BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Penelitian Tembakau merupakan salah satu komoditas perdagangan penting di dunia
termasuk Indonesia. Produk tembakau yang utama diperdagangkan adalah daun tembakau dan rokok. Tembakau dan rokok merupakan produk bernilai tinggi, sehingga bagi beberapa negara termasuk Indonesia berperan dalam perekonomian nasional, yaitu sebagai salah satu sumber devisa, sumber penerimaan pemerintah dan pajak (cukai), sumber pendapatan petani dan lapangan kerja masyarakat (usaha tani dan pengolahan rokok).1 Tembakau iris (TIS) adalah hasil tembakau yang dibuat dari daun tembakau yang dirajang, untuk dipakai tanpa mengindahkan barang pengganti atau bahan pembantu yang digunakan dalam pembuatannya.2 Usaha hasil tembakau iris mole merupakan salah satu usaha yang dikembangkan di Kabupaten Sumedang, salah satunya terdapat di Kecamatan Tanjungsari. Tembakau mole Sumedang mendapat sertifikat indikasi geografis dari pemerintah pusat dalam rangka Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) se-Dunia ke-11, penyerahan tersebut langsung diberikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ke Bupati Sumedang di Istana Negara pada tanggal 26 April 20113.
1 2 3
Muchjidin Rachmat dan Sri Nuryanti, Dinamika Agribisnis Tembakau Dunia dan Implikasinya bagi Indonesia, (Bogor : Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian)., hal. 2. PMK RI Nomor 43/PMK.04/2005 www.sumedangonline.com
1
2
Selain menjadi sentral tembakau mole, Kecamatan Tanjungsari memiliki pasar tembakau yang diberi nama Pusat Agrobisnis Tembakau Jawa Barat, dengan adanya pusat agrobisnis tembakau Jawa Barat, pembudidayaan dan pengolahan tembakau
mole
semakin
berkembang
serta
semakin
terbuka
peluang
pemasarannya. Pengusaha hasil tembakau iris mole merupakan pengusaha yang sudah memiliki merek dagang dan tidak melakukan kegiatan perajangan tembakau, pengusaha membeli tembakau mole sebagai bahan baku kegiatan usahanya dari para perajangan tembakau mole. Kegiatan usaha hasil tembakau iris mole tersebut yaitu penyortiran, penggilingan/pengepresan, pemberian saus/rasa, dikemas dalam bungkus-bungkus kecil ± 30 gr kemudian diberi pita cukai (Dinas Industri dan Perdagangan Kabupaten Sumedang, 2010). Hasil tembakau iris yang sudah dikemas dan mempunyai merek dagang merupakan barang kena cukai, maka dari itu pengusaha hasil tembakau mole terkena pajak cukai. Cukai adalah pungutan negara yang dikenakan terhadap barang-barang tertentu yang mempunyai sifat atau karakteristik yang ditetapkan dalam undangundang. Pabrik adalah tempat tertentu yang termasuk bangunan, halaman, dan lapangan yang merupakan bagian dari padanya, yang dipergunakan untuk menghasilkan barang kena cukai dan/atau untuk mengemas barang kena cukai dalam kemasan untuk penjualan eceran. Hasil tembakau merupakan barang kena pajak karena tembakau mempunyai sifat atau karakteristik sebagai berikut4 : a.
Konsumsinya perlu dikendalikan;
b.
Peredarannya perlu diawasi;
4
Undang-Undang nomor 39 tahun 2007 tentang perubahan atas Undang-Undang nomor 11 tahun 1995
3
c.
Pemakaian dapat menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat atau lingkungan hidup;
d.
Pemakaiannya perlu pertimbangan pungutan negara demi keadilan dan keseimbangan; Sesuai dengan peraturan menteri keuangan dalam undang-undang nomor
11 tahun 1995 tentang cukai, pengusaha pabrik hasil tembakau dikelompokan ke dalam golongan pengusaha berdasarkan besarnya hasil tembakau yang diproduksi. Hasil survey di lapangan semua pengusaha hasil tembakau iris mole di Kecamatan Tanjungsari termasuk dalam golongan III, hampir tiap tahun terjadi perubahan batasan produksi, harga jual eceran, serta tarif cukai tembakau pada tiap golongan pengusaha hasil tembakau iris mole, data tersebut disajikan dalam Tabel 1. Tabel 1. Perubahan Golongan Pengusaha Pabrik, Batasan Produksi Pabrik, Harga Jual Eceran/Gram dan Tarif Cukai Tembakau iris mole Tahun 2007-2011 Golongan Batasan Produksi Harga Jual Tarif Tahun Pengusaha Pabrik Eceran/gr Cukai Pabrik Januari – Tidak lebih dari 50 Golongan III B Rp 35 4% Februari 2007 Juta gr Maret – Tidak lebih dari 50 Golongan III B Rp 40 4% Desember 2007 Juta gr Januari 2008 – Tidak lebih dari 500 Golongan III Rp 40 8% Januari 2009 Juta gr Februari – Tanpa Tanpa batasan jumlah Lebih dari Rp 5 Desember 2009 Golongan produksi Rp 250 /gr Januari – Tanpa batasan jumlah Lebih dari Rp 5 Golongan III Desember 2010 produksi Rp 250 /gr Januari – Tanpa batasan jumlah Lebih dari Rp 5 Golongan III Desember 2011 produksi Rp 250 /gr Sumber : UU RI No 11 Tahun 1995
4
Selain pajak cukai, Menteri Keuangan RI mengeluarkan kebijakan mengenai batasan pengusaha kecil pajak pertambahan nilai, menetapkan5 bahwa pengusaha kecil adalah pengusaha yang selama satu tahun buku melakukan penyerahan barang kena pajak dengan jumlah penerimaan bruto atau omset tidak lebih dari Rp 600.000.000. Pengusaha hasil tembakau iris mole yang sudah mencapai omset lebih dari Rp 600.000.000 maka perusahaan tersebut dikukuhkan menjadi pengusaha kena pajak (Pajak Pertambahan Nilai), peraturan menteri keuangan ini berlaku pada tanggal 1 April 2010. Mengenai dasar perhitungan, pemungutan dan penyetoran pajak pertambahan nilai atas penyerahan hasil tembakau dan kemudian ditindak lanjuti dengan penetapan pengenaan pajak pertambahan nilai atas penyerahan hasil tembakau, berupa (PPN)6 yang dikenakan atas penyerahan hasil tembakau oleh pengusaha pabrik, dihitung dengan menerapkan tarif efektif dikalikan dengan harga jual eceran. Besar tarif efektif ditetapkan sebesar 8,4 persen. PPN yang terutang atas penyerahan hasil tembakau dipungut oleh pengusaha pabrik dan disetor ke kas negara bersamaan dengan saat pembayaran cukai atas pemesanan pita cukai. Disamping itu terhadap kegiatan pelayanan pemesanan pita cukai, dikenakan jasa pelayanan pemesanan pita cukai yang ditetapkan sebesar Rp 30.000,- untuk setiap dokumen pemesanan pita cukai (CK1) dan hasil penerimaan ini dimasukkan sebagai Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)7.
5
Menteri Keuangan, Keputusan Nomor 68/KMK.03/2010. Direktur Jendral Pajak, Keputusan Nomor Kep-103/PJ./2002. 7 Menteri Keuangan, Keputusan Nomor 118/KMK.04/2004 jo. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2003. 6
5
Pengusaha hasil tembakau mole iris mole merupakan usaha dalam skala kecil namun tekanan dari berbagai pihak mengenai tembakau sangat kuat, baik dari isu dunia mengenai Framework Convention on Tobacco Control (FCTC) yang di dukung oleh WHO, tarif pajak cukai, PPN, dan PNBP, termasuk agama yang ikut menekan keberadaan tembakau melalui Fatwa MUI yang mengeluarkan dalil bahwa tembakau (untuk dihisap) itu haram. Terdapat tiga dari tujuh pengusaha hasil tembakau mole iris mole yang tidak dapat meneruskan usahanya dikarenakan dari ketidak mampuan dalam mengatasi berbagai syarat dan prosedur mengenai kebijakan tembakau yang terdiri dari kenaikan tarif pajak cukai, pajak pertambahan nilai bagi pengusaha yang termasuk dalam pengusaha kena pajak, serta perluasan bangunan pabrik yang harus diperluas menjadi 200 m2 dari 50 m2. Sesuai
dengan
kebijakan
menteri
keuangan
yang mengharuskan
memperketat peredaran tembakau yang dikemas dan memiliki merek dagang, Kementerian Keuangan melalui Direktorat Jendral Bea dan Cukai sering mengadakan sidak di lapangan untuk memeriksa pelekatan pita cukai pada tiap kemasan hasil tembakau mole. Bila terdapat kemasan tembakau yang tidak dilekatkan pita cukai maka kemasan tersebut diperiksa kepemilikan usahanya, kemudian dikenai sanksi. Umumnya pengusaha hasil tembakau iris mole di Kecamatan Tanjungsari berlokasi di pegunungan yang jaraknya jauh dari Kecamatan. Pengusaha hasil tembakau iris mole masih awam mengenai pajak, lokasi untuk membayar pajak jauh dari tempat tinggal mereka yaitu di Kota Bandung sehingga banyak pengusaha yang tidak dapat mengikuti dan memahami kebijakan-kebijakan mengenai pajak hasil tembakau.
6
Tahun 2006 terdapat 15 pengusaha hasil tembakau iris mole, pada waktu itu banyak pengusaha yang belum memiliki Nomor Pokok Pajak Kena Cukai. Sidak yang dilakukan oleh Direktorat Jendral Bea dan Cukai menemukan banyak kemasan yang tidak dilekati pita cukai, pihak bea dan cukai memahami jika mereka tidak memiliki Nomor Pokok Pajak Kena Cukai karena posisi mereka yang jauh dari kota dan rata-rata pendidikan pengusaha tersebut adalah hanya sampai tingkat sekolah dasar. Direktorat Jendral Bea dan Cukai melakukanlah penyuluhan kepada pengusaha mengenai pajak cukai baik dari segi prosedur dan syarat usaha beserta pajak tarif cukai yang harus dibayar. Banyak pengusaha yang tidak dapat mengikuti dan memahami akan pajak maka dari itu mereka tidak melanjutkan kembali usaha hasil tembakau. Pengusaha yang masih bisa berjalan dalam memproduksi hasil tembakau yaitu hanya tujuh perusahaan yang tersisa pada tahun 2007, tahun 2010 hanya lima perusahaan yang tersisa hal tersebut dikarenakan tarif pajak cukai yang tinggi, peratuan pengenai pajak pertambahan nilai ditetapkan pada tahun 2010, dan perluasan gudang yang awalnya 5 m2 menjadi 200 m2 harus dipenuhi paling lambat pada tahun 2011. Tahun 2011 tersisa empat perusahaan yang masih aktif, hal tersebut terjadi dikarenakan ketidak sanggupan dalam memperluas bangunan pabrik. Berikut data jumlah pengusaha tembakau iris mole di Kecamatan Tanjungsari selama enam tahun terakhir yang tersaji pada Gambar 1:
7
20
16
0 2006
Jumlah Pengusaha Tembakau Mole 7
7
7
5
4
2007
2008
2009
2010
2011
jumlah pengusaha tembakau mole
Gambar 1. Jumlah Pengusaha Tembakau Iris Mole di Kecamatan Tanjungsari, Tahun 2007 – 2011
Sumber : 2006 Dinas perindustrian Kabupaten Sumedang 2007 – 2011 Direktorat Jendral Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean A Bandung
Diperlukan kesanggupan yang cukup besar dalam memenuhi kebijakan pajak hasil tembakau, karena persyaratan untuk menjadi pengusaha hasil tembakau yang disyaratkan terus berkembang. Perkembangan syarat tersebut terjadi pada segi tarif yang terus naik, pengusaha kena pajak yaitu PPN, kemudian perluasan gudang milik pengusaha yang harus diperluas. Apabila persyaratan yang disyaratkan tidak terpenuhi makan akan berakibat pada kelangsungan usaha. Pengorbanan biaya yang dikeluarkan cukup tinggi dalam usaha hasil tembakau iris mole, namun biaya yang tinggi tersebut tidak sebanding dengan pendapatan yang diperoleh pengusaha dibandingkan dengan yang didapatkan sebelum terkena pajak dimana pendapatan usahanya cukup tinggi. Idealnya ketika tarif cukai naik kemudian ditambah dengan pajak pertambahan nilai bagi pengusaha kena pajak mengakibatkan harga jual eceran ikut naik, hal ini berbeda dengan pengusaha hasil tembakau iris mole di Kecamatan Tanjungsari, ketika tarif cukai naik harga jual eceran tidak mengalami kenaikan hal tersebut dilakukan untuk mempertahankan pasar walaupun pendapatan usaha mereka menjadi rendah, keadaan tersebut berdampak pada pendapatan usaha.
8
Konsumen tembakau iris mole
adalah konsumen yang berpendapatan
rendah, adapun konsumen yang mempunyai pendapatan sedang-tinggi apabila dilihat dari sudut pandang harga mereka akan berpindah produk dari tembakau mole ke produk lainnya yang kualitasnya lebih baik misalnya seperti rokok, namun apabila dilihat dari segi budaya konsumen yang sudah mencintai cita rasa mole mereka akan tetap mengkonsumsi tembakau mole. Pengusaha hanya mempunyai dua pilihan untuk mempertahankan usahanya yaitu pertama, mempertahankan pasar dengan harga tembakau iris mole eceran tetap namun keuntungan berkurang. Kedua, mencoba menaikan harga eceran namun kehilangan pasar akibat tidak dapat bersaing dengan produk lain seperti rokok. Pada akhirnya kedua pilihan tersebut sama saja merugikan bagi pengusaha hasil tembakau mole iris mole, karena kedua pilihan tersebut sama saja berdampak terhadap pendapatan para pengusaha tersebut. 1.2
Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, maka identifikasi
masalah yang akan dikaji dan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimanakah dampak kebijakan pajak hasil tembakau terhadap pendapatan usaha hasil Tembakau Iris Mole (TIS) di Kecamatan Tanjungsari ? 2. Bagaimanakah dampak kebijakan pajak hasil tembakau terhadap kelangsungan usaha hasil Tembakau Iris Mole (TIS) di Kecamatan Tanjungsari ? 1.3
Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud penelitian ini adalah untuk menjawab permasalahan dalam
identifikasi masalah, sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
9
1. Menganalisis dampak kebijakan pajak hasil tembakau terhadap pendapatan usaha hasil Tembakau Iris Mole (TIS) di Kecamatan Tanjungsari. 2. Menganalisis dampak kebijakan pajak hasil tembakau terhadap kelangsungan usaha hasil Tembakau Iris Mole (TIS) di Kecamatan Tanjungsari. 1.4
Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk :
1. Pengembangan Pengetahuan/ilmu, dapat menambah pengetahuan mengenai dampak
kebijakan
pajak
hasil
tembakau
terhadap
pendapatan
dan
kelangsungan usaha tembakau iris mole . 2. Aspek guna laksana/praktis, sebagai bahan informasi ilmiah dan evaluasi bagi pemerintah dan instansi terkait dalam penyusunan kebijakan pajak hasil tembakau iris mole. 3. Bagi penulis, penelitian ini berguna sebagai tambahan wawasan dan pengetahuan, serta penerapan teoritis terhadap apa yang telah dipelajari didalam proses perkuliahan.