BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Naskah merupakan obyek material filologi yang menyimpan berbagai ungkapan pikiran dan perasaan
hasil budaya bangsa pada masa lalu (Baried,
1985:54). Naskah yang dimaksud ini adalah karya sastra berbentuk tulisan tangan yang terdapat pada kertas, lontar, kulit kayu atau rotan (Djamaris, 1977:20). Naskah adalah sesuatu yang konkret, yang dapat dipegang dan disentuh, sedangkan teks mengacu ke kandungan naskah yang bersifat abstrak. Teks tersimpan di dalam naskah (Sudjiman, 1994:11). Kandungan yang termuat dalam teks biasanya berupa sejarah, resep obat-obatan, ajaran dari orang saleh, sastra, teks yang memuat adat-istiadat, keagaman, dan lain-lain. Isi teks seperti tersebut di atas belum banyak yang dapat terbaca oleh khalayak umum karena penulisannya menggunakan aksara dan bahasa daerah. Salah satu
tempat yang banyak menyimpan karya-karya bertuliskan
tangan (manuscript) adalah Perpustakaan Pura Pakualaman. Perpustakaan Pura Pakualaman tersebut mengoleksi 251 naskah. Dalam katalog naskah-naskah Perpustakaan Pura Pakualaman dideskripsikan semua koleksi naskah Perpustakaan Pura Pakualaman menjadi 6 kelompok, yakni babad ‘sejarah’, teks Islam, piwulang ‘ajaran’, primbon, sastra, dan lain-lain (terdiri atas teks yang memuat tentang bahasa, adat-istiadat, musik, tari-tarian serta teks-teks yang tidak dapat dimasukkan ke dalam 5 kelompok sebelumnya) (Saktimulya, 2005:vii-viii). Dari semua teks yang terdapat
1
2
di Perpustakaan Pura Pakualaman, terdapat teks yang memuat ajaran agama Islam yang
berasal dari Sultan Agung1. Teks yang memuat isi tersebut adalah Sĕrat
Panatagama (yang selanjutnya disingkat SP). Naskah yang memuat teks Sĕrat Panatagama di Perpustakaan Pura Pakualaman terdapat dua, yakni Kĕmpalan Sĕrat Suluk dengan kode koleksi 0125/PP/73 Pi.10 dan Kĕmpalan Sĕrat Suluk dengan kode koleksi 0133/PP/73 Pi.11 kedua naskah tersebut isinya hampir sama yakni tentang ajaran agama Islam dari Sultan Agung. Pada Kĕmpalan Sĕrat Suluk dengan kode koleksi Pi. 0133/PP/73 11 memang terlihat lebih tebal. Setelah dibuka isinya, banyak ciri khas yang ditemui jika dibandingkan dengan kode koleksi 0125/PP/73
Pi.10 sehingga peneliti memilih
naskah dengan kode koleksi 0133/PP/73 Pi.11. Beberapa ciri khas naskah dengan kode koleksi
0133/PP/73 Pi. 11 antara lain
ejaan bahasa Arab yang ditulis
menggunakan bahasa Jawa, penulisan huruf (k) yang hampir mirip dengan huruf (g), terdapat pula kalimat-kalimat pengandaian, dan lain-lain. Di samping itu kondisi naskah yang hampir rapuh, sehingga peneliti lain enggan untuk meneliti naskah tersebut. Naskah Kĕmpalan Sĕrat Suluk dengan kode koleksi 0133/PP/73 Pi. 11 terdiri dari 488 halaman yang berisi 31 judul teks piwulang yang diungkapkan dalam bentuk puisi dan prosa. Adapun isi teksnya 1. Suluk Seh Tekawardi 2. Suluk Seh
1
Sultan Agung memerintah di Mataram dari tahun 1613-1645. Sultan Agung dikenal juga sebagai Sultan Abdurahman dan Khalifatullah Sayyidin Panatagama ing Tanah Jawi, yang berarti Khalifatullah pemimpin dan penegak agama di tanah Jawa. (Amin, 2002:232)
3
Hidayatulah, 3. Suluk Witadriya, 4. Suluk Nugraha, 5. Suluk Kutup, 6. Suluk Su’al Masalah, 7. Suluk Martabat Sanga, 8. Suluk Wĕjang, 9. Suluk Sadad Iman dan Jati Pancadriya , 10. Suluk Ibnu Ngabas, 11. Suluk Waleh, 12. Suluk Seh Mlaya, 13. Suluk Pecahing Patekah, 14. Suluk Purwaduksina, 15. Suluk Suryangalaga, 16. Kitab Bayan Mani, 17. Kitab Maknawi, 18. Sĕrat Martabat Pitu, 19. Suluk Wali Brata Ngelmi, 20. Sĕrat Suratanayam, 21. Sĕrat Rama, 22. Sĕrat Dewaruci, 23. Sĕrat Wintaraga, 24. Sĕrat Sastrahajendra, 25. Sĕrat Cĕcangkriman, 26. Sĕrat Pangracutan, 27. Sĕrat Panatagama, 28. Sĕrat Panuwuh Jati, 29. Sĕrat Kahanan Jati, 30. Sĕrat Pangreh Praja, 31. Sĕrat Wĕjang (Saktimulya, 2005:83-85). Teks ke27 adalah Sĕrat Panatagama yang diungkapkan dalam bentuk prosa. Dari 31 teks dalam Kĕmpalan Sĕrat Suluk ini 16 teks merupakan teks Suluk. Adapun sisanya merupakan ajaran atau piwulang.
Suluk
adalah layang
tĕmbang sing ngĕmot ngelmu gaib (Poerwadarminta, 1939:571). Dapat diartikan bahwa suluk merupakan syair lagu yang memuat ilmu-ilmu gaib. Suluk dalam kamus bahasa Indonesia mempunyai dua arti, yang pertama jalan kesempurnaan batin, tarekat, mistik, sedangkan arti yang kedua adalah nyanyian dalang yang dilakukan ketika akan memulai suatu adegan (babak) dalam pertunjukan wayang (Tim penyusun, 2008: 1386). Dalam hal ini suluk adalah jalan kesempurnaan batin, tarekat, mistik buka nyanyian dalang. Ajaran moral dalam susastra suluk biasanya dikaitkan dengan empat tahap perjalanan menuju ke kesempurnaan manusia, yaitu tahap syariat, tarikat, hakikat, dan makrifat (Darusuprapta. dkk, 1990:2).
4
Panata gama (agama) dalam Baoesastra Djawa berarti wong kang nata ‘orang yang menata/mengatur’ (Poerwadarminta, 1939: 594). Sehingga panata gama (agama) berarti orang yang mengatur agama. Teks SP ini terdapat dalam Kĕmpalan Sĕrat Suluk yang tergolong piwulang atau ajaran. Biasanya suluk berbentuk puisi, tetapi teks SP berbentuk prosa yang berisi ajaran agama Islam dari Sultan Agung.
1.2 Rumusan Masalah Teks SP
merupakan teks masa lampau yang ditulis
dengan
menggunakan aksara Jawa dan berbahasa Jawa. Hal ini membuat teks SP kurang dapat dimengerti oleh pembaca yang tidak mengerti bahasa dan aksara Jawa.
1.3 Tujuan Penelitian a. Menyajikan suntingan teks SP yang beraksara Jawa menjadi huruf Latin agar dapat mudah dibaca oleh semua kalangan pembaca. b. Menerjemahkan isi teks SP ke dalam bahasa Indonesia sehingga diharapkan pembaca yang kurang menguasai bahasa Jawa dapat membacanya dengan mudah dan mengetahui isi teks SP.
1. 5 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dibatasi pada teks yang terdapat dalam naskah Kĕmpalan Sĕrat Suluk
milik Perpustakaan Pustaka Pura Pakualaman dengan kode koleksi
0133/PP/73 Pi.11 pada bagian ke 27 yakni Sĕrat Panatagama yang dimulai dari
5
halaman 332 sampai 373. Penelitian SP ini menitikberatkan pada suntingan teks beserta terjemahannya. 1. 6 Tinjauan Pustaka Berdasarkan pengamatan penulis hingga saat ini penelitian dengan topik Suntingan teks dan Terjemahan tentang teks SP belum pernah dilakukan. Namun demikian bukan berarti penelitian mengenai Sultan Agung belum pernah dilakukan. Penelitian yang dilakukan mengenai Sultan Agung pada umumnya mengupas pemerintahan Sultan Agung. Salah satu penelitian terdahulu yang mengulas Sultan Agung adalah Almihasih (1996/1997) berjudul Sĕrat Nitik Ingkang Sinuwun Kangjĕng Sultan Agung di Mataram.
Penelitian tersebut hanya mengalihaksarakan Sĕrat Nitik
Ingkang Sinuwun kangjĕng Sultan Agung di Mataram dari aksara Jawa ke dalam aksara Latin, tidak ada alih bahasa dari bahasa Jawa ke bahasa Indonesia.
1. 7 Landasan Teori Pembahasan teks SP sebagai objek penelitian ini menggunakan teori filologi. Filologi berasal dari kata Yunani philos ‘cinta’ dan logos ‘kata’ biasanya dikaitkan dengan pengkajian tentang isi atau makna teks suatu naskah lama (Sudjiman, 1994:97). Filologi adalah suatu pengetahuan tentang sastra-sastra dalam arti yang luas yang mencakup bidang kebahasaan, kesastraan, dan kebudayaan (Baried, 1985:1). Filolog mulai menggunakan materi yang belum pernah dibahas dalam bentuk naskah yang belum diterbitkan. Filolog menawarkan produk dalam
6
bentuk terbitan kepada pembaca yang berminat, sehingga sifat dan isi teks dapat dipahami (Robson, 1994:12). Suntingan teks yang digunakan untuk memperbaiki bacaan mengikuti perbaikan bacaan yang digunakan oleh Kuntara Wiryamartana (1990:32) yakni perbaikan bacaan dilakukan dengan menghilangkan sedapat mungkin hambatan pada suatu teks atau dengan kata lain merekonstruksi bagian teks yang susah untuk dipahami sehingga teks tersebut dapat dipahami. Dalam menyunting suatu teks diperlukan aparat kritik yang bertujuan untuk memberikan koreksi ke dalam teks tanpa mengubah makna teks tersebut (Robson, 1994:25). Definisi terjemahan hakikatnya ialah pemindahan gagasan dan pesan teks tertulis dari suatu bahasa sumber ke bahasa lain dengan persyaratan bahwa hasil pemindahan tersebut mempunyai gaya bahasa dan makna yang sepadan dengan bahasa sumbernya (Nadar, 2007:10). Terjemahan memiliki banyak ragam, tergantung dari sudut mana menyoroti naskah yang diminati. Ragam terjemahan yang popular yaitu kata demi kata (word-for-word), terikat/harafiah (literal), dan bebas (free). Terjemahan kata demi kata dilakukan sesuai dengan namanya , menitik beratkan pada kata demi kata. Terjemahan harafiah (literal) didasarkan pada konsepsi bahwa penerjemah hendaknya berlaku setia kepada naskah aslinya. Dari segi
bentuk
maupun struktur kalimatnya sesuai dengan naskah asli. Terjemahan bebas dilakukan tidak terikat oleh bentuk maupun struktur kalimat yang terdapat pada naskah. Penerjemah boleh melakukan modifikasi kalimat agar maksud penulis lebih mudah
7
dimengerti oleh pembaca (Hanafi,1986:54-58). Dalam penelitian teks SP ini akan menggunakan tiga ragam terjemahan, dengan cara menggabungkan ketiga ragam di atas. 1. 8 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini merujuk pada teori Reynold and Wilson (1978). Tahap pertama recensio ‘pertimbangan teks’ dilakukan melalui studi katalog sehingga terpilih teks SP. Inventarisasi teks ini dilakukan melalui Katalog naskah-naskah Perpustakaan Pura Pakualaman. Terdapat dua teks SP, yang pertama dalam Kĕmpalan Sĕrat Suluk dengan kode 0125/PP/73 Pi. 10 dan yang kedua dalam Kĕmpalan Sĕrat Suluk dengan kode 0133/PP/73 Pi.11 kemudian dilakukan proses eliminasi sehingga terpilih Kĕmpalan Sĕrat Suluk dengan kode 0133/PP/73 Pi.11. Langkah ini dilanjutkan dengan pengumpulan referensi yang menunjang dan berkaitan dengan penelitian. Setelah teks SP ditentukan dan dipilih, maka langkah selanjutnya adalah pengolahan data. Pengolahan data ini melalui pengkajian filologi mengenai pernaskahan dan teksnya. Tahap awal pengolahan data ini adalah deskripsi naskah dan deskripsi teks SP. Deskripsi naskah digunakan untuk menggambarkan kondisi riil naskah yang digunakan sebagai objek penelitian. Sedangkan deskripsi teks digunakan untuk menggambarkan isi teks seperti bahasa dan aksara yang digunakan, penulis atau penyalin, dan lain-lain. Proses selanjutnya adalah
proses transliterasi teks SP karena teks SP
menggunakan aksara Jawa sehingga memerlukan proses transliterasi untuk
8
memudahkan pembaca dalam membaca teks. Proses transliterasi berupa pengalihan dari aksara Jawa ke dalam aksara Latin. Selanjutnya
dilakukan tahap examinatio ‘pengujian teks’ yang disajikan
berupa suntingan edisi perbaikan bacaan. Metode perbaikan bacaan digunakan untuk memperbaiki bacaan jika terjadi penghilangan kata atau kelebihan kata dalam proses penyalinan teks. Setelah teks diperbaiki, proses terakhir adalah menerjemahkan bahasa Jawa ke dalam bahasa Indonesia. Terjemahan yang disajikan dalam penelitian ini dibatasi pada bahasa Jawa.
1. 9 Sistematika Penyajian Hasil dari penelitian ini akan disajikan menjadi empat bab. Bab I merupakan bab Pendahuluan, isi bab pendahuluan
ialah latar
belakang penelitian teks SP, rumusan masalah yang terdapat dalam teks SP, tujuan yang ingin dicapai pada penelitian terhadap teks SP, ruang lingkup penelitian teks SP, tinjauan pustaka yang terdahulu, landasan teori sebagai landasan penelitian, metode penelitian yang digunakan pada penlitian teks SP, dan sistematika penyajian. Bab II merupakan deskripsi naskah Kĕmpalan Sĕrat Suluk dan teks Sĕrat Panatagama. Dalam bab ini, naskah Kĕmpalan Sĕrat Suluk dideskripsikan secara umum yakni judul, nomor inventaris, sampul, jilidan, ukuran naskah, ukuran kolom naskah, penomoran halaman, jumlah halaman, warna tinta, kertas dan kuras. Selanjutnya teks SP dideskripsikan meliputi: judul, penyalin atau pengarang, tempat penyalinan atau pengarang, aksara, bahasa, bentuk/gaya penulisan, bentuk dan isi.
9
Bab III berisi suntingan teks dan terjemahan SP. Dalam bab ini menyajikan pedoman suntingan, pengantar suntingan teks, suntingan teks, pengantar terjemahan, dan terjemahan teks SP. Bab IV merupakan penutup. Bab ini berisi kesimpulan
dan saran.
Kesimpulan berisi jawaban terhadap rumusan masalah, sedangkan saran berisi saran dari peneliti.