BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah Meningkatnya jumlah wisatawan yang datang ke Bali membuat bisnis
perhotelan di Bali, khususnya di Kabupaten Badung mengalami pertumbuhan yang sangat pesat. Pertumbuhan yang pesat tersebut mengakibatkan terjadinya persaingan yang sangat ketat. Semakin kompetitifnya dunia bisnis perhotelan saat ini membuat para pebisnis dituntut untuk mampu menjalankan usahanya dengan cara yang efektif serta efisien agar dapat memenangkan kompetisi bisnis yang terjadi. Untuk dapat menjalankan perusahaannya secara efektif dan efisien, manajemen perusahaan perlu menerapkan sistem perencanaan dan pengendalian yang andal agar kegiatan bisnis yang dilakukan perusahaan dapat berlangsung sesuai dengan regulasi yang telah ditetapkan (Sujana, 2010). Hansen dan Mowen (2011:423) mengungkapkan bahwa anggaran adalah salah satu elemen penting dalam proses perencanaan dan pengendalian. Anggaran adalah sebuah rencana tertulis mengenai operasional perusahaan yang dinyatakan dalam bentuk kuantitatif untuk periode tertentu dan pada umumnya dinyatakan dalam bentuk satuan uang, namun dapat pula dinyatakan dalam bentuk satuan barang atau jasa (M. Nafarin, 2007:11). Dalam proses perencanaan, anggaran memaksa manajemen untuk merencanakan masa depan dan mendorong para manajer untuk mengembangkan arah organisasi secara menyeluruh, mengantisipasi masalah, dan mengembangkan kebijakan masa depan. Sedangkan dalam proses pengendalian, anggaran
1
memberikan batasan yang dapat mengendalikan penggunaan berbagai sumber daya perusahaan dan memotivasi karyawan (Hansen dan Mowen, 2011:424). Penyusunan anggaran yang baik memerlukan partisipasi dari seluruh anggota organisasi. Pihak yang terlibat dalam penyusunan anggaran dapat dibedakan menurut dua kelompok yaitu atasan (principal) dan bawahan (agent). Partisipasi penganggaran merupakan suatu proses dalam organisasi yang melibatkan para manajer dalam penentuan tujuan anggaran yang menjadi tanggung jawabnya (Brownel, 1982). Partisipasi penganggaran ini diperlukan karena manajer tingkat bawahlah yang lebih memahami kondisi langsung bagiannya. Perumusan anggaran yang hanya didasarkan pada kehendak atasan tanpa melibatkan bawahan akan membuat para bawahan mengalami kesulitan dalam mencapai target anggaran. Sebaliknya, perumusan anggaran yang hanya dilakukan oleh bawahan dapat mengakibatkan rendahnya motivasi bawahan untuk mencapai target anggaran. Penganggaran partisipatif berdampak langsung terhadap perilaku manusia (Siegel dan Marconi, 1989). Dampak tersebut dapat berupa perilaku positif maupun perilaku negatif. Perilaku yang positif akan timbul jika tujuan pribadi masing-masing manajer selaras, serasi, dan seimbang dengan tujuan perusahaan (goal congruence) dan manajer memiliki kemauan untuk memenuhinya (Warindrani, 2006). Disisi lain, anggaran partisipatif juga dapat menimbulkan perilaku
disfungsional
(dysfunctional
bertentangan dengan tujuan perusahaan.
2
behaviour)
yang
pada
dasarnya
Salah satu wujud dari perilaku disfungsional tersebut adalah senjangan anggaran (budgetary slack). Senjangan anggaran didefinisikan sebagai selisih antara sumber daya yang sesungguhnya dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan secara efektif dengan sejumlah sumber daya yang ditambahkan untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut (Siegel dan Marconi, 1989). Senjangan anggaran dapat pula diartikan sebagai tindakan bawahan yang mengecilkan kapabilitas produktifnya saat ia diberikan kesempatan untuk menentukan standar kerjanya (Young, 1985). Senjangan anggaran dapat muncul ketika seorang manajer dengan sengaja memerkirakan tingkat pendapatan lebih rendah (understate revenue) dan tingkat biaya lebih tinggi (overstate cost). Perilaku ini dilakukan dengan tujuan untuk memudahkan manajer dalam mencapai target pada anggaran sehingga dapat menimbulkan kesan pada para prinsipal bahwa manajer tersebut memiliki kinerja yang baik. M.Faruq (2013) mengatakan bahwa alasan dilakukannya senjangan anggaran oleh para manajer adalah untuk menyediakan suatu margin keselamatan (margin of safety) untuk memenuhi tujuan yang dianggarkan. Partisipasi dalam proses perumusan anggaran juga memberikan kewenangan kepada para manajer pusat pertanggungjawaban untuk menetapkan isi dari anggaran mereka. Pemberian kewenangan ini memberikan kesempatan bagi para partisipan untuk menyalahgunakan kewenangan yang ia miliki dengan memudahkan pencapaian anggaran sehingga dapat merugikan perusahaan (Sujana, 2010). Penelitian
mengenai
pengaruh
partisipasi
penganggaran
terhadap
senjangan anggaran telah banyak dilakukan. Namun hasil dari berbagai penelitian
3
tersebut masih menimbulkan silang pendapat. Sebagian peneliti mengungkapkan bahwa partisipasi penganggaran yang tinggi berdampak positif pada senjangan anggaran. Sedangkan sebagian peneliti lainnya mengungkapkan hasil yang sebaliknya yaitu, partisipasi penganggaran yang tinggi justru berdampak negatif pada senjangan anggaran. Beberapa peneliti yang menyatakan bahwa partisipasi penganggaran berpengaruh positif dan signifikan pada senjangan anggaran antara lain adalah Veronica dan Komang (2009), Armaeni (2012) dan Lestari (2015). Hasil penelitian mereka menunjukkan bahwa partisipasi yang tinggi dalam proses penyusunan anggaran dapat menimbulkan senjangan anggaran yang tinggi pula. Beberapa peneliti lainnya justru mengemukakan pendapat yang berbeda. Penelitian yang dilakukan oleh Dunk (1993), Kristianto (2010), Sujana (2010) serta Purmita Dewi dan Erawati (2014) menyatakan bahwa partisipasi penganggaran yang tinggi justru berdampak negatif pada senjangan anggaran. Sama halnya dengan partisipasi penganggaran, penekanan anggaran dalam sebuah perusahaan juga memengaruhi timbulnya senjangan anggaran. Adapun yang dimaksud dengan penekanan anggaran (budget emphasis) adalah sistem penilaian kinerja bawahan oleh atasan yang didasarkan pada tingkat pencapaian anggaran. Dunk (1993) menyatakan bahwa motivasi utama para bawahan (agent) dalam melakukan senjangan anggaran adalah untuk meningkatkan kesempatan mendapatkan penghargaan dan kompensasi atau bonus dari atasannya (principal). Beberapa penelitian sebelumnya mengungkapkan bahwa penekanan anggaran berpengaruh positif terhadap senjangan anggaran seperti penelitian yang
4
dilakukan oleh Veronica dan Komang (2009), Armaeni (2012) dan Resen (2014). Namun hasil berbeda ditemukan oleh Kristianto (2009) dan Sujana (2010) yang menyatakan bahwa penekanan anggaran berpengaruh negatif dan tidak signifikan pada senjangan anggaran. Ketidakpastian
lingkungan
adalah
variabel
lain
yang
sering
dipertimbangkan dalam penelitian mengenai senjangan anggaran. Ketidakpastian lingkungan yang tinggi adalah rasa ketidakmampuan seorang individu untuk memprediksi sesuatu yang terjadi pada lingkungan secara akurat (Milliken, 1987). Sumber utama ketidakpastian bagi suatu organisasi berasal dari lingkungannya yang meliputi pesaing, konsumen, regulator dan teknologi yang diperlukan (Govindarajan, 1986). Penelitian mengenai pengaruh ketidakpastian lingkungan pada senjangan anggaran yang dilakukan oleh Sujana (2010) dan Chiristina (2009) menyatakan bahwa ketidakpastian lingkungan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap senjangan anggaran. Hasil yang berlawanan dikemukakan oleh Ikhsan dan La (2007) serta Asriningati (2006) yang menyatakan bahwa ketidakpastian lingkungan berdampak positif dan signifikan pada senjangan anggaran.
Penelitian ini menempatkan penekanan anggaran dan ketidakpastian lingkungan dalam perannya sebagai moderasi untuk menguji pengaruh partisipasi penganggaran pada senjangan anggaran. Adanya penilaian kinerja yang didasarkan pada tingkat pencapaian anggaran membuat para bawahan (agent) cenderung akan melakukan senjangan anggaran ketika ia diberikan kesempatan untuk ikut berpartisipasi dalam proses perumusan anggaran. Seorang bawahan
5
akan merumuskan anggaran yang mudah untuk dicapainya untuk menimbulkan kesan pada atasannya bahwa ia memiliki kinerja yang baik sehingga dapat meningkatkan kesempatannya untuk mendapatkan penghargaan dan bonus. Adanya ketidakpastian lingkungan dalam suatu perusahaan menyebabkan proses perencanaan dan pengendalian menjadi lebih sulit. Pengaruh partisipasi penganggaran terhadap senjangan anggaran adalah positif dalam ketidakpastian lingkungan yang rendah, sedangkan pengaruhnya akan menjadi negatif dalam ketidakpastian tinggi. Artinya, ketika seorang manajer yang memiliki partisipasi yang tinggi dalam perumusan anggaran dan menghadapi ketidakpastian lingkungan yang rendah maka ia akan cenderung menciptakan senjangan pada anggaran yang dibuatnya karena ia mampu mengendalikan ketidakpastian tersebut dan mampu memprediksi masa depan dengan baik. Sebaliknya, ketika manajer menghadapi ketidakpastian lingkungan yang tinggi maka ia akan semakin sulit untuk memprediksi masa depan dan semakin sulit pula menciptakan senjangan anggaran (Govindarajan, 1986).
Motivasi dalam penelitian ini adalah untuk menguji kembali faktor-faktor apa saja yang memengaruhi seorang manajer dalam menciptakan senjangan anggaran. Masih terdapatnya beberapa kontradiksi dan inkonsistensi pada penelitian penelitian sebelumnya membuat penelitian mengenai pengaruh partisipasi penganggaran terhadap senjangan anggaran ini masih menarik untuk dilakukan. Perbedaan hasil antar penelitian juga menjadi salah satu faktor mengapa peneliti melakukan penelitian dengan topik ini. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah penelitian ini menggunakan variabel-variabel yang paling tidak konsisten hasilnya diantara beberapa penelitian sebelumnya dan
6
menggunakan variabel penekanan anggaran dan ketidakpastian lingkungan untuk memoderasi variabel independen dengan variabel dependen. Selain itu penelitian ini menggunakan lokasi penelitian yang berbeda dari penelitian sebelumnya. Berdasarkan latar belakang yang sudah dipaparkan diatas, maka judul yang diangkat dalam penelitian ini adalah “Pengaruh Partisipasi Penganggaran Terhadap
Senjangan
Anggaran
dengan
Penekanan
Anggaran
dan
Ketidakpastian Lingkungan Sebagai Pemoderasi pada Hotel Berbintang di Kabupaten Badung”.
1.2
Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, dapat
dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut: 1) Apakah partisipasi penganggaran berpengaruh positif terhadap senjangan anggaran pada hotel berbintang di Kabupaten Badung? 2) Apakah penekanan anggaran memoderasi secara positif pengaruh partisipasi penganggaran terhadap senjangan anggaran pada hotel berbintang di Kabupaten Badung? 3) Apakah ketidakpastian lingkungan memoderasi secara positif pengaruh partisipasi penganggaran terhadap senjangan anggaran pada hotel berbintang di Kabupaten Badung?
1.3
Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah dijelaskan
diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:
7
1) Untuk mengetahui apakah partisipasi penganggaran berpengaruh positif terhadap senjangan anggaran pada hotel berbintang di Kabupaten Badung. 2) Untuk mengetahui apakah penekanan anggaran memoderasi secara positif pengaruh partisipasi penganggaran terhadap senjangan anggaran pada hotel berbintang di Kabupaten Badung.. 3) Untuk mengetahui apakah ketidakpastian lingkungan memoderasi secara positif pengaruh partisipasi penganggaran terhadap senjangan anggaran pada hotel berbintang di Kabupaten Badung.
1.4
Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1) Kegunaan Teoritis Penelitian ini diharapkan mampu menambah referensi, informasi, dan wawasan serta memberikan gambaran dan pemahaman yang lebih mendalam mengenai bagaimana penekanan anggaran dan ketidakpastian lingkungan sebagai pemoderasi pengaruh partisipasi penganggaran pada senjangan anggaran. 2) Kegunaan Praktis a. Bagi Perusahaan Penelitian ini diharapkan mampu memberikan referensi tambahan kepada perusahaan, apakah partisipasi penganggaran berpengaruh pada senjangan anggaran, serta apakah penekanan anggaran dan ketidakpastian lingkungan memoderasi hubungan antara keduanya. Pemahaman ini juga diharapkan
8
dapat membantu perusahaan menyusun anggaran dengan sudut pandang dari aspek perilaku manusia yang terlibat di dalam penyusunan anggaran. b. Bagi Akademisi Penelitian ini diharapkan memberi deskripsi tentang penekanan anggaran dan ketidakpastian lingkungan sebagai pemoderasi pengaruh partisipasi penganggaran pada senjangan anggaran sehingga dapat dijadikan acuan dalam penelitian selanjutnya.
1.5
Sistematika Penulisan Skripsi ini dibagi menjadi lima bab dimana antara bab satu dengan bab
yang lainnya memiliki hubungan yang saling berkaitan. Uraian masing-masing bab adalah sebagai berikut. Bab I
Pendahuluan Bab ini menguraikan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, kegunaan penelitian dan sistematika penulisan.
Bab II
Kajian Pustaka dan Hipotesis Penelitian Bab ini menguraikan teori-teori yang berkaitan dengan penelitian ini, penelitian-penelitian terdahulu yang berhubungan dengan penelitian ini dan rumusan hipotesis.
Bab III Metode Penelitian Bab ini memaparkan mengenai desain penelitian, lokasi penelitian, obyek penelitian, identifikasi variabel, definisi operasional variabel, jenis dan sumber data, populasi, sampel dan metode penentuan sampel,
9
metode pengumpulan data, pengujian instrumen penelitian, uji asumsi klasik, dan teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini. Bab IV Pembahasan Hasil Penelitian Bab ini memaparkan tentang gambaran umum lokasi penelitian, karakteristik responden, deskripsi dari masing-masing variabel yang diteliti, hasil pengolahan data penelitian dan menguraikan hasil dari penelitian ini. Bab V
Simpulan dan Saran Bab ini memaparkan tentang simpulan yang diperoleh dari hasil pembahasan penelitian ini beserta saran-saran yang dianggap perlu bagi para peneliti selanjutnya.
10