1
KARYA TULIS ILMIAH ANALISIS UNSUR-UNSUR INTRINSIK DARI NOVEL RINTIHAN DARI LEMBAH LEBANON KARYA TAUFIQURRAHMAN AL-AZIZI Disusun untuk Memenuhi Sebagian Tugas Akhir Semester Genap Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
Disusun oleh : 1. Dian Emy Mastura
(06)
2. Febriani Nur Ramadani (26) 3. Neira Fatma Hanifah
(31)
4. Windi Dwi Kuntari
(32)
KELAS XI IPA 2 Pembimbing : Heni Hastuti, M.Pd
MADRASAH ALIYAH NEGERI 2 PONOROGO Jalan Soekarno-Hatta No. 381 Ponorogo, Telp.(0352) 481168 Tahun Pelajaran 2013/2014
2
HALAMAN PENGESAHAN
Karya Tulis Ilmiah ini disahkan pada : Hari
:
Tanggal
:
Tempat
:
Oleh
:
Wali Kelas
Guru Pembimbing
(Drs.Dwi Hartanto)
(Heni Hastuti M.Pd)
NIP.19650520 199403 1 004
NIP.19711226 200710 2 002
Mengetahui, Kepala Madrasah
(Drs. H. Suhanto, MA) NIP. 19570405 198303 1 002
3
HALAMAN MOTTO
1. “Tidak ada jalan yang mulus untuk sukses. Giat bekerja adalah kuncinya.” 2. “Kita ini sangat butuh kegagalan, untuk menyempurnakan sikap dan mental kita.” 3. “Yang menghambat kesuksesan kita adalah keyakinan yang salah dan sikap negative.” 4. “Tidak ada kesuksesan sejati tanpa kegagalan. Semakin banyak kegagalan yang anda alami, anda semakin unggul, semakin banyak belajar, dan semakin dekat dengan harapan anda.” 5. “Tak ada rahasia untuk sukses.Sukses itu terjadi karena persiapan, kerja keras, dan mau belajar dari kesalahan.”
4
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya Tulis Ilmiah ini kami persembahkan kepada : Allah SWT yang dengan limpahan rahmatnya akhirnya kami dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini dengan sebaik-baiknya. Ayah dan Ibu kami tercinta yang senantiasa memberikan dorongan dan semangat demi terselesaikannya karya tulis ilmiah ini. Bapak Kepala Sekolah serta Bapak dan Ibu Guru MAN 2 Ponorogo. Ibu Heni Hastuti selaku pembimbing kami yang dengan kesabaran dan bimbingannya karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan dengan sebaikbaiknya. Taman-teman satu tim yang telah bekerja sama. Dan teman-teman kelas XI IPA 2 MAN 2 Ponorogo yang telah mendukung terselesaikannya Karya Tulis Ilmiah kami. Serta kepada jiwa-jiwa yang hatinya telah tertambat pada Tuhannya, hati yang dipenuhi cinta kepada Rabbinya, semoga Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat.
5
KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufiq, serta hidayahnya kepada kita sehingga kita masih diberi kesempatan untuk melaksanakan kegiatan seperti biasanya. Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa umatnya dari jaman jahiliyah menuju jaman islamiah seperti yang kita rasakan sekarang ini. Karya tulis ilmiah ini kami susun untuk memenuhi sebagian tugas semester genap mata pelajaran Bahasa Indonesia MAN 2 Ponorogo. Karya Tulis Ilmiah ini membahas tentang unsur-unsur intrinsik sebuah novel bergenre romantisme karya Taufiqurrahman
Al-Azizy
yang berjudul
RINTIHAN
DARI
LEMBAH
LEBANON. Dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini, kami banyak mendapat dukungan serta bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini kami mengucapkan banyak terima kasih kepada : 1.
Bpk. Drs. H. Suhanto, selaku kepala sekolah MAN 2 Ponorogo
2.
Drs. Dwi Hartanto, selaku wali kelas XI IPA 2 MAN 2 Ponorogo
3.
Heni Hastuti, M.Pd. selaku guru mata pelajaran Bahasa Indonesia dan Guru Pembimbing dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini.
4.
Orang tua, yang telah memberikan dukungan moral dan material
5.
Teman-teman yang telah bekerja sama serta Teman-teman XI IPA 2, yang telah memberikan motivasinya.
Kami menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami butuhkan demi kebaikan Karya Tulis Ilmiah ini ke depannya. Akhirnya, semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat untuk kita semua, amin. Ponorogo, Mei 2014
Penulis
6
DAFTAR LAMPIRAN
A. LAMPIRAN I Cover Novel Rintihan dari Lembah Lebanon Karya Taufiqurrahman AlAzizy B. LAMPIRAN 11 Biografi Penulis Novel Rintihan dari Lembah Lebanon (Taufiqurrahman AlAzizy) C. LAMPIRAN III Sinopsis Novel Rintihan dari Lembah Lebanon
7
DAFTAR ISI
Halaman Judul…….…………………………………………………………….… i Halaman Pengesahan……………………………………………………….......... ii Halaman Motto………………………………………………………………….. iii Halaman Persembahan…………………………………………………………... iv Kata Pengantar…………………………………………………………………… v Daftar Lampiran…………………………………………………………………. vi Daftar Isi……………………………………………………………………....... vii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang……………………………………………………..….. 1 B. Rumusan Masalah ………………………...…………………………... 2 C. Tujuan ……………………………...……………………………….… 2 D. Metode …………………...…………………………………………… 2 E. Teknik Pengumpulan Data …………...……………………………..... 3 F. Sistematika Pembahasan ……………………..………………………. 3 BAB II KAJIAN TEORI A. Pengertian Sastra ……………………………………………………........ 4 B. Jenis - Jenis Sastra ……………………………………………………...... 4 1. Sastra Berdasarkan Bentuknya ………………………………………. 5 2. Sastra Berdasarkan Isinya ...…………………………………………. 5 3. Sastra Berdasarkan Sejarahnya………………………………………..5 a. Kesusastraan Lama….……………………………………………..6 b. Kesusastraan Peralihan……….……………………………………6 c. Kesusastraan Baru…………….…………………………………...6 C. Pengertian Novel……………………….………………………………….6
8
D. Macam – Macam Novel……………….…………………………………. 7 1. Novel Romantis…………………….………………………………… 7 2. Novel Komedi……………………………………………………....... 7 3. Novel Religi………………………………………………………...... 7 4. Novel Horor………………………………………………………….. 8 5. Novel Misteri………………………………………………………… 8 6. Novel Inspiratif………………………………………………………. 8 E. Pengertian Unsur –Unsur Intrinsik Novel 1. Pengertian Tema……………………………….……………………... 8 2. Pengertian Tokoh dan Penokohan………….………………………... 9 3. Pengertian Alur……………………………….……………………… 9 4. Pengertian Setting/Latar……………………….………………..........10 5. Pengertian Sudut Pandang…………….……………….……………..11 6. Pengertian Gaya Bahasa……………………………………….……..11 7. Pengertian Amanat…………………………………………….……..12 BAB III PEMBAHASAN A. Tema……………………………………………………………………...13 B. Tokoh dan Penokohan……………………………………………………13 C. Alur……………………………………………………………………... 24 D. Setting/Latar……………………………………………………….……..25 E. Sudut Pandang……………………………………………………………31 F. Gaya Bahasa……………………………………………………………...32 G. Amanat……………………………………………………………….......33 BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan……………………………………………………………... 34 B. Saran……………………………………………………………………...35 Daftar Pustaka……………………………………………………………………36 Daftar Lampiran………………………………………………………………….37
9
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra adalah ungkapan pribadi manusia berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, gagasan, semangat, keyakinan, dalam suatu bentuk gambaran kongkret yang membangkitkan pesona dengan alat-alat bahasa. Manusia menggunakan karya sastra sebagai sarana untuk mengungkapkan gagasan, pengalaman, pemikiran dan sebagainya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa karya sastra sangat bermanfaat bagi manusia dan pembacanya. Karya sastra yang baik adalah karya sastra yang mampu meniggalkan kesan yang mendalam bagi pembacanya. Pembaca dapat dengan bebas melarutkan diri bersama karya itu, dan mendapatkan kepuasan oleh karenanya. Menurut Aristoteles karya sastra dapat digolongkan dalam beberapa kriteria. Ada tiga kriteria dipandang dari segi perwujudannya, diantara ketiga kriteria tersebut adalah teks naratik (epik) yaitu novel, roman, dan cerpen. Novel adalah salah satu karya sastra yang berbentuk prosa fiksi yang banyak mengangkat permasalahan dari menarik untuk dibaca.
kehidupan seseorang yang sangat
Pada masa kini, novel banyak digemari oleh para
remaja pada umumnya dan oleh pecinta sastra pada khususnya. Dalam sebuah novel terdapat dua unsure penting yang selalu melingkupi jalan ceritanya sebuah novel, yaitu unsure intrinsic dan unsure ekstrinsik. Unsure intrinsic novel meliputi tema, alur, tokoh dan penokohan, setting, amanat, sudut pandang, serta gaya bahasa. Sedangkan unsure ekstrinsik novel meliputi latar belakang penulis, serta keadaan social budaya ketika novel tersebut ditulis. Unsure intrinsik novel membantu para pembaca dalam memahami keseluruhan isi dari sebuah novel. Karena pentingnya mengetahui unsure intrisik dalam novel, kami terpicu untuk menjadikan pembahasan ini kedalam
10
sebuah karya tulis ilmiah. Tujuannya adalah agar dapat mempermudah para pembaca dalam memahami keseluruhan isi dari sebuah novel. Novel yang akan kami analisa unsure intrisiknya adalah sebuah novel bergenre romantic berjudul “Rintihan Dari Lembah Lebanon” karya Taufiqurrahman Al „Azizy. Novel tersebut menggambarkan kepedihan cinta suci yang dirasakan seorang pemuda asal Indonesia bernama Alif yang harus merelakan seorang gadis yang telah menjadi kekasih hatinya sejak ia dipesantren untuk seorang sahabat baiknya. Kisah cintanya yang terbalas dengan pengkhianatan karena bentangan Indonesia-Lebanon yang terlalu jauh tak mampu mempertahankan ikatan yang telah terjalin.
B. Rumusan Masalah Bagaimana dan apa saja unsur-unsur intrinsic yang terkandung dalam novel “Rintihan dari Lembah Lebanon” karya Taufiqurrahaman Al „Azizy?
C. Tujuan Tujuan dari penulisan karya tulis ilmiah ini adalah untuk mengetahui unsure-unsur intrinsic yang terdapat dalam novel “Rintihan dari Lembah Lebanon” karya Taufiqurrahaman Al „Azizy.
D. Metode Penelitian Metode penelitian yang kami gunakan untuk membuat karya tulis ini adalah metode deskriptif kualitatif. Diskriptif artinya yaitu metode penelitian nonhipotesis dan noneksperiment, namun hanya menggambarkan suatu data dengan cara menganalisis dan mencermati secara intensif untuk mendapatkan data-data dari sebuah novel. Sedangkan sumber datanya kami peroleh dari sebuah novel bergenre romantic berjudul “ Rintihan Dari Lembah Lebanon” karya Taufiqurrahman Al „Azizy. Sedangkan yang dimaksud kualitatif yaitu
11
metode penelitian yang khusus pada penelitian berupa huruf-huruf bukan penelitian yang berhubungan dengan angka-angka.
E. Tehnik Pengumpulan Data 1. Membaca novel Rintihan dari Lembah Lebanon karya Taufiqurrahman alAzizy secara intensif untuk mencari unsur-unsur intrinsik yang terkandung dalam novel tersebut. 2. Mencari sumber-sumber lain yang mendukung seperti sumber dari internet dan buku-buku referensi yang lain. 3. Mencatat unsure intrinsik yang terdapat dalam novel Rintihan dari Lembah Lebanon. 4. Mencatat pokok-pokok yang tergantung dalam novel tersebut. 5. Menulis kesimpulan dari novel Rintihan dari Lembah Lebanon. 6. Menulis kembali unsur-unsur intrinsik yang telah disimpulkan dari novel Rintihan dari Lembah Lebanon ke dalam paragraph yang padu.
F. Sistematika Pembahasan Sistematika pembahasan dari pembuatan karya tulis ilmiah ini adalah sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN yang berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, metode penelitian, teknik pengumpulan data, dan sistematika penulisan. BAB II KAJIAN TEORI, dalam kajian teori ini berisi pengertian sastra serta macam-macamnya, pengertian novel dan jenis-jenisnya, serta unsure-unsur yang membangun sebuah novel, yaitu berupa unsure intrinsic dan ekstrinsik dalam suatu novel. BAB III PEMBAHASAN, merupakan bab inti yang berisi penjelasan dan pembahasan menyeluruh terkait dengan unsure-unsur intrinsic dari novel “Rintihan dari Lembah Lebanon”. BAB IV berisi penutup, kesimpulan, dan saran.
12
BAB II KAJIAN TEORI A. Pengertian Sastra Sastra (Sanskerta: shastra) merupakan kata serapan dari bahasa Sanskerta „Sastra‟, yang berarti “teks yang mengandung instruksi” atau “pedoman”, dari kata dasar „Sas‟ yang berarti “instruksi” atau “ajaran” dan „Tra‟ yang berarti “alat”
atau
“sarana”.
“Sastra
lahir
oleh
dorongan
manusia
untuk
mengungkapkan diri, tentang masalah manusia, kemanusiaan, dan semesta (Semi, 1993 : 1). Terdapat beberapa kutikan menarik dari Dr. Wahyudi S., seorang dosen yang sejak tahun 1988 hingga sekarang telah menjadi dosen di Universitas Malang dan turut aktif dalam memberikan sumbangsih serta berdedikasi dalam bidang penelitian dan pengajaran sastra. “Kalau kita berbicara tentang studi sastra, hal yang tidak boleh ditinggalkan adalah pembicaraan tentang karya sastra itu sendiri. Tanpa ada karya sastra, kita tidak mungkin berbicara tentang studi sastra. Sastra adalah pengungkapan masalah hidup, filsafat, dan ilmu jiwa. Sastra adlaah kekayaan rohani yang dapat memperkaya rohani. Sastrawan dapat dikatakan sebagai ahli ilmu jiwa dan filsafat yang mengungkapkan masalah hidup, kejiwaan, dan filsafat, bukan dengan cara teknis akademis melainkan melalui tulisan sastra.” Dalam sebuah buku referensi yang kami miliki, dikatakan pula bahwa “Karya
sastra adalah
anak kehidupan kreatif seorang penulis
dan
mengungkapkan pribadi pengarang.” (Selden, 1985 : 52).
B. Jenis-Jenis Sastra Secara umum, sastra dibagi menjadi dua, yaitu prosa dan puisi. Prosa adalah karya sastra yang tidak terikat sedangkan puisi adalah karya sastra yang
13
terikat dengan kaidah dan aturan tertentu. Contoh karya sastra puisi yaitu puisi, pantun,
dan syair sedangkan contoh karya sastra prosa yaitu novel,
cerita/cerpen, dan drama. 1. Dilihat dari bentuknya, sastra terdiri atas 4 bentuk, yaitu : a. Prosa, bentuk sastra yang diuraikan menggunakan bahasa bebas dan panjang tidak terikat oleh aturan-aturan seperti dalam puisi. b. Puisi, bentuk sastra yang diuraikan dengan menggunakan bahasa yang singkat dan padat serta indah. c. Prosa liris, bentuk sastra yang disajikan seperti bentuk puisi namun menggunakan bahasa yang bebas terurai seperti pada prosa. d. Drama, yaitu bentuk sastra yang dilukiskan dengan menggunakan bahasa yang bebas dan panjang, serta disajikan menggunakan dialog atau monolog. Drama ada dua pengertian, yaitu drama dalam bentuk naskah dan drama yang dipentaskan. 2. Dilihat dari isinya, sastra terdiri atas 4 macam, yaitu : a. Epik, karangan yang melukiskan sesuatu secara obyektif tanpa mengikutkan pikiran dan perasaan pribadi pengarang. b. Lirik, karangan yang berisi curahan perasaan pengarang secara subyektif. c. Didaktif, karya sastra yang isinya mendidik penikmat/pembaca tentang masalah moral, tatakrama, masalah agama, dll. d. Dramatik, karya sastra yang isinya melukiskan sesuatu kejadian(baik atau buruk) denan pelukisan yang berlebih-lebihan. 3. Dilihat dari sejarahnya, sastra terdiri dari 3 bagian, yaitu : a. Kesusastraan Lama, kesusastraan yang hidup dan berkembang dalam masyarakat lama dalam sejarah bangsa Indonesia. Kesusastraan Lama Indonesia dibagi menjadi : 1) Kesusastraan zaman purba, 2) Kesusastraan zaman Hindu Budha, 3) Kesusastraan zaman Islam, dan 4) Kesusastraan zaman Arab – Melayu.
14
b. Kesusastraan Peralihan, kesusastraan yang hidup di zaman Abdullah bin Abdulkadir Munsyi. Karya-karya Abdullah bin Abdulkadir Munsyi ialah: 1) Hikayat Abdullah 2) Syair Singapura Dimakan Api 3) Kisah Pelayaran Abdullah ke Negeri Jeddah 4) Syair Abdul Muluk, dll. c. Kesusastraan Baru, kesusastraan yang hidup dan berkembang dalam masyarakat baru Indonesia. Kesusastraan Baru mencangkup kesusastraan pada Zaman : 1) Balai Pustaka / Angkatan 20 2) Pujangga Baru / Angkatan 30 3) Jepang 4) Angkatan 45 5) Angkatan 66 (http://asemmanis.wordpress.com/2009/10/03/pengertian-sastra-secaraumum-dan-menurut-para-ahli/)
C. Pengertian Novel Novel adalah salah satu bentuk dari sebuah karya sastra. Novel merupakan cerita fiksi dalam bentuk tulisan atau kata-kata dan mempunyai unsur instrinsik dan ekstrinsik. Sebuah novel biasanya menceritakan tentang kehidupan manusia dalam berinteraksi dengan lingkungan dan sesamanya. Dalam sebuah novel, si pengarang berusaha semaksimal mungkin untuk mengarahkan pembaca kepada gambaran-gambaran realita kehidupan melalui cerita yang terkandung dalam novel tersebut. Novel berasal dari bahasa Itali novella yang berarti “sepotong kisah atau berita”. Kemudian, kata itu diartikan sebagai sebuah karya sastra dalam bentuk prosa. Jepang adalah tempat lahir novel yang pertama. Novel itu berjudul Hikayat Genji, yang ditulis pada abad ke-11 oleh Murasaki Shikibu.
15
Novel adalah salah satu bentuk dari sebuah karya sastra. Novel merupakan cerita fiksi dalam bentuk tulisan atau kata-kata dan mempunyai unsur instrinsik dan ekstrinsik. Sebuah novel biasanya menceritakan tentang kehidupan manusia dalam berinteraksi dengan lingkungan dan sesamanya. Dalam sebuah novel, si pengarang berusaha semaksimal mungkin untuk mengarahkan pembaca kepada gambaran-gambaran realita kehidupan melalui cerita yang terkandung dalam novel tersebut.
(http://www.e-jurnal.com/2013/12/pengertian-novel-menurut-para-ahli.html).
D. Macam-Macam Novel 1. Novel Romantis Novel romantis adalah novel yang memuat cerita panjang bertemakan percintaan. Novel ini hanya dibaca khusus oleh para remaja dan orang dewasa. Alur ceritanya pertemuan kedua tokoh yang berlawanan jenis tersebut ditulis semenarik mungkin. Lalu dilanjutkan dengan konflik-konflik percintaan hingga mencapai sebuah titik klimaks, lalu diakhiri dengan sebuah ending yang kebanyakan bercabang jadi tiga: happy ending (dua tokoh utama bersatu), sad ending (dua tokoh utama tidak bersatu), dan ending menggantung (pembaca dibiarkan menyelesaikan sendiri kisah itu). 2. Novel Komedi Novel komedi adalah novel yang memuat cerita yang humoris (lucu) dan menarik dengan gaya bahasa yang ringan dengan diiringi gaya humoris dan mudah dipahami. 3. Novel Religi Novel ini bisa saja merupakan kisah romantis atau inspiratif yang ditulis lewat sudut pandang religi. Atau novel yang lebih mengarah kepada religi meski tema tersebut beragam.
16
4. Novel Horor Novel ini biasanya bercerita seputar hantu. Sisi yang menarik dari novel ini adalah latar tempatnya, yang kebanyakan sebagai sumber hantu itu berasal. Cerita juga biasa disajikan dalam bentuk perjalanan sekelompok orang ke tempat angker. 5. Novel Misteri Novel ini adalah novel yang biasanya memuat teka-teki rumit yang merespons pembacanya untuk berpartisipasi dalam menyelesaikan masalah tersebut. Bersifat mistis, dan keras.Tokoh-tokoh yg terlibat biasanya banyak dan beragam, seperti polisi, detektif, ilmuwan, budayawan, dll. 6. Novel Inspiratif Novel Inspiratif adalah novel yang menceritakan sebuah cerita yang bisa memberi inspirasi pembacanya. Biasanya novel inspiratif ini banyak yang berasal dari cerita nonfiksi atau nyata. Tema yang disuguhkan pun banyak, seperti tentang pendidikan, ekonomi, politik, prestasi, dan percintaan. Gaya bahasanya pun kuat, deskriptif, dan akhirnya menemui karakter tokoh yang tak terduga. (http://ide-venivriliani.blogspot.com/2013_04_01_archive.html ).
E. Unsur Intrinsik Novel Yang dimaksud unsur - unsur intrinsik dalam sebuah karya sastra adalah unsur-unsur pembangun karya sastra yang dapat ditemukan di dalam teks karya sastra itu sendiri. Yaitu sebagai berikut : 1. Tema Gagasan, ide, atau pikiran utama yang mendasari suatu karya sastra disebut tema. Atau gampangnya, tema adalah sesuatu yang menjadi dasar cerita, sesuatu yang menjiwai cerita, atau sesuatu yang menjadi pokok masalah dalam cerita.
17
Tema merupakan inti atau pokok persoalan yang menjadi dasara pengembangan cerita. Tema menyngkut segala persoalan, baik masalah kemanusiaan, kekuasaan, kasih sayang, kecemburuan, dan sebagainya (Engkos Kosasih, 2005 : 99). 2. Tokoh Tokoh adalah individu ciptaan/rekaan pengarang yang mengalami peristiwa-peristiwa atau lakuan dalam berbagai peristiwa cerita. Pada umumnya tokoh berwujud manusia, namun dapat pula berwujud binatang atau benda yang diinsankan. Tokoh sentral adalah tokoh yang banyak mengalami peristiwa dalam cerita. Tokoh sentral dibedakan menjadi dua, yaitu: a.Tokoh sentral protagonis, yaitu tokoh yang membawakan perwatakan positif atau menyampaikan nilai-nilai positif. b.Tokoh sentral antagonis, yaitu tokoh yang membawakan perwatakan yang bertentangan dengan protagonis atau menyampaikan nilai-nilai negatif. 3. Penokohan atau perwatakan Penokohan merupakan penggambaran suatu watak tokoh dalam sebuah novel. "Tokoh tersebut digambarkan mempunyai karakter atau sifat, misalnya pemarah, periang, pemabuk,atau rajin. Penggambaran watak tokoh dapat secara langsung ataupun tidak langsung." (Syamsuddin A. R. 2005 : 98). 4. Alur Tema merupakan pola pengembangan cerita yang terbentuk oleh hubungan sebab-akibat (Engkos Kosasih, 2006 : 83). Tema adalah jalinan cerita yang dibuat oleh pengarang dalam menjalin kejadian secara beruntun atau rangkaian/jalinan antar peristiwa/ lakuan dalam cerita. Sebuah cerita sebenarnya terdiri dari berbagai peristiwa yang memiliki hubungan sebab-
18
akibat. Jalinan itu yang dinamakan alur/plot. Alur dapat dikategorikan menjadi tiga : a. Alur maju (alur lurus) Rangkaian peristiwanya bergerak maju dari awal ke akhir (kronologis) b. Alur mundur (alur flashback) Rangkaian peristiwanya bergerak mundur dari akhir ke awal (set back) c. Alur campuran (maju-mundur) Rangkaian peristiwa bergerak secara acak.
6. Setting/Latar Latar adalah segala keterangan, petunjuk, pengacuan yang berkaitan dengan waktu, ruang, dan situasi terjadinya peristiwa dalam suatu karya sastra beserta tempatnya (Syamsuddin A. R. 2005 : 99). Latar dapat dibedakan ke dalam dua unsur pokok: a. Latar tempat, mengacu pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah novel. b. Latar waktu, berhubungan dengan masalah „kapan‟ terjadinya peristiwaperistiwa yang diceritakan dalam sebuah novel. c. Latar suasana, suasana adalah salah satu unsur intrinsik yang berkaitan dengan keadaan psikologis yang timbul dengan sendirinya bersamaan dengan jalan cerita. Suatu cerita menjadi menarik karena berlangsung dalam suasana tertentu. Misalnya, suasana gembira, sedih, tegang, penuh semangat, tenang, damai, dan sebagainya. Suasana dalam cerita biasanya dibangun bersama pelukisan tokoh utama. Pembaca mengikuti kejadian demi kejadian yang dialami tokoh utama dan bersama dia pembaca dibawa larut dalam suasana cerita.
19
7. Sudut Pandang Sudut pandang atau titik pengisahan adalah posisi pengarang dalam membawakan cerita (Engkos Kosasih, 2006 : 83). Posisi pengarang ini terdiri atas dua macam : a. Sudut pandang orang pertama Pada sudut pandang orang pertama, posisi pengarang berada di dalam cerita. Ia terlibat dalam cerita dan menjadi salah satu tokoh dalam cerita (bisa tokoh utama atau tokoh pembantu). Salah satu ciri sudut pandang orang pertama adalah penggunaan kata ganti „aku‟ dalam cerita. Oleh karena itu, sudut pandang orang pertama sering disebut juga sudut pandang akuan. b. Sudut pandang orang ketiga Pada sudut pandang orang ketiga, pengarang berada di luar cerita. Artinya dia tidak terlibat dalam cerita. Pengarang berposisi tak ubahnya seperti dalang atau pencerita saja. Ciri utama sudut pandang orang ketiga adalah penggunaan
kata
ganti
„dia‟ atau
„nama-nama tokoh‟.
(http://halaisu.blogspot.com/2012/04/makalah-menjelaskan-unsur-
intrinsik.html).
9. Gaya Bahasa Gaya bahasa adalah cara pengarang mengungkapkan ceritanya melalui bahasa yang digunakan. Setiap pengarang memiliki gaya masing-masing. Gaya bahasa berfungsi sebagai alat utama pengarang untuk melukiskan, menggambarkan, dan menghidupkan cerita secara estetika. misalnya personifikasi, gaya bahasa ini mendeskripsikan benda–benda mati dengan cara memberikan sifat–sifat seperti manusia. Simile (perumpamaan), gaya bahasa ini mendeskripsikan sesuatu dengan pengibaratan. Hiperbola, gaya bahasa ini mendeskripsikan sesuatu dengan cara berlebihan dengan maksud memberikan efek berlebihan.
20
”Gaya bahasa berfungsi untuk menciptakan suatu nada atau suasana persuasive, serta merumuskan dialog yang mampu memperlihatkan hubungan dan interaksi antara sesame tokoh. Kemampuan sang penulis mempergunakan bahasa secara cermat dapat menjelmakan suatu suasana yang berterus terang atau satiris, simpatik atau menjengkelkan, dan objektif atau emosional" (Engkos Kosasih, 2006 : 84).
10. Amanat Amanat merupakan ajaran moral atau pesan
yang hendak
disampaikan pengarang kepada pembaca melalui karyanya itu (Engkos Kosasih, 2006 : 84). Amanat adalah pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca. Amanat dalam cerita bisa berupa nasihat, anjuran, atau larangan untuk melakukan/tidak melakukan sesuatu. Yang jelas, amanat dalam sebuah cerita pasti pesan yang bersifat positif.
21
BAB III PEMBAHASAN
A. Tema Novel yang berjudul RINTIHAN DARI LEMBAH LEBANON karya Taufiqurrahman Al Azizy ini memiliki tema percintaan dan persahabatan. Karena novel ini menceritakan tentang kehidupan cinta pemuda asal Indonesia bernama Alif yang harus terhianati oleh kekasihnya yang bernama Naysila yang lebih memilih Aziz, sahabat Alif sendiri karena jarak antara IndonesiaLebanon yang membuat mereka tak mampu mempertahankan cintanya.
B. Tokoh dan Penokohan 1. Tokoh Utama a. Alif
:
1) Pekerja keras, watak Alif yang pekerja keras dapat diketahui ketika Alif bekerja keras di lading tembakau milik ayah Aziz. "Tangan kanannya memegang kokoh cangkul yang bersandar di pundak kanannya, sedang tangan kirinya memegang sabit yang putih berkilauan tertimpa cahaya matahari." (Taufiqurrahman, 2012 : 14). 2) Romantis, watak Alif yang romantis dapat diketahui ketika Alif akan berpisah dengan Naysila, Alif berkata, "Naysila, bersabarlah. Jangan lagi ada duka di wajahmu karena perpisahan ini. Perpisahan ini hanya sementara karena setelah berpisah kita akan kembali bersua. Sekiranya rindu mengamuk di hatimu, cukuplah engkau membuka lipatan kertas–kertas putih bahasa cintaku, mewakili kehadiranku di sisimu." (Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 13).
22
3) Tegar, watak Alif yang tegar dapat diketahui dari kalimat yang secara langsung digambarkan oleh penulis. "Tak ada pemuda yang lebih kaya daripada Alif di desa ini. Sebab dalam kesendirian, ia tegakkan langkah. Dalam kesunyian jiwa, ia senandungkan harapan dan cita–cita." (Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 18). 4) Sabar, watak Alif yang sabar dapat diketahui ketika Alif dipukuli oleh teman-teman di pesantrennya. Ia berkata, "Aku berdoa kepada Tuhan demi kebaikan mereka. Aku juga berdoa kapada Tuhan agar kejadian ini bisa menghaluskan hati mereka." (Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 128). 5) Cerdas, watak Alif yang cerdas dapat diketahui ketika ada ujian di pesantren. "Saat ujian hafalan Al-Qur'an digelar, aku adalah santriwan yang paling lancar dan paling sedikit kesalahannya. Bacaan Al-Qur'anku mengalir deras bagai kucuran hujan." (Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 129). 6) Suka menyendiri, dapat diketahui ketika Alif dijauhi oleh temantemannya di pesantren. "Malam mengirimkan udaranya yang dingin. Wajahnya berselimutkan bintang-gemintang. Sejak saat itu aku sering kali memilih sendiri, menghindar dari para santri." (Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 43). 7) Tabah, dapat diketahui saat Alif diejek teman-temannya setelah ia melanggar aturan pesantren. "Tak kutampakkan wajah sedih lagi. Bahkan kutegakkan kepalaku. Kubalas teriakan, ejekan, dan cibiran sahabat-sahabat santri dengan senyuman…" (Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 90). 8) Cengeng, dapat diketahui ketika Alif dihukum di ruang sempit dekat dapur. "Kutempati ruang pengap dan gelap ini sendirian. Menetes air mataku menerima pengucilan dan pengasingan. Ruangan ini tanpa jendela. . . . ." (Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 101).
23
9) Teguh pendirian, dapat diketahui saat Alif dipaksa untuk mengakui kesalahan yang tidak ia lakukan. "Apakah saya harus bersumpah atas nama Allah untuk urusan sekecil ini. . . . Begitu rendah ia menghargai Tuhannya kalau toh malam itu aku memang benar yang meniup seruling itu aku tetap tidak akan bersumpah atas nama Tuhan sebab aku akan mengakuinya." (Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 123). 10) Dermawan, dapat diketahui ketika Alif melihat seorang gadis kecil yatim piatu bersama seorang adiknya. "Alif kemudian berkata lagi, mas kuserahkan uang ini kepadamu untuknya. Engkau lebih tau kehidupan anak ini dan adiknya. Mudah-mudahan uang itu meringankan bebannya." (Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 360). 11) Pemberani, dapat diketahui ketika Soimah menyuruh Alif agar pergi karena penduduk Desa Dadapayam akan menghakiminya karena fitnah yang telah Salman tuduhkan pada Alif. "Tetapi aku tak akan pergi, lanjut Alif. "Kepergian adalah tindakan pengecut dari seseorang yang ingin menolak dari tanggung jawab." (Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 375). b. Aziz
:
1) Toleransi, watak Aziz yang toleransi dapat diketahui ketika penduduk Desa Dadapayam memperlakukan Alif, sahabat Aziz dengan perlakuan yang berbeda dengan Aziz. "Ia senang dengan pujian, tetapi hatinya sakit bila sang karib dihinakan. Kenapa orang-orang memandangnya dengan takjub, menempatkannya pada kedudukan yang tinggi dan luhur, sedang mereka memandang Alif dengan rendah dan hina…." (Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 16). 2) Ingin tahu, sikap Aziz yang sangat ingin tahu dapat diketahui dari rasa penasarannya untuk mendengarkan kisah kehidupan dan cinta sahabatnya, yaitu Alif. "Ia duduk di samping Alif, lalu berucap, tidak baik menyimpan kebahagiaan untuk diri sendiri. Adakah ku
24
tak terlalu berharga untuk mendapatkan sekecap rasa indah di hatimu tentang gadis itu?" (Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 20). 3) Tulus, watak Aziz yang tulus dapat dilihat ketika Aziz ditanya oleh ayahnya tentang gadis yang ia cinta. "Saya mencintai Lubna dengan sepenuh jiwa saya. Saya yakin bahwa Lubnalah yang telah dipilihkan Tuhan untuk hidup saya. Lubna adalah cinta pertama saya dan akan menjadi cinta terakhir saya." (Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 160). 4) Empati, dapat diketahui ketika Alif bercerita bahwa ia dipukuli teman-temannya di pesantren saat ia meniupkan seruling bambu. "Seharusnya engkau tak dipukul kepalamu, ucap Aziz yang seakanakan merasakan apa yang dirasakan sahabatnya itu. Bila aku ada di sana itu, kan kupukul kepalanya dua kali lipat dari pukulan yang ia alkukan kepadamu. (Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 63). 5) Rendah Hati, dapat diketahui ketika orang-orang di Desanya memandang
agung
kehidupan
Aziz
yang
serba
mewah.
“Terkadang kepicikan jiwa mendorongnya untuk meruntuhkan rumah megah dan besar sang ayah, agar harga seseorang tak dinilai dari keadaan rumahnya.” (Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 19). 6) Berjiwa sosial, dapat diketahui ketika Aziz pergi ke Lebanon, sebuah negara tempat yang telah luluh lantah tempat dimana terjadinya perang besar antara Palestina dan Israel untuk tujuan kemanusiaan. “Beberapa hari yang akan datang kami akan segera bergabung dengan tim kemanusiaan dari jakarta dengan misi kemanusiaan…… Di Jakarta nanti kami akan bergabung dengan delapan orang aktifis dari berbagai kota yang mewakili lembagalembaga swadayanya masing-masing.” (Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 163). 7) Pencemburu, dapat diketahui ketika Aziz melihat Lubna, kekasihnya
berdua-duaan
sepanjang
hari
dengan
Ghufron,
25
sahabatnya. “Hatiku telah terbakar rasa cemburu yang demikian menggelegak. Jiwaku di penuhi lahar yang amat panas hingga aku tak memperdulikan kebersamaan gufron dan lubna." (Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 254). 8) Pemarah, dapat diketahui ketika Aziz merasa cemburu dengan Lubna. Kemudian ia melimpahkan kekesalannya kepada Ehud yang ia temui di bawah pohon cedar saat itu. "….segera aku mengambil ranting cedar yang tadi jatuh dari tanganku. Akan kupukuli mereka satu per satu. Kumulai dari Ehud yang berdiri di hadapanku. Aku maju dengan membabi buta, kupulkan ranting cedar itu keseluruh tubuh Ehud." (Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 257).
c. Naysila
:
1) Pemalu, dapat diketahui dari perkataan Alif ketika Alif tak sengaja memandang Naysila saat Naysila mengikuti pelajaran mantiq yang diajarkan olehnya. "Tanpa sengaja bola mataku memandang seorang santriwati berjilbab merah. Ia selalu menunduk, sedang yang lain mengangkat wajah. Ia sibuk mencatat pelajaranku, sedang yang lainnya berebut dengan pertanyaan-pertanyaannya." (Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 274). 2) Romantis, dapat diketahui ketika Naysila mengirimkan surat kepada Alif yang saat itu menjadi kekasihnya. "Alif kekasihku, setiap hari diantara detak-detak jantungku, diantara desahan nafasku, didalam tidur dan jagaku, didalam pondok dan rumahku, rinduku kepadamu tak pernah lekang. Cinta dan sayangku kepadamu tak pernah lekang." (Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 338). 3) Cerdas tapi Pesimis, dapat diketahui ketika Naysila akan mengikuti seleksi masuk Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. "Saat ujian tiba, dengan mengucap Basmalah, kukerjakan soal-soal. Ribuan orang ikut dalam ujian ini. Nyaliku sudah ciut karena
26
khawatir aku siswi terbodoh dalam ujian ini. Saat tiba pengumuman ternyata namaku ada di antara 800 calon mahasiswa fakultas kedokteran. Tetapi aku harus melewati seleksi satu tahap lagi, apakah aku layak masuk ke 400 besar atau tidak. Dan Alhamdulillah aku pun masuk." (Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 340).
d. Lubna 1) Cantik, dapat diketahui dari kalimat yang secara langsung dituliskan oleh penulis. “Ia memiliki wajah yang amat cantik. Cantik sekali. Pipinya kemerah-merahan akibat terkena sinar matahari. Rambutnya yang kuning keemasan begitu elok. Tubuhnya ramping bagai cemara." (Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 204). 2) Penurut, dapat diketahui ketika Lubna menerima Ehud menjadi kekasihnya untuk ayahnya tercinta. “Kisah Ehud, Lubna dan ayahnya tak semata-mata kisah antara ketidak berdayaan seorang anak permpuan di hadapan ayahnnya… Ini tak semata-mata kisah cinta, namun cinta diantara air mata, darah, keselamatan, perebutan tanah, dan pertempuran." (Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 207). 3) Baik hati dan tegar, dapat diketahui dari pujian yang dilontarkan Aziz untuk Lubna. Aziz berkata, “Lubna lebih dari wajah dan tubuhnya, kecantikannya tidak terdapat dari rambut emasnya, tetapi dalam kebaikan dan kemurnian yang menyelubunginya. Bukan dari lehernya yang jenjang, melainkan dalam keteguhan hatinyauntuk berani memilih dan bersikap dalam menghadapi setiap rintangan di depannya.” (Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 233).
27
4) Setia, dapat diketahui dari perkataan istri Khalil tentang Lubna. "Sekarang kita fokus pada Lubna. Hidupnya telah kersan selama ini. Ia pergi dari desa ini sebab ingin menghindari hasrat para pemuda desa yang mencoba mendekatinya. Lubna adalah seorang yang teguh menepati janji terlebih pada orang yang dicintainya." (Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 497). 5) Tertutup, dapat diketahui dari cerita Hiba. "Selama ini, Lubna seperti menghindar dari para pemuda…. Ia ingin bergaul dengan wajar dan semestinya." (Taufiqurrahman Al-Azizy, 2012 : 229).
2. Tokoh Sampingan a. Salman
:
1) Tidak dapat menjaga rahasia, hal ini dapat diketahui dari kalimat yang secara langsung dituliskan oleh penulis. "Salman tampak berusaha memahami pembicaraan antara tuan dan sahabatnya itu. Wajahnya menunjukkan rasa penasaran yang tak bisa ditutuptutupi. Memang begitulah Salman. Melalui lidahnya yang bercabang dan menjulur bagai juluran ular berbisa tak ada satupun rahasia tuannya yang tak ia sampaikan kepada orangorang." (Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 25). 2) Dengki, dapat diketahui dari sikap Salman yang begitu membenci dan ingin menjatuhkan Alif."Salman sadar bahwa ia harus segera menyingkir dari tempat itu. Tetapi, hatinya telah bersorak-sorai mendengar satu kabar yang luar biasa. Wajahnya terang bagai nyala api yang dikobarkan iblis. Ia yang selama ini memiliki hati yang dirasuki rasa dengki kepada Alif menemukan kesempatan untuk membakar langit pedesaan dengan kabar diusirnya Alif dari pesantren." (Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 29)
28
3) Penghasut dan picik, dapat diketahui ketika Aziz menjelaskan kepada seluruh warga bahwa bukan Alif yang bersalah, namun Alif telah difitnah oleh Salman. "Salman memberiku usul untuk memfitnah Alif. Salman yang memiliki bibir tipis dan tajam ini telah berhasil mempengaruhi kalian semua untuk mempercayai fitnah yang ia sebarkan." (Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 382). b. Kiai Umar : 1) Bijaksana, dapat diketahui dari penjelasan Alif kepada Aziz tentang Kiai Umar. "Yang aku lihat dari wajah kiai itu adalah ketegasan. Yang kusaksikan dari sorot matanya adalah kuatnya takad dan keteguhan. Beliau tak banyak bicara kecuali saat mengajar." (Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 36). c. Ustadz Rahmat 1) Penyayang, dapat diketahui ketika Ustadz Rahmat membela Alif yang dimarahi teman-temannya karena tidak melaksanakan shalat jama'ah di masjid. "Saat aku kembali beberapa santri senior memarahiku, tetapi kang Rahmat membelaku.” (Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 39). 2) Toleransi, dapat diketahui ketika Ustadz Rahmat memeberikan semangat kepada Alif saat Alif menerima hukuman atas kesalahannya. "Kang Rahmat memegang pundakku dan berkata bersabarlah sedikit, Dik. Karena cahaya matahari tidak akan pernah padam hanya karena tertutup oleh awan hitam.” (Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 81). 3) Religious, dapat diketahui ketika Ustadz Rahmat mengajarkan kepada Alif untuk saling menghargai sesamanya. “Kang Rahmat berkata, islam itu agama yang mengajarakan adab dan sopan santun. Kau harus tau Alif. Pesantren adalah tempat kita belajar adab dan sopan santun.” (Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 44).
29
d. Ustadz Yazid 1) Penyayang, dapat diketahui ketika Ustadz Yazid menghampiri Alif yang sedang sebdirian di biliknya. "Ia melihat wajahku yang dibelenggu ketakutan. Ia duduk di sampingku, menenangkan hatiku dari kemarahan beberapa santri senior dengan ucapannya, "Alif belajarlah menghargai agar engkau dihargai." (Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 39). 2) Cerdas, dapat diketahui ketika Ustadz Yazid mengajarkan kepada santrinya tentang ilmu mantiq. "Kita tidak akan bisa membantah logika tanpa logika. Sekiranya engkau ingin tahu mengapa filsafat diharamkan, maka tak ada jalan lain kecuali engkau pelajari ilmu yang
akan
membimbingmu
untuk
menunjukkan
dimana
keharamannya…. Kita tidak bisa menghukumi suatu ilmu tanpa ilmu pula. Bila kita menghukumi ilmu tanpa ilmu itu fitnah namanya.” (Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 51). 3) Perhatian dan Sabar, dapat diketahui ketika Ustadz Yazid dengan kesabarannya menenangkan Alif yang hatinya sedang dirundung kepedihan. “Ustadz Yazid tersenyum, memegang pundakku, lalu berkata, ini berkaitan dengan hati dan perasaan seseorang, Alif. Apa yang menurut kita baik,belum tentu baik menurut orang lain. Apa yang menurut kita sopan belum tentu sopan menurut orang lain.” (Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 45). e. Teman-teman Alif (Farhan, Malik, Haris, dan Zidni) 1) Jahat, dapat diketahui dari sikap mereka yang mengucilkan Alif. "Haris, Malik, Farhan, Zidni, dan Budi telah bersepakat untuk menolak kehadiranku di bilik. Mereka tidak meu mebagi biliknya denganku. Penolakan itu disertai penolakan-penolakan santrisantri yang lain." (Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 99). 2) Buruk Sangka, dapat diketahui ketika mereka menuduh Alif meniupkan seruling bambu yang sebenarnya bukan Alif yang meniupkannya. "Aku harus mengakui kebenaran ini. Malik
30
melanjutkan, tetapi siapa yang tidak memiliki perkiraan seperti perkiraanku saat menyadari bahwa salama ini kaulah satu-satunya pemilik seruling bambu?" (Taufiqurrahman al Azizy, 2012 : 124). f. Ghufron 1) Pemberani, dapat diketahui katika sampai di Lebanon yang dikabarkan merupakan tempat bersarangnya bom-bom Israel. Ghufron berkata, "Keindahan Lebanon lebih menarik bagiku daripada rasa takut." (Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 164). 2) Pengertian, dapat diketahui dari ucapan Aziz yang menunjukkan rasa simpati Ghufron ketika melihat wajah Aziz. “Sepertinya, Ghufron bisa membaca ketakutan yang tampaak di wajahku, hingga ia berkata, “Sudahlah, buang wajahmu yang seperti itu. Ganti wajahmu yang ceria.” (Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 169). 3) Serba tahu, dapat diketahui ketika sampai di Lebanon, Ghufron menceritakan sedetai-detainya tentang Lebanon. “Betapa fasih Ghufron bercerita tentang tempat-tempat dan kota-kota di Lebanon, lengkap dengan gunung-gunung, lembah, ngarai, pantai….." (Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 171). 4) Agresif dapat diketahui dari percakapan Aziz dan ghufron ketika mereka melihat gadis-gadis cantik di Lebanon. “Kau sangat terobsesi. Kau masih perjaka kan?....... “Aku rela melepaskannya demi gadis-gadis Lebanon, jawab Ghufron seraya menyeringai aneh.” (Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 177). g. Ehud 1) Licik, dapat diketahui dari penggambaran watak yang secara langsung dituliskan penulis. “Pemuda Yahudi itu Ehud namanya. Secara cerdik ia mendekati dan bisa mengambil hati ayahnya. Hingga semakin lama ayahnya tak berkutik di hadapan pemuda tersebut.
Ehud
tinggal
menunggu masa
dimana ia akan
mendapatkan kecantikan Lubna.” (Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 207).
31
2) Tampan, dapat diketahui dari ucpan Aziz. Aziz berkata, "Mendengar pertanyaanku Ehud memandangku dengan beringsut, kemudian ia mendekatiku. Semakin dekat di bawah keremangan malam yang masih memberi cahaya wajah Ehud tampak demikian jelas di mataku. Wajahnya tampan, bahkan lebih tampan dari wajahku." (Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 258). 3) Pantang menyerah, dapat diketahui dari perkataan Ehud sendiri saat ia menjelaskan kepada Aziz tentang dirinya dan cintanya kepada Lubna. "Di Lebanon aku dicurigai ingin menguasai tanah-tanah mereka. Sedang di bangsaku aku tak pantas untuk hidup. Tetapi aku tidak menyesal. Lubna adalah tujuanku bagaimanapun terjal, berliku,
dan
curamnya
jalan
yang
harus
aku
tempuh."
(Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 261). 4) Qona'ah, dapat diketahui dari jawaban Ehud ketika Aziz bertanya tentang cintanya kepada Lubna. Aziz bertanya, "Apakah engkau benar-benar
mencintainya?
Ucapku
lirih.
Bahkan
bila
ia
menolakku, aku akan menerima asal aku bisa mendengar ucapannya. Ia terlalu agung bagiku. Ia terlalu tinggi untukku raih." (Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 264). 5) Baik hati, dapat diketahui dari penjelasan Aziz tentang Ehud. "Ehud tidak seperti yang dikatakan orang-orang kepadanya. Ia adalah pemuda yang jiwanya bercahaya. Hatinya sangat baik dan bersih." Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 428). h. Soimah 1) Cantik, dapat diketahui dari penggambaran tokoh yang secara langsung dituliskan penulis. "Soimah menunduk, gadis itu memang sangat cantik. Kulitnya putih bersih dan rambutnya hitam legam.” (Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 145). 2) Penurut, dapat diketahui dari sikap Soimah yang terpaksa menerima ajakan Aziz untuk membahagiakan orangtuanya. "Mendengar ajakan itu, aku ingat apa yang dipesankan oleh ayahku. Ayahku
32
selama ini berusaha mendekatkanku dengan Aziz. Aku tak bisa menolak walau hatiku memberontak. Menjadi gadis di desa ini adalah beban bagi hidupnya sebab ia tak bisa mengikuti kata hatinya dan harus tunduk serta patuh pada kehendak orang tuanya." (Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 372). i. Faris (Ayah Lubna) 1) Menepati janji, dapat diketahui dari percakapannya dengan Aziz bahwa ia harus menepati janjinya kepada Ehud. "Aku telah berucap janji kepada Ehud. Pantang bagiku sebagaj Bangsa Lebanon untuk mengingkari janji. Aku tau bahwa putriku tak mencintai Ehud…." (Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 427). j. Ayah Aziz 1) Tidak pilih-pilih, watak ayah Aziz ini dapat diketahui ketika ia akan mencarika pendamping hidup untuk anaknya. ”Diam-diam, ia telah mengamat-amati para gadis …… Ia tak memikirkan apakah gadis itu berasal dari orang tua yang kaya atau miskin, trehormat atau terhina, rumahnya besar atau kecil. …. Yang jadi bahan pertimbangannya adalah kecantikannya, juga cinta dan kasihnya yang tulus kepada Aziz." (Taufiqurrahman Al-Azizy, 2012 : 149).
C. Alur Alur didalam novel ini menggunakan alur campuran, yang mana konflik yang terjadi dalam novel "Rintihan dari Lembah Lebanon" adalah maju – mundur. Bermula dari kematian orangtua tokoh utama yang membawanya ke dalam kehidupan pesantren yang membuatnya menjadi seorang pemberontak yang tidak taat pada aturan pesantren. Kemudian masalah demi masalahpun menjumpai Ali ketika ia di pesantren hingga ia terusir dari pesantren Al-Husna. Setelah kembali ke desanya Dadapayam konflik demi antar sahabatpun tak dapat dihindari. Hingga pada akhirnya Alif mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan kuliah ke Lebanon dan meninggalkan kekasihnya di Indonesia. Di Lebanon, masalah demi masalahpun tak luput dari kehidupannya. Dan ketika ia
33
harus pulang ke Indonesia, ia harus menerima kenyataan pahit bahwa kekasihnya yang begitu dicintainya menghianati kesetiaannya dan lebih memilih menikah dengan Aziz, sahabat Alif sendiri.
D. Setting 1. Latar Tempat a. Sungai di desa Dadapayam, adalah tempat dimana Alif dan Aziz biasa mandi di airnya yang jernih."Ketika jemarinya ia masukkan kedalam air itu rasanya teramat dingin ruas-ruas jarinya bagai ruas dari batang-batang pohon singkong ketika di basahi air hujan. Sungai di desa Dadapayam selalu begitu. Mengalir dan tenang. Dingin dan bening." (Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 9). b. Gubuk Reot di Pinggir Perkebunan Tembakau, adalah tempat dimana Alif dan Aziz biasa menghabiskan waktu mereka untuk bercerita tentang kehidupannya.“Ia menuju perkebunan milik ayahnya. Saat orang-orang berpapasan dengannya di tengah jalan…… Sedari kecil, sedari bayi, ia dan Alif telah terbiasa bersama-sama, tidur dalam satu balai-balai bambu di gubuk reot orangtua Alif di pinggir gubuk tembakau." (Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 15). c. Pesantren
al-Husna,
adalah
tempat
dimana
Aziz
melanjutkan
sekolahnya setelah ia menjadi yatim piatu. Di pesantren itu, Aziz merasakan pahitnya kehidupan sampai ia menemukan kebahagiaan cintanya, yang pada akhirnya ia harus terusir karena pemikirannya yang tidak
sejalan
dengan
aturan-aturan
pesantren
tersebut.“Senja
mengirimkan udaranya yang dingin dan membekukan tulang-tulangku saat kedua kaki ini menjejak tanah di hadapan pesantren al-Husna. Ku baca nama pesantren itu dari papan nama yang menancap di sisi gerbang sebelah kanan. Al-Husna bukanlah pesantren yang besar dan megah. Letaknya juga bukan di tengah-tengah keramaian kota, deretan bukit berada di belakang pesantren. Pohon-pohon cemara tumbuh di bukit itu, ada sungai yang mengalir bening di mana di sungai itu nanti
34
aku
dan
para
santri
sering
kali
mandi
bersama-sama."
(Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 31). "Tak ada malam yang paling mengerikan di Pesantren Al-Husna seperti malam ketika lampu-lampu yang tadinya telah dimatikan kini dihidupkan kembali." (Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 31). d. Dapur umum pesantren, adalah tempat Alif biasa menyapa dan menemui Naysila meskipun hanya terdengar suaranya. Disanalah mereka biasa berkomunikasi dengan bahasa cinta yang telah bersemi di antara keduanya. "Di dapur umum itulah kucup-kucup cinta di hatiku semakin
bermekaran,
menjadi
bunga
yang
teramat
indah."
(Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 34). "Dari dalam dapur ini, aku bisa mendengar langkah-langkah kaki Naysila, mendengar desah napasnya, dan mendengar candanya bersama sahabat-sahabatnya. Terkadang, kuketuk anak tangga tiga kali. Dan dari atasku, ia balas ketukan empat kali…." (Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 280). e. Lebanon, adalah negara bekas tragedi perang Israel-Palestina. Di sana, Alif melanjutkan kuliah serta bekerja untuk membiayai kuliah Naysila, kekasihnya yang ada di Indonesia. Di Lebanon pula, benih-benih cinta Aziz bersemi melalui aktivitas kemanusiaan yang ia lakukan bersama teman-teman kampusnya di Lebanon. "Lebanon
telah
kembali
mempercantik
diri.
Kenapa
kau
meneteskan air mata padahal perang telah berlaludan kemenangan menghias wajah cantik Lebanon?" (Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 176). ”Bagiku, bagi hatiku tak ada tempat yang indah di Lebanon kecuali kepakan sayap-sayap maut yang selalu terbang di langit Lebanon mengintai setiap waktu daripintu ke pintu, dari lembah dan ngarai menuju bukit dan gunung, dari desa-desa yang hancur hingga ke jantung perkotaan. Di mataku Lebanon hanyalah gambaran kesuraman air mata darah dan kengerian."
35
f. Bandara Internasional Rafiq Hariri, disana adalah tempat dimana Aziz dan Ghufron beristirahat serta bercerita setelah mereka sampai di Lebanon. “Beberapa saat sebelum pesawat mendarat di bandara Internasional Rafiq Hariri, mataku tak bisa ku pejamkan sedikit pun kepalaku sangat pening……." (Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 170). g. Rumah Aziz, di rumah inilah Alif dan Aziz tinggal bersama. Di rumah ini pula janji suci antara Aziz dan Naysila terlantunkan. “Aziz terus melangkah. Rumah besar dan megah telah jauh di belakang. Rumah yang dibangun dengan tangan-tangan perkasa ayahnya dan dianggap sebagai istana indah……" (Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 18). "Beberapa saat sebelum janji suci perkawinan terucap, Naysila menyelinap
meninggalkan
kamar
pengantin.
Ia
mencari-cari
keberadaan Alif yang telah menghilang begitu saja sejak sampai di rumah itu dari bandara." (Taufiqurrahman Al-Azizy, 2012 : 525). h. Masjid Pesantren, di sana santriwan-santriwati Pesantren Al-Husna biasa mengerjakan shalat berjamaah bersama. “Ketika pagi benar-benar hadir mengusikku, masjid pesantren adalah tempat
yang
paling
ramai
dari
semua
sudut
dipesantren”.
(Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 87). i. Aula, adalah tempat dimana Alif dihakimi oleh seluruh warga pesantren ketika ia malakukan kesalahan. "Adilkah kalian yang memperlakukanku seperti ini sedangkan bukti tak ada….. Saat aku berucap seperti itu kepada Malik, Budi,dan semua sahabat santri di aula itu, aku tengah berupaya mengingatkan mereka sesuai dengan apa yang ada dikedalaman jiwaku.” (Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 127)
j. Abudhabi, adalah tempat dimana aktivis kamanusiaan dari Jakarta transit untuk bergabung dengan aktivis-aktivis lain dari pelosok negeri.
36
“Di Abudhabi, kami akan bergabung dengan aktifis lain dari berbagai negeri. Keberangkatan kami hampir bertepatan dengan keberangkatan TNI yang diperintah menjalankan misi perdamaian di Lebanon.” (Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 169). k. Di bawah pohon cedar, adalah tempat Lubna biasa menghabiskan waktunya untuk menyendiri dan beristirahat setelah bekerja. Di sana pulalah bunga-bunga cinta Aziz dengan Lubna bersemi. “Lubna hanya bisa menangis. Iya seringkali duduk-duduk di ponon cedar atau menyendiri di kebun baru milik ayahnya sekarang.” (Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 209). l. Rumah Faris "Faris membuka pintu. Ia tampak sudah menerima kedatanganku. (Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 445). "Orang-orang didalam rumah itu terdiam seakan member angin musim semi membelai dinding-dinding dan menyerahkan celahcelahnya untuk dimasuki. . . . mereka duduk membentuk lingkaaran, mengelilingi meja dari kayu-kayu cedar yang berbentuk agak bundar. (Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 496). 2. Latar Waktu a. Pagi “Setiap pagi, sejak meninggalkan kamar kostnya yang sempit dan agak pengap dua bulan yang lalu….. (Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 11). b. Malam “Malam
mengirimkan
udaranya
yang
dingin.
Wajahnya
berselimutkan bintang gemintang. Sejak saat itu, aku sering memilih sendiri…… (Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 43). c. Sore “Senja mengirimkan udarnya yang dingin dan membekukan tulangtulangku saat kedua kaki ini menjejak tanah dihadapan Pesantren AlHusna.” (Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 31).
37
d. Siang “Saat suara adzan dzuhur berkumandang dilangit Pesantren aku justru berada berlama-lama disisi aliran sungai, dibelakang Pesantren.” (Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 39).
3. Latar Suasana a. Ketakutan, dapat dilihat dari kalimat, "Aku berlari dan terus berlari. Kuajak tubuh dan jiwaku menjauh dari pesantren. Di tengah pelarian ini, hatiku berteriak agar
membebaskan diri dari kungkungan
pesantren…..(Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 67). b. Menyakitkan, dapat diketahui dari kalimat, "Rasa sakit ini mendekam sekian lama bersaling-silang dengan perasaan malu. Aku bukan tontonan bukan pula bahan ejekan….." (Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 89). c. Sepi dan sunyi dapat diketahui dari kalimat, "Kutempati ruang gelap dan pengap ini sendirian. Menetes air mataku menerima pengucilan dan pengasingan." (Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 101). d. Hening, dapat diketahui dari kalimat, “Kembali Alif menghentikan kisahnya. Sejenak, hanya gemericik air sungai dan nyanyian daun-daun ditiup angin yang terdengar. Kedua matanya menerawang. . . ." (Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 113). e. Damai, dapat diketahui dari kalimat, “Ia pernah merasakan dekapan musim panas dan tusukan salju di musim dingin Lebanon, berkelana di antara kebun-kebun dan lembah-lembah…. Setiap pagi, sejak meninggalkan kamar kostnya yang sempit dan agak pengap dua bulan yang lalu….." (Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 17) f. Gembira, dapat diketahui dari kalimat, “Derasnya air hujan begitu nikmat kurasakan, mengingatkanku sewaktuku kecil saat berputar-putar dikebun tembakau dikala hujan. Kuputar-putar tubuhku dengan tangan yang tetap terbentang. Kunikamti nyanyian hujan dan kurasakan belalaiannya disekujut tubuh.” (Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 92).
38
g. Sakit Hati dan Dendam, dapat diketahui dari kalimat, “Aku tak ingin mengotori hatiku dengan sakit hati dan dendam karena aku tak menemukan ada manfaat yang bisa kupetik dari rasa sakit hati dan dendam.” (Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 128). h. Kesedihan dan Duka Cita, dapat diketahui dari kalimat, “Saat aku duduk dikelas dua SMA, batinku bergejolak kembali. Aku mulai memasuki masa-masa kesedihan dan duka cita." (taufiqurrahman Al Al azizy, 2012 : 131). i. Bingung, dapat diketahui dari kalimat, “Dengan perasaan tidak menentu dan jiwa merintih dalam kebingungan serta kehampaan akhirnya aku kembali ke pesantren.” (Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 137). j. Menegangkan, dapat diketahui dari kalimat, “Tiba-tiba dari balik pepohonan cedar di depan sana terdengar suara ledakan yang amat keras. Aku kaget. Jantungku berdegup kencang, kutatap wajah hiba tetapi ia justru tersenyum kepadaku seraya berkata itu suara bom. (Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 201). k. Haru, dapat diketahui dari kalimat, “Setelah mendengar kata-kata itu, ia memejamkan mata. Di kedua bibirnya ku lihat senyum kegembiraan bercampur dengan kesdihan……..” (Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 245). l. Menyedihkan, dapat diketahui dari kalimat, "Naysila seketika lunglai dan jatuh pingsan dipelukan ibunya. Bibirku terkunci rapat air mata mulai meleleh mebasahi pipi saat kusadari apa yang sudah terjadi dirumah ini. Aku turut berduka cita ibu, ucapku lirih. (Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 288). m. Memilukan, dapat diketahui dari kalimat, "Ia menistaku mas, ucapnya dengan tersengal-sengal. Ia berusaha menggagahiku. Beruntung Allah masih menyelamatkan kehormatanku. Sekiranya tidak lebih baik aku mati daripada harus hidup menanggung malu." (Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 :373).
39
n. Menegangkan, dapat diketahui dari kalimat, "Alif memejamkan mata dengan tubuh berdiri tegang dan gemetaran. Sejenak ia mengepalkan kedua tangannya seolah kepalan tangannya itu mampu melempar tubuh Aziz dan Salman terpental bermeter-meter." (Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 381). o. Sendu, dapat diketahui dari kalimat, "Bagai sepasang kekasih mereka berpelukan. Walau baru 2 hari, Aziz tampak kurus dan matanya cekung. Ia menangis menyesali perbuatannya yang terkutuk.( Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 398). p. Pedih, dapat diketahui dari kalimat, "Alif belum percaya pada pemandangan ini. Alif mengejap-ngerjapkan matanya. semakin lam semakin jelas dipelupuk matanya bahwa yang berdiri tertegun tak bergerak itu memang Naysila cintanya…. Aziz menghambur kepelukan Alif, sedangkan air mata telah mengalir deras di pipi Alif." (Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 518). q. Haru, dapat diketahui dari kalimat, "Ketika Alif berada dihadapan ibunya Naysila, Alif tak bisa menahan keseimbangan tubuhnya. Alif terjatuh dan memeluk kaki ibu Naysila, menangis tersedu-sedu lalu berdiri pelan, kemudia merangkulnya dengan isak tangis… Seperti kepada ibunya Naysila, Alif memeluk ayah dan ibunya Aziz mengucapkan kalimat-kalimat kebahagaian dan mengalirkan air matanya." (Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 529).
E. Sudut Pandang Sudut pandang yang dominan dipakai pengarang dalam novel "Rintihan dari Lembah Lebanon" karya Taufiqurrahman Al Azizy ini adalah sudut pandang orang ketiga serba tahu. Dimana pengarang hanya menjadi pengamat yang mengetahui seluk beluk tokoh dan penokohan tanpa berperan langsung sebagai tokoh dalam cerita. Bukti lain yang menyatakan bahwa pengarang menggunakan sudut pandang orang ketiga adalah penggunaan kata ganti “dia”.
40
F. Gaya Bahasa Bahasa yang dominan digunakan pengarang dalam novel "Rintihan dari Lembah Lebanon" karya Taufiqurrahman Al Azizy ini adalah Bahasa Indonesia. Pengarang juga banyak menggunakan kalimat-kalimat yang puitis, seperti : 1. Senja jatuh dari tepian cakrawala dan semakin lama melukis warna gelap di sekujur tubuh kami. 2. Maka, dari saripati cinta berpendarlah cahaya kerinduan kepada-Nya. Tuhanpun mempersembahkan cawan kebahagiaan dalam jiwa manusia. Tetapi cawan itu segera pecah. Pada saat yang sama, cahaya kerinduanpun redup dan cintapun menjadi gelap. (Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 403). 3. Biarkan cinta memberi kekuatan kepadamu, dan sayap-sayapnya akan menerbangkanmu pada kebahagiaan. Letakkan kepercayaan pada cinta, agar cinta mempercayaimu. Serahkan jiwamu kepadanya, agar ia menuntunmu. (Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 155). Selain gaya bahasanya puitis, pengarang juga banyak menggunakan kalimat-kalimat yang di dalamnya mengandung majas, seperti : 1. Angin mengabarkan pada langit tentang kegilaan teruna itu. (Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 10) = Personifikasi. 2. Wajahnya terang bagai nyala api yang dikobarkan iblis = Simile. 4. Hatiku tertusuk sepi. (Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 43) = Personifikasi. 5. Lebanon akan membuka tangan-tangan ramahnya menyambutku (Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 46). 6. Senja mengirimkan udaranya yang dingin dan membekukan tulangtulangku. (Taufiqurrahman Al-Azizy, 2012 : 31) = Hiperbola. 7. Tetapi jiwanya merekah, senyum bagai mahkota bunga yang merekah menyambut datangnya pagi. (Taufiqurrahman Al-Azizy, 2012 : 98) = Simile.
41
G. Amanat Amanat yang terkandung di dalam novel ini yaitu : 1. Jangan pernah menghianati kesucian cinta dan ketulusan seseorang yang telah lama terjalin walaupun jarak yang jauh dan waktu memisahkan. 2. Jadilah santri yang patuh pada peraturan pesantren dan janganlah memberontak dengan cara melakukan larangan-larangan yang telah ditetapkan di pesantren. "Pesantren ini ibarat perahu di samudra luas. Pilihan sangat jelas. Jika hendak selamat dari amukan badai, kau tetap berada di perahu ini dan kau ikuti serta laksanakan segala petunjuk yang diberikan nakhkodanya." 3. Pandanglah makan seperti engkau memandangnya sebagai obat. Tak akan diminum obat kecuali dating sebuah penyakit. Tak akan makan kecuali datangnya lapar. (Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 37). 4. Kita harus menghargai orang lain apabila kita ingin dihargai. ”Orang tak akan menghargaimu apabila kau tak menghargai mereka. Orang akan merendahkanmu bila kau pandang rendah mereka." (Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 40). 5. Jadilah seseorang yang sabar dalam menghadapi lika-liku perjalanan hidup. Berhati-hatilah dalam mengerjakan segala sesuatu. "Kau tak akan pernah bisa sampai ke tengah telaga jika tak kau dayung sampan dari pinggirnya. Sampanmu bisa rusak jika kau tak berhati-hati." (Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 66). 6. Kita harus selalu instrospeksi diri, melihat kekurangan dan kesalahan diri sendiri dan jangan tergesa-gesa dalam mengambil sebuah keputusan, atau kamu akan menyesalinya. "Kesunyian mengajarkanku agar kita berhenti sejenak dan berdiri didepan cermin hati. Jangan tergesa mengambil keputusan. Jangan pula bertindak karena emosi." (Taufiqurrahman Al Azizy, 2012 : 120).
42
BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Dari hasil analisis unsur intrinsik novel Rintihan dari Lembah Lebanon karya Taufiqurrahman Al-Azizy dapat kami ambil beberapa kesimpulan, yaitu: 1. Tema dari novel tersebut adalah percintaan dan persahabatan. 2. Tokoh utama dari novel tersebut adalah Alif, Aziz, Naysila, dan Lubna. Sedangkan tokoh-tokoh pendampingnya meliputi Ghufron, Salman, Ust.Yazid, Ust. Rahman dan teman-teman Alif di Pesantren Al-Husna. 3. Alur dari novel ini adalah alur campuran. 4. Sudut pandang yang digunakan adalah orang ke tiga serba tahu dan pelaku utama dominan. 5. Gaya bahasa yang digunakan adalah bahasa Indonesia dengan banyak menggunakan kata-kata yang puitis dan majas. 6. Setting dari novel ini meliputi : a. Latar tempat, latar yang paling dominan adalah kehidupan di pesantren Al-Husna dan Lebanon. Sedangkan tempat lain yang mendukung Desa Dadapayam, sungai Desa Dadapayam, dan lain-lain. b. Latar waktu, peristiwa dalam novel ini terjadi pada pagi, siang, sore, malam. c. Latar suasana, suasana dalam novel ini menyedihkan, mengharukan, memilukan, menyenangkan, menegangkan, menyakitkan, dan lain sebagainya. 7. Amanat yang menonjol dalam novel ini adalah kita harus menjaga persahabatan, jangan memutuskan persahabatan hanya karena cinta. Kita juga harus menghargai teman dan sahabat meski mereka memiliki kekurangan atau perbedaan dengan kita.
43
B. Saran Setelah penulis memaparkan keseluruhan tentang analisis unsur intrisik dalam novel ”RINTIHAN DARI LEMBAH LEBANON” Karya Taufiqurrahman AL-Azizy, maka penulis ingin menyampaikan beberapa saran kepada : 1. Guru
: Supaya ke depannya guru sebagai pengajar dapat menggunakan
media pembelajaran yang lebih efektif lagi, terutama dalam upaya pengembangan sastra novel sebagai media pembelajaran agar pelajar bisa memahami sastra dengan lebih baik lagi. 2. Siswa
:
Hendaknya para siswa lebih menyadari pentingnya belajar karya sastra, seperti novel. Karena dalam sebuah karya sastra, terkandung banyak amanat yang dapat kita ambil manfaatnya untuk kehidupan manusia. 3. Pembaca
:
Kepada pembaca, kami sarankan selain membaca sabagai hiburan, pembaca juga dapat memahami unsur-unsur intrinsik yang terkandung dalam sebuah karya sastra yang telah dibaca. 4. Peneliti lain : Kepada peneliti lain, semoga karya tulis ini dapat menjadi acuan agar bisa meneliti unsur-unsur intrinsik yang terdapat dalam novel Rintihan dari Lembah Lebanon karya Taufiqurrahman Al-Azizy ini lebih detail lagi.
44
Daftar Pustaka
Al Azizy, Taufiqurrahman. 2012. Rintihan Dari Lembah Lebanon. Yogyakarta : Diva Press A.R, Syamsuddin. 2005. Cerdas Berbahasa Dan Sastra Indonesia. Solo : PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri http://abstraq2.weebly.com/13/post/2009/09/pengkajian-sastra-definisi-karyasastra.html. diakses pada tanggal 14 Mei 2014, pukul 06:55 http://asemmanis.wordpress.com/2009/10/03/pengertian-sastra-secara-umum-danmenurut-para-ahli. Diakses pada tanggal 08 Mei 2014, pukul 14:23 http://halalsu.blogspot.com/2014/04/makalah-menjelaskan-unsur-intrisik. Diakses pada tanggal 08 Mei 2014, pukul 09:39 http://www.e-jurnal.com/2013/12/pengertian-novel-menurut-para-ahli.html. Diakses pada tanggal 22 April, pukul 10:34 http://www.saibd.com/iccank2/d/29823731/26-Deskripsi-Data. tanggal 31 Maret 2014, pukul 11:01
Diakses
Kosasih, Engkos. 2006. Cerdas Berbahasa Indonesia. Jakarta : Erlangga
pada
45
A. LAMPIRAN I Cover Novel Rintihan dari Lembah Lebanon
46
B. LAMPIRAN II Biografi Penulis Novel Rintihan dari Lembah Lebanon (Taufiqurrahman Al-Azizy)
Taufiqurrahman Al Azizy lahir pada 9 Desember 1975. Asli orang Indonesia, tepatnya Jawa Tengah. Dia pernah nyantri di Pesantren Ilmu Al-Qur'an Hidayatul Qur'an yang diasuh oleh KH. Drs. Ahsin Wijaya al-Hafizh, M. A. pernah pula kuliah di Institut Ilmu Al-Qur'an (IIQ) Jawa Tengah. Namanya melejit setelah meluncurkan trilogy novel spiritual Ma'rifat Cinta, yang terdiri dari Syahadat Cinta (DIVA Press, 2006), Musafir Cinta (DIVA Press, 2007), Ma'rifat Cinta (DIVA Press, 2007). Novelnya setelah trilogy novel spiritual Ma'rifat Cinta yang juga telah beredar adalah Kitab Cinta Yusuf Zulaikha (DIVA Press, 2007), Munajat Cinta I (DIVA Press, 2009), Munajat Cinta II (DIVA Press, 2009), Jangan Biarkan Surau Ini Roboh (DIVA Press, 2009), Sahara Nainawa (DIVA Press, 2009), Kidung Shalawat Zaki Zulfa (DIVA Press, 2010), Daunpun Berzikir (Laksana, 2010), Alif (DIVA Press, 2011), dan lain-lain.
47
C. LAMPIRAN III Synopsis Novel Rintihan dari Lembah Lebanon
Novel Rintihan dari Lembah Lebanoan karya Taufiqurrahman ini menceritakan tentang kehidupan cinta seorang pemuda bernama Alif kepada Naysila. Ceritanya berawal dari kematian ayahnya yang berwasiat agar Alif pergi kepesantren. Setelah Alif pergi kepesantern, banyak santri yang tidak suka dengan kebiasaan Alif. Walaupun menjadi terkucilkan, karena watak Alif yang banyak bertentangan dengan aturan pesantren, dan banyak menerima hukuman dari pihak pesantren. Namun karena kecerdasannya yang melebihi santri lainnya, ia pun tetap bertahan sampai akhirnya ia terpilih menjadi seorang Ustad yang mengajarkan ilmu matik. Dari sanalah ia dipertemukan dengan seorang santrinya bernama Naysila. Seiring berjalannnya waktu,cinta mereka pun semakin tumbuh, bersemi indah seiring dengan kebersamaanya dipesantren. Karena hubungannya dengan Naysila diketahui oleh para kiai dipesantren, akhirnya ia pun dipaksa untuk pergi dari pesntren. Selang beberapa tahun, Alif memutuskan untuk merneruskan kuliah sambil bekerja di Lebanon untuk membiayai kuliah Naysila di Indonesia. Selain menceritakan kisah cinta Alif dan Naysila, novel ini juga menceritakan kisah persahabatan Alif dengan Aziz serta kisah cinta Aziz dengan Lubna yang juga harus kandas karena bentangan Indonesia-Lebanon yang tidak mampu mempertahankan cinta keduanya. Lebanon yang terkenal dengan peristiwa pemabantaian Israel terhadap Palestina
mengantarkan
Aziz
sampai
disana
untuk
menjalankan
misi
kemanusiaan. Disana pulalah Aziz dipertemukan dengan Lubna yang merupakan salah satu korban kejahatan Israel. Di tengah cinta mereka berdua yang sedang bersemu merah, Aziz harus rela meninggalkan Lubna untuk pulang ke Indonesia demi melanjutkan kuliahnya.
48
Dan kisah Alif pun berlanjut. Di Lebanon ia membawa kobar api cinta kepada Naysila yang senantiasa menuntun dan mengantarkannya untuk tetap tegar meski dengan kerinduan yang membara. Kisah cinta Aziz dan Lubna pun harus berakhir. Setelah beberapa tahun berlalu, Aziz meminta Alif agar pulang ke Indonesia untuk menemani dalam pernikahannya. Namun alangkah terkejutnya Alif karena gadis yang ia cintai, gadis yang dengan nafasnya Alif tetap bertahan, harus jatuh ketangan
sahabatnya
sendiri.
Dipernikahan
Aziz,
Alif
hanya
mampu
menyumbangkan sebuah music rebana yang ia dendangkan dengan penuh penghayatan dan derai tangis yang memilukan. Karena disaat sahabatnya berbahagia ia harus melihat seorang gadis yang seharusnya bersanding dengannya kini telah menjadi istri sahabatnya sendiri.