BAB I PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan
kesehatan
yang
berkualitas
akan
mendukung
terselenggaranya pelayanan kesehatan yang berkualitas juga (Depkes, 2007). Perawat merupakan salah satu pemberi pelayanan kesehatan. Perawat dituntut untuk dapat bekerja secara professional dan kompeten, mampu memberikan pelayanan yang terbaik kepada pasien. Peran institusi pendidikan keperawatan dituntut mampu menghasilkan perawat yang kompeten dan profesional. Pendidikan keperawatan terdiri dari dua tahap, yaitu tahap akademik dan tahap pendidikan klinik. Pada pendidikan Diploma DIII Keperawatan, tahap akademik ditempuh pada dua tahun pertama. Institusi pendidikan berkewajiban penuh memberikan pendidikan yang berkualitas selamatahap akademik. Tahap pendidikan klinik ditempuh pada tahun ketiga, pada tahap ini rumah sakit beserta atributnya memiliki banyak peran dalam memberikan pengalaman belajar klinik mahasiswa. Pendidikan klinik merupakan inti dalam pendidikan keperawatan (Chan, 2002). Pendidikan klinik berperan banyak dalam perkembangan ilmu, pembentukan profesionalisme dan sebagai bekal mahasiswa saat berada di dunia kerja (Skaalvik et al, 2011). Dalam pendidikan klinik mahasiswa belajar
mengaplikasikan
teori
ke
dunia
kerja
nyata.
1
Pendidikan klinik di tempat kerja akan dialami oleh mahasiswa setelah menyelesaikan pendidikan akademiknya, meskipun sebelumnya mahasiswa sudah mendapatkan pembelajaran klinik di laoratorium keterampilan klinik maupun early clinical exposure selama proses pendidikan di tahap akademik. Pendidikan Diploma III Keperawatan adalah pendidikan tinggi keperawatan yang bertujuan menghasilkan tenaga perawat vokasional. Kurikulum pendidikan tinggi yang digunakan saat ini adalah kurikulum berbasis kompetensi, sehingga diharapkan lulusan DIII Keperawatan memiliki
kompetensi
dibidangnya.
sebagai
Pendidikan
perawat
klinik
vokasional
keperawatan
yang
membantu
kompeten mahasiswa
mengkombinasikan keterampilan kognitif, psikomotor dan afektif. Ketiga keterampilan
tersebut
akan
membantu
mahasiswa
mengembangkan
kompetensi dalam penerapan pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai dalam situasi klinik (Chan, 2002). Pendidikan klinik yang efektif mampu membangun rasa percaya diri dan membantu pencapaian kompetensi pada mahasiswa (Lofmark et al, 2012). Pendidikan klinik dibagi menjadi dua hal utama (Saarikoski & Kilpi, 2002). Pertama, lingkungan pembelajaran klinik yang ada di bangsal, pembelajaran klinik terdiri dari lingkungan di ruang perawatan, rawat jalan maupun di tatanan komunitas (Ramani & Leinster, 2008). Kedua, lingkungan pembelajaran klinik yang berupa bimbingan klinik. Pendidikan klinik merupakan bagian yang penting dalam proses pendidikan mahasiswa keperawatan, karena memberikan pengalaman yang
2
banyak kepada mahasiswa baik berupa kognitif, psikomotorik maupun afektif. Keberhasilan pendidikan klinik juga tergantung pada ketersediaan lahan praktik di rumah sakit sebagai lingkungan pembelajaran klinik. Adapun lahan praktik harus memenuhi persyaratan, diantaranya 1) Melaksanakan pelayanan atau asuhan keperawatan yang baik (good nursing care), 2) Lingkungan yang kondusif, 3) Ada role model yang cukup, 4) Tersedia kelengkapan sarana dan prasarana serta staf yang memadai, 5) Tersedia standar pelayanan/SOP keperawatan yang lengkap (Reilly & Oermann, 2002). Bimbingan klinik baik dari dosen maupun perawat pendidik sangat dibutuhkan mahasiswa. Bimbingan klinik ditujukan untuk mengintregasikan antara teori yang didapat di tahap akademik dengan praktik praktik pada tahap klinik. Bimbingan klinik dapat membantu mahasiswa dalam membangun
identitas
profesionalisme,
meningkatkan
kemampuan
pengambilan keputusan dan perkembangan personal (Severison & Sand, 2010). Oleh karena itu, pembimbing klinik harus mengetahui tujuan pendidikan klinik dan pencapaian kompetensi praktik klinik serta mampu menjelaskannya pada mahasiswa (Hasan, 2012). Bekal teori yang sudah didapatkan selama tahap akademik diharapkan memfasilitasi mahasiswa selama tahap pendidikan klinik. Proses bimbingan klinik selama tahap pendidikan klinik melibatkan dosen maupun staf perawat. Seorang perawat pembimbing/ clinical intructor (CI) bertugas pada pembimbingan yang sifatnya keterampilan prosedural, mendampinginya
3
mahasiswa seperti bimbingan penyusunan ASKEP (Asuhan Keperawatan), BST (bed site teaching), dan ronde keperawatan. Peran dosen pembimbing adalah memberikan bimbingan yang sifatnya teroris maupun prosedural. Pada proses pembimbingan mahasiswa D III Keperawatan proses pembimbingan dilimpahkan kepada CI dan dosen pembimbing. Dosen selain sebagai pembimbing pada tahap pendidikan klinik juga memiliki peran yang banyak di kampus dan masyarakat guna menjalankan tridrama perguruan tinggi, begitu juga dengan pelaksanaan peran CI. Perawat CI bertugas mendemostrasikan tentang peran perawat profesional kepada mahasiswa (Baltimore, 2004), selain itu juga harus mampu memberikan feedback yang membangun, memberikan lingkungan pembelajaran yang aman, dan melibatkan mahasiswa agar terlibat aktif dalam perawatan pasien (Cleary et al, 2006). Pada pelaksanaan tugasnya pembimbing klinik baik CI maupun dosen dalam melaksanakan tugasnya menghadapi banyak kendala.Perawat selain dibebani dengan tugas sebagai pemberi pelayanan keperawatan kepada pasien dan membimbing mahasiswa juga masih dibebani dengan tugas-tugas yang
sifatnya
administrasi.
Perawat
juga
dituntut
untuk
mampu
mengembangkan kariernya.Kondisi tersebut yang akan mempengaruhi kualitas maupun kuantitas bimbingan klinik. Kuantitas maupun kualitas bimbingan klinik merupakan bagian dari lingkungan pendidikan klinik yang akan mempengaruhi pengalaman praktik klinik yang didapatkan mahasiswa.
4
Pada praktik keperawatan jiwa, mahasiswa sendiri merupakan alat yang membantu proses perawatan pasien, menumbuhkan hubungan teraupetik, melibatkan pasien dalam terapi dan fokus pada individualitas pasien (Charleston & Hapell, 2005). Pada bagian keperawatan jiwa hubungan antara perawat dengan pasien sangat terbatas, kurang staf perawat dan dukungan pelayanan (Henderson et al, 2007). Diharapkan dengan adanya bimbingan klinik akan membantu mahasiswa mencapai kompetensi yang diharapkan. Pada praktik keperawatan jiwa, banyak mahasiswa yang pada awalnya merasa takut saat akan ditempatkan di lahan praktik keperawatan jiwa. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Happel (2008), perasaan dan harapan negatif dari ketidakpastian menjadi hal yang umum dihadapi mahasiswa sebelum penempatan praktik klinik keperawatan jiwa. Melrose & Shapiro (1999) menyebutkan bahwa mahasiswa merasa takut pada pasien, cemas bahwa upaya mereka untuk membantu pasien dirasa tidak adekuat, suasana klinik yang berbeda dari suasana saat kuliah, keterlibatan dalam terapi lingkungan dan pelaksanaan pelayanan dengan pengawasan perawat. Adapun hasil penelitian lainnya yaitu dari Henderson et al (2007) menyatakan bahwa pada umumnya mahasiswa merasa puas ketika melaksanakan praktik klinik di bagian keperawatan jiwa. Adanya perbedaan yang mendasar ini, peneliti tertarik memilih bagian keperawatan jiwa sebagai obyek dalam penelitian ini.
5
Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Ghrasia merupakan rumah sakit milik pemerintah Provinsi Yogyakarta. Pada awalnya rumah sakit tersebut hanya melayani pasien dengan gangguan kejiwaan. Seiring berkembangnya tuntutan mayarakat, kini rumah sakit tersebut juga melayani pasien umum. Selain menggunakan Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Sardjito, seluruh program studi DIII Keperawatan di Yogyakarta menggunakan RSJ Ghrasia untuk praktik keperawatan jiwa. Bahkan, ada institusi yang hanya mempraktikkan mahasiswa di RSJ Ghrasia untuk praktik keperawatan jiwa. Terdapat sekitar 33 institusi pendidikan kesehatan yang menggunakan RSJ Ghrasia sebagai lahan praktik klinik baik dari dalam maupun luar provinsi Yogyakarta. RSJ Ghrasia merupakan lingkungan belajar klinik bagian keperawatan jiwa yang utama untuk beberapa institusi DIII keperawatan. Lingkungan belajar klinik yang baik maka diharapkan akan menunjang pengalaman klinik yang baik pula, begitu pula sebaiknya. Rumah sakit yang memenuhi persyaratan dan komitmen yang tinggi dalam mendukung proses pendidikan klinik mahasiswa akan memberikan kontribusi yang lebih tinggi bagi luaran pengetahuan, pengalaman maupun kompetensi mahasiswa (Emilia, 2003). Oleh karena itu peneliti memilih RSj Ghrasia sebagai tempat penelitian, guna mengetahui bagaimana pengalaman klinik mahasiswa saat praktik klinik keperawatan jiwa. Berdasarkan latar belakang masalah diatas, menunjukkan bahwa pendidikan
klinik
beserta
atributnya
berpengaruh
penting
terhadap
pencapaian pengalaman klinik mahasiswa. Adapun atribut pendidikan klinik
6
tersebut antara lain: persiapan praktik klinik baik dari mahasiswa, institusi maupun rumah sakit, lingkungan belajar klinik, peran perawat pembimbing (CI) dan peran dosen. Pada RSJ Grhasia yang merupakan lingkungan belajar klinik bagi mahasiswa keperawatan belum pernah dilakukan penelitian tentang persepsi mahasiswa terhadap pengalaman klinik praktik keperawatan jiwa II. Oleh karena itu, diperlukan studi untuk mengkaji bagaimana persepsi mahasiswa tentang pengalaman klinik praktik keperawatan jiwa II di Yogyakarta , dilihat dari persiapan praktik klinik, lingkungan belajar klinik, peran CI, peran dosen dan refleksi mahasiswa. I.2. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka perumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah : “Bagaimanakah persepsi mahasiswa DIII Keperawatan di Yogyakarta terhadap pengalaman klinik praktik keperawatan jiwa II?” I.3. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi mahasiswa DIII Keperawatan di Yogyakarta terhadap pengalaman klinik selama tahap praktik keperawatan jiwa II. I.4. Keaslian Penelitian Penelitian tentang persepsi mahasiswa terhadap pengalaman belajar klinik selama tahap pendidikan klinik sudah ada, beberapa penelitian yang hampir sama dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti, yaitu:
7
1. Henderson et al (2007), dengan judul : “So what is so good about clinical experience? A mental health nursing perspective” a. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian penulis adalah : 1) Tujuan penelitian untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi
kepuasan
mahasiswa
keperawatan
terhadap
pengalaman klinik di bagian keperawatan jiwa, sedangkan tujuan penellitian
penulis
untuk
mengetahui
bagaimana
persepsi
mahasiswa terhadap pengalaman klinik di bagian keperawatan jiwa. 2) Subyek penelitian adalah mahasiswa S1 Keperawatan yang telah menyelesaikan praktik keperawatan jiwa, sedangkan subyek penelitian penulis adalah mahasiswa DIII Keperawatan. 3) Metode penelitian adalah kuantitatif, sedangkan metode penelitian penulis menggunakan metode campuran, kuantitatif dan kualitatif. 4) Instrumen penelitian menggunakan The quality of clinical placement questionnaire (QCP), sedangkan penelitian penulis menggunakan instrumen yang disusun penulis sendiri b. Persamaan penelitian ini dengan penelitian penulis adalah : 1) Topik penelitian tentang pengalaman klinik di bagian keperawatan jiwa 2) Desain penelitian adalah penelitian non eksperimental 2. Happell (2008) dengan judul : “Clinical experience in mental health nursing: determining satisfaction and the influential factors”
8
a. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian penulis adalah : 1) Tujuan
penelitian
untuk
mengukur
tingkat
kepuasan
dan
mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan mahasiswa keperawatan terhadap pengalaman klinik di bagian keperawatan jiwa, sedangkan tujuan penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana persepsi mahasiswa terhadap pengalaman klinik di bagian keperawatan jiwa. 2) Subyek penelitian adalah mahasiswa S1 Keperawatan yang telah menyelesaikan praktik keperawatan jiwa, sedangkan subyek penelitian penulis adalah mahasiswa D III Keperawatan. 3) Metode penelitian adalah kuantitatif, sedangkan metode penelitian penulis menggunakan metode campuran, kuantitatif dan kualitatif. 4) Instrumen penelitian menggunakan The Psychiatric/Mental Health Clinical Placement Survey for Last Day of Placement, sedangkan penelitian penulis menggunakan instrumen yang disusun penulis sendiri b. Persamaan penelitian ini dengan penelitian penulis adalah : 1) Topik penelitian tentang pengalaman klinik di bagian keperawatan jiwa 2) Desain penelitian adalah penelitian non eksperimental 3. Warne et al (2010) dengan judul : “An exploration of the clinical learning experience of nursing students in nine European countries” a. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian penulis adalah :
9
1) Tujuan penelitian untuk memberikan pandangan komposit dan komparatif apa yang meningkatkan pengalaman belajar mahasiswa keperawatan saat praktik klinik, sedangkan tujuan penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana persepsi mahasiswa terhadap pengalaman klinik di bagian keperawatan jiwa. 2) Subyek penelitian adalah mahasiswa S1 Keperawatan, sedangkan subyek penelitian penulis adalah mahasiswa D III Keperawatan. 3) Metode penelitian adalah kuantitatif, sedangkan metode penelitian penulis menggunakan metode campuran, kuantitatif dan kualitatif. 4) Instrumen penelitian menggunakan Clinical learning environment, supervision and nurse teacher (CLES+T) evaluation scale, sedangkan penelitian penulis menggunakan instrumen yang disusun penulis sendiri. b. Persamaan penelitian ini dengan penelitian penulis adalah : 1) Topik
penelitian
tentang
pengalaman
klinik
mahasiswa
keperawatan. 2) Desain penelitian adalah penelitian non eksperimental. 4. Papastavrou et al (2010) dengan judul : “Student nurses experience of learning in the clinical environment” a. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian penulis adalah : 1) Tujuan penelitian untuk menggali pengalaman mahasiswa tentang lingkungan belajar dan bimbingan di penempatan klinik, untuk mengidentifikasi
faktor-faktor
dari
lingkungan
klinik
dan
10
bimbingan klinik yang berkontribusi terhadap pembelajaran dan untuk membuat data base tentang pembelajaran dan bimbingan klinik, sedangkan tujuan penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana persepsi mahasiswa terhadap pengalaman klinik di bagian keperawatan jiwa. 2) Subyek penelitian adalah mahasiswa S1 Keperawatan, sedangkan subyek penelitian penulis adalah mahasiswa D III Keperawatan. 3) Metode penelitian adalah kuantitatif, sedangkan metode penelitian penulis menggunakan metode campuran, kuantitatif dan kualitatif. 4) Instrumen penelitian menggunakan Clinical Learning environment and supervision scale (CLES), sedangkan penelitian penulis menggunakan instrumen yang disusun penulis sendiri. b. Persamaan penelitian ini dengan penelitian penulis adalah : 1) Topik
penelitian
tentang
pengalaman
klinik
mahasiswa
keperawatan. 2) Desain penelitian adalah penelitian non eksperimental. 5. Skaalvik et al (2011) dengan judul “Clinical learning environment and supervision: experiences of Norwegian nursing students - a questionnaire survey” a. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian penulis adalah : 1) Tujuan penelitian untuk mengetahui pengalaman mahasiswa keperawatan dan tingkat kepuasan mereka terhadap lingkungan belajar klinik, secara khusus penelitian ini membandingkan hasil
11
antara mahasiswa yang berada di rumah perawatan dan bangsal rumah sakit, sedangkan tujuan penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana persepsi mahasiswa terhadap pengalaman klinik di bagian keperawatan jiwa. 2) Subyek penelitian adalah mahasiswa S1 Keperawatan, sedangkan subyek penelitian penulis adalah mahasiswa D III Keperawatan. 3) Metode penelitian adalah kuantitatif, sedangkan metode penelitian penulis menggunakan metode campuran, kuantitatif dan kualitatif. 4) Instrumen penelitian menggunakan Clinical learning environment, supervision and nurse teacher (CLES+T) evaluation scale, sedangkan penelitian penulis menggunakan instrumen yang disusun penulis sendiri. b. Persamaan penelitian ini dengan penelitian penulis adalah : 1) Topik
penelitian
tentang
pengalaman
klinik
mahasiswa
keperawatan. 2) Desain penelitian adalah penelitian non eksperimental. 6. Hasan (2012) dengan judul : “Hubungan Persepsi Mahasiswa Terhadap Lingkungan Pembelajaran Klinik Dengan Pencapaian Kompetensi Praktik Klinik Keperawatan Di Akademi Keperawatan Luwuk” a. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian penulis adalah : 1) Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan antara persepsi mahasiswa terhadap lingkungan belajar klinik dengan pencapaian kompetensi
praktik
klinik
keperawatan,
sedangkan
tujuan
12
penelitian
penulis
untuk
mengetahui
bagaimana
persepsi
mahasiswa terhadap pengalaman klinik di bagian keperawatan jiwa. 2) Metode penelitian adalah kuantitatif, sedangkan metode penelitian penulis menggunakan metode campuran, kuantitatif dan kualitatif. 3) Instrumen penelitian menggunakan Clinical Learning environment and supervision scale (CLES), sedangkan penelitian penulis menggunakan instrumen yang disusun penulis sendiri. b. Persamaan penelitian ini dengan penelitian penulis adalah : 1) Desain penelitian adalah penelitian non eksperimental. 2) Subyek penelitian adalah mahasiswa D III Keperawatan 7. Melender et al (2013) dengan judul : “Quality of clinical educationComparison of experiences of undergraduate student nurses in Finland and Sweden” a. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian penulis adalah : 1) Tujuan penelitian adalah membandingkan pengalaman klinik dari tiga kelompok mahasiswa sarjana perawat pada pendidikan klinik pada tahun 2009 dan 2010 untuk mengetahui kualitas pendidikan klinik, sedangkan tujuan penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana persepsi mahasiswa terhadap pengalaman klinik di bagian keperawatan jiwa. 2) Metode penelitian adalah kuantitatif, sedangkan metode penelitian penulis menggunakan metode campuran, kuantitatif dan kualitatif.
13
3) Subyek penelitian adalah mahasiswa S1 keperawatan, sedangkan subyek penelitian penulis adalah D III Keperawatan 4) Instrumen penelitian menggunakan SECE (Students’ Experiences of Clinical Education), sedangkan penelitian penulis menggunakan instrumen yang disusun penulis sendiri. b. Persamaan penelitian ini dengan penelitian penulis adalah : 1) Topik
penelitian
tentang
pengalaman
klinik
mahasiswa
keperawatan. 2) Desain penelitian adalah penelitian non eksperimental. 8. Sundlers et al (2013) dengan judul : “Student nurses' experiences of the clinical learning environment in relation to the organization of supervision: A questionnaire survey” a. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian penulis adalah : 1) Tujuan penelitian untuk menginvestigasi pengalaman mahasiswa keperawatan pada lingkungan belajar klinik dihubungkan dengan bagaimana penelitian
bimbingan penulis
diselenggarakan,
untuk
mengetahui
sedangkan bagaimana
tujuan persepsi
mahasiswa terhadap pengalaman klinik di bagian keperawatan jiwa. 2) Subyek penelitian adalah mahasiswa S1 keperawatan, sedangkan subyek penelitian penulis adalah D III Keperawatan. 3) Instrumen penelitian menggunakan Clinical learning environment, supervision and nurse teacher (CLES+T) evaluation scale,
14
sedangkan penelitian penulis menggunakan instrumen yang disusun penulis sendiri. b. Persamaan penelitian ini dengan penelitian penulis adalah : 1) Topik
penelitian
tentang
pengalaman
klinik
mahasiswa
keperawatan. 2) Desain penelitian adalah penelitian non eksperimental. 3) Metode penelitian menggunakan metode campuran, kuantitatif dan kualitatif. Pada penelitian yang akan dilakukan, peneliti ingin memberikan gambaran persepsi mahasiswa DIII keperawatan di Yogyakarta terhadap pengalaman klinik selama tahap praktik keperawatan jiwa II. Pengumpulan data kuantitatif tentang persepsi terhadap pengalaman klinik menggunakan kuesioner yang disusun oleh peneliti
sendiri
pengumpulan
berdasarkan
penelitian-penelitian
sebelumnya,
sedangkan
data kualitatif dengan focus group discussion (FGD)
pada
mahasiswa. I.5. Manfaat Penelitian 1. Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambahkan pengetahuan mengenai persepsi mahasiswa DIII Keperawatan di Yogyakarta terhadap pengalaman klinik selama tahap praktik keperawatan jiwa II. 2. Secara praktis, penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi:
15
a. Pembimbing klinik baik dosen maupun CI, sebagai masukan untuk melakukan refleksi diri terhadap kemampuannya dalam memberikan bimbingan klinik. b. Bagi institusi pendidikan, hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan
untuk mendukung peningkatan kualitas
pendidikan klinik. c. Bagi institusi rumah sakit, hasil penelitian dapat dijadikan dasar untuk pengembangan kualitas pendidikan klinik.
16