BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Penelitian Perkembangan industri pariwisata merupakan suatu fenomena yang menarik, meskipun pariwisata juga merupakan sektor yang sangat sensitif terhadap perubahan yang terjadi baik secara internal maupun eksternal yang sangat berpengaruh terhadap jumlah dan minat wisatawan untuk mengunjungi suatu negara, wilayah/provinsi maupun daerah. Industri pariwisata secara langsung memberikan dampak terhadap ekonomi, sosial dan budaya (Gelgel, 2006:5). Pariwisata sebenarnya bukanlah fenomena baru di dunia, namun kata “pariwisata” di Indonesia sendiri baru popular setelah diselenggarakan Musyawarah Nasional Tourisme ke II di Tretes, Jawa Timur pada tanggal 12 s/d 14 Juni 1958 (Yoeti, 1985:1). Hal itu ditandai dengan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara yang berkembang cukup signifikan. Keputusan Presiden (Keppres) No.15 tahun 1983 yang dikeluarkan oleh pemerintah memuat tentang kebijakan bebas visa dan perluasan gerbang internasional (Bandar udara dan pelabuhan laut) menjadi salah satu kebijakan dalam bidang pariwisata negara. Selain itu pemerintah juga memperlonggar
prosedur
pemeriksaan
mancanegara (Kodhyat, 1996:8).
1
bea
cukai
bagi
wisatawan
2
Pariwisata menjadi sektor andalan Indonesia yang menjanjikan dalam pemasukan devisa negara. Selain letak Indonesia yang strategis, hal ini juga dikarenakan Indonesia sedang tahap pembangunan dalam segala macam aset potensi wisata. Peranan tersebutlah yang akan memberikan dampak pada berbagai bidang baik itu bidang ekonomi, sosial, maupun kebudayaan. Hal ini sangat berpengaruh dalam pengembangan pariwisata karena saling terkait menghasilkan barang atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan. Dalam konteks pengembangan pariwisata, Indonesia merupakan salah satu negara di Asia Tenggara yang memiliki paling banyak pusaka budaya, baik yang berasal dari masa prasejarah, Hindu Budha, Islam, dan masa kolonial yang tersebar di seluruh nusantara (Ardika, 2007:47). Menurut Distribusi PDB Nasional Provinsi bahwa Riau termasuk salah satu wilayah yang kaya akan minyak dan gas di Indonesia setelah Aceh dan Kalimantan Timur. Provinsi ini terletak di bagian tengah Pantai Timur Pulau Sumatera yaitu sepanjang pesisir Selat Malaka, serta provinsi ini juga berhadapan dengan negara Malaysia dan Singapura. Letak strategis inilah yang menjadikan tujuan wisata yang dapat menarik minat wisatawan baik dari lokal maupun mancanegara. Sejarah mencatat bahwasannya Riau merupakan tanah air kebudayaan melayu. Riau pada umumnya menyimpan banyak khazanah dan potensi pariwisata yang tak kalah menarik dengan daerah lain seperti Candi Muara Takus di Kampar, Bakudo Bono di Pelalawan, Upacara Bakar Tongkang di Rohil, Pompa Angguk Minyak di Indragiri Hulu, Pulau Jemur di Rohil, Air Terjun Aek Martua di Rohul, Hutan Lindung Sultan
3
Syarif Kasim II di Rumbai Pekanbaru, Danau Zamrud di Siak, Danau Naga Sakti di Pusako, Klenteng Hock Siu Kiong di Siak, Perkebunan Sawit, Perkebunan Salak, Jembatan Siak Tengku Agung Sulthanah Latifah, Masjid Raya Pekanbaru di Pekanbaru, Makam Raja Kecik di Buantan, Pacu Jalur di Kuansing, Festival Siak Bermadah, Istana Asserayah Al-Hasyimiah Siak Sri Indrapura di Siak dan lain sebagainya. Sejumlah peninggalan sejarah yang ditemukan, menunjukkan adanya wujud kebudayaan dan peradaban kuno di kawasan ini. Namun kurangnya keseriusan dalam menggarap itu semua maka menjadikan potensi-potensi tersebut belum dikembangkan dengan baik. Ibarat mutiara di dalam lumpur, menunggu dibersihkan baru terpancar sinarnya. Peninggalan tersebut dipelihara oleh pemerintah dan dijadikan aset bagi Riau dalam mengembangkan budaya melayu serta suku asli Riau yang masih ada seperti Suku Talang Mamak, Suku Laut, Suku Sakai, Suku Petalangan, Suku Batak, Suku Minangkabau, Suku Bugis dan lain-lain. Berbagai suku tersebut mengakibatkan Riau memiliki banyak macam adat istiadat, tradisi, dan kesenian yang sampai saat ini masih dipertahankan. Berdasarkan data dari Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kabupaten Siak bahwa Kabupaten Siak memiliki sektor utama dalam mengembangkan pariwisata dan kebudayaan di Provinsi Riau. Kabupaten ini terkenal dengan slogan “Siak The Trully Malay” artinya melayu yang sebenarnya ada di Kabupaten Siak. Di Kabupaten Siak ini terdapat destinasi wisata Istana Asserayah Al-Hasyimiah Siak Sri Indrapura. Istana ini berfungsi sebagai tempat bertugas bagi Sultan Siak melaksanakan
4
pemerintahannya. Namun, sekarang berfungsi sebagai tempat penyimpanan benda-benda koleksi berharga peninggalan Sultan Kerajaan Siak yang dikarenakan sultan telah tiada dan tidak mempunyai keturunan lagi1. Dari latar belakang diatas dapat dilihat bahwa destinasi wisata Istana Asserayah Al-Hasyimiah merupakan salah satu warisan yang sangat bagus untuk dikembangkan sebagai wisata sejarah serta wisata budaya di Siak Sri Indrapura. Untuk itu peneliti tertarik untuk mengkaji fakta di lapangan mengenai Istana dengan judul penelitian “Konsep Pengembangan Istana Asserayah Al-Hasyimiah Siak Sri Indrapura Provinsi Riau Bedasarkan Analisis Karakteristik dan Motivasi Wisatawan”.
1.2
Rumusan Masalah Penelitian Bertitik tolak pada uraian latar belakang diatas yang menjadi masalah dalam penelitian ini, yaitu: 1.
Bagaimanakah karakteristik wisatawan yang berkunjung ke Istana Asserayah Al-Hasyimiah Siak Sri Indrapura?
2.
Apakah yang menjadi motivasi wisatawan yang berkunjung ke Istana Asserayah Al-Hasyimiah Siak Sri Indrapura?
3.
Bagaimanakah konsep pengembangan Istana Asserayah Al-Hasyimiah yang sesuai dengan karakteristik dan motivasi wisatawan di Siak Sri Indrapura?
1
Sumber: Wawancara Bapak Zainudin, Pengelola Istana Asserayah Al-Hasyimiah, Siak Sri Indrapura, Riau, 27 September 2015, Pukul. 10.00 – 12.15 WIB
5
1.3
Tujuan Penelitian Dari rumusan masalah dapat diuraikan tujuan dari penelitian ini adalah: 1.
Untuk mengetahui bagaimanakah karakteristik wisatawan yang berkunjung ke Istana Asserayah Al-Hasyimiah Siak Sri Indrapura.
2.
Untuk mengetahui motivasi wisatawan yang berkunjung ke Istana Asserayah Al-Hasyimiah Siak Sri Indrapura.
3.
Untuk mengetahui konsep pengembangan Istana Asserayah AlHasyimiah yang sesuai dengan karakteristik dan motivasi wisatawan di Siak Sri Indrapura.
1.4
Manfaat Penelitian Manfaat penelitian dapat dijabarkan menjadi dua, yaitu: manfaat teoritis dan manfaat praktis. 1.
Manfaat teoretis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pada bidang ilmu pengetahuan, khususnya di bidang ilmu pariwisata. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menambah pengetahuan dan dapat dijadikan sebagai salah satu referensi selanjutnya dalam melakukan penelitian dengan tema sejenis.
2.
Manfaat praktis, penelitian ini bermanfaat sebagai bahan masukan bagi pengelola tempat wisata, khususnya pengelola destinasi wisata Istana
Asserayah
Al-Hasyimiah
Siak
Sri
Indrapura
untuk
mengembangkan tempat wisatanya sehingga dapat menarik minat
6
wisatawan lebih banyak ketempat tersebut. Hasil penelitian ini juga dapat dijadikan sumbangan pemikiran bagi Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kabupaten Siak untuk mengetahui karakteristik dan motivasi
wisatawan
yang
berkunjung
ke
Istana
ini
serta
pengembangannya ke depan.
1.5
Tinjauan Pustaka Kajian tentang pariwisata telah banyak dilakukan oleh para peneliti. Beberapa kajian yang telah dilakukan dapat memberikan sumbangan pemikiran secara ilmiah untuk menunjang duania kepariwisataan dan keilmuan.
Beberapa
penelitian
terdahulu
dibawah
ini
membahas
permasalahan serupa sesuai dengan yang dijelaskan. Tesis yang ditulis oleh Topani (2015) berjudul “Valuasi Ekonomi Situs Warisan Budaya Istana Siak di Kabupaten Siak Provinsi Riau”, skripsi ini bertujuan untuk mengestimasi nilai ekonomi, mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi jumlah kunjungan individu ke Istana Siak dan mengestimasi nilai heritage Istana Siak. Teknik penelitian yang digunakan adalah Travel Cost Method. Travel Cost Method dianalisis melalui regresi berganda dengan metode Ordinary Leas Square (OLS), di mana dalam penelitian ini variabel dependennya adalah jumlah kunjungan individu, sedangkan variabel independennya terdiri dari travel cost, pendapatan, lama pendidikan, umur, kualitas, dan subtitusi. Penelitian ini memaparkan hasil estimasi regresi yang telah diuji, diperoleh surplus konsumen yang dapat
7
dianalisis lebih lanjut menjadi nilai ekonomi dan nilai heritage Istana Siak. Selain itu, hasil regresi ini dapat diketahi hubungan antara jumlah kunjungan individu ke Istana Siak dengan faktor-faltor yang memengaruhi jumlah kunjungan tersebut. Tugas Akhir yang ditulis oleh Aminah (2015) berjudul “Persepsi Wisatawan Terhadap Pelaksanaan Promosi Obyek Wisata Istana Siak Provinsi Riau” yang isinya mengulas
tentang pandangan wisatawan
terhadap promosi obyek wisata Istana Siak. Data dikumpulkan melalui observasi ke lapangan, wawancara dan kuesioner. Pengukuran interval dari masing-masing variabel menggunakan Skala Likert kemudian data dianalisis menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Hasil dari penelitian ini menggunakan variabel advertising (media elektronik, media cetak dan website), sales promotion (brosur, leaflet, pameran, shopping bag, stiker dan pin), personal selling (bujang dara ke sekolah-sekolah), dan public relation (kerjasama dengan pihak hotel, pemerintah, obyek wisata lainnya dan mayarakat setempat). Tugas Akhir yang ditulis oleh Tanjung (2015) berjudul “Kualitas Pelayanan Pramuwisata di Istana Siak Asserayah Al-Hasyimiah Siak Sri Indrapura”, skripsi ini bertujuan untuk mengetahui kualitas pelayanan pramuwisata yang ada di Istana Siak Asserayah Al-Hasyimah. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan analisis deskriptif melalui observasi,
wawancara
dan
menyebar
kuesioner.
Hasil
penelitian
menunjukkan bahwa kualitas pelayanan pramuwisata di Istana Asserayah
8
Al-Hasyimiah berada pada kategori kurang baik. Dilihat dari dimensi kualitas pelayanan pramuwisata Istana Asserayah Al-Hasyimiah belum memenuhi kelima aspek yang ada, yaitu dimensi Tangible (kenyamanan), Relaibility (standar pelayanan), Responsiviness (cepat dalam melakukan pelayanan, respon terhadap keluhan) pada kategori kurang baik, sedangkan dimensi Assurance (legalitas) dan Empathy (sikap ramah, sopan santun) pada kategori baik. Skripsi yang ditulis oleh Naomi (2015) berjudul “Pengembangan Museum Affandi Yogyakarta Berdasarkan Analisis Profil Wisatawan dan Produk Wisata”, skripsi ini bertujuan untuk mengidentifikasi segmentasi wisatawan yang berkunjung ke Museum Affandi dan menghubungkannya terhadap produk wisata yang ditawarkan. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif, yaitu penjabaran data yang ditemukan dilapangan dan kemudian mengembangkannya menjadi sebuah informasi yang lebih dimengerti. Penelitian ini dilakukan dengan menyebar kuesioner secara acak kepada 100 orang pengunjung Museum Affandi dan diolah menggunakan modus. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa segmentasi wisatawan di Museum Affandi adalah usia 15-25 tahun dari mahasiswa dan pelajar kalangan menengah. Penelitian ini memaparkan pengembangan yang tepat dengan meningkatkan sisi SDM bagian promosi, kemudian membenahi produk wisata serta mengoptimalkan Café Loteng sebagai daya tarik baru bagi pengunjung dan masyarakat Yogyakarta.
9
Skripsi yang ditulis oleh Wardani (2014) berjudul “Analisis Karakterisitik
dan
Motivasi
Kunjungan
Wisatawan
Dalam
Upaya
Pengembangan Atraksi Wisata Taman Kyai Langgeng Kota Magelang” memaparkan tentang karakteristik dan motivasi wisatawan yang berkunjung ke Taman Kyai Langgeng. Hasil penelitian menunjukkan bahwa wisatawan pelajar yang datang bersama rombongannya sangat dominan dalam kunjungan ke Taman Kyai Langgeng ini kemudian di kembangkan menggunakan konsep atraksi wisata edukasi. Pengembangan atraksi wisata tersebut dengan menambahkan jenis permainan yang mengandung unsur pendidikan, menambahkan keterangan plakat pada tanaman langka maupun satwa, serta pembuatan paket wisata Taman Kyai Langgeng. Adapun metode penelitian ini menggunakan metode mixed method, yaitu penelitian yang menggabungkan metode penelitian kuantitatif dan kualitatif secara berurutan. Data ini dikumpulkan melalui observasi, wawancara, studi pustaka, serta menyebarkan kuesioner. Berdasarkan penelitian-penelitian yang pernah ada menunjukkan bahwa penelitian dengan judul “Konsep Pengembangan Istana Asserayah Al-Hasyimiah Siak Sri Indrapura Provinsi Riau Bedasarkan Analisis Karakteristik dan Motivasi Wisatawan” belum pernah ditulis oleh siapapun. Oleh karena itu, tinjauan pustaka ini dapat digunakan peneliti sebagai acuan dalam penelitian ini.
10
1.6
Landasan Teori Berdasarkan masalah dan tujuan penelitian serta tinjauan pustaka yang telah dijelaskan maka berikut ini akan diuraikan teori-teori yang menjadi landasan bagi pemecah masalah. 1.6.1 Daya Tarik Wisata Salah satu unsur yang sangat menentukan berkembangnya industri pariwisata adalah daya tarik dari suatu destinasi wisata. Menurut Victor T.C Middleton dalam Yoeti (2010:27,28) membagi daya tarik wisata menjadi 4 yaitu: 1) Natural Attraction yaitu daya tarik wisata yang bersifat alamiah dan terdapat secara bebas yang dapat dilihat dan disaksikan setiap waktu. Seperti: Kebun Raya, Taman Nasional, pantai, danau, pegunungan. 2) Build Attraction yaitu bangunan-bangunan dengan arsitektur kuno, jembatan, rumah-rumah ibadah. 3) Cultural Attraction yaitu peninggalan lama, petilasan, bekas kerajaan, candi museum, misalnya: Candi Borobudur dan Prambanan (Jateng). 4) Traditional Attraction yaitu tata cara hidup suatu etnis, masyarakat, adat istiadat, festival kesenian, folklore suatu bangsa. Seperti: Festival Bunga Sakura (Jepang), dan Sekaten Mauludun (Yogyakarta).
Berdasarkan daya tarik wisata diatas, maka Istana Asserayah AlHasyimiah termasuk dalam kategori Cultural Atraction yaitu sebuah peninggalan lama bekas dari kerajaan pada zaman dahulu.
11
1.6.2 Pengembangan Daya Tarik Wisata Pengembangan adalah upaya memperluas atau mewujudkan potensipotensi, membawa suatu keadaan secara bertingkat kepada suatu keadaan yang lebih lengkap, lebih besar atau lebih baik, memajukan sesuatu dari yang lebih awal kepada yang lebih akhir atau dari yang sederhana kepada yang lebih kompleks. Pengembangan suatu destinasi wisata harus dirancang berdasarkan kriteria tertentu, misalnya: sumber daya
yang dapat
menimbulkan rasa senang, aksesbilitas yang mudah dijangkau, ciri khas, serta objek wisata budaya yang memiliki daya tarik tinggi dan nilai khusus dalam bentuk atraksi kesenian, upacara-upacara adat, nilai luhur yang terkandung dalam suatu objek buah karya mausia pada masa lampau (Suwantoro, 1997:19). Yoeti
(1996:178)
menyebutkan
secara
lebih
mudah,
bahwa
pengembangan daya tarik wisata memiliki kriteria sebagai acuan, kriteria tersebut antara lain: a.
Something to see, obyek wisata tersebut harus mempunyai sesuatu yang bisa dilihat atau dijadikan tontonan oleh pengunjung atau wisatawan.
b.
Something to do, wisatawan yang melakukan kegiatan wisata disana dapat melakukan sesuatu yang berguna untuk memberikan perasaan senang, bahagia, dan relax dengan menikmati fasilitas rekreasi yang ada.
12
c.
Something to buy, wisatawan dapat berbelanja buah tangan yang merupakan ciri khas atau icon dari daerah wisata tersebut, sehingga dapat dijadikan oleh-oleh.
Pengembangan dari Istana Asserayah Al-Hasyimiah dilakukan berdasarkan hasil data observasi, wawancara, dan kuesioner yang didapatkan di lapangan.
1.6.3 Karakteristik Wisatawan Gambaran mengenai wisatawan biasanya dibedakan berdasarkan karakteristik perjalanannya (trip descriptor) dan karakteristik wisatawannya (tourist description) (Seaton dan Bannet, 1996:31). Untuk karakteristik wisatawannya (tourist description) lebih memfokuskan pada wisatawannya, biasanya digambarkan dengan “who wants what, why, when, where and how much?”. Untuk menjelaskan hal-hal tersebut, karakteristik sosio-demografis mencoba menjawab pertanyaan “who wants what”. Pembagian berdasarkan karakteristik ini paling sering dilakukan untuk kepentingan analisis pariwisata, perencanaan dan pemasaran karena sangat jelas definisinya dan relatif mudah pembagiannya. Adapun unsur-unsur dari strategi pemasaran yang dapat dilakukan, yaitu: segmentasi pasar, target pasar, penentuan posisi pasar dan bauran pemasaran. Dari keempat unsur tersebut, segmentasi pasar dan target pasar menjadi salah satu faktor yang dapat digunakan dalam upaya perencanaan dan pengembangan suatu
13
destinasi wisata. Segmentasi pasar merupakan suatu usaha yang dapat dilakukan dengan membagi sebuah pasar sesuai dengan motivasi, karakteristik dan perilaku konsumennya. Adapun pembagian segmentasi pasar menurut Kotler dan Keller (2002:257) yaitu: a.
Geografik Segmentasi geografik adalah pembagian pasar yang berbeda berdasarkan lokasi. Pendekatan geografik ini dapat memberikan gambaran mengenai asal daearah wisatawan.
b.
Demografis Dari segmentasi ini dibagi menjadi kelompok-kelompok berdasarkan variabel-variabel demografis. Adapun kelompoknya seperti jenis kelamin wisatawan, usia wisatawan, status, jumlah keluarga wisatawan, wisatawan.
tingkat
pendidikan
Pembagian
terakhir
wisatawan,
kelompok-kelompok
pekerjaan
tersebut
akan
mempengaruhi kebutuhan dan keinginan wisatawan terhadap suatu destinasi wisata. c.
Psikografik Pembagian pasar berdasarkan gaya hidup, kepribadian serta kelas sosial. Wisatawan dalam kelompok demografis yang sama dapat menunjukkan gambaran psikografis yang berbeda seperti dari hasil pendapatan wisatawan, kendaraan yang digunakan wisatawan, dan kelompok berkunjung wisatawan.
14
d.
Tingkah Laku Pembagian pasar ini berdasarkan pengetahuan wisatawan, sikap dan respon yang diberikan terhadap destinasi wisata yang dikunjunginya. Adapun dalam kelompok ini adalah tahap kesiapan dari wisatawan dalam mengunjungi destinasi wisata. Hal ini bertujuan untuk melihat tahap kesiapan wisatawan apakah sudah merencanakan sebelumnya atau belum terencana dalam melakukan perjalanan wisata ini. Dari segmentasi pasar berdasarkan geografik, demografis, psikografis,
dan tingkah laku diatas, maka dapat menentukan karakteristik wisatawan untuk pengembangan yang tepat bagi Istana Asserayah Al-Hasyimiah ke depannya.
1.6.4 Motivasi Wisata Menurut Dann via Ross (1983:31) ada dua faktor dalam keputusan seseorang untuk melakukan perjalanan, yaitu faktor pendorong (faktor yang ingin membuat kita berpergian) dan faktor penarik (faktor yang mempengaruhi ke mana kita akan pergi setelah ada keinginan awal untuk berpergian). Jadi terlihat bahwa manusia menumbuhkan kebutuhan dalam dirinya untuk melakukan interaksi sosial yang tidak ditemui di sekitar tempat tinggalnya sehingga timbul keinginan untuk melakukan perjalanan jauh dari lingkungan rumah yang sehari-hari mereka lalui. Pada dasarnya seseorang yang melakukan perjalanan wisata memiliki beragam motivasi. Dari berbagai motivasi yang mendorong perjalanan.
15
McIntosh dan Murphy via Pitana (2005:59) mengatakan bahwa motivasimotivasi tersebut dapat dikelompokkan menjadi empat kelompok besar sebagai berikut: a.
Physiological Motivation (motivasi yang bersifat fisik atau fisiologis), antara lain untuk relaksasi, kesehatan, kenyamanan. Berpartisipasi dalam kegiatan olahraga, bersantai, dan sebagainya.
b.
Cultural Motivation (motivasi budaya), yaitu keinginan untuk mengetahui budaya, adat, tradisi, dan kesenian daerah lain. Termasuk juga ketertarikan akan berbagai obyek tinggalan budaya. (monumen bersejarah).
c.
Sosial Motivation atau Interpersonal Motivation (motivasi yang bersifat sosial), seperti mengunjungi teman dan keluarga, menemui mitra kerja, melakukan hal-hal yang dianggap mendatangkan gengsi (nilai pretise), melakukan ziarah, pelarian dari situasi yang membosankan.
d.
Fantasy Motivation (motivasi karena fantasi), yaitu adanya fantasi bahwa di daerah lain seseorang akan bisa lepas dari rutinitas keseharian yang menjemukan.
Adanya dorongan motivasi perjalanan diatas termasuk tingkat kunjungan wisatawan, tingkat ingin kembali wisatawan serta manfaat yang di peroleh wisatawan dapat menentukan tujuan wisatawan untuk berkunjung ke Siak Sri Indrapura dengan mempertahankan kekhasan Istana Asserayah Al-Hasyimiah dalam pengembangan selanjutnya.
16
1.7. Metode Penelitian Dalam menyusun skripsi ini dibutuhkan pengamatan, sehingga mampu mendapatkan suatu data yang akurat agar tujuan peneliti dapat tercapai. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif yaitu penelitian yang berusaha mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena atau hubungan antar fenomena yang diteliti dengan sistematis, faktual, dan akurat (Kusmayadi dan Sugiarto, 2000:29). 1.7.1 Jenis dan Sumber Data a.
Data Primer Data primer adalah data yang diperoleh dengan jalan
dikumpulkan sendiri oleh peneliti dan langsung dari obyek yang diteliti (Kusmayadi dan Sugiarto, 2000:80). Pengumpulan data primer ini dapat diperoleh melalui hasil wawancara dengan narasumber, observasi langsung ke Istana serta proses pencatatan lainnya. b.
Data Sekunder Data sekunder adalah data yang merupakan hasil pengumpulan
orang atau instansi lain dalam bentuk publikasi, seperti laporan tahunan, company profile dan seterusnya (Kusmayadi dan Sugiarto, 2000:80).
1.7.2 Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut:
17
a.
Observasi Observasi adalah cara pengumpulan data dengan menggunakan
jalan mengamati, meneliti atau mengukur kejadian yang sedang berlangsung. Cara ini dapat memperoleh data faktual dan aktual, dalam artian data yang dikumpulkan diperoleh pada saat peristiwa berlangsung (Kusmayadi dan Sugiarto, 2000:84). Peneliti datang langsung ke tempat penelitian yaitu Istana Asserayah Al-Hasyimiah Siak Sri Indrapura untuk mengobservasi kegiatan wisata yang terjadi disana. b.
Wawancara Wawancara merupakan proses interaksi dan komunikasi antara
pengumpul data dan responden. Dapat diartikan sebagai cara mengumpulkan data dengan bertanya langsung kepada responden, dan jawaban-jawaban dicatat
atau direkam
dengan alat
perekam
(Kusmayadi dan Sugiarto, 2000:83). Adapun narasumber yang menjadi informan peneliti adalah Kepala Bidang Promosi Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga, ketua pengelola Istana, penjaga loket Istana, pemandu wisata Istana, anggota Sanggar Cahaya Istana, orang tua yang sempat menyaksikan kegiatan di Istana Asserayah AlHasyimiah bertahta serta beberapa wisatawan mancanegara. c.
Studi pustaka Studi pustaka yaitu membaca dan mengkaji buku-buku, laporan
penelitian, skripsi, thesis, jurnal-jurnal ilmiah, undang-undang,
18
peraturan daerah, website internet dan publikasi berupa gambar maupun tertulis dari berbagai media atau lembaga terkait yang berhubungan dengan masalah penelitian yang akan dibahas, serta catatan dari orang tua-tua bekas pembesar kerajaan Siak. d.
Angket (self-administered questionnaire) Cara
angket
adalah
cara
mengumpulkan
data
dengan
mengirimkan daftar pertanyaan untuk diisi sendiri. Angket mengacu pada kumpulan dari pertanyaan yang diajukan secara tertulis kepada responden dan jawaban yang diperoleh juga dalam bentuk tertulis (Kusmayadi dan Sugiarto, 2000:82). Cara angket juga sering dikenal dengan kuesioner. Kuesioner dibagikan kepada beberapa responden yang menjadi populasi dalam penelitian ini. Menurut Kusmayadi dan Sugiarto (2000:86) pertanyaan dalam kuesioner dibuat secara kombinasi dalam dua bentuk yaitu terbuka dan tertutup disesuaikan dengan jenis data yang akan dijaring. Bentuk fisik dari kuesioner akan didesain sedemikian rupa sehingga terlihat simpel dan menarik, hal ini bertujuan agar responden dapat lebih mudah dalam pengisian kuesioner yang telah disajikan tersebut. Untuk menentukan jumlah sampel, peneliti menggunakan metode yang dikembangkan oleh Slovin pada tahun 1990 (Kusmayadi dan Sugiarto, 2000:74). Metode penentuan sampel tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:
19
n=
N 1 + N (e) 2
Keterangan :
n = ukuran sampel yang dibutuhkan N = ukuran populasi ℯ = margin error yang diperkenankan (5% sampai 10%) Menurut data yang didapat dari Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kabupaten Siak. Jumlah kunjungan wisatawan ke Istana Siak Sri Indrapura Asserayah Al-Hasyimiah pada tahun 2014 adalah sebanyak 50.205 orang. Margin error yang digunakan dalam penelitian ini adalah 10%. Berikut ini adalah penjabaran dari populasi kunjungan wisatawan tersebut : n=
n=
n=
N 1 + N (e) 2
50.205 1 + 50.205 (10%) 2 50.205 1 + 50.205 (0,1) 2
n = 99, 8012126 n =100
Maka, kuesioner yang akan dibagikan kepada wisatawan yang berkunjung ke Istana Siak adalah sebanyak 100 responden. Teknik ini menggunakan metode penarikan contoh secara kebetulan (Accidental
20
Sampling) yaitu proses pengambilan contoh yang dilakukan tanpa perencanaan seksama (Kusmayadi dan Sugiarto, 2002:141). Adapun teknik pembagian kuesioner ini dibagikan kepada wisatawan yang dijumpai pada saat itu. Kemudian data yang didapatkan, dikumpulkan dalam jumlah jawaban terbanyak wisatawan atas pertanyaan yang telah diberikan.
1.7.3 Pengelompokan Data Untuk mempermudah penelitian ini dilakukan pengelompokkan data. Pengelompokkan data (coding) dilakukan dengan memberikan kode tertentu pada setiap jawaban responden (Koentjaraningrat, 1981:332). Adapun contoh pengelompokkan pemberian kode pada setiap pilihan kategori jawaban dari kuesioner secara berurutan yaitu pilihan pertama diberi kode A, pilihan kedua diberi kode B, pilihan ketiga diberi kode C, pilihan keempat diberi kode D, pilihan kelima diberi kode E, pilihan keenam diberi kode F. Begitu seterusnya pemberian kode yang disesuaikan dengan jumlah pilihan kategori jawaban dari kuesioner. 1.7.4 Analisis Data Sesuai dengan metode deskriptif, penelitian ini menggunakan teknik analisis data seperti yang dikemukakan oleh Bungin (2003:70), yaitu sebagai berikut:
21
a.
Pengumpulan Data (Data Collection) Pengumpulan data merupakan bagian integral dari kegiatan
analisis data. Kegiatan pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan menyebar
kuesioner kepada
wisatawan
Istana
Siak,
wawancara pengurus museum, dan observasi lapangan. b.
Reduksi Data (Data Reduction) Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan
perhatian pada penyederhanaan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi dilakukan sejak pengumpulan data dimulai dengan membuat ringkasan, mengkode, menelusur tema, membuat gugus-gugus, menulis memo dan sebagainya dengan maksud menyisihkan data/informasi tentang Istana yang tidak relevan dengan penelitian. c.
Pemaparan Data (Data Display) Pemaparan data adalah pendeskripsian sekumpulan informasi
tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian data kualitatif disajikan dalam bentuk diagram, tabel, dan deskriptif. d.
Verifikasi dan Penarikan Kesimpulan (Conclution Drawing and Verification) Merupakan kegiatan akhir dari analisis data Istana Asserayah
Al-Hasyimiah. Penarikan kesimpulan merupakan interpretasi, yaitu menemukan makna data yang telah disajikan.
22
Penelitian ini menggunakan keempat tahap analisis data, dimaksudkan agar terdapat keabsahan data dengan menelaah seluruh data yang ada dari berbagai sumber yang telah didapatkan dari lapangan baik itu melalui kuesioner, wawancara, dokumentasi pribadi seperti foto, dan observasi lapangan.
1.8. Sistematika Penulisan Adapun sistematika penyusunan yang akan digunakan dalam penyusunan penelitian ini terdiri dari beberapa bab, di antaranya sebagai berikut:
a.
Bab I
: PENDAHULUAN Dalam BAB I, berisikan tentang latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, dan sistematika penulisan.
b.
Bab II
: GAMBARAN UMUM Dalam BAB II, peneliti memaparkan gambaran umum dari obyek penelitian yang mencakup sejarah serta profil Istana termasuk lokasi, aksesbilitas, struktur organisasi, kunjungan wisatawan, serta daya tarik Istana Asserayah Al-Hasyimiah Siak Sri Indrapura.
23
c.
Bab III
: PEMBAHASAN Dalam
BAB
III,
peneliti
membahas
mengenai
permasalahan penelitian yang telah dirumuskan di BAB I berupa analisis karakteristik dan motivasi kunjungan wisatawan serta konsep pengembangan yang tepat bagi Istana Asserayah Al-Hasyimiah Siak Sri Indrapura.
d.
Bab IV
: PENUTUP Dalam BAB IV, peneliti menyimpulkan hasil penelitian dan memberikan saran kepada pihak pengelola Istana maupun pihak yang bersangkutan untuk perkembangan pariwisata di Kabupaten Siak Sri Indrapura agar menjadi destinasi wisata unggulan Provinsi Riau yang lebih baik.