1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Akhlak merupakan pondasi yang utama dalam pembentukan pribadi manusia seutuhnya. Pendidikan yang mengarah pada terbentuknya pribadi yang berakhlak, merupakan hal pertama yang harus dilakukan. Pembinaan akhlak di sekolah harus dilakukan secara teratur dan terarah agar siswa dapat mengembangkan dan mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari. Kemajuan ilmu dan teknologi membawa perubahan bagi kehidupan manusia, sejalan dengan perubahan itu, untuk menghindari ketertinggalan dengan bangsa lain maka upaya tepat yang harus dilakukan oleh bangsa Indonesia adalah melakukan pembangunan siaga fisik, mental, material dan spiritual. Namun demikian akhlak yang dimiliki oleh seseorang bukan merupakan sesuatu yang dibawa sejak lahir, dan bukan pada sesuatu yang bersifat tetap, akan tetapi sesuatu yang dapat berubah, berkembang dan harus dibentuk melalui proses dan waktu yang cukup lama, yaitu dengan pendidikan agama. Begitu penting pendidikan agama dalam kehdupan manusia. Oleh karena itu, pendidikan agama berperan dalam membina anak didik yang sedang dalam masa pertumbuhan, dengan mengadakan pendekatan dan perhatian yang bersifat tuntunan dan bimbingan “Pendidikan agama Islam mempunyai kedudukan yang tinggi dan paling mulia, karena pendidikan agama Islam menjamin untuk memperhatikan akhlak anak-anak dan
2
mengangkat mereka ke derajat yang tinggi dan berbahagia dalam hidup dan kehidupannya.”1 Pendidikan agama di sekolah adalah satu cara yang ditempuh untuk usaha mendidik dan membina akhlak mulia pada siswa, agar sesuai dengan perkembangan jiwa mereka, akhlak mereka telah terbentuk dan dapat mereka amalkan dalam kehidupan sehari-hari. Sesuai pada kutipan di bawah ini : “Perkembangan agama/akhlak siswa terjadi melalui hidupnya sejak kecil dalam keluarga, sekolah dan masyarakatnya. Semakin banyak pengalaman yang bersifat agama (sesuai dengan ajaran agama, akan semakin banyak unsur agama dalam pribadi siswa. Apabila dalam pribadinya banyak unsur agama, cara sikap, tindakan, kelakuan dan cara menghadapi hidup akan sesuai dengan ajaran agama”2. Tampak jelas bagaimana eratnya hubungan keimanan seseorang dengan ketinggian akhlaknya. Oleh karena itu, seseorang yang telah mengetahui tentang agama seharusnya mempunyai akhlak sebagaimana tujuan pendidikan agama. Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah atau madrasah adalah dengan cara melalui pembiasaan. Berbagai konsep dan wawasan baru tentang pembiasaan dalam proses belajar mengajar di sekolah telah muncul dan berkembang seiring pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.3 Permasalahan yang sering dijumpai dalam pembelajaran khususnya materi agama di madrasah ibtidaiyah atau pendidikan dasar adalah bagaimana
1
Mahmud Yunus, H, Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Jakarta : Hidakarya Agung),
hlm. 7 2
Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta : Bumi Aksara : 1998), hlm. 98
3
B.Suryo Subroto,Proses belajar Mengajar di Sekolah, (Jakarta: RinnekaCipta, 2002), hlm.5
3
cara menyajikan materi kepada siswa secara baik sehingga diperoleh proses pembelajaran yang efektif dan efisisen. Oleh karena itu fungsi metode pembiasaan dalam pembelajaran tidak bisa diabaikan, karena suatu metode turut menentukan berhasil dan tidaknya suatu proses pembelajaran dan merupakan bagian yang integral dalam suatu sistem pembelajaran. 4 Pembiasaan pada pendidikan anak sangatlah penting, khususnya dalam pembentukan pribadi dan akhlak. Pembiasaan agama akan memasukkan unsur-unsur positif pada pertumbuhan anak. Semakin banyak pengalaman agama yang didapat melalui pembiasaan, maka semakin banyak pula unsur agama dalam pribadinya dan semakin mudahlah ia dalam memahami ajaran agama.5 Pembiasaan merupakan proses pendidikan. Ketika suatu praktik sudah terbiasa dilakukan karena pembiasaan maka akan menjadi habit bagi yang melakukannya, kemudian akan menjadi ketagihan dan pada waktunya menjadi tradisi yang sulit untuk ditinggalkan. Di sinilah pentingnya pembiasaan dalam proses pendidikan. 6 Metode pembiasaan tersebut adalah dengan menciptakan suasana religius di sekolah, karena kegiatan-kegiatan keagamaan dan praktikparaktik keagamaan yang dilaksanakan secara terprogram dan rutin diharapkan dapat mentranformasikan nilai-nilai ajaran agama islam secara baik kepada peserta didik. 4
M.Basyirudin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam,(Jakarta : Ciputat Pers,2002),hlm.31 5 Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama,(Jakarta:Bulan Bintang,1993),hlm.64-65 6 A.Qodri Azizy,Pendidikan untuk Membangun Etika Sosial,( Jakarta:Aneka Ilmu,2002 ), hlm.146-147
4
Karakter (akhlak) ternyata berperan penting dalam pencapaian keberhasilan pendidikan seseorang. Dari sini akan terlihat bahwa aspek pengetahuan saja tidak akan menjamin seseorang berhasil di dalam pendidikannya, terutama
yang menyangkut hubungan pergaulan hidup
sehari-hari. Peran dan kontribusi perkembangan akhlak inilah yang justru harus mendapat nilai tambah karena sangat penting artinya, bukan kesejahteraan
dalam
kemajuan
hidup,
tetapi
hanya
juga menciptakan rasa
religiusitas, toleransi dan kebersamaan. Perlu kita ketahui bahwa siswa-siswi MIN Bantarbolang Pemalang sebelum ada program pembiasaan seperti di atas, masih banyak siswa-siswi yang kurang peduli terhadap teman, kurangnya kerja sama, tolong menolong dan lain-lain. Setelah diberlakukan program pembiasaan keagamaan, khususnya pembiasaan keagamaan bagi siswa-siswi banyak perubahan yang cukup menonjol terhadap akhlak siswa di antaranya sifat-sifat suka tolong menolong, gotong royong, kerja sama dan tidak ada lagi perkelaian antar siswa. Mengacu pada permasalahan di atas, maka munculah inspirasi dari peneliti untuk mengadakan penelitian yang mendalam tentang pembinaan akhlak siswa melalui pembiasaan keagamaan di MIN Bantarbolang Pemalang. Usaha-usaha apakah yang dilakukan MIN Bantarbolang Pemalang sehingga dapat membentuk akhlakul karimah bagi peserta didiknya. Kemudian peneliti akan mengkaji bagaimana pembinaan akhlak di MIN
5
Bantarbolang Pemalang. Dengan harapan setelah melaksanakan pembiasaan secara rutin di MIN Bantarboalng Pemalang akan muncul kepribadian peserta didik yang lebih baik diantaranya, beriman, berdisiplin, bertanggung jawab, bertenggang rasa dan berjiwa sosial. Penelitian ini mengambil lokasi di MIN Bantarbolang
Pemalang
dengan dasar petimbangan sebagai berikut : Pertama, MIN Bantarbolang Pemalang adalah satu-satunya lembaga pendidikan tingkat dasar ( MI ) milik pemeritah di wilayah Kecamatan Bantarbolang. Kedua, karena Madrasah Negeri semua sarana dan prasarana lebih lengkap dibanding SD/MI yang ada di wilayah Bantarbolang. Ketiga, MIN Bantarbolang Pemalang memiliki program pembiasaan unggulan yaitu shalat duhur berjamaah, di samping pembiasaan yang lain seperti shalat dhuha, istighasah, hafalan juz amma dan hafalan asmaul husna. B. Rumusan Masalah Fokus dalam penelitian ini tertuju pada upaya untuk mengkaji lebih jauh tentang pentingnya pembinaan akhlak siswa melalui pembiasaan keagamaan di MIN Bantarbolang Pemalang yang dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana pelaksanaan pembinaan akhlak siswa melalui pembiasaan keagamaan di MIN Bantarbolang Pemalang?
6
2. Faktor-faktor apa saja yang mendukung dan menghambat pelaksanaan pembinaan akhlak siswa melalui pembiasaan keagamaan di MIN Bantarbolang Pemalang? C. Tujuan Penelitian Setelah mengetahui permasalah diatas, maka penelitian
ini mempunyai
tujuan sebagai berikut: 1. Untuk mendeskripsikan pelaksanaan pembinaan akhlak siswa melalui pembiasaan keagamaan di MIN Bantarbolang Pemalang. 2. Untuk
mengeksplorasi
fakto-faktor
yang
mendukung pelaksanaan
pembinaan akhlak siswa melalui pembiasaan keagamaan di MIN Bantarbolang Pemalang. 3. Untuk mengeksplorasi fakto-faktor yang menghambat pelaksanaan pembinaan akhlak siswa melalui pembiasaan keagamaan di MIN Bantarbolang Pemalang. D. Manfaat Penelitian 1. Secara teoritis penelitian ini berguna sebagai sumbangsih pemikiran tentang program pembiasaan di lembaga pendidikan di tingkat dasar (MI) dilingkungan kementrian agama 2. Secara praktis, antara lain :
7
a.
Penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan masukan bagi praktisi pendidikan untuk mengembangkan program pembiasaan di Madrasah.
b.
Dapat
memberikan
gambaran
kepada
masyarakat
mengenai
keberadaan MIN Bantarbolang Pemalang. 3. Sebagai acuan dalam melaksanakan pembinaan akhlak siswa melalui pembiasaan keagamaan di MIN Bantarbolang Pemalang.
E. Kerangka Teoritis 1. Menurut Burghardt, sebagaimana dikutip oleh Muhibbin Syah dalam bukunya Psikologi Pendidikan, kebiasaan itu timbul karena proses penyusutan kecenderungan respon dengan menggunakan stimulasi yang berulang-ulang. Dalam proses belajar, pembiasaan juga meliputi pengurangan perilaku yang tidak diperlukan. Karena proses penyusutan atau pengurangan inilah muncul suatu pola bertingkah laku baru yang relatif menetap dan otomatis.7 Metode pembiasaan adalah metode dengan cara penanaman kebiasaan, kebiasaan adalah pola untuk melakukan tanggapan terhadap situasi tertentu yang dipelajari oleh seorang individu dan yang dilakukannya secara berulang-ulang untuk hal yang sama.
7
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya,2000), hlm 118
8
Sebagaimana para ahli pendidikan mengemukakan menurut Abdullah Nasih Ulwan, “metode pembiasaan adalah cara atau upaya yang praktis
dalam
pembentukan
(pembinaan)
dan
persiapan
anak”. 8
Sedangkan Menurut Ramayulis, “metode pembiasaan adalah cara untuk menciptakan suatu kebiasaan atau tingkah laku tertentu bagi anak didik”. 9 Menurut Armai Arief, ”metode pembiasaan adalah sebuah cara yang dapat dilakukan untuk membiasakan anak didik berpikir, bersikap dan bertindak sesuai dengan tuntunan ajaran agama Islam”. 10 Sedangkan Dalam buku Metodologi Pengajaran Agama dikatakan bahwa “metode pembiasaan adalah cara yang dilakukan dalam pembentukan akhlak dan rohani yang memerlukan latihan yang kontinyu setiap hari”. 11 Menurut Zakiah Daradjat dalam Shalat Menjadikan Hidup Bermakna menyatakan bahwa shalat lima waktu merupakan latihan bagi pembiasaan disiplin pribadi.
Ketaatan melaksanakan shalat
pada
waktunya, menumbuhkan kebiasaan untuk secara teratur dan terus menerus melaksanakannya pada waktu yang ditentukan. Kebiasaan gesit, cekatan, dan sederhana akan menyertai jalan hidup seseorang yang melaksanakannya, sehingga akan mudah tumbuh kebiasaan disiplin diri
8
Abdullah Nasih Ulwan, Tarbiyatul Aulad fil Islam, terj. Khalilullah Ahmad Masjkur Hakim, Pendidikan Anak Menurut Islam, (Bandung: Rosda Karya, 1992), hlm. 60 9 Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2005), hlm. 103. 10 Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta :Ciputat Pers, , 2002), hlm. 110. 11 Saifuddin Zuhri, d.k.k., Metodologi Pengajaran Agama, (Yogyakarta: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang bekerja sama dengan Pustaka Pelajar, 1999), hlm. 125.
9
dan disiplin yang dibiasakan dalam shalat akan mudah menular keseluruh sikap hidup kesehariannya. Disiplin yang telah terbina itu akan sulit diubah karena telah menyatu dengan pribadinya. Bagi dirinya disiplin belajar, bekerja dan berusaha dapat dilakukannya tanpa mengalami kesulitan. 12 Menurut Sir Gord Frey Thomson dalam A modern Philosophy of Education dijelaskan bahwa pendidikan adalah “By Education means the influence of environment upon the individual to produce a permanent change in his habits behaviour, of thought, and of attitude”. Artinya yang dimaksud dengan pendidikan adalah hasil pengaruh lingkungan terhadap individu untuk menghasilkan perubahan yang bersifat permanen di dalam kebiasaan, tingkah laku, pemikiran dan sikap. 13 Sedangkan
disiplin
diri
merupakan
perilaku
yang
dapat
dipertanggungjawabkan, karena dikontrol oleh nilai-nilai moral yang terinternalisasi. 14
Strategi
pendisiplinan
diri
melalui
pemberian
konsekuensi-konsekuensi yang timbul dari perilaku tidak disiplin (behaviour consequensi). Sedangkan pengajuan strategi pendisiplinan diri pada anak berdasarkan perlibatan anak dalam perencanaan dan proses pembudayaan, termasuk pemberian sanksi. 15 Ada tiga pendekatan komprehensif dalam meningkatkan disiplin diri, yaitu situasi dan kondisi 12
Zakiah Daradjat, Shalat Menjadikan Hidup Bermakna,(Jakarta:Ruhama,1990),hlm.37 Sir Gord Frey Thomsons, A Modern Philosophy of Education, (London, 1957), hlm. 199 14 Moh. Shochib, Pola Asuh Orang Tua Untuk Membantu Anak Mengembangkan Disiplin Diri, (Jakarta: Rineka Cipta, 1998), hlm. 22. 15 Ibid, hlm. 31 13
10
keluarga yang menceminkan nilai- nilai moral, pembiasaan dan pembudayaan nilai- nilai moral dalam keluarga dan peraturan yang diciptakan untuk dipatuhi oleh semua anggota keluarga. 16 Sedangkan pribadi relegius akan senantiasa menampilkan diri menjalani hidup dan tugasnya dengan disertai kesadaran diri bahwa setiap saat kehidupannya dipenuhi oleh tata makna yang utuh dan tidak lepas dari sentuhan pancaran Illahi. 17 2. Penelitian yang relevan Untuk menghindari duplikasi dan plagiasi terhadap hasil karya orang lain, maka diperlukan penjelasan tentang penelitian sebelumnya pada persoalan yang hampir sama. Berikut ini akan disajikan beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan pelaksanaan pembiasaan di sekolah/madrasah. a) Machfud Efendi dengan tesis yang berjudul “Pengembangan Budaya Agama di Sekolah Melalui Model Pembiasaan Nilai Shalat Berjamaah di SMA Negeri 2 Batu”, dalam kajian penelitian ini lebih menitik beratkan pada pengembangan budaya agama. Desain penelitian
16 17
Ibid, hlm. 24 Ibid, hlm. 32
11
menggunakan tindakan sekolah yang hasil tindakannya bersiklus pembiasaan nilai-nilai shalat berjamaah dengan hasil baik. 18 b) Mustaqim dengan tesis yang berjudul : “Pembiasaan Sebagai Metode Pendidikan Akhlak Bagi Anak”. Penelitian ini menggunakan metode induktif, deduktif, dan komparatif. Hal tersebut dilakukan untuk menganalisis masalah demi masalah dan kemudian dibandingkan dengan masalah yang lainnya. Hal tersebut akan menghasilkan penemuan bahwa mendidik dan membiasakan anak sejak kecil adalah upaya yang paling terjamin berhasil dan memperoleh buah yang sempurna..19 c) Moh. Soleh dalam skirpsinya yang berjudul ”Pembiasaan Shalat Dhuha Dalam Pembinaan Akhlak Siswa Kelas 4 di MI Maarif Candran Yogyakarta.” Penelitian ini merupakan penelitian kuliatatif yang dikategorikan penelitian lapangan (File research), yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data diskiptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan pelaku yang dapat diamati dengan mengambil latar MI Maarif Candran. Keadaan yang diuraikan dalam penelitian ini adalah pembiasaan shalat duha dalam pembinaan akhlak siswa kelas 4. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa dampak 18
Machfud Efendi, Pengembangan Budaya Agama di Sekolah Melalui Model Pembiasaan Nilai Shalat Berjamaah di SMA Negeri 2 Batu, Tesis, Program Pasca Sarjana (Malang: UIN Maulana Malik Ibrahim, 2010) 19 Mustaqim, Pembiasaan sebagai metode pendidikan akhlak bagi anak. Thesis, Fakultas Tarbiyah (Semarang: IAIN Walisongo, 2006)
12
pembinaan akhlak siswa kelas 4 terhadap pembiasaan shalat duha dapat dikata cukup baik. Hal ini ditandai dengan perubahan perilaku positif, misalnya siswa terbiasa memanfaatkan waktu di pagi hari dengan produktif dan bertingkah laku sesuai dengan ajaran agama islam. 20 Dari beberapa kajian ilmiah yang penulis telusuri, maka ada beberapa hal yang membedakan peneliti ini dengan peneliti sebelumnya di antara objek penelitian dan kajian yang mana dalam penelitian nanti, penelitian akan berusaha mendeskripsikan dan menganalisis pembinaan akhlak siswa melalui pembiasaan keagamaan di MIN Bantarbolang Pemalang. Untuk memudahkan dalam melihat perbedaan kajian yang akan diteliti dalam penelitian ini dengan beberapa penelitian sebelumnya dapat dilihat dari tabel di bawah ini. Tabel 1 Persamaan dan Perbedaan (Orisinilitas Penelitian) No Peneliti 1 Machfud Efendi
Persamaan Pembiasaan
Perbedaan Fokus penelitian adalah
keagamaan
Pembinaan akhlak siswa melalui pembiasaan keagamaan di MIN
20
Moh. Soleh,, Pembiasaan Shalat Dhuha Dalam Pembinaan Akhlak Siswa Kelas 4 di MI Maarif Candran Yogyakarta, Skripsi, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, (Yohyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2013)
13
Bantarbolang Pemalang dengan pendekatan secara kualitatif ,deskriptif sedang pada penelitian Machfud Efendi adalah pengembangan budaya agama Islam . Penelitian menggunakan tindakan sekolah yang hasil tindakannya bersiklus pembiasaan nilai-nilai shalat berjamaah dengan hasil baik. 2
Mustaqim
Pengaruh Sosial
Pembiasaan keagamaan
dalam Masyarakat
dalam pembentukan akhlak siswa di MIN Bantarbolang Pemalangakan berguna bagi siswa dalam kehidupan sosial masyarakat
14
dilingkungannya sedangkan menurut penelitian Mustaqim ada hubungan yang signifikan antara pembinaan akhlak dengan Kehidupan Sosial Masyarakat
3
Moh. Soleh
Jenis Penelitian
Fokus penelitian
Kualitatif
pembinaan akhlak siswa melalui pembiasaan keagamaan di MIN Bantarbolang Pemalang sedangkan penelitian Moh. Soleh adalah pembiasaan shalat duha dalam pembinaan akhlak siswa.
15
F. Metodologi Penelitian 1. Jenis dan Pendekatan Jenis Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dan menggunakan pendekatan kualitatif. Hal ini dikarenakan penelitian ini berusaha memaparkan realitas yang ada tanpa memerlukan data yang berupa angkaangka (kuantitatif) dan berusaha menggambarkan suatu keadaan objek yang diteliti beserta segala aspeknya dalam rangka pemberian informasi sedalam-dalamnya. Adapun jenis penelitian yang digunakan adalah studi kasus (case study) yaitu suatu penelitian yang dilakukan secara intensif, terinci dan mendalam terhadap suatu organisasi, lembaga atau gejala tertentu..21 Oleh karena itu, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan suatu gambaran yang utuh dan mendalam terorganisasi dengan baik tentang komponen-komponen yang diteliti, sehingga dapat memberikan kevalidan hasil penelitian. Dalam perspektif pendekatan dan jenis penelitian di atas maka penelitian ini berusaha memaparkan tentang pembinaan akhlak siswa melalui pembiasaan keagamaan di MIN Bantarbolang Pemalang, meliputi: pelaksanaan, serta melihat faktor-faktor yang dapat mendukung dan menghambat bagaimana pembinaan akhlak siswa melalui pembiasaan keagamaan di MIN Bantarbolang Pemalang.
21
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian; Suatu Pedekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), cet. XIV hlm. 142.
16
2. Latar Setting Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) Bantarbolang Pemalang yang beralamat di Desa Wanarata Kecamatan Bantarbolang Kabupaten Pemalang. 3. Subjek Penelitian Sumber data (infoman) utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kepala Madrasah, Guru, siswa dan wali murid di MIN Bantarbolang Pemalang. Sumber utama (informan) ditentukan atau dipilih berdasarkan keperluan atau tujuan yang sesuai dengan fokus penelitian. Adapun yang dijadikan obyek dalam penelitian ini adalah segala hal yang berkaitan dengan tempat yaitu MIN Bantarbolang Pemalang, pelaku (Kepala Madrasah/Guru/Siswa), dan juga aktivitas kegiatan pembiasaan di MIN Bantarbolang Pemalang. Sebagaimana dikatakan Spradley dalam Sugiyono bahwa obyek atau subyek dalam penelitian kualitatif adalah “social situation” atau situasi sosial yang terdiri atas tiga elemen yaitu : place, actors and activity.22 4. Metode Pengumpulan Data Data yang diungkapkan dalam penelitian ini adalah data yang menggambarkan keseluruhan tentang pembinaan akhlak siswa melalui pembiasaan keagamaan di MIN Bantarbolang Pemalang dari aspek
22
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan; Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D, (Bandung: Alfabeta, 2012), cet. XV, hlm. 297.
17
pelaksanaan, serta faktor pendukung dan penghambatnya. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : a. Metode Observasi Metode observasi adalah teknik pengumpulan data untuk melihat dan memahami gejala-gejala yang ada, sesuai maknanya dengan yang diberikan atau dipahami oleh para warga yang ditelitinya.23 Metode ini peneliti gunakan sebagai alat bantu untuk mengumpulkan data (menulis dan merumuskan) yang sudah diamati secara langsung yang berkaitan dengan keadaan MIN Bantarbolang Pemalang yang meliputi proses pelaksanaan pendidikannya dan pelaksanaan pembinaan akhlak siswa melalui pembiasaan keagamaan. b.
Metode Wawancara Metode wawancara adalah metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.24 Sedangkan Metode wawancara (wawancara tak terstruktur)
adalah
metode
yang
selaras
dengan
perspektif
interaksionisme simbolik, karena hal tersebut memungkinkan pihak yang diwawancarai untuk mendefinisikan dirinya sendiri dan
23
Hamid Patilima, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2007), hlm. 62 Lexy J. Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1998), hlm. 135. 24
18
lingkungannya, untuk menggunakan istilah-isltilah mereka sendiri mengenai
fenomena
yang
diteliti,
tidak
sekedar
menjawab
pertanyaan. 25 Dalam prakteknya peneliti mewancarai guru dan siswa di MIN Bantarbolang untuk menggali informasi mendalam sesuai yang dibutuhkan dalam penelitian. c. Metode Dokumentasi Metode dokumentasi adalah metode yang digunakan dengan cara mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, dan sebagainya.26 Metode ini peneliti gunakan untuk memperoleh data tentang sejarah berdirinya atau profil MIN Bantarbolang Pemalang, jumlah guru dan siswa MIN Bantarbolang Pemalang dengan cara mencari informasi baik wawancara langsung maupun mencari dokumen penting lain yang berkaitan dengan MIN Bantarbolang Pemalang. 5. Metode Analisis Data Setelah data terkumpul dengan teknik diatas, maka langkah selanjutnya adalah menganalisis data. Analisis data adalah proses penyederhanaan data ke bentuk yang mudah dibaca.27 Dalam penelitian ini metode analisis yang digunakan adalah teknik analisis model 25
Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif: Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), hlm. 183. 26 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 1998), hlm. 236. 27 Masri Singarimbun dan Sofiana Efendi, Metodologi Penelitian Survei, (Jakarta: LP3ES, 1989), hlm. 125
19
interaktif, sebagaimana yang dikemukakan oleh Miles dan Hiberman dalam Sugiyono. Analisis model interaktif adalah analisis data berlangsung secara simultan yang dilakukan bersamaan dengan proses pengumpulan data dengan alur tahapan: pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan kesimpulan.28 Pengumpulan data dan analisis data merupakan dua hal yang saling terkait, keduanya tidak dapat dipisahkan. Langkah-langkah peneliti untuk menganalisis data dengan alur sebagaimana dikatakan oleh Miles da Hiberman yang dikutip oleh Sugiyono, yaitu:29
Gambar 1. Komponen dalam analisis data (interactive model)
Reduksi Data (Data Reduction), diartikan sebagai proses pemilihan,
pemusatan
perhatian
pada
pada
penyederhanaan,
pengabstrakan, dan transformasi data “kasar” yang muncul dari càtatancatatan tertulis di lapangan. Sebagaimana kita ketahui, reduksa data, 28
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitaif, Kualitatif dan R & D, (Bandung: Alfabeta, 2010), hlm. 341. 29 Ibid., hlm. 247-252
20
berlangsung terus-menerus selama proyek yang berorientasi kualitatif berlangsung. Alur penting yang kedua dalam kegiatan analisis adalah penyajian data. Miles dan Huberman membatasi suatu “penyajian” sebagai sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Dengan melihat penyajian-penyajian kita akan dapat memahami apa yang sedang terjadi dan apa yang harus dilakukan lebih jauh menganalisis ataukah mengambil tindakan berdasarkan atas pemahaman yang didapat dan penyajian-penyajian tersebut. Dalam pelaksanaan penelitian Miles dan Huberman yakin bahwa penyajian-penyajian yang lebih balk merupakan suatu cara yang utama bagi analisis kualitatif yang valid. Penyajianpenyajian yang diamksud meliputi berbagai jenis matriks, grafik, jaringan, dan bagan. Semuanya dirancang guna menggabungkan informasi yang tersusun dalam suatu bentuk yang padu dan mudah diraih, dengan demikian seorang penganalisis dapat melihat apa yang sedang terjadi, dan menentukan apakah menarik kesimpulan yang benar ataukah terus melangkah melakukan analisis yang menurut saran yang dikiaskan oleh penyajian sebagai sesuatu yang mungkin berguna. Dengan mendisplaykan data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut.
21
Menarik Kesimpulan (conclusion) atau Verifikasi, langkah ketiga dalam analisis data kualitatif adalah penarikan kesimpulan. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah jika tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.
G. Sistematika Penelitian
Untuk mempermudah tata tulis dalam pelaporan hasil penelitian ini, maka penulis memaparkan sistematika penulisan Tesis ini sebagai berikut: Bab I Pendahuluan yang berisi tentang : Latar belakang masalah, Rumusan masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Kajian Teoritis, Metodologi Penelitian dan Sistematika Penulisan. Bab II Berisi Kajian Teori tentang Pembiasaan meliputi Pengertian metode pembiasaan, Dasar dan tujuan metode pembiasaan, Bentuk-bentuk pembiasaan, Langkah-langkah pembiasaan, Faktor-faktor pembiasaan, Kekurangan dan kelebihan metode pembiasaan, Kajian tentang akhlak, Pengertian akhlak, Sumber-sumber akhlak, macam-macam akhlak. Bab III Sajian Data terdiri dari : gambaran umum obyek penelitian yang meliputi : sejarah dan profil MIN Bantarbolang Pemalang, Data
22
peserta didik, Data tenaga pendidik dan kependidikan, Visi, Misi dan Tujuan, Data sarana dan prasarana, Pelaksanaan pembinaan akhlak siswa melalui pembiasaan keagamaan di MIN Bantarbolang Pemalang, meliputi metode pembiasaan, bentuk-bentuk kegiatan pembinaan keagamaan dan faktor yang mendukung dan menghambat pelaksanaan pembinaan akhlak siswa melalui pembiasaan keagamaan di MIN Bantarbolang Pemalang. Bab IV Analisis hasil penelitian meliputi : Analisis pelaksanaan pembinaan akhlak siswa melalui pembiasaan keagamaan di MIN Bantarbolang Pemalang dan Analisis faktor-faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan pembinaan akhlak siswa melalui pembiasaan keagamaan di MIN Bantarbolang Pemalang. Bab V penutup, berisi kesimpulan dan saran yang dilengkapi dengan lampiran-lampiran.