihat dari segi psikologisnya, Verza merupakan pemuda dewasa, penuh pengertian, baik hati, berwawasan, dan memiliki banyak pengalaman. Ia memiliki kepedulian yang sangat tinggi kepada negara dan semangat untuk mendorong perubahan menuju tahap yang lebih baik. Verza termasuk orang yang paling konsisten, tidak mudah menyerah dan tidak pernah takut akan bahaya yang ada di depan matanya. Berikut kutipannya.
Verzaya adalah pemuda yang pintar, banyak pengalaman, penuh pengertian, dan baik hati (hlm.30). “Aku takut kalau para wakil rakyat hanya sibuk mengurus bisnis saja. Mereka bisa lupa apa yang sebenarnya harus diselesaikan bersama. Dan aku yakin, negara kita belum cukup mampu untuk mengembangkan hal tersebut. Aku lebih percaya jika kita mengembangkan ekonomi mandiri sesuai dengan pola dan sistem ekonomi kita. Kita akan menjadi bangsa yang kuat, maju, dan mandiri sebagai negara yang merdeka!” Zonca hanya mengangguk, sebenarnya ia tidak banyak mengerti tentang apa yang dibicarakan Verzaya (hlm44–45). “Nyawa jadi taruhannya bila kita sampai ketahuan.” Ucapan Verzaya berat tapi tegas. “Bila salah satu dari kita ketahuan, maka jangan ada yang membuka rahasia. Apapun yang terjadi. Meskipun mati menghantui kita.” (hlm.129).
Di balik itu semua, ia adalah seorang pemuda kelahiran Balehoem yang memiliki keegoisan yang tinggi. Ia tidak rela dijajah. Nasionalisme kebangsaan sudah mulai pudar muncul kemudian daerahismenya yang mulai mengental. Berikut kutipannya.
38
Keegoisan pemuda kelahiran Balehoem itu muncul. Verzaya merasa bahwa ia adalah anak keturunan Balehoem asli yang pantang dijajah. Ia harus mempertahankan pulaunya dari dominasi Koblem. Baginya saat ini tidak ada lagi Negara Sailon (hlm.161–162).
2.2.2.3 Tokoh Komplementer A. Ayah Zonca (Tokoh Tuan Deriamsa) Pelukisan fisiologis tokoh Tuan Deriamsa tidak disebutkan, sehingga tidak dapat diuraikan. Dilihat dari segi sosiologis, Tuan Deriamsa adalah seorang petani dan peternak sapi yang visioner. Hal ini tampak pada harapannya tentang masa depan anaknya yang jauh lebih baik dari dirinya dengan menyekolahkan anaknya pada Perguruan Tinggi Fakultas Peternakan. Berikut kutipannya.
“Ayah sangat berharap, kelak kamu bisa melanjutkan kerja-kerja Ayah, merawat dan mengelola peternakan kita di rumah” (hlm.26). “Tidak juga. Aku mengambil jurusan ini atas rekomendasi ayahku. Di rumah, kami punya peternakan sapi” (hlm.62).
Dilihat dari psikologisnya, Tuan Deriamsa mendidik anak-anaknya dalam kesederhanaan, bersahaja namun disiplin, keras, dan tegas, sehingga Zonca tumbuh menjadi pemuda yang matang, mandiri, penuh tanggung jawab dan mempunyai otoritas dalam berpikir. Tuan Deriamsa merupakan seorang ayah yang perkasa dan setia. Berikut kutipannya.
39
Sang ayah begitu percaya pada anaknya ini. Didikan keras dan tegasnya sejak kecil tampak berhasil. Zonca tumbuh sebagai pemuda yang matang dalam berpikir (hlm.2).
B. Ibu Zonca Dilihat dari segi fisiologisnya, tokoh Ibu Zonca hanya dilukiskan sebagai seorang ibu yang masih muda dengan parasnya yang cantik belum tampak kerutkerut ketuaan di wajahnya. Dalam keelokan dan kecantikan wajahnya, dia tidak bisa menyembunyikan kesedihan yang dialaminya. Berikut kutipannya.
Tampak raut wajah ibunya yang masih muda terlihat sedih (hlm.7).
Secara sosiologis, tokoh Ibu Zonca tidak dilukiskan secara lebih jelas, sehingga peneliti mengalami kesulitan menelisik lebih jauh aspek sosiologis dari ibu Zonca. Dari segi psikologis, Ibu Zonca merupakan sosok yang disiplin, ulet, tekun sabar, rendah hati, dan serius namun agak cerewet, terutama kalau menasihati dan memberi petuah-petuah. Berikut kutipannya.
Hanya saja sikap santai dan acuhnya itu terkadang menjengkelkan ibunya yang selalu disiplin dan cerewet (hlm.3). Ibunya telah mendidiknya untuk menjadi orang yang ulet dan tekun (hlm.79).
40
C. Ayah Aria (Menteri Urusan Kesejahteraan Rakyat) Pelukisan fisiologis tokoh Ayah Aria tidak disebutkan, sehingga tidak dapat diuraikan. Secara sosiologis, Ayah Aria adalah seorang menteri urusan kesejahteraan rakyat. Ia sangat jarang bisa meluangkan waktu untuk keluarga karena sibuk dengan urusan partai politiknya. Dilukiskan bahwa hampir tidak punya waktu untuk keluarga, bahkan hanya sekadar diskusi dan dialog pun jarang. Sebagai pejabat publik yang juga sebagai mantan pejuang di era kemerdekaan, ia mempunyai peran sentral dalam menentukan nasib rakyat Jagze dan tuntutan otonomi Balehoem. Oleh karena itu, hampir dapat dipastikan ia adalah penyebab adanya pemberontakan rakyat Jagze dan munculnya tuntutan rakyat Balehoem untuk otonom. Berikut kutipannya.
Ayahnya seorang menteri urusan kesejahteraan rakyat. Keceriaan masa lalunya oleh partai politik ayahnya yang tak sempat memberi waktu luang untuk keluarganya (hlm.17–18). Verzaya terperanjat ketika membaca bahwa Aria adalah anak menteri kesejahteraan rakyat, padahal setahunya menteri itulah yang paling banyak melakukan kesalahan sebagai penyebab pemberontakan Jagze dan tuntutan otonomi oleh Balehoem (hlm.159).
Secara psikologis, Ayah Aria dilukiskan sebagai tokoh yang kurang perhatian terhadap keluarga, egois, dan ingin menang sendiri. Hal ini dapat dibenarkan karena latar belakang jabatan yang dimiliki. Ia lebih banyak membiarkan pertumbuhan dan perkembangan anaknya seolah tanpa kontrol. Tidak pernah terbersit dalam hatinya ingin mencari tahu tentang keinginan anaknya. Berikut kutipannya.
41
Jarang mengurusi rumah tangga dan tak pernah mau tahu tentang Aria anaknya (hlm 18).
D. Nyonya Yelia Riasani (Ibu Aria) Secara fisiologis, Nyonya Yelia dilukiskan sebagai seorang ibu yang berusia empat puluh tahunan, berparas cantik, anggun, dan memiliki rambut hitam terurai indah, walaupun di beberapa bagian wajah tampak mulai keriput menua. Berikut kutipannya.
Meskipun sudah berumur empat puluh tahun, tapi Nyonya Yelia masih tampak bugar dan cantik (hlm.33). Aria merasa senang dan semakin bangga melihat ibunya tampil seanggun itu, sungguh ibunya terlihat sangat cantik. Rambutnya yang hitam terurai sangat rapi dan melambai-lambai (hlm.29).
Dari segi sosiologis, Nyonya Yelia dilukiskan sebagai seorang wanita seniman yang multitalenta dan terkenal di dunia kesenian Sailon. Dia seorang aktris penyanyi, penulis naskah drama sekaligus pemeran yang andal. Olah seninya bukan saja pada berkesenian suara, tetapi seni berpuisi. Ia banyak menghasilkan karya puisi, baik untuk dipentaskan saat ada perhelatan di tempat tinggalnya maupun dipublikasikan di berbagai media massa bahkan banyak buku puisi, buku drama, kumpulan prosanya dijumpai di berbagai toko buku. Tentu saja hal ini menjadi kebanggaan tersendiri bagi si Aria. Berikut kutipannya.
42
Kemampuan olah seni dan kreativitas keaktrisannya tidak diragukan lagi. Sudah puluhan naskah ia tulis; baik drama kolosal maupun monolog. Begitupun dalam permainan panggung teater sudah tak terhitung lagi berapa puluh kali ia tampil; baik dalam pementasan bentuk panggung prosenium maupun arena. Bahkan performance art atau aksi teaterikal jalanan pun pernah ia rambah. Tidak hanya itu, dunia puisi pun ia jamah dan ia olah. Ratusan puisinya sudah terpublikasikan di media-media massa cetak nasional. Buku kumpulan puisi, naskah drama, dan kumpulan prosa karangannya menghiasi toko-toko buku. Aria sebagai anaknya merasa bangga mempunyai ibu yang terkenal di dunia kesenian Sailon (hlm.33).
Rutinitas dan keseharian Nyonya Yelia lebih mengutamakan kepentingan hobi dan profesinya. Dia sering terlibat dalam berkesenian serta selalu latihan untuk pementasan. Anaknya yang semata wayang kurang mendapat perhatian dan kasih sayang. Aria sering ditinggal ibunya untuk kesibukan-kesibukan keaktrisannya. Aria seolah tidak mempunyai tempat yang tepat untuk mencurahkan isi hati dan perasaannya. Berikut kutipannya.
Hampir setiap hari pula ibunya harus meninggalkan rumah untuk latihan dan pementasan. Ia selalu meninggalkan anaknya untuk kepentingan hobi dan profesinya. Ibunya pun lebih senang pergi bersama teman-temannya daripada tinggal di rumah bersama anak semata wayangnya (hlm.17–18).
Dari segi psikologis, Nyonya Yelia dilukiskan sebagai sosok seorang ibu yang egois yang kurang mau mengalah dan lebih mementingkan diri sendiri. Dia terkesan sibuk dengan dunianya sendiri suka mencari popularitas dan lebih mementingkan sensasi. Dilukiskan juga temperamen Nyonya Yelia sebagai seorang ibu yang keras hati dan tegar pada pendiriannya. Berikut kutipannya.
43
“Aku tidak mau tahu selama Ibu tidak mau tahu tentangku!” “Kamu harusnya tahu Ibu juga!” Aria merasa hancur dengan sikap orang tuanya yang sibuk mengejar kepentingan sendiri dan mengabaikan anaknya (hlm.59).
E. Umoriazta (Mantan Kekasih Aria) Dari segi fisiologis, dilukiskan Umoriazta (Umori) sebagai seorang pria berparas tampan yang memiliki kulit putih mulus berambut hitam berkilau tersisir rapi. Badannya yang tinggi tegap menambah keanggunan dan kewibawaannya. Sering menjadi perhatian dari teman-teman wanitanya. Berikut kutipannya.
Paras cantik Aria diimbangi oleh paras tampan Umoriazta, sang kekasih. Umoriazta seorang pemuda tampan dengan kulit putih mulus. Di sekitar wajahnya ditumbuhi bulu-bulu halus yang menambah kesan ketampanannya. Rambutnya disisir rapi dan berwarna hitam berkilau (hlm.32).
Secara sosiologis, digambarkan tokoh Umori sebagai seorang pemuda berdarah bangsawan yang kaya raya. Ia putra seorang menteri luar negeri Sailon yang sangat berpengaruh dalam banyak hal. Di Sailon Umori dikenal sebagai pemuda pemabuk dan senang berpesta pora dengan teman-temannya. Ia juga terkenal suka bergonta-ganti pasangan perempuan untuk menemaninya tidur setiap malam. Perilaku dan gaya hidup Umori ini menyebabkan Aria lebih memilih untuk tidak melanjutkan menjalin hubungan asmaranya. Berikut kutipannya.
44
Umoriazta adalah seorang pemuda bangsawan yang sudah menjadi kekasihnya selama satu tahun lebih (hlm.34). Umori hanya anak manja yang terbiasa hidup mewah dengan segala fasilitas dari orang tuanya yang kaya raya. Umori senang mabuk-mabukan dan berpesta pora dengan teman-temannya. Setelah itu tidur dalam dekapan perempuan-perempuan yang setiap malam selalu bergonta-ganti pasangan. Aria jijik dengan kelakuan Umori tersebut. Ya, keputusannya meninggalkan lelaki itu menurutnya adalah keputusan yang sangat tepat (hlm.83). Kebenciannya pada Umori, seorang anak menteri luar negeri Sailon itu semakin memuncak (hlm.121). Dilihat dari segi psikologis, pengarang menggambarkan Umori sebagai seorang yang bertemperamen pencemburu. Ia sangat marah kepada Zonca yang dapat memikat hati Aria. Umori juga seorang pendendam, pemarah, pengecut, dan juga pemberani. Namun, dalam hal berhadapan dengan Zonca, ia mengajak temantemannya dan mengeroyok Zonca melalui jalur kekerasan. Berikut kutipannya.
“Jangan ganggu Aria lagi. Ia pacarku. Dan kamu anak kampungan tidak berhak mendekatinya! Aku, anak bangsawan, yang boleh pacaran dengannya yang bangsawan pula!” Dari balik gang jalan muncul lagui dua orang yang membantu pemuda tadi tanpa sepengetahuan Zonca. Kali ini Zonca tidak bisa bertahan lagi. Zonca yang sudah lelah dikeroyok, kini sudah tidak berdaya lagi (hlm.112). Zonca merasakan sorot mata yang aneh dan tidak bersahabat. Tampak ada dendam dalam sorot mata itu. Hati Zonca penuh tanda Tanya. “Jadi kamu ya, anak ingusan itu? Pemuda kampung dari kota kecil Jagze!” Nada suara pemuda itu semakin mengisyaratkan kemarahan (hlm.110–111).
F. Komandan Andorasia Dilihat dari segi fisiologisnya, si Komandan Andorasia digambarkan oleh pengarang sebagai seorang yang paruh baya berkepala botak, berkumis tebal, kulit hitam legam, dan perut agak buncit. Berikut kutipannya. 45
Seorang komandan pasukan dengan kimis tebal dan kulit hitam menerangkan di sebuah pagi saat latihan di ruangan (hlm.142). “Apa maksudmu?” Lelaki berperut buncit itu mulai bertanya ketika mereka memulai pembicaraan sambil duduk dalam tenda (hlm.145).
Secara sosiologis, Komandan Andorasia dilukiskan sebagai seorang pemimpin pemberontakan di Jagze. Sebagai seorang yang tertutup walaupun sebagai pemimpin pemberontakan dia kurang mendapat simpatik dari pengikutnya. Dia tidak pandai bersosialisasi dan jarang bergaul. Berikut kutipannya.
Andorasia, seorang pemimpin pemberontakan Jagze, yang notabenenya hanya besar dari doktrin militer mempercayakan segala strategi pada Zonca (hlm.182).
Dilihat dari segi psikologis, penggambaran Komandan Andorasia tidak banyak dijelaskan. Namun, dapat dikatakan komandan Andorasia sebagai seorang yang kaku, terkesan tahu segala, berpenampilan seolah-olah ahli strategi perang. Penampilan semacam ini memang sangat menjengkelkan dan sangat tidak bersahabat. Berikut kutipannya.
Ia merasa bahwa ia jauh lebih paham keadaannya daripada komandan yang sok berwibawa dan sok ahli startegi itu (hlm.145).
46
2.2.3 Latar Stanton mengelompokkan latar bersama plot dan penokohan ke dalam fakta cerita, sebab ketiga hal inilah yang akan dihadapi dan dapat diimajinasi oleh pembaca secara faktual jika membaca cerita fiksi (dalam Nurgiyantoro, 2007:216). Latar berhubungan langsung dan memengaruhi plot dan penokohan. Latar menurut Sudjiman, yaitu segala keterangan mengenai waktu, ruang, dan suasana terjadinya lakuan dalam karya sastra (1986:46). Menurut Abrams, latar atau setting adalah landasan tumpu yang mengarah pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan (dalam Nurgiyantoro, 2007:216). Menurut Nurgiyantoro (2007:217) bahwa latar dapat memberi pijakan yang konkret dan jelas, penting untuk menimbulkan kesan realistis suatu cerita. Latar yang dilukiskan oleh pengarang dapat memperjelas kejadian atau peristiwa dalam cerita, sehingga seolah-olah benar ada dan terjadi. Latar tidak berdiri sendiri, tetapi memiliki kaitan yang erat dengan plot dan penokohan. Ketiga unsur ini secara konkret membentuk cerita. Tokoh adalah pelaku yang mengalami kejadian berdasarkan sebab akibat yang terjadi pada tempat dan waktu tertentu. Nurgiyantoro (2007:227) membedakan latar menjadi tiga jenis, yaitu latar tempat, latar waktu, dan latar sosial.
2.2.3.1 Latar Tempat Latar tempat selalu menunjukkan lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi atau karya imajinatif. Unsur tempat yang dipergunakan 47
mungkin berupa tempat dengan nama tertentu, inisial tertentu, mungkin lokasi tertentu tanpa nama jelas (Nurgiyantoro, 2007:227). Latar tempat dalam novel RMK ada tiga, yaitu Pulau Jagze, Pulau Koblem, dan Pulau Balehoem. Pulau Jagze merupakan tempat tokoh utama mengalami kehidupannya sehari-hari. Zonca dilahirkan, dibesarkan, dan sebagian besar hidupnya tinggal di pulau ini. Ia mempunyai adik kandung yang bernama Somu. Somu berselisih tahun lahir tiga belas tahun
dari Zonca. Mereka berdua hidup rukun
sebagaimana layaknya sebagian besar keluarga di pulau itu. Sebagai keluarga peternak sapi, mereka sangat akrab dengan sapi-sapi peliharaan. Zonca dan adiknya, Somu banyak menghabiskan waktu bermain di perkebunan ayah mereka yang luas dan besar di bagian belakang rumah. Rumah mereka yang minimalis berada di antara rerimbunan pohon-pohon peneduh yang banyak menghasilkan buah. Berikut kutipannya.
“Ia membayangkan hari-harinya telah berlalu di rumah mungil di pinggir perkebunan itu. Bermain setiap hari bersama adiknya sambil memelihara pohon-pohon di pekarangan belakang rumah dan merawat sapi-sapi yang jumlahnya dua puluhan lebih. Memeras susu dan menjalani hari-hari mereka sebagai seorang petani dan peternak sapi di pulau kecil Jagze”(hlm.6).
Jagze yang indah dan tenang akan ditinggalkan setelah Zonca menamatkan studi di SMA. Ia akan melanjutkan kuliahnya di Pulau Koblem. Koblem adalah sebuah pulau di sebelah barat Jagze yang ia diami selama menempuh ilmu di
48
perguruan tinggi. Pulau ini merupakan pulau kebanggaan Aria karena di sanalah ia dilahirkan dan dibesarkan. Kutipannya sebagai berikut.
Hari ini Zonca akan berangkat ke Pulau Koblem. Ibu kota dari Negara Sailon. Ia telah menamatkan studi di sekolah menengah. Cita-citanya setelah lulus SLTA, memang akan melanjutkan kuliah di Koblem, sebuah pulau di seberang barat pulau Jagze yang ia diami saat ini. Ia ingin memperdalam ilmu dan pengtahuannya tentang peternakan sapi, untuk melanjutkan usaha ayahnya yang sedang dikelola di belakang rumah (hlm.3). Selain Pulau Jagze dan Pulau Koblem, latar tempat yang juga dipakai oleh pengarang dalam novel RMK adalah Pulau Balehoem. Pulau tempat kelahiran dan menjadi tumpah darah Verza. Namun, karena tuntutan pendidikan dan kuliah Verza lebih banyak menghabiskan waktu di Koblem. Dalam novel RMK pengarang melukiskan bahwa Pulau Balehoem menginginkan agar terlepas dari Negara Sailon, dan mendirikan negara baru. Berikut kutipannya.
Sementara itu, Balehoem saat ini sedang tidak ingin otonomi khusus atau sistem Federal, tapi pulau di ujung timur ini ingin lepas dan membuat negara baru di luar Sailon (hlm.186).
2.2.3.2 Latar Waktu Nurgiyantoro (2007:230) mengatakan bahwa latar waktu berhubungan dengan masalah “kapan” peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Latar waktu dapat memberikan penjelasan mengenai masa atau zaman terjadinya cerita. Masalah “kapan” tersebut biasanya dihubungkan dengan fakta, waktu yang ada kaitannya atau
49
dapat diartikan dengan peristiwa sejarah. Artinya, untuk mempertajam latar waktu dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan “when’’ atau kapan hal/ peristiwa itu terjadi. Dalam novel RMK waktu penceritaan diperkirakan sekitar awal tahun kedua puluh. Saat itu Zonca kira-kira berusia tujuh belas tahun. Usia seorang yang baru tamat bangku SMA-nya. Berat memang, Zonca harus meninggalkan Jagze, meninggalkan perkebunan dan peternakan sapi, meninggalkan rumahnya yang mungil tempat dia dilahirkan dan dibesarkan. Yang paling membuat dia sedih adalah harus meninggalkan si Somu, sang adik yang terpaut usia tiga belas tahun. Ini semua harus dia jalani karena yang lebih penting adalah masa depan dan harapan keluarga atas dirinya untuk menggantikan mengurusi perkebunan dan peternakan sapi keluarga. Berikut kutipannya.
Sailon tahun ke-20, pagi di Jagze adalah pagi di mana bumi dilahirkan kembali. Hari ini Zonca akan berangkat ke Pulau Koblem. Ibu kota dari Negara Sailon. Ia telah menamatkan studi di sekolah menengah. Cita-citanya setelah lulus SLTA, memang akan melanjutkan kuliah di Koblem (hlm.3). Somu yang baru berusia empat tahun tampak masih sangat lelap tertidur. Zonca dan adiknya memang sangat akrab, meskipun umurnya terpaut jauh, tiga belas tahun lebih (hlm.27).
Setelah Zonca menjalani hari-harinya sebagai mahasiswa baru di Koblem, ia mempunyai sahabat yang bernama Verza, berstatus mahasiswa di universitas yang sama dengannya. Verza mengajak Zonca untuk ikut berkeliling dengannya melihat situasi yang tengah dialami masyarakat di sekitar daerah tersebut. Verza ingin
50
menyadarkan Zonca, bahwa meskipun Negara Sailon sudah merdeka selama 21 tahun, tetapi masih banyak masyarakat yang hidup di bawah garis kemiskinan. Berikut kutipannya.
“Negara kita sudah 21 tahun merdeka, kawan. Tapi ternyata masih banyak keluarga yang hidup di bawah garis kemiskinan dan tidak kalah banyak lagi para gelandangan bertebaran di hampir setiap sudut jalan kota dan kolongkolong jembatan” Verzaya menarik nafasnya dalam. Zonca tetap terdiam. Ia tak bisa berkomentar apa-apa (hlm.44).
Lebih kurang tiga tahun Zonca berada di Koblem, dia pun kembali ke tanah kelahirannya, Jagze. Aria yang memang darah keturunan Koblem tetap di Koblem. Sekembalinya Zonca ke Jagze, Verza pun menyusul kembali ke Balehoem tempat kelahirannya. Mereka kembali ke asal masing-masing, tetapi dengan peran dan tugas mereka yaitu penyusupan jauh ke dalam lumbung-lumbung pemberontak dengan harapan dapat membawa angin perubahan. Peristiwa dinamisasi dan mobilisasi seperti ini tidak dijelaskan secara akurat oleh pengarang, tetapi bisa diperkirakan sekitar tahun 23. Berikut kutipannya.
Zonca telah kembali di Jagze setelah hampir tiga tahun belajar di Koblem dan banyak menimba ilmu dari kampus, ia kini harus menjalankan rencananya yang telah ia sepakati bersama kawan-kawannya di Rumah Merah (hlm.135).
2.2.3.3 Latar Sosial Latar sosial berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi. Tata cara kehidupan sosial 51
masyarakat mencakup berbagai masalah ruang lingkup yang cukup kompleks. Latar sosial dapat berupa kebiasaan hidup, adat istiadat, keyakinan pandangan hidup, cara berpikir dan bersikap, dan lain-lain tergolong latar spiritual, selain itu latar juga berhubungan dengan status sosial tokoh yang bersangkutan (Nurgiyantoro, 2007:233234). Latar sosial yang ditampilkan pengarang dalam novel RMK ini adalah gambaran kehidupan sosial Zonca, Aria, dan Verza. Ketiga anak muda yang berasal dari latar belakang sosial, budaya, ekonomi, pandangan hidup, cara berpikir yang berbeda sangat berpengaruh terhadap sikap dan cara hidup mereka dalam bersosialisasi dan bergaul. Di dalam keberbedaan itu mereka menyimpan visi dan impian yang sama yakni bagaimana mereka bisa mengubah struktur hidup masyarakat ketiga pulau itu. Mereka kemudian muncul sebagai pemimpin dan mengorganisasi teman-temannya untuk sebuah perubahan yang revolusioner. Mereka lebih memprioritaskan kepentingan orang banyak daripada diri sendiri. Mereka bertiga berasal dari latar belakang budaya yang berbeda, tetapi mereka memiliki satu tujuan dan visi yaitu mengembalikan stabilitas Sailon menjadi negara yang maju dan makmur serta bersatu kembali seperti dahulu tanpa adanya perpecahan. Berikut kutipannya.
Awalnya mereka ragu. Apalagi kekuatan mereka hanya tiga orang. Bagi tiga sekawan, tugas ini sangat berat. Apa lagi mereka datang dari latar belakang kebudayaan yang berbeda. Pulau mereka berbeda dan sarat dengan kepentingan masing-masing. Kalau saja mereka berpikir sempit dan kedaerahan, maka Sailon berada di ambang kehancuran (hlm.127). 52
2.2.4 Keterkaitan antara Plot, Penokohan, dan Latar Analisis struktur, merupakan sarana awal bagi studi lanjutan. Menurut Teeuw (dalam Sukada, 1987:31) analisis struktur terhadap sebuah karya sastra merupakan alat ukur dalam setiap penelitian. Esensi pendekatan struktur karya sastra merupakan usaha untuk membaca dan memahami sebaik mungkin penggunaan kata (diksi). Setelah ketiga unsur, yakni plot, penokohan, dan latar, dianalisis maka tampak jelas unsur-unsur itu saling berkaitan satu sama lain. Ketiga unsur tersebut di atas merupakan unsur-unsur penting karena secara konkret dapat membentuk sebuah cerita yang padu dan utuh. Novel ini mengawali ceritanya dengan
mengisahkan tentang kehidupan
seorang pemuda sederhana bernama Zonca, anak si peternak sapi. Ia melanjutkan kuliah memperdalam Ilmu Peternakan di Koblem. Keinginan yang kuat ini tentu saja direstui ayahnya karena mereka memiliki usaha peternakan di belakang rumah. Pada tahapan ini tokoh yang terlibat adalah Zonca (tokoh utama), Tuan Deriamsa (Ayah Zonca), Ibu Zonca, Somu (Adik Zonca). Latar tempat dan tahun kejadian yaitu di Jagze pada tahun dua puluh. Selanjutnya, Zonca pun berkenalan dengan Verza dan Aria yang merupakan senior di kampusnya. Verza dan Aria inilah yang mengajak Zonca untuk ikut bergabung dengan organisasi bernama Rumah Merah. Tokoh-tokoh yang muncul yaitu Zonca, Aria, Verza, Ayah Aria, Nyonya Yelia Riasani (Ibu Aria), dan Umori (mantan kekasih Ariaseni). Latar tempat dan waktu kejadian adalan di Koblem pada tahun 21. 53
Pada tahap tengah, Zonca, Aria, dan Verza sepakat untuk membagi diri menjadi penyusup ke lumbung-lumbung pemberontakan untuk meredamnya dari dalam, menyamar dan menyadarkan masyarakatnya agar Sailon tetap bersatu. Zonca kembali ke Jagze, Aria tetap di Koblem, dan Verza kembali ke Balehoem. Setelah Verza pulang ke Balehoem, ia mendapat kabar dari media massa bahwa Aria adalah anak seorang menteri kesejahteraan rakyat. Hal yang sama sekali ia dan Zonca pun tidak mengetahuinya. Setelah itu Verza dan Zonca menganggap Aria adalah matamata pemerintah. Latar tempat dan waktu kejadian ialah di Balehoem pada tahun 23. Tokoh-tokoh yang terlibat yaitu Zonca, Aria, dan Verza. Kemudian, pada tahap akhir, Zonca menjadi tokoh pemberontak dan berada di jajaran utama elit pemberontak. Sedangkan Verza ingin membawa Balehoem menjadi negara yang merdeka lepas dari Sailon. Sementara Aria masih kokoh berjuang membangun aliansi gerakan antidisintegrasi. Ketertutupan Aria dan kekerasan hatinya telah membutakan Verza dan Zonca, menjadikan persahabatan menjadi tidak sesempurna yang diinginkan. Berakhir sudah perjuangan aktivis Rumah Merah. Latar tempat tahapan ini yaitu di Pulau Jagze, Pulau Koblem, dan Pulau Balehoem. Tokohtokoh yang ikut terlibat yaitu Zonca, Aria, Verza, dan Komandan Andorasia. Demikianlah keterkaitan antara plot, penokohan, dan latar. Unsur yang paling terlihat adalah keterkaitan pada setiap tokoh yang ada di dalam novel RMK. Keterkaitan tokoh timbul karena terdapat alur yang menciptakan konflik dan memunculkan tokoh-tokoh tersebut. Plot dan penokohan terjadi dengan didukung oleh
54
latar. Ketiga unsur ini memiliki peran besar dalam membangun cerita pada novel RMK, sehingga cerita tersebut saling berkesinambungan.
55