BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Rokok secara luas telah menjadi salah satu penyebab kematian terbesar di dunia. Diduga hingga menjelang tahun 2030 kematian akibat merokok akan mencapai 10 juta orang pertahunnya. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang memiliki tingkat konsumsi rokok dan produksi rokok yang tinggi. Variasi produk dan harga rokok di Indonesia telah menyebabkan Indonesia menjadi salah satu produsen sekaligus konsumen rokok terbesar di dunia. Menurut Bank Dunia, konsumsi rokok Indonesia sekitar 6,6% dari seluruh konsumsi dunia (Depkes, 2005). Penyakit yang disebabkan karena merokok membunuh satu dari sepuluh orang, dan menyebabkan kematian sekitar empat juta orang pertahun. Apabila hal ini terus menerus berlangsung hingga 2030, merokok dapat menyebabkan kematian hingga satu dari enam orang (Rehane, 2006). Asap rokok mengandung zat kimiawi yang akan membentuk radikal bebas. Radikal bebas merupakan atom atau molekul yang sifatnya tidak stabil, sehingga untuk memperoleh pasangan elektron senyawa ini sangat reaktif dan merusak jaringan (Nikki, 1997). Radikal bebas adalah molekul yang kehilangan elektron, sehingga molekul tersebut menjadi tidak stabil dan selalu berusaha mengambil elektron dari molekul atau sel lain. Radikal bebas ini berperan penting dalam proses terjadinya berbagai macam penyakit seperti: atherosklerosis, kelainan hati, kelainan paru, penyakit jantung dan dapat menimbulkan terjadinya kanker (Halliwel and Gutteridge,
1
2
1999). Kerusakan oksidatif atau kerusakan akibat radikal bebas dalam tubuh pada dasarnya dapat diatasi oleh antioksidan endogen seperti enzim catalase, glutathione peroxidase, superoxide dismutase, dan glutathione Stransferase. Namun jika senyawa radikal bebas terdapat berlebih dalam tubuh atau melebihi batas kemampuan proteksi antioksidan seluler, maka dibutuhkan antioksidan tambahan dari luar, atau antioksidan eksogen untuk menetralkan radikal yang terbentuk (Reynertson, 2007).
Antioksidan adalah senyawa yang mempunyai struktur molekul yang dapat memberikan elektronnya dengan cuma-cuma kepada molekul radikal bebas tanpa terganggu sama sekali dan dapat memutuskan reaksi berantai dari radikal bebas baik berupa antioksidan yang dibuat oleh tubuh seperti peroksida dismutase (SOD), glutation peroksidase (GPx) dan glutation sulfhidril (GSH), antioksidan alami (tokoferol, vitamin C, betakaroten, flavonoid, dan senyawa fenolik) (Kumalaningsih, 2006). Glutation sulfhidril (GSH) adalah antioksidan dalam tubuh, dimana GSH ini merupakan suatu tripeptide yang terdiri dari tiga (3) asam amino, yaitu Gamma Glutamic Acid, Cysteine, dan Glycin. GSH terdapat paling banyak dalam sel-sel hati. Semua zat-zat yang diolah (metabolisme) oleh tubuh kita harus melalui hati. Sel-sel hati mempunyai tugas untuk mendetoksifikasi dan mengikat diri dengan zat-zat yang berbahaya bagi tubuh (Salan, 2008). Berdasarkan fungsi GSH sebagai antioksidan karena berperan dalam mengikat radikal bebas yang berasal dari polusi udara, rokok, pestisida, dan lain-lain. Juga dapat mempertahankan antioksidan lainnya didalam tubuh seperti vitamin C dan E dalam bentuk aktif, sehingga dapat bekerja dalam bentuk optimal (Anonymous, 2010).
3
Menurut Edyson (2003) sesungguhnya didalam tubuh sudah terdapat enzim yang dapat menangkal radikal bebas, namun bila jumlah radikal bebas berlebihan, seperti pada perokok, tubuh memerlukan antioksidan dari luar untuk menangkal radikal bebas. Untuk itu diperlukan antioksidan dari rempah–rempah diketahui cukup tinggi kadar antioksidannya, salah satunya biji pala. Biji pala banyak mengandung minyak atsiri sekitar 5−15% yang meliputi pinen, sabinen, kamfen, miristicin, elemisin, isoelemisin, eugenol, isoeugenol, metoksieugenol, safrol, dimerik polipropanoat,lignan, dan neolignan (Janssen dan Laeckman, Isogai et al., dan Sonavane et al, 1990). Eugenol merupakan komponen utama yang bersifat menghambat peroksidasi lemak dan meningkatkan aktivitas enzim seperti dismutase superoksidase, katalase, glutation peroksidase, glutamin transferase, dan glukose-6-fosfat dehidrogenase (Kumaravelu etal, 1996). Hasil penelitian menunjukkan bahwa minyak atsiri biji pala mempunyai sifat antioksidan yang kuat. Aktivitas antioksidan tersebut disebabkan sinergisme di antara komponen-komponen minyak atsiri tersebut. Akhir-akhir ini ada perkembangan baru pemanfaatan minyak atsiri pala, yaitu sebagai bahan baku dalam aromaterapi. Dilaporkan bahwa komponen utama pala dan fuli yaitu myristicin, elemicin dan isoelemicin dalam aromaterapi bersifat menghilangkan stress. Di Jepang, beberapa perusahaan menyemprotkan aroma minyak pala melalui sistem sirkulasi udara untuk meningkatkan kualitas udara dan lingkungan. Untuk tujuan yang sama akhir-akhir ini banyak dijumpai penggunaannya dalam bentuk lain yaitu dalam bentuk potpourri, lilin beraroma, atomizer dan produkproduk pewangi lainnya (Anonymous, 2010).
4
Berdasarkan uraian di atas, asap rokok dapat menyebabkan stress oksidatif yang dapat menurunkan kadar GSH dan biji pala sebagai bahan antioksidan dapat digunakan untuk meningkatkan kadar GSH maka diperlukan penelitian mengenai “Pengaruh Pemberian Ekstrak Biji Pala (Myristica fragans Houtt) Sebagai Antioksidan Terhadap Kadar GSH (Glutathion Sulfhidril) Hati Tikus Putih (Rattus novergicus) Yang Dipapar Asap Rokok”. Diharapkan dapat menambah data ilmiah mengenai kemampuan dari biji pala dalam menetralisir radikal bebas sehingga dapat membantu pengembangan pemanfaatan tanaman ini dalam pengobatan atau terapi herbal.
1.2 Rumusan Masalah 1.2.1 Apakah pemberian berbagai dosis ekstrak biji pala (Myristica fragans Houtt) sebagai antioksidan dapat berpengaruh terhadap kadar GSH hati tikus putih (Rattus novergicus) yang dipapar asap rokok? 1.2.2 Pada dosis berapakah ekstrak biji pala (Myristica fragans Houtt) sebagai antioksidan dapat berpengaruh paling efektif terhadap kadar GSH hati tikus putih (Rattus novergicus) yang dipapar asap rokok?
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Untuk mengetahui pengaruh pemberian berbagai dosis ekstrak biji pala (Myristica fragans Houtt) sebagai antioksidan dapat berpengaruh kadar GSH hati tikus putih (Rattus novergicus) yang dipapar asap rokok.
5
1.3.2 Untuk mengetahui dosis yang efektif dari ekstrak biji pala (Myristica fragans Houtt) sebagai antioksidan terhadap kadar GSH hati tikus putih (Rattus novergicus) yang dipapar asap rokok.
1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat praktis -
Menyumbang pengetahuan tentang efektifitas penggunaan ekstrak biji pala sebagai
antioksidan
dalam
mempengaruhi
kadar
GSH
sehingga
meminimalisir dampak buruk dari perilaku merokok. -
Menyumbang pengetahuan hubungan antara pemberian ekstrak biji pala sebagai antioksidan dalam mempengaruhi kadar GSH hati tikus putih yang dipapar asap rokok.
1.4.2 Manfaat teoritis -
Menambah khasanan keilmuan bagi penulis dan sumbangan bagi kemajuan ilmu biologi dan kesehatan tentang penggunaan ekstrak biji pala sebagai antioksidan dalam mempengaruhi kadar GSH hati tikus putih yang dipapar asap rokok dan sekaligus dapat dijadikan dasar penelitian selanjutnya.
6
1.5 Batasan Penelitian Adapun batasan penelitian ini antara lain : 1.5.1 Pada penelitian ini hanya meneliti tentang efek pemberian ekstrak biji pala sebagai antioksidan yang dapat mempengaruhi kadar GSH hati tikus putih yang dipapar asap rokok. 1.5.2 Tikus putih (Rattus norvegicus) yang digunakan adalah tikus putih jantan strain winstar usia 2 bulan dengan berat badan rata-rata ± 200 gram. 1.5.3 Parameter dalam penelitian ini adalah perubahan kadar GSH setelah diberikan perlakuan selama 24 hari. Pengukuran kadar GSH dilakukan sehari setelah perlakuan berakhir. 1.5.4 Bagian tumbuhan yang dipakai dalam penelitian ini adalah biji pala. 1.5.5 Bahan yang digunakan untuk membuat tikus terpapar oksidan adalah rokok kretek merk tali jagat.
1.6 Defenisi Istilah 1.6.1 Pengaruh adalah istilah yang menyebabkan defenisi suatu bahan atau beda, tidak asli sesuai dengan aslinya (Partanto, 1994). 1.6.2 Dosis adalah suatu zat atau senyawa kimia dalam takaran tertentu yang digunakan dalam jangka tertentu (Effendi, 2002). 1.6.3 GSH adalah suatu tripeptida yang terdiri dari tiga (3)asam amino, yaitu Gamma Glutamic Acid, Cysteine, dan Glycine yang berfungsi untuk meningkatkan kekebalan tubuh, antioksidan, dan detoksifikasi (Salan, 2008).
7
1.6.4 Asap rokok adalah suspensi partikel kecil di udara yang berasal dari pembakaran tak sempurna dari rokok (Wikipedia, 2008). 1.6.5 Dipapar adalah dikenai suatu zat secara terus menerus atau berulang kali dalam jangka waktu tertentu. 1.6.6 Efektif merupakan istilah yang lebih mengarah pada pencapaian hasil sasaran (daya hasil) (Suwandi, 2005). 1.6.7 Tikus putih jantan adalah hewan dari famili Muridae yang biasa digunakan dalam penelitian di laboratorium (Kusumawati, 2004).