1
BAB I PENGANTAR
1.1
Latar Belakang
Peran pemuda dalam pembangunan sangat penting karena dianggap berada dalam usia yang produktif untuk menunjang berbagai aktivitas pembangunan di berbagai sektor. Pemuda, sebagian besar memiliki kesempatan untuk mengenyam pendidikan tinggi dan memperoleh bekal di masa depan, sebagian lagi menghadapi kenyataan tidak mengenyam pendidikan tinggi atau bahkan putus sekolah. Pemuda dapat diserap di pasar tenaga kerja, dan sebagian lagi tersisih dari persaingan dan menjadi kelompok yang statis. Tidak sedikit pula yang terjun dalam dunia usaha dari mulai yang kecil sampai besar. Pilihan untuk masuk tenaga kerja formal memiliki kecenderungan yang kuat, sementara yang terjun dalam bidang kewirausahaan masih sangat minim. Kondisi ini mengakibatkan terjadinya kelompok pengangguran pada usia produktif. Banyaknya jumlah pengangguran terutama pada umur produktif tak lepas dari paradigma berpikir (mindset) generasi muda yang rata-rata ingin menjadi pegawai, sementara ketersediaan lapangan kerja di sektor formal sangat terbatas. Hal ini sangat disayangkan, mengingat kemampuan dan kreativitas generasi muda saat ini sangat tinggi dan memiliki potensi untuk dikembangkan. Menurut David McClelland (dalam Khasali, 2009: 3), untuk menjadi negara maju dan makmur, minimal jumlah wirausaha yang dibutuhkan
2
adalah 2 persen dari total jumlah penduduk. Untuk menggerakkan roda ekonomi nasional, pemerintah mengharapkan peningkatan yang signifikan untuk angka wirausaha di 2014. Tahun lalu tercatat 1,56 persen wirausaha di Indonesia, dan hingga April ini sudah ada peningkatan menjadi 1,65 persen (http://www.beritasatu.com/). BPS mencatat jumlah wirausahawan per Februari 2014 mencapai 44,20 juta orang dari 118,17 juta orang penduduk Indonesia yang bekerja. Jumlah tersebut terdiri dari jumlah penduduk berusaha sendiri 20,32 juta orang, berusaha dibantu buruh tidak tetap 19,74 juta orang dan berusaha dibantu buruh tetap 4,14 juta orang. Dibandingkan survei yang dihelat BPS Februari 2013, jumah tersebut mengalami peningkatan. Kala itu, jumlahnya mencapai 44,01 juta orang dengan perincian jumlah penduduk berusaha sendiri 19,66 juta orang, berusaha dibantu buruh tidak tetap 20,18 juta orang dan berusaha dibantu buruh tetap 4,06 juta orang (http://www.ciputraentrepreneurship.com). Pemuda merupakan bagian dari masyarakat Indonesia yang majemuk. Menurut Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2009 tentang Kepemudaan, yang tergolong pemuda adalah usia produktif antara 16 hingga 30 tahun. Kemajemukan itu terdapat pada perbedaan kehidupan di provinsi, kota, dan desa, perbedaan status sosial ekonomi dan perbedaan tingkat pendidikan serta ketrampilan. Perbedaan-perbedaan itu sering menimbulkan permasalahan antar kelompok pemuda. Menurut Djaja (2007: 5-8), permasalahan-permasalahan yang sering dihadapi pemuda antara lain: (1) gaya hidup dan nasionalisme; (2)
3
kemiskinan; (3) penyalahgunaan narkotika dan obat terlarang; (4) kenakalan remaja dan kriminalitas; dan (5) pengangguran. Berdasarkan data BPS tahun 2012, TPT (Tingkat Pengangguran Terbuka) penduduk pada kelompok umur muda hasil Sakernas Agustus 2012 sebesar 19,56 persen, yang menggambarkan bahwa dari 100 orang penduduk berumur 15-24 tahun yang termasuk angkatan kerja, terdapat sekitar 20 orang yang menganggur. Angka ini naik sebesar 1, 63 persen bila dibanding Mei 2012 (17,93 persen), dan naik sebesar 0,48 persen bila dibandingkan bulan Februari 2012 (19,08 persen). Permasalahan utama dalam pengembangan kewirausahaan pemuda yakni karena kurangnya kesadaran akan pentingnya menjadi pemuda yang mandiri dan berwirausaha. Pengembangan kewirausahaan pemuda adalah suatu proses yang dilakukan secara terencana, terarah dan berkesinambungan. Pemerintah telah mengupayakan pemberdayaan kewirausahaan pemuda dengan melibatkan berbagai pihak seperti Kementerian Pendidikan, Kementrian Pemuda dan Olahraga, Kementerian KUKM, Ditjen PNFI, Perguruan Tinggi termasuk BUMN untuk memfasilitasi pelatihan dan pembiayaan. Kementerian Pendidikan Nasional telah mengembangkan seperti program Co-op (Cooperative Education Program) sejak tahun 1998. Kemudian, dengan tujuan untuk membentuk wirausaha melalui pendidikan tinggi, mulai tahun 2003 dikembangkan program Co-op yang memberikan kesempatan belajar bekerja secara terpadu pada UKM. Sampai dengan tahun
4
2009, program Co-op di UKM telah diikuti sebanyak 1196 mahasiswa dari 34 perguruan tinggi (Kementerian Pendidikan Nasional, 2010). Berbagai program dan kegiatan untuk mendukung pengembangan kewirausahaan terus dikembangkan oleh Pemerintah seperti Kementerian Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia sejak tahun 2005, yakni penyelenggaraan Kelompok Usaha Pemuda Produktif (KUPP), Sentra Kewirausahaan Pemuda serta melalui pelatihan Kader dan pemilihan Wirausaha Muda Berprestasi (Asdep Kewirausahaan Pemuda, 2009). Pemilihan Wirausaha Muda
Berprestasi
berupaya
untuk
mendorong,
mengembangkan
dan
meningkatkan potensi, prestasi dan kreativitas pemuda yang menghasilkan nilai sehingga diharapkan usaha yang digeluti dapat terus bertahan dan berkelanjutan (Kementrian Pemuda dan Olahraga, 2010: 5). Pengembangan dan pemberdayaan wirausaha secara terstruktur dan berkelanjutan diharapkan akan mampu menyeleraskan struktur perekonomian nasional, mempercepat pertumbuhan ekonomi nasional di atas 6 persen per tahun, mengurangi tingkat pengangguran terbuka, menurunkan tingkat kemiskinan,
mendinamisasi
sektor
riil,
dan
memperbaiki
pemerataan
pendapatan masyarakat (Deputi Bidang Kewirausahaan Pemuda dan Olahraga, 2009).
Pengembangan dan pemberdayaan wirausaha seharusnya diarahkan
pada upaya menumbuhkan wirausaha baru di sektor-sektor yang memiliki produktivitas tinggi yang berbasis pengetahuan, teknologi dan sumberdaya lokal.
5
Pertumbuhan, ketahanan dan stabilitas ekonomi sebuah negara terkait erat dengan karakter para pelaku ekonomi. Wirausaha atau biasa disebut entrepreneur merupakan pelaku ekonomi yang kuat dan dominan pengaruhnya terhadap petumbuhan ekonomi. Mereka adalah orang-orang yang berani mengambil resiko, kreatif dalam menggabungkan dan mengorganisasikan faktor-faktor produksi seperti manusia, ide, material, dan permodalan, untuk memperkenalkan proses atau produk baru, membuka pasar yang baru, sumber bahan baku maupun membentuk organisasi kerja yang baru. Masalah ketenagakerjaan merupakan masalah yang harus dihadapi masing-masing daerah, dari total penduduk usia kerja (15 tahun keatas), sekitar tiga perempat penduduk Kalimantan Tengah termasuk dalam angkatan kerja. Tingkat partisipasi angkatan kerja mengalami fluktuasi selama periode 20112013. Pada tahun 2011 sebesar 73,50 persen, meningkat pada tahun 2012 menjadi 73,79 persen kemudian pada tahun 2013 sebesar 72,63 persen (http://kalteng.bps.go.id/). Salah satu program Kementerian Pemuda dan Olahraga yakni Kelompok Usaha Pemuda Produktif (KUPP) yang sejak tahun 2012 berubah nama menjadi Kelompok Wirausaha Pemuda yang selanjutnya disingkat menjadi KWP, merupakan salah satu upaya pemerintah untuk mengentaskan kemiskinan dan mengurangi pengangguran khususnya pada usia produktif. Program ini dilaksanakan sejak tahun 2005 yang bekerjasama dengan instansi yang menangani masalah kepemudaan yang tersebar di seluruh Indonesia. Dinas Pemuda dan Olahraga Provinsi Kalimantan Tengah merupakan salah satu
6
dinas yang menangani masalah kepemudaan yang mendapatkan dana dekonsentrasi APBN dari pemerintah pusat yakni Kementrian Pemuda dan Olahraga. Program ini dimaksudkan untuk memberdayakan kelompok-kelompok usaha pemuda dalam mengembangkan usaha-usaha kecil agar mampu mandiri. Program kewirausahaan pemuda ini diberikan dalam rangka meningkatkan kemampuan teknis dan managerial kewirausahaan serta meningkatkan kemampuan profesionalisme tenaga kerja muda agar lebih mampu mandiri, memanfaatkan peluang usaha, bahkan menciptakan lapangan kerja bagi kelompoknya. Sejak tahun 2006 hingga saat ini program KWP ini terus dilaksanakan
oleh
Dispora
Provinsi
Kalimantan
Tengah
secara
berkesinambungan. Beberapa kelompok Pemuda dari kabupaten/kota yang tersebar di Kalimantan Tengah yang berkompetisi untuk mendapatkan bantuan dana langsung (block grant) dengan berbagai macam jenis usaha yang dikembangkan. Jenis-jenis usaha tersebut diantaranya yaitu, usaha budidaya ikan kolam atau keramba, usaha penjualan sembako, usaha ternak sapi, ternak ayam, ternak babi, usaha perbengkelan, usaha pembuatan kue, dan lain sebagainya. Bidang usaha perikanan yang merupakan bagian dari sektor pertanian, merupakan salah satu bidang usaha yang diminati oleh para KWP di Kalimantan Tengah, terutama kota Palangka Raya. Terbukti beberapa tahun program ini dilaksanakan setiap tahunnya usaha budidaya ikan dengan
7
menggunakan kolam maupun keramba inilah yang mendapatkan bantuan dana KWP. Produksi perikanan budidaya Kota Palangkaraya setiap tahunnya mengalami kenaikan. Berdasarkan buku publikasi statistik perikanan budidaya provinsi Kalimantan Tengah, pada tahun 2006 sebesar 884,9 ton lalu produksinya naik pada tahun 2007 menjadi 901,95 ton dan pada tahun 2008 produksinya sebesar 1.247,05 ton. Kenaikan produksi perikanan budidaya ini terus berlanjut pada tahun 2009 sebesar 1.359,9 ton atau naik sebesar 9,05 persen dibandingkan tahun 2008. Kenaikan produksi perikanan budidaya ini menurut Dinas Kelautan dan Perikanan Kalimantan Tengah yang termaktub dalam buku profil Sarana dan Prasarana Perikanan Budidaya di Kalimantan Tengah Tahun 2012 merupakan keinginan masyarakatnya yang mau melakukan usaha budidaya ikan baik dalam wadah kolam maupun keramba. Kota Palangka Raya merupakan kota yang mayoritasnya penduduknya rata-rata mengkonsumsi ikan, hal ini berkaitan dengan semakin banyaknya permintaan ikan yang harus dipenuhi. Untuk memenuhi tingginya permintaan akan ikan diperlukan adanya upaya budidaya perikanan sebagai upaya nyata dari pembangunan perikanan yang berkelanjutan. Budidaya perikanan merupakan kegiatan pemeliharaan, perbenihan maupun pembesaran ikan yang bertujuan meningkatkan produksi, produktivitas, dan kualitas (Bardach dkk, 1999: 25).
8
Usaha budidaya ikan air tawar dengan menggunakan jaring apung terbesar terdapat di Kabupaten Seruyan yakni sebesar 189,19 ton (91,5 persen), Kabupaten Barito Utara sebesar 13,50 ton (6,5 persen) dan Kabupaten Sukamara sebesar 4, 28 ton (2,1 persen). Budidaya air tawar dengan menggunakan jaring apung ini jarang ditemui di Provinsi Kalimantan Tengah karena kurang cocok untuk diterapkan. Budidaya ikan air tawar dengan kolamterbesar terdapat di daerah Kabupaten Kapuas yakni sebesar 4.961,64 ton (39,2 persen), Kabupaten Katingan sebesar 1.206,37 ton (9,53 persen), dan Kota Palangka Raya sebesar980,65 ton (7,74 persen). Kemudian budidaya ikan air tawar dengan menggunakan keramba terbesar terdapat di Kabupaten Katingan yakni sebesar 2.605,47 ton (18,98 persen), Kota Palangka Raya sebesar 2.390,27 ton (17,41 persen),
dan
Kabupaten
Barito
Selatan
sebesar
1.366
ton
(14,64).
9
Berikut ini merupakan sebaran produksi budidaya perikanan menurut Kabupaten/Kota yang dapat dilihat dari tabel 1.1, dibawah ini: Tabel 1.1 Produksi Budidaya Air Tawar Menurut Kabupaten / Kota Provinsi Kalimantan Tengah
Budidaya Air Tawar Jaring Jaring Kabupaten/Kota Kolam Keramba Jumlah Kolam Apung Apung (ton) (ton) (ton) (ton) (%) (%) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 1. Kotawaringin Barat 0 488,68 628,08 1.116,76 0 3,86 2. Kotawaringin Timur 0 719,31 1.544,42 2.263,73 0 5,68 3. K a p u a s 0 4.961,64 455,57 5.417,21 0 39,2 4. Barito Selatan 0 538,11 2.009,27 2.547,38 0 4,25 5. Barito Utara 13,5 910,5 1.366,00 2.290,00 6,5 7,2 6. Sukamara 4,28 39,14 55,87 99,29 2,1 0,31 7. Lamandau 0 376,26 258,31 634,57 0 2,97 8. Seruyan 189,19 864,81 1.246,05 2.282,05 91,5 6,83 9.Katingan 0 1.206,37 2.605,47 3.811,84 0 9,53 10.Pulang Pisau 0 308,94 446,63 755,57 0 2,44 11.Gunung Mas 0 301,14 76,86 378,00 0 2,37 12.Barito Timur 0 548,17 394,59 942,76 0 4,34 13.Murung Raya 0 419,72 248,76 668,48 0 3,31 14. Palangka Raya 0 980,65 2.390,27 3.370,92 0 7,74 Kalimantan Tengah 206.97 12.663,44 13.726,15 26.578,56 100 100 Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2013
Keramba Jumlah (%) (8) 4,57 11,25 3,32 14,64 9,95 0,41 1,88 9,07 18,98 3,25 0,56 2,87 1,81 17,41 100
(%) (9) 8,43 16,93 42,52 18,89 23,65 2,82 4,85 100 28,51 5,69 2,93 7,21 5,12 25,15 100
10
Kota Palangka Raya merupakan kota yang memperoleh kesempatan lebih besar untuk mendapatkan bantuan langsung dana KWP karena merupakan ibukota provinsi dan secara jarak lebih dekat dan efisien dibandingkan dengan kabupaten lainnya.Program KWP ini secara tidak langsung memberikan sumbangsih dalam pertumbuhan ekonomi masyarakat Kota Palangka Raya, terutama anggota keluarga kelompok yang menerima bantuan dana langsung dari Dispora Provinsi Kalimantan Tengah. Komponen petumbuhan ekonomi tidak dapat dilepaskan dari komponen pembagian pendapatan. Pertumbuhan ekonomi tanpa terjadinya proses pembagian
pendapatan
atau
sebaliknya
pembagian
pendapatan
tanpa
pertumbuhan ekonomi merupakan sesuatu yang timpang. Aspek pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu aspek yang memegang peranan penting sebagai indikatorpembangunan suatu negara bahkan tidak jarang pertumbuhan ekonomi diidentikkan dengan kesejahteraan dan tingkat kehidupan (Hendra, 1986: 391). Ketahanan ekonomi keluarga merupakan bagian dari ketahanan ekonomi wilayah dan ketahanan ekonomi nasional.
1.2
Permasalahan dan Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan uraian di atas dirumuskan permasalahan penelitian, yakni mayoritas penduduk usia produktif (15 tahun ke atas) menurut UU Kepemudaan Tahun 2009 berjumlah sekitar tiga perempat penduduk Kalimantan Tengah dan tingkat kewirausahaan di Provinsi Kalimantan Tengah
11
khususnya Kota Palangka Raya masih tergolong rendah. Adapun pertanyaan penelitian (research question) ini meliputi: 1. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi dan dapat meningkatkan pendapatan pembudidaya ikan yang dikelola oleh KWPdi Kota Palangka Raya? 2. Bagaimana implikasinya pendapatan pembudidaya ikan yang dikelola oleh KWP terhadap ketahanan ekonomi keluarga di Kota Palangka Raya?
1.3 Penelitian
tentang
Keaslian Penelitian analisis
pendapatandan
faktor-faktor
yang
mempengaruhi produksi usaha budidaya ikan yang dikelola oleh Kelompok Wirausaha Pemuda (KWP) di Kota Palangka Raya serta implikasinya terhadap ketahanan ekonomi keluarga ini belum pernah dilakukan, akan tetapi beberapa penelitian yang sejenis dengan penelitian ini telah banyak dilakukan di beberapa tempat yang berbeda, antara lain : 1. Yusuf (Tesis) pada tahun 2008 meneliti tentang Analisis Pendapatan Nelayan Budidaya Ikan Kerapu Melalui Kolam Jaring Apung di Kabupaten Kotabaru Kalimantan Selatan. Penelitian ini ditinjau dari keilmuan Ekonomika Pembangunan UGM. 2. Hadi (Tesis) pada tahun 2009 meneliti tentang Analisis Pendapatan Usaha Budidaya Ikan dengan Keramba (Studi pada Kecamatan Arut Selatan
12
Kabupaten Kotawaringin Barat). Penelitian ini ditinjau dari keilmuan Ekonomika Pembangunan UGM. 3. Irianto (Tesis) pada tahun 2002 meneliti tentang Analisis Budidaya Ikan dalam kolam Jaring Apung di Kecamatan Tenalai Pura Kota Jambi. Penelitian ini ditinjau dari keilmuan Ekonomika Pembangunan UGM. 4. Subarjo (Tesis) pada tahun 2012 meneliti tentang Peran Kelompok Tani Pembudidaya Ikan “Mina Perkasa” dalam Menunjang Ketahanan Ekonomi Anggota Kelompok (Studi di Purwomartani, Kalasan, Sleman, di Yogyakarta. Penelitian ini ditinjau dari keilmuan Ketahanan Nasional UGM. 5. Bahri (Tesis) pada tahun 2011 meneliti tentang Analisis Pendapatan Petani dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Jagung Di Kecamatan Labangka Kabupaten Sumbawa. Penelitian ini ditinjau dari keilmuan Ekonomika Pembangunan UGM. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu penelitian ini dilakukan di kota Palangka Raya, Provinsi Kalimantan Tengah, dan penelitian ini meneliti tentang analisis pendapatan pembudidaya ikan Kelompok Wirausaha Pemuda (KWP) yang informannya merupakan pemuda dan usaha budidayanya dilakukan tidak hanya di keramba akan tetapi di budidaya di kolam juga. Penelitian sebelumnya seperti penelitian yang dilakukan oleh Irianto (2002) yang meneliti budidaya air tawar jenis patin (Pangasius pangasius), Yusuf (2008) yang melakukan penelitian mengenai analisis
13
pendapatan di jaring kolam atau keramba apung, dan Hadi (2009) yang meneliti analisis pendapatan usaha budidaya ikan dengan keramba. Masing-masing peneliti tersebut hanya meneliti di kolam atau keramba saja. Perbedaan lainnya pada penelitian Subarjo (2012) yang meneliti tentang Peran Kelompok Tani Pembudidaya Ikan dalam menunjang ketahanan ekonomi anggota kelompok, peneliti
menambahkan
analisis
pendapatan
pembudidaya
ikan
yang
dihubungkan dengan dampaknya terhadap ketahanan ekonomi keluarga.
1.4
Tujuan Penelitian
Bertolak dari permasalahan yang telah dikemukakan pada bagian latar belakang, maka penelitian ini difokuskan untuk mencapai tujuan berikut ini: 1. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi budidaya ikan kolam atau keramba dan menganalisis besarnya pendapatan dari kelompok maupun perorangan yang dikelola oleh KWP di Kota Palangkaraya, Provinsi Kalimantan Tengah 2. Mengetahui implikasi dari pendapatan pembudidaya ikan yang dikelola oleh KWP terhadap ketahanan ekonomi keluarga di Kota Palangka Raya.
14
1.5
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan agar dapat memberikan manfaat diantaranya yakni sebagai berikut: 1. Manfaat Praktis: Memberikan bahan masukan maupun sumbangan pemikiran bagi pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah khususnya Dinas Pemuda dan Olahraga Provinsi Kalimantan Tengah, dalam menyusun dan merumuskan kebijakan terutama dalam penerima bantuan langsung (block grant) program Kelompok Wirausaha Pemuda (KWP) 2. Manfaat Teoritis: a. Memperkaya ilmu pengetahuan tentang pengkajian empiris mengenai pendapatan pembudidaya ikan dengan kolam atau keramba b. Bahan referensi bagi pihak lain yang berminat mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai Kelompok Wirausaha Pemuda (KWP)