BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Perusahaan asuransi merupakan lembaga keuangan nonbank yang mempunyai peranan yang tidak jauh berbeda dari bank, yaitu bergerak dalam bidang layanan jasa yang diberikan kepada masyarakat dalam mengatasi resiko yang akan terjadi di masa yang akan datang. Perusahaan asuransi mempunyai perbedaan karaketeristik dengan perusahaan nonasuransi seperti kegiatan Underwriting – akutaria, klaim, dan reasuransi – retrosesi. Penjaminan (underwriting) adalah Proses penaksiran/penilaian dan penggolongan derajad risiko yang terkait pada calon tertanggung, serta pembuatan keputusan untuk menerima atau menolak risiko tersebut. Aktuaria (actuarial) adalah Fungsi pada suatu perusahaan asuransi yang menerapkan prinsip-prinsip matematika pada asuransi, termasuk mengkalkulasi/ memperhitungkan daftar harga premi serta memastikan kesehatan perusahaan dari segi keuangan. Klaim adalah beban yang menjadi kewajiban perusahaan asuransi terhadap pemegang polis sehubungan dengan perjanjian asuransi antara perusahaan asuransi dengan konsumen (pemegang polis) akibat terjadi peristiwa yang di asuransikan atau yang jatuh tempo. Reasuransi adalah pihak yang menerima pertanggungan ulang dari suatu penutupan asuransi. Retrosesi adalah Pelimpahan risiko dari perusahaan reasuransi kepada perusahaan reasuransi lain. Industri asuransi di Indonesia akhir-akhir ini mengalami perkembangan yang cukup pesat setelah pemerintah mengeluarkan deregulasi pada tahun 1980-
Universitas Sumatera Utara
an. Dan dipertegas lagi dengan keluarnya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1992 Tentang Usaha Perasuransian. Dengan adanya deregulasi dan Undang-Undang tersebut pemerintah memberikan kemudahan dalam hal perijinan, yang tujuannya adalah untuk memacu tumbuhnya perusahaanperusahaan baru, pada gilirannya akan meningkatkan hasil produksi/premi nasional. Diharapkan dengan semakin berkembangnya industri asuransi di indonesia, maka akan semakin berkembang pula pertumbuhan ekonomi indonesia dari tahun ketahun akan semakin meningkat, Pada era globalisasi seperti ini kebutuhan masyarakat akan asuransi semakin meningkat oleh karena itu pertumbuhan atau perkembangan industri asurasi di indonesia semakin dan akan terus meningkat. Laporan Research and Markets, bertajuk Indonesia Insurance Report Q3 2009 yang dikeluarkan awal Juli 2009 lalu menyebut, industri asuransi Indonesia tumbuh 43% tahun lalu. Lembaga riset yang berpusat di Dublin Irlandia ini menyebutkan, total premi asuransi di Indonesia tahun 2008 mencapai Rp 78,267 triliun. Diantaranya berasal dari asuransi jiwa Rp 54,400 triliun dan premi non jiwa Rp 23,867 triliun. Mereka memperkirakan pada 2013 nanti premi asuransi jiwa mencapai Rp 134,207 triliun sedang non jiwa Rp 29,109 triliun. Research and Markets memperkirakan tahun ini premi non jiwa akan meningkat lebih drastis meski perekonomian melambat. Lonjakan premi antara lain datang dari asuransi kendaraan, baik yang sukarela ataupun wajib karena dalam masa kredit. (www.kontan.co.id, 23 juli 2009). Saat ini, kekuatan permodalan dalam perusahaan asuransi merupakan faktor penting, faktor kecukupan modal pada industri asuransi dikenal sebagai
Universitas Sumatera Utara
Risk Based Capital (RBC). Risk Based Capital (RBC) menjadi acuan yang tak dapat ditawar. Oleh karena itu Departemen Keuangan menetapkan perusahaan asuransi di Indonesia saat ini wajib memiliki Risk Based Capital (RBC) minimal 120 persen (www.depkeu.go.id). Risk Based Capital (RBC) merupakan rasio kecukupan modal terhadap resiko yang ditanggung dan menjadi salah satu indikator utama dalam menilai kesehatan perusahaan asuransi, khususnya yang terkait dengan solvabilitas atau kemampuan perusahaan memenuhi semua kewajibannya. Risk Based Capital (RBC) diperoleh dari hasil membandingkan selisih kekayaan yang diperkenankan dan kewajiban dengan batas minimum tingkat solvensi. Faktor yang lain yang perlu diperhatikan adalah profitabilitas, likuiditas, stabilitas premi, dan teknis. Berdasarkan sumber dari Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Departemen Keuangan Republik Indonesia pada saat ini ada 8 perusahaan asuransi yang dikenakan status Pembatasan Kegiatan Usaha (PKU) (lihat tabel 1.1). Pembatasan Kegiatan Usaha (PKU) adalah status yang dikenakan sebelum sebuah perusahaan yang bersangkutan benar-benar ditutup pemerintah. Hal tersebut dikarenakan perusahaan asuransi tidak memenuhi Risk Based Capital (RBC) yang telah ditetapkan pemerintah. Berikut ini tabel perusahaan-perusahaan asuransi yang dikenakan status Pembatasan Kegiatan Usaha (PKU).
Universitas Sumatera Utara
Tabel 1.1 Perusahaan Asuransi Yang Dikenakan Pembatasan Kegiatan Usaha (PKU) No
1 2 3 4 5 6 7 8
Perusahaan Asuransi Yang Dikenakan Pembatasan Kegiatan Usaha (PKU)
PT Asuransi Prima Perkasa Internasional PT Anugerah General Insurance PT Asuransi Anugerah Bersama Koperasi Asuransi Jiwa Indonesia PT Asuransi Jiwa Buana Putera PT Asuransi Jiwa Elite PT Asuransi Jiwa Mukjizat Utama PT Asuransi Jiwa NussaLife Financial
Sumber : www.depkeu.go.id, diakses tanggal 16 Februari 2010 (Oleh Peneliti)
Risk Based Capital (RBC) diperlukan bagi perusahaan asuransi nasional guna mengukur tingkat kesehatan keuangan perusahaan dan sebagai pegangan bagi para nasabah untuk menganalisa apakah perusahaan itu cukup punya modal atau tidak jika seorang membeli polisnya atau ikut melakukan investasi pada perusahaan tersebut. Pengawasan terhadap perusahaan-perusahaan asuransi, sebagaimana dilakukan terhadap lembaga-lembaga keuangan lainnya seperti bank sangat perlu dilakukan. Dalam prakteknya, pemeriksaan untuk pengawasan rutin yang seharusnya selalu dapat dilaksanakan secara berkala sulit dipenuhi di setiap negara karena keterbatasan dana dan tenaga pada instansi pembina dan pengawasan perusahaan asuransi sehingga harus dibuat skala perioritas untuk menentukan perusahaan asuransi yang akan diperiksa. Skala perioritas tersebut ditentukan oleh tingkat kinerja keuangan perusahaan asuransi dengan ukuran yang dipakai di masing-masing negara. Kinerja keuangan dari suatu perusahaan merupakan gambaran dari laporan keuangan sebuah perusahaan, karena di dalam laporan keuangan ini terdapat
Universitas Sumatera Utara
perkiraan-perkiraan seperti aktiva, kewajiban, modal dan profit dari perusahaan. Untuk mengetahui kinerja keuangan perusahaan, khususnya perusahaan asuransi dapat diukur dengan menggunakan analisis rasio keuangan yang dibuat oleh The National Association of Insurance Commissioners (NAIC) yang dikenal dengan analisis rasio keuangan Early Warning System (EWS). Sistem Early Warning System (EWS) merupakan tolak ukur perhitungan dalam mengukur kinerja keuangan dan menilai tingkat kesehatan perusahaan asuransi di Indonesia. Perhitungan sistem Early Warning System (EWS) digunakan banyak negara dalam mengawasi kinerja keuangan suatu perusahaan asuransi, hal ini dikarenakan hasil analisis sistem ini memberikan peringatan dini (early warning) terhadap kondisi keuangan sehingga dapat digunakan dalam menganalisis kinerja keuangan perusahaan asuransi (Satria, 1994:5). Kinerja keuangan perusahaan asuransi dapat diketahui mengalami peningkatan ataupun mengalami penurunan dari hasil analisis rasio keuangan. Early Warning System (EWS), kemudian hasil analisis rasio keuangan Early Warning System (EWS) dibandingkan dengan suatu standar atau tolak ukur tertentu. Tolak ukur yang digunakan untuk mengukur rasio keuangan Early Warning System (EWS) perusahaan asuransi, yaitu tolak ukur yang ditetapkan oleh pemerintah Indonesia. Menurut data hasil olahan Lembaga Manajemen FEUI, data laba industri asuransi umum meningkat 24,23 persen dari Rp 1,58 triliun pada Desember 2006 menjadi Rp 1,96 triliun pada Desember 2007. Sedangkan laba industri asuransi jiwa tumbuh 20,85 persen dari Rp 2,34 triliun pada Desember 2006 menjadi Rp 2,83 triliun pada Desember 2007.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan teori dan fenomena diatas maka peneliti ingin mengukur kinerja keuangan dengan mempergunakan rasio keuangan Early Warning System (EWS) pada PT. Asuransi Multi Guna Darma, Tbk dan PT. Asuransi Ramayana, Tbk yang bergerak dalam bidang asuransi kerugian, dimana masing- masing perusahaan asuransi tersebut memiliki Risk Based Capital (RBC) tertinggi dan terendah yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) maka judul dalam penelitian ini adalah : “Analisis Kinerja Keuangan Berdasarkan Rasio Keuangan Early Warning System Pada Perusahaan Asuransi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI) )”.
B. Perumusan Masalah Suatu masalah dapat timbul dikarenakan adanya hambatan, rintangan ataupun tantangan sehingga dapat menyebabkan terjadinya penyimpangan ataupun kegagalan dalam mencapai suatu tujuan. Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan sebelumnya, peneliti merumuskan masalah “ Bagaimana kinerja keuangan pada Perusahaan Asuransi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) ) yaitu PT. Asuransi Multi Guna Darma, Tbk dan PT. Asuransi Ramayana, Tbk selama tahun 2006, 2007, 2008 dan 2009 berdasarkan tolak ukur rasio Early Warning System (EWS)”.
C. Kerangka Konseptual Kerangka konseptual dan kerangka berpikir merupakan gambaran tentang hubungan antara variabel yang akan diteliti, yang disusun dari berbagai teori yang
Universitas Sumatera Utara
telah dideskripsikan (Sugiyono, 2006 : 49). Early warning Sytem (EWS) adalah tolak ukur perhitungan dari The National Association of Insurance Commissioners (NAIC) atau lembaga pengawas badan usaha asuransi Amerika Serikat dalam mengukur kinerja keuangan dan menilai tingkat kesehatan perusahaan asuransi. Di samping itu, sistem ini dapat memberikan peringatan dini terhadap kemungkinan kesulitan keuangan dan operasi perusahaan asuransi di masa yang akan datang. Manfaat
dari Early
Warning
System
(EWS)
adalah
membantu
mengidentifikasi masalah dalam perusahaan asuransi kerugian secara dini sehingga tindakan dan perbaikan dapat segera dilakukan. Perhitungan sistem Early Warning System (EWS)
digunakan banyak negara dalam mengawasi
kinerja keuangan suatu perusahaan asuransi, hal ini dikarenakan hasil analisis sistem ini memberikan peringatan dini (early warning) terhadap kondisi keuangan (Satria,1994:5). Kinerja keuangan perusahaan asuransi dapat diketahui mengalami peningkatan ataupun mengalami penurunan dari hasil analisis rasio keuangan. Alat ukur untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan dapat melihat antara rasio keuangan (likuiditas, solvabilitas, profitabiltas, dan rasio teknis). Rasio-rasio tersebut
mempunyai kemampuan pembeda yang paling tinggi dalam
mengelompokkan perusahaan, apakah perusahaan masuk kedalam kelompok sehat atau kelompok kurang sehat. Secara keseluruhan dapat dilihat pada gambar 1.1. dibawah ini:
Universitas Sumatera Utara
Rasio – rasio Keuangan Kinerja Keuangan Baik
Early Warning System (EWS) : 1. Likuiditas 2. Solvabilitas 3. Teknis
Kinerja Keuangan Buruk
Gambar 1.1 Kerangka Konseptual Sumber : Satria (1994:5)
Selain beberapa rasio keuangan Early Warning System (EWS), pemerintah Indonesia menerapkan peraturan mengenai kesehatan keuangan perusahaan asuransi yakni setiap perusahaan asuransi di Indonesia harus memiliki modal minimum sebesar Rp 100.000.000.000.00, (seratus milyar rupiah ) berdasarkan peraturan pemerintah Republik Indonesia No.63 Tahun 1999 Pasal 6, dan setiap perusahaan asuransi hanya dapat memiliki Premi Netto paling banyak 300 % (tiga ratus peratus) dari modal sendiri periode berjalan berdasarkan keputusan menteri keuangan Republik Indonesia No. 424 /KMK.06/ 2003 pasal 35.
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Tujuan peneliti melakukan penelitian pada PT.Asuransi Multi Artha Guna, Tbk dan PT. Asuransi Ramayana, Tbk adalah untuk mengetahui kinerja keuangan PT.Asuransi Multi Artha Guna, Tbk dan PT. Asuransi Ramayana, Tbk selama periode tahun 2006, 2007, 2008, dan 2009. 2. Manfaat Penelitian Manfaat peneliti melakukan penelitian pada PT.Asuransi Multi Artha Guna, Tbk dan PT. Asuransi Ramayana, Tbk, adalah :
Universitas Sumatera Utara
a. Bagi perusahaan PT.Asuransi Multi Artha Guna, Tbk dan PT. Asuransi Ramayana, Tbk, sebagai bahan masukan dan menjadikan suatu perbandingan dalam melihat kinerja keuangan perusahaan. b. Bagi peneliti, akan memberikan kontribusi bagi pemikiran peneliti dalam memperluas cakrawala berfikir ilmiah dalam bidang keuangan khususnya dalam analisis rasio keuangan. c. Bagi pihak lain, sebagai referensi yang nantinya dapat memberikan perbandingan dalam mengadakan penelitian pada masa yang akan datang.
E. Metode Penelitian 1. Batasan Penelitian Batasan penelitian ini adalah bagaimana kinerja keuangan berdasarkan Early Warning Sysyem (EWS) pada PT.Asuransi Multi Artha Guna, Tbk dan PT. Asuransi Ramayana, Tbk berdasarkan laporan keuangan tahun 2006 sampai dengan tahun 2009. 2. Definisi Operasional Variabel Kinerja keuangan pada perusahaan asuransi dapat diketahui dengan menganalisis rasio keuangan Early Warning System (EWS). Rasio keuangan Early Warning System (EWS) yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio) Rasio likuiditas atau liquidity ratio mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek dan memberikan gambaran kondisi keuangan perusahaan apakah dalam kondisi likuid atau tidak. Rasio Likuiditas dapat dihitung sebagai berikut (Satria,1994:71):
Universitas Sumatera Utara
Rasio Likuiditas = b. Rasio Solvabilitas dan Umum (Solvency and overall ratios) Rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa besar kemampuan keuangan perusahaan asuransi kerugian dalam mendukung kewajiban yang mungkin timbul dari penutupan risiko yang telah dilakukan. Rasio Batas Solvabilitas dapat dihitung sebagai berikut (Satria,1994:67): Rasio Batas Solvabilitas = c. Ratio Teknis (Technical Ratio) Cadangan teknis terdiri dari cadangan premi dan cadangan klaim. Rasio ini dapat mengukur secara kasar tingkat kecukupan cadangan yang diperlukan dalam menghadapi kewajiban yang timbul dari penutupan resiko. Rasio Cadangan Teknis dapat dihitung sebagai berikut (Satria, 1994:74) : Rasio Cadangan Teknis =
3. Tempat dan Waktu Penelitian a. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT.Asuransi Multi Guna Darma, Tbk dan PT. Asuransi Ramayana, Tbk (Perusahaan Asuransi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI) )”. b. Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan April sampai dengan bulan Mei 2010.
Universitas Sumatera Utara
4. Jenis Data Data yang digunakan dalam penelitian, untuk membantu memecahkan masalah yaitu dengan data sekunder. Data Sekunder yaitu data yang berisikan informasi dan teori-teori yang digunakan untuk mendukung penelitian yang dilakukan. Peneliti mendapatkan data sekunder dari buku-buku, majalah, hasil karangan, dan informasi dari internet. 5. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Studi dokumentasi, yaitu pengumpulan data pendukung berupa literature, penelitian terdahulu, laporan-laporan yang dipublikasikan untuk mendapat gambaran dari masalah yang akan diteliti. 6. Metode Analisis Data Metode analisis yang digunakan di dalam penelitian ini adalah : a. Metode Analisis Deskriptif Metode analisis deskriptif yang digunakan oleh peneliti adalah menghitung rasio – rasio keuangan berdasarkan Early Warning System (EWS) dan tolak ukur yang ditetapkan oleh Peraturan Pemerintah. b. Metode Analisis Kuantitatif Metode analisis kuantitatif merupakan metode yang digunakan untuk menyajikan data dalam bentuk angka. Metode analisis kuantitatif yang dipakai dalam penelitian skripsi, yaitu :
Universitas Sumatera Utara
1) Metode Analisis Vertikal Merupakan analisis data yang membandingkan data rasio keuangan perusahaan dengan rasio semacam dari perusahaan lain yang sejenis atau industry yang sama. Analisis rasio yang digunakan adalah rasio Early Warning System. Berdasarkan acuan dari penelitian salustra satria terhadap perushaan asuransi di Indonesia, alat-alat rasio untuk mengukur kinerja keuangan menggunakan analisis rasio keuangan Early Warning System (EWS). Adapun alat – alat analisis rasio Early Warning System (EWS) yang digunakan adalah, sebagai berikut : a) Rasio Likuiditas b) Rasio Solvabilitas dan umum c) Rasio Cadangan Teknis
Asumsi: Hasil analisis menggunakan rasio Early Warning System (EWS) akan dibandingkan dengan menggunakan tolok ukur rasio Early Warning System (EWS) yang ditetapkan oleh pemerintah Indonesia . Tolak ukur dari masing-masing rasio adalah sebagai berikut Tabel 1.2 Tolak Ukur Rasio Early Warning System Rasio a. Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio) b. Rasio Batas Solvabilitas (Solvency Margin Ratio) c. Rasio Cadangan Teknis
Batas Minimum 1,2 1,2
Batas Maksimum
0,4
Sumber : Satria (1994:97)
Universitas Sumatera Utara
Selain beberapa rasio di atas, pemerintah Indonesia menerapkan peraturan mengenai kesehatan keuangan perusahaan asuransi yakni setiap perusahaan asuransi di Indonesia harus memiliki modal minimum sebesar Rp 100.000.000.000.00,(seratus milyar rupiah ) berdasarkan peraturan pemerintah Republik Indonesia No.63 Tahun 1999 pasal 6, dan setiap perusahaan asuransi hanya dapat memiliki Premi Netto paling banyak 300% (tiga ratus peratus) dari modal sendiri periode berjalan berdasarkan keputusan menteri keuangan Republik Indonesia No. 424 /KMK.06/ 2003 Pasal 35. Rasio likuiditas memiliki tingkat batas minimum 120% (seratus dua puluh per seratus) yaitu 1,2. Jika perusahaan asuransi memiliki rasio likuditas lebih dari 120 %, perusahaan tersebut memiliki kondisi/ kesehatan keuangan perusahaan yang baik begitu sebaliknya. Rasio solvabilitas memiliki tingkat batas minimum 120% (seratus dua puluh per seratus) yaitu 1,2. Jika perusahaan asuransi memiliki rasio solvabilitas lebih dari 120 %, perusahaan tersebut memiliki kondisi/ kesehatan keuangan perusahaan yang baik begitu sebaliknya. Rasio cadangan teknis memiliki tingkat batas minimum 40% (empat puluh per seratus) yaitu 0.4. Jika perusahaan asuransi memiliki lebih dari 120 %, perusahaan tersebut memiliki kondisi/ kesehatan keuangan perusahaan yang baik begitu sebaliknya.
Universitas Sumatera Utara
2) Metode Analisis Horizontal/ Trend Analysis Metode analisis yang membandingkan kegiatan usaha suatu perusahaan dengan kegiatan-kegiatan yang telah dicapai pada periodeperiode sebelumnya. Sehingga dapat terlihat perkembangan dari kinerja keuangan PT Asuransi Multi Artha Guna, Tbk dan PT. Asuransi Ramayana dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2009.
Universitas Sumatera Utara