BAB II ANALISIS UNSUR INTRINSIK NOVEL BIOLA PASIR DARI MASA LALU
Bab ini berisi analisis struktur novel Biola Pasir dari Masa Lalu yang dipandang relevan untuk mendukung pembahasan dari segi psikologi sastra. Struktur yang dibahas adalah tema, alur, penokohan, dan latar. Sebelum struktur itu dianalisis satu per satu, disajikan sinopsis cerita untuk membentuk pemahaman awal tentang novel Biola Pasir dari Masa Lalu.
Sinopsis Novel Biola Pasir dari Masa Lalu mengisahkan perjalanan hidup seorang gadis bernama Ni Luh Miranti yang menjadi tukang suun (junjung) di Pasar Badung, Bali. Sejak kecil Miranti telah ditinggalkan oleh orang tuanya, bernama Aryo Penangsang dan Dewayanti. Miranti tinggal bersama Bli Made, yang tidak lain adalah sahabat dari orang tuanya. Setiap hari Miranti menawarkan jasanya untuk membantu orang-orang membawa barang-barang belanjaan. Terkadang pula Miranti membantu Kadek Bagus, yaitu salah satu pedagang canang di Pasar Badung, Miranti membantu dalam membuat duras (perlengkapan canang sari yang terbuat dari janur kelapa). Dari membuat sekantung duras, Miranti mendapat bayaran tiga ribu rupiah ditambah secangkir teh manis dingin dan sebungkus nasi jinggo. Semula Kadek Bagus tidak senang dengan kehadiran Miranti, yang setiap siang datang untuk beristirahat di dekat kiosnya. Kadek Bagus kerap menghardik
21
22
gadis kecil itu dengan kata-kata kasar, tetapi entah mengapa Miranti tidak pernah merasa tersinggung ataupun kesal atas perlakuan Kadek Bagus. Hal itu dikarenakan sosok Kadek Bagus yang mengingatkannya pada sang ayah. Terlebih lagi, ketika Miranti tahu bahwa Kadek Bagus bisa memainkan biola seperti ayahnya. Miranti sangat ingin bermain biola dan belajar dari Kadek Bagus. Ia bersikukuh untuk mendekati Kadek Bagus, walaupun keberadaannya selalu ditolak. Sampai suatu ketika, kegigihan Miranti tersebut membuat Kadek Bagus bersedia mengajarkannya bermain biola. Ketertarikan Miranti terhadap biola, dikarenakan ayahnya yang merupakan seorang pemain biola andal. Beberapa kali ayahnya mendapatkan penghargaan nasional dan internasional, bahkan sempat bergabung dengan Melbourne Philharmonic Orchestra. Kebanggaan Miranti terhadap prestasi ayahnya, membuat ia semakin mencintai salah satu alat musik klasik ini dan bersikeras kelak bisa mengikuti jejak sang ayah. Di sela kesibukannya menjadi tukang suun di Pasar Badung, Miranti berlatih keras menakklukan setiap komposisi lagu. Miranti berlatih setiap hari di rumah Kadek Bagus, setelah selesai bekerja. Namun, hal tersebut dilakukan tanpa sepengetahuan Bli Made, yang selalu menentang hobinya itu. Setelah tiga tahun Miranti berlatih biola bersama Kadek Bagus, akhirnya Bli Made mengetahui hal tersebut. Mulai saat itu, Bli Made yang sejak awal sudah membenci Kadek Bagus, melarang Miranti untuk meneruskan latihannya bersama sang guru. Akan tetapi, Miranti tidak memerdulikan larangan Bli Made, malah ia memilih untuk tinggal di rumah sang guru.
23
Berkat kegigihannya, Miranti berhasil lolos audisi Jakarta Pilharmonic Orchestra sebagai solois biola. Namun, impian Miranti kandas saat malam terakhirnya di Bali. Hal itu diawali saat Miranti pergi ke rumah Bli Made untuk memberitahukan kabar gembira tersebut. Sesampainya di rumah Bli Made, secara tidak sengaja Miranti mendengar Bli Made dan istrinya, Mbak Rah sedang bercakap lirih. Dari percakapan mereka terdengar nama Kadek Bagus, Aryo Penangsang, dan Dewayanti. Pembicaraan mereka membuat Miranti penasaran. Miranti berusaha mendekati sumber suara agar terdengar lebih jelas. Ternyata Bli Made dan Mbak Rah menguak rahasia besar yang menjadi misteri antara Kadek Bagus, Aryo Penangsang, dan Dewayanti. Mereka membicarakan hubungan platonik antara Kadek Bagus dan Aryo Penangsang. Keduanya saling mencintai sepenuh hati, dan hidup layaknya suami istri selama tahunan di Sydney. Namun, Aryo memilih bertobat dan mengakhiri semua kekeliruannya, saat kembali ke Bali dan bertemu Dewayanti. Aryo jatuh cinta kepada Dewayanti dan menikahinya. Akan tetapi, cinta mereka tidak direstui oleh keluarga Dewayanti. Kekecewaan Aryo terhadap penolakan dari keluarga Dewayanti membuatnya putus asa hingga akhirnya memutuskan untuk pergi dan membawa Miranti. Kenyataan pahit itu membuat Miranti terkejut, hingga lututnya lunglai. Miranti tidak menyangka rahasia besar ayahnya dan Kadek Bagus begitu dahsyat. Miranti berjalan sempoyongan sambil menangis. Tanpa disadari tiba-tiba ada pengendara motor melaju kencang lalu menabraknya. Kecelakaan tersebut menyebabkan Miranti mengalami kebutaan.
24
Kejadian yang menimpa Miranti, membuatnya seakan ingin menyerah pada kehidupan. Terlebih lagi, Miranti mendapat kabar yang tidak diinginkan tentang ayah dan ibu yang selama ini dinantinya. Bli Made membawa berita bahwa Dewayanti telah meninggal dunia akibat kecelakaan saat melarikan diri dari Nusa Penida. Kapal kecil yang ditumpanginya terhempas gelombang hingga menenggelamkannya di laut. Sebulan kemudian, rumah Kadek Bagus didatangi seseorang yang mengaku utusan keluarga Aryo dari Solo. Seseorang tersebut, tidak lain adalah adik bungsu Aryo. Ia datang menemui Miranti dan mengatakan bahwa Aryo Penangsang telah meninggal karena terkena penyakit Gay Bowel Syndrom (penyakit usus yang ditularkan secara seksual). Kabar menyedihkan itu membuat Miranti kacau balau dan tidak dapat berpikir jernih. Dalam keterpurukan yang dialami Miranti, Kadek Baguslah yang setia menemani dan selalu memberi dukungan kepada Miranti. Dengan terus memberi nasihat dan dorongan untuk menempa rasa percaya diri Miranti kembali. Usaha Kadek Bagus tidak sia-sia, Miranti kembali menemukan semangat dan harapan dalam dirinya. Akhirnya, Miranti mulai melatih kemahirannya bermain biola kembali, walau telah kehilangan penglihatannya. Miranti berhasil mewujudkan mimpinya konser di luar negeri. Miranti memulai konser internasional perdananya, sebagai bintang tamu pada acara ulang tahun Walt Disney Concert Hall, Los Angeles. Perasaan bahagia menyesakkan dadanya, Miranti telah mampu meraih mimpinya. Miranti tidak lupa, di balik kesuksesannya ada sosok Kadek Bagus yang sangat berperan penting. Sejak saat itu, ikatan antara Miranti dan Kadek Bagus semakin erat. Miranti telah seakan
25
merasakan kembali kasih sayang dari orang tua dan begitu juga sebaliknya, Kadek Bagus menyayangi dan menjaga Miranti layaknya anak sendiri.
2.1
Analisis Struktur Analisis struktural merupakan telaah atas karya sastra berdasarkan kaitan
antara unsur-unsur pembentuknya. Analisis struktur merupakan langkah awal untuk mendapatkan pemahaman yang optimal atas makna sebuah karya sastra (Teeuw, 1991:61). Unsur-unsur pembentuk karya sastra biasanya disebut dengan aspek intrinsik. Unsur-unsur inilah yang menyebabkan karya sastra hadir sebagai karya sastra, unsur-unsur yang secara faktual akan dijumpai jika orang membaca karya sastra. Unsur intrinsik sebuah novel adalah unsur-unsur yang (secara langsung) turut serta membangun cerita. Kepaduan antarberbagai unsur intrinsik inilah yang membuat sebuah novel berwujud. Atau sebaliknya, jika dilihat dari sudut pembaca, unsur-unsur (cerita) inilah yang akan dijumpai jika membaca sebuah novel. Unsur yang dimaksud, untuk menyebut sebagian saja, misalnya peristiwa, cerita, plot, penokohan, tema, latar, sudut pandang penceritaan, bahasa atau gaya bahasa, dan lain-lain (Nurgiyantoro, 2005:23). Seperti yang sudah diuraikan sebelumnya bahwa pada bab ini akan dikaji unsur intrinsik yang berpusat pada tema, penokohan, alur, dan latar. Analisis unsur instrinsik perlu dilakukan, karena dalam penelitian masing-masing unsur tersebut memiliki kaitan dalam pembentukan kepribadian tokoh-tokoh. Latar para tokoh berada menunjukkan kepribadiannya, tema pada cerita menjadikan acuan
26
dalam pembentukkan kepaduan alur secara menyeluruh. Selain itu, pemahaman melalui sinopsis cerita merupakan titik awal untuk menganalisis karya sastra, termasuk untuk menemukan aspek psikologis tokoh-tokoh.
2.1.1 Tema novel Biola Pasir dari Masa Lalu Setiap karya fiksi pasti mengandung atau menawarkan tema. Untuk mengetahui isi tema, tema harus dipahami dan ditafsirkan melalui cerita dan datadata dalam teks, dalam hal ini unsur-unsur pembangun cerita. Untuk itu, tema merupakan gagasan dasar umum yang menopang sebuah karya sastra dan yang terkandung di dalam teks sebagai struktur semantik dan yang menyangkut persamaan-persamaan atau perbedaan-perbedaan (Hartoko & Rahmanto dalam Nurgiyantoro, 2005:68). Stanton (2012:37) menyebutkan, tema sama halnya dengan makna pengalaman manusia, tema membuat cerita lebih terfokus, menyatu, mengerucut, dan berdampak. Bagian awal dan akhir cerita akan pas, sesuai, dan memuaskan berkat keberadaan tema. Tema merupakan elemen yang relevan dengan setiap peristiwa dan detail sebuah cerita. Tema merupakan dasar (utama) cerita sekaligus tujuan (utama) cerita. Tema sebuah karya sastra selalu berkaitan dengan makna (pengalaman) hidup. Tema dapat digolongkan ke dalam beberapa kategori yang berbeda tergantung dari segi mana penggolongan itu dilakukan. Salah satunya adalah tema utama dan tema tambahan. Tema utama atau tema mayor adalah makna pokok cerita yang menjadi dasar atau gagasan dasar umum karya itu. Makna dalam tema utama
27
merupakan makna pokok cerita tersirat dalam sebagian besar cerita, dan bukan makna yang hanya terdapat pada bagian-bagian tertentu cerita saja. Makna yang hanya terdapat pada bagian-bagian tertentu cerita dapat diidentifikasi sebagai makna bagian atau makna tambahan disebut tema tambahan atau tema minor (Nurgiyantoro, 2005:82−83). Makna yang tersirat pada sebagian besar cerita novel Biola Pasir dari Masa Lalu menyangkut masalah kehidupan yang dialami tokoh-tokoh di dalamnya. Permasalahan tersebut dimulai ketika Ni Luh Miranti yang sejak kecil harus bekerja sebagai tukang suun di Pasar Badung, atau seperti dituturkan narator “menawarkan jasa suun” (hlm. 1). Sejak kecil Ni Luh Miranti telah ditinggalkan oleh orang tuanya. Ia diasuh oleh sahabat orang tuanya yaitu Bli Made. Terlihat pada kutipan berikut, dalam kata-kata Ni Luh Miranti sendiri, dalam penggunaan kata ganti orang pertama „Aku‟. Dia yang mengurusku sejak aku berumur 5 tahun. Dia yang menggantikan ayah meninabobokanku saat aku tak bisa tidur karena ketakutan. Dia satu-satunya orang yang bisa kutanyai tentang ayah dan ibu. Om tahu, selama tiga tahun lelaki pincang itu yang selalu ada di saat terdingin dan tersepiku? (hlm. 51).
Walaupun Ni Luh Miranti merupakan anak asuh dalam keluarga Bli Made, tetapi kasih sayang yang diberikan tidak berbeda dari anak kandungnya sendiri. Terlihat dalam keakraban yang terjalin dalam keluarga tersebut. Oleh karena itu, Ni Luh Miranti tetap merasakan kehangatan keluarga dalam hidupnya, terlukis pada kutipan berikut.
28
Bli Made, Mbak Rah, Wayan, Made, Nyoman, dan dirinya kerap bercerita panjang lebar tentang kegiatan seharian. Tak pernah bosan walau setiap hari mengulangnya. Bahkan, sampai dia tertidur di pangkuan Bli Made atau Mbak Rah (hlm. 89).
Sejak kecil Ni Luh Miranti gemar bermain biola. Hal tersebut dikarenakan kekagumannya pada sang ayah yang merupakan seorang pemain biola andal. Ni Luh Miranti bertekad untuk menjadikan kegemarannya tersebut menjadi sebuah cita-cita yang akan diraihnya kelak. Cita-citanya menjadi pemain biola yang bisa pentas sampai ke luar negeri terungkap dalam dialog Miranti dengan Bli Made seperti berikut. “Cita-citamu yang sebenarnya ingin jadi apa?” Bli Made menatap tajam Ni Luh Miranti. “Bermain biola di Sydney Opera House, seperti ayah.” “Tak pernah berubah, „kan?” “Tentu!”
Pada kutipan di atas, terlukis bahwa Ni Luh Miranti adalah seorang anak yang memiliki kemauan yang kuat dalam menggapai cita-citanya. Walaupun hidup dalam keterbatasan, langkah Ni Luh Miranti tidak pernah terhenti. Ia tetap berusaha keras untuk menjadi yang terbaik. Tekad Ni Luh Miranti yang kuat, terlihat pada kutipan berikut.
Dia akan buktikan pada dunia, dirinya bisa lebih hebat dari sang ayah. Meskipun saat ini hidupnya morat-marit, tapi dia yakin cita-citanya suatu saat akan tercapai. Dunia akan bangga dengan kehadirannya di muka bumi ini (hlm. 13—14).
Pada kutipan di atas, terlihat sikap pantang menyerah dalam diri Ni Luh Miranti begitu besar. Dalam upayanya tersebut, Ni Luh Miranti bertemu dengan
29
Kadek Bagus, yang sangat mahir dalam bermain biola. Terlebih lagi Kadek Bagus dapat memainkan lagu yang sama persis dengan ayahnya. Ni Luh Miranti menjadi semakin bersemangat untuk mewujudkan cita-citanya. Segala usaha dan kerja keras yang dilakukan Ni Luh Miranti, akhirnya membuahkan hasil yang luar biasa. Keberhasilannya terbukti saat ia berkesempatan pentas di luar negeri, dalam kutipan berikut.
Walt Disney Concert Hall merupakan rumah bagi kelompok orkestra legendaris; Los Angeles Philharmonic Orchestra dan Los Angeles Master Chorale−kelompok orkestra yang mengundang Ni Luh Miranti untuk mempersembahkan kebolehannya memainkan biola (hlm. 180).
Pada uraian di atas, dijelaskan bahwa keluarga memiliki peran penting dalam pembentukan karakter seorang anak. Walaupun orang tua kandung Ni Luh Miranti tidak berperan dalam perkembangannya, tetapi peranannya digantikan oleh Bli Made dan Mbak Rah sebagai orang tua asuhnya.
Oleh karena itu,
keberadaan orang tua bagi Ni Luh Miranti sangat berpengaruh dalam meraih kesuksesannya. Berbeda dengan Ni Luh Miranti, Kadek Bagus hidup tanpa keberadaan orang tua. Orang tua Kadek Bagus berpisah saat ia masih berumur 3 tahun. Kala itu, Kadek Bagus hidup hanya bersama ayah dan pengasuhnya yaitu Mbok Ketut. Hal ini, terlihat pada kutipan berikut.
Mbok Ketut masih ingat tatkala ibunda Kadek Bagus memutuskan untuk kembali ke negaranya. Setelah lima tahun hidup bersama ayah Kadek Bagus dan membuahkan seorang anak yang lucu, bocah 3 tahun itu hanya meronta-ronta dalam dekapan Mbok Ketut kala melihat ibundanya pergi (hlm. 147).
30
Pada kutipan di atas, terlihat bahwa Kadek Bagus sejak kecil tidak mendapatkan kasih sayang seorang ibu. Ketika beranjak dewasa, Kadek Bagus juga harus kehilangan figur seorang ayah. Kehilangan sosok orang tua dalam hidup Kadek Bagus membuat pribadinya menjadi berubah. Ia tidak lagi ceria, sikapnya menjadi dingin. Perubahan diri Kadek Bagus dibuktikan dalam kutipan berikut.
Begitu pun ketika ayah Kadek Bagus meninggal, Mbok Ketut tak mendapati pemuda gagah itu berurai air mata. Kadek Bagus hanya mempersembahkan tatapan mata yang lebih kelam saat jasad sang ayah diaben. Mbok Ketut tak lagi dapat menyelami apa yang sebenarnya bergejolak di dalam mata kelamnya (hlm. 147).
Pada kutipan di atas, tergambar kehilangan orang tua dalam hidup Kadek Bagus memendam kesedihan yang mendalam. Kepergian ayahnya membuat hidup Kadek Bagus terasa hampa. Ia memutuskan untuk mencari ibunya yang berada di Australia. Kadek Bagus juga memiliki tujuan untuk memburu mimpinya menjadi pemain biola di salah satu kelompok orkestra ternama di negara tersebut. Bertahun-tahun mencari, namun usaha Kadek Bagus tersebut tidak membuahkan hasil. Kekecewaan dalam diri Kadek Bagus, menjadikannya pribadi yang berbeda. Sikapnya yang semula ceria menjadi lebih mudah tersinggung, emosional, dan kasar. Selain itu, Kadek Bagus juga kehilangan semangat untuk meneruskan citacitanya menjadi pemain biola professional, tergambar dalam kutipan berikut.
Itu sebabnya Kadek Bagus berkeras memburu mimpi di Sydney— sebuah kota di negara Australia, tempat ibunya berasal. Mungkin mimpi bertemu ibundanya tak pernah tercapai. Hingga sekembalinya dari sana, sosok Kadek Bagus berubah total (hlm. 147).
31
Sepulangnya dari Sydney, Kadek Bagus seolah kehilangan semangat dalam hidupnya. Ia memilih untuk memasrahkan dirinya pada takdir. Kadek Bagus memutuskan untuk meneruskan hidupnya menjadi pengepul canang sari di Pasar Badung. kepasrahannya tersebut dibuktikan dalam kutipan berikut.
Cerita masa lalu yang dialami Kadek Bagus tertuang dalam kelam matanya. Mata itulah yang berbicara pada dunia. Bahwa dirinya terlahir dengan segudang cerita menyedihkan. Hidupnya berakhir di Pasar Badung sebagai pengepul canang sari (hlm. 30).
Berdasarkan kutipan di atas, terlukis bahwa permasalahan yang dihadapi Kadek Bagus adalah tidak adanya peran orang tua dalam perkembangannya. Hal ini memperkuat teori bahwa keluarga memengaruhi pembentukan pribadi dan karakter seseorang. Karena itu, tema utama (mayor) novel Biola Pasir dari Masa Lalu adalah “ permasalahan keluarga”. Terkait hal tersebut, keluarga juga berpengaruh pada penentuan peran seks anak. Sehingga, makna yang terkandung pada bagian-bagian cerita tertentu atau disebut juga tema tambahan (tema minor) novel Biola Pasir dari Masa Lalu adalah mengenai “penyimpangan seksual”. Hal ini terlukis dalam kutipan berikut.
Aryo dan Bagus, dua orang lelaki yang saling mencinta sepenuh hati. Hidup layaknya suami istri selama tahunan di Sydney. Mana mungkin tak lagi punya perasaan mendalam? Sekali homo, ya tetap homo! (hlm. 92)
Pada kutipan di atas, terlihat bahwa permasalahan yang terjadi adalah mengenai kisah cinta homoseksual Kadek Bagus dan Aryo Penangsang. Tanpa disadari, Kadek Bagus menjadi seolah tidak bisa terlepas dari Aryo Penangsang.
32
Terlihat dari kebingungan Kadek Bagus saat ditinggal Aryo Penangsang, dalam kutipan berikut.
Sepeninggal Aryo, saya masih menjalani beberapa musim di Sydney hingga saya memutuskan kembali ke Bali semata untuk Aryo. Kami memiliki hubungan platonik sebagai dua orang sahabat. Sepeninggalnya, saya seperti orang yang kehilangan arah. Saya pun tak memahami perasaan saya sendiri, mengapa jadi seperti ini (hlm. 80).
Pada kutipan di atas, terlukis bahwa antara Kadek Bagus dan Aryo Penangsang telah terjalin hubungan yang sangat mendalam. Tanpa disadari, kasih sayang yang selalu dirindukan Kadek Bagus didapatkannya dari Aryo Penangsang. Namun, di sisi lain, Aryo Penangsang juga memiliki perasaan yang sama terhadap seorang wanita bernama Dewayanti. Cinta segitiga yang terjadi, terlukis dalam kutipan berikut.
Dia sudah jatuh cinta pada seorang gadis Nusa Penida yang bernama Dewayanti. Bahkan, di kemudian hari dia menikahinya. Terus terang saya cemburu dan patah hati. Saya juga tak mengerti, mengapa memiliki perasaan seperti itu (hlm. 80). Berdasarkan kutipan di atas, terdapat makna yang melukiskan hubungan kasih sayang antarsesama manusia yang tidak sesuai dengan norma yang berlaku. Dalam hal ini homoseksual—biseksual yang dijalani Kadek Bagus dan Aryo Penangsang, berdampak pada tokoh-tokoh lainnya.
33
2.1.2 Alur Alur merupakan rangkaian cerita yang dibentuk oleh tahapan-tahapan peristiwa, sehingga terjalin suatu cerita yang dihadirkan oleh para pelaku dalam sebuah novel. Istilah alur biasanya terbatas pada peristiwa-peristiwa yang terhubung secara kausal saja. Peristiwa kausal merupakan peristiwa yang menyebabkan atau menjadi dampak dari berbagai peristiwa lain dan tidak dapat diabaikan karena akan berpengaruh pada keseluruhan karya. Peristiwa kausal tidak terbatas pada hal-hal yang fisik saja seperti ujaran atau tindakan, tetapi juga mencakup perubahan sikap karakter, kilasan-kilasan pandangannya, keputusankeputusannya, dan segala yang menjadi variabel pengubah dalam dirinya (Stanton, 2012:26). Stanton (2012:28) juga mengatakan, alur merupakan tulang punggung cerita. Berbeda dengan elemen-elemen lain, alur dapat membuktikan dirinya sendiri meskipun jarang diulas panjang lebar dalam sebuah analisis. Sebuah cerita tidak akan pernah seutuhnya dimengerti tanpa adanya pemahaman terhadap peristiwa-peristiwa yang mempertautkan alur, hubungan kausalitas, dan keberpengaruhannya. Sama halnya dengan elemen-elemen lain, alur memiliki hukum-hukum sendiri; alur hendaknya memiliki bagian awal, tengah, dan akhir yang nyata, meyakinkan dan logis, dapat menciptakan bermacam kejutan, dan memunculkan sekaligus mengakhiri ketegangan-ketegangan. Tahap awal sebuah cerita biasanya disebut sebagai tahap perkenalan. Tahap perkenalan pada umumnya berisi sejumlah informasi penting yang berkaitan dengan berbagai hal yang akan dikisahkan pada tahap-tahap berikutnya,
34
misalnya pengenalan latar atau tempat, pengenalan tokoh-tokoh, dan lain-lain. Tahap tengah cerita yang dapat juga disebut sebagai tahap pertikaian, menampilkan pertentangan atau konflik yang sudah mulai dimunculkan pada tahap sebelumnya, menjadi semakin meningkat dan menegangkan. Tahap akhir sebuah cerita, atau dapat juga disebut sebagai tahap peleraian, menampilkan adegan tertentu sebagai akibat klimaks (Aristoteles dalam Nurgiyantoro, 2005:142−145).
2.1.2.1 Tahap Awal Alur cerita dimulai dengan memperkenalkan tokoh-tokoh cerita, seperti Ni Luh Miranti, Kadek Bagus, Aryo Penangsang, Bli Made, dan Dewayanti. Selain memperkenalkan tokoh-tokoh cerita, tahap awal juga berisi keterangan hubungan yang terjadi antartokoh. Hal ini tampak dalam kutipan berikut.
Ni Luh Miranti Larasatining. Namanya perpaduan dua etnis, Jawa dan Bali. Sang ayah adalah seorang keturunan priyai Jawa asal Solo. Bernama Raden Aryo Penangsang Argo Putro. Sedangkan ibunya berasal dari Nusa Penida (hlm. 7).
Tahap awal cerita pada kutipan di atas, dimulai saat Ni Luh Miranti menginjakkan kakinya di Pasar Badung. Ni Luh Miranti bertemu dengan Kadek Bagus dan diam-diam mulai mengagumi Kadek Bagus dalam bekerja, terlihat dalam kutipan berikut.
Sejak menginjakkan kaki di Pasar Badung lima tahun lalu, Ni Luh sudah terkesan dengan Kadek Bagus. Dia senang melihat tangan Kadek Bagus yang bergerak lincah membuat uras dan perlengkapan canang lainnya (hlm. 2).
35
Kekaguman Ni Luh Miranti semakin bertambah saat melihat Kadek Bagus memainkan biola di taman. Permainan biola Kadek Bagus mengingatkan Ni Luh Miranti pada sosok ayahnya, tergambar dalam kutipan berikut.
Ni Luh sangat takjub, ketika di suatu malam yang menderang oleh purnama, mendapati Kadek Bagus sedang memainkan biola. Lagunya sama persis dengan lagu yang dimainkan sang ayah. Ni Luh kecil hanya mematung. Menatap dengan mata berkaca-kaca. Dia tak menyangka ada orang yang dapat memainkan biola seperti ayahnya (hlm. 5).
Begitu pula dengan Kadek Bagus. Saat Kadek Bagus melihat mata sendu yang dimiliki Miranti, ia teringat pada seseorang yang sangat berarti
dalam
hidupnya di masa lalu, terlukis dalam kutipan berikut.
Kadek Bagus heran, mengapa perasaannya serasa ada yang menusuk? Saat bola mata Ni Luh Miranti balik memandang, dia jadi teringat sorot mata seseorang. Tapi siapa dia? Ingatannya tak mampu membangkitkan memori masa lalunya begitu saja (hlm. 32).
Ayah Ni Luh Miranti yaitu Aryo Penangsang, merupakan seorang pemain biola profesional. Dalam satu kesempatan Aryo Penangsang di undang menjadi solois biola di salah satu hotel di Nusa dua. Disana ia bertemu dengan Dewayanti yang bekerja sebagai Housekeeping Supervisor. Mereka pun saling jatuh cinta, hingga memutuskan untuk menikah. Sayangnya, tidak lama setelah itu mereka tertimpa suatu musibah. Mereka menjadi korban Bom Bali Satu, di Legian, Kuta, terlihat dalam kutipan berikut.
Saat terjadi tragedi Bom Bali Satu pada tahun 2002, Ni Ketut Dewayanti sedang mendampingi Aryo pentas sebagai solois biola di
36
Legian, Kuta. Ketika peristiwa memilukan itu terjadi, keduanya menjadi korban ledakan bom (hlm. 9).
Pernikahan Aryo Penangsang dan Dewayanti ditentang oleh orang tua Dewayanti yang dikarenakan latar belakang keduanya berbeda. Hal tersebut terlihat ketika Aryo Penangsang beserta istri dan anaknya datang ke Nusa Penida untuk memulihkan kondisi pasca terjadinya Bom Bali Satu yang menimpa mereka. Orang tua Dewayanti menolak mentah-mentah kehadiran Aryo Penangsang dan Ni Luh Miranti, tergambar dalam kutipan berikut.
Hingga Aryo bertemu Ni Ketut Dewayanti dan menikahinya. Namun, keluarga Ni Ketut Dewayanti hanya menghendaki anaknya. Aryo dan si kecil tidak diperkenankan menginjakkan kaki di rumah keluarga Dewayanti. Orang tua Dewayanti tidak pernah merestui perkawinan keduanya (hlm. 9).
Penolakan dari keluarga Dewayanti di Nusa Penida membuat Aryo Penangsang memutuskan untuk membawa Ni Luh Miranti kembali ke Kuta. Mereka menumpang tinggal di rumah Bli Made. Hal tersebut, tergambar dalam kutipan berikut.
Hanya Bli Made yang bersedia membantu Aryo dan si kecil, tapi keadaan Bli Made sendiri tak lebih baik dari Aryo. Berdua si kecil, Aryo cuma bisa ikut bernaung di rumah kontrakan Bli Made yang sempit (hlm. 10).
Aryo Penangsang menjadi semakin putus asa, saat menerima kenyataan bahwa dirinya mengalami sensorineural hearing loss (hilangnya fungsi pendengaran secara permanen) akibat rusaknya syaraf auditori, terlihat pada kutipan berikut.
37
Dunia Aryo semakin terpuruk saat pendengarannya perlahan menghilang. Semua terjadi akibat ledakan bom mahadahsyat tempo hari. Suara yang dihasilkan ledakan membuat gendang telinga Aryo pecah (hlm. 10).
Keputusasaan yang dialami Aryo Penangsang membuatnya menjadi bertambah limbung dan frustasi. Keadaan tersebut membuat Aryo Penangsang lari dari kenyataan hingga meninggalkan Ni Luh Miranti begitu saja di tangan Bli Made, tergambar dalam kutipan berikut.
Aryo pun menyerah. Dia tak lagi punya semangat untuk hidup. Hingga di suatu senja yang basah, Aryo menghilang tanpa pesan. Meninggalkan gadis kecilnya di tangan Bli Made (hlm. 11).
2.1.2.2 Tahap Tengah Dalam tahap tengah, konflik menjadi penggerak cerita. Konflik yang diperkenalkan pada tahap sebelumnya, berkembang hingga menyebabkan pertentangan antartokoh yang semakin meningkat. Konflik bermula ketika Bli Made bertemu dengan Kadek Bagus yang merupakan guru biola Ni Luh Miranti. Karena kebencian, Bli Made tidak mengijinkan Miranti berguru lagi dengan Kadek Bagus. “Kamu???” Kadek Bagus hanya menunduk. Dia tak berusaha melawan teriakan keras Bli Made. Wajahnya terlihat penuh penyesalan. “Laki-laki jahat!” Bli Made berteriak membuat Ni Luh tersentak kaget. Dia tak menyangka situasi akan menjadi kacau seperti ini. “Kamu menginginkan anaknya juga? Rencana busuk apa lagi yang akan perbuat untuk mereka? Dasar biadab!” Bli Made kembali berteriak (hlm. 71—72).
38
Selanjutnya, ketika Ni Luh Miranti hendak berpamitan untuk ke Jakarta kepada Bli Made dan keluarganya, secara tidak sengaja ia mendengar percakapan Bli Made dengan istrinya. Mereka membicarakan masa lalu kedua orang tua Miranti dan Kadek Bagus. Terlihat dalam dialog antara Bli Made dan Mbak Rah sebagai berikut. “Semua gara-gara si Berengsek itu!” “Siapa? Kadek Bagus? Mengapa dia yang harus dipersalahkan?” “Karena dia yang menyebabkan semua ini terjadi!” “Bli yakin Aryo sudah sepenuhnya berpaling dari Bagus?” “Aku yakin!” “Seberapa yakin? Bukankah mereka menghabiskan waktu bersama selama seminggu penuh sebelum Aryo menikah?” “Tapi Aryo ingin berubah,” suara Bli Made kembali lirih.” “Aryo punya tekad seperti itu? Hahaha….. tanpa berkata-kata pun, mata mereka sudah saling bicara. Aryo dan Bagus, dua orang lelaki yang saling mencinta sepenuh hati. Hidup layaknya suami−istri selama tahunan di Sydney. Mana mungkin tak lagi punya perasaan mendalam? Sekali homo, ya tetap homo! Berengsek!” (hlm. 91−92).
Kenyataan mengenai masa lalu orang tua Ni Luh Miranti dengan Kadek Bagus, membuat Miranti syok seolah tidak percaya. Ia berusaha menyangkal hal tersebut. “Ayah bukan homo! Ayahku orang baik! Tak mungkin dia melakukan sesuatu yang dimurkai Dewa! Semua bohong „kan, Bli?! Ayo jawab! Bli sangat tahu bagaimana keadaan ayah yang sebenarnya! Jangan diam saja!” Ni Luh kembali berteriak” (hlm. 92).
Terungkapnya fakta mengenai masa lalu orang tua Ni Luh Miranti dengan Kadek Bagus, membuat hatinya sangat terguncang. Ia berjalan sempoyongan, hingga tanpa disadari ada pengendara motor yang melaju kencang dan menabraknya.
39
Saat Ni Luh berjalan sempoyongan sambil menangis. Brak! Tubuh Ni Luh terpental jauh ke arah utara jalan. Seorang pengendara motor yang sedang melaju kencang menabraknya (hlm. 93).
Terlebih lagi kecelakaan yang dialami, mengakibatkan Ni Luh Miranti harus kehilangan penglihatannya. Kejadian tersebut membuat Miranti merasa putus asa hingga mulai pesimis dalam memandang hidup.
Ni Luh Miranti hanya membisu sambil terisak. Baginya dunia sudah berakhir. Tak akan pernah lagi dia menyaksikan keindahan mahapada. Fajar yang menyingsing di timur Sangeh, Matahari yang tenggelam di Canggu, dan kabut yang dingin di sungai Ayung. Apa kabarnya mereka? Sungguh, dunianya telah hilang seketika (hlm. 110).
2.1.2.3 Tahap Akhir Tahap akhir adalah tahap penyelesaian sebuah cerita. Bagian ini merupakan peristiwa yang menjadi konsekuensi dari konflik yang terjadi sebelumnya. Tahap akhir dalam novel Biola Pasir dari Masa Lalu ialah Ni Luh Miranti telah dapat menerima keadaannya yang tidak mampu lagi melihat dengan normal. Namun, berkat dukungan dan motivasi dari Kadek Bagus, Ni Luh Miranti kembali bersemangat untuk berlatih bermain biola dengan kondisi fisik yang seolah sudah tidak memungkinkan.
Semula Ni Luh Miranti merasa terganggu dengan kebiasaan baru Kadek Bagus. Membuat kacau konsentrasinya ketika berlatih. Namun di kemudian hari, dia mulai memahami tujuan Kadek Bagus yang sebenarnya. Ingatannya menjadi lebih peka, tertantang untuk menirukan partitur musik yang didengar (hlm. 129).
40
Ketika semangat Ni Luh Miranti kembali, tiba-tiba saja ia mendapat kabar dari Bli Made bahwa ibunya telah meninggal dunia. Dewayanti yang bermaksud datang ke Badung untuk bertemu dengan Ni Luh Miranti, mengalami kecelakaan.
Dan di malam yang naas itu dia melarikan diri dari Nusa Penida. Mengarungi laut pasang yang sedang tinggi-tingginya. Kapal kecil yang ditumpanginya dihempas gelombang, menelannya dengan ganas. Entah apa yang terjadi sebenarnya hingga dua hari kemudian, jasadnya ditemukan mengambang di Pantai Nusa Penida (hlm. 164).
Sebulan setelah kabar kematian ibunya, Ni Luh Miranti kembali mendapat kabar duka yang datang dari pamannya di Solo. Pamannya, mengatakan bahwa Aryo Penangsang telah tiada karena suatu penyakit yang dideritanya. Hal ini terlihat dalam kutipan berikut.
Kata dokter, Aryo mengalami Gay Bowel Syndrome. Kemungkinan besar, penyakitnya sudah berlangsung puluhan tahun hingga tidak dapat disembuhkan. Lewat penyakit itulah, Aryo menyerah dengan kehidupannya. Dia pergi dengan damai di suatu pagi yang indah (hlm. 172—173).
Ni Luh Miranti kembali terpuruk setelah mengetahui kedua orang tuanya telah tiada. Namun, kembali lagi berkat dukungan dan motivasi Kadek Bagus untuknya agar tetap tegar, Ni Luh Miranti pun kembali bangkit dan terpacu untuk meraih cita-citanya. Ni Luh Miranti terus berusaha belajar memainkan biolanya, hingga, pada satu kesempatan Ni Luh Miranti berhasil pentas biola di luar negeri seperti ayahnya.
Tepat di hari ulang tahun Walt Disney Concert Hall, Ni Luh memulai konser perdananya ditempat ini. Dia tak menyangka seperti inilah rasanya bermain biola di sebuah konser besar di gedung yang
41
supermegah. Angannya melambung tinggi ke lapisan langit yang paling tinggi. Membuat perasaan bahagia menyesakkan dada (hlm. 180).
2.1.3
Penokohan Novel Biola Pasir dari Masa Lalu Sama halnya dengan dengan unsur plot, tokoh dan penokohan merupakan
unsur yang penting dalam karya naratif. Penokohan dan karakterisasi, sering juga disamakan artinya dengan karakter dan perwatakan yang menunjuk pada penempatan tokoh-tokoh tertentu dengan watak-watak tertentu dalam sebuah cerita. Seperti yang dikatakan oleh (Jones dalam Nurgiyantoro, 2005:165), penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita. Penggunaan istilah “karakter” (character) dalam berbagai referensi bahasa Inggris menyaran pada dua pengertian yang berbeda, yaitu sebagai tokoh-tokoh cerita yang ditampilkan, dan sebagai sikap, ketertarikan, keinginan, emosi, dan psinsip moral yang dimiliki tokoh-tokoh tersebut (Stanton dalam Nurgiyantoro, 2005:165). Dengan demikian, character dapat berarti „pelaku cerita‟ dapat pula berarti „perwatakan‟. Stanton (2012:33) juga mengatakan bahwa, dalam sebagian besar cerita dapat ditemukan, satu „karakter utama‟ yaitu karakter yang terkait dengan semua peristiwa yang berlangsung dalam cerita. Biasanya, peristiwaperistiwa ini menimbulkan perubahan pada diri sang karakter atau pada sikap kita terhadap karakter tersebut. Tokoh cerita (character) adalah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau drama, yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan
42
apa yang dilakukan dalam tindakan (Abrams dalam Nurgiyantoro, 2005:165). Untuk kasus kepribadian seorang tokoh, pemaknaan itu dilakukan berdasarkan kata-kata (verbal) dan tingkah laku lain (nonverbal). Pembedaan antara tokoh yang satu dengan yang lain lebih ditentukan oleh kualitas pribadi daripada dilihat secara fisik. Tokoh-tokoh yang dijadikan pelaku dalam cerita rekaan hendaknya tokoh yang berpribadi, berwatak, dan memiliki sifat-sifat tertentu. Seorang tokoh secara wajar dapat diterima bila dapat dipertanggungjawabkan dari segi fisik, sosiologis, dan psikologis. Tokoh hidup dalam cerita ialah tokoh yang mempunyai tiga dimensi, yakni dimensi fisiologis, sosiologis, dan psikologis. Dimensi fisiologis yaitu ciri-ciri fisik sang tokoh: jenis kelamin, umur, keadaan tubuh atau tampang, ciri-ciri tubuh, raut muka, dan sebagainya. Dimensi sosiologis, yakni unsur-unsur: status sosial, pekerjaan, jabatan, peranan dalam masyarakat, pendidikan, kehidupan pribadi dan keluarga, pandangan hidup, agama dan kepercayaan, ideologi, aktivitas sosial, organisasi, kegemaran, keturunan, bangsa, dan lain-lain. Dimensi psikologis, yaitu mentalitas, norma-norma moral yang dipakai, tempramen, kecakapan khusus, dan lain-lain (Mido dalam Supraba, 2014:28— 29). Sesuai dengan fungsinya, tokoh-tokoh dalam karya sastra dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu tokoh primer, tokoh sekunder, dan tokoh komplementer (Lajos Egri dalam Sukada, 1987:62). Merujuk pada pemaparan di atas, maka tokoh-tokoh dalam novel Biola Pasir dari Masa Lalu dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu tokoh primer (utama), tokoh sekunder (bawahan), dan tokoh komplementer (figuran/pelengkap).
43
Berdasarkan uraian tersebut, maka mekanisme penokohan novel Biola Pasir dari Masa Lalu dimulai dari tokoh primer dan dilanjutkan dengan tokoh-tokoh bawahan. Tokoh utama dalam novel Biola Pasir dari Masa Lalu adalah Ni Luh Miranti, tokoh sekunder dalam novel ini yakni Kadek Bagus, Aryo Penangsang, Bli Made, dan Dewayanti. Tokoh komplementer adalah Mbak Rah, Wayan, Made, dan Nyoman, Mbok Ketut, Anggito, keluarga Dewayanti, penabrak, pemilik kafe, suster, Dokter Bahari, Dokter Stania, Made Hendra, Mr. Chole, dan Mrs. Lilian Disney.
2.1.3.1 Tokoh Primer Tokoh primer adalah tokoh yang menjadi pusat penceritaan oleh karena itu merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan, baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian (Nurgiyantoro, 2005:176−177). Istilah lain yang digunakan untuk menyebutkan tokoh utama adalah protagonis, yang artinya juga tokoh utama dalam cerita.
1. Ni Luh Miranti Tokoh Ni Luh Miranti dalam novel Biola Pasir dari Masa Lalu merupakan tokoh yang menjadi inspirasi pengarang. Secara fiosiologis, Ni Luh Miranti adalah seorang gadis yang cantik, bermata kelam, dan memiliki tubuh tinggi semampai (hlm. 44). Dilihat dari segi psikologis, Ni Luh Miranti memiliki karakter yang ramah dan ceria, serta dalam menjalani kehidupan ia selalu menyikapinya dengan positif (hlm. 4).
44
Berdasarkan dimensi sosiologis, Ni Luh Miranti sejak kecil telah ditinggalkan oleh kedua orang tuanya. Ia diasuh dan dibesarkan oleh Bli Made. Keadaan ekonomi dalam keluarga Bli Made dapat dikatakan di bawah rata-rata, sehingga mengharuskan Ni Luh Miranti ikut membantu mencari nafkah, dengan bekerja sebagai tukang suun di Pasar Badung, tergambar dalam kutipan berikut.
Sudah tiga jam tubuh kecilnya berkeliling. Menawarkan jasa suun dengan suara lantang. Tapi belum ada rezeki yang mampir. Entah kenapa, pelanggan-pelanggan setianya tak ada yang datang berbelanja hari ini. Pasar Badung seolah menjadi kuburan sepi baginya (hlm. 1).
Ni Luh Miranti merupakan keturunan dari orang tua yang memiliki etnis berbeda. Ibunya berasal dari Nusa Penida-Bali, dan ayahnya berasal dari SoloJawa Tengah, terlihat pada kutipan berikut.
Ni Luh Miranti Larasatining. Namanya perpaduan dua etnis Jawa dan Bali. Sang ayah adalah keturunan priyai Jawa asal Solo. Bernama Raden Aryo Penangsang Argoputro. Sedangkan ibunya berasal dari Nusa Penida (hlm. 7).
Ni Luh Miranti gemar dan memiliki bakat dalam bermain biola. Kemampuannya didapatkan dari ayahnya yang merupakan seorang pemain biola profesional. Terlihat pada kepiawaiannya dalam memainkan biola, sebagai berikut.
Dengan sekali dengar saja, Ni Luh Miranti langsung bisa menirukan sebuah lagu dengan biolanya. Tak pernah ada yang mengajari. Semua terjadi seperti air mengalir. Menyeruak liar di sela bebatuan yang terjal. Tak ada satu kekuatan pun yang berhasil mencegah keberadaannya (hlm. 18).
45
2.1.3.2 Tokoh Sekunder Dalam novel Biola Pasir dari Masa Lalu tokoh sekunder adalah Kadek Bagus, Aryo Penangsang, Bli Made, dan Dewayanti. Berikut akan dijelaskan perwatakan masing-masing tokoh.
1. Kadek Bagus Tokoh sekunder yang pertama adalah Kadek Bagus. Secara fisiologis, Kadek Bagus merupakan lelaki yang berwajah dingin, pendiam (hlm. 2) dan bermata kelam (hlm. 30). Secara psikologis, Kadek Bagus memiliki perwatakan yang kasar (hlm. 3; hlm. 43; hlm. 124), ketus (hlm. 33), dan tertutup. Sikap tertutupnya tersebut terlihat pada deskripsi narator dalam kutipan berikut.
Dari awal perjumpaan, Ni Luh selalu heran dengan keberadaa Kadek Bagus di dunia ini. Sepertinya dia tak pernah mempunyai keluarga dekat ataupun seorang teman. Hidup Kadek Bagus terlihat sunyi senyap. Diantara hiruk pikuk Pasar Badung, dia memiliki dunianya sendiri. Dunia yang tak boleh tersentuh siapa pun (hlm. 3).
Berdasarkan stratifikasi sosial masyarakat Bali, terdapat empat tingkatan kelompok masyarakat yang meliputi: Brahmana, Ksatria, Waisya, dan Sudra. Dalam hal ini, Kadek Bagus termasuk dalam golongan ksatria. Hal ini tergambar pada kutipan berikut.
I Dewa Agung Kadek Bagus Adinata. Orang-orang mengenalnya sebagai Om Kadek. Tak banyak yang tahu bahwa pemuda sangar bermata kelam itu berasal dari kasta ksatria. Semua terjadi karena Kadek Bagus tak pernah memproklamirkan tiga kata di depan namanya. Dia lebih suka tiga kata terakhir menjadi pertanda keberadaan dirinya di dunia (hlm. 30).
46
Ditinjau dari stratifikasi ekonomi, Kadek Bagus termasuk golongan ekonomi menengah ke atas. Hal itu dapat dilihat dari pekerjaan yang ditekuninya sebagai pengepul canang sari di Pasar Badung, terlihat dalam kutipan berikut.
Hidupnya berakhir di Pasar Badung sebagai pengepul canang sari. Dia membawahi puluhan ibu penjual canang. Sudah sejak kecil Kadek Bagus bergelut dengan dunia yang bersentuhan dengan beragam keperluan untuk upacara (hlm. 30—31).
2. Aryo Penangsang Aryo Penangsang adalah ayah dari Ni Luh Miranti. Dilihat dari dimensi fisiologis, Aryo Penangsang memiliki kulit yang putih (hlm. 78), bermata kelam, dan berkarisma. Karisma yang dimiliki Aryo Penangsang, terlihat pada deskripsi Bli Made dalam kutipan berikut.
Aryo terkenal dengan semangat pantang menyerahnya dalam hal apa pun. Lelaki bermata menangis itu tak pernah terbahak hanya tersenyum. Wajahnya menyenangkan untuk ditatap. Membuat setiap yang memandang jatuh hati dengan beragam alasan (hlm. 21).
Secara psikologis, Aryo Penangsang memiliki sikap yang dewasa, penyayang (hlm. 9), dan pantang menyerah (hlm. 21). Akan tetapi, ia juga memiliki sifat yang keras kepala. Sikap keras kepalanya tersebut tercermin saat ia bersikeras menikahi Dewayanti, pada kutipan berikut. Sebelum menikah, Aryo sempat cerita bahwa orang tua Dewayanti tak merestui hubungan mereka. Waktu itu saya melarangnya meneruskan hubungan. Bahkan, kami bertengkar hebat, tapi aryo ingin membuktikan bahwa dirinya pantas menikahi Dewayanti (hlm. 81).
47
Secara sosiologis, Aryo Penangsang merupakan keturunan priayi dari Solo-Jawa Tengah (hlm. 7). Aryo Penangsang bekerja sebagai solois biola, terlihat dalam kutipan berikut.
Dengan bantuan seorang teman, Aryo tedampar dari kafe ke kafe di Bali, sebagai solois biola. Biasanya mengiringi orang-orang yang tengah makan di malam-malam tertentu. Siangnya, dia memberi les biola untuk beberapa anak secara privat (hlm. 8).
3. Bli Made Bli Made adalah sahabat dari Aryo Penangsang dan sekaligus menjadi orang tua asuh Ni Luh Miranti. Secara fisiologis, kondisi tubuh Bli Made tidak sempurna. Bli made mengalami cacat fisik. Kakinya pincang karena sebuah kecelakaan (hlm. 70; hlm. 72). Akan tetapi, Bli Made memiliki tubuh yang kekar (hlm. 89), dan berkulit hitam (hlm. 103). Secara psikologis, Bli Made seorang yang emosional (hlm. 60) dan kasar (hlm. 23; hlm. 82). Namun, Bli Made adalah seorang yang bertanggung jawab dan penyayang. Sikap tanggung jawab dan penyayangnya dibuktikan dalam kutipan berikut.
Bukan maksud Bli Made mengasari dan membuat hatimu terluka. Semua Bli lakukan karena khawatir. Bli takut kalau suatu saat diminta pertanggungjawaban oleh ayah dan ibumu. Bli takut mereka menyalahkan Bli karena tak dapat menjagamu seperti anak sendiri (hlm. 66).
48
Secara sosiologis Bli Made berasal dari Nusa Penida. Namun karena suatu hal, ia harus keluar dari kampung halamannya, dan menetap di Badung. Keadaan ekonomi Bli Made pun memprihatinkan, terlihat dalam kutipan berikut.
Dia terusir dari pulau karena keterlibatannya dengan pernikahan Aryo. Hidup terlunta di Badung, miskin, dan menderita di tengah hiruk pikuk Bali yang mahaindah—seperti kata banyak orang (hlm. 14).
4. Dewayanti Dewayanti adalah ibu dari Ni Luh Miranti. Dilihat dari segi fisiologis, Dewayanti memiliki wajah yang cantik dan bermata sendu (hlm. 8). Secara psikologis, awalnya Dewayanti bersikap acuh dengan membiarkan suami dan anaknya pergi. Tetapi kemudian, Dewayanti menyesal dan ingin menebus kesalahannya tersebut. Penyesalan dalam diri Dewayanti tergambar dalam kutipan berikut.
Hingga akhirnya Dewayanti memutuskan untuk kembali ke Badung. Ingin menebus kesalahannya pada sang buah hati yang telah lama ditelantarkan. Dia ingin kembali walau harus menebusnya dengan semua kemapanan yang dia miliki. Rasa bersalah atas Miranti mengalahakan segalanya (hlm. 164). Dilihat dari dimensi sosiologis, Dewayanti adalah perempuan yang berasal dari Nusa Penida−Bali. Ia berasal dari keluarga yang terpandang. Pekerjaannya adalah sebagai Housekeeping Supervisor di sebuah hotel, terlihat dalam kutipan berikut.
Ni Ketut Dewayanti berasal dari Nusa Penida. Dia anggota juragan kapal yang cukup disegani. Karena itulah, Dewayanti bisa bersekolah hingga D3 Perhotelan di Denpasar, hingga mendapat pekerjaan di
49
bidang yang sama di Nusa Dua. Jabatannya lumayan, sebagai supervisor di Departemen Housekeeping (hlm. 8).
2.1.3.3 Tokoh Komplementer Tokoh komplementer atau tokoh pelengkap disebut juga sebagai tokoh tambahan atau hiasan yang jarang sekali muncul dalam cerita biasanya keberadaannya tidak terlalu berpengaruh dalam cerita. Tokoh komplementer Biola Pasir dari Masa Lalu adalah: Mbak Rah (istri Bli Made), Wayan, Made, dan Nyoman (ketiga anak Bli Made), Mbok Ketut (pengasuh Kadek Bagus), orang tua Dewayanti (yang tidak merestui pernikahan Dewayanti dan Aryo Penangsang), Anggito (adik bungsu Aryo), penabrak (yang menabrak Miranti), pemilik kafe (bos di kafe tempat Miranti pentas), Dokter Bahari (dokter yang menangani operasi mata Miranti), Dokter Stania (psikiater), Made Hendra (blogger), Mr. Chole (utusan dari Los Angeles Master Chorale−kelompok orkestra ternama yang bermarkas di Walt Disney Concert Hall, Amerika Serikat), dan Mrs. Lilian Disney (pemilik Walt Disney Concert Hall).
2.1.4 Latar Menurut Stanton (2012:35), latar adalah lingkungan yang melingkupi sebuah peristiwa dalam cerita, semesta yang berinteraksi dengan peristiwaperistiwa yang sedang berlangsung. Latar juga dapat berwujud waktu-waktu tertentu (hari, bulan, dan tahun), cuaca, atau satu periode sejarah. Meski tidak langsung merangkum sang karakter utama, latar dapat merangkum orang-orang yang menjadi dekor dalam cerita.
50
Unsur latar dapat dibedakan ke dalam tiga unsur pokok, yaitu tempat, waktu, dan sosial (Nurgiyantoro, 2005:227). Maka dari itu, ketiga unsur tersebut walau masing-masing menawarkan permasalahan yang berbeda dan dapat dibicarakan secara sendiri, pada kenyataannya saling berkaitan dan saling memengaruhi satu dengan yang lainnya. Berikut akan dipaparkan latar tempat, waktu, dan sosial dalam novel Biola Pasir dari Masa Lalu.
2.1.4.1 Latar Tempat Latar tempat menunjukkan lokasi, tempat, wilayah, atau daerah terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Untuk tempat-tempat dengan nama tertentu, inisial tertentu, mungkin bisa lokasi tertentu tanpa nama yang jelas (Nurgiyantoro, 2005:227). Dalam novel Biola Pasir dari Masa Lalu, latar cerita mengambil beberapa tempat di Bali. Hal ini dapat dilihat dari disebutkannya beberapa tempat yang ada di Bali, seperti Badung tempat di mana tokoh Ni Luh Miranti bekerja sebagai tukang suun dan bertemu Kadek Bagus. Kuta, merupakan tempat terjadinya bom Bali, salah satu insiden yang memengaruhi hubungan sebab akibat dalam cerita. Nusa Penida, tempat ibu Ni Luh Miranti berasal, dan juga tempat Ni Luh Miranti dan Aryo Penangsang mendapat penolakan dari keluarga Dewayanti. Latar tempat pada novel, juga bertempat di beberapa kawasan di luar negeri antara lain, Brisbane tempat ini adalah tempat Aryo Penangsang dan Kadek Bagus pertama kali bertemu. Sydney, merupakan tempat bertemunya kembali antara Aryo Penangsang dan Kadek Bagus, di tempat ini pula awal mereka meniti karir dan memulai hubungan platonik sebagai dua orang sahabat. Amerika
51
Serikat, adalah tempat Miranti mewujudkan mimpinya yaitu, konser di luar negeri seperti sang ayah. Ia diundang sebagai solois biola dalam rangka hari ulang tahun Walt Disney Concert.
2.1.4.2 Latar Waktu Latar waktu berhubungan dengan masalah “kapan” terjadinya peristiwaperistiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Masalah “kapan” tersebut biasanya dihubungkan dengan waktu faktual, waktu yang ada kaitannya atau dapat dikaitkan dengan peristiwa sejarah (Nurgiyantoro, 2005:230). Latar waktu novel Biola Pasir dari Masa Lalu telah dipaparkan secara jelas. Sebagaimana dalam cerita, terdapat beberapa peristiwa yang dijelaskan berdasarkan waktu terjadinya. Hal ini terbukti ketika orang tua Ni Luh Miranti menjadi korban ledakan bom Bali pertama di Legian, kuta.
Sayang, perjalanan keduanya menemukan anti klimaks. Saat terjadi tragedi Bom Bali Satu pada tahun 2002, Ni Ketut Dewayanti sedang mendampingi Aryo pentas sebagai solois di Legian, Kuta. Ketika peristiwa memilukan itu terjadi, keduanya menjadi korban ledakan bom (hlm. 9).
Beberapa latar waktu dalam novel Biola Pasir dari Masa Lalu terjadi saat subuh, secara implisit tergambar dalam kutipan berikut. “Bli Made hanya mematung dan terisak di tengah malam yang mulai mengundang fajar. Untuk menghangatkan pagi yang dipenuhi kabut dan embun.” (hlm. 104). Siang hari, terlihat dalam kutipan berikut. “Dia membiarkan gadis cilik berpipi tirus itu datang setiap siang ke kiosnya. Menyelonjorkan kaki dan mengipas-ngipas tubuhnya dengan kain udeng.” (hlm. 3). Penggambaran senja hari, terlihat dalam
52
kutipan berikut. “Hingga di suatu senja yang basah, Aryo menghilang tanpa pesan.” (hlm. 11). Kemudian penggambaran waktu malam hari, terlihat dalam kutipan berikut. “Dan di taman ini, hampir setiap malam Ni Luh memainkan biolanya.” (hlm. 6).
2.1.4.3 Latar Sosial Latar sosial menyaran pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi. Tata cara kehidupan masyarakat mencakup berbagai masalah dalam lingkup yang cukup kompleks, misalnya kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, kayakinan, pandangan hidup, serta cara berpikir dan bersikap. Selain itu, latar sosial juga berhubungan dengan status sosial tokoh yang bersangkutan, seperti rendah, menengah, atau atas (Nurgiyantoro, 2005:227—234). Latar sosial dalam novel Biola Pasir dari Masa Lalu sebagian besar mengenai tradisi kehidupan di Bali. Sebagaimana diuraikan dalam cerita, Bali memiliki sejuta keindahan dan terkenal sebagai daerah wisata dengan gelimang dolar. Ironisnya, dibalik segala kemewahan yang tampak, masih ada orang-orang yang hidup pada garis kemiskinan. Tergambar dalam kehidupan Bli Made, pada kutipan berikut.
Hidup mereka kian tersisih di tengah hilir mudik wisatawan yang bertelanjang dada. Membuat kuta penuh sesak seperti jemuran ikan. Bli Made adalah potret urban miskin di tanah tumpah darahnya sendiri (hlm. 13).
53
Selain itu, di ceritakan tradisi dan adat istiadat kehidupan di Bali yang kuat akan ritual keagamaannya. Seperti diketahui, mayoritas penduduk di Bali memeluk agama Hindu. Dibuktikan dalam deskripsi narator mengenai sarana persembahyangan agama Hindu, pada kutipan berikut.
Bagi orang Bali, canang sari adalah persembahan paling sederhana untuk dewata. Dalam sehari, setiap keluarga membutuhkan tak kurang dari 20 canang sari (hlm. 31).
2.1.5 Hubungan Antarunsur Tema, Penokohan, Alur, dan Latar Analisis struktural karya sastra, dilakukan dengan mengidentifikasi, mengkaji dan mendeskripsikan fungsi dan hubungan antarunsur intrinsik fiksi yang bersangkutan. Mula-mula diidentifikasi dan dideskripsikan, misalnya, bagaimana keadaan peristiwa-peristiwa, plot, tokoh dan penokohan, latar, sudut pandang, dan lain-lain. Setelah dicoba jelaskan bagaimana fungsi-fungsi masingmasing unsur itu dalam menunjang makna keseluruhannya, dan bagaimana hubungan antarunsur itu sehingga secara bersama membentuk sebuah totalitaskemaknaan yang padu. Misalnya, bagaimana hubungan antara peristiwa yang satu dengan yang lain, kaitannya dengan pemplotan yang tidak selalu kronologis, kaitannya dengan tokoh dan penokohan, dengan latar dan sebagainya (Nurgiyantoro, 2005:37) Alur tahap awal adalah penyituasian, mengisahkan Ni Luh Mirani yang bekerja sebagai tukang suun di Pasar Badung. Ia bertemu dengan Kadek Bagus yang merupakan pedagang canang di pasar tersebut. Hubungan keduanya semakin dekat saat Ni Luh Miranti mengetahui Kadek Bagus bisa bermain biola seperti
54
ayahnya. Alur tahap tengah, pemunculan konflik, saat terungkapnya masa lalu dari Kadek Bagus dan Aryo Penangsang. Hubungan platonik (homoseksual) Aryo penangsang dan Kadek Bagus yang berawal ketika keduanya bergabung dalam kelompok orkestra di Sydney-Autralia. Konflik yang terjadi semakin meningkat, ketika Ni Luh Miranti mengetahui hal tersebut, ia seolah tidak percaya dengan semua yang terjadi. Hal itu pun membuat Ni Luh Miranti mengalami kecelakaan yang mengakibatkan kebutaan pada dirinya. Sebuah masa lalu yang berdampak sangat dahsyat dalam hidup Ni Luh Miranti, Kadek Bagus, dan Aryo Penangsang. Alur tahap akhir, Ni Luh Miranti mulai berdamai dengan dirinya sendiri dan bisa menerima masa lalu Kadek Bagus dan ayahnya yaitu Aryo Penangsang. Pilihan latar pada novel Biola Pasir dari Masa Lalu adalah Bali, yang merupakan salah satu provinsi di Indonesia. Bali terkenal dengan budayanya dan menjadi daerah tujuan utama wisatawan lokal dan mancanegara. Ironisnya, di balik segala keindahan dan kemewahan yang tampak, masih ada orang-orang yang hidup pada garis kemiskinan. Hal tersebut, tergambar pada kehidupan Ni Luh Miranti dan Bli Made. Latar sosial masyarakat Bali sebagai destinasi wisata mengalami pembauran budaya dari luar. Masing-masing wisatawan membawa sepotong kebudayaannya pada kehidupan sosial masyarakat Bali. Sayangnya, tidak semua pengaruh ini dipandang baik oleh norma-norma yang berlaku. Salah satunya, percintaan sesama jenis yang masih dianggap tabu. Oleh karena itu, hubungan antara Kadek Bagus dan Aryo Penangsang menjadi pertentangan pada orang-orang di sekitarnya.
55
Berdasarkan analisis di atas, kaitan antarunsur novel Biola Pasir dari Masa Lalu menjadi semakin bermakna. Satu unsur dengan unsur lainnya saling terkait sehingga cerita dalam novel ini tampak nyata dan antara unsur tema, penokohan, alur, serta latar tidak terjadi pertentangan.