BAB I PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN II (SEMESTER I) TAHUN 2014 1.1
LATAR BELAKANG Pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-2014 sebesar 5,12 persen
melambat
dibandingkan
dengan
triwulan
yang
sama
pada
tahun
sebelumnya. Perlambatan ini diprediksi disebabkan oleh : 1.
Kontraksi pertumbuhan ekspor yang terutama terjadi pada komoditas berbasis sumber daya alam. Sebagian ekspor barang tambang masih terhenti akibat kebijakan pelarangan ekspor mineral mentah, sementara ekspor komoditas batu bara dan CPO menghadapi pelemahan permintaan.
2.
Penangguhan mengakibatkan
penyaluran turunnya
dana
bantuan
belanja
barang
sosial
(bansos)
dalam
rangka
pemberdayaan masyarakat. 3.
Pertumbuhan investasi non-bangunan yang negatif terutama disebabkan oleh investasi alat angkutan luar negeri yang masih kontraksi sejalan dengan kinerja ekspor tambang yang belum membaik.
4.
Kebijakan tapering off atau pengurangan stimulus oleh Bank
Sentral The Federal Reserve, Amerika Serikat, kepada beberapa negara berkembang. 5.
Belum stabilnya ekonomi global, IMF memangkas pertumbuhan ekonomi global menjadi 3,4 persen pada bulan Juli (sebelumnya pada bulan April sebesar 3,7 persen).
Meskipun demikian, laju pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diukur berdasarkan kenaikan PDB atas dasar harga konstan pada triwulan Laporan Kinerja Makro Ekonomi dan Sektor Industri Triwulan II (Semester I) Tahun 2014
1
II-2014 dibanding triwulan I-2014 mengalami pertumbuhan sebesar 2,47 persen atau sebesar Rp 724,1 triliun dibanding triwulan sebelumnya sebesar Rp. 706,6 triliun. Kinerja pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-2014 ini terkait dengan pengeluaran konsumsi rumah tangga yang tumbuh sebesar 1,50 persen dibanding triwulan sebelumnya dan tumbuh sebesar 5,59 persen bila dibandingkan dengan triwulan II-2013. Kenaikan ini berkaitan dengan aktivitas pemilu legislatif, presiden, dan lebaran. Sedangkan untuk posisi cadangan devisa pada akhir bulan Juni 2014 meningkat mencapai US$ 107,7 milliar, meningkat dari posisi akhir Mei 2014 sebesar US$ 107,0 milliar atau meningkat sebesar 0,65 persen. Peningkatan ini dipengaruhi oleh transaksi penerimaan devisa hasil ekspor migas pemerintah yang melampaui kebutuhan pembayaran utang luar negeri Pemerintah. Dengan jumlah cadangan devisa tersebut, dapat membiayai impor dan utang luar negeri pemerintah selama 6 bulan. 1.2
NILAI PDB BERDASARKAN HARGA BERLAKU DAN KONSTAN 2000 TRIWULAN II (SEMESTER I) TAHUN 2014 Perekonomian Indonesia yang diukur berdasarkan besaran PDB atas
dasar harga berlaku pada triwulan II-2014, mencapai Rp 2.480,8 triliun, atau mengalami peningkatan sebesar 3,19 persen setelah pada triwulan sebelumnya mencapai Rp 2.404 triliun (q-to-q). Sejalan dengan PDB atas harga dasar berlaku, PDB atas dasar harga konstan 2000 juga mengalami peningkatan menjadi Rp 724,1 triliun, setelah pada triwulan sebelumnya mencapai Rp 706,7 triliun atau meningkat sebesar 2,47 persen (q-to-q). Apabila dilihat dari PDB atas dasar harga berlaku, sektor ekonomi yang menunjukkan nilai tambah bruto yang terbesar adalah Sektor Industri Pengolahan sebesar Rp 589,1 triliun; diikuti oleh Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan sebesar Rp 368,3 triliun; Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran sebesar Rp 362,4 triliun; sektor 2
Laporan Kinerja Makro Ekonomi dan Sektor Industri Triwulan II (Semester I) Tahun 2014
Pertambangan dan Penggalian sebesar Rp 266,6 triliun; Sektor Jasa-jasa sebesar Rp 257,2 triliun; Sektor Konstruksi Rp 245,6 triliun; sektor Keuangan, Real Estat, dan Jasa Perusahaan sebesar Rp 189,4 triliun; Sektor Pengangkutan dan Komunikasi sebesar Rp 181,3 triliun; dan terakhir Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih sebesar Rp 20,9 triliun. Pada perhitungan atas dasar harga konstan 2000, Sektor Industri Pengolahan memberikan nilai tambah terbesar Rp 183,5 triliun, diikuti oleh Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran Rp 130,7 triliun; Sektor Pertanian, Peternakan,
Kehutanan,
dan
Perikanan
Rp
91,0
triliun;
Sektor
Pengangkutan dan Komunikasi Rp 78,9 triliun; Sektor Keuangan, Real Estat, dan Jasa Perusahaan Rp 71,7 triliun; Sektor Jasa-jasa Rp 67,1 triliun; Sektor Pertambangan dan Penggalian Rp 48,0 triliun; Sektor Konstruksi Rp 47,7 triliun; dan terakhir Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih Rp 5,5 triliun. Tabel 1.1 PDB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan 2000
(Rp Triliun)
LAPANGAN USAHA 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan Pertambangan Dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas, dan Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan Jasa - Jasa PRODUK DOMESTIK BRUTO PRODUK DOMESTIK BRUTO TANPA MIGAS
Harga Berlaku Harga Konstan 2000 Tw I-2014 Tw II-2014 Tw I-2014 Tw II-2014 360.8 368.3 88.6 91.0 269.5 266.6 48.3 48.0 566.5 589.1 178.7 183.5 20.6 20.9 5.5 5.5 233.0 245.6 45.8 47.7 346.8 362.4 125.5 130.7 173.7 181.3 77.0 78.9 185.2 189.4 70.7 71.7 247.9 257.2 66.6 67.1 2,404.0 2,480.8 706.7 724.1 2,220.4 2,299.0 673.9 691.5
Sumber: BPS, diolah Kemenperin
Laporan Kinerja Makro Ekonomi dan Sektor Industri Triwulan II (Semester I) Tahun 2014
3
1.3
LAJU PERTUMBUHAN PDB BERDASARKAN HARGA KONSTAN 2000 TRIWULAN II (SEMESTER I) TAHUN 2014 Pertumbuhan perekonomian Indonesia bila dilihat berdasarkan laju
pertumbuhan PDB berdasarkan harga konstan triwulan II-2014 meningkat sebesar 2,47 persen bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (q-to-
q). Peningkatan ini terjadi pada semua sektor ekonomi, kecuali Sektor Pertambangan dan Penggalian yang mengalami penurunan sebesar 0,52 persen. Sedangkan laju pertumbuhan terbesar diberikan oleh Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran sebesar 4,17 persen. Hal ini terkait dengan pertumbuhan konsumsi rumah tangga yang mengalami peningkatan dibanding triwulan sebelumnya. Tabel 1.2 Laju Pertumbuhan PDB Menurut Lapangan Usaha (Persen) Lapangan Usaha
TW I2014 thd TW IV2013
TW II2014 thd TW I2014
TW I2014 thd TW I2013
TW II2014 thd TW II2013
Sem I2014 thd Sem I2013
1
Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan
22.61
2.69
3.22
3.39
3.31
2
Pertambangan Dan Penggalian
-3.44
-0.52
-0.26
-0.15
-0.21
3
Industri Pengolahan
-2.31
2.70
5.13
5.04
5.09
a. Industri Migas
-2.04
-0.11
-0.88
-0.52
-0.70
b. Industri Non Migas
-2.32
2.88
5.55
5.42
5.49
4
Listrik, Gas, dan Air Bersih
-1.52
0.52
6.31
5.77
6.04
5
Bangunan
-5.21
4.16
6.54
6.59
6.57
6
Perdagangan, Hotel dan Restoran
-2.8
4.17
4.79
4.53
4.66
7
Pengangkutan dan Komunikasi
1.10
2.49
10.21
9.53
9.87
8
Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan
2.19
1.32
6.16
6.18
6.17
9
Jasa - Jasa
0.33
0.73
5.71
5.68
5.69
0.97
2.47
5.22
5.12
5.17
1.13
2.61
5.58
5.47
5.53
PRODUK DOMESTIK BRUTO PRODUK DOMESTIK BRUTO TANPA MIGAS
Sumber: BPS, diolah Kemenperin
4
Laporan Kinerja Makro Ekonomi dan Sektor Industri Triwulan II (Semester I) Tahun 2014
PDB triwulan II-2014 dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya mencerminkan pertumbuhan PDB selama satu tahun (y-
on-y) meningkat sebesar 5,12 persen. Pertumbuhan hampir terjadi disemua sektor, kecuali Sektor Pertambangan dan Penggalian yang turun sebesar 0,15 persen. Pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Sektor Pengangkutan dan Komunikasi sebesar 9,53 persen; diikuti oleh Sektor Konstruksi sebesar 6,59 persen; selanjutnya oleh Sektor Keuangan, Real Estate, dan Jasa Perusahaan sebesar 6,18 persen; Sektor Jasa – Jasa sebesar 5,68 persen; Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih sebesar 5,77 persen; Sektor Industri Pengolahan sebesar 5,04 persen; Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran sebesar 4,53 persen; dan terakhir Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan sebesar 3,39 persen. PDB semester I-2014 dibandingkan dengan semester I-2013 tumbuh sebesar 5,17 persen. Pertumbuhan terbesar pada sektor Pengangkutan dan Komunikasi sebesar 9,87 persen; diikuti oleh Sektor Bangunan sebesar 6,57 persen; Sektor Keuangan Persewaan & Jasa Perusahaan sebesar 6,17 persen; Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih sebesar 6,04 persen; Sektor JasaJasa sebesar 5,69 persen; Sektor Industri Pengolahan sebesar 5,09 persen; Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran sebesar 4,66 persen; dan Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan sebesar 3,31 persen. Sedangkan yang mengalami penurunan yaitu pada sektor Pertambangan dan Penggalian sebesar 0,21 persen. 1.4
STRUKTUR PDB TRIWULAN II TAHUN 2014 Bila dilihat dari struktur yang membentuk PDB triwulan II-2014 atas
dasar harga berlaku yang terbesar diberikan oleh Sektor Industri Pengolahan
sebesar
23,75
persen;
diikuti
oleh
Sektor
Pertanian,
Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan sebesar 14,84 persen; lalu Sektor Perdagangan,
Hotel,
dan
Restoran
sebesar
14,61
persen;
Sektor
Pertambangan dan Penggalian sebesar 10,75 persen; Sektor Jasa – Jasa Laporan Kinerja Makro Ekonomi dan Sektor Industri Triwulan II (Semester I) Tahun 2014
5
sebesar 10,37 persen; Sektor Konstruksi sebesar 9,90 persen; Sektor Keuangan, Real Estat, dan Jasa Perusahaan sebesar 7,63 persen; Sektor Pengangkutan dan Komunikasi sebesar 7,31 persen; dan yang terakhir Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih sebesar 0,84 persen. Tabel 1.3 Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku Triwulan I dan II Tahun 2013 - 2014
(Persen)
Lapangan Usaha 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan Pertambangan Dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas, dan Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan Jasa - Jasa PRODUK DOMESTIK BRUTO PRODUK DOMESTIK BRUTO TANPA MIGAS
2013 Tw I Tw II 15.13 15.05 11.52 10.79 23.67 23.74 0.79 0.77 9.90 10.04 14.17 14.41 6.79 6.85 7.57 7.51 10.46 10.84 100.00 100.00 92.39 92.88
2014 Tw I Tw II 15.01 14.84 11.21 10.75 23.57 23.75 0.86 0.84 9.69 9.90 14.43 14.61 7.22 7.31 7.70 7.63 10.31 10.37 100.00 100.00 92.36 92.67
Sumber: BPS, diolah Kemenperin
Sedangkan bila dibandingakan dengan triwulan II-2013, ada beberapa sektor yang mengalami peningkatan diantaranya adalah Sektor Industri Pengolahan yang sebelumnya 23,74 menjadi 23,75 persen; Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran dari 14,41 menjadi 14,61 persen; Sektor Pengangkutan dan Komunikasi dari 6,85 menjadi 7,31 persen; Sektor Keuangan, Real Estat, dan Jasa Perusahaan dari 7,51 menjadi 7,63 persen; dan Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih dari 0,77 menjadi 0,84 persen. Sedangkan yang mengalami penurunan diantaranya adalah Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan dari 15,05 menjadi 14,84 persen; Sektor Pertambangan dan Penggalian dari 10,79 menjadi 10,75 persen; Sektor Konstruksi dari 10,04 menjadi 9,90 persen; dan terakhir Sektor Jasa – Jasa dari 10,84 menjadi 10,37 persen. 6
Laporan Kinerja Makro Ekonomi dan Sektor Industri Triwulan II (Semester I) Tahun 2014
1.5
NILAI PDB MENURUT PENGELUARAN TRIWULAN II TAHUN 2014 Nilai PDB bila dilihat dari pengeluaran menurut harga berlaku pada
triwulan II-2014 mencapai Rp 2.480,8 triliun dimana komponen yang paling dominan adalah Komponen Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga sebesar Rp 1384,1 triliun; selanjutnya diikuti oleh Komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto sebesar Rp 781,4 triliun; Komponen Impor sebesar Rp 639,5 triliun; Komponen Ekspor sebesar Rp 575,3 triliun; Komponen Pengeluaran Konsumsi Pemerintah sebesar Rp 199,0 triliun; dan Komponen Perubahan Inventori sebesar Rp 89,3 triliun Tabel 1.4 PDB Menurut Pengeluaran Atas Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan 2000
(Rp Triliun)
Jenis Pengeluaran 1 2 3 4 5 6
Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Pengeluaran Konsumsi Pemerintah Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) Perubahan Inventori Diskrepansi Statistik Ekspor Barang dan Jasa Dikurangi Impor Barang dan Jasa PRODUK DOMESTIK BRUTO
Harga Berlaku Harga Konstan Tw I-2014 Tw II-2014 Tw I-2014 Tw II-2014 1354.7 1384.1 390.3 396.1 162.4 199.0 40.2 50.4 739.6 781.4 170.4 178.3 95.6 89.3 25.8 24.0 82.3 91.2 2.3 3.4 570.2 575.3 312.8 319.5 600.8 639.5 235.10 247.6 2,404.0 2,480.8 706.7 724.1
Sumber: BPS, diolah Kemenperin
Sedangkan bila dilihat dari harga konstan, dari PDB total sebesar Rp724,1 triliun, dibentuk oleh komponen dari yang terbesar yaitu Komponen Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga sebesar 396,1 triliun; diikuti oleh Komponen Ekspor sebesar Rp319,5 triliun; Komponen Impor sebesar Rp247,6 triliun; Komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto sebesar Rp178,3 triliun; Komponen Pengeluaran Konsumsi Pemerintah
Laporan Kinerja Makro Ekonomi dan Sektor Industri Triwulan II (Semester I) Tahun 2014
7
sebesar Rp50,4 triliun; dan Komponen Perubahan Inventori sebesar Rp24,0 triliun. Tabel 1.5 Laju Pertumbuhan PDB Menurut Pengeluaran Jenis Pengeluaran 1 2 3 4
Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Pengeluaran Konsumsi Pemerintah Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) Perubahan Inventori Diskrepansi Statistik 5 Ekspor Barang dan Jasa 6 Dikurangi Impor Barang dan Jasa PRODUK DOMESTIK BRUTO
(Persen)
TW I-2014 TW II-2014 TW I-2014 TW II-2014 Sem I-2014 Sumber thd thd thd thd thd Pertumbuhan TW IV-2013 TW I-2014 TW I-2013 TW II-2013 Sem I-2013 Tw II-2014
0.70 -44.17 -5.60 -11.13 -12.99 0.97
1.50 25.39 4.61 2.14 5.32 2.47
5.61 3.58 5.14 -0.44 -0.73 5.22
5.59 -0.71 4.53 -1.04 -5.02 5.12
5.60 1.15 4.83 -0.74 -2.98 5.17
3.04 -0.05 1.12 -0.49 -1.90 5.12
Sumber: BPS, diolah Kemenperin
Sementara bila dilihat dari laju pertumbuhan PDB menurut pengeluaran triwulan II-2014 dibanding triwulan sebelumnya, komponen Pengeluaran Konsumsi Pemerintah tumbuh yang paling besar diantara komponen lainnya yaitu sebesar 25,39 persen; diikuti oleh Komponen Impor sebesar 5,32 persen; Komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto sebesar 4,61 persen; Komponen Ekspor sebesar 2,14 persen; dan terakhir Komponen Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga sebesar 1,50 persen.
8
Laporan Kinerja Makro Ekonomi dan Sektor Industri Triwulan II (Semester I) Tahun 2014
BAB II PERKEMBANGAN SEKTOR INDUSTRI DAN FAKTOR PENDUKUNG 2.1
PERTUMBUHAN SEKTOR INDUSTRI Pertumbuhan tertinggi industri non migas triwulan II-2014 dicapai
oleh Industri Barang Lainnya sebesar 13,33 persen (y to y). Diikuti berturutturut oleh Industri Makanan, Minuman dan Tembakau sebesar 9,74 persen; Industri Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya sebesar 7,53 persen; Industri Kertas dan Barang Cetakan sebesar 5,68 persen; Industri Pupuk, Kimia dan Barang dari Karet sebesar 3,92 persen; Industri Tekstil, Barang Kulit dan Alas Kaki sebesar 3,22 persen; Industri Alat Angkut, Mesin dan Peralatannya sebesar 3,13 persen; Industri Semen dan Barang Galian Bukan Logam sebesar 2,84 persen; dan terakhir Industri Logam Dasar Besi dan Baja sebesar 2,53 persen. Tabel 2.1 Pertumbuhan Industri Pengolahan Non Migas Menurut Cabang Cabang Industri No
Lapangan Usaha
1
Makanan, Minuman dan Tembakau
2
Tekstil, Barang Kulit & Alas kaki
3
Barang Kayu & Hasil Hutan Lainnya
4
Kertas dan Barang Cetakan
5
2009 11,22
2010
2011
2012 7,57
2013
TW II 2014
3,34
(Persen) Sem I 2014
2,78
9,14
9.74
9.62
0,60
1,77
7,52
4,27
6,06
3.22
3.47
-1,38
-3,47
0,35
-3,14
6,18
7.53
6.35
6,34
1,67
1,40
-4,75
4,45
5.68
2.97
Pupuk, Kimia & Barang dari Karet
1,64
4,70
3,95
10,50
2,21
3.92
1.91
6
Semen & Barang Galian Bukan Logam
-0,51
2,18
7,19
7,80
3,00
2.84
3.38
7
Logam Dasar Besi & Baja
-4,26
2,38
13,06
5,86
6,93
2.53
1.42
8
Alat Angkut, Mesin & Peralatannya
-2,87
10,38
6,81
7,03
10,54
3.13
4.52
9
Barang Lainnya
3,19
3,00
1,82
-1,13
-0,70
13.33
15.77
Industri Non Migas
2,56
5,12
6,74
6,42
6,10
5.42
5.49
Produk Domestik Bruto (PDB)
4,63
6,22
6,49
6,26
5,78
5.12
5.17
Sumber: BPS diolah Kemenperin
Laporan Kinerja Makro Ekonomi dan Sektor Industri Triwulan II (Semester I) Tahun 2014
9
Pertumbuhan ekonomi non migas pada triwulan II-2014 sebesar 5,42 persen, lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi nasional yaitu sebesar 5,12 persen. Sedangkan bila dilihat berdasarkan semester I-2014, Industri non migas tumbuh sebesar 5,49 persen lebih tinggi dibandingkan dengan PDB nasional semester I-2014 yang sebesar 5,17 persen. Namun terjadi perlambatan pertumbuhan sebesar 15,39 persen bila dibandingkan dengan semester I-2013 yang tumbuh sebesar 6,49 persen. Pada semester I-2014 pertumbuhan tertinggi dialami oleh sektor Industri Barang Lainnya sebesar 15,77 persen dan yang terendah diberikan oleh Industri Logam Dasar Besi & Baja sebesar 1,42 persen. 2.2
PERANAN SEKTOR INDUSTRI TERHADAP PDB NASIONAL Pada triwulan II-2014, Industri Pengolahan merupakan sektor
industri terbesar dalam memberikan kontribusi kepada PDB Nasional yaitu sebesar 23,75 persen dengan nilai Rp589,14 triliun atau meningkat sebesar 12,16 persen bila dibandingkan dengan periode yang sama di tahun sebelumnya dengan nilai sebesar Rp525,25 triliun (y on y). Industri pengolahan ini terbagi atas industri migas dan non migas, dimana masingmasing memberikan kontribusi sebesar 2,92 persen dan 20,83 persen atau dengan nilai sebesar Rp72,42 triliun dan Rp20,83 triliun. Selanjutnya diikuti oleh Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan yang memberikan kontribusi sebesar 14,85 persen atau dengan nilai sebesar Rp 368,28 triliun; Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran sebesar 14,61 persen atau dengan nilai sebesar Rp 362,36 triliun; Sektor Pertambangan dan Penggalian sebesar 10,75 persen atau dengan nilai sebesar Rp 266,57 triliun; Sektor Jasa – Jasa sebesar 10,37 persen atau dengan nilai sebesar Rp 257,19 triliun; Sektor Bangunan sebesar 9,90 persen atau dengan nilai sebesar Rp 245,58 triliun; Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan sebesar 7,63 persen atau dengan nilai 10
Laporan Kinerja Makro Ekonomi dan Sektor Industri Triwulan II (Semester I) Tahun 2014
sebesar Rp 189,39 triliun; Sektor Pengangkutan dan Komunikasi sebesar 7,31 persen atau dengan nilai sebesar 181,35 triliun; dan terakhir Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih sebesar 0,84 persen atau dengan nilai sebesar 20,94 triliun. Tabel 2.2 Nilai PDB Sektoral dan Kontribusinya Terhadap PDB Nasional (Harga Berlaku) LAPANGAN USAHA Pertanian, Peternakan, Kehutanan Dan Perikanan Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan a. Industri M i g a s b. Industri tanpa Migas Listrik, Gas, Dan Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan & Jasa Persh. Jasa – Jasa PRODUK DOMESTIK BRUTO
TW II-2013 N K (Rp triliun) (%)
TW II-2014 N K (Rp triliun) (%)
332.93
15.05
368.28
14.85
238.85 525.25 65.08 460.17 17.12 222.20 318.76 151.52 166.13 239.96 2,212.72
10.79 23.74 2.94 20.80 0.77 10.04 14.41 6.85 7.51 10.84 100
266.57 589.14 72.42 516.72 20.94 245.58 362.36 181.35 189.39 257.19 2,480.80
10.75 23.75 2.92 20.83 0.84 9.90 14.61 7.31 7.63 10.37 100
Sumber: BPS diolah Pusdatin Kemenperin
Bila dilihat dari Sektor Industri Non Migas, kontribusi terbesar triwulan II-2014 dalam pembentukan PDB pada Sektor Industri yaitu diberikan oleh Cabang Makanan, Minuman dan Tembakau sebesar 36,77 persen dengan nilai sebesar Rp190,02 triliun atau meningkat sebesar 18,10 persen bila dibandingkan dengan periode yang sama di tahun sebelumnya dengan nilai sebesar Rp160,91 triliun (y-on-y).
Laporan Kinerja Makro Ekonomi dan Sektor Industri Triwulan II (Semester I) Tahun 2014
11
Tabel 2.3 Peran Tiap Cabang Industri Terhadap PDB Sektor Industri TW II-2013 CABANG INDUSTRI
N
TW II-2014 K
N
K
(Rp triliun) 160.91
(%) 34.97
(Rp triliun) 190.02
(%) 36.77
Tekstil, Brg. kulit & Alas kaki
43.09
9.36
47.01
9.10
Brg. kayu & Hasil hutan lainnya
23.19
5.04
26.35
5.10
Kertas dan Barang cetakan
18.27
3.97
20.37
3.94
Pupuk, Kimia & Barang dari karet
56.10
12.19
60.58
11.72
Semen & Brg. Galian bukan logam
15.66
3.40
16.58
3.21
8.87
1.93
9.55
1.85
131.22
28.52
142.83
27.64
2.86
0.62
3.43
0.66
460.169
100
516.721
100
Makanan, Minuman dan Tembakau
Logam Dasar Besi & Baja Alat Angk., Mesin & Peralatannya Barang lainnya PDB Industri Non Migas Sumber: BPS diolah Kemenperin
Selanjutnya diikuti berturut-turut oleh Cabang Alat Angkut, Mesin dan Peralatannya yang memberikan kontribusi sebesar 27,64 persen atau dengan nilai sebesar Rp 142,83 triliun; Cabang Pupuk, Kimia dan Barang dari Karet sebesar 11,72 persen atau dengan nilai sebesar Rp 60,58 triliun; Cabang Tekstil, Barang Kulit dan Alas Kaki sebesar 9,10 persen atau dengan nilai sebesar Rp 47,01 triliun; Cabang Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya sebesar 5,10 persen atau dengan nilai sebesar Rp 26,35 triliun; Cabang Kertas dan Barang Cetakan sebesar 3,94 persen atau dengan nilai sebesar Rp 20,37 triliun; Cabang Semen dan Barang Galian Bukan Logam sebesar 3,21 persen atau dengan nilai sebesar Rp 16,58 triliun; Cabang Logam Dasar Besi dan Baja sebesar 1,85 persen atau dengan nilai sebesar Rp 9,55 triliun; dan terakhir cabang Barang Lainnya sebesar 0,66 persen atau dengan nilai sebesar Rp 3,42 triliun.
12
Laporan Kinerja Makro Ekonomi dan Sektor Industri Triwulan II (Semester I) Tahun 2014
2.3
KINERJA EKSPOR DAN IMPOR SEKTOR MIGAS DAN NON MIGAS Ekspor Indonesia pada bulan Juni 2014 mencapai US$ 15.416,0 juta
atau mengalami peningkatan sebesar 4,45 persen dibanding bulan Juni 2013 sebesar US$ 14.758.9 juta. Bila dibandingkan dengan ekspor bulan Mei 2014, terjadi peningkatan sebesar 4 persen atau dari US$ 14.823,6 juta menjadi US$ 15.416,0 juta.
Juta US$
Perkembangan Nilai Ekspor Indonesia (FOB) Juni 2013 - Juni 2014 18,000.00 16,000.00 14,000.00 12,000.00 10,000.00 8,000.00 6,000.00 4,000.00 2,000.00 -
Migas
Non Migas
Total Migas & Non Migas
Grafik 2.1 Perkembangan Nilai Ekspor Indonesia (FOB) Juni 2013 – Juni 2014 Jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, ekspor Indonesia juga mengalami peningkatan sebesar 0,53 persen dari US$ 44.299,0 juta menjadi US$ 44.532,1 juta. Namun mengalami penurunan bila dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun sebelumnya, dari US$ 45.653,1 juta menjadi US$ 44.532,1 juta atau mengalami penurunan sebesar 2,46 persen.
Laporan Kinerja Makro Ekonomi dan Sektor Industri Triwulan II (Semester I) Tahun 2014
13
Tabel 2.4 Perkembangan Ekspor Indonesia Juni 2013 - Juni 2014 Nilai FOB (juta US$)
Bulan
Jun’13 Triwulan II’13 Jul’13 Agt’13 Sep’13 Triwulan III’13 Okt’13 Nov’13 Des’13 Triwulan IV’13 Jan-Des’13 Jan’14 Feb’14 Mar’14 Triwulan I’14 Apr’14 Mei’14 Jun’14 Triwulan II’14
migas
nonmigas
total
2,800.40 8,178.60 2,282.60 2,720.50 2,414.70 7,417.80 2,715.20 2,766.90 3,405.10 8,887.20 32,633.00 2,501.70 2,729.20 2,641.30 7,872.10 2,651.40 2,375.70 2,790.30 7,817.40
11,958.50 37,474.50 12,805.30 10,363.20 12,292.10 35,462.00 12,983.10 13,171.70 13,562.70 39,717.50 149,918.80 11,970.60 11,904.90 12,551.30 36,426.90 11,641.10 12,447.90 12,625.70 36,714.70
14,758.90 45,653.10 15,087.90 13,083.70 14,706.80 42,879.80 15,698.30 15,938.60 16,967.80 48,604.70 182,551.80 14,472.30 14,634.10 15,192.60 44,299.00 14,292.50 14,823.60 15,416.00 44,532.10
Persentase Perubahan terhadap periode sebelumnya (%) migas nonmigas total -4.30 0.36 -18.49 19.18 -11.24 -9.30 12.44 1.90 23.07 19.81 -11.75 -26.53 9.09 -3.22 -11.42 0.38 -10.40 17.45 -0.69
-9.45 0.56 7.08 -19.07 18.61 -5.37 5.62 1.45 2.97 12.00 -2.04 -11.74 -0.55 5.43 -8.29 -7.25 6.93 1.43 0.79
-8.52 0.52 2.23 -13.28 12.41 -6.07 6.74 1.53 6.46 13.35 -3.93 -14.71 1.12 3.82 -8.86 -5.92 3.72 4.00 0.53
Sumber: BPS diolah Kemenperin
Peningkatan ekspor Juni 2014 disebabkan oleh meningkatnya ekspor non migas sebesar 1,43 persen dari US$ 12.447,9 juta menjadi US$ 12.625,7 juta. Eskpor migas juga mengalami kenaikan sebesar 17,45 persen dari US$ 2.375,7 juta menjadi US$ 2.790,3 juta.
14
Laporan Kinerja Makro Ekonomi dan Sektor Industri Triwulan II (Semester I) Tahun 2014
Tabel 2.5 Ringkasan Ekspor Indonesia Januari - Juni 2014 Nilai FOB (juta US$)
Uraian Mei 2014
Total Ekspor
Perubahan (%)
Peran thd Jan - T otal Jan Jun 2014 Jun'14 thd Jun 14 Juni 2014 Jan - Jun 2013 Jan - Jun 2014 thd Mei Jan (%) 2014 Jun'13
14,823.60
15,416.00
91,068.60
88,831.10
4.00
-2.46
100.00
Migas - Minyak Mentah - Hasil Minyak - Gas
2,375.70 769.90 302.30 1,303.50
2,790.30 990.30 319.3 1,480.70
16,328.10 5,150.00 2069.3 9,108.80
15,689.40 4,629.40 1938.6 9,121.40
17.45 28.63 5.62 13.59
-3.91 -10.11 -6.32 0.14
17.66 5.21 2.18 10.27
Nonmigas - Pertanian - Industri Pengolahan - Pertambangan dan Lainnya
12,447.90 460.80
12,625.70 507
74,740.50 2585.3
73,141.70 2677
1.43 10.03
-2.14 3.55
82.34 3.01
10,105.40
10378.5
56555.9
59085
2.70
4.47
66.51
1,881.70
1740.2
15599.3
11379.7
-7.52
-27.05
12.81
Sumber: BPS diolah Kemenperin
Sedangkan
peningkatan
ekspor
migas
disebabkan
oleh
meningkatnya ekspor minyak mentah sebesar 28,62 persen menjadi US$ 990,3 juta dan ekspor hasil minyak sebesar 5,63 persen menjadi US$ 319,3 juta. Ekspor gas juga meningkat sebesar 13,59 persen menjadi US$ 1.480,7 juta. Volume ekspor migas Juni 2014 terhadap Mei 2014 untuk minyak mentah naik sebesar 35,52 persen, hasil minyak naik sebesar 0,79 persen, dan gas naik menjadi 15,95 persen. Sementara itu, harga minya mentah Indonesia di pasar dunia naik dari US$ 106,20 per barel menjadi US$ 108,95 per barel di bulan Juni 2014.
Laporan Kinerja Makro Ekonomi dan Sektor Industri Triwulan II (Semester I) Tahun 2014
15
Juta US$
Perkembangan Nilai Impor Indonesia (FOB) Juni 2013 - Juni 2014 20,000.00 18,000.00 16,000.00 14,000.00 12,000.00 10,000.00 8,000.00 6,000.00 4,000.00 2,000.00 -
Migas
Non Migas
Total Migas & Non Migas
Grafik 2.2 Perkembangan Nilai Impor Indonesia (FOB) Juni 2013 – Juni 2014 Impor Indonesia pada bulan Juni 2014 mencapai US$ 15.721,1 juta atau mengalami peningkatan sebesar 0,54 persen dibanding bulan Juni 2013 sebesar US$ 15.636,0 juta. Bila dibandingkan dengan impor bulan Mei 2014, terjadi peningkatan sebesar 6,44 persen atau dari US$ 14.770,3 juta menjadi US$ 15.721,1 juta. Jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, impor Indonesia juga mengalami peningkatan sebesar 8,13 persen dari US$ 43.230,6 juta menjadi US$ 46.746,4 juta. Namun mengalami penurunan bila dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun sebelumnya, dari US$ 48.760,0 juta menjadi US$ 46.746,4 juta atau mengalami penurunan sebesar 4,13 persen. Peningkatan impor Juni 2014 disebabkan oleh meningkatnya impor non migas sebesar 11,41 persen dari US$ 14.770,3 juta menjadi US$ 15.721,1 juta. Namun untuk impor migas mengalami penurunan sebesar 8,42 persen dari US$ 3.706,6 juta menjadi US$ 3.394,6 juta.
16
Laporan Kinerja Makro Ekonomi dan Sektor Industri Triwulan II (Semester I) Tahun 2014
Tabel 2.6 Perkembangan Impor Indonesia Juni 2013 - Juni 2014 Nilai FOB (juta US$)
Bulan
Jun’13 Triwulan II’13 Jul’13 Agt’13 Sep’13 Triwulan III’13 Okt’13 Nov’13 Des’13 Triwulan IV’13 Jan-Des’13 Jan’14 Feb’14 Mar’14 Triwulan I’14 Apr’14 Mei’14 Jun’14 Triwulan II’14
migas
nonmigas
total
3,531.00 10,595.90 4,137.30 3,672.00 3,715.60 11,524.90 3,473.90 3,938.90 4,221.60 11,634.40 45,266.40 3,550.50 3,457.20 3,994.60 11,002.30 3,692.80 3,706.60 3,394.60 10,794.00
12,105.00 38,164.10 13,279.70 9,340.10 11,794.20 34,414.00 12,200.10 11,210.40 11,234.30 34,644.80 141,362.30 11,365.70 10,333.50 10,529.10 32,228.30 12,562.20 11,063.70 12,326.50 35,952.40
15,636.00 48,760.00 17,417.00 13,012.10 15,509.80 45,938.90 15,674.00 15,149.30 15,455.90 46,279.20 186,628.70 14,916.20 13,790.70 14,523.70 43,230.60 16,255.00 14,770.30 15,721.10 46,746.40
Persentase Perubahan terhadap periode sebelumnya (%) migas nonmigas total 2.78 -7.95 17.17 -11.25 1.19 8.77 -6.51 13.39 7.18 0.95 6.35 -15.90 -2.63 15.54 -5.43 -7.56 0.37 -8.42 -1.89
-8.47 11.97 9.70 -29.67 26.27 -9.83 3.44 -8.11 0.21 0.67 -5.21 1.17 -9.08 1.89 -6.98 19.31 -11.93 11.41 11.56
-6.15 6.81 11.39 -25.29 19.20 -5.79 1.06 -3.35 2.02 0.74 -2.64 -3.49 -7.55 5.32 -6.59 11.92 -9.13 6.44 8.13
Sumber: BPS diolah Kemenperin
Penurunan impor migas disebabkan oleh menurunnya impor minyak mentah sebesar 10,44 persen menjadi US$ 1.161,0 juta dan impor hasil minyak sebesar 6,60 persen menjadi US$ 2.033,7 juta. Gas menjadi penurunan impor terbesar yaitu 14,10 persen menjadi US$ 199,9 juta.Pada periode Jan–Juni 2014 (semester I) ekspor produk industri sebesar US$ 59,08 milyar atau memberikan kontribusi sebesar 66,51 persen dari total ekspor nasional.
Laporan Kinerja Makro Ekonomi dan Sektor Industri Triwulan II (Semester I) Tahun 2014
17
Tabel 2.7 Ringkasan Impor Indonesia Januari - Juni 2014 Nilai FOB (juta US$) Uraian Mei 2014
Total Impor Migas - Minyak Mentah - Hasil Minyak - Gas Nonmigas
Perubahan (%)
Jan - Jun'14 Jun 2014 thd Juni 2014 Jan - Jun 2013 Jan - Jun 2014 thd Jan Mei 2014 Jun'13
14,770.30 15,721.10
Peran thd Total Jan Jun 14 (%)
94,410.60
89,977.00
6.44
-4.70
100.00
3,394.60 1,161.00 2033.7 199.90
22,107.10 6,897.20 13662 1,547.90
21,796.30 6,912.60 13330.6 1,553.10
-8.42 -10.44 -6.60 -14.10
-1.41 0.22 -2.43 0.34
24.22 7.68 14.82 1.73
11,063.70 12,326.50
72,303.50
68,180.70
11.41
-5.70
75.78
3,706.60 1,296.40 2,177.50 232.70
Sumber: BPS diolah Kemenperin
Perkembangan ekspor impor non migas dari tahun 2009 – 2011 cenderung fluktuatif, untuk ekspor non migas mengalami tren kenaikan lalu cenderung turun sampai dengan tahun 2013. Sedangkan untuk impor non migas dari tahun 2009 – 2012 mengalami kenaikan lalu mulai turun di tahun 2013. Hal ini berkaitan dengan situasi perekonomian dunia yang dilanda krisis dan pelarangan ekspor barang mentah tambang.
18
Laporan Kinerja Makro Ekonomi dan Sektor Industri Triwulan II (Semester I) Tahun 2014
139,734
140,000
131,400.70
126,100
130,000
122,189
120,000
116,125 113,030
110,000
101,115
100,000
98,015
90,000 80,000
72,398 73,436
70,000
62,510
60,000
59,085
50,000
Impor Industri Non-Migas Ekspor Industri Non-Migas
40,000 30,000 20,000 10,000 2009
2010
2011
2012
2013
2014 (jan jun)
Grafik 2.3 Perkembangan Ekspor - Impor Industri Non Migas (US$ Juta)
Untuk periode semester I-2014 ini, perkembangan nilai ekspor industri non migas sebesar US$ 59.085,1 Juta atau tumbuh sebesar 4,47 persen bila dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Dimana Industri pengolahan Kelapa/Kelapa Sawit masih menjadi industri dengan nilai ekspor tertinggi yaitu dengan nilai US$ 11.634,5 Juta, meningkat sebesar 12,25 persen apabila dibandingkan dengan periode yang sama di tahun sebelumnya (y on y). Selanjutnya berturut-turut diikuti oleh Industri Besi Baja, Mesin-Mesin dan Otomotif dengan nilai US$ 7.799,4 Juta; Industri Tekstil dengan nilai US$ 6.465,1 juta; Industri Pengolahan Karet dengan nilai US$ 4.152,2 juta; Industri Elektronika dengan nilai US$ 3.923,9 juta; Industri Kimia Dasar dengan nilai US$ 3.071,8 juta; Industri Pulp dan Kertas dengan nilai US$ 2.726,7 juta; Industri Pengolahan Kayu dengan nilai US$ 2.422,0 juta; Industri Makanan dan Minuman dengan nilai US$ 2.620,6 juta; Industri Pengolahan Tembaga, Timah dll dengan nilai US$ 2.422,0 juta; Industri Kulit, Barang Kulit dan Sepatu/Alas Kaki dengan nilai US$ 2.014,1 juta; dan terakhir Industri AlatAlat Listrik dengan nilai US$ 1.485,3 juta. Laporan Kinerja Makro Ekonomi dan Sektor Industri Triwulan II (Semester I) Tahun 2014
19
Tabel 2.8 Perkembangan 12 Besar Ekspor Industri Non Migas Tahun 2010 s.d Juni 2014 (US$ Juta) No 1
URAIAN Pengolahan Kelapa/Kelapa Sawit Besi Baja, Mesinmesin dan Otomotif Tekstil Pengolahan Karet Elektronika
2009
2010
2011
2012
2013
Jan-Juni 2013
2014
%
10476,8
17.253,8
23.179,2
23.397,0
20.660,4
10.364,8
11.634,5
12,25
9.790,1
10.840,0
13.191,7
15.029,6
14.684,4
7.527,9
7.799,4
3,61
9.606,9
11.205,5
13.234,0
12.446,5
12.661,7
6.408,9
6.465,1
0,88
6.179,9
9.522,6
14.540,4
10.818,6
9.724,1
5.080,7
4.152,2
-18,27
6.359,7
9.254,6
9.536,1
9.444,1
8.520,1
4.242,5
3.923,9
-7,51
6.156,0
5.708,2
5.769,4
5.518,0
5.644,0
2.760,2
2.726,7
-1,21
4.440,5
6.506,0
7.501,0
5.049,5
4.843,5
2.716,4
2.422,0
-10,84
4.492,5
4.568,6
6.119,9
4.870,5
5.083,5
2.384,3
3.071,8
28,83
4.485,1
3.228,6
4.505,2
4.652,9
5.379,8
2.487,0
2.620,6
5,37
2.374,8
4.280,3
4.475,0
4.539,9
4.727,7
2.329,1
2.614,5
12,26
2.006,6
2.665,6
3.450,9
3.561,7
3.933,1
1.989,2
2.014,1
1,25
2.148,9
2.657,9
2.995,1
3.085,0
3.188,7
1.547,6
1.485,3
-4,03
Total 12 Besar Industri
65.376,6
87.691,8
108.497,9
102.413,2
99.050,9
49.838,5
50.930,1
2,19
Total Industri
73.435,8
98.015,1
122.188,7
116.125,1
113.029,9
56.555,9
59.085,0
4,47
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Pulp dan Kertas Pengolahan Tembaga, Timah dll Kimia Dasar Makanan dan Minuman Pengolahan Kayu Kulit, Barang Kulit dan Sepatu/ Alas Kaki Alat-alat Listrik
Sumber: BPS diolah Kemenperin
Amerika serikat menjadi negara tujuan ekspor terbesar Indonesia pada bulan Juni 2014 mencapai US$ 1.408,7 juta, disusul oleh Tiongkok dan Jepang masing-masing mencapai US$ 1.329,2 juta dan US$ 1.214,4 juta. Sedangkan untuk peningkatan ekspor non-migas terbesar dari bulan Mei ke Juni ada pada negara Thailand sebesar 11,37 persen lalu diikuti oleh Inggris sebesar 10,43 persen, dan Amerika Serikat sebesar 9,31 persen. Sedangkan pencapaian ekspor non-migas terbesar Jan – Jun 2014 ada pada negara 20
Laporan Kinerja Makro Ekonomi dan Sektor Industri Triwulan II (Semester I) Tahun 2014
Tiongkok yang mencapai US$ 8.977,1 juta, kemudian Negara Amerika Serikat mencapai US$ 7.901,6 juta, dan Negara Jepang yang mencapai US$ 7.108,3 juta. Tabel 2.9 Ekspor Nonmigas Indonesia Menurut Negara Tujuan Januari - Juni 2014 Peran thd Total Jan-Jun Nonmigas Jun 2014 2014 thd Jan-Jun Jan - Jun 2013 Jan - Jun 2014 thd Mei 2014 Jan-Jun 2014 (%) 2013
Nilai FOB (juta US$) Negara Tujuan Mei 2014
ASEAN 1 Singapura 2 Malaysia 3 Thailand ASEAN Lainnya Uni Eropa 4 Jerman 5 Perancis 6 Inggris Uni Eropa Lainnya Negara Utama Lainnya 7 Tiongkok 8 Jepang 9 Amerika Serikat 10 India 11 Australia 12 Korea Selatan 13 Taiwan Total 13 Negara Tujuan Lainnya Total Ekspor Nonmigas
Juni 2014
Perubahan (%)
2,533.90 916.30 632.00 395.00 590.60
2,483.40 871.10 574.20 439.90 598.20
15,498.50 5,424.30 3,784.30 2,754.80 3,535.10
14,509.60 5,267.50 3,240.10 2,539.30 3,462.70
-1.99 -4.93 -9.15 11.37 1.29
-6.38 -2.89 -14.38 -7.82 -2.05
19.84 7.20 4.43 3.47 4.73
1,406.80 251.10 95.50 142.90 917.30
1,442.90 259.90 90.20 157.80 935.00
8,307.90 1,450.50 531.00 796.50 5,529.90
8,288.90 1,428.40 519.40 834.60 5,506.50
2.57 3.50 -5.55 10.43 1.93
-0.23 -1.52 -2.18 4.78 -0.42
11.33 1.95 0.71 1.14 7.53
6,105.20 1,444.70 1,161.80 1,288.70 1,073.90 307.90 481.00 347.20 8,538.00 3,909.90 12,447.90
5,992.50 1,329.20 1,214.40 1,408.70 949.30 243.80 474.70 372.40 8,385.60 4240.1 12,625.70
38,804.00 10,084.90 8,150.30 7,544.40 6,769.00 1,329.70 3,114.50 1,811.20 53,545.40 21,195.30 74,740.70
36,532.20 8,977.10 7,108.30 7,901.60 5,680.00 2,011.20 2,809.20 2,044.80 50,361.50 22,780.20 73,141.70
-1.85 -7.99 4.53 9.31 -11.60 -20.82 -1.31 7.26 -1.78 8.45 1.43
-5.85 -10.98 -12.78 4.73 -16.09 51.25 -9.80 12.90 -5.95 7.48 -2.14
49.95 12.27 9.72 10.80 7.77 2.75 3.84 2.80 68.85 31.15 100.00
Sumber: BPS diolah Kemenperin
Bila dibandingkan dengan periode Jan–Jun 2013, peningkatan ekspor nonmigas terbesar ada pada Negara Australia yang mencapai 51,25 persen, lalu diikuti oleh Negara Taiwan yang mencapai 12,90 persen, dan Negara Amerika Serikat yang mencapai 4,73 persen.
Laporan Kinerja Makro Ekonomi dan Sektor Industri Triwulan II (Semester I) Tahun 2014
21
Dari total 13 negara tujuan ekspor, terjadi penurunan sebesar 1,78 persen pada bulan Juni 2014 dibanding bulan sebelumnya. Sedangkan kontribusi terbesar dari total ekspor nonmigas periode Jan – Jun 2014 diberikan oleh Negara Tiongkok sebesar 12,27 persen, kemudian Negara Amerika Serikat sebesar 10,80 persen, dan Negara India sebesar 7,77 persen. Tabel 2.10 Perkembangan 12 Besar Impor Industri Non Migas Tahun 2010 s.d Juni 2014 No
URAIAN
2010
2011
2012
(US$ Juta)
Jan-Juni
2013
2013
%
2014
1
Besi Baja, Mesin-mesin dan Otomotif
43.218,6
52.471,7
62.624,6
54.637,1
28.534,0
24.576,6
-13,87
2
Elektronika
14.176,2
16.116,6
16.702,5
16.564,5
8.504,1
8.098,1
-4,77
3
Kimia Dasar
11.431,5
15.413,3
16.077,1
16.387,9
8.303,1
8.405,5
1,23
4
Tekstil
5.031,2
6.735,2
6.805,5
7.116,2
3.653,3
3.627,8
-0,70
5
Makanan dan Minuman
4.514,2
6.851,9
6.158,4
5.801,3
2.981,8
3.012,1
1,02
6
Alat-alat Listrik
3.142,8
3.769,1
4.190,6
4.124,3
2.135,5
1.805,6
-15,45
7
Pulp dan Kertas
2.731,8
3.262,6
3.019,9
3.200,6
1.605,0
1.589,8
-0,95
8
Pupuk
1.509,2
2.707,0
2.918,4
1.941,6
1.034,9
899,7
-13,06
9
Makanan Ternak
1.871,6
2.220,5
2.799,7
3.044,5
1.408,3
1.549,3
10,01
10
Barang-barang Kimia lainnya
2.199,3
2.592,3
2.753,6
2.945,7
1.489,1
1.436,4
-3,54
11
Plastik
-
-
-
2.376,9
1.162,3
1.177,1
1,28
12
Pengolahan Tembaga,Timah dll
1.822,1
2.195,1
2.377,4
2.141,1
1.091,2
1.085,3
-0,54
13
Pengolahan Aluminium
1.398,2
1.936,6
1.973,1
-
-
-
-
Total 12 Besar Industri
93.046,7
116.271,9
128.400,8
120.281,6
61.902,7
57.263,4
-7,49
Total Industri
101.115,4
126.099,5
139.734,1
131.400,7
67417.4
62509.6
-7,28
Sumber: BPS diolah Kemenperin
Pada periode Jan – Juni 2014 (semester I) impor produk industri sebesar US$ 62,5 milyar atau menurun sebesar 7,28 persen bila dibanding dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Industri Besi Baja, Mesin-Mesin dan Otomotif masih menjadi industri dengan nilai impor tertinggi yaitu dengan nilai US$ 24.576,6 juta. Selanjutnya berturut-turut diikuti oleh Industri Kimia Dasar dengan nilai US$ 8,405.5 juta; Industri Elektronika dengan nilai US$ 8.098,1 juta; Industri Tekstil dengan nilai US$ 22
Laporan Kinerja Makro Ekonomi dan Sektor Industri Triwulan II (Semester I) Tahun 2014
3.627,8 juta; Industri Makanan dan Minuman dengan nilai US$ 3.012,1 juta; Industri Alat-alat Listrik dengan nilai US$ 1.805,6 juta; Industri Pulp dan Kertas dengan nilai US$ 1.589,8 juta; Industri Makanan Ternak dengan nilai US$1.549,3 juta; Industri Barang-Barang Kimia Lainnya dengan nilai US$1.436,4 juta; Industri Plastik dengan nilai US$ 1.177,1 juta; Industri Pengolahan Tembaga, Timah, dll dengan nilai US$ 1.085,3 juta; dan terakhir Industri Pupuk dengan nilai US$ 899,7 juta. Tiongkok menjadi negara pengimpor non-migas terbesar Indonesia pada bulan Juni 2014 mencapai US$ 2.507,3 juta, disusul oleh Jepang dan Malaysia masing-masing mencapai US$ 1.529,2 juta dan US$ 943,3 juta. Sedangkan untuk peningkatan impor non-migas terbesar dari bulan Mei ke Juni ada pada negara Perancis sebesar 34,95 persen lalu diikuti oleh Korea Selatan sebesar 26,70 persen, dan Australia sebesar 26,04 persen. Sedangkan pencapaian impor non-migas terbesar Jan – Jun 2014 ada pada negara Tiongkok yang mencapai US$ 15.167,8 juta, kemudian Negara Jepang mencapai US$ 8.672,0 juta, dan Negara Singapura yang mencapai US$ 5.140,2 juta. Dari total 13 negara asal barang impor, terjadi peningkatan sebesar 12,54 persen pada bulan Juni 2014 dibanding bulan sebelumnya. Sedangkan kontribusi terbesar dari total impor nonmigas periode Jan – Jun 2014 diberikan oleh Negara Tiongkok sebesar 22,25 persen, kemudian Negara Jepang sebesar 12,72 persen, dan Negara Singapura sebesar 7,54 persen.
Laporan Kinerja Makro Ekonomi dan Sektor Industri Triwulan II (Semester I) Tahun 2014
23
Tabel 2.11 Impor Non Migas Indonesia Menurut Negara Asal Barang Januari - Juni 2014 Nilai FOB (juta US$) Negara Asal Barang
Jan-Jun 2014 thd Jan-Jun 2013
Juni 2014
Jan - Jun 2013
2,455.70
2,747.70
15,666.60
15,234.70
11.89
-2.76
22.34
Mei 2014 ASEAN
Jun 2014 thd Mei 2014
Peran thd Total Nonmigas Jan-Jun 2014 (%)
Perubahan (%) Jan - Jun 2014
1
Singapura
843.40
862.80
5,084.50
5,140.20
2.30
1.10
7.54
2
Malaysia
827.50
943.30
5,754.20
4,961.20
13.99
-13.78
7.28
3
Thailand
453.00
564.50
3,072.00
2,992.30
24.61
-2.59
4.39
ASEAN Lainnya
331.80
377.10
1,755.90
2,141.00
13.65
21.93
3.14
1,051.70
1,143.70
7,123.50
6,509.60
8.75
-8.62
9.55
Uni Eropa 4
Jerman
387.70
366.60
2,447.00
2,119.80
-5.44
-13.37
3.11
5
Perancis
88.70
119.70
829.70
696.80
34.95
-16.02
1.02
6
Inggris Uni Eropa Lainnya
75.10
88.30
526.80
463.20
17.58
-12.07
0.68
500.20
569.10
3,320.00
3,229.80
13.77
-2.72
4.74
6,114.70
6,947.60
39,993.50
38,594.20
13.62
-3.50
56.61
Negara Utama Lainnya 7
Jepang
1,257.60
1,529.20
9,761.80
8,672.00
21.60
-11.16
12.72
8
Tiongkok
2,507.30
2,657.30
14,429.00
15,167.80
5.98
5.12
22.25
9
Amerika Serikat
685.50
822.50
4,561.90
4,332.60
19.99
-5.03
6.35
10
Korea Selatan
592.20
750.30
4,663.80
3,972.30
26.70
-14.83
5.83
11
Australia
420.50
530.00
2,386.00
2,640.10
26.04
10.65
3.87
12
Taiwan
298.00
314.30
2,077.90
1,864.60
5.47
-10.27
2.73
13
India
353.60
344.00
2,113.10
1,944.80
-2.71
-7.96
2.85
Total 13 Negara Tujuan
8,790.10
9,892.80
57,707.70
54,967.70
12.54
-4.75
80.62
Lainnya
2,273.60
2433.7
14,595.80
13,213.00
7.04
-9.47
19.38
Total Impor Nonmigas
11,063.70
12,326.50
72,303.50
68,180.70
11.41
-5.70
100.00
Sumber: BPS diolah Kemenperin
24
Laporan Kinerja Makro Ekonomi dan Sektor Industri Triwulan II (Semester I) Tahun 2014
2.4
INVESTASI Perkembangan realisasi total investasi PMA dan PMDN dari tahun
2010 – 2013 menunjukkan tren peningkatan, hal ini juga diikuti oleh jumlah proyek yang diinvestasikan. Untuk realisasi penanaman modal pada triwulan II-2014 sebesar Rp 116,2 triliun atau meningkat sebesar 9 persen dari triwulan I-2014 sebesar Rp 106,6 triliun. Dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun sebelumnya, realisasi penanaman modal juga meningkat sebesar 16,4 persen. Sedangkan realisasi penanaman modal untuk semester I-2014 sebesar Rp 222,8 triliun atau meningkat sebesar 15,6 persen dari semester I-2013 (kurs US$ 1= Rp10.500 sesuai dengan APBN 2014). Tabel 2.12 Perkembangan Realisasi Penanaman Modal (Rp Triliun)
Investasi
2010
2011
2012
2013
TW II-2014
Sem I-2014
P
I
P
I
P
I
P
I
P
I
P
I
PMA
3,076.0
170.2
4,342.0
204.5
4,579.0
257.9
9,612.0
300.5
3,267.0
78.0
5,909.0
150.0
PMDN
875.0
60.6
1,313.0
76.0
1,210.0
92.2
2,129.0
128.1
477.0
38.2
914.0
72.8
3,951.0 230.8 5,655.0 P= Proyek I= Investasi
280.5
5,789.0
350.1
11,741.0
428.6
3,744.0
116.2
6,823.0
222.8
Total
Sumber: BKPM diolah oleh Kemenperin
Realisasi investasi Penanaman Modal Asing (PMA) pada triwulan II2014 sebesar Rp 78 triliun atau mengalami peningkatan sebesar 8,39 persen bila dibanding dengan triwulan sebelumnya. Bila dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun sebelumnya, investasi PMA mengalami peningkatan dari Rp 75 triliun menjadi Rp 78 triliun atau meningkat sebesar 3,61 persen. Sedangkan selama periode Januari – Juni 2014, investasi PMA mencapai Rp 150 triliun, bila dibandingkan dengan semester I 2013 maka investasi PMA mengalami peningkatan sebesar 0,47 persen. Laporan Kinerja Makro Ekonomi dan Sektor Industri Triwulan II (Semester I) Tahun 2014
25
Realisasi investasi Penananaman Modal Dalam Negeri (PMDN) pada triwulan II-2014 sebesar Rp 38,2 triliun atau mengalami peningkatan sebesar 10,29 persen bila dibanding dengan triwulan sebelumnya. Bila dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun sebelumnya, investasi PMDN mengalami peningkatan dari Rp 33,1 triliun menjadi Rp 38,2 triliun atau meningkat sebesar 15,26 persen. Sedangkan selama periode Januari – Juni 2014, investasi PMDN mencapai Rp 72,8 triliun, bila dibandingkan dengan semester I 2013 maka investasi PMDN mengalami peningkatan sebesar 20,09 persen. 18,000.0
15,858.8
16,000.0 14,000.0
11,770.0
12,000.0 10,000.0 8,000.0 6,000.0 4,000.0
6,711.6
6,789.6 3,337.3
2,000.0 2010
2011
2012
2013
Sem I 2014
Grafik 2.4 Perkembangan Investasi PMA Sektor Industri (US$ Juta)
Jika dilihat dari sektor sekunder atau sektor industri merupakan pemberi kontribusi terbesar dalam pembentukan PMA pada triwulan II-2014 yaitu sebesar 43,31 persen atau senilai US$ 3.218,6 juta. Bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, sektor ini mengalami penurunan sebesar 7,86 persen dan sebesar 6,96 persen bila dibandingkan dengan triwulan tahun sebelumnya. Sedangkan bila dibandingkan dengan semester I 2013, pada semester I 2014 juga mengalami penurunan sebesar 16,23 persen.
26
Laporan Kinerja Makro Ekonomi dan Sektor Industri Triwulan II (Semester I) Tahun 2014
Investasi sektor industri memberikan kontribusi sebesar 46,97 persen dari total investasi PMA Januari – Juni 2014. Tabel 2.13 20 Besar Negara Untuk Realisasi PMA Semester I-2014 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Negara Asal Singapura Jepang Malaysia Amerika Serikat Korea Selatan Inggris Belanda Australia Mauritius British Virgin Islands R.R. Tiongkok Hongkong, RRT Thailand Swiss Seychelles Kanada Taiwan Perancis Luxembourg Afghanistan
Investasi Proyek (US$ Juta) 3,393.93 883 1,541.70 562 717.35 297 663.13 102 654.75 539 646.18 112 604.71 103 449.70 134 430.58 29 368.15 146 231.12 259 216.51 128 193.66 36 115.63 36 111.55 13 95.83 19 79.78 91 69.88 59 49.37 18 42.04 4
Sumber: BKPM diolah Kemenperin
PMA pada semester I-2014 bila berdasarkan asal negara, investasi terbesar diberikan oleh Negara Singapura dengan nilai US$ 3.393,93 Juta atau memberikan kontribusi sebesar 50,57 persen pada pembentukan PMA berdasarkan asal negara pada semester I-2014 ini, dengan jumlah proyek sebanyak 883 proyek. Lalu diikuti oleh Negara Jepang dengan nilai US$ 1.541,70 Juta dengan jumlah proyek sebanyak 562 proyek. Sedangkan untuk urutan ketiga ada Negara Malaysia yang memberikan investasi senilai US$ 717,35 Juta dengan 297 proyek. Laporan Kinerja Makro Ekonomi dan Sektor Industri Triwulan II (Semester I) Tahun 2014
27
Realisasi PMA Semester I-2014 Berdasarkan Asal Negara Amerika Serikat US$ 663.13 Juta
Korea Selatan US$ 654.75 Juta
Inggris US$ 646.18 Juta
Mauritius US$ 430.58 Juta
Malaysia US$ 717.35 Juta
Jepang US$ 1,541.70 Juta
Singapura US$ 3,393.93 Juta
Realisasi PMA Semester I-2014 Berdasarkan Asal Negara Seychelles US$ 111.55 Juta
Tiongkok US$ 231.12 Juta
Australia US$ 449.70 Juta
Belanda US$ 604.71 Juta
Realisasi PMA Semester I-2014 Berdasarkan Asal Negara Afghanistan US$ 42.04 Juta
Kanada US$ 95.83 Juta
Luxembourg US$ 49.37 Juta
Swiss US$ 115.63 Juta
Thailand US$ 193.66 Juta
Realisasi PMA Semester I-2014 Berdasarkan Asal Negara British Virgin Islandas US$ 368.15 Juta
Hongkong US$ 216.51 Juta
Perancis US$ 69.88 Juta
Taiwan US$ 79.78 Juta
Grafik 2.5 Realisasi PMA Semester I-2014 Berdasarkan Asal Negara
Dari 12 cabang industri yang ada dalam pembentukan PMA pada sektor sekunder ini, cabang industri makanan memberikan kontribusi terbesar pada triwulan II-2014 yaitu 39,99 persen dengan nilai US$ 1.287,1 juta. Sedangkan untuk pertumbuhan investasi terbesar pada triwulan II2014 dibanding triwulan sebelumnya, ada pada Industri Lainnya dari US$ 12,5 menjadi US$53,9 juta atau sebesar 331,6 persen. Lalu diikuti oleh Industri Karet dan Plastik sebesar 290,27 persen; Industri Makanan sebesar 65,46 persen dan Industri Logam, Mesin, dan Elektronik sebesar 15,48 persen. Sedangkan sisanya mengalami penurunan, Industri Kertas dan Percetakan mengalami penurunan terbesar yaitu 95,84 persen.
28
Laporan Kinerja Makro Ekonomi dan Sektor Industri Triwulan II (Semester I) Tahun 2014
Tabel 2.14 Perkembangan Investasi PMA Sektor Industri No
2010
Sektor Sekunder
2011
2012
P
I
P
1 Industri Makanan
194.0
1,025.7
308.0
1,104.6
347.0
2 Industri Tekstil
110.0
154.8
166.0
497.3
3 Ind. Barang Dari Kulit & Alas Kaki
30.0
130.4
59.0
4 Industri Kayu
31.0
43.1
5 Ind. Kertas dan Percetakan
32.0
6 Ind. Kimia dan Farmasi 7 Ind. Karet dan Plastik 8 Ind. Mineral Non Logam 9 Ind. Logam, Mesin & Elektronik Ind. Instru. Kedokteran, Presisi & Optik & Jam Ind. Kendaraan Bermotor & Alat 11 Transportasi Lain 12 Industri Lainnya 10
Jumlah
I
P
2013 I
(US$ Juta)
TW II 2014
Sem I 2014 P
P
I
P
I
1,782.9
797.0
2,117.7
271.0
1,287.1
482.0
2,065.0
149.0
473.1
241.0
750.7
89.0
81.9
156.0
181.8
255.0
73.0
158.9
91.0
96.2
37.0
17.5
60.0
163.7
29.0
51.1
38.0
76.3
59.0
39.5
23.0
2.7
35.0
9.2
46.4
42.0
257.5
57.0
1,306.6
103.0
1,168.9
31.0
21.4
52.0
535.9
159.0
793.4
223.0
1,467.4
230.0
2,769.8
430.0
3,142.3
170.0
468.1
276.0
979.4
100.0
104.3
148.0
370.0
147.0
660.3
231.0
472.2
89.0
239.6
157.0
301.0
8.0
28.4
46.0
137.1
48.0
145.8
138.0
874.1
47.0
164.3
78.0
522.5
269.0
589.5
383.0
1,772.8
364.0
2,452.6
679.0
3,327.1
275.0
460.4
462.0
859.1
2.0
-
5.0
41.9
4.0
3.4
12.0
26.1
3.0
97.0
393.8
147.0
770.1
163.0
1,840.0
342.0
3,732.2
126.0
421.6
220.0
1,027.5
59.0
27.6
87.0
64.7
94.0
100.2
199.0
111.7
70.0
53.9
102.0
66.4
1,091.0
3,337.3
1,643.0
6,789.6
1,714.0
11,770.0
3,322.0
15,858.8
1,231.0
3,218.6
2,084.0
6,711.6
-
I
4.0
Sumber: BKPM diolah oleh Kemenperin
Bila dilihat berdasarkan lokasi tempat pembentukan investasi PMA triwulan II-2104, Pulau Jawa memberikan kontribusi terbesar dengan nilai US$ 4.455,2 juta atau 59,95 persen. Dengan DKI Jakarta memberikan kontribusi sebesar 22,71 persen atau senilai US$ 1.687,5 juta diikuti Jawa Barat sebesar 19,70 persen atau senilai US$ 1.463,9 juta, dan Kalimantan Timur sebesar 9,31 persen atau senilai US$ 691,9 juta.
Laporan Kinerja Makro Ekonomi dan Sektor Industri Triwulan II (Semester I) Tahun 2014
29
-
Tabel 2.15 Perkembangan Realisasi PMA Berdasarkan Lokasi (US$ Juta)
2014 No 1 2 3 4 5 6 7
Lokasi SUMATERA JAWA BALI & NUSA TENGGARA KALIMANTAN SULAWESI MALUKU PAPUA JUMLAH
TW I 1,270.8 3,252.2 266.9 1,494.1 171.5 37.2 363.5 6,856.2
TW II 787.5 4,455.2 286.0 1,298.9 209.5 17.6 376.8 7,431.6
Sumber: BKPM diolah Kemenperin
Untuk pertumbuhan investasi berdasarkan lokasi, bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, Pulau Jawa mengalami kenaikan sebesar 36,99 persen atau dari US$ 3.252,2 juta menjadi US$ 4.455,2 juta. Sedangkan yang mengalami penurunan yaitu Maluku dari US$ 37,2 juta menjadi US$17,6 juta atau sebesar 52,63 persen. Sedangkan bila dilihat berdasarkan negara asal pembentukan PMA khususnya ASEAN, maka Singapura menjadi negara terbesar dalam melakukan investasi dengan nilai US$ 2.112,8 atau sebesar 76,01 persen. Diikuti oleh Malaysia dengan nilai US$ 616,6 juta atau sebesar 22,18 persen, Thailand dengan nilai US$ 39,3 juta atau sebesar 1,41 persen, dan terakhir Filipina dengan nilai US$ 10,9 juta atau sebesar 0,39 persen. Nilai investasi PMDN pada Januari – Juni 2014 sebesar Rp 23.182,6 milliar atau menurun sebesar 13,87 persen dari periode yang sama tahun 2013. Investasi sektor industri memberikan kontribusi sebesar 31,84 persen dari total investasi PMDN pada Januari – Juni 2014. Bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, sektor ini mengalami peningkatan sebesar
30
Laporan Kinerja Makro Ekonomi dan Sektor Industri Triwulan II (Semester I) Tahun 2014
8,57 persen dan bila dibandingkan dengan triwulan tahun sebelumnya mengalami penurunan 24,53 persen. 60,000.0
38,533.8
40,000.0 30,000.0
51,171.1
49,888.9
50,000.0
25,612.6
23,182.6
20,000.0 10,000.0 2010
2011
2012
2013
Sem I 2014
Grafik 2.6 Perkembangan Investasi PMDN Sektor Industri (Rp Miliar)
Tabel 2.16 Perkembangan Investasi PMDN Sektor Industri No
Sektor Sekunder
1 Industri Makanan 2 Industri Tekstil
2010 P
2011 I
P
2012 I
2013
P
I
P
(Rp Miliar)
2014 TW II I
P
Sem I 2014
I
P
I
166.0
16,405.4
258.0
7,940.9
222.0
11,166.7
434.0
15,080.9
120.0
4,928.9
209.0
9,765.0
26.0
431.7
52.0
999.2
51.0
4,450.9
101.0
2,445.9
17.0
190.4
34.0
553.2
3 Ind. Barang Dari Kulit & Alas Kaki
4.0
12.5
3.0
13.5
9.0
76.7
10.0
80.1
1.0
-
3.0
67.3
4 Industri Kayu
6.0
451.3
14.0
514.9
15.0
57.0
18.0
390.7
2.0
2.7
10.0
63.3
5 Ind. Kertas dan Percetakan
25.0
1,102.8
53.0
9,296.3
64.0
7,561.0
112.0
6,849.4
12.0
1,446.6
27.0
2,381.5
6 Ind. Kimia dan Farmasi
64.0
3,266.0
106.0
2,711.9
94.0
5,069.5
153.0
8,886.5
26.0
2,510.9
54.0
3,455.8
7 Ind. Karet dan Plastik
48.0
522.8
81.0
2,295.7
110.0
2,855.0
145.0
2,905.2
41.0
1,171.3
73.0
1,640.3
8 Ind. Mineral Non Logam
13.0
2,264.6
39.0
7,440.5
37.0
10,730.7
66.0
4,624.5
14.0
1,436.0
41.0
3,320.7
9 Ind. Logam, Mesin & Elektronik
50.0
789.6
76.0
6,787.0
81.0
7,225.7
131.0
7,567.5
26.0
366.8
51.0
1,716.7
Ind. Instru. Kedokteran, Presisi & 10 Optik & Jam Ind. Kendaraan Bermotor & Alat 11 Transportasi Lain 12 Industri Lainnya
-
-
1.0
-
-
12.0
210.1
2.0
2.6
3.0
2.6
15.0
362.2
16.0
529.1
21.0
664.4
31.0
2,068.5
3.0
11.4
11.0
189.5
2.0
3.7
7.0
4.8
10.0
31.5
12.0
61.8
-
-
4.0
26.7
419.0
25,612.6
706.0
38,533.8
714.0
49,888.9
1,225.0
51,171.1
264.0
520.0
23,182.6
Jumlah
-
12,067.6
Sumber: BKPM diolah Kemenperin
Laporan Kinerja Makro Ekonomi dan Sektor Industri Triwulan II (Semester I) Tahun 2014
31
Dari 12 cabang industri yang ada dalam pembentukan PMDN pada sektor sekunder ini, cabang industri makanan memberikan kontribusi terbesar pada triwulan II-2014 yaitu 40,84 persen dengan nilai Rp4.928,9 milliar. Sedangkan untuk pertumbuhan investasi terbesar pada triwulan II2014 dibanding triwulan sebelumnya, ada pada Industri Karet dan Plastik dari Rp60,5 milliar menjadi Rp1.171,3 milliar atau sebesar 1837,34 persen. Lalu diikuti oleh Industri Kimia dan Farmasi sebesar 97,93 persen; dan Industri Tekstil sebesar 9,12 persen. 2.5
PERKEMBANGAN MONETER 10 8
Persen
6 4 2
bulan ke bulan
Kalender
Jul
Jun
Mei
Apr
Mar
Feb
Jan'14
Des
Nov
Okt
Sept
Agt
Jul
Jun
Mei
Apr
Mar
Feb
-2
Jan'13
0
Tahun ke Tahun
Grafik 2.7 Tingkat Inflasi Bulan ke Bulan, Tahun Kalender, dan Tahun ke Tahun Gabungan 82 Kota, 2013 - 2014 Pada bulan Juli 2014 terjadi inflasi sebesar 0,93 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 113,05. Bila berdasarkan tahun kalender, inflasi Juli 2014 tercatat sebesar 2,94 persen. Apabila berdasarkan tingkat inflasi tahun ke tahun, juli 2014 terhadap juli 2013, sebesar 4,53 persen. Inflasi terkendali karena dipengaruhi oleh datangnya musim panen, moderasi permintaan domestik, dan minimalnya tekanan harga global. 32
Laporan Kinerja Makro Ekonomi dan Sektor Industri Triwulan II (Semester I) Tahun 2014
Sedangkan inflasi terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya indeks seluruh kelompok pengeluaran, yaitu: kelompok bahan makanan 1,94 persen; kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau 1,00 persen; kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar 0,45 persen; kelompok sandang 0,85 persen; kelompok kesehatan 0,39 persen; kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga 0,45 persen; dan kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan 0,88 persen. Tabel 2.17 IHK dan Tingkat Inflasi Gabungan 82 Kota Juli 2014, Tahun Kalender 2014, dan Tahun ke Tahun Menurut Kelompok Pengeluaran (2012=100) IHK No
Kelompok Pengeluaran
Umum 1 Bahan Makanan 2 Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau 3 Perumahan, Air, Listrik, Gas, dan Bahan Bakar 4 Sandang 5 Kesehatan 6 Pendidikan, Rekreasi, dan Olah Raga 7 Transpor, Komunikasi, dan Jasa Keuangan
IHK
Juli 2013 Des 2013 108.15 115.96 106.66 104.85 100.53 106.44 103.3 112.53
109.82 114.64 109.92 107.63 103.31 105.00 105.68 113.49
IHK Juli 2014 113.05 119.69 114.05 110.5 105.62 108.40 107.2 115.86
Inflasi Laju Inflasi 1 Juli 2014 tahun Kalender 2 2014 0.93 1.94 1.00 0.45 0.85 0.39 0.45 0.88
2.94 4.41 3.76 2.67 2.24 3.24 1.44 2.09
Inflasi Tahun ke 3 Tahun 4.53 3.22 6.93 5.39 5.06 4.8 3.78 2.96
Sumber: BPS diolah Kemenperin 1
Persentase perubahan IHK Juli 2014 terhadap IHK bulan sebelumnya
2
Persentase perubahan IHK Juli 2014 terhadap IHK Desember 2013
3
Persentase perubahan IHK Juli 2014 terhadap IHK Juli 2013
Beberapa komoditas yang mengalami kenaikan harga pada Juli 2014 antara lain: ikan segar, tarif listrik, tarif angkutan antar kota, tarif angkutan udara, beras, daging sapi, telur ayam ras, bayam, tomat sayur, bawang merah, rokok kretek filter, emas perhiasan, bensin, mie kering instant, ayam hidup, daging ayam kampung, daging ayam ras, ikan diawetkan, kacang panjang, kangkung, kentang, anggur, apel, pepaya, pir, semangka, tomat buah, cabai merah, kelapa, ayam bakar, ayam goreng, ikan bakar,makanan Laporan Kinerja Makro Ekonomi dan Sektor Industri Triwulan II (Semester I) Tahun 2014
33
ringan/snack, mie, nasi dengan lauk, siomay, soto, rokok kretek, rokok putih, tarif kontrak rumah, upah tukang bukan mandor, uang sekolah TK, uang sekolah SD, mobil, dan tarif kereta api. Sedangkan komoditas yang mengalami penurunan harga adalah: wortel. Untuk perkembangan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS, sejak April
hingga
Juni 2014
nilai
tukar
rupiah mengalami pelemahan.
Berdasarkan catatan Bank Indonesia, pada bulan April 2014 rupiah ditutup di level Rp11.562 melemah 1,74 persen dibandingkan akhir bulan Maret atau point to point (ptp). Secara rata-rata atau month to month (mtm), rupiah pada bulan April Rp 11.439 atau melemah 0,17 persen dari bulan sebelumnya. Hal ini dipengaruhi oleh kekhawatiran atas perlambatan ekonomi Tiongkok dan eskalasi ketegangan geopolitik di perbatasan Ukraina-Rusia. Pada bulan Mei, rupiah mengalami depresiasi. Menurut Bank Indonesia, rupiah secara rata-rata (mtm) melemah 0,81 persen dari bulan sebelumnya menjadi Rp 11.532 per dolar AS. Dibandingkan dengan akhir bulan lalu (ptp), rupiah terdepresiasi sebesar 0,97 persen atau pada level Rp11.675 per dolar AS. Hal ini disebabkan oleh permintaan korporasi atas dolar cenderung meningkat untuk pembayaran hutan luar negeri dan repatriasi dividen. Untuk bulan Juni, rupiah secara rata-rata (mtm) melemah 3,03 persen dari bulan sebelumnya menjadi Rp 11.892 per dolar AS. Sedangkan secara ptp, rupiah terdepresiasi sebesar 1,52 persen dan ditutup pada level Rp 11.855 per dolar AS. Hal ini dipengaruhi oleh perilaku investor yang menunggu hasil pemilihan umum Presiden 2014. Sedangkan untuk suku bunga, sejak bulan April hingga Juni 2014, berdasarkan catatan Bank Indonesia suku bunga lending facility dan deposit
facility masing-masing tetap pada level 7,50 persen dan 5,75 persen. 34
Laporan Kinerja Makro Ekonomi dan Sektor Industri Triwulan II (Semester I) Tahun 2014
Kebijakan ini adalah upaya untuk mengarahkan inflasi menuju ke sasaran 4,5+1% pada 2014 dan 4+1% pada 2015. 2.6
PROYEKSI PENDUDUK DAN TENAGA KERJA INDUSTRI Berdasarkan data dari BPS, diperkirakan pada tahun 2035 jumlah
penduduk Indonesia mencapai 305 juta orang. Dengan penyumbang penduduk terbesar berada di Pulau Jawa sebesar 167 juta orang atau sebesar 54,74 persen dari total penduduk di tahun tersebut. Meskipun demikian, pertumbuhan rata-rata per tahun penduduk Indonesia selama periode 2010 – 2035 menunjukkan kecenderungan menurun. Hal ini disebabkan oleh tingkat kelahiran yang lebih cepat daripada tingkat penurunan kematian. Dimana angkat kelahiran kasar turun dari sekitar 21 per 1000 penduduk pada awal proyeksi menjadi 14 per 1000 penduduk pada akhir proyeksi. Sedangkan angka kematian kasar naik dari 6,4 per 1000 penduduk menjadi 8,8 per 1000 penduduk. Tabel 2.18 Proyeksi Penduduk Indonesia 2010 - 2035 (Ribuan)
Tahun Wilayah Pulau Sumatera Pulau Jawa Bali dan Kep Nusa Tenggara Pulau Kalimantan Pulau Sulawesi Kep Maluku Pulau Papua Indonesia
2010 2015 2020 2025 2030 2035 50,860.30 55,272.90 59,337.10 62,898.60 65,938.30 68,500.00 137,033.30 145,143.60 152,449.90 158,738.00 163,754.80 167,325.60 13,129.70 14,108.50 15,047.80 15,932.40 16,751.40 17,495.70 13,850.90 15,343.00 16,769.70 18,082.60 19,264.00 20,318.10 17,437.10 18,724.00 19,934.00 21,019.80 21,953.50 22,732.00 2,585.20 2,848.80 3,110.70 3,363.70 3,603.60 3,831.40 3,622.30 4,020.90 4,417.20 4,793.90 5,139.50 5,449.60 238,518.80 255,461.70 271,066.40 284,829.00 296,405.10 305,652.40
Sumber: BPS diolah Kemenperin
Bila dilihat dari proyeksi penduduk pada tahun 2035, usia kerja 15 – 64 tahun jumlahnya akan meningkat menjadi 67,9 persen atau sebesar 207 juta orang sedangkan untuk yang berusia 65 tahun keatas naik menjadi Laporan Kinerja Makro Ekonomi dan Sektor Industri Triwulan II (Semester I) Tahun 2014
35
10,6 persen. Perubahan susunan ini mengakibatkan beban ketergantungan (dependency ratio) turun dari 50,5 persen pada tahun 2010 menjadi 47,3 persen pada tahun 2035. Menurunnya rasio beban ketergantungan menunjukkan berkurangnya beban ekonomi bagi penduduk umur produktif (usia kerja) yang menanggung penduduk umur tidak produktif. Tabel 2.19 Proyeksi Proporsi Penduduk Usia 15 - 65 Tahun 2010 - 2035 (Persen)
Usia 15 - 64 65+
2010 66.50 5.00
2015 67.30 5.40
Tahun 2020 2025 67.70 67.90 6.20 7.50
2030 68.10 9.00
2035 67.90 10.60
Sumber: BPS
Penyerapan tenaga kerja sektor industri dari tahun 2010 – 2012 mengalami peningkatan meskipun pada tahun 2013 mengalami penuruan. Peningkatan ini berkaitan dengan investasi yang dilakukan baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Secara rata-rata dari tahun 2010 – 2012, tenaga kerja mengalami pertambahan sebanyak 837.959 orang dengan laju pertumbuhan sebesar 6,16 persen per tahun. Total penyerapan tenaga kerja sektor industri dari tahun 2009 – 2013 sebanyak 71.333.176 orang, dimana Industri Makanan, Minuman dan Tembakau memberikan kontribusi terbesar yaitu sebesar 28 persen.
36
Laporan Kinerja Makro Ekonomi dan Sektor Industri Triwulan II (Semester I) Tahun 2014
Tabel 2.20 Tenaga Kerja Sektor Industri Pengolahan Non Migas Tahun 2009 – 2013 (Orang) No
Jenis Industri
1
Makanan, Minuman dan Tembakau
3,526,972
3,734,252
4,134,133
4,338,042
4,090,882
2
Tekstil, Brg. kulit & Alas kaki
3,153,708
3,486,086
3,594,999
3,706,724
3,671,473
3
Brg. kayu & Hasil hutan lainnya
2,563,109
2,739,038
2,267,393
2,419,211
2,021,299
4
Kertas dan Barang cetakan
554,923
589,547
363,011
401,997
637,436
5
Pupuk, Kimia & Barang dari karet
721,022
835,268
931,522
1,013,240
1,044,926
6
Semen & Brg. Galian bukan logam
1,102,982
977,241
1,223,612
1,257,265
1,136,401
7
Logam Dasar Besi & Baja
115,347
144,321
335,441
395,196
238,614
8
Alat Angk., Mesin & Peralatannya
877,017
1,001,925
1,204,251
1,307,058
1,555,084
9
Barang lainnya
193,896
288,424
467,066
484,120
487,702
12,808,976
13,796,102
14,521,428
15,322,853
14,883,817
Total
2009
2010
2011
2012
2013
Sumber: Sakernas berbagai tahun (BPS)
Laporan Kinerja Makro Ekonomi dan Sektor Industri Triwulan II (Semester I) Tahun 2014
37
38
Laporan Kinerja Makro Ekonomi dan Sektor Industri Triwulan II (Semester I) Tahun 2014
BAB III ISU AKTUAL Pertumbuhan perekonomian
Indonesia pada
triwulan II-2014
sebesar 5,12 persen sedikit melambat bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Perlambatan ini bisa disebabkan banyak faktor, antara lain ekonomi, sosial, dan politik yang berkembang di tanah air. Pada triwulan II2014 tersebut, ada beberapa isu yang cukup menyita perhatian dan dimungkinkan mempengaruhi laju perekonomian, yang antara lain isu mengenai pemilihan presiden dan wakil presiden 2014, penerbitan uang baru nominal Rp100.000, dan rencana kenaikan BBM.
3.1
PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN Perhelatan akbar 5 tahunan ini sangat dinanti oleh para pelaku pasar
maupun para investor. Dengan adanya presiden baru, maka akan menentukan arah kebijakan perekonomian Indonesia selanjutnya. Para pelaku pasar dan investor akan mengikuti proses pemilu dr awal sampai dengan selesai. Kondisi ini membuat para pelaku pasar mengambil sikap menunggu sampai dengan terpilihnya presiden, ini berdampak pada pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS mengalami pelemahan, dari bulan April nilai tukar sebesar Rp11.439 terus mengalami kenaikan hingga menjadi Rp11.892 pada bulan Juni 2014. Menghadapi pemilihan umum presiden dan wakil presiden yang dilaksanakan pada tanggal 9 Juli 2014, dari sektor ekonomi terjadi pelemahan nilai rupiah terhadap dollar AS sehingga dapat mengakibatkan kenaikan
harga
pada
barang-barang
impor.
Secara
psikologis,
ini
berdampak atau akan mempengaruhi kenaikan barang lainnya. Hal ini terlihat dari inflasi pada bulan Mei sebesar 0,16 persen menjadi 0,43 pada
Laporan Kinerja Makro Ekonomi dan Sektor Industri Triwulan II (Semester I) Tahun 2014
39
bulan Juni, ada beberapa komoditas yang mengalami kenaikan harga pada periode tersebut sebagaimana telah diuraikan pada Bab II Buku ini. 3.2
PENERBITAN UANG NOMINAL RP100.000 Isu mengenai penerbitan uang baru nominal Rp100.000 dapat
dimungkinkan mempengaruhi inflasi. Secara teori apabila uang yang beredar terlalu banyak, maka mengakibatkan transaksi ekonomi juga meningkat. Namun dengan tidak diimbanginya suplai barang membuat pasar tidak bisa memenuhi permintaan, dampaknya membuat harga akan meningkat. Menurut Kepala Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) UI, I Kadek Dian Sutrisna Artha, Bank Indonesia harus mempunyai data yang akurat mengenai jumlah uang yang beredar dan yang akan diedarkan. Hal ini menjadi tantangan bagi Bank Indonesia dalam memonitor jumlah uang yang beredar dimasyarakat setelah pencetakan uang baru diterbitkan ke masyarakat. Gambar 3.1 Desain Uang Rp100.000 Edisi Tahun Emisi 2014
Sumber: Bank Indonesia
Karena dalam catatan sejarah Bank Indonesia, pada tahun 1954 – 1959 Indonesia pernah menghadapi inflasi yang tinggi akibat jumlah uang yang beredar terlalu banyak dan tidak di imbangi peningkatan out rill. Pada 40
Laporan Kinerja Makro Ekonomi dan Sektor Industri Triwulan II (Semester I) Tahun 2014
tahun 1958 terjadi inflasi sebesar 46 persen dengan jumlah uang yang beredar Rp 29.372 juta sedangkan pada tahun 1959 jumlah uang yang beredar melonjak Rp 5.517 juta menjadi Rp 34.889 juta dengan inflasi sebesar 22 persen.
3.3
RENCANA KENAIKAN HARGA BBM Tabel 3.1 Perkembangan Harga BBM 2005 – 2013 (Rp)
Tahun 2005 2008 2009 2013
Tanggal 1 Mar 05 1 Okt 05 24 Mei 08 1 Des 08 15 Des 08 15 Jan 09 22 Jun13
Harga 2400 4500 6000 5500 5000 4500 6500
% 87.50% 33.33% -8.33% -9.09% -10.00% 44.44%
Sumber: ESDM diolah Kemenperin
Isu yang terakhir yaitu rencana kenaikan harga BBM bersubsidi. Dalam catatan sejarah pada pemerintahan SBY-Boediono telah menaikkan harga BBM bersubsidi sebanyak 3 kali dan menurunkannya juga 3 kali. Kenaikan pertama kali pada tanggal 1 Oktober 2005 dari harga Rp2.400 perliter menjadi Rp4.500 perliter. Kenaikan sebesar 87,5 persen ini membuat inflasi di bulan Oktober sebesar 8,7 persen. Dimana penyumbang terbesar inflasi diberikan oleh bensin sebesar 1,88 persen. Lalu pada kenaikan terakhir pada tanggal 22 Juni 2013, dimana dari harga Rp 4.500 perliter menjadi Rp 6.500 perliter atau mengalami kenaikan sebesar 44,4 persen membuat inflasi di bulan juli sebesar 3,29 persen, dengan bensin sebagai penyumbang inflasi terbesar yaitu 0,34 persen.
Laporan Kinerja Makro Ekonomi dan Sektor Industri Triwulan II (Semester I) Tahun 2014
41
Berkaca pada pengalaman yang lalu, dikhawatirkan bila rencana kenaikan BBM bersubsidi ini terealisasi maka dapat memicu inflasi. Karena dengan naiknya harga BBM bersubsidi membuat harga kebutuhan lainnya akan ikut naik, khususnya pada kelompok bahan makanan. Hal ini terkait dengan masalah pengangkutan bahan makanan yang memerlukan bensin. Ketika kebutuhan pokok ikut naik, namun tidak diimbangi dengan pendapatan, maka daya beli masyarakat akan dapat berkurang. Jika berkurang dikhawatirkan akan menambah jumlah masyarakat miskin.
Perkembangan Harga BBM 2005-2013 7000 6000 5000 4000 3000 2000 1 Mar 05
1 Okt 05 24 Mei 08 1 Des 08 15 Des 08 15 Jan 09 22 Jun13 Perkembangan Harga BBM
Sumber: ESDM diolah Kemenperin
Grafik 3.1 Perkembangan Harga BBM Bersubsidi 2005 - 2013
Sedangkan
untuk
sektor
industri
khususnya
sektor
yang
membutuhkan BBM untuk produksi, distribusi dan bahan baku akan terkena dampak. Untuk kenaikan BBM sebesar 33 persen pada tahun 2005 dan 44 persen pada tahun 2008, berdasarkan kajian dari Dirjen Pengembangan Perwilayahan Industri Kementerian Perindustrian yang menggunakan
Computable General Equilibrum (CGE), menurunkan output sektor industri pengolahan non migas sebesar 0,12 persen dan 0,14 persen. Menurut Ketua Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (GAPPMI), pada sektor makanan dan minuman akan mengalami kenaikan harga pangan 5-10 persen bila BBM naik setinggi Rp1.500 42
Laporan Kinerja Makro Ekonomi dan Sektor Industri Triwulan II (Semester I) Tahun 2014
BAB IV PENUTUP Berdasarkan pemaparan pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa perkembangan perekonomian Indonesia selama triwulan II adalah sebagai berikut : 1.
Perekonomian Indonesia yang diukur berdasarkan besaran PDB atas harga berlaku pada triwulan II–2014 mencapai Rp 2.480,8 triliun atau meningkat sebesar 3,19 persen dibanding triwulan sebelumnya.
2.
Perekonomian Indonesia pada triwulan II–2014 bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (q to q) atas harga konstan 2000 mengalami peningkatan sebesar 2,47 persen.
3.
PDB triwulan II-2014 dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya mencerminkan pertumbuhan PDB selama satu tahun
(y-on-y)
meningkat
sebesar
5,12
persen.
Sedangkan
perekonomian Indonesia pada semester I-2014 tumbuh sebesar 5,17 persen. 4.
Dari sisi komponen pengeluaran konsumsi rumah tangga atas dasar harga berlaku, naik dari Rp1.354,7 triliun pada triwulan I-2014 menjadi Rp1.384,1 triliun pada triwulan II-2014. Sedangkan menurut harga konstan, pengeluaran konsumsi rumah tangga naik dari Rp390,3 triliun pada triwulan I-2014 menjadi Rp396,1 triliun pada triwulan II-2014.
5.
Pertumbuhan tertinggi industri non migas triwulan II-2014 dicapai oleh Industri Barang Lainnya sebesar 13,33 persen (y to y). Diikuti berturut-turut oleh Industri Makanan, Minuman dan Tembakau sebesar 9,74 persen; Industri Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya Laporan Kinerja Makro Ekonomi dan Sektor Industri Triwulan II (Semester I) Tahun 2014
43
sebesar 7,53 persen; Industri Kertas dan Barang Cetakan sebesar 5,68 persen; Industri Pupuk, Kimia dan Barang dari Karet sebesar 3,92 persen; Industri Tekstil, Barang Kulit dan Alas Kaki sebesar 3,22 persen; Industri Alat Angkut, Mesin dan Peralatannya sebesar 3,13 persen; Industri Semen dan Barang Galian Bukan Logam sebesar 2,84 persen; dan terakhir Industri Logam Dasar Besi dan Baja sebesar 2,53 persen. 6.
Pada triwulan II-2014, sektor industri yang memberikan kontribusi terbesar terhadap PDB adalah sektor Industri Pengolahan sebesar 23,75 persen dengan nilai Rp589,14 triliun, yang dibentuk oleh Industri Migas sebesar 2,92 persen atau dengan nilai 72,42 triliun dan Industri Non Migas sebesar 20,83 persen atau dengan nilai 516,72 triliun.
7.
Pada triwulan II-2014, cabang industri yang memberikan kontribusi terbesar terhadap industri non migas adalah Cabang Industri Makanan, Minuman dan Tembakau sebesar 36,77 persen atau senilai 190,02 triliun, diikuti oleh Cabang Industri Alat Angkut, Mesin dan Peralatannya sebesar 27,64 persen dan Cabang Industri Pupuk, Kimia dan Barang dari Karet sebesar 11,72 persen.
8.
Ekspor Indonesia pada bulan Juni 2014 mencapai US$15.416,0 juta atau mengalami peningkatan sebesar 4,45 persen dibanding bulan Juni 2013 sebesar US$14.758.9 juta. Bila dibandingkan dengan ekspor bulan Mei 2014, terjadi peningkatan sebesar 4 persen atau dari US$14.823,6 juta menjadi US$15.416,0 juta.
9.
Peningkatan ekspor Juni 2014 disebabkan oleh meningkatnya ekspor non migas sebesar 1,43 persen dari US$12.447,9 juta menjadi US$12.625,7 juta dan Eskpor Migas sebesar 17,45 persen dari US$2.375,7 juta menjadi US$2.790,3 juta. 44
Laporan Kinerja Makro Ekonomi dan Sektor Industri Triwulan II (Semester I) Tahun 2014
10.
Pada periode Jan – Juni 2014 (semester I) ekspor produk industri sebesar US$59,08 milyar atau memberikan kontribusi sebesar 66,51 persen dari total ekspor nasional. Industri pengolahan Kelapa/Kelapa Sawit masih menjadi industri dengan nilai ekspor tertinggi yaitu dengan nilai US$11.634,5 Juta, meningkat sebesar 12,25 persen apabila
dibandingkan dengan
periode
yang
sama
di
tahun
sebelumnya (y on y) 11.
Impor Indonesia pada bulan Juni 2014 mencapai US$15.721,1 juta atau mengalami peningkatan sebesar 0,54 persen dibanding bulan Juni 2013 sebesar US$15.636,0 juta. Bila dibandingkan dengan impor bulan Mei 2014, terjadi peningkatan sebesar 6,44 persen atau dari US$14.770,3 juta menjadi US$15.721,1 juta.
12.
Peningkatan impor Juni 2014 disebabkan oleh meningkatnya impor non migas sebesar 11,41 persen dari US$14.770,3 juta menjadi US$15.721,1 juta. Namun untuk impor migas mengalami penurunan sebesar 8,42 persen dari US$3.706,6 juta menjadi US$3.394,6 juta.
13.
Pada periode Jan – Juni 2014 (semester I) impor produk industri sebesar US$62,5 milyar atau menurun sebesar 7,28 persen bila dibanding dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Industri Besi Baja, Mesin-Mesin dan Otomotif masih menjadi industri dengan nilai impor tertinggi yaitu dengan nilai US$24.576,6 juta.
14.
Realisasi penanaman modal pada triwulan II-2014 sebesar Rp116,2 triliun atau meningkat sebesar 9 persen dari triwulan I-2014 sebesar Rp106,6 triliun. Dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun sebelumnya, realisasi penanaman modal juga meningkat sebesar 16,4 persen. Sedangkan realisasi penanaman modal untuk semester I-2014 sebesar Rp222,8 triliun atau meningkat sebesar 15,6 persen dari semester I-2013. Laporan Kinerja Makro Ekonomi dan Sektor Industri Triwulan II (Semester I) Tahun 2014
45
15.
Realisasi investasi Penanaman Modal Asing (PMA) pada triwulan II2014 sebesar US$7.431,6 juta atau mengalami peningkatan sebesar 8,39 persen bila dibanding dengan triwulan sebelumnya. Bila dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun sebelumnya, investasi PMA mengalami peningkatan dari US$7.172,5 menjadi US$7.431,6 atau meningkat sebesar 3,61 persen. Sedangkan selama periode Januari – Juni 2014, investasi PMA mencapai US$14.287,7 juta, bila dibandingkan dengan semester I 2013 maka investasi PMA mengalami peningkatan sebesar 0,47 persen.
16.
Realisasi investasi Penananaman Modal Dalam Negeri (PMDN) pada triwulan II-2014 sebesar
Rp38.182,8 miliar
atau
mengalami
peningkatan sebesar 10,29 persen bila dibanding dengan triwulan sebelumnya. Bila dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun sebelumnya, investasi PMA mengalami peningkatan dari Rp33.128,0 menjadi Rp38.182,8 atau meningkat sebesar 15,26 persen. Sedangkan selama periode Januari – Juni 2014, investasi PMDN mencapai Rp72.803,9 miliar, bila dibandingkan dengan semester I 2013 maka investasi PMDN mengalami peningkatan sebesar 20,09 persen. 17.
Pada bulan Juli 2014 terjadi inflasi sebesar 0,93 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 113,05. Bila berdasarkan tahun kalender, inflasi Juli 2014 tercatat sebesar 2,94 persen.
18.
Pada bulan Juni, rupiah secara rata-rata (mtm) melemah 3,03 persen dari bulan sebelumnya menjadi Rp11.892 per dolar AS. Sedangkan secara ptp, rupiah terdepresiasi sebesar 1,52 persen dan ditutup pada level Rp11.855 per dolar AS.
46
Laporan Kinerja Makro Ekonomi dan Sektor Industri Triwulan II (Semester I) Tahun 2014