BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu hal yang terpenting yang harus dimiliki dalam diri seseorang. Pada hakikatnya, pendidikan merupakan kegiatan usaha secara sadar untuk mengubah dan mengarahkan sikap dan kemampuan seseorang kearah yang lebih baik. Maju mundurnya suatu bangsa tidak terlepas dari masalah pendidikan, untuk setiap warga Negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan. Selain itu, pendidikan juga merupakan salah satu faktor yang penting dalam kehidupan, karena pendidikan berperan dalam mempersiapkan dan menghasilkan sumber daya manusia (SDM) yang berilmu pengetahuan tinggi serta mampu berkompetensi. Orang yang memiliki ilmu pengetahuan, kedudukan seseorang menjadi lebih tinggi derajatnya daripada orang yang tidak memiliki ilmu pengetahuan. Al-qur’an juga menganjurkan manusia agar beriman dan berilmu pengetahuan sebagaimana firman Allah SWT dalam surah Al-Mujadalah ayat 11.
$pkr'¯»t tûïÏ%©!$# (#þqãZtB#uä #sÎ) @Ï% öNä3s9 (#qßs¡¡xÿs? Îû ħÎ=»yfyJø9$# (#qßs|¡øù$$sù Ëx|¡øÿt ª!$# öNä3s9 ( #sÎ)ur @Ï% (#râ à±S$# (#râ à±S$$sù Æìsùöt ª!$# tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä
1
2
öNä3ZÏB tûïÏ%©!$#ur (#qè?ré& zOù=Ïèø9$# ;M»y_uy 4 ª!$#ur $yJÎ/ tbqè=yJ÷ès? ×Î7yz . Ayat ini menjelaskan tentang orang-orang yang berilmu, dimana Allah SWT akan mengangkat derajat orang-orang beriman dan berilmu pengetahuan. Hal ini bisa menjadi motivasi dan dorongan bagi manusia bahwa orang yang mempunyai pengetahuan yang luas akan diangkat harkat dan martabatnya dimata Allah SWT karena dengan pengetahuan itulah manusia dapat membedakan mana perbuatan baik dan mana perbuatan yang buruk. Tugas pendidikan tidak hanya memberi atau menuangkan sejumlah pengetahuan kepada siswa, tetapi mengusahakan bagaimana agar konsep-konsep penting dan sangat berguna tertanam kuat pada siswa. Siswa harus membangun pengetahuan pada dirinya sendiri. Guru dapat membantu dengan strategi mengajar ataupun media pembelajaran yang membuat pengetahuan menjadi sangat bermakna dan sangat relevan bagi siswa, dengan memberikan kesempatan kepada siswa agar menyadari dan secara sadar menggunakan strategi-strategi mereka sendiri untuk belajar.1 Disamping itu, tujuan Pendidikan Nasional yang tertuang dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 pasal 3 tentang Sistem Pendidikan Nasional menjelaskan bahwa: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
1
M. Nur Wikandri, Pengajaran Berpusat Pada Siswa dan Pendekatan Kontruktivitas Dalam Pengajaran, (Surabaya: UI, 2000), h. 1.
3
mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.2 Untuk terlaksananya tujuan pendidikan tersebut, maka setiap warga Negara Indonesia harus diberi kesempatan yang seluas-luasnya untuk memperoleh pendidikan. Agar pemerataan pendidikan dapat terlaksana maka sistem pendidikan setidaknya dalam kecakapan dasar yang sangat diperlukan, yaitu membaca,
menulis
dan
berhitung
(matematika).
Ilmu
pengetahuan
diklasifikasikan kedalam beberapa jenis, salah satunya adalah matematika. Matematika adalah salah satu materi wajib yang diajarkan di sekolahsekolah, dari SD, SMP/MTs, dan SMA yang sangat penting untuk dipahami. Karena, sering dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari. Adanya matematika membantu manusia dalam memahami dan menguasai permasalahan sosial, ekonomi, dan alam. Seluruh segi kehidupan manusia dari yang sederhana sampai yang paling kompleks dimasuki oleh matematika.3 Objek matematika adalah benda pikiran yang sifatnya abstrak dan tidak dapat diamati oleh kebanyakan siswa usia Sekolah Dasar (SD) sampai SMP/MTs bahkan untuk sebagian siswa SMA sekalipun. Untuk mengatasi hal tersebut, maka dalam mempelajari suatu konsep atau prinsip-prinsip matematika diperlukan pengalaman melalui benda-benda nyata (konkrit), yaitu media atau alat peraga yang dapat digunakan sebagai jembatan bagi siswa untuk berpikir abstrak.
2
Departemen Pendidikan Nasional, Undang-Undang No.20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Bandung: Cita Umbara, 2003), h. 12. 3 Yuni Hasnawati, Pembelajaran Bangun Ruang Dengan Menggunakan Alat Peraga Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Kelas V SD Muhammadiyah Sambisari Purwomartani Kalasan Sleman, (Yogyakarta: Digital Library UIN Sunan Kalijaga, 2008), h.2-3.
4
Bagi siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) meskipun sudah melalui tahap “operasi konkrit”, dan berada dalam tahap awal “operasi formal”, namun dalam
pembelajaran
matematika
masih
diperlukan
penggunaan
media
pembelajaran secara intensif. Hal itu disebabkan karena konsep matematika yang telah diperoleh di Sekolah Dasar masih dikuasai secara samar-samar atau lemah sama sekali. Hal ini dimungkinkan karena usia Sekolah Dasar daya abstraksinya masih lemah. Dilain pihak, jika para siswa SMP/MTs memasuki pendidikan di tingkat SMA, mereka harus siap dan mampu berpikir secara formal. Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka pembelajaran matematika di SMP/MTs menjadi sangat “strategis dan rawan”. Strategis dalam arti bahwa pembelajaran matematika di SMP/MTs harus merupakan pemantapan konsep, untuk kelanjutan studi matematikanya di tingkat SMA. Rawan dalam arti, jika para guru matematika di SMP kurang peduli dengan kelemahan penguasaan konsep atau teorema yang ada pada kebanyakan siswanya, maka kesalahan konsep itu akan berlanjut ke tingkat SMA yang dipastikan akan menimbulkan kesulitan dalam pembelajaran matematikanya.4 Di dalam materi ajar matematika SMP terdapat beberapa aspek pembelajaran yaitu aritmatika, aljabar, geometri, trigonometri, peluang dan statistika, salah satu aspek yang ingin diteliti oleh peneliti disini yaitu aspek Geometri. Geometri adalah ilmu yang membahas tentang hubungan antara titik,
4 Pujianti, Penggunaan Alat Peraga Dalam Pembelajaran Matematika SMP, Diklat, (Yogyakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Sekolah Dasar dan Menengah Pusat Pengembangan Penataran Guru (PPGG) Matematika Yogyakarta: 2004), h. 1.
5
garis, sudut, bidang dan bangun-bangun ruang. Ada dua macam geometri, yaitu geometri datar dan geometri ruang.5 Pada aspek geometri terdapat materi kesebangunan, materi ini dianggap sulit karena siswa kurang memahami apa perbedaan antara kesebangunan dan kekongruenan suatu bangun datar. Kesulitan yang dialami siswa terutama dalam memahami tentang isi dan sudut. Biasanya siswa tidak bisa membedakan bahwa dua bangun datar yang sebangun belum tentu kongruen dan dua bangun datar yang kongruen sudah pasti sebangun karena kedua hal tersebut bisa diketahui berdasarkan perbandingan ukuran panjang sisi dan besar sudut dari bangun datar tersebut. Materi geometri
bisa dikategorikan materi yang cukup sukar dan
memerlukan pemahaman yang cukup tinggi.6 Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan beberapa siswa dan guru matematika kelas IX MTs Siti Mariam yang menyatakan bahwa materi kesebangunan merupakan materi yang sulit untuk dipahami. Guru matematika MTs Siti Mariam, mengatakan bahwa keterbatasan fasilitas seperti media atau alat peraga merupakan salah satu kendala belajar kesebangunan. Kesulitan siswa dalam memahami materi kesebangunan ini dapat diatasi dengan menggunakan media pembelajaran yang menarik dan bersifat konkrit.
5
http://matematikayulianti2.wordpress.com/geometri/, diakses tanggal 16 januari 2014.
6 ----, Studi Tentang Kendala Belajar Matematika Pada Pokok Bahasan Kesebangunan Kelas IX Semester I di Sekolah Menengah Pertama Kecamatan Medan Petisah Tahun Ajaran 2011/2012, (Medan: Digital Library UNIMED: 2012), h. 2-3.
6
Namun, sampai saat ini masih banyak guru yang kurang
perhatian
terhadap media pembelajaran ketika mengajar dihadapan siswanya. Guru hanya mengandalkan metode ceramah, anggapan yang ketika topik pelajaran atau kompetensi dasar sudah disampaikan dengan lisan, siswa berarti sudah mengerti. Padahal, justru dengan lisan saja siswa akan cepat lupa sehingga tidak terdapat informasi yang melekat dalam memorinya.7 Kegiatan pembelajaran seperti itulah yang membuat siswa jenuh dan cepat bosan untuk belajar matematika. Kejenuhan siswa terhadap matematika menyebabkan motivasi dan minat belajar menurun sehingga dianggap sebagai materi yang sulit. Kesulitan yang dirasakan oleh siswa terhadap matematika dapat diatasi dengan menggunakan media pembelajaran yang menarik. Media pembelajaran adalah sarana komunikasi dalam proses belajar mengajar yang berupa perangkat keras maupun perangkat lunak untuk mencapai proses dan hasil intruksional secara efektif dan efisien, serta tujuan intruksional yang lebih efektif dan memiliki sifat yang mendidik.8 Media pembelajaran juga memiliki kontribusi dalam meningkatkan mutu dan kualitas pembelajaran. Kehadiran
media
pembelajaran
tidak
saja
membantu
pengajar
dalam
menyampaikan materi ajarnya, tetapi memberikan nilai tambah pada kegiatan pembelajaran. Hal ini berlaku bagi segala jenis media, baik yang canggih dan
7 Yuananda Nur Basmalah, Pengembangan Media Pembelajaran Matematika Berbasis Multimedia Interaktif Menggunakan Software Swish Max Dengan Pendekatan Matematika Realisti Realistik Pada Pokok Bahasan Luas dan Volume Bangun Ruang Sisi Datar, (Yogyakarta: Digital Library UIN sunan Kalijaga: 2013), h. 2. 8
Ahmad Rohani, Media Intruksional Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), h. 4.
7
mahal, ataupun media pembelajaran yang sederhana dan murah. Salah satu media pembelajaran yang dapat digunakan adalah media tangram. Tangram merupakan salah satu permainan edukatif yang bisa dibuat dari bahan-bahan yang sederhana. Permainan ini yaitu suatu permainan puzzle persegi yang dipotong menjadi 7 bagian (2 berbentuk segitiga besar,1 berbentuk persegi, 1 berbentuk jajaran genjang, 1 berbentuk segitiga sedang, dan 2 berbentuk segitiga kecil). Tangram banyak tersedia di pasaran namun juga mudah dibuat sendiri. Dengan memotong kertas menurut garis-garis berwarna biru, maka akan diperoleh tangram yang dimaksud dan media tangram ini sangat menyenangkan, tidak hanya menyenangkan tapi juga melatih imajinasi.9 Jadi, tangram dapat diartikan sebagai suatu himpunan yang terdiri dari tujuh bangun geometri datar yang dapat dipotong dari suatu persegi.10 Dalam penelitian Prana D. Iswara, yang berjudul “Efektivitas Penggunaan Manual Media Tangram Media Tangram Berpetak Dalam Penguasaan Menghitung Luas Bidang Geometri Yang Diajarkan Mahasiswa Praktik Pengalaman Lapangan UPI Kampus Sumedang di Sekolah Dasar” pada materi geometri dalam pembelajaran matematika, penggunaan tangram dinilai baik untuk digunakan pada materi tersebut. Hal ini ditunjukkan dari rata-rata hasil belajar siswa yaitu 3,34 pada skala 4.
Media tangram juga mempunyai beberapa kelebihan yaitu dapat melatih imajinasi dan kreatifitas siswa, media ini juga mudah didapat, harganyapun terjangkau, dan dapat diolah sendiri oleh para penggunanya. Permainan ini
9
http://Geometryarchitecturenwordpress.com/2011/03/22/bermaintangram,diakses tanggal 3 januari 2014. 10
Siti Aminah, Media Tangram Dalam Peningkatan Hasil Belajar Matematika Bangun Datar Siswa Kelas V, (Surakarta: Digital Library FKIP Universitas Sebelas Maret, 2012), h. 4.
8
membuat ilmu geometri dapat dipahami dalam bentuk-bentuk yang sederhana dan mengasyikkan. Dengan adanya media ini peneliti berharap bahwa pembelajaran geometri di MTs Siti Mariam dapat memotivasi siswa untuk lebih meningkatkan hasil belajar geometri khususnya pada materi kesebangunan. Untuk itu peneliti menuangkan penelitian tersebut pada judul “Penggunaan Media Tangram dalam Pembelajaran Matematika pada Materi Kesebangunan di Kelas IX MTs Siti Mariam Tahun Pelajaran 2014/2015”.
B.
Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan, maka rumusan
masalah dari penelitian ini adalah: 1.
Bagaimana penggunaan media tangram dalam pembelajaran matematika pada materi kesebangunan di kelas IX MTs Siti Mariam tahun pelajaran 2014/2015?
2.
Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi penggunaan media tangram dalam pembelajaran matematika pada materi kesebangunan di kelas IX MTs Siti Mariam Banjarmasin tahun pelajaran 2014/2015?
C. Definisi Operasional dan Lingkup Pembahasan 1. Definisi Operasional
9
Untuk memperjelas pengertian judul diatas, maka penulis memberikan definisi operasional sebagai berikut. a.
Penggunaan berasal dari kata guna, yang berarti pemakaian atau tujuan untuk melakukan sesuatu.11 Penggunaan yang dimaksud di sini adalah cara seorang guru dalam menggunakan media tangram dalam pembelajaran
matematika
pada
materi
kesebangunan
yaitu
mengidentifikasi bangun-bangun datar yang sebangun dan kongruen, agar siswa mudah memahami atau menguasai konsep dalam belajar kesebangunan di kelas IX. b. Media pembelajaran berasal dari kata “media”, yang berasal dari bahasa latin yaitu Medium yang secara harfiah berarti ‘tengah’, ‘perantara’ atau ‘pengantar’.12 Dengan demikian, media adalah semua bentuk perantara yang digunakan oleh manusia untuk menyampaikan ide, sehingga ide atau pendapat yang disampaikan itu bisa sampai pada si penerima. Sedangkan pembelajaran adalah usaha-usaha yang terencana dalam memanipulasi sumber-sumber belajar agar terjadi proses belajar dalam diri siswa.13 Jadi, dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah bahan atau alat yang digunakan untuk menyampaikan ide atau pendapat dalam suatu kegiatan belajar 11 W. J.S Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka 2007) Edisi III, Cet. Ke-4, h. 390. 12
Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), h. 3.
13
Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, ( jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002), h.7.
10
mengajar dengan maksud agar proses interaksi antara guru dan anak didik dapat berlangsung secara tepat guna dan berdaya guna. c.
Tangram adalah salah satu permainan edukatif yang bisa dibuat dari bahan-bahan yang sederhana. Permainan ini yaitu suatu permainan puzzle persegi yang dipotong menjadi 7 bagian (2 berbentuk segitiga besar,1 berbentuk persegi, 1 berbentuk jajaran genjang, 1 berbentuk segitiga sedang, dan 2 berbentuk segitiga kecil).14 Jadi, tangram yang dimaksud disini adalah sebuah media pembelajaran yang digunakan untuk membantu proses pembelajaran kesebangunan.
d. Kesebangunan yang dimaksud disini adalah materi yang ada dalam pembelajaran matematika di kelas IX yang terdapat di bab I, yaitu materi tentang mengidentifikasi bangun-bangun datar yang sebangun dan kongruen. 2. Lingkup Pembahasan Selanjutnya, agar pembahasan dalam penelitian ini tidak meluas. Maka bahasan dalam penelitian ini dibatasi sebagai berikut: a.
Penelitian dilaksanakan menggunakan media tangram.
b.
Guru yang diteliti adalah guru matematika yang mengajar di kelas IX MTs Siti Mariam tahun pelajaran 2014/2015.
c.
Siswa yang diteliti adalah siswa kelas IX MTs Siti Mariam tahun pelajaran 2014/2015.
14
http://Geometryarchitecturenwordpress.com/2011/03/22/bermaintangram , loc.cit.
11
d.
Masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah aspek geometri materi kesebangunan yaitu mengidentifikasi
bangun-bangun datar
yang sebangun dan kongruen.
D. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui penggunaan media tangram dalam pembelajaran matematika pada materi kesebangunan di kelas IX MTs Siti Mariam Banjarmasin tahun pelajaran 2014/2015. 2. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi penggunaan media tangram dalam pembelajaran matematika pada materi kesebangunan di kelas IX MTs Siti Mariam Banjarmasin tahun pelajaran 2014/2015.
E. Kegunaan (Signifikasi) Penelitian Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah: 1. Manfaat teoritis yang diharapkan adalah dapat memberikan dan menambah wawasan dalam pembelajaran matematika tingkat MTs dan sederajat melalui penggunaan media pembelajaran.
12
2. Sebagai suatu alternatif untuk memperbaiki proses pembelajaran di bidang matematika sehingga siswa benar-benar mampu memahami materi kesebangunan dan kekongruenan. 3. Manfaat yang diharapkan adalah dapat memberikan manfaat bagi siswa, guru,
dan
sekolah.
Bagi
siswa,
penggunaan
tangram
dapat
mengembangkan motivasi, kemandirian belajar siswa dan aktivitas dalam belajar matematika sehingga dapat meningkatkan hasil belajar. Bagi guru, penggunaan tangram dapat membantu meningkatkan efisiensi dan efektifitas pembelajaran di kelas. Sedangkan bagi sekolah, penggunaan media pembelajaran menggunakan tangram dapat meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah.
F. Sistematika Penulisan Dalam penelitian ini, penulis menggunakan sistematika penulisan yang terdiri dari lima bab dan masing-masing bab terdiri dari beberapa subbab yakni sebagai berikut: Bab I Pendahuluan berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, definisi operasional dan lingkup pembahasan, alasan memilih judul, tujuan
13
penelitian, kegunaan (signifikasi) penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II Landasan Teori berisi pengertian pembelajaran matematika, pembelajaran matematika di Sekolah Menengah Pertama (SMP/MTs), tujuan pembelajaran matematika, pengertian media dalam pembelajaran matematika, pentingnya media dalam pembelajaran matematika, media tangram, prosedur penggunaan media tangram dalam pembelajaran matematika pada materi kesebangunan, dan materi kesebangunan yang diajarkan di SMP/MTs kelas IX. Bab III Metode Penelitian berisi jenis pendekatan, desain (metode) penelitian, objek penelitian, subjek penelitian, teknik pengumpulan data, desain pengukuran, dan prosedur penelitian. Bab IV Penyajian Data dan Analisis berisi deskripsi lokasi penelitian, deskripsi
pelaksanaan
penggunaan
media
tangram
dalam
pembelajaran
matematika materi kesebangunan kelas IX MTs Siti Mariam dan analisis data. Bab V Penutup berisikan kesimpulan dan saran-saran serta lampiranlampiran.