BAB I PENDAHULUAN
I.1. LATAR BELAKANG MASALAH Fenomena keberagamaan di Indonesia merupakan sebuah fenomena yang menarik dan unik.Dengan keberagaman suku dan budaya para pahlawan Indonesia telah mempersatukan Indonesia di bawah Bendera Merah Putih.Di negeri ini juga hidup dan berkembang berbagai agama.Salah satunya adalah agama Islam yang berkembang merata di seantero nusantara sebagai anutan mayoritas rakyat Indonesia.Dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika yang memiliki arti berbeda-beda tapi tetap satu jua, Indonesia berdiri sebagai Negara Kesatuan Republik Indonesia selama 65 tahun dan sebentar lagi akan menuju 66 tahun. Sebenarnya ini suatu kebanggaan bagi kita rakyat Indonesia yang selama ini bisa bersatu walaupun dengan keberagaman yang seperti ini.Tapi sekarang tampaknya kebhinekaan kita sudah mulai pudar dengan banyaknya terjadi kasus kekerasan yang disebabkan keragaman tersebut. Keberagaman yang seharusnya dulu kita banggakan sekarang malah menjadi faktor pemecah persatuan Negara Republik Indonesia.Dan kasus ini sudah banyak terjadi di Indonesia, apalagi kasus kekerasan yang deisebabkan perbedaan agama.Keberagaman itu menjadi hal yang sangat sensitif bagi rakyat Indonesia.Dan sekarang yang baru-baru ini terjadi adalah kasus kekerasan terhadap jemaat Ahmadiyah. Muculnya aliran-aliran yang mengakui atau membawa nama agama islam, sudah lama merebak dikalangan masyarakat. Dan aliran-aliran itu sangat
Universitas Sumatera Utara
meresahkan masyarakat.seperti yang lagi hangat diperbincangkan saat ini yaitu, aliran ahmadiyah yang membawa nama agama islam. Tetapi aliran ini sudah melenceng dari ajaran islam, aliran ini tidak mengakui Nabi Muhammad SAW sebagai Nabi terakhir tetapi memunculkan nama Mirza Ghulam Ahmad sebagai Nabi terakhir. Dengan begitu banyak pihak yang menginginkan Ahmadiyah segera dibubarkan. Dan untuk mengatasi ini pemerintah mengeluarkan SKB 3 Menteri, yang yang isinya termasuk melarang jemaah ahamadiyah Indonesia agar menghentikan semua kegiatan yang tidak sesuai dengan penafsiran Agama Islam pada umumnya. Seperti pengakuaan adanya Nabi setelah Nabi Muhammad SAW. Selain itu dalam SKB 3 Menteri ini juga melarang semua warga negara melakukan tindakan yang melanggar hukum terhadap penganut jemaat ahmadiyah. Tetapi sepertinya hal ini masih belum membuat puas berbagai ormas agama.Dan pada tanggal 6 Februari 2011 terjadi kerusuhan di Desa Umbulan, Kecamatan Cikeusik, Kabupaten Pandeglang.Dimana pada kerusuhan ini warga menyerbu rumah milik jamaah Ahmadiyah di Cikeusik, Pandeglang. Menurut saksi salah seorang warga Cikeusik, aktivitas jamaah Ahmadiyah di kampung itu sudah berlangsung sekitar 3 bulan terakhir.Jumlah pengikutnya semakin hari semakin bertambah, terakhir jumlah pengikut Ahmadiyah ditaksir mencapai 60-an orang.Para jamaah Ahmadiyah tersebut sering terlihat berkumpul di kediaman Suparman, sebagai pimpinan untuk wilayah Cikeusik.Sementara itu, tokoh masyarakat Cikeusik, mengatakan keberadaan Suparman dan pengikutnya sudah sangat meresahkan warga.Bahkan beberapa kali tokoh masyarakat, ulama, dan jajaran pengurus MUI setempat telah memperingatkan Suparman.Namun setiap kesepakatan selalu dilanggar dan diingkari. Dan hal inilah yang menjadi
Universitas Sumatera Utara
pemicu kemarahan warga, sehingga pada Minggu pagi sekitar seribuan warga dari berbagai daerah, di antaranya berasal dari Kecamatan Cibaliung, Cikeusik, Kabupaten
Pandeglang
dan
mendatangi
Kecamatan
Malingping,
Kabupaten
rumah
Lebak, Parman.
Saat massa tiba, puluhan Jamaah Ahmadiyah yang berada di rumah Parman sudan siap dan mereka membawa berbagai jenis senjata tajam, seperti samurai, parang, dan tombak. Dan akhirnya pecahlah kerusuhan berdarah ini yang mengakibatkan sekitar 3 orang tewas dan 5 luka-luka. Dan kasus ini sampai sekarang masih dalam tahap proses penyelidikan. Peristiwa kekerasan yang terjadi pada jemaah Ahmadiyah ini mendapat perhatian dari berbagai media massa, terutama media televisi. Dan Metro TV sebagai stasiun TV swasta yang memfokuskan pada berita perkembangan politik dan ekonomi juga memberitakan peristiwa ini.Hampir seluruh tayangan yang mereka sajikan, merupakan koreksi terhadap lembaga pemerintahan.MetroTV
lebih
mengutamakan
tayangan
yang
mendidik
dibandingkan hiburan. Walaupun mereka tidak melupakan fungsi media massa dalam member hiburan. Karena itu Metro TV menggabungkan fungsi edukasi, politik dan hiburan dalam satu tayangan talk show, salah satu contohnya adalah Tayangan Provocative Proactive.Dan peristiwa kekerasan yang terjadi pada jemaah Ahmadiyah diangkat menjadi topik atau tema dalam tayangan ini. Tayangan Provocative Proactive semula terkesan seperti acara televisipada umumnya, namun konsep yang dibuat oleh MetroTV membuat tayangan ini berbeda dan jauh lebih menarik. Dalam tayangan ini akan membahas berita dan kabar terpanas dalam 1 minggu dalam gaya yang agak berbeda.Tayangan ini sebenarnya mempunyai visi dan misi kepada penontonnya adalah “Yang Tidak
Universitas Sumatera Utara
Tahu Menjadi Tahu, Yang Tidak Peduli Menjadi Peduli”. Tayangan Provocative Proactive dibawakan oleh 5 orang host yang memerankan perannya masingmasing. Host utama adalah Pandji Pragiwaksono yang memerankan seorang pegawai kantoran, kedua Ronal Suradpradja yang memerankan sebagai rakyat jelata, ketiga Raditya Dika yang memerankan seorang mahasiswa kristis, keempat J-Flow yang memerankan seorang pengusaha muda sukses dan terakhir Andhari yang memerankan penjaga warung kopi. Ada konsep yang berbeda dari tayangan ini dimana ada 2 pembagian segmen dalam tayangan ini.Dimana segmen pertama adalah segmen berita, Pandji sebagai host utama membacakan berita yang sedang panas di dalam satu minggu.Dan pada segmen kedua sebuah talk show yang dinamakan “Warung Kopi”. Warung kopi termasuk dalam salah satu budaya Indonesia dimana kita bisa bersosialisasi dengan orang lain dan mengobrol bebas. Dan satu hal filosofi yang menarik dari warung kopi adalah semua orang sama dan semua orang bisa membahas apa saja. Dan seperti itu lah yang diangkat dalam tayangan Provoctive Proactive dalam segmen Warung Kopi.Dimana para perangkat acara bebas membahas dan mengkritisi berita atau peristiwa yang sedang panas dalam satu minggu.Tayanganini tidak memberi kesimpulan dan solusi. Tetapi semua hal itu, dikembalikan kepada penonton. Fungsi kami adalah memberi fakta dan sudut pandang (Pandji Pragiwaksono).Satu kelebihan yang dimiliki acara ini adalah keberanian para host mengkritisi dengan sangat tajam dan dibalut dengan komedikomedi segar. Dan hal itu dibuktikan dengan prestasi yang ditoreh mereka ketika tayangan perdana sudah bisa menjadi trending topics di Twitter. Tayangan Provoctive Proactive telah tayang sejak Agustus 2010.Tayangan Provoctive
Universitas Sumatera Utara
Proactive ditayangkanan secara langsung setiap hari Kamis pukul 22.05 WIB, dan siaran ulang setiap hari Sabtu pukul 16.00 WIB.Dalam setiap tayangannya, tema yang diangkat selalu berbeda sesuai dengan berita yang sedang panas pada satu minggu. Program tersebut tidak hanya menghibur para penontonnya dengan guyonan dan lelucon yang disampaikan para pelaku dalam tayangan tersebut.Lelucon tersebut biasanya berbentuk kritikan yang disampaikan kepada pemerintah dan pihak terkait, namun dibungkus dalam konsep cerita yang menghibur.Tayangan ini juga tidak semata-mata hanya menampilkan lelucon dari para pemain yang terlibat, tetapi banyak pesan pendidikan terutama bidang politik yang disampaikan.Dalam tayangan tersebut juga hadir narasumber dari kalangan politisi atau bidang tertentu yang turut memberikan pendapat membahas permasalahan yang diangkat dalam cerita. Dan ketika berita kekerasan terhadap jemaah ahmadiyah ini sedang panaspanasnya dibahas oleh media massa, tayangan ini pun seakan tidak mau ketinggalan mengangkat berita ini menjadi tema dalam tayangan mereka. Dengan memberi judul ”KDRT (Kekerasan Dalam Republik Tercinta) tayangan ini langsung mendapat sorotan dari khalayak. Bahkan Provocative Proactive kembali mengangkat tema yang sama pada episode mereka selanjutnya. Mereka memberi judul ”KDRT Jilid II”. Dengan kritikan-kritikan tajam dan pedasnya mereka kembali memberitakan kasus kekerasan yang terjadi pada jemaah ahmadiyah di Cikeusik. Dan tidak hanya menyoroti peristiwa di cikeusik, mereka juga memberitakan kasus yang terjadi temanggung dan di daerah lain yang terjadi karena keberagaman Indonesia. Karena kritikan dan penyampaian yang tajam,
Universitas Sumatera Utara
pedas dan berani di dalam tayangan ini maka penulis memilih tayangan ini sebagai subjek penelitian. Perangkat
analisis
yang
digunakan
peneliti
adalah
analisis
framing.Analisis framing dipakai untuk membedah cara-cara atau ideologi media saat mengkonstruksi fakta. Dengan kata lain, framing adalah pendekatan untuk mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang yang digunakan oleh wartawan ketika menyeleksi isu dan menulis berita (Sobur, 2004: 162). Dan analisis framing yang digunakan dalam penelitian ini adalah model analisis framing Robert Entman. Entman melihat framing dalam dua dimensi besar, yaitu: seleksi isu dan penekanan atau penonjolan aspek-aspek tertentu dari realitas atau isu (Eriyanto. 2002: 187). Berdasarkan uraian di atas, peneliti merasa tertarik untuk meneliti konstruksi pemberitaan kekerasan terhadap jemaat Ahmadiyah pada tayangan Provocative Proactive di Metro TV. I.2. PERUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut : Bagaimana tayangan Provocative Proactive mengkonstruksi berita kekerasan terhadap jemaah Ahmadiyah? I.3. PEMBATASAN MASALAH Untuk menghindari ruang lingkup yang terlalu luas dan memfokuskan arah penelitian yang akan dilakukan, maka peneliti menetapkan pembatasan masalah sebagai berikut: 1. Penelitian bersifat kualitatif deskriptif
Universitas Sumatera Utara
2. Media yang diteliti adalah berbentuk siaran televisi. Dalam hal ini adalah tayangan talk show Provocative Proactive, karena dianggap tayangan ini termasuk tayangan yang sangat kritis dalam mengkritisi suatu berita 3. Jenis berita yang diteliti adalah berita seputar kekerasan terhadap jemaah Ahmadiyah 4. Berita yang diteliti adalah yang tayang pada tanggal 10 Februari 2011 dan 17 Februari 2011 I.4. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN I.4.1. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui cara tayangan Provocative Proactive memaknai, memahami dan membingkai berita kekerasan terhadap jemaah Ahmadiyah 2. Untuk mengetahui posisi tayangan Provocative Proactive dalam mengkonstruksi berita yang dalam hal ini kasusnya terkait dengan kekerasan terhadap jemaah Ahmadiyah I.4.2. Manfaat Penelitian 1. Menguji pengalaman teoritis penulis selama mengikuti studi di Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU terutama dalam bidang Jurnalistik. 2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbang pikir penulis dalam melengkapi perbendaharaan penelitian mengenai analisis media. I.5.KERANGKA TEORI Teori merupakan himpunan konstruk (konsep), defenisi dan preposisi yang mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala dengan menjabarkan relasi di
Universitas Sumatera Utara
antara variabel, untuk menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut (Rakhmat, 2004:6).Teori berfungsi untuk menjelaskan, meramalkan, dan memberikan pandangan terhadap sebuah permasalahan. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah : I.5.1. Komunikasi Secara epistemologis istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal dari bahasa latin yakni communication, dan bersumber dari kata communis yang berarti “sama”. Sama dalam arti kata ini bisa dikatakan dengan pemaknaan yang sama. Jadi secara sederhana dalam proses komunikasi yang terjadi adalah bermuara pada usaha untuk mendapatkan kesamaan makna atau pemahaman pada subjek yang melakukan komunikasi tersebut. Komunikasi bukan hanya hal yang paling wajar dalam pola tindakan manusia, tetapi juga paling rumit (Purba dkk,2006:29). Ungkapan diatas tidak dapat dipungkiri, karena komunikasi merupakan hal yang dilakukan sejak manusia lahir ke bumi. Komunikasi dapat diartikan sebagai bentuk interaksi manusia yang saling memperngaruhi antara yang satu dengan yang lain sengaja atau tidak sengaja, dan tidak terbatas pada komunikasi verbal saja (Cangara,2003:20). Dalam perkembangannya, banyak ahli komunikasi mendefenisikan komunikasi secara berbeda-beda. Sejak awal abad 20 tepatnya 1930-1960, defenisi-defenisi mengenai komunikasi telah banyak diungkap, ketika itu para ahli di
Amerika
Serikat
mulai
merasakan
kebutuhan
akan
“Science
Of
Communication”, dan diantaranya adalah Carl I. Hovland. Menurutnya, Ilmu Komunikasi adalah suatu usaha yang sistematis untuk merumuskan secara tegas azas-azas dan atas dasar azas-azas tersebut disampaikan informasi serta dibentuk
Universitas Sumatera Utara
pendapat dan sikap (a systematic attempt to formulate in rigorous fashion the principles by which information is transmitted and opinions and attitudes are formed) (Purba dkk, 2006:29). JikaCarl I. Hovland mendefenisikan komunikasi sebagai usaha yang sistematis, maka Harold Laswell menerangkan cara terbaik untuk menggambarkan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaanpertanyaan berikut: Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect? Yang berarti “Siapa Mengatakan Apa dengan Saluran Apa Kepada Siapa Dengan Pengaruh Bagaimana?”(Mulyana,2005:62). I.5.2. Komunikasi Massa Komunikasi dapat dipahami sebagai proses penyampaian pesan, ide, atau informasi kepada orang lain dengan menggunakan sarana tertentu guna mempengaruhi
atau
mengubah
perilaku
penerima
pesan.
Komunikasi Massa adalah komunikasi melalui media massa, atau komunikasi kepada banyak orang (massa) dengan menggunakan sarana media. Media massa sendiri
ringkasan
dari
media
atau
sarana
komunikasi
massa.(http://id.shvoong.com/social-sciences/1877099-definisi-komunikasimassa/) Dari defenisi komunikasi massa di atas kita dapat mengetahui bahwa komunikassi massa harus menggunakan media massa. Jadi sekalipun komunikasi itu disampaikan kepada khalayak yang banyak, seperti rapat akbar di lapangan luas yang dihadiri puluhan ribu orang, jika tidak menggunakan media massa, maka itu bukan komunikasi massa. Media komunikasi yang termasuk media massa adalah radio siaran, dan televisi yang dikenal sebagai media elektronik, surat kabar dan majalah yang disebut disebut dengan media cetak.
Universitas Sumatera Utara
Komunikasi massa itu menghasilkan suatu produk berupa pesan-pesan komunikasi. Produk tersebut disebarkan, didistribusikan kepada khalayak luas secara terus menerus dalam jarak waktu yang tetap, misalnya harian, mingguan, mingguan atau bulanan. Proses memproduksi pesan tidak dapat dilakukan oleh perorangan, melainkan harus oleh lembaga, dan membutuhkan suatu teknologi tertentu. I.5.3. Paradigma Konstruktivisme Konsep mengenai konstruktivisme pertama kali diperkenalkan oleh Peter L. Berger dan Thomas Luckman.Pemikiran Berger melihat realitas kehidupan sehari-hari memilki dimensi subjektif dan objektif.Manusia dan masyarakat adalah produk yang dialektis, dinamis dan plural secara terus menerus. Masyarakat tidak lain adalah produk manusia, namun secara terus menerus mempunyai aksi kembali terhadap penghasilnya. Teori konstruktivisme menyatakan bahwa individu menginterpretasikan dan bereaksi menurut kategori konseptual dan pikiran. Realitas tidak menggambarkan diri individu namun harus disaring melalui cara pandang orang terhadap realitas tersebut. Realitas itu bersifat subjektif, realitas itu hadir karena dihadirkan oleh konsep subjektif wartawan.Tidak ada realitas yang bersifat objektif karena realitas itu tercipta lewat konstrusi dan pandangan tertentu. Dalam proses konstruksi realitas, bahasa adalah unsur utama. Bahasa merupakan instrumen pokok untuk menceritakan realitas. Seluruh media massa menggunakan bahasa, verbal maupun non-verbal. Keberadaan bahasa tidak lagi sebagai alat semata untuk menggambarkan realitas, melainkan bias menentukan gambaran (makna citra) mengenai suatu realitas yang akan muncul di benak
Universitas Sumatera Utara
khalayak. Oleh sebab itu penggunaan bahasa berpengaruh terhadap konstruksi realitas karena bahasa mengandung makna. Semua proses konstruksi (mulai dari memilih fakta, sumber, pemakai kata, gambar sampai proses penyuntingan) member andil bagaimana realitas tersebut hadir di hadapan khalayak. I.5.4. Analisis Framing Analisis framing dipakai untuk membedah cara-cara atau ideologi media saat mengkonstruksi fakta. Dengan kata lain, framing adalah pendekatan untuk mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang yang digunakan oleh wartawan ketika menyeleksi isu dan menulis berita (Sobur, 2004: 162). Cara pandang dan perspektif itu pada akhirnya menentukan fakta apa yang akan diambi, bagian mana yang ditonjolkan dan dihilangkan, serta hendak dibawa kemana berita tersebut. Ada dua aspek penting dalam framing.Pertama, memilih fakta/realitas. Proses memilih fakta ini berdasarkan pada asumsi, wartawan tidak mungkin melihat peristiwa tanpa perspektif. Dalam memilih fakta ini ada dua kemungkinan, yaitu apa yang dipilh dan apa yang dibuang. Kedua, menuliskan fakta.Bagaimana fakta yang sudah dipilih tersebut ditekankan dengan pemakaian perangkat tertentu, penempatang yang meyolok, pengulangan, pemakaian grafis untuk mendukung dan memperkuat penonjolan, dan lain-lain. Prinsip analisis framing menyatakan bahwa terjadi proses seleksi dan penajaman terhadap dimensi-dimensi tertentu dari fakta yang diberitakan lewat media. Fakta tidak ditampilkan apa adanya, namun diberi bingkai sehingga menghasilkan konstruksi makna yang spesifik.
Universitas Sumatera Utara
Dalam penelitian ini model framing yang digunakan adalah model analisis framing Robert Entman. Entman melihat framing dalam dua dimensi besar, yaitu: seleksi isu dan penekanan atau penonjolan aspek-aspek tertentu dari realitas atau isu (Eriyanto. 2002: 187). Seleksi isu berkaitan dengan pemilihan fakta.Dari realitas yang kompleks dan beragam, aspek mana yang diseleksi untuk ditampilkan.Penonjolan aspek-aspek tertentu dari isu berkaitan dengan penulisan fakta.Ketika aspek tertentu dari suatu peristiwa dipilih, bagaimana aspek tersebut ditulis.Hal ini sangat berkaitan dengan pemakaian kata, kalimat, gambar, dan citra tertentu untuk ditampilkan kepada khalayak. I.6.KERANGKA KONSEP Kerangka Konsep adalah hasil pemikiran rasional yang bersifat kritis dalam memperkirakan kemugkinan hasil penelitian yang dicapai (Nawawi, 1993: 40). Konsep merupakan istilah dan defenisi yang akan digunakan untuk menggambarkan secara abstrak suatu fenomena yang hendak diuji (Singarimbun, 1995 : 32). Jadi kerangka konsep adalah hasil pemikiran yang rasional dalam menguraikan rumusan hipotesis yang merupakan jawaban sementara dari masalah yang diuji kebenarannya. Kerangka konsep yang digunakan dalam penelitian ini memakai analisis framing Robert Entman. Entman melihat framing dalam dua dimensi besar, yaitu: seleksi isu dan penekanan atau penonjolan aspek-aspek tertentu dari realitas atau isu (Eriyanto. 2002: 187). Seleksi isu berkaitan dengan pemilihan fakta.Dari realitas yang
kompleks
dan
beragam,
aspek
mana
yang
diseleksi
untuk
ditampilkan.Penonjolan aspek-aspek tertentu dari isu berkaitan dengan penulisan fakta.Ketika aspek tertentu dari suatu peristiwa dipilih, bagaimana aspek tersebut
Universitas Sumatera Utara
ditulis.Hal ini sangat berkaitan dengan pemakaian kata, kalimat, gambar, dan citra tertentu untuk ditampilkan kepada khalayak. Dari pemikiran di atas Entman merumuskan dalam bentuk model framing sebagai berikut: a. Definisi Masalah (Defining Problems) Bagaimana suatu peristiwa dilihat? Sebagai apa? Atau sebagai masalah apa? b. Memperkirakan sumber masalah (Diagnose Cause) Peristiwa itu disebabkan oleh apa? Apa yang dianggap sebagai penyebab dari suatu masalah? Siapa actor yang dianggap sebagai penyebab masalah? c. Membuat Keputusan Moral (Make Moral Judgement) Nilai moral apa yang disajikan untuk menjelaskan masalah? Nilai moral apa yang dipakai untuk melegitimasi atau mendelegitimasi suatu tindakan? d. Menekankan Penyelesaian (Treatment Recommendation) Penyelesaian apa yang ditawarkan media untuk mengatasi masalah itu? I.7.OPERASIONAL KONSEP a. Definisi Masalah (Defining Problems) Elemen yang pertama kali dapat kita lihat dalam analisis framing.Elemen ini merupakan master frame atau bingkai paling utama.Di tahapan inilah awal berita dikonstruksi sehingga dalam sebuah berita diteliti apakah yang menjadi pokok masalah terhadap isu, wacana, atau peristiwa yang diliput, diberitakan dan peristiwa dipahami oleh wartawan. b. Memperkirakan sumber masalah (Diagnose Cause)
Universitas Sumatera Utara
Bagaimana sebuah media membungkus siapakah actor atau pelaku yang menyebabkan sebuah masalah timbul. Di sini penyebab bisa berarti apa (what) dan bias juga aspek siapa (who). c. Membuat Keputusan Moral (Make Moral Judgement) Elemen framing yang dipakai untuk membenarkan atau memberikan argument atau pendefenisian yang telah dibuat, ketika masalah dan penyebab masalah telah ditentukan, maka dibutuhkan argumentasi yang kuat untuk mendukung gagasan tersebut. d. Menekankan Penyelesaian (Treatment Recommendation) Pesan moral baik secara eksplisit atau implicit bagaimana seharusnya sebuah masalah atau peristiwa itu diselesaikan, ditanggulangi, diantisipasi dan dihindari. Definisi Masalah (Defining Problems) Memperkirakan sumber masalah (Diagnose Cause)
Membuat Keputusan Moral (Make Moral Judgement)
a. Peristiwa dilihat sebagai apa b. Peristiwa sebagai masalah apa a. Siapa penyebab masalah b. Peristiwa itu disebabkan ole apa
a. Nilai moral apa yang disajikan untuk menjelaskan masalah b. Nilai apa yang dipakai untuk mendelegitimasi/legitimasi suatu tindakan
Menekankan Penyelesaian
a. Penyelesaian
yang
ditawarkan
Universitas Sumatera Utara
untuk menyelesaikan masalah
(Treatment Recommendation)
b. Jalan yang ditawarkan dan harus ditempuh untuk mengatasinya
Sumber : Majalah Kajian Media Dictum Vol I, No. 2 September 2007
I.8.METODOLOGI PENELITIAN Metode dalam penelitian ini dimaksudkan untuk menggambarkan bagaimana peneliti dalam menggambarkan tentang tata cara pengumpulan data yang diperlukan, serta analisis data. Metodologi dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Riset kualitatif bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan sedalamdalamnya
melalui
pengumpulan
data
sedalam-dalamnya.Riset
ini
tidak
mengutamakan besarnya populasi atau sampling, bahkan populasi atau samplingnya sangat terbatas.Jika data yang terkumpul sudah mendalam dan bisa menjelaskan fenomena yang diteliti, maka tidak perlu mencari sampling lainnya. Di sini yang lebih ditekankan adalah persoalan kedalaman (kualitas) bukan banyaknya (kuatitas) (Kriyantono, 2008 : 56-57). 1.8.1 Metode Penelitian Metode penelitian yang akan dipakai dalam penelitian ini menggunakan model analisis framing yang dibuat oleh Robert Entman. 1.8.2 Subjek Penelitian Subjek penelitian pada penelitian ini berupa tayangan talk show Provocative Proactive episode Kekerasan di Republik Tercinta I dan Kekerasan di Republik Tercinta II.
Universitas Sumatera Utara
1.8.3 Teknik Pengumpulan Data Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti adalah : a. Studi dokumenter, yaitu data-data unit analisis yang dikumpulkan dengan cara men-downloaddata dari situs Metro TV. b. Studi kepustakaan, yaitu penelitian dilakukan dengan cara mempelajari dan mengumpulkan data melalui literature dan sumber bacaan yang relevan dan mendukung penelitian. Dalam hal ini penelitian kepustakaan dilakukan dengan membaca buku-buku, literature serta tulisan yang berkaitan dengan masalah yang dibahas. 1.8.4 Teknik Analisis Data Penelitian ini akan memusatkan pada penelitian kualitatif dengan perangkat metode analisis isi memakai analisis framing. Tabel 1. Isi Tayangan Provocative Proactive Episode Kekerasan di Republik Tercinta I No
Nama Komunikator
Isi Dialog
Tabel 2. Isi Tayangan Provocative Proactive Episode Kekerasan di Republik Tercinta II No
Nama Komunikator
Isi Dialog
Tabel 3.Frame Isi Pemberitaan
Universitas Sumatera Utara
Pendefenisian Masalah Memeperkirakan Masalah Memebuat Keputusan Moral Menekankan Penyelesaian
Sistematika Penulisan BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah 1.2 Perumusan Masalah
Universitas Sumatera Utara
1.3 Pembatasan Masalah 1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.5 Kerangka Teori 1.6 Kerangka Konsep 1.7 Operasional Variabel BAB II Uraian Teoritis II.1 Komunikasi II.2 Komunikasi Massa II.3 Paradigma Konstruktivis II.4 Analisis Framing BAB III Metodologi Penelitian III.1 Deskripsi dan Sumber Data III.2 Tahapan Penelitian III.3 Metode Penelitian III.4 Pengumpulan dan Pencatatan Data BAB IV Pembahasan BAB V Penutup V.1 Kesimpulan V.2 Saran Dartar Pustaka Lampiran BAB II URAIAN TEORITIS
Universitas Sumatera Utara