BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pernyataan misi perusahaan umum kita temui di hampir setiap laporan tahunan dan halaman situs perusahaan. Hal ini mengindikasikan bahwa pernyataan misi adalah hal yang penting bagi perusahaan untuk diketahui oleh stakeholder-nya. Sejumlah manfaat dari pernyataan misi telah disebutkan dalam literatur-literatur terdahulu. Sejumlah penelitian manajemen strategik terdahulu membenarkan bahwa pernyataan misi memegang peranan penting bagi perusahaan, bahkan dipercaya menjadi kunci kesuksesan perusahaan. Pernyataan misi memegang peran penting dalam proses manajemen strategis. Itu sebabnya, membangun misi, visi, dan nilai-nilai inti adalah fase paling awal yang dilakukan dalam proses manajemen strategis. Thompson, Peteraf, Gamble, dan Strickland (2014) menggambarkan sebuah skema yang menunjukkan bahwa pembangunan misi mengawali proses perumusan dan pengeksekusian strategi (lihat Gambar 1.1).
1
Fase 1
Membangun visi strategis, misi, dan nilai-nilai inti
Fase 2
Menyusun Tujuan
Fase 3
Menyusun Strategi untuk mencapai tujuan dan visi perusahaan
Fase 4
Mengeksekusi Strategi
Fase 5 Pemantauan perkembangan, evaluasi kinerja, dan memulai penyesuaian korektif
Merevisi sesuai kebutuhan dalam kinerja aktual perusahaan, perubahan kondisi, peluang baru dan ide-ide baru
Gambar 1.1 Proses Perumusan Strategi dan Pengeksekusian Strategi (Sumber: Thompson, Peteraf, Gamble, dan Strickland, 2014) Drucker (1973), dalam Morris, (1996) mengatakan pernyataan misi adalah perintis jalan bagi penetapan tujuan bisnis yang jelas dan realistis. Keberadaan tujuan bisnis yang jelas dan realistis menjadi sangat vital bagi perusahaan sejak perumusan tujuan bisnis merupakan awal dari perencanaan strategi perusahaan. Secara senada, Matejka, Kurke, dan Gregory (1993) menyebut sebuah pernyataan misi
yang
mapan
dan
didokumentasikan
memberikan
landasan
untuk
menguraikan dan menyusun tujuan bisnis yang berusaha untuk dicapai perusahaan, yang mana tujuan tersebut menjadi barometer atas evaluasi kinerja. Pearce dan David (1987) juga menyebutkan bahwa membangun pernyataan misi merupakan langkah awal penting dalam proses perencanaan strategi perusahaan. Bart dan Bontis (2003) juga menyebut pernyataan misi membentuk sudut-batu dan titik awal untuk setiap inisiatif perencanaan strategis utama. Pernyataan misi memfasilitasi pengambilan keputusan, perencanaan, menciptakan strategi yang efektif, dan merumuskan kebijakan untuk jangka
2
pendek dan panjang. Pernyataan misi memberikan arah yang jelas yang membimbing dan mengilhami para eksekutif organisasi, manajer, dan karyawan terhadap pencapaian tujuan bersama. Hal ini membantu dalam menentukan prioritas, rencana, dan mengalokasikan sumber daya ke arah yang akhir (Cochran, David, dan Gibson, 2008). Dengan begitu, dapat digarisbawahi bahwa misi menjadi acuan, yang mana semua elemen lain yakni tujuan, strategi, pelaksanaan operasional dan evaluasi harus menyesuaikan. Dapat disimpulkan, pernyataan misi menyediakan konteks dengan mana keputusan-keputusan strategis akan dibuat (Morris, 1996). Selain penting dalam proses manajemen strategis dan pengambilan keputusan strategis, pernyataan misi sejatinya disajikan sebagai alat penting untuk mengkomunikasikan misi perusahaan kepada para pemangku kepentingan internal dan eksternal. Sejak 1980-an, pernyataan misi telah digunakan lebih untuk mendefinisikan dan mengkomunikasikan jenis hubungan yang ingin dibangun organisasi dengan masing-masing kelompok utama pemangku kepentingan (Campbell, 1997). Teori stakeholder yang modern menunjukkan bahwa, organisasi harus menanggapi beberapa konstituen jika mereka ingin bertahan hidup dan berkembang (Bart, 2000). Konstituen dalam hal ini termasuk manajemen perusahaan, karyawan, pelanggan atau klien, pemegang saham, dan penduduk lain dari masyarakat, negara, dan dunia di mana perusahaan melakukan bisnis (Amato dan Amato, 2002; Bart, 2000; Collins dan Porras, 1991). Bagi pemangku kepentingan internal, pernyataan misi dipercaya berperan sebagai “cultural glue” yang mengandung norma dan nilai yang mempengaruhi
3
bagaimana orang-orang di dalam organisasi berperilaku, bekerja bersama-sama, dan mencapai tujuan perusahaan (Campbell dan Yeung, 1991). Dalam hal ini, pernyataan misi harus dapat menciptakan “ikatan emosional” dan “sense of mission” di antara organisasi dan karyawannya, yang akan mendorong kerjasama antar karyawan melalui nilai-nilai dan standar perilaku. Dengan adanya standar nilai dan perilaku, membantu karyawan dalam menginterpretasi peristiwa dengan cara yang seragam dan memiliki common language, hal ini akan sangat membantu perusahaan secara operasional dalam rangka menjalankan strategi. Tidak kalah penting, khalayak eksternal perusahaan mulai dari pelanggan atau klien, pemegang saham, mitra usaha dan masyarakat dengan mana perusahaan melakukan bisnis, sangat mempengaruhi kelangsungan hidup perusahaan. David, David, dan David (2014) bahkan menempatkan pernyataan misi sebagai bagian inti dari strategi pemasaran, dan oleh karena itu pernyataan misi seharusnya dibangun dari perspektif pelanggan. Pernyataan misi disusun dan ditulis dalam upaya untuk menarik dan mempertahankan pelanggan eksternal, bukan semata-mata digunakan secara internal dalam perencanaan strategis dan untuk memotivasi karyawan atau manajer (David, David, dan David, 2014). Pernyataan misi juga dipercaya menjadi salah satu indikator kunci kinerja organisasi. Beberapa penelitian terdahulu mengkonfirmasi bahwa pernyataan misi memberi pengaruh pada kinerja perusahaan. Pearce dan David (1987) meneliti hubungan pernyataan misi dengan kinerja perusahaan dengan menguji hubungan antara komponen pernyataan misi dan total penjualan (sales) perusahaan. Hasil
4
penelitian menunjukkan adanya hubungan yang positif dan signifikan antara komponen pernyataan misi dan total penjualan (sales). Begitu pula dengan hasil penelitian Bart dan Baetz (1998) yang dilakukan terhadap 136 perusahaan besar di Kanada, meskipun keberadaan pernyataan misi tidak secara otomatis berasosiasi dengan kinerja perusahaan yang unggul, namun keberadaan pernyataan misi terbukti mempengaruhi perilaku anggota organisasi dan meningkatkan alokasi sumber daya melalui keberadaan sistem evaluasi perusahaan yang sejalan dengan pernyataan misi. Proses alokasi sumber daya yang menjadi jauh lebih terfokus ini, memiliki tingkat hubungan dengan kinerja keuangan yang cukup besar. Oleh karena pentingnya peran pernyataan misi bagi organisasi, maka untuk dapat menjalankan perannya tersebut pernyataan misi yang disusun harus benar-benar efektif dalam memberi pemahaman yang memadai kepada stakeholder mengenai bisnis yang dijalani perusahaan, tujuan dasar perusahaan, karakteristik yang membedakan perusahaan dengan perusahaan lainnya, serta filosofi pembimbing perusahaan (Morris, 1996). Tidak adanya pernyataan misi yang efektif dapat memberi dampak krusial bagi perusahaan, bahkan menjadi penyebab kegagalan bisnis perusahaan. Ireland dan Hitt (1992) mengatakan bahwa tidak adanya pernyataan misi yang efektif diduga merupakan salah satu faktor yang berkontribusi menyebabkan gagalnya akuisisi di sejumlah perusahaan multibisnis yang besar. Karena begitu pentingnya peran pernyataan misi bagi perusahaan, menjadikannya menjadi topik yang selalu menarik untuk diteliti. Pernyataan misi
5
bukanlah barang baru dalam manajemen strategik, penelitian dan literatur mengenai pernyataan misi, komponennya, dan pengaruhnya bagi kinerja perusahaan telah banyak dilakukan sejak lama, tepatnya setelah Peter Drucker menyatakan pentingnya pernyataan misi bagi perusahaan pada tahun 1973. Meskipun begitu, hasil dari sejumlah penelitian pernyataan misi dengan variabel yang serupa pun tidak jarang menunjukkan hasil yang bervariasi. Tidak mengherankan jika Campbell dan Yeung (1991) pernah mengkhawatirkan kebingungan yang akan dialami oleh para manajer dalam mendefinisikan misi akibat banyaknya versi pernyataan misi yang berkembang. Namun, belakangan penelitian Williams (2008) menepis kekawatiran tersebut dengan menunjukkan bahwa komponen konten pernyataan misi cenderung tidak berubah secara dramatis dalam 20 tahun terakhir. Dengan fakta tersebut, sejatinya ketidaktepatan manajemen atau para manajer masa kini dalam memahami dan menyusun pernyataan misi perusahaan adalah hal yang tidak seharusnya terjadi. Namun, realita yang terjadi di tengahtengah praktisi organisasi justru menunjukkan hal yang ironi, yakni terdapat fenomena mispersepsi para manajer dalam mendefinisikan pernyataan misi. Peneliti melakukan observasi pendahuluan dengan mewawancarai sejumlah manajer perusahaan di Indonesia dan kebanyakan dari mereka berpikir bahwa pernyataan misi adalah pernyataan yang berisikan cara untuk mencapai visi perusahaan dan sebagian lainnya justru gagal dalam membedakan antara misi dan visi. Hal ini sedikit banyak mengkonfirmasi apa yang dikatakan oleh Campbell dan Yeung (1991) bahwa banyak manajer salah dalam memahami sifat dan
6
pentingnya
misi,
sementara
(manajer)
yang
lain
gagal
untuk
mempertimbangkannya sama sekali. Mispersepsi anggota organisasi dalam mendefinisikan misi dan pernyataan misi dapat menyebabkan pernyataan misi menjadi tidak berperan sebagaimana mestinya dalam mengarahkan anggota organsasi itu sendiri. Lebih fatal lagi, jika mispersepsi dalam mendefinisikan pernyataan misi ini terjadi di kalangan manajemen, maka akan dapat menyebabkan ketidaktepatan dalam menyusun pernyataan misi yang efektif. Alih-alih mengarahkan anggota organisasi, pernyataan misi yang tidak tepat justru akan membingungkan stakeholder dalam menginterpretasikannya, dan dapat berujung pada frustrasi dan kegagalan bisnis. Dengan adanya fenomena tersebut, maka peneliti tertarik untuk meneliti konten pernyataan misi perusahaan-perusahaan yang beroperasi di Indonesia, khususnya perusahaan publik. Perusahaan publik adalah perusahaan yang memiliki stakeholder yang lebih luas daripada perusahaan privat, dan dengan begitu menjadikan peran pernyataan misi menjadi sangat penting bagi perusahaan publik. Fokus penelitian ini adalah memperoleh gambaran umum pernyataan misi perusahaan publik di Indonesia dan mengungkap komponen pernyataan misi yang eksis dalam pernyataan misi perusahaan publik di Indonesia dengan mengacu pada kaidah Sembilan Komponen Pernyataan Misi oleh David (1989) sebagai patokan dalam mengevaluasi komponen pernyataan misi.
7
B. Rumusan Masalah Berangkat dari fenomena di atas, penelitian ini menitikberatkan pada analisis konten pernyataan misi formal perusahaan publik yang tercatat di Bursa Efek
Indonesia
(IDX).
Dengan
melakukan
analisis
konten,
peneliti
mengidentifikasi komponen pernyataan misi yang eksis dalam pernyataan misi perusahaan-perusahaan tersebut. Agar hasil penelitian ini dapat mewakili keseluruhan populasi perusahaan publik yang tercatat di IDX, maka penelitian dilakukan pada 475 perusahaan publik yang beroperasi pada 9 sektor industri.
C. Pertanyaan Penelitian Dari rumusan masalah di atas maka dapat dirumuskan pertanyaan penelitian, yaitu: 1. Seperti apa gambaran umum pernyataan misi perusahaan publik di Indonesia? 2. Apa saja komponen pernyataan misi perusahaan publik di Indonesia?
D. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini: 1. Untuk menganalisa pernyataan misi perusahaan publik di Indonesia; 2. Mengidentifikasi komponen pernyataan misi yang eksis dalam pernyataan misi perusahaan publik di Indonesia.
8
E. Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak sebagai berikut : 1. Bagi manajemen perusahaan, sebagai pihak yang memiliki pernyataan misi, untuk menjadi masukan dalam membangun pernyataan misi maupun mengevaluasi pernyataan misi yang sudah ada. 2. Bagi kalangan akademisi, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai untuk memperkaya literatur yang ada dengan menyediakan bukti empiris yang terkini dari perusahaan publik di Indonesia dalam hal komponen pernyataan misi.
F. Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian Studi dilakukan pada 475 perusahaan publik yang tercatat di Bursa Efek Indonesia saat penelitian dilakukan (Oktober 2015). Dengan demikian, maka penelitian ini meninjau pernyataan misi secara eksplisit dengan menggunakan metodologi penelitian deskriptif untuk mengetahui gambaran umum dan komponen pernyataan misi perusahaan publik di Indonesia yang tercatat di IDX sampai dengan Oktober 2015.
9
G. Sistematika Penulisan Susunan dalam penulisan tesis ini terdiri dari 5 (lima) bab. Adapun penjelasan masing-masing bab adalah sebagai berikut:
BAB I
PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan tentang latar belakang, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup dan batasan penelitian,
dan sistematika penelitian yang
dilakukan penulis dalam studi ini. BAB II
TINJAUAN PUSTAKA Bab ini membahas tentang beberapa teori dan hasil penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan penelitian yang ini. Adapun teori yang dibahas adalah teori yang mendasari tentang pernyataan misi organisasi.
Bab III
METODE PENELITIAN Bab ini menjelaskan tentang metode penelitian yang digunakan penulis dalam penulisan tesis ini.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini memaparkan hasil penelitian berupa analisis dan pembahasan yang mencakup identifikasi komponen konten pernyataan misi perusahaan publik di Indonesia.
10
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini menguraikan kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian yang telah dilakukan dan memberikan saran yang bermafaat sebagai dapat bahan masukan untuk pengembangan penelitian selanjutnya.
11