BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Pembangunan pertanian dalam arti luas meliputi pembangunan di sektor tanaman pangan, perkebunan, kehutanan, perikanan dan peternakan dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Peran sektor pertanian dalam perekonomian nasional dapat diukur dari sumbangan hasil produksi, sumbangan faktor produksi dan sumbangan devisa. Pembangunan pertanian nasional bertujuan untuk mengatasi kekurangan pangan dalam jumlah dan mutu, disamping itu juga untuk memperkuat sektor industri. Peran sektor pertanian dapat memperbesar dalam memperoleh devisa, menaikkan dan meratakan pendapatan, meluaskan kesempatan kerja dan sekaligus melestarikan kelestarian alam (Anonim, 1991). Peningkatan jumlah penduduk Indonesia yang terjadi dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir perlu diperhatikan oleh pemerintah. Menurut Sensus Penduduk 2000, penduduk Indonesia berjumlah sekitar 205,1 juta jiwa. Angka ini menempatkan Indonesia sebagai negara keempat terbesar setelah China, India, dan Amerika Serikat. Sekitar 121 juta atau 60,1 persen di antaranya tinggal di pulau Jawa, pulau yang paling padat penduduknya dengan tingkat kepadatan 103 jiwa per kilometer persegi. Data Terbaru dari Badan Pusat Statistik (BPS) merilis jumlah penduduk Indonesia terbaru bulan Oktober tahun 2010. Totalnya penduduk RI sampai saat ini mencapai 237,56 juta jiwa. Oleh sebab itu kebutuhan
1
2
pangan masyarakat pun meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk tersebut. Perluasan lahan sawah beririgasi untuk tanaman padi semakin sulit dan mahal. Bahkan luas areal lahan sawah, khususnya di pulau jawa cenderung menyusut. Tantangan peningkatan produksi adalah pesatnya konversi sawah menjadi lahan non pertanian, seperti pembangunan ruko dan perumahan. Sementara produktivitas lahan dengan menggunakan varietas padi unggul biasa dan teknologi budidaya yang ada, semakin sulit ditingkatkan. Hal ini menyebabkan melandainya laju peningkatan produktivitas padi secara nasional dan semakin sulitnya memenuhi permintaan beras yang terus meningkat sebagai akibat pertambahan jumlah penduduk. Peluang untuk meningkatkan produksi padi nasional hanya dapat ditempuh dengan menggunakan Padi Tipe Baru (PTB) dan padi
hibrida
sebab
jika
menggunakan
varietas
unggul
biasa
tingkat
produktivitasnya sudah “leveling off”. Sehubungan dengan hal tersebut diatas maka pemerintah telah melakukan usaha-usaha dalam rangka meningkatkan ketahanan pangan, pemerintah telah melaksanakan sejumlah program. Antara lain, program peningkatan besar nasional (P2BN). Serta sekolah lapang pengelolaan tanaman terpadu (SLPTT). Di Jawa Timur khususnya Kabupaten Malang pemerintah telah melaksanakan program meningkatkan ketahanan pangan melalui BLBU dan SLPTT, pemerintah memberikan bantuan sarana produksi berupa benih padi hibrida dan non hibrida kepada petani. Dengan didampingi PPL dalam rangka pembinaan teknologi
3
pemeliharaan tanaman yang baik, pemupukan berimbang dan sesuai kebutuhan tanaman, pengendalian OPT serta penanganan paska panen. Desa Mangunrejo, Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang merupakan salah satu daerah yang petaninya turut serta dalam pengembangan usahatani padi binaan Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Malang, di Dukuh Mlaten terdapat Denfarm Padi Inpari (Inbrida Padi Irigasi) yang dikelola oleh Kelompok Tani Dewi Sri. Penanaman padi di tempat ini mengunakan metode SRI (System of Rice Intensification), metode SRI minimal menghasilkan panen dua kali lipat dibandingkan metode yang biasa dipakai oleh petani. Namun demikian ternyata masih terdapat beberapa anggota kelompok tani yang belum menanam padi inpari metode SRI dan memilih padi cibogo metode konvensional. Pengembangan usahatani padi inpari di daerah ini masih dalam tahap awal sehingga terdapat beberapa permasalahan yang perlu diteliti. Hasil analisis diharapkan dapat menjadi masukan bagi proses pengembangan pertanian padi inpari secara bertahap pada khususnya. Studi mengenai analisis usahatani padi telah banyak dilakukan, namun studi mengenai usahatani padi inpari metode SRI dan padi cibogo metode konvensional belum banyak dilakukan, khususnya di daerah Jawa Timur, sehingga perlu dilakukan mengenai analisis usahatani padi inpari metode SRI dan padi cibogo metode konvensional. Dari paparan-paparan diatas, maka peneliti mengambil topik penelitian Analisis Komparasi Usahatani Padi Metode SRI dan Konvensional (Studi Kasus di Kelompok Tani Dewi Sri, Desa Mangunrejo, Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang).
4
1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat mengambil beberapa rumusan permasalahan sebagai berikut: 1.
Bagaimana usahatani padi inpari metode SRI dan padi cibogo metode konvensional diterapkan di Kelompok Tani Dewi Sri?
2.
Apakah ada perbedaan biaya, pendapatan dan efisiensi usahatani padi inpari metode SRI dan padi cibogo metode konvensional di Kelompok Tani Dewi Sri?
1.3. Tujuan Penelitian Dari beberapa perumusan masalah diatas, maka ada beberapa tujuan dilaksanakannya penelitian ini, antara lain: 1.
Untuk mendeskripsikan usahatani padi inpari metode SRI dan padi cibogo metode Konvensional diterapkan di Kelompok Tani Dewi Sri.
2.
Untuk menganalisis perbedaan biaya, pendapatan dan efisiensi usahatani padi inpari metode SRI dan padi cibogo metode konvensional di Kelompok Tani Dewi Sri.
1.4. Kegunaan Penelitian Kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1
Sebagai bahan informasi bagi Kelompok Tani Dewi Sri untuk berusaha padi yang lebih menguntungkan dan memberikan informasi tentang efisiensi usahatani padi inpari metode SRI dan padi cibogo metode konvensional di Desa Mangunrejo, Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang.
5
2
Dapat dijadikan bahan referensi untuk pengembangan penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan penelitian ini dan dapat dijadikan bahan acuan bagi pemerintah untuk membuat kebijakan pertanian yang dapat membantu usahatani padi masyarakat, khususnya di Kabupaten Malang.
1.5. Batasan Istilah dan Pengukuran Variabel 1.5.1. Batasan Istilah Untuk mengarahkan penelitian, maka diperlukan adanya suatu kesatuan pengertian dalam rangka menghindari adanya salah pengertian dari beberapa istilah yang dibahas atau diteliti. Sehingga, pembahasan masalah tidak meluas, maka diambil batasan istilah pada hal-hal berikut ini: 1.
Metode SRI (System of Rice Intensification) adalah suatu metode untuk meningkatkan produktivitas padi dengan mengubah pengaturan tanaman, tanah, air, dan nutrisinya.
2.
Metode konvensional merupakan usahatani padi dengan tidak menggunakan teknis budidaya padi SRI
3.
Padi inpari (Inbrida Padi Irigasi) adalah, varietas yang cocok ditanam di ekosistem sawah dataran rendah sampai ketinggian 600 dpl, memiliki potensi hasil 8,7 ton/ha
4.
Padi cibogo adalah varietas yang baik ditanam pada lahan sawah sampai ketinggian 800 dpl, memiliki potensi hasil 8,1 ton/ha
5.
Biaya variabel (Variable Cost) adalah biaya yang besar kecilnya tidak dipengaruhi secara langsung volume produksi padi yang dihasilkan. Terdiri dari biaya saprodi dan biaya tenaga kerja.
6
6.
Biaya tetap (Fixed Cost) adalah dimana besar kecilnya biaya tidak berubah dengan berubahnya produk yang dihasilkan. Terdiri dari biaya sewa lahan, pajak lahan, iuran irigasi, transportasi, biaya karung dan biaya konsumsi.
7.
Biaya total (Total Cost) adalah penjumlahan dari biaya variabel dan biaya tetap.
8.
Penerimaan adalah hasil dari nilai penjualan produksi padi yang diterima usahatani yang berupa nilai barang yang dihitung dalam bentuk uang.
9.
Pendapatan adalah keuntungan yang diterima dalam produksi padi dimana merupakan penerimaan bersih setiap satu kali proses produksi.
10. Efisiensi usahatani adalah ratio yang diperoleh dari kegiatan usahatani untuk mengetahui untung tidaknya usahatani tersebut untuk dikembangkan. 1.5.2. Pengukuran Variabel Beberapa variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Hasil produksi adalah hasil panen dari usahatani yang diukur dalam satuan Kg.
2.
Biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan selama proses produksi, yang termasuk biaya ini adalah biaya tetap dan biaya variabel yang dinyatakan dalam satuan Rp/Kg.
3.
Biaya tetap adalah biaya yang tetap dalam luas tanam tertentu, diantaranya pajak, sewa lahan, iuran irigasi, penyusutan alat yang diukur dalam satuan Rp/Ha.
7
4.
Biaya variabel adalah biaya yang jumlah totalnya meningkat seiring dengan peningkatan penggunaan sarana produksi. Biaya variabel ini antara lain biaya sarana produksi (saprodi), biaya tenaga kerja yang dihitung dalam satuan Rp/Ha.
5.
Penerimaan adalah hasil penjualan produksi padi yang diperoleh dengan mengalikan besarnya nilai produksi dengan harga produk dalam satuan Rp.
6.
Pendapatan adalah selisih antara total penerimaan dengan total biaya yang dikeluarkan dalam satuan Rp.