BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam kehidupan, terutama pendidikan formal, dan pendidikan non formal tersebut mempunyai standar kompetensi yang telah ditentukan oleh pemerintah. Standar kompetensi itu sendiri adalah pernyataan tentang pengetahuan, keterampilan dan sikap yang harus dikuasai siswa serta tingkat penguasaan yang diharapkan dicapai dalam mempelajari suatu mata ajar tertentu. 1 Sedangkan standar kompetensi lulusan adalah kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan.2 Standar kompetensi lulusan mempunyai tujuan setiap satuan pendidikan, yaitu: pendidikan dasar (SMP/MTs) bertujuan untuk meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.3 Hal tersebut juga dapat dikategorikan menjadi 3 kemampuan yaitu: kognitif, afektif, dan psikomotorik yang diwujudkan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak sehingga mampu menghadapi persoalan yang dihadapinya. 4 Kompetensi
1
Mimin Haryati, Sistem Penilaian Berbasis Kompetensi Teori dan Praktek (Jakarta: Gaung Persada Press, 2007), 7. 2 Redaksi Penerbit Asa Mandiri, Standar Nasional Pendidikan (Jakarta: PT Asa Mandiri, 2007), 2. 3 Depag RI, UU dan Peraturan Pemerintah RI Tentang Pendidikan (Jakarta: Depag RI, 2006), 166. 4 Mimin Haryati, Sistem Penilaian ..., 2.
1
2
lulusan juga digunakan sebagai pedoman penilaian dalam penentuan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan.5 Dalam permendiknas no. 23 tahun 2006 tentang standar kompetensi lulusan untuk SMP/MTs antara lain: (a) menunjukkan kemampuan berfikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif, (b) menghargai tugas pekerjaan dan memiliki kemampuan untuk berkarya, (c) menunjukkan kegemaran membaca dan menulis naskah pendek sederhana, (d) menunjukkan keterampilan menyimak, berbicara, membaca dan menulis dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris sederhana, (e) menguasai pengetahuan yang diperlukan untuk mengikuti pendidikan menengah.6 Setelah melihat fenomena di lapangan, pada tahun pelajaran 2007/2008 ada 40% siswa yang tidak lulus di MTs Tri Bhakti Desa Pagotan Kecamatan Geger Kabupaten Madiun. Ini disebabkan karena personal skill siswa, kurangnya kemampuan kognitif, kurangnya kedisiplinan yang diterapkan oleh pendidik, serta tingkah laku yang kurang baik dari diri siswa. 7 Penulis memilih lokasi di MTs Tri Bhakti ini karena terlihat sekali yang paling berpengaruh adalah kurangnya kemampuan siswa dalam aspek kognitif.8 Dari fenomena di atas, maka apa yang dilakukan pihak terkait di MTs Tri Bhakti Desa Pagotan Kecamatan Geger Kabupaten Madiun dalam meningkatkan kemampuan kognitif siswa agar siswa mampu memahami
5
Ibid., 166. E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Sebuah Panduan Praktis (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007), 105. 7 Wawancara dengan Bapak Ali Wahyudin (Kepala Sekolah MTs Tri Bhakti Desa Pagotan Kecamatan Geger Kabupaten Madiun) 30 Maret 2009 jam 07.00- 09.00 WIB. 8 Ibid. 6
3
pelajaran.
Maka
“IMPLEMENTASI
penulis
tertarik
STANDAR
mengambil
KOMPETENSI
judul
LULUSAN
penelitian DALAM
PERMENDIKNAS NO. 23 TAHUN 2006” (Studi Kasus di MTs Tri Bhakti Pagotan Kecamatan Geger Kabupaten Madiun)
B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana implementasi SKL dalam permendiknas no. 23 tahun 2006 di MTs Tri Bhakti Desa Pagotan Kecamatan Geger Kabupaten Madiun? 2. Apa saja faktor pendukung dan penghambat diterapkannya SKL dalam permendiknas no. 23 tahun 2006 di MTs Tri Bhakti
Desa Pagotan
Kecamatan Geger Kabupaten Madiun? 3. Bagaimana upaya di terapkannya standar kompetensi lulusan dalam permendiknas no. 23 tahun 2006 di MTs Tri Bhakti Desa Pagotan Kecamatan Geger Kabupaten Madiun?
C. Fokus Penelitian Penelitian ini difokuskan pada implementasi standar kompetensi lulusan dalam permendiknas no. 23 tahun 2006 di MTs Tri Bhakti Desa Pagotan Kecamatan Geger Kabupaten Madiun yang meliputi: implementasi SKL, Faktor pendukung dan penghambat dan upaya di terapkannya standar kompetensi lulusan dalam permendiknas no. 23 tahun 2006 di MTs Tri Bhakti Desa Pagotan Kecamatan Geger Kabupaten Madiun.
4
D. Tujuan Penelitian Terkait dengan rumusan masalah di atas penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menjelaskan tentang: 1. Untuk menjelaskan implementasi SKL dalam permendinas no. 23 tahun 2006 di MTs Tri Bhakti
Desa Pagotan Kecamatan Geger Kabupaten
Madiun. 2. Untuk menjelaskan faktor pendukung dan penghambat diterapkannya SKL dalam permendiknas no. 23 tahun 2006 di MTs Tri Bhakti Desa Pagotan Kecamatan Geger Kabupaten Madiun. 3. Untuk menjelaskan upaya
diterapkannya standar kompetensi lulusan
dalam permendiknas no. 23 tahun 2006 di MTs Tri Bhakti Desa Pagotan Kecamatan Geger Kabupaten Madiun.
E. Manfaat Penelitian 1. Secara Teoritis Dapat memberikan kontribusi dan wawasan pemikiran bagi peneliti serta sebagai bahan pijakan bagi peneliti khususnya dalam mengetahui standar kompetensi lulusan dalam permendiknas no. 23 Tahun 2006. 2. Secara Praktis a. Bagi MTs Tri Bhakti Desa Pagotan Kecamatan Geger Kabupaten Madiun 1) Sebagai motivasi dalam memilih strategi yang sesuai.
5
2) Sebagai pengendali mutu pendidikan. b. Bagi guru 1) Untuk memilih strategi yang tepat dalam mencapai standar kompetensi lulusan (SKL) 2) Untuk mengevaluasi kinerja guru dalam kegiatan pembelajaran. c. Bagi siswa 1) Sebagai motivasi siswa dalam kegiatan belajar. 2) Sebagai acuan untuk melanjutkan ke sekolah yang lebih tinggi. d. Bagi peneliti 1) Sebagai sarana pengembangan ilmu pengetahuan yang dapat menambah wawasan pengetahuan dan pengalaman bagi peneliti.
F. Metodologi Kajian 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Dalam penelitian di MTs Tri Bhakti Desa Pagotan Kecamatan Geger Kabupaten Madiun ini, metode penelitian yang digunakan adalah dengan melalui pendekatan kualitatif yang melalui karakteristik alami (natural setting) sebagai sumber data langsung dan bersifat deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.9 Jenis penelitian yang digunakan adalah studi kasus yaitu memusatkan perhatian pada suatu kelas secara intensif dan terperinci 9
Wawancara dengan Bapak Ali Wahyudin (Kepala Sekolah MTs Tri Bhakti Pagotan) 30 Maret 2009 jam 07.00- 09.00 WIB.
6
mengenai latar belakang keadaan sekarang yang dipermasalahkan.10 Yang dalam hal ini berkata dengan “Standar Kompetensi Lulusan dalam permendiknas no. 23 tahun 2006” di MTs Tri Bhakti Desa Pagotan Kecamatan Geger Kabupaten Madiun. 2. Kehadiran Peneliti Ciri khas penelitian kualitatif tidak dapat dipisahkan dari pengamatan berperan serta. Pengamatan berperan serta adalah sebagai penelitian yang bercirikan interaksi sosial yang memakan waktu cukup lama antara peneliti dengan subyek dalam lingkungan subyek. Dan selama itu data dalam bentuk catatan lapangan dikumpulkan secara sistematis dan catatan tersebut berlaku tanpa gangguan. Sebab peranan penelitian yang menentukan keseluruhan skenarionya. 11 Untuk itu dalam penelitian ini peneliti bertindak sebagai instrument kunci, partisipan penuh sekaligus pengumpulan data, sedangkan instrument lain sebagai penunjang. 3. Lokasi Penelitian Adapun lokasi penelitiannya adalah di MTs Tri Bhakti Desa Pagotan Kecamatan Geger Kabupaten Madiun. Karena standar kompetensi lulusan belum mencapai 100% terutama dalam aspek kognitif. 4. Sumber Data Sumber data utama dalam penelitian ini adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah tambahan seperti dokumen dan lainnya. Dengan demikian sumber data dalam penelitian ini adalah kata-kata dan
10
Lexy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya,
2000), 3. 11
Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1997), 9.
7
tindakan sebagai sumber data utama, sedangkan sumber data tertulis, foto, dan statistik adalah sebagai sumber data tambahan.12 Adapun informan dalam penelitian ini adalah: a. Kepala sekolah. b. Guru. c. Siswa. 5. Prosedur Pengumpulan Data Teknik Pengumpulan Data pada penelitian ini adalah meliputi wawancara, observasi dan dokumentasi. Sebab bagi peneliti kualitatif fenomena dapat dimengerti maknanya secara baik, apabila dilakukan interaksi dengan subyek melalui wawancara mendalam dan observasi pada latar, dimana fenomena tersebut berlangsung dan disamping itu untuk melengkapi data, diperlukan dokumentasi (tentang bahan-bahan yang ditulis oleh atau tentang subyek). a. Teknik wawancara Wawancara adalah bentuk komunikasi antara 2 orang melibatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi dari seseorang lainnya dengan mengajukan pertanyaan berdasarkan tujuan tertentu.13 Sedangkan dalam teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian
ini
adalah
wawancara
mendalam
artinya
peneliti
mengajukan beberapa pertanyaan secara mendalam yang berhubungan
12
Lexy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, 117. Lofland, Analizing Social Setting, A Guide To Qualitative Observation And Analysis, (Belmat, Cal: Wardsworth Publishing Company, 1984). Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, 112. 13
8
dengan fokus permasalahan, sehingga dengan wawancara mendalam ini data-data bisa terkumpulkan semaksimal mungkin.14 b. Observasi Observasi merupakan metode pengumpulan data yang menggunakan pengamatan terhadap objek penelitian. 15 Seperti letak geografis, melukiskan secara umum situasi sosial dan apa yang terjadi disana, karakteristik psikis situasi sosial. c. Dokumentasi Dokumentasi merupakan cara pengumpulan data melalui peninggalan tertulis, seperti arsip, dan termasuk juga buku tentang dalil-dalil atau hukum-hukum.
16
Metode ini digunakan untuk
memperoleh data tentang standar kompetensi lulusan yang ada, struktur organisasi, data guru dan karyawan serta data siswa MTs Tri Bhakti Desa Pagotan Kecamatan Geger Kabupaten Ponorogo. 6. Analisis Data Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis data secara induktif. Analisis induktif ini digunakan karena beberapa alasan. Pertama, proses induktif lebih banyak menemukan kenyataan-kenyataan ganda yang terdapat dalam data. Kedua, analisis induktif lebih dapat membuat hubungan peneliti dan responden menjadi eksplisit, dapat dikenal dan acountible. Ketiga, analisis lebih dapat menguraikan latar 14
Dedi Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif, Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya (Bandung: PT Remaja Rosdakrya, 2004), 180. 15 Sugiono, Metodologi Penelitian Pendidikan (Bandung: PT Alfabeta 2006), 318. 16 Yatim Riyanto, Metodologi Penelitian Pendidikan, Suatu Tinjauan Dasar (Surabaya: Sic, 1999), 77-79.
9
secara penuh dan dapat membuat keputusan-keputusan tentang dapat tidaknya pengalihan kepada suatu latar lainnya. Keempat, analisis induktif lebih dapat menemukan pengaruh bersama yang mempertajam hubunganhubungan dan terakhir, analisis demikian dapat memperhitungkan nilainilai secara eksplisit sebagai bagian dari struktur analitik.17 Aktifitas dalam Analisis data, yaitu: a. Data reduction (reduksi data), yaitu merangkum, memilih hal-hal yang penting. 18 Dalam penelitian ini, data-data yang diperoleh melalui wawancara, observasi dan dokumentasi yang masih kompleks tentang kegiatan pembelajaran peserta didik, kemudian direduksi dengan memilih dan memfokuskan pada hal-hal yang pokok, yaitu yang berkaitan langsung dengan implementasi standar kompetensi lulusan di MTs Tri Bhakti
Desa Pagotan Kecamatan Geger Kabupaten
Madiun b. Data display (penyajian data) yaitu men-display-kan data atau menyajikan data ke dalam pola yang dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, grafik, matrik, network dan chart. Bila pola-pola yang ditemukan telah didukung oleh data selama penelitian, maka pola tersebut sudah menjadi pola yang baku yang selanjutnya akan didisplaykan pada akhir penelitian.19
17
Lexy J. Moleoong, Metodologi Penelitian Kualitatif, 5. S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2003), 165. 19 Sugiono, Metodologi Penelitian Pendidikan, 338. 18
10
c. Conclusion (verifikasi) yaitu analisis data yang terus menerus baik selama maupun sesudah pengumpulan data, penarikan kesimpulan yang datanya menggambarkan pola yang terjadi.20 7. Pengecekan Keabsahan Data Keabsahan data merupakan konsep penting yang diperbaharui dari konsep kesahihan (validitas) dan keandalan (reabilitas).
21
Derajat
kepercayaan keabsahan data (kredibilitas data) dapat diadakan pengecekan dengan teknik pengamatan yang tekun dan triangulasi. Ketekunan pengamatan yang dimaksud adalah menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dalam persoalan atau isu yang sedang dicari. Ketekunan pengamatan ini dilakukan peneliti dengan cara: (a) mengadakan pengamatan dengan teliti dan rinci secara berkesinambungan terhadap “Implementasi Standar Kompetensi Lulusan Dalam Permendiknas No. 23 Tahun 2006 di MTs Tri Bhakti Desa Pagotan Kecamatan Geger Kabupaten Madiun” dalam mengahadapi arus globalisasi dan perdagangan bebas abad ke-21, kemudian (b) menelaah secara rinci sampai ada suatu titik, sehingga pada pemeriksaan tahap awal tampak salah satu atau seluruh faktor yang ditelaah sudah dipahami dengan cara biasa.22 Teknik triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai 20
Ibid, 345. Ibid. 22 Lexy Moleong, Metodologi Penelitian, 171 21
11
pembanding terhadap data itu. Ada empat macam triangulasi sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik dan teori. Dalam penelitian ini digunakan teknik triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif. Hal ini dapat dicapai peneliti dengan jalan (a) membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara, (b) membandingkan apa yang dikatakan orang didepan umum dan apa yang dikatakan secara pribadi, (c) membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu, (d) membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang yang berpendidikan menengah atau tinggi, (e) membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.23 8. Tahapan-Tahapan Penelitian Dalam penelitian ini ada 3 (tiga) tahapan dan ditambah dengan tahap terakhir dari penelitian yaitu tahap penulisan laporan hasil penelitian. Tahapan-tahapan penelitian-penelitian tersebut adalah (1) tahap pra-lapangan, yang meliputi: menyusun rancangan penelitian, memilih lapangan penelitian, mengurus perizinan, menjajagi dan menilai keadaan lapangan,
memilih
dan
memanfaatkan
informan,
menyiapkan
perlengkapan penelitian dan yang menyangkut persoalan etika penelitian.
23
Ibid, 177
12
Tahap ini dilakukan bulan, (2) Tahap pekerjaan lapangan, yang meliputi: memahami latar penelitian dan persiapan diri, memasuki lapangan dan berperan serta sambil mengumpulkan data. Tahap ini dilakukan bulan, (3) tahap analisis data yang meliputi analisis selama dan setelah pengumpulan data, yaitu bulan Mei-Juni 2009, (4) tahap penulisan hasil laporan penelitian yaitu bulan Juli 2009.
G. Sistematika Pembahasan Sistematika pembahasan dimaksudkan untuk mempermudah para pembaca dalam menelaah isi kandungan yang ada di dalamnya. Proposal ini terdiri dari 5 bab yaitu : Bab pertama merupakan pendahuluan. Bab ini berfungsi untuk memberi gambaran tentang penelitian yang akan dilakukan yang meliputi: latar belakang masalah, fokus penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metodologi penelitian dan sistematika pembahasan. Bab kedua, merupakan landasan teori. Bab ini berisi pengertian standar kompetesi lulusan, tujuan umum dan tujuan khusus, standar kompetensi lulusan mata pelajaran, peraturan menteri pendidikan nasional no. 23 tahun 2006. Bab ketiga, berisi tentang temuan penelitian yang berisi gambaran umum lokasi penelitian yang mencakup sejarah berdirinya, letak geografis, visi, misi, tujuan, struktur organisasi, keadaan guru dan siswa dan sarana prasarana MTs Tri Bhakti
Desa Pagotan Kecamatan Geger Kabupaten
13
Madiun. Dan data khusus meliputi implementasi SKL dalam permendiknas no. 23 tahun 2006 di MTs Tri Bhakti Desa Pagotan Kecamatan Geger Kabupaten Madiun, faktor pendukung dan penghambat diterapkannya SKL dalam permendiknas no. 23 tahun 2006 di MTs Tri Bhakti Desa Pagotan Kecamatan Geger Kabupaten Madiun, upaya di terapkannya standar kompetensi lulusan dalam permendiknas no.23 tahun 2006 di MTs Tri Bhakti Desa Pagotan Kecamatan Geger Kabupaten Madiun. Bab keempat, analisis implementasi SKL dalam permendiknas no. 23 tahun 2006 di MTs Tri Bhakti Desa Pagotan Kecamatan Geger Kabupaten Madiun, analisis faktor pendukung dan penghambat diterapkannya SKL dalam permendiknas no. 23 tahun 2006 di MTs Tri Bhakti Desa Pagotan Kecamatan Geger Kabupaten Madiun, analisis upaya di terapkannya standar kompetensi lulusan dalam permendiknas no. 23 tahun 2006 di MTs Tri Bhakti Desa Pagotan Kecamatan Geger Kabupaten Madiun. Bab
kelima,
merupakan
bab
penutup,
bab
ini
berfungsi
mempermudah para pembaca dalam mengambil intisari yang berisi kesimpulan dan saran.
14
BAB II STANDAR KOMPETENSI LULUSAN (SKL) MTs DALAM PERMENDIKNAS NO. 23 TAHUN 2006
A. Standar Kompetensi Lulusan (SKL) 1. Pengertian Standar Kompetensi Lulusan (SKL) Dalam Buku Standar Nasional Pendidikan, standar kompetensi lulusan (SKL) adalah kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. 24 Adapun tujuan setiap satuan pendidikan, yakni pendidikan dasar yang meliputi SD/MI/SDLB/paket A dan SMP/MTs/SMPLB/Paket B bertujuan untuk meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlaq mulia, serta keterampilan. untuk hidup mandiri dalam mengikuti pendidikan yang lebih lanjut.25 Menurut Abdul Majid, standar kompetensi lulusan (SKL) juga disebut dengan kompetensi tamatan, yaitu merupakan pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak yang harus dimiliki siswa setelah menyelesaikan suatu jenjang tertentu.26 Menurut Dede Rosyada, kompetensi tamatan adalah pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai yang direfleksikan dalam kebiasaan
24
Redaksi Penerbit Aksa Mandiri, Standar Nasional Pendidikan (Jakarta: Asa Mandiri,
2007), 2. E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Sebuah Panduan Praktis (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007), 91. 26 Abdul Majid, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, Kompetensi Konsep, dan Implementasi Kurikulum 2004 (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), 68. 25
15
berfikir dan bertindak setelah siswa menyelesaikan belajar pada suatu jenjang tertentu. 27 Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa standar kompetensi lulusan (SKL) adalah sebuah patokan untuk mengukur kompetensi siswa setelah diadakan ujian yang meliputi 3 aspek, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik. Pengertian ketiga aspek di atas adalah sebagai berikut: a. Aspek kognitif berhubungan dengan kemampuan intelektual, meliputi: 28
1) Mengingat atau menghafal: siswa ingat atau mengenal mengulang kembali informasi. 2) Pemahaman: kemampuan membandingkan. 3) Mengaplikasi: siswa menyelesaikan masalah dalam kehidupan yang
nyata,
mengidentifikasi,
memilih
dan
menerapkan
generalisasi dan keterampilannya. 4) Menganalisis: siswa dapat menyelesaikan masalah dengan pengetahuan yang dia miliki dan dapat membentuk fikirannya. 5) Mensistesis: siswa dapat menyelesaikan masalah yang menuntut adanya originalitas dan satu kegiatan berfikir yang kreatif. 6) Mengevaluasi: siswa membuat pertimbangan dan penilaian atas baik dan buruk, benar dan salah berdasarkan pengetahuan yang dia miliki.
27
Dede Rosyada, Paradigma Pendidikan Demokratis, Sebuah Model Pelibatan Masyarakat dalam Penyelenggaraan Pendidikan (Jakarta: Kencana, 2004), 49. 28 Jos Daniel Parera, Keterampilan Bertanya dan Menjelaskan (Jakarta: Erlangga, 1993), 15.
16
b. Aspek Afektif Aspek afektif berhubungan dengan penilaian sikap dan minat siswa terhadap mata pelajaran dan proses pembelajaran, dalam aspek ini meliputi:29 1) Memberikan respon atau reaksi terhadap nilai-nilai yang dihadapkan kepadanya. 2) Menikmati atau menerima nilai-nilai, norma, serta obyek yang mempunyai nilai etika dan estetika. 3) Menilai (valuing) ditinjau dari segi baik buruk, adil tidak adil, indah tidak indah terhadap obyek studi. 4) Menerapkan atau mempraktikkan nilai, norma, etika, dan estetika dalam perilaku kehidupan sehari-hari.
c. Aspek Psikomotorik Aspek psikomotorik adalah aspek yang berkaitan dengan keterampilan (skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. 30 Pada aspek ini kompetensi yang harus dicapai meliputi 3 tingkatan, yaitu:31 1) Tingkatan penguasaan gerakan awal berisi tentang kemampuan siswa dalam menggerakkan sebagai anggota tubuh.
29
Wina Sanjaya, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006), 35-36. 30 Anas Sudjono, Pengantar Evaluasi Pendidikan (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1996), 57. 31 Wina Sanjaya, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, 36.
17
2) Tingkatan gerakan rutin meliputi kemampuan melakukan atau menirukan gerakan yang melibatkan seluruh anggota badan. 3) Tingkatan gerakan rutin berisi kemampuan melakukan gerakan secara menyeluruh dengan sempurna dan sampai pada tingkatan otomatis.
2. Tujuan Umum dan Khusus a. Tujuan Umum Pendidikan SLTP/MTs adalah agar lulusan:32 1)
Menjadi warga negara yang baik sebagai manusia yang utuh, sehat lahir dan batin.
2)
Menguasai pendidikan umum yang merupakan kelanjutan dari sekolah dasar.
3)
Memiliki bekal untuk melanjutkan pelajarannya ke sekolah lanjutan tingkat atas dan untuk tujuan kemasyarakatan.
b. Tujuan Khusus SLTP adalah agar lulusan:33 1)
Bidang pengetahuan 1) Memiliki pengetahuan tentang agama dan atau kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. 2) Memiliki pengetahuan tentang dasar-dasar kenegaraan dan pemerintahan sesuai dengan UUD 1945.
32
Soeparman, Pendidikan Nasional (Surabaya: PT Bina Ilmu, 1995), 18. 33 Ibid., 18-19.
18
3) Memiliki
pengetahuan
dasar
tentang
kependudukan,
kesejahteraan keluarga, dan kesehatan. 4) Memiliki pengetahuan yang fungsional tentang fakta dan kejadian penting yang aktual terutama yang bersifat lokal, regional, dan nasional. 5) Memiliki pengetahuan berbagai bidang pekerjaan tingkat menengah yang ada di masyarakat. 6) Menguasai pengetahuan dasar di bidang matematika, IPA, IPS, bahasa Indonesia, dan bahasa Inggris. 7) Memiliki pengetahuan tentang berbagai unsur kebudayaan dan tradisi nasional. 2)
Bidang Keterampilan a) Menguasai cara belajar yang baik. b) Memiliki keterampilan memecahkan masalah sederhana dengan sistematis. c) Memiliki keterampilan membaca atau memahami isi bacaan sederhana yang berguna baginya dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. d) Memiliki keterampilan mengadakan komunikasi sosial secara lisan dan tertulis. e) Memiliki keterampilan dan kebiasaan berolahraga. f) Memiliki keterampilan dan sekurang-kurangnya satu cabang kesenian.
19
g) Memiliki keterampilan dalam segi kesejahteraan keluarga dan usaha kesehatan. h) Memiliki
keterampilan
sederhana
dalam
bidang
kepemimpinan. i) Memiliki
kemampuan
sekurang-kurangnya
satu
jenis
keterampilan pra-vokusional sesuai dengan minat dan bakatnya serta hubungan lingkungan. 3)
Bidang Sikap (Afektif) a) Menerima dan melaksanakan Pancasila dan UUD 1945. b) Menerima dan melaksanakan ajaran agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Esa yang dianut orang lain. c) Mencintai
sesama
manusia,
bangsa,
dan
lingkungan
sekitarnya. d) Memiliki sikap demokratis dan tenggang rasa. e) Memiliki rasa
tanggung
jawab dalam pekerjaan
dan
masyarakat. f) Memiliki minat dan sikap positif terhadap ilmu pengetahuan. g) Memiliki inisiatif, daya kreatif, sikap kritis, rasional, dan obyektif dalam memecahkan persoalan. h) Memiliki minat dan sikap yang positif dan konstruktif terhadap olah raga dan hidup sehat. Ketiga aspek di atas menjadi obyek penilaian hasil belajar. Di antara ketiga aspek, kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh para
20
guru di sekolah, karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai bahan pengajaran.34 Hal tersebut merupakan tujuan yang telah ditetapkan pada masing-masing komponen, terutama bermuara pada ketercapaian output sekolah, yaitu lulusan yang bermutu sebagai sentral tujuan pendidikan. Hasil akhir dari sistem pendidikan itu adalah ditujukan pada lulusan.
35
Lulusan yang
menampakkan kompetensi yang dipersyaratkan adalah lulusan yang sesuai dengan kriteria sekolah efektif. Namun demikian, kebermutuan pada komponen pendukung, pelaksana, dan penentu keberhasilan lulusan menjadi indikator yang turut menentukan keberhasilan pendidikan.36
3. Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah RI Tentang Standar Kompetensi Lulusan (SKL) Dalam bab V tentang standar kompetensi lulusan (SKL) yaitu pasal 25 ayat:37 1) Standar kompetensi lulusan (SKL) digunakan sebagai pedoman penilaian dalam penentuan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan.
34
35
37
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1995), 22-23. Aan Komariyah, Visionary Leadership Menuju Sekolah Efektif (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006), 36. 36 Ibid., 36. Depag RI, Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah RI Tentang Pendidikan (Jakarta: Depag RI, 2006), 166-167.
21
2) Standar kompetensi lulusan (SKL) sebagaimana dimaksudkan pada ayat (1) meliputi kompetensi untuk seluruh mata pelajaran atau kelompok mata pelajaran dan mata kuliah atau kelompok mata kuliah. 3) Kompetensi lulusan untuk mata pelajaran bahasa menekankan pada kemampuan membaca dan menulis yang sesuai dengan jenjang pendidikan. 4) Kompetensi lulusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yaitu, standar kompetensi lulusan (SKL) digunakan sebagai pedoman penilaian dalam penentuan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan, dan ayat (2) yaitu, standar kompetensi lulusan (SKL) sebagaimana dimaksudkan pada ayat (1) meliputi kompetensi untuk seluruh mata pelajaran atau kelompok mata pelajaran dan mata kuliah atau kelompok mata kuliah mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Dalam pasal 26 ayat 1 disebutkan bahwa standar kompetensi lulusan (SKL) pada jenjang pendidikan dasar bertujuan untuk meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri, dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Sedangkan dalam pasal 27 dijelaskan bahwa standar kelulusan pendidikan dasar, menengah, dan pendidikan non formal dikembangkan oleh BSNP dan ditetapkan dalam peraturan menteri.
B. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 23 Tahun 2006
22
Peraturan menteri pendidikan nasional no. 23 tahun 2006 tanggal 23 Mei 2006. Standar kompetensi lulusan satuan pendidikan (SKL-SP) meliputi:38 1. SD/MI/SDLB/paket A 2. SMP/MTs/SMPLB/paket B 3. SMA/MA/SMALB/paket C 4. SMK/MAK Adapun standar kompetensi lulusan satuan pendidikan (SKLSP) dikembangkan berdasarkan tujuan setiap satuan pendidikan, yakni: 1. Pendidikan
dasar,
yang
meliputi
SD/MI/SDLB/Paket
A
dan
SMP/MTs/SMPLB/paket B bertujuan meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri, dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. 2. Pendidikan menengah yang terdiri atas SMA/MA/SMAKB/paket C bertujuan, meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri, dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. 3. Pendidikan menengah kejuruan yang terdiri atas SMK/MAK bertujuan, meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya.
38
Redaksi Penerbit Aksa Mandiri, Standar Nasional Pendidikan, 126.
23
Adapun standar kompetensi lulusan satuan pendidikan (SKL-SP) selengkapnya adalah:39 a. SMP/MTs/SMPLB/Paket B 1. Mengadakan ajaran agama yang dianut sesuai dengan tahap perkembangan remaja. 2. Memahami kekurangan dan kelebihan diri sendiri. 3. Menunjukkan sikap percaya diri. 4. Mematuhi aturan-aturan sosial yang berlaku dalam lingkungan yang lebih luas. 5. Menghargai keberagaman agama, budaya, suku, ras, dan golongan sosial, ekonomi dalam lingkup nasional. 6. Mencari dan menerapkan informasi dari lingkungan sekitar dan sumber-sumber lain secara logis, kritis, dan kreatif. 7. Menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif. 8. Menunjukkan kemampuan belajar secara mandiri sesuai dengan potensi yang dimilikinya. 9. Menunjukkan kemampuan menganalisis dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. 10. Mendeskripsi gejala alam dan sosial. 11. Memanfaatkan lingkungan secara bertanggung jawab.
39
Ibid., 127.
24
12. Menerapkan nilai-nilai kebersamaan dan kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara demi terwujudnya persatuan dalam negara kesatuan republik Indonesia. 13. Menghargai karya seni dan budaya nasional. 14. Menghargai tugas pekerjaan dan memiliki kemampuan untuk berkarya. 15. Menerapkan hidup bersih, sehat, bugar, aman, dan memanfaatkan waktu luang. 16. Berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan santun. 17. Memahami hak dan kewajiban diri dan orang lain dalam pergaulan di masyarakat. 18. Menghargai adanya perbedaan pendapat. 19. Menunjukkan kegemaran membaca dan menulis naskah pendek sederhana. 20. Menunjukkan keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris sederhana. 21. Menguasai pengetahuan yang diperlukan untuk mengikuti pendidikan menengah.
25
b. Standar Kompetensi Mata Pelajaran 1) Bahasa Indonesia SMP/MTs a) Mendengarkan Memahami wacana lisan dalam kegiatan wawancara, pelaporan, penyampaian berita radio atau TV, dialog interaktif, pidato, khutbah atau ceramah, dan pembacaan berbagai karya sastra berbentuk dongeng, puisi, drama, novel remaja, syair, kutipan, dan sinopsis novel. b) Berbicara Menggunakan wacana lisan untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, informasi, pengalaman, pendapat, dan komentar dalam kegiatan wawancara, presentasi laporan, diskusi, protokoler, dan pidato, serta dalam berbagai karya sastra berbentuk cerita pendek, novel remaja, puisi, dan drama. c) Membaca Menggunakan berbagai jenis membaca untuk memahami berbagai bentuk wacana tulis, dan berbagai karya sastra berbentuk puisi, cerita pendek, drama, novel remaja, antologi puisi, novel dari berbagai angkatan. d) Menulis Melakukan
berbagai
kegiatan
menulis
untuk
mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi dalam bentuk buku harian, surat pribadi, pesan singkat, laporan, surat dinas,
26
petunjuk, rangkuman, teks berita, slogan, poster, iklan baris, resensi, karangan, karya ilmiah sederhana, pidato, surat pembaca, dan berbagai karya sastra berbentuk pantun, dongeng, puisi, drama, puisi, dan cerpen.
2) Bahasa Inggris SMP/MTs 1. Mendengarkan Memahami makna dalam wacana lisan interpersonal dan transaksional sederhana, secara formal maupun informal, dalam bentuk recount, narrative, procedure, descriptive, dan report, dalam konteks kehidupan sehari-hari. 2. Berbicara Mengungkapkan makna secara lisan dalam wacana interpersonal dan transaksional sederhana, secara formal maupun informal, dalam bentuk recount, narrative, procedure, descriptive, dan report, dalam konteks kehidupan sehari-hari. 3. Membaca Memahami makna dalam wacana tertulis interpersonal dan transaksional sederhana, secara formal maupun informal, dalam bentuk recount, narrative, procedure, descriptive, dan report, dalam konteks kehidupan sehari-hari.
27
4. Menulis Mengungkapkan makna secara tertulis dalam wacana interpersonal dan transaksional sederhana, secara formal maupun informal, dalam bentuk recount, narrative, procedure, descriptive, dan report, dalam konteks kehidupan sehari-hari.
3) Matematika SMP/MTs 1. Memahami konsep bilangan real, operasi hitung dan sifat-sifatnya (komutatif, asosiatif, distributif), barisan bilangan sederhana (barisan aritmatika dan sifat-sifatnya), serta
penggunaannya
dalam pemecahan masalah. 2. Memahami konsep aljabar meliputi: bentuk aljabar dan unsurunsurnya,
persamaan
dan
pertidaksamaan
linear
serta
penyelesaiannya, himpunan dan operasinya, relasi, fungsi dan grafiknya, sistem persamaan linear dan penyelesaiannya, serta menggunakannya dalam pemecahan masalah. 3. Memahami bangun-bangun geometri, unsur-unsur dan sifatsifatnya, ukuran dan pengukurannya, meliputi: hubungan antar garis, sudut (melukis sudut dan membagi sudut), segitiga (termasuk melukis segitiga) dan segi empat, teorema Pythagoras, lingkaran (garis singgung sekutu, lingkaran luar, dan lingkaran dalam, segitiga dan melukisnya), kubus, balok, prisma, limas, dan jaring-jaringnya, kesebangunan dan kongruensi, tabung, kerucut, bola, serta menggunakannya dalam pemecahan masalah.
28
4. Memahami konsep data, pengumpulan dan penyajian data (dengan tabel, gambar, diagram, grafik), rentangan data, rerata hitung, modus, dan median, serta
menerapkannya dalam pemecahan
masalah. 5. Memahami konsep ruang sampel dan peluang kejadian, serta memanfaatkan dalam pemecahan masalah. 6. Memiliki sikap menghargai matematika dan kegunaannya dalam kehidupan. 7. Memiliki kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta mempunyai kemampuan bekerja sama.
4) Ilmu Pengetahuan Alam SMP/MTs 1. Melakukan melaksanakan
pengamatan percobaan
dengan sesuai
peralatan prosedur,
yang mencatat
sesuai, hasil
pengamatan dan pengukuran dalam tabel dan grafik yang sesuai, membuat kesimpulan dan mengkomunikasikannya secara lisan dan tertulis sesuai dengan bukti yang diperoleh 2. Memahami keanekaragaman hayati, klasifikasi keragamannya berdasarkan
ciri,
cara-cara
pelestariannya,
serta
saling
ketergantungan antar makhluk hidup di dalam ekosistem. 3. Memahami sistem organ pada manusia dan kelangsungan makhluk hidup. 4. Memahami konsep partikel materi, berbagai bentuk, sifat dan wujud zat, perubahan, dan kegunaannya.
29
5. Memahami konsep gaya, usaha, energi, getaran, gelombang, optik, listrik, magnet, dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. 6. Memahami sistem tata surya dan proses yang terjadi di dalamnya.
5) Ilmu Pengetahuan Sosial SMP/MTs 1. Mendeskripsikan keanekaragaman bentuk muka bumi, proses pembentukan, dan dampaknya terhadap kehidupan. 2. Memahami proses interaksi dan sosialisasi dalam pembentukan kepribadian manusia. 3. Membuat sketsa dan peta wilayah serta menggunakan peta, atlas, dan globe untuk mendapatkan informasi keruangan. 4. Mendeskripsikan gejala-gejala
yang
terjadi di
geosfer dan
dampaknya terhadap kehidupan. 5. Mendeskripsikan perkembangan masyarakat, kebudayaan, dan pemerintahan sejak pra-aksara, Hindu-Budha, sampai masa kolonial Eropa. 6. Mengidentifikasikan kependudukan
upaya
penanggulangan
dan
lingkungan
proses
kebangkitan
hidup
dalam
permasalahan pembangunan
berkelanjutan. 7. Memahami
nasional,
usaha
persiapan
kemerdekaan, mempertahankan kemerdekaan, dan mempertahankan negara kesatuan republik Indonesia. 8. Mendeskripsikan perubahan sosial-budaya dan tipe-tipe perilaku masyarakat dalam menyikapi perubahan, serta mengidentifikasi
30
berbagai penyakit sosial sebagai akibat penyimpangan sosial dalam masyarakat, dan upaya pencegahannya. 9. Mengidentifikasi region-region di permukaan bumi berkenaan dengan pembagian permukaan bumi atas benua dan samudera, keterkaitan unsur-unsur geografi dan penduduk, serta ciri-ciri negara maju dan berkembang. 10. Mendeskripsikan perkembangan lembaga internasional, kerja sama internasional perdagangan
dan peran Indonesia dalam kerja sama dan internasional,
serta
dampaknya
terhadap
perekonomian Indonesia. 11. Mendeskripsikan manusia sebagai makhluk sosial dan ekonomi serta mengidentifikasi tindakan ekonomi berdasarkan motif dan prinsip ekonomi dalam memenuhi kebutuhannya. 12. Mengungkapkan gagasan kreatif dalam tindakan ekonomi berupa kegiatan konsumsi, produksi, dan distribusi barang/jasa untuk mencapai kemandirian dan kesejahteraan.
31
6) Seni Budaya SMP/MTs Seni Rupa 1. Mengapresiasi dan mengekspresikan karya seni rupa terapan melalui gambar bentuk obyek tiga dimensi yang ada di daerah setempat. 2. Mengapresiasi dan mengekspresikan karya seni rupa terapan melalui gambar atau lukisan, karya seni grafis, dan karya tekstil batik daerah nusantara. 3. Mengapresiasi dan mengekspresikan karya seni rupa murni yang dikembangkan dari beragam unsur seni rupa nusantara dan mancanegara.
Seni Musik 1. Mengapresiasi dan mengekspresikan karya seni musik lagu daerah setempat secara perseorangan dan berkelompok. 2. Mengapresiasi dan mengekspresikan karya seni musik lagu tradisional nusantara secara perseorangan dan kelompok 3. Mengapresiasi dan mengekspresikan karya seni musik lagu mancanegara secara perseorangan dan kelompok.
Seni Tari 1. Mengapresiasi dan mengekspresikan karya seni tari tunggal dan berpasangan/kelompok terhadap setempat.
keunikan seni tari daerah
32
2. Mengapresiasi dan mengekspresikan karya seni tari tunggal dan berpasangan/kelompok terhadap keunikan seni tari nusantara. 3. Mengapresiasi dan mengekspresikan karya seni tari tunggal dan berpasangan/kelompok terhadap keunikan seni tari mancanegara.
7) Teknologi Informasi dan Komunikasi SMP/MTs 1. Memahami penggunaan teknologi informasi dan komunikasi, dan prospeknya di masa datang. 2. Menguasai dasar-dasar keterampilan komputer. 3. Menggunakan perangkat pengolah kata dan pengolah angka untuk menghasilkan dokumen sederhana. 4. Memahami prinsip dasar internet/intranet dan menggunakannya untuk memperoleh informasi.40
C. Perilaku Mengajar Guru memegang peran yang amat sentral dalam keseluruhan proses pembelajaran. Gurupun dituntut untuk mampu mewujudkan perilaku mengajar secara tepat agar terjadi perilaku bel yang efektif dalam diri siswa. Guru juga sebagai evaluator yang dituntut untuk berperan secara terus menerus mengikuti hasil belajar yang dicapai oleh siswa dari waktu ke waktu. Informasi yang diperoleh melalui evaluasi ini akan merupakan umpan balik terhadap proses kegiatan belajar mengajar, yang selanjutnya akan diadakan titik tolak untuk memperbaiki dan meningkatkan proses pembelajaran
40
Ibid., 150-159.
33
selanjutnya.
Dengan demikian,
proses
pembelajaran
akan
senantasa
ditingkatkan terus menerus untuk memperoleh hasil belajar uang optimal.41 Guru berperan untuk senantiasa menimbulkan, memelihara, dan meningkatkan motivasi siswa untuk belajar. Dalam hubungan ini, guru sebagai motivator keseluruhan kegiatan belajar siswa. Sebagai motivator belajar, guru harus mampu untuk: (1) membangkitkan dorongan siswa untuk belajar, (2) menjelaskan kepada siswa apa yang dapat dilakukan pada akhir pengajaran, (3) membuat regulasi atau aturan perilaku siswa.42 Dalam proses pembelajaran, guru juga melakukan pendekatan instruksional dan pendekatan pribadi. Dalam kaitannya dengan proses pembelajaran, para pengajar disebut metakognisi adalah pengetahuan seorang individu terhaadap proses dan hasil belajar yang terjadi dalam dirinya serta hal-hal yang terkait. Agar proses belajar dapat berlangsung secara efektif para siswa hendaknya memiliki persepsi yang tepat. Dan menunjang terhadap proses belajar. Belajar yang efektif adalah mereka yang mampu melakukan kegiatan belajar dengan memperoleh hasil sebaik-baiknya dan dapat diterapkan dalam berbagai aspek kehidupannya. Pelajaran efektif akan mampu melakukan kegiatan belajar secara terus menerus sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan. Cara belajar siswa diperlukan juga belajar bersama atau belajar kelompok. Belajar bersama pada dasarnya adalah memecahkan persoalan secara bersama atau berkelompok. Dalam belajar kelompok, setiap individu turut memberikan sumbangan fikiran dalam mengucapkan masalah yang dibahas sehingga diperoleh hasil yang lebih baik. Pikiran dari banyak orang,
41
Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Berbasis Integrasi dan Kompetensi (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), 78. 42 Ibid.
34
biasanya akan menghasilkan jalan keluar yang lebih baik daripada sendiri. Belajar bersama baik sekali apabila dilakukan ketika ada tugas dari guru atau dosen, baik tugas perorangan maupun kelompok.43 Namun, situasi lingkungan sekitar sekolah biasanya dipengaruhi oleh godaan dalam berbagai bentuk, antara lain: judi, tontonan yang bernada menyenangkan nafsu (seperti blue film, permainan ketangkasan berhadiah, dan lain-lain). Situasi demikian melemahkan daya konsentrasi berfikir dan berakhlaq mulia, serta mengurangi gairah belajar, bahkan mengurangi daya saing dalam meraih kemajuan.44 Dalam pembelajaran afektif, sikap seseorang bisa diramalkan perubahan-perubahannya, apabila seseorang telah menguasai bidang kognitif tingkat tinggi. Ada kecenderungan bahwa prestasi belajar bidang afektif kurang mendapat perhatian dari guru. Para guru cenderung lebih memperhatikan pada bidang kognitif semata. Tipe prestasi belajar afektif tampak pada siswa dengan berbagai tingkah laku, seperti perhatian-perhatian terhadap pelajaran, motivasi belajar, menghargai guru dan teman, kebiasaan belajar, dan lain-lain. Meskipun bahan pelajaran berisikan bidang kognitif, tetapi bidang afektif harus menjadi bagian integral dari bahan tersebut, dan harus tampak dalam proses belajar dan prestasi belajar yang dicapai.45
D. Pengukuran Pengukuran adalah suatu prosedur untuk memberikan angka (biasanya disebut skor) kepada suatu sifat atau karakteristik tertentu seseorang
43
44
Ibid., 83. Abdullah Aly dan Djamaluddin, Kapita Selekta Pendidikan Islam (Bandung: Pustaka Setia, 1999), 19. 45 Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Berbasis Integrasi dan Kompetensi, 154.
35
sedemikian sehingga mempertahankan hubungan senyatanya antara seseorang dengan orang lain sehubungan dengan sifat yang diukur itu. Pengukuran dalam sekolah berkaitan hanya dengan pencandraan atau diskripsi kuantitatif mengenai tingkah laku siswa. Pengukuran tidak melibatkan pertimbangan mengenai baiknya atau nilai tingkah laku yang diukur itu seperti halnya tes, pengukuranpun tidak menentukan siapa yang lulus dan siapa yang tidak lulus. Pengukuran hanya membuahkan data kuantitatif mengenai hal yang diukur. Untuk mengukur seseorang menurut batasan tersebut di atas, perlu: 1. Mengidentifikasi orang yang hendak diukur. 2. Mengidentifikasi karakteristik atau sifat-sifat khas orang yang hendak diukur. 3. Menetapkan prosedur yang hendak dipakai untuk dapat memberikan angka-angka pada karakteristik tersebut.46 E. Penilaian Menilai adalah mengambil suatu keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik buruk. 47 Penilaian hasil belajar mengisyaratkan hasil belajar sebagai hasil program atau obyek yang menjadi sasaran penilaian. Sedangkan alat-alat penilaian hasil belajar, yakni tes, baik tes uraian maupun tes obyektif. Tes sebagai alat penilaian adalah pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada siswa untuk mendapat jawaban dari siswa dalam bentuk lisan, tulisan, atau perbuatan.48
46
48
Daryanto, Evaluasi Pendidikan, (Jakarta : PT Renika Cipta, 2001), 101. 47 Ibid., 6. Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 1995), 35
36
Ada dua jenis tes dalam penilaian ini, terdiri dari uraian dan tes obyektif. 1. Tes uraian Tes uraian disebut juga examination, secara umum ter uraian ini adalah pertanyaan yang menuntut siswa menjawabnya dalam bentuk menguraikan,
menjelaskan,
mendikskusikan,
membandingkan,
memberikan alasan dan bentuk lain yang sejenis sesuai dengan tuntutan pertanyaan dengan kata-kata dan bahasa sendiri. Dengan demikian dalam tes ini dituntut kemampuan siswa dalam hal mengekspesikan gagasannya melalui bahasa tulisan. Keunggulan atau Kelebihan dari tes uraian adalah:49 a. Dapat mengukur proses mental yang tinggi atau aspek kognitif tingkat tinggi. b. Dapat mengembangkan kemampuan berbahasa baik lisan maupun tulisan dengan baik dan benar sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa. c. Dapat melatih kemampuan berpikir teratur atau penilaian, yakni berpikir logis, analitis, dan sistematis. d. Mengembangkan keterampilan pemecahan masalah (problem solving). e. Adanya keuntungan teknis, seperti mudah membuat soalnya, sehingga tanpa memakan waktu yang lama, guru secara langsung melihat proses berpikir siswa. Kelemahan / kekurangan yang terdapat tes uraian ini antara lain:50 a. Sampel tes sangat terbatas, sebab dengan tes ini tidak mungkin dapat menguji semua bahan yang telah diberikan, tidak seperti pada objek
49
50
Ibid., 36. Ibid., 36-37
37
objektif yang dapat menanyakan banyak hal melalui sejumlah pertanyaan. b. Sifatnya sangat subjektif baik dalam menanyakan, dalam membuat pertanyaan, maupun dalam cara memeriksanya. c. Kurang reliabel, mengungkap aspek yang terbatas, pemeriksaannya memerlukan waktu lama, sehingga tidak praktis yang jumlahnya relatif besar. 2. Tes Objektif Tes objektif banyak digunakan dalam menilai hasil belajar.51 Hal ini disebabkan antara lain oleh luasnya bahan pelajaran yang dapat dicakup dalam tes dan mudahnya menilai jawaban yang diberikan. a. Bentuk soal jawaban singkat Bentuk
soal
jawaban
singkat
merupakan
soal
yang
menghendaki jawaban dalam bentuk kata, bilangan, kalimat, atau simbol dan jawabannya hanya dapat dinilai benar atau salah. Ada dua bentuk soal jawaban singkat, yaitu bentuk pertanyaan langsung dan bentuk pertanyaan tidak lengkap. Keunggulan atau kelebihan bentuk soal jawaban singkat adalah: 1) Menyusun soalnya relatif mudah 2) Kecil kemungkinan siswa memberi jawaban dengan cara menebak. 3) Menuntut siswa untuk dapat menjawab dengan singkat dan tepat. 4) Hasil penilaiannya cukup objektif. Kekurangan atau kelemahan bentuk jawaban singkat adalah : 1) Kurang dapat mengukur aspek pengetahuan yang lebih tinggi. 51
Ibid., 44
38
2) Memerlukan waktu yang lama untuk menilai sekalipun tidak selama bentuk uraian. 3) Menyulitkan pemeriksaan apabila jawaban siswa membingungkan pemeriksa. b. Bentuk soal benar salah Bentuk soal benar salah adalah, bentuk tes yang soal-soalnya berupa pernyataan. Sebagian dari pernyataan itu adalah pernyataan yang benar dan sebagian lagi merupakan pernyataan yang salah. Pada umumnya bentuk soal benar salah dapat dipakai untuk mengukur pengetahuan siswa tentang fakta, devinisi, dan prinsip.52 Keunggulan atau kelebihan bentuk soal benar salah adalah: 1) Pemeriksaan dapat dilakukan dengan cepat dan objektif. 2) Soal dapat disusun dengan mudah. Kekurangan atau kelemahan bentuk soal benar salah adalah: 1) Kemungkinan menebak dengan benar jawaban setiap soal adalah 50 %. 2) Kurang dapat mengukur aspek pengetahuan yang lebih tinggi karena hanya menuntut daya ingat dan pengenalan kembali. 3) Banyak masalah yang tidak dapat dinyatakan hanya dengan dua kemungkinan (benar dan salah). c. Bentuk soal menjodohkan Bentuk soal menjodohkan terdiri atas dua kelompok pernyataan yang pararel. Kedua kelompok pernyataan ini berada dalam satu kesatuan. Kelompok sebelah kiri merupakan bagian yang berisi soalsoal yang dicari jawabannya. Dalam bentuk yang paling sederhana, 52
Ibid., 45
39
jumlah soal sama dengan jumlah jawabannya, tetapi sebaiknya, jumlah jawaban yang disediakan dibuat lebih banyak dari pada soalnya, karena hal ini mengurangi kemungkinan siswa menjawab betul dengan hanya menebak. Keunggulan atau kelebihan bentuk soal menjodohkan adalah: 1) Penilaiannya dapat dilakukan dengan cepat dan objektif. 2) Tepat
digunakan
untuk
mengukur
kemampuan
bagaimana
mengidentifikasi antara dua hal yang berhubungan. 3) Dapat mengukur ruang lingkup pokok bahasan atau sub pokok bahasan yang lebih luas. Kekurangan atau kelamahan bentuk soal menjodohkan adalah: 1) Hanya dapat mengukur hal-hal yang didasarkan fakta dan hafalan. 2) Sukar untuk menentukan materi atau pokok bahasan yang mengukur hal-hal yang berhubungan.
d. Bentuk soal pilihan ganda Soal pilihan ganda adalah bentuk tes yang mempunyai satu jawaban yang benar atau tepat.53 Keunggulan atau kelebihan bentuk soal pilihan ganda adalah: 1) Materi yang diujikan dapat mencakup sebagian besar dari bahan pengajaran yang telah diberikan.
53
Ibid., 48.
40
2) Jawaban siswa dapat dikoreksi (dinilai) dengan mudah dan cepat dengan menggunakan kunci jawaban. 3) Jawaban untuk setiap pertanyaan sudah pasti benar atau salah sehingga penilaiannya bersifat objektif. Kekurangan atau kelamahan bentuk soal pilihan ganda adalah: 1) Kemungkinan untuk melakukan tebakan jawaban masih cukup besar. 2) Proses berfikir siswa tidak dapat dilihat dengan nyata.
F. Evaluasi a. Pengertian Evaluasi adalah suatu proses merencanakan, memperoleh, dan menyediakan informasi yang sangat diperlukan untuk membuat alternatif keputusan. 54 Evaluasi juga merupakan suatu seni, tidak ada satupun evaluasi yang sempurna, walaupun dilakukan dengan teknik yang berbedabeda. Menurut Daryanto evaluasi merupakan suatu proses terus menerus, sehingga di dalam kegiatannya dimungkinkan untuk merevisi apabila dirasakan adanya suatu kesalahan.55 b. Fungsi evaluasi Evaluasi mempunyai beberapa fungsi, yaitu sebagai berikut:56 1) Evaluasi berfungsi selektif
54
Ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 1994), 3. 55 Daryanto, Evaluasi Pendidikan ..., 3. 56 Ibid., 14-16.
41
Dengan cara mengadakan evaluasi, guru mempunyai cara untuk mengadakan seleksi terhadap siswanya. Seleksi itu sendiri mempunyai berbagai tujuan, antara lain: a. Untuk memilih siswa yang dapat diterima di sekolah tertentu. b. Untuk memilih siswa yang dapat naik kelas atau tingkat berikutnya. c. Untuk memilih siswa yang seharusnya mendapat beasiswa. d. Untuk memilih siswa yang sudah berhak meninggalkan sekolah, dan sebagainya. 2) Evaluasi berfungsi diagnostik Apabila alat yang digunakan dalam evaluasi cukup memenuhi persyaratan, maka dengan melihat hasilnya, guru akan mengetahui kelemahan siswa. Disamping itu diketahui pula sebab musabab kelemahan itu. Jadi dengan mengadakan evaluasi sebenarnya guru mengadakan
diagnosis
kepada
siswa
tentang
kebaikan
dan
kelemahannya. Dengan diketahuinya sebab-sebab kelemahan ini, akan lebih mudah dicari cara untuk mengatasi. 3) Evaluasi berfungsi sebagai penempatan. Sistem baru yang kini banyak dipopulerkan di negara barat, adalah sistem belajar sendiri. Belajar sendiri dapat dilakukan dengan mempelajari paket belajar, baik berbentuk modul maupun yang lain. Alasan timbulnya sistem ini adalah adanya pengakuan yang besar terhadap kemampuan individual. Setiap siswa telah membawa bakat sendiri-sendiri sehingga pelajaran lebih efektif apabila disesuaikan
42
dengan pembawaan yang ada. Akan tetapi disebabkan keterbatasan sarana dan tenaga, pendidikan yang bersifat individual kadang-kadang sukar sekali dilaksanakan. Pendekatan yang lebih bersifat melayani perbedaan kemampuan, adalah pengajaran cara kelompok. Untuk dapat menentukan dengan pasti, di kelompok mana seorang siswa harus ditempatkan digunakan sebagai evaluasi. Sekelompok siswa yang mempunyai hasil yang sama, akan berada dalam kelompok yang sama dalam belajar. 4) Evaluasi berfungsi sebagai pengukuran keberhasilan Evaluasi ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana program berhasil diterapkan. Keberhasilan program ditentukan oleh beberapa faktor yaitu: faktor guru, metode, kurikulum, sarana, dan sistem kurikulum.
c.
Prinsip-prinsip evaluasi
Ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam melakukan evaluasi. Hasil evaluasi akan tercapai sesuai yang diharapkan apabila memenuhi prinsip-prinsip sebagai berikut:57 1) Keterpaduan
57
Ibid., 19-21.
43
Evaluasi merupakan komponen integral dalam program pembelajaran disamping tujuan instruksional dan materi serta metode pembelajaran. Tujuan instruksional, materi, dan metode pembelajaran, serta evaluasi merupakan tiga kesatuan terpadu yang tidak boleh dipisahkan. 2) Keterlibatan siswa Prinsip ini berkaitan erat dengan metode belajar cara belajar siswa aktif (CBSA) yang menuntut keterlibatan siswa secara aktif, siswa mutlak. Untuk dapat mengetahui sejauh mana siswa berhasil dalam kegiatan pembelajaran yang dijalaninya secara aktif, siswa membutuhkan evaluasi. Dengan demikian, evaluasi bagi siswa merupakan kebutuhan, bukan sesuatu yang ingin dihindari. Siswa akan merasa kecewa apabila usahanya tidak dievaluasi. 3) Koherensi Dengan
prinsip
koherensi
dimaksudkan
evaluasi
harus
berkaitan dengan materi pembelajaran yang sudah disajikan dan sesuai dengan ranah kemampuan yang telah diukur.
4) Paedagogis Di samping sebagai alat penilai hasil atau pencapaian belajar, evaluasi juga perlu diterapkan sebagai upaya perbaikan sikap dan tingkah laku ditinjau dari segi paedagogis. Evaluasi dan hasilnya hendaknya dapat dipakai sebagai alat motivasi untuk siswa dalam kegiatan pembelajaran.
44
5) Akuntabilitas Sejauh
mana
keberhasilan
program
pengajaran
perlu
disampaikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan dengan pendidikan sebagai laporan pertanggungjawaban (accountability) pihak-pihak yang dimaksud antara lain: orang tua, calon majikan, masyarakat lingkungan pada umumnya, dan lembaga pendidikan sendiri. Pihak-pihak ini perlu mengetahui keadaan kemajuan belajar siswa agar dapat dipertimbangkan pemanfaatannya. Hal yang disebut di atas semua pihak akan mengetahui bahwa keadaan siswa merupakan sesuatu yang sangat kompleks.
45
BAB III IMPLEMENTASI STANDAR KOMPETENSI LULUSAN (SKL) DENGAN PERMENDIKNAS NO. 23 TAHUN 2006 (STUDI KASUS DI MTs TRI BHAKTI DESA PAGOTAN KECAMATAN GEGER KABUPATEN MADIUN)
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Sejarah singkat berdirinya MTs Tri Bhakti Pagotan MTs Tri Bhakti merupakan sekolah swasta yang ada di Pagotan. Memiliki sejarah bahwa MTs Tri Bhakti di didirikan pada tanggal 31 Desember 1992 oleh sebuah yayasan yang bernama Tri Bhakti di bawah naungan lembaga pendidikan Ma’arif prakarsa pendiri MTs Tri Bhakti itu terutama para tokoh masyarakat desa Pagotan dengan pertimbangan sebagai berikut : a. Di desa Pagotan terdapat sebuah pondok pesantren yang menampung anak-anak usia sekolah yang berasal dari daerah lain sehingga keberadaannya sangat diperlukan oleh santri untuk melanjutkan sekolah setelah tamat dari SD maupun MI. b. Jumlah lulusan SD/MI setiap tahunnya tidak tertampung pada SLTP/ MTs. MTs Tri Bhakti Pagotan Geger Madiun yang ada sehingga bila ingin melanjutkan tidak harus keluar ke daerah lain. Pada awan berdirinya madrasah ini yang menjabat sebagai kepala madrasah adalah Bapak Wahyu Winarko, SP yang dibantu oleh 15 tenaga
46
pendidik dan 2 tenaga tata usaha dan dalam waktu penyelenggaraan Madrasah Tsanawiyah ini pada pagi hari. Dalam perkembangan selanjutnya berkat kekompakan dan kerja sama antara pengurus dan guru, maka madrasah tersebut berhasil meningkatkan mutunya dari status terdaftar sekarang meningkat menjadi terakreditas B dan semakin bertambah pula siswa baru yang mendaftar di Madrasah Tsanawiyah Tri Bhakti ini.58 Adapun pengurus yayasan sebagai berikut: 1. KH. Muhammad Hasyim sebagai ketua majlis penasehat 2. Slamet Hariyanto sebagai ketua majelis penyantun 3. Wahyu Winarko,SP sebagai ketua yayasan 4. Drs. Ahmad Rodli sebagai sekretaris 5. Drs. Moh Badrudin sebagai bendahara
2. Letak Geografis MTs Tri Bhakti terletak di Desa Pagotan Kecamatan Geger Kabupaten Madiun. Kota Madiun namun sangat mudah dijangkau oleh transportasi. Ditinjau dari letak geografis yang strategis tersebut, maka desa Pagotan apabila didirikan sebuah Madrasah Tsanawiyah, sehingga anak-anak yang lulus dari SD dan MI disekitar desa pagotan dapat melanjutkan ke jenjang SLTP. Dan juga ditinjau dari pengaruh polusi udara karena polusi udara letaknya dipinggiran kota, sekolah tersebut
58
Lihat transkrip dokumentasi nomor: 01/D/F-1/19-VI/2009 dalam lampiran hasil penelitian.
47
sesuai dengan suasana pendidikan, murid dapat belajar dengan tenang sehingga akan mudah berkonsentrasi pelajarannya. Merupakan wilayah Kabupaten Madiun bagian selatan Desa Pagotan dapat empat desa dan jauh dari kebisingan, yaitu: Desa Desa Uteren :
Selatan
Desa Jogodayuh :
Barat
Desa Sangen :
Utara
Desa Sewulan59 :
Timur
3. Visi, Misi dan Tujuan MTs Tri Bhakti Pagotan merupakan salah satu sekolah swasta yang selalu ingin berkembang baik dari segi mutu maupun pendidikan. Keberhasilan menjawab tantangan tersebut mencerminkan bahwa semua program kerja di MTs di laksanakan dengan baik. a. Visi Terwujudnya MTs Tri Bhakti, sebagai wahana umat Islam mengabdi, taat kepada agama dan bangsa, kajian keilmuan, trampil dalam segala bidang, pembekalan kader kepemimpinan yang cukup.
b. Misi MTs Tri Bhakti melaksanakan pendidikan dan pelatihan struktural pada anak didiknya agar: 59
Lihat transkrip dokumentasi nomor: 02/D/F-1/19-VI/2009 dalam lampiran hasil penelitian.
48
-
Memiliki wawasan keilmuan yang luas dan kreatif, sehingga dapat bertindak dan berfikir secara jernih.
-
Terampil dalam segala bidang, sehingga dapat dijadikan bekal yang handal di masa yang akan datang.
-
Memiliki kemampuan dalam berorganisasi, sehingga dapat mengelola organisasi yang baik serta menjadi pribadi yang dapat memimpin dan dipimpin.
-
Bertindak akhlakul karimah dalam bermasyarakat yang dapat dijadikan contoh ukur kehidupan dalam masyarakat.
-
Mudah berinteraksi dalam bermasyarakat, sehingga dapat diterima masyarakat luas yang tetap berpegang dalam agama.60
c. Tujuan -
Ingin memajukan pendidikan, khususnya umat Islam yang tidak mampu menyekolahkan anak mereka, maka akan ditampung di madrasah ini.
-
Pendirian MTs Tri Bhakti untuk ikut mensukseskan program pemerintan yaitu pemerataan pendidikan nasional.
-
Untuk menggali dan mengembangkan sumber daya manusia dan tujuan yang dicanangkan yaitu untuk menciptakan manusia yang
60
Lihat transkrip dokumentasi nomor: 03/D/F-1/21-VI/2009 dalam lampiran hasil penelitian.
49
punya kwalitas ilmu, amal dan akhlaqul karimah, serta terampil dan mandiri.61
4. Struktur Organisasi MTs Tri Bhakti Di MTs Tri Bhakti terdapat struktur organisasi yang digunakan untuk mempermudah para guru dalam melihat dan mengetahui tanggung jawab masing-masing. Adapun struktur organisasi tersebut adalah sebagai berikut:62
61
62
a. Kepala Madrasah
: Ali Wahyudin, S.Pd.I
b. Kepala Tata Usaha
: Khoirul Huda
c. Waka Kesiswaan
: Handreas Bawan, S.Pd
d. Waka Kurikulum
: Drs. Muhtar Hanif
e. Waja Humas
: Suwarno, S.Pd.I
f. Waka Sarana dan prasarana
: Muh. Nuraini, BA
g. Wali Kelas VII
: Dra. Sri Widayati
h. Wali Kelas VIII
: Dra. Darmiati
i. Wali Kelas
: Drs. Budi Hartono
Lihat transkrip dokumentasi nomor: 04/D/F-1/21-VI/2009 dalam lampiran hasil penelitian. Lihat transkrip dokumentasi nomor: 05/D/F-1/22-VI/2009 dalam lampiran hasil penelitian.
50
5. Keadaan Guru dan Siswa MTs Tri Bhakti Pagotan Geger Madiun a. Keadaan guru Guru mempunyai peran yang sangat penting dalam proses pendidikan. Adapun tenaga edukatif di MTs Tri Bhakti sebanyak 41 orang. Secara lengkap data guru dapat dilihat dalam lampiran.63
b. Keadaan Siswa Keadaan siswa MTs Tri Bhakti Pagotan Geger Madiun Tahun Pelajaran 2008/2009 secara keseluruhan 122 siswa. Data jumlah siswa MTs Tri Bhakti Pagotan Geger Madiun menurut pembagian sesuai dengan keadaan siswa sebagaimana terlampir.64
6. Sarana dan Prasarana Lembaga pendidikan di MTs Tri Bhakti ini terdapat beberapa sarana prasarana untuk mendorong dan memotivasi siswa dalam pelaksanaan pembelajaran agar lebih efektif. Yang mana siswa dapat mempergunakan secara langsung yang telah disediakan oleh lembaga pendidikan Tri Bhakti ini. Adapun sarana dan prasarana yang ada sebagai berikut: a. Ruang kelas
63
Lihat transkrip dokumentasi nomor:
64
Lihat transkrip dokumentasi nomor:
06/D/F-1/25-VI/2009 dalam lampiran hasil penelitian. 07/D/F-1/25-VI/2009 dalam lampiran hasil penelitian.
51
b. Ruang perpustakaan c. Ruang tata usaha d. Ruang kepala madrasah e. Ruang guru f. Ruang laboratorium g. Mushola h. Ruang lain-lain ( WC) i. Tempat sepeda j. Ruang OSIS k. Ruang BP Adapun jumlah dan kondisi sarana dan prasarana dapat dilihat sebagaimana terlampir.65
B. Data Khusus 1. Implementasi
Standar
Kompensi
Lulusan
(SKL)
Dalam
Permendiknas No. 23 Tahun 2006 di MTs Tri Bhakti Pagotan Geger Madiun. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan. Dalam proses pendidikan memerlukan standar kelulusan yang dijadikan sebuah acuan untuk mencapai tujuan pendidikan yang mencerminkan
suatu
keberhasilan
suatu
cita-cita.
Dalam
tahap
pelaksanaan pencapaian Standar Kompetensi Lulusan (SKL) di perlukan 65
Lihat transkrip dokumentasi nomor:
08/D/F-1/29-VI/2009 dalam lampiran hasil penelitian.
52
penyampaian pada guru bidang studi UAN dan siswa UAN agar mencapai hasil yang maksimal seperti yang diceritakan oleh bapak Ali Wahyudi S.Pd.I (Kepala sekolah MTs Tri Bhakti Pagotan Geger Madiun sebagai berikut: “Implementasi Standar Kompetensi Lulusan (SKL) dalam Permendiknas No. 23 tahun 2006, bahwa siswa Standar Kompetensi Lulusan telah disampaikan kepada pemegang bidang studi UAN yang dirasakan mulai tahun 2006/2007, 2007/2008, 2008/2009 dari Standar Kompetensi ini juga harus disampaikan 66 kepada siswa agar hasilnya maksimal.”
Selain yang dikatakan oleh Bapak Ali Wahyudin selaku kepala MTs Tri Bhakti bahwa implementasi SKL dalam Permendiknas No. 23 Tahun 2006 yaitu yang dikatakan oleh siswa yang bernama Ilmi Humaidatun Ni’mah adalah sebagai berikut: “Siswa memiliki kemampuan membaca dan menulis, menunjukkan gemar membaca, mampu membaca dan menulis naskah-naskah pendek, trampil, berani 67 tampil di depan (muhadharah)”.
Begitu juga pendapat salah satu siswa MTs Tri Bhakti Pagotan Geger Madiun yang bernama Tomi implementasi Standar Kompetensi Lulusan (SKL) dalam Permendiknas No. 23 Tahun 2006 adalah: “Implementasi Standar Kompetensi Lulusan (SKL) adalah siswa mampu memecahkan masalah, siswa mampu membuat karangan, siswa mampu 68 meresum bahan bacaan, membuat mading”.
Disamping pembicaraan yang dikatakan di atas, bahwa penerapan SKL yang dilakukan oleh MTs Tri Bhakti Pagotan Geger Madiun adalah dengan diadakannya qiro’ah, muhadharah, dan membuat kalender seperti 66
Lihat transkrip wawancara nomor:
67
Lihat transkrip wawancara nomor:
68
Lihat transkrip wawancara nomor:
04/1-W/F-01/20-VI/2009 dalam lampiran hasil penelitian. 11/7-W/F-01/27-VI/2009 dalam lampiran hasil penelitian. 12/8-W/F-01/27-VI/2009 dalam lampiran hasil penelitian.
53
yang dikatakan oleh bapak Anto selaku karyawan MTs Tri Bhakti Pagotan Geger Madiun adalah sebagai berikut: “Bahwa implementasi SKL di MTs Tri Bhakti Pagotan Geger Madiun adalah diadakannya kegiatan muhadharah, qiro’ah, praktek membaca kitab kuning, 69 siswa mampu membuat kalender”.
Disamping itu implementasi Standar Kompetensi Lulusan (SKL) dalam Permendiknas No. 23 Tahun 2006 di MTs Tri Bhakti Pagotan Geger Madiun menurut Ibu Mita seorang guru Bahasa Arab mengatakan bahwa: “Implementasinya adalah siswa mampu menulis arab dengan baik, kemudian menterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia, membuat karangan pendek menggunakan Bahasa Arab serta keberanian untuk membaca di depan teman70 teman mereka.”
2. Faktor Pendukung dan Penghambat Implementasi Standar Kompensi Lulusan (SKL) Dalam Permendiknas No. 23 Tahun 2006 di MTs Tri Bhakti Pagotan Geger Madiun. Dalam Implementasi Standar Kompetensi Lulusan (SKL) Dalam Permendiknas No. 23 Tahun 2006 di MTs Tri Bhakti Pagotan Geger Madiun terdapat faktor pendukung dan penghambat yaitu sebagai berikut: a. Faktor Pendukung 1) Faktor guru Dalam proses kegiatan belajar mengajar ada salah satu usaha yang dilakukan guru. Hal ini karena mengingat berbagai tujuan belajar mengajar yang harus dicapai. Kegiatan guru adalah 69
70
Lihat transkrip wawancara nomor:
13/3-W/F-01/29-VI/2009 dalam lampiran hasil penelitian. Lihat transkrip wawancara nomor: 14/4-W/F-01/29-VI/2009dalam lampiran hasil penelitian.
54
memberikan materi yang tidak hanya bersumber pada buku, tetapi juga pada benda dan lingkungan sekitar. Selain itu guru memberikan rangsangan kepada siswa untuk dapat memberikan umpan balik tentang materi yang diajarkan. Dengan demikian proses pembelajaran lebih menarik dan menambah minat siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran.
2) Faktor Siswa Siswa merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam kegiatan belajar mengajar. Terutama dalam mencapai Standar Kompetensi Lulusan dalam Permendiknas No. 23 Tahun 2006 seperti yang diceritakan oleh Ibu Gangsar sebagai berikut: “Faktor pendukungnya adalah ketika siswa diberi tugas ataupun Pekerjaan Rumah (PR) mereka berusaha untuk mengerjakannya selain 71 itu mereka juga belajar kelompok di rumah.”
3) Buku pegangan siswa dan guru serta tambahan jam pelajaran. Buku pegangan siswa adalah berupa LKS yang digunakan siswa untuk mengerjakan tugas. Sedangkan buku pegangan guru adalah berupa buku paket untuk bahan yang akan diajarkan. Sehingga kegiatan belajar mengajar dapat berjalan lancar. Seperti yang diceritakan oleh bapak Ali Wahyudi (Kepala sekolah MTs Tri Bhakti) sebagai berikut:
71
Lihat transkrip wawancara nomor:
10/2-W/F-02/26-VI/2009 dalam lampiran hasil penelitian.
55
“Faktor pendukung pencapaian standar kompetensi lulus dalam permendiknas No 23 Tahun 2006 yaitu buku pegangan guru siswa 72 serta tambahan-tambahan jam pelajaran”.
b. Faktor penghambat 1. Tidak mengikuti tambahan-tambahan jam atau les Untuk mencapai Standar Kompetensi Lulusan dalam permendiknas No.23 Tahun 2006 kegiatan belajar mengajar lebih ditingkatkan lagi untuk membahas materi-materi yang akan diujikan. Namun dalam kenyataanya kegiatan tambahan jam tersebut masih belum bisa maksimal, karena sebagian siswa tidak mengikutinya. Seperti yang diceritakan oleh bapak Ali Wahyudi sebagai berikut: “Faktor penghambat pencapaian Standar Kompensi Lulusan dalam permendiknas no. 23 Tahun 2006 yaitu siswa kadang-kadang tidak 73 mengikuti les”
2. Sebagian siswa belum paham tentang Standar Kompetensi Lulusan Siswa disini merupakan komponen yang harus mengetahui maksud dari Standar Kompetensi Lulusan, walaupun telah disampaikan oleh guru bidang studi tetapi masih ada sebagian siswa yang belum paham Standar Kompetensi Lulusan. Seperti yang diceritakan oleh bapak Ali Wahyudi sebagai berikut: “Faktor penghambat pencapaian Standar Kompetensi Lulusan dalam Permendiknas No. 23 Tahun 2006 belum seluruh siswa paham tentang 72
Lihat transkrip wawancara nomor:
73
Lihat transkrip wawancara nomor:
03/1-W/F-02/19-VI/2009 dalam lampiran hasil penelitian. 03/1-W/F-02/19-VI/2009 dalam lampiran hasil penelitian.
56
Standar Kompetensi Lulusan walaupun telah disampaikan oleh guru 74 bidang studi.”
3. Kurangnya kemampuan siswa dalam aspek kognitif. Dalam mencapai Standar Kompetensi Lulusan dalam permendiknas No.23 Tahun 2006 harus memenuhi ketiga aspek kognitif, afektif, psikomotorik. Yang telah diterapkan di MTs Tri Bakti Pagotan Geger Madiun melalui materi-materi yang disampaikan oleh guru. Namun ada faktor penghambat dari ketiga aspek tersebut. Yaitu pada aspek kognitifnya seperti yang dikatakan oleh ibu Ida Sulistiani,M.Pd (Guru Bahasa Inggris) sebagai berikut: “Aspek yang sulit dicapai siswa adalah aspek kognitifnya, siswa disini belum semuanya mumpuni dalam hal pengetahuan (kemampuan 75 kognitifnya).”
Selain itu ,juga dikatakan oleh bapak Huda (Guru Matematika) sebagai berikut: “Belum keseluruhan siswa memahami, mengetahui materi yang telah 76 disampaikan oleh gurunya.”
C. Upaya Lembaga Dalam Mencapai Standar Kompetensi Lulusan (SKL) Dalam Permendiknas No. 23 Tahun 2006 di MTs Tri Bhakti Pagotan Geger Madiun.
74
Lihat transkrip wawancara nomor:
75
Lihat transkrip wawancara nomor:
76
Lihat transkrip wawancara nomor:
03/1-W/F-02/19-VI/2009 dalam lampiran hasil penelitian. 08/5-W/F-01/24-VI/2009 dalam lampiran hasil penelitian. 09/6-W/F-02/25-VI/2009 dalam lampiran hasil penelitian.
57
Pendidikan dalam mencapai tujuannya, yaitu mencapai Standar Kompetensi Lulusan dalam Permendiknas No.23 Tahun 2006 memerlukan usaha keras. Guru merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam hal penyampaian materi dan siswapun harus mengikuti semua yang disampaikan oleh guru dalam mencapai keberhasilan. Adapun upaya oleh lembaga pendidikan MTs Tri Bhakti Pagotan Geger Madiun sebagai berikut: 1. Adanya les Les merupakan kegiatan yang diadakan oleh
MTs Tri Bhakti
Pagotan Geger Madiun dalam menunjang pencapai Standar Kompetensi Lulusan dalam permendiknas No. 23 Tahun 2006yang diikuti oleh semua siswa kelas IX yang diadakan di sore hari di luar jam pelajaran sekolah. Materi tambahan yang diberikan berkaitan dengan ujian. Sebagaimana disampaikan Bapak Ali Wahyudin (Kepala Sekolah) sebagai berikut : “Upaya yang dilakukan lembaga salah satunya diadakannya tambahan materi 77 pelajaran di sore biasanya di kenal dengan les.”
77
Lihat transkrip wawancara nomor:
02/1-W/F-03/19-VI/2009 dalam lampiran hasil penelitian.
58
2. Adanya Tri Out Tri Out adalah latihan ujian yang juga diadakan oleh lembaga MTs Tri Bhakti Pagotan Geger Madiun. Tri Out ini merupakan kegiatan untuk melihat keberhasilan siswa dalam latihan ujian. MTs Tri Bhakti mengadakan Tri Out satu bulan sebelum Ujian Akhir Nasional (UAN). Tri out ini diadakan empat kali sampai lima kali. Tri out merupakan upaya yang dilakukan lembaga tersebut untuk memenuhi standar yang telah ditetapkan dalam permendiknas no. 23 tahun 2006. sebagaimana yang dikatakan oleh Bapak Ali Wahyudin sebagai berikut : “Upaya untuk mencapai Standar Kompetensi Lulusan adalah diadakannya tri 78 out”
3. Adanya motivasi dari guru Disamping itu motivasi guru terhadap siswa juga merupakan hal yang penting karena dapat memberikan dorongan kepada siswa untuk lebih giat belajar dalam menghadapi Ujian Akhir Nasional. Seperti yang dikatakan oleh Ibu Gangsar Sri (Guru Biologi) sebagai berikut: “Salah satu upaya yang dilakukan lembaga adalah dengan adanya les, kemudian Tri 79 Out bersama dan tidak lupa memotivasi siswa untuk giat belajar.”
Selain itu juga dikatakan oleh bapak Ali Wahyudin sebagai berikut: “Upaya yang dilakukan lembaga adalah menambah jam atau les mata pelajaran Ujian Akhir nasional di sore hari, latihan-latihan soal yang sesuai Standar Kompetensi Lulusan yang telah disampaikan oleh guru bidang studi ujian akhir nasional ,
78
79
Lihat transkrip wawancara nomor:
02/1-W/F-03/19-VI/2009 dalam lampiran hasil penelitian. Lihat transkrip wawancara nomor01/2-W/F-03/18-VI/2009 dalam lampiran hasil penelitian.
59
melaksanakan Tri Out bersama yaitu dilaksanakan sekabupaten Madiun soalnya dan 80 kanwil, kemudian hasilnya dirangking setiap kabupaten.”
80
Lihat transkrip wawancara nomor:
02/1-W/F-03/19-VI/2009 dalam lampiran hasil penelitian.
60
BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI STANDAR KOMPETENSI LULUSAN (SKL) DALAM PERMENDIKNAS NO 23 TAHUN 2006
1. Analisa Implementasi Standar Kompetensi Luluan SMP/MTs Dalam Permedikns No. 23 Tahun 2006 di MTs Tri Bahati Pagotan Geger Madiun. Dalam penerapan standar kompetensi lulusan (SKL) merupakan hal yang sangat penting dalam penilaian dan keberhasilan siswa setelah ujian. Disini standar kompetensi lulusan (SKL) sama dengan kompetensi tamatan, yaitu sebuah patokan untuk mengukur kompetensi yang meliputi tiga aspek yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik. Dalam bab II telah dijelaskan bahwa standar kompetensi lulusan (SKL) merupakan hal yang sangat penting dalam penilaian standar kompetensi lulusan itu sendiri adalah sama dengan kompetensi tamatan yaitu: sebuah patokan untuk mengukur kompetensi siswa yang meliputi 3 aspek, yaitu kognitif, afekif dan psikomotorik. Dalam memenuhi standar kompetensi lulusan (SKL) maka, di MTs Tri Bhakti Pagotan Geger Madiun menerapkan kegiatan muhadharah, qiro’ah, pembuatan mading, pramuka. Kegiatan tersebut memerlukan motivasi dari berbagai pihak, terutama dari guru.
61
Kegiatan-kegiatan di atas, diadakan satu bulan sekali, dan dua minggu sekali. Seperti yang dikatakan oleh Bapak Anto selaku guru matematika MTs Tri Bhakti Geger Madiun.81 Karena standar kompetensi lulusan (SKL) bukanlah standar yang tetap, tetapi standar yang terus menerus meningkat, maka di lembaga MTs Tri Bhakti meningkatkan mutu pendidikan dalam aspek yang sesuai dengan standar kompetensi lulusan (SKL) dalam permendiknas no. 23 tahun 2006 meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Kemampuan siswa dalam aspek kognitif meliputi: kemampuan memahami, mengetahui, mendiskripsikan, mengidentifikasi, dan menganalisis materi yang disampaikan oleh guru bidang studi. Sedangkan kemampuan dalam merespon dan melakukan tanya jawab dengan guru harus dimulai dari yang sederhana atau mudah menuju kepada yang lebih kompleks atau sulit. Karena tiap-tiap orang mempunyai sifat-sifat kepribadiannya masing-masing yang berbeda antara seorang dengan yang lain. Ada orang yang mempunyai sifat keras hati, berkemauan keras, tekun dalam usahanya, dan ada pula yang sebaliknya. Sifat-sifat kepribadian yang ada pada seseorang itu sedikit banyak mempengaruhi hasil belajar yang dicapai. Disamping itu, mereka juga menerapkan etika atau sopan santun dalam kehidupan sehari-hari. Hal tersebut juga dapat dipengaruhi oleh lingkungan. Pengaruh lingkungan yang buruk dan negatif, maka etika atau sopan santunnya akan buruk dan negatif juga terutama dalam lingkungan sosial. Kemudian kemampuan siswa dalam aspek
81
Lihat transkrip wawancara nomor: 13/3-W/F-01/29-VI/2009.
62
psikomotorik, meliputi kemampuan dalam membuat karangan, membaca, menulis karya tulis serta praktek dalam kegiatan belajar mengajar. Hal diatas sesuai dengan tujuan pendidikan, yaitu meraka dijadikan manusia Indonesia yang cerdas adalah manusia Indonesia yang mempuyai pengetahuan, keterampilan berprestasi sesuai seseorang yang bermoral.82 Kemudian pada pasal 26 ayat 1, bahwa standar kompetensi lulusan (SKL)
pada jenjang pendidikan dasar bertujuan untuk meletakkan dasar
kecerdasan, pegetahuan, kepribadian akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.83 Dalam ayat diatas mempunyai penekanan dalam sumber daya manusia (SDM) yang berwatak, berbudi pekerti luhur, berjiwa dan bertaqwa, berwawasan jauh kedepan mempunyai integritas dan kemandirian, serta mempuyai kecakapan keterampilan mental untuk belajar sepanjang hayat. Semua yang tersebut diatas merupakan implementasi standar kompetensi lulusan (SKL) di MTs Tri Bhakti Pagotan Geger Madiun di beberapa kemampuan yang dimiliki oleh siswa MTs Tri Bhati Pagotan Geger Madiun.
2. Analisis Faktor Pendorong dan Penghambat Implementasi Standar Kompetensi Lulusan (SKL) dalam Permendiknas No.23 Tahun 2006 di MTs Tri Bhakti Pagotan Geger Madiun
82
H.A.R. Tilaar, Standarisasi Pendidikan Nasional Suatu Tujuan Kritis. (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2006),76. 83 Depag RI. UU dan Peraturan Perintah RI tentang Pedidikan, (Jakarta, Depag RI 2006), 166-167.
63
Dalam penerapan standar kompetensi lulusan (SKL) tentunya tidak terlepas dari faktor pendukung dan penghambat. Adapun faktor yang mendukung penerapannya dalam mencapai standar kompetensi lulusan (SKL) dalam permendiknas no.23 tahun 2006 di MTs Tri Bhakti Pagotan Geger Madiun sebagai berikut: a. Guru Faktor guru, karena guru merupakan sosok yang paling penting dalam proses pembelajaran maka guru dituntut untuk dapat mendidik, mengajar kepada siswa dan sebagai orang yang selalu memberikan motivasi siswa untuk giat belajar. Karena siswa memiliki semangat yang tinggi dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar (KBM). Disini guru sebagai motivasi kepada siswanya. 84 Karena motivasi itu sendiri sangat penting. Motivasi juga merupakan syarat mutlak untuk belajar. Di sekolah seringkali terdapat anak yang malas, tidak menyenangkan, suka membolos, dan sebagainya. Namun motivasi ini diberikan oleh guru dengan cara memberikan nasehat-nasehat, berusaha untuk selalu dekat dengan siswanya itu semua dapat menjadikan pembelajaran berjalan dengan lancar dan sangat membantu siswa dalam menghadapi ujian untuk mencapai standar kompetensi lulusan dalam permendiknas no. 23 tahun 2006. Hal lain yang menjadi faktor pendukung adalah guru selalu memberikan kesempatan kepada siswanya untuk bertanya ataupun
84
Lihat transkrip wawancara nomor: 01/2-W/F-03/18-VI/2009.
64
memberikan tanggapan pada materi yang disampaikan. Tanggapan dan bertanya merupakan pengaruh dari kecerdasan atau inteligensi. Di sini dapat dilihat bahwa dapat tidaknya seseorang memberikan pertanyaan dan tanggapan dipengaruhi pula oleh taraf kecerdasannya sehingga ruang kelas dalam keadaan hidup. Disamping itu, guru juga memberikan rangsangan kepada siswa untuk memberikan umpan balik atau ketika pelajaran sering dilakukan tanya jawab. Hal ini sangat tepat sekali dengan cara tersebut siswa dilatih untuk berfikir dan mengingat sesuatu yang telah dipelajari, sehingga materi yang disampaikan guru kepada siswa tetap membekas dalam fikiran. Mereka juga menerapkan etika atau sopan santun dalam kehidupan sehari-hari dan tidak membuat kegaduhan ketika pembelajaran dimulai. Guru memiliki pengalaman mengajar yang memadai juga menjadi faktor pendukung bagi guru dalam menjelaskan kepada siswa juga mempengaruhi siswa dalam keberhasilan mencapai standar kompetensi lulusan (SKL). Dalam arti guru menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi, tidak hanya monoton saja, dengan pengalaman guru tersebut membuat kegiatan belajar mengajar tidak bosan dan siswa mudah menerima pelajaran yang telah disampaikan. Jadi memiliki pengalaman mengajar dapat mempengaruhi siswa dalam mencapai keberhasilan. Di sisi lain guru dan cara mengajar juga sangat penting, yang mana sikap dan kepribadian guru, tinggi rendahnya pengetahuan yang dimiliki guru, dan bagaimana cara guru itu mengajarkan pengetahuan kepada
65
siswanya turut menentukan hasil belajar yang dapat dicapai oleh siswa terutama dalam mencapai standar kompetensi lulusan (SKL) dalam permendiknas no. 23 tahun 2006.
b. Siswa Faktor siswa, siswa merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam kegiatan belajar mengajar terutama dalam mencapai standar kompetensi lulusan (SKL). Siswa berperan sekali yaitu mengerjakan tugas, mereka mengerjakan tugas dengan sungguh-sungguh dan tetap berusaha walaupun kadang-kadang juga mengalami kesulitan. Tetapi hal tersebut tidak menjadikan mereka menyerah disamping itu mereka juga mengerjakan soal-soal yang berkaitan dengan soal ujian yang akan datang, yaitu dengan cara mengerjakan soal-soal dari LKS atau soal yang diberikan dari gurunya secara langsung. Adapun faktor yang lain adalah kemauan mereka dalam belajar kelompok. 85 Belajar kelompok juga merupakan proses latihan untuk melatih siswanya untuk menjadi orang yang pandai bersosialosasi, kerja sama atau diskusi. Hal tersebut melatih mereka berfikir logis yang dapat membantu dalam keberhasilan mencapai standar kompetensi lulusan (SKL) dalam permendiknas no. 23 tahun 2006. Selain faktor pendukung juga terdapat faktor penghambat dari standar kompetensi lulusan (SKL) yaitu: a. Siswa 85
Lihat transkrip wawancara nomor: 10/2-W/F-02/26-VI/2009.
66
Siswa merupakan obyek yang sangat berperan dalam kegiatan belajar mengajar (KBM) karena siswa merupakan sosok yang perlu dibentuk pemikirannya menjadi lebih dewasa. Dalam hal ini khususnya dalam mencapai standar kompetensi lulusan (SKL) dalam permendiknas no. 23 tahun 2006. Namun, yang terjadi di MTs Tri Bhakti Pagotan Geger Madiun, ada beberapa siswa yang tidak mengikuti les yang diadakan pada sore hari.86 Hal ini menjadikan siswa tidak mengetahui poin-poin apa saja yang harus dipelajari dalam menghadapi ujian akhir nasional (UAN), disamping itu mereka juga tidak mempunyai soal-soal seperti apa yang akan dia kerjakan tetapi mereka juga tidak mengetahui soal-soal yang sering muncul dalam ujian akhir nasional (UAN) Selain hal di atas ada faktor penghambat yang lain yaitu belum pahamnya siswa tentang standar kompetensi lulusan (SKL) walaupun sebenarnya telah disampaikan kepada siswa melalui guru bidang studi. Namun mereka juga belum tahu arti yang sebenarnya standar kompetensi lulusan (SKL) dan tujuan dari standar kompetensi lulusan (SKL). Hal ini terjadi disebabkan karena tidak memperhatikan apa yang disampaikan oleh guru. Jadi mereka bersikap masa bodoh dengan adanya standar kompetensi lulusan (SKL) dalam permendiknas no. 23 tahun 2006. Adapun faktor penghambatnya yaitu kurang kemampuan siswa dalam aspek kognitif yaitu memahami, mengidentifikaksi, mengetahui, mendiskripsikan, menganalisis mereka sangat kurang. Karena aspek
86
Lihat transkrip wawancara nomor: 03/1-W/F-02/19-VI/2009.
67
kognitif merupakan aspek tertinggi dan paling sulit untuk dicapai. Dalam hal ini dapat dilihat dari cara mereka memahami dan mengevaluasi itu hanya sekedarnya saja dalam mencapai standar kompetensi lulusan (SKL) aspek kognitif merupakan hal yang sangat penting karena untuk menguasai aspek kognitif dan aspek psikomotorik dan mengetahui lebih dahulu dalam aspek kognitifnya. Kurangnya aspek kognitif ini dapat menghambat siswa dalam mencapai standar kompetensi lulusan (SKL) dalam permendiknas no. 23 tahun 2006. Hal ini dapat dilihat dari cara memahami dan mengetahui materi yang disampaikan oleh guru dan pada aspek inilah yang paling sulit untuk dicapai. Sebagaimana yang telah dijelaskan Ibu Ida sebagai berikut: “Aspek yang sulit dicapai siswa adalah aspek kognitifnya, siswa disini belum semuanya mumpuni dalam hal pengetahuan”.
Selain yang tersebut di atas, masih banyak siswa yang belum mengetahui tentang standar kompetensi lulusan (SKL). Yang mereka ketahui hanyalah mengikuti ujian akhir nasional dan mendapat predikat lulus. Maka dengan demikian, standar kompetensi lulusan (SKL) itu belum bisa berhasil 100%.
3. Analisis Upaya lembaga dalam Mencapai Standar Kompetensi Luusan dalam Permendiknas No. 23 Tahun 2006 di MTs Tri Bhakti Pagotan Geger Madiun. Dalam pendidikan nasional diperlukan standar yang perlu dicapai didalam kurun waktu tertentu dalam rangka tujuan pendidikan. Hal ini perlu
68
perumusan yang jelas dan terarah mengenai tujuan pendidikan. Disini lebih pada standar kompetensi lulusan (SKL). Hal ini sebagai syarat utama dalam proses pendidikan. Dalam mencapai tujuan yang strategis, perlu langkahlangkah dalam mencapainya melalui kegiatan didalam proses pendidikan. Apabila tidak ada patokan yang dijadikan pedoman untuk dicapai, maka proses pendidikan akan kacau balau karena tanpa arah. Dalam
mencapai
standar
kompetensi
lulusan
(SKL)
dalam
permendiknas no 23 tahun 2006 memerlukan upaya yang harus dilakukan oleh pihak sekolah, yaitu dengan diadakan latihan-latihan mengerjakan soal-soal, yang mana mereka didampingi oleh seorang guru, terutama pada pelajaran sains, melakukan try out bersama yaitu dilakukan sekabupaten Madiun, soalnya dari kantor wilayah (KANWIL) kemudian hasil dari try out tersebut dirangking setiap Kabupaten. Hal ini dapat menjadikan siswa utuk lebih giat belajar. Kemudian motivasi dari guru kepada siswa, dirangking itu guru memberikan rangsangan kepada siswa agar siswa melakukan tanya jawab. Hal diatas mereka merupakan peletakan dasar dari kecerdasan, karena mereka selalu berubah untuk selalu mengerjakan soal-soal apa saja yang diberikan oleh gurunya di dalam mencapai standar kompetensi lulusan (SKL). Bila dihubungkan dengan standar kompetensi lulusan (SKL) adalah disesuaikan dengan sekolah efektif. Kemudian untuk meningatkan daya serap dan daya imajiasi peserta (siswa), perlu ditumbuhkan dan dirasakan kegiatan gemar membaca.87 Dalam membaca dan memiliki sangat berpengaruh kepada
87
Ibid., 61.
69
individu, peserta didik dan di masyarakat yang menimbulkan minat menulis semakin tinggi, akhirya kecerdasan warga negara segera semakin meningkat. Kecerdasan atau inteligensi seseorang memberi kemungkinan bergerak dan berkembang dalam bidang tertentu di kehidupannya. Sampai dimana kemungkinan tadi dapat direalisasikan tergantung pula kepada kehendak dan pribadi serta kesempatan yang ada. Upaya lain yang dilakukan oleh MTs Tri Bhakti untuk mencapai standar kompetensi lulusan yaitu adanya motivasi dari guru dan siswa untuk lebih giat dalam belajar, memberikan nasehat-nasehat dan memberikan pendekatan kepada siswanya.88 Dalam bab dua dijelaskan bahwa guru itu sebagai motivator, yang berperan untuk senantiasa menimbulkan, memelihara, dan meningkatkan motivasi siswa untuk belajar. Selain sebagai motivator, guru juga harus melakukan pendekatan dalam proses pembelajaran tidak hanya melalui pendekatan intruksional semata, akan tetapi disertai dengan pendekatan pribadi.89 Melalui pendekatan pribadi ini, diharapkan guru dapat mengenal dan memahami siswa lebih mendalam sehingga dapat membantu dalam keseluruhan proses belajarnya.
88
89
Lihat transkrip wawancara nomor: 13/3-W/F-01/29-VI/2009. Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Berbasis Integrasi dan Kompetensi, 79.
70
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Dari paparan data dan pembahasan pada bab III, dan IV, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1.
Implementasi standar kompetensi lulusan (SKL) SMP/MTs dalam Permendiknas No. 23 tahun 2006 di MTs Tri Bhakti Pagotan Geger Madiun yaitu dengan dengan diadakannya kegiatan muhadharah satu bulan sekali, qiroah dua minggu sekali, kemudian mading yang diganti setiap seminggu sekali. Hal ini sesuai dengan permendiknas no 23 tahun 2006 yaitu menunjukkan sikap percaya diri, menrapkan kemampuan berfikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif serta menunjukkan belajar mandiri sesuai potensi yang dimiliki.
2.
Faktor
pendorong
dan
penghambat
diterapkannya
standar
kompetensi lulusan (SKL) SMP/MTs dalam permendiknas no. 23 tahun 2006. a. Faktor pendorong 1) Guru Guru memberikan motivasi kepada siswa untuk giat belajar, kemampuan guru dalam mengajar, memberikan kesempatan bertanya dan menanggapi materi dan menggunakan metode yang bervariasi. Disini guru diharapkan mampu menciptakan interaksi
71
belajar mengajar yang efektif dan senantiasa menimbulkan, memelihara, dan meningkatkan motivasi siswa untuk belajar. 2) Siswa Siswa belajar dan mengerjakan tugas dengan sungguh-sungguh, kemauan belajar kelompok dan berdiskusi, serta kemampuan mereka berfikir logis. Dengan kemampuan tersebut dapat mendorong siswa untuk mencapai standar kompetensi lulusan (SKL) yang baik. Dengan belajar kelompok pada dasarnya memecahkan masalah bersama. Setiap individu memberikan sumbangan fikiran dalam memecahkan masalah yang dibahas sehingga diperoleh hasil yang baik. 3) Keluarga (orang tua) Orang tua selalu memberikan motivasi dan mengingatkan anaknya untuk selalu giat belajar untuk mencapai standar kompetensi lulusan (SKL). b. Faktor penghambat Kurang kemampuan siswa dalam aspek kognitif, ketidak pahaman siswa tentang standar kompetensi lulusan (SKL), dan banyak siswa yang tidak mengikuti les. 3.
Upaya lembaga dalam mencapai standar kompetensi lulusan (SKL) dalam permendiknas no. 23 tahun 2006 adalah mengadakan latihanlatihan soal, try out, memberikan les tambahan di sore hari, memotivasi siswa untuk belajar, memberikan fasilitas kepada siswa berupa lembar
72
kerja siswa (LKS), dan buku pegangan guru bidang studi. Hal tersebut merupakan materi yang berasal dari buku dan merupakan salah satu ilmu bagi siswa.
B. Saran Berdasarkan hasil penelitian tersebut, peneliti ingin menyampaikan beberapa saran terhadap pihak-pihak terkait antara lain: 1. Bagi lembaga sekolah: Pihak sekolah lebih meningkatkan fasilitas belajar, karena sekolah merupakan pembinaan siswa untuk mewujudkan generasi penerus. 2. Bagi guru Guru hendaknya lebih semangat memperhatikan siswa dalam kegiatan belajar mengajar terutama masalah materi yang diajarkan sehingga dapat diketahui sejauh mana kemampuan siswa dalam menangkap pelajaran. 3. Bagi siswa Siswa hendaknya sadar akan tugasnya dan mempunyai tanggung jawab serta semangat memotivasi diri untuk belajar. 4. Bagi orang tua Orang tua hendaknya lebih memperhatikan anaknya untuk lebih giat belajar dan mengontrol setiap kegiatan yang dilakukan oleh anaknya.