1
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Indonesia adalah destinasi pariwisata yang telah dikenal dunia dengan daya
tarik pemandangan alam yang tropis, keanekaragaman adat istiadat, seni budaya dan keramahtamahan lapisan masyarakat. Hal ini berarti bahwa permintaan wisatawan terhadap produk wisata terkait dengan alam dan kehidupan serta budaya masyarakat, sehingga perlu adanya hubungan timbal balik yang saling menguntungkan dimana pariwisata harus mampu meningkatkan budaya dan alam yang merupakan aset wisata yang dikenal dunia. Perkembangan pariwisata menjadi perhatian berbagai kalangan sebagai salah satu sumber devisa Negara. Berangkat dari konsep dasar pengembangan tersebut, unsur pemerintah daerah dapat bekerjasama dengan masyarakat dengan upaya menjaga keamanan, sosialisasi pengembangan destinasi pariwisata dan melibatkan masyarakat dalam menetapkan kebijakan yang berlaku. Industri pariwisata dapat membuka kesempatan kerja untuk masyarakat sekitar dengan pembangunan sarana dan prasarana penunjang pariwisata seperti hotel, restaurant, homestay, money changer dan fasilitas lainnya. Industri pariwisata adalah industri yang mendapat dukungan dari berbagai sektor, salah satu sektor pendukung adalah sektor pertanian. Sektor pertanian menyumbangkan produksi hasil pertanian yang dapat diserap oleh industri pariwisata salah satunya buah lokal.
2
Pemanfaatan buah lokal berbeda dengan buah langka. Fenomena yang terjadi di masyarakat adalah buah yang hidup di Indonesia disebut buah lokal termasuk juwet, sentul, maja dan lain-lain dapat di katagorikan sebagai buah langka. Pengertian buah lokal adalah buah yang dikonsumsi dan dapat dikembangkan di Indonesia. Buah yang berasal dari luar Indonesia seperti strawberry, anggur dan lengkeng merupakan bibit buah yang asalnya dari luar Indonesia, akan tetapi bibit buah tersebut dapat dikembangbiakan dan dapat dipanen di Indonesia sehingga buah-buahan tersebut dapat dikatagorikan sebagai buah lokal. Setiap
Negara
memiliki
produk
buah
lokal
yang
berbeda-beda.
Pengembangan buah lokal yang diimbangi dengan pemanfaatan yang maksimal menjadikan buah lokal tersebut dikenal dunia bahkan menjadi icon sebuah negara tersebut. Produk buah lokal dimasyarakat lebih mengenal durian dari Thailand, kiwi dari New Zaland, apel fuji dari Jepang dan buah lokal lain yang telah dikenal dunia. Setiap negara tersebut mempunyai kebanggaan terhadap buah lokal tersebut karena telah memasuki pasar dunia. Menurut Sunarjono (2013:5), buah lokal dapat memasuki pasar bebas sesuai dengan kesepakatan World Trade Organization dengan kriteria sebagai berikut : Bermutu tinggi sesuai dengan standar mutu dan bebas residu pestisida, volume buah bermutu tersebut harus memenuhi kebutuhan pasar, buahbuahan tersebut harus tiba tepat pada waktunya dan ketersediaan buahbuahan tersebut harus kontinu.
Buah lokal yang dihasilkan untuk memasuki pasar dunia tidak lepas dengan penggunaan bahan kimia berbahaya tidak bisa dihindari dalam kehidupan kita
3
sehari-hari, salah satunya adalah residu (bahan kimia yang masih tersisa pada bahan pangan) pestisida yang terdapat dalam buah yang dikonsumsi. Tanpa sadar residu pestisida masuk ke dalam tubuh melalui hidangan makanan yang dikonsumsi setiap hari. Pestisida adalah bahan kimia yang digunakan untuk membasmi hama tanaman, baik berupa jamur, bakteri, gulma, maupun serangga. Pestisida dibagi dalam tiga jenis, yakni fungisida untuk membunuh jamur, bakterisida untuk membunuh bakteri, dan insektisida untuk membasmi serangga. 1 Selain itu, penggunaan pestisida secara berlebihan juga mengurangi daya jual produk pertanian karena kandungan residu pestisida menjadi salah satu pertimbangan diterima atau ditolaknya produk pertanian oleh negara importir. Negara maju umumnya tidak mentolerir adanya residu pestisida pada bahan makanan yang masuk ke negaranya. Pemasaran buah-buahan ke pasar internasional selain bebas residu pestisida juga memerlukan adanya pengendalian mutu. Pemahaman terhadap prinsispprinsip standar mutu akan membantu produsen untuk memutuskan sistem mutu yang seperti apa yang dibutuhkan agar memenuhi keinginan pelanggan. Buah lokal yang masuk ke pasar dunia yang memenuhi kesepakatan WTO berpengaruh pada standar mutu buah. Produksi buah-buahan Indonesia yang tradisional harus diperbaiki agar dapat memenuhi standar mutu yang ditetapkan. Konsep mutu buah perlu memiliki standar untuk memastikan untuk melindungi konsumen,
1
Herawati. 6 Mei 2014.”Waspadai Residu Pestisida pada Sayur dan Buah”. [Diunduh tanggal 20 Mei 2015]. Sumber:URL: http://www.dokterkuonline.com/#!Waspadai-Residu-PESTISIDA-padaSayur-dan Buah/c1dgm/C8541970-0656-4411-A136-F589618D4CE2/.
4
melindungi
kepentingan
nasional
dengan
memberlakukan
pembatasan-
pembatasan non-tarif pada perdagangan global yang bebas pajak. Untuk menjaga mutu buah dianjurkan agar ada pengendalian hama, penyakit dan gulma menggunakan metode tanpa bahan kimia atau menggunakan pestisida dalam batas yang telah ditentukan, sehingga kontribusi Indonesia dalam memasok buahbuahan dunia meningkat dari segi hasil produksi baik kuantitas maupun kuantitasnya. Indonesia juga memiliki berbagai jenis buah lokal yang tumbuh subur karena wilayah Indonesia merupakan wilayah tropis yang berada di garis katulistiwa sehingga memungkinkan berbagai macam pohon buah tumbuh subur. Menurut Antara dan Yono Wirawan (2013:17), buah-buahan merupakan salah satu jenis tanaman holtikultura yang bersifat menahun yang lebih dikenal sebagai sumber vitamin dan mineral yang sangat diperlukan oleh tubuh manusia. Bidang ekonomi, buah-buahan mempunyai sumbangan yang tidak dapat diabaikan karena beragam jenis buah-buahan tropis yang dapat tumbuh subur di Indonesia. Jenis buah lokal dikatagorikan kedalam buah-buahan tropis menurut Sunarjono (2013; 6) sebagai berikut : Buah- buahan tropis Indonesia ada yang bersifat semusim atau dua musim (annual) dan tahunan (perennial). Pada umumnya buah-buahan tahunan berbuah tergantung pada musim/kondisi iklim. Biasanya musim panen jatuh pada musim hujan setelah kemarau panjang. Saat musim panen raya buah melimpah dengan harga yang turun sedangkan pada musim kemarau tidak ada buah dipasar sehingga harga pun melonjak naik. Selama setahun Indonesia yang merupakan Negara subtropics mempunyai dua musim yaitu musim hujan dan musim kemarau/kering. Musim hujan akan menimbulkan iklim yang basah atau lembab sedangkan pada musim kemarau
5
akan menimbulkan iklim kering. Keadaan musim seperti itu terjadilah penggelompokkan buah secara musiman. Penyebaran buah-buahan mengikuti pola iklim dimana sebagian wilayah indonesi tergolong iklim basah sehingga berbagai jenis tumbuhan termasuk buah-buahan dapat tumbuh subur. Faktor iklim akan menyebabkan penyebaran tanaman buah sesuai dengan suhu udara. Menurut Sunarjono (2013:9), penyebaran buah sesuai dengan suhu akan berdampak pada daerah/dataran dimana buah tersebut dibudidayakan. Dataran rendah beriklim basah dapat dibudidayakan buah-buahan seperti durian, rambutan, manggis, duku, pisang, papaya, nanas, nangka, alpokat, jeruk keprok, semanggka, salak, sawo dll. Dataran rendah beriklim kering mempunya jenis buah yang dapat dibudidayakan seperti anggur, mangga, srikaya dll. Dataran tinggi beriklim basah mempunyai jenis buah yang dibudidayakan seperti alpokat, leci, markisa, pisang dan kiwi. Sementara dataran tinggi beriklim kering mempunyai jenis buah seperti apel, pir, jeruk keprok dan jeruk manis. Penyebaran buah-buahan di Indonesia sangat bergantung mengikuti pola persebaran iklim dimana sebagian besar dari daerah di Indonesia tergolong beriklim basah sehingga bebagai jenis tumbuhan termasuk buah-buahan dapat tumbuh subur. Sentra produksi yang tersebar di Indonesia menghasilkan jenis buah-buahan lokal Indonesia yang masuk pasar dunia diantaranya pisang ambon dan Cavendish (dalam bentuk segar dan bubur), nanas (dalam bentuk kalengan dan jus, mangga (dalam bentuk kalengan dan jus), alpukat (dalam bentuk segar dan bubur), rambutan (dalam bentuk segar dan kalengan), markisa (dalam bentuk jus), sirsak (dalam bentuk daging beku) dan mangga (dalam bentuk segar).
6
Pengemasan buah lokal memasuki pasar internasional secara umum dikemas menjadi produk segar, kalengan, jus dan bubur. Buah lokal ekpor dalam bentuk buah segar menjadi bubur atau puree memberikan banyak manfaat bagi pengusaha buah karena dalam bentuk bubur atau puree akan tahan lama dan mudah disimpan. Adanya kepraktisan ini dapat membantu petani saat panen melimpah,
dimana
biasanya
terjadi
masalah
pada
penyimpanan
yang
mengakibatkan banyak buah yang terbuang sia-sia karena membusuk. Contoh buah lokal yang diolah menjadi bubur adalah puree pisang, mangga, strawberry, sirsak, nanas dn markisa. Bubur buah biasanya digunakan untuk membuat selai, campuran yoghurt ataupun topping untuk pudding. Pengemasan buah lokal ekspor dalam bentuk fresh berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) memperoleh informasi primadona buah lokal ekspor Indonesia yang merupakan produksi ekspor manggis Indonesia mencapai USD 5,73 juta atau sekitar Rp. 63 miliar. Angka itu jauh turun dibandingkan tahun 2012 yakni USD 17,4 juta. Perbaikan ekpor mulai terlihat pada tahun 2014. Dalam dua bulan (Januari- Februari), Indonesia sudah mengekspor manggis senilai USD 1,66 juta dengan perbandingan meningkat 150 persen dibandingkan periode sebelumnya dengan Negara tujuan ekspor Manggis meliputi Malaysia, Hongkong dan Vietnam, peningkatan lainnya juga terjadi pada buah Salak dari tahun 2012 sebesar USD 1,24 juta menjadi USD 1,74 juta pada tahun 2013 dengan Negara tujuan ekspor China, Malaysia dan Singapore sedangkan penurunan ekspor ada pada Mangga pada tahun 2012 sebesar USD 2,1 juta
7
menurun menjadi USD 1,4 juta dengan Negara tujuan ekspor meliputi Singapore, Uni Emirat Arab dan Malaysia. 2 Menurut Kustiari dkk (2012:98), volume ekspor manggis menunjukkan peningkatan dari waktu ke waktu namun pangsa pasar dan daya saing ekspornya cenderung turun. Keadaan ini diperlukan upaya untuk meningkatkan kualitas dan mencari negara yang permintaan impornya besar dengan laju pertumbuhan yang cepat. Selain itu, perlu dijajagi upaya diversifikasi produk (hasil olahan manggis) untuk meningkatkan harga per unit ekspor dan meningkatkan nilai tambah produsen. Buah manggis memiliki nilai ekonomi tinggi dan mempunyai prospek yang baik untuk dikembangkan sebagai komoditas ekspor. Manggis yang diekspor umumnya berasal dari daerah penghasil utama di sentra produksi manggis, seperti Tasikmalaya, Purwakarta, Bogor, Sukabumi, Lampung, Purwerejo, Belitung, Lahat, Tapanuli Selatan, Limapuluh Kota, Padang Pariaman, Trenggalek, Blitar, dan Banyuwangi.3. Salak merupakan buah asli Indonesia yang buah ini banyak terdapat di daerah lereng merapi seperti di Kecamatan Turi, Pakem ataupun daerah lain seperti Magelang. Daerah tersebut pohon salak tumbuh subur dengan sumber daya alam yang sudah tersedia tersebut, para warga atau petani salak di daerah itu berusaha untuk memaksimalkan hasil dari buah salak. Selama ini,
2
Maesaroh. 13 April 2014.” Tiga jenis buah-buahan ini jadi andalan ekspor Indonesia”. [Diunduh tanggal 10 Oktober 2014]. Sumber:URL: http://ekbis.sindonews.com/read/853574/34/tiga-jenisbuah-buahan-ini-jadi andalan-ekspor-indonesia-1397322000. 3
QosimAli. 21 Desember 2007. ”Buah Manggis Primadona Indonesia”. [Diunduh tanggal 15 April 2015].Sumber:URL: https://anekaplanta.wordpress.com/2007/12/21/buah-manggis-primadonaekspor-indonesia/.
8
komoditi unggulan lokal itu baru dikirim ke Tiongkok dan Singapura. Rencana, mulai akhir tahun ini akan diekspor ke Selandia Baru.4. Komoditas ekspor Mangga khususnya Mangga Arum Manis produksi Nusa Tenggara Barat memiliki potensi ekspor ke Singapura. Selama ini hasil pertanian NTB hanya memenuhi produksi lokal Lombok, Bali dan Jakarta. Produksi mangga dari Bali dan Probolinggo juga memasuki ekpor ke Singapore dan Uni Emirat Arab dengan pengawet alami. Kesegaran buah mangga itu dimungkingkan melalui teknologi pascapanen dan pengolahan tanpa menggunakan zat kimia dan pestisida. Menurut Kepala Balai Besar Paska Panen Balitbangtan, Rudy Tjahjohutomo teknologi pasca panen meliputi tiga fase dilalui yakni ketika buah mangga itu dipetik dari pohon dengan menggunakan air bersuhu 50 derajat celcius selama 5 menit, guna mematikan lalat buah yang hinggap di kulit. Fase kedua, menggunakan antimikroba alami yang salah satu bahan bakunya berasal sarang burung walet, cara tersebut mampu mencegah infeksi jamur antraknosa. Fase ketiga adalah waxing (diberi lilin) yang berbahan baku sarang tawon, tambahnya, bahan ini mengganti sejenis lilin yang biasa dijumpai buah apel impor. Fase terakhir, melalui bantuan controlled airform container yang mencegah proses pematangan pada buah," katanya. Fasilitasi teknologi pengolahan yang memperpanjang masa buah hingga satu bulan itu, pihaknya hanya menambah biaya Rp. 1.000 per kilogram sementara biaya transportasi yang dihemat mencapai 1 dolar AS karena menggunakan kapal laut
4
Amelia Apsari. 5 April 2015.”Salak Sleman diekspor ke Selandia Baru”.Suara Merdeka.com. 2015[Diunduh tanggal 15 April 2015]. Sumber:URL: http://berita.suaramerdeka.com/salaksleman-diekspor-ke-selandia-baru/.
9
dibandingkan
dengan
pesawat
udara
yang
tarifnya
sangat
tinggi. 5
Kegiatan ekspor buah lokal yang dilakukan pemerintah secara tidak langsung mempromosikan dan memperkenalkan buah lokal Indonesia, sehingga tidak jarang wisatawan yang datang mengunjungi kawasan pariwisata sekaligus ingin menikmati buah lokal secara langsung. Pulau Bali merupakan salah satu destinasi yang dikenal dunia karena jumlah kunjungan wisatawan yang meningkat dari tahun ketahun. Bali mengandalkan sektor kepariwisataan memegang peranan penting dalam pembangunan nasional karena pariwisata dapat meningkatkan pendapatan daerah, pendapatan nasional serta devisa Negara. Sanur merupakan salah satu daerah tujuan wisata yang ada di Bali yang memiliki perkembangan kemajuan pariwisata dari segi keindahan panorama alam, seni budaya, adat istiadat dan keramah tamahan seluruh lapisan masyarakat. Sanur merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Denpasar Selatan, dalam sejarah perkembangan pariwisata di daerah Sanur dari dahulu hingga sekarang disebut “Rumah Kedua” bagi wisatawan Eropa. Sanur mendapat julukan tersebut karena dapat menciptakan atmosfer seperti mereka berada di rumah atau Negara asalnya. Istilah Sanur menjadi rumah kedua bagi wisatawan Eropa juga dikenal luas oleh wisatawan asing selain Eropa melalui promosi mulut kemulut (word of mouth) tentang pengalaman travelling mereka selama di Sanur. Strategi promosi Sanur juga melibatkan pemerintah, pihak swasta dan masyarakat lokal dengan 5
Supratiwi Fitri. 19 November 2013. “Indonesia Ekspor Mangga dengan Teknologi Pengawet Alami”. [Diunduh tanggal 15 April 2015]. Sumber: URL: http://www. antaranews.com/berita /405702/indonesia-ekspor-mangga-dengan teknologi-pengawet alami.
10
upaya promosi diantaranya menciptakan image Pantai di sepanjang kawasan Sanur yang didominasi kawasan hotel berbintang yang memiliki akses pantai dan tentunya upaya tetap menjaga kebersihan Pantai Sanur disamping sebagai obyek wisata dan dipergunakan untuk lokasi melasti masyarakat Sanur. Daya tarik pantai dan rumah makan yang dikelola oleh masyarakat Sanur juga menciptakan image kuliner yang sangat diminati seperti Warung Mak Beng yang terkenal dengan ikan goreng dengan sambal pedas dan Warung Men Weti yang dikenal dengan Nasi Campur Bali. Selain wisata kuliner masakan Bali, adanya motivasi wisatawan ingin menikmati produk lokal selain produk olahan makanan yang tersedia di obyek wisata Sanur. Motivasi wisatawan lebih dominan mengunjungi daerah lain karena keunikan atau hal yang berbeda yang mereka tidak dapatkan di negara asalnya seperti buah lokal. Penyajian buah lokal dengan promosi pengenalan buah lokal dilakukan pemerintah yang bekerja sama dengan masyarakat (petani buah) dan pihak swasta. Upaya yang dilakukan dengan menggunakan buah lokal pada event-event promosi pariwisata seperti adanya festival gebogan buah yang dilakukan di beberapa daerah di Bali yang menggunakan buah lokal untuk konsumsi wisatawan di hotel, restaurant dan industri food and beverage lainnya. Menurut pihak hotel konsumsi buah lokal pada hotel berbintang di Kawasan Sanur lebih banyak wisatawan yang menyukai buah manggis, salak, markisa dan rambutan. Hal ini dikarenakan tesktur buah dan rasa yang tidak sama dengan buah impor. Buah-buahan ini juga banyak dikembangkan di sentra produksi yang tersebar di Indonesia pada Tabel 1.1. buahbuahan seperti markisa dan rambutan merupakan buah musiman atau buah yang
11
hanya ada pada periode/musim tertentu sehingga wisatawan diberikan informasi oleh staff hotel untuk ketersediaan buah-buahan tersebut. Saat musim buahbuahan biasanya pihak hotel menyediakan makanan atau minuman special drink untuk seasonal fruit dan menambahkan pada sajian complimantary fruit basket. Kontribusi penyerapan buah lokal pada hotel berbintang salah satunya pada penyajian complimentary fruit basket. Pihak hotel pada umumnya menyiapkan complimentary fruit basket dengan menggunakan beberapa jenis buah lokal yang ditata dengan menyelipkan greeting card sebagai tanda selamat datang kepada tamu yang menginap di hotel tersebut. Penyajian fruit basket berdasarkan request dari Front Office dengan data jumlah kamar yang check in pada saat itu, adanya VIP Guest dan beberapa request khusus dari tamu. Penyajian buah lokal sebagai konsumsi wisatawan dengan cara penyajian buah lokal fresh dalam bentuk fruit basket dan welcome drink saat tamu check in, mix juice¸ fruit cocktail dan fresh blended juice, hidangan pencuci mulut (dessert), garnish makanan dan fruit cutting untuk buffet. Upaya promosi dan pengenalan buah lokal dilakukan dengan adanya peran serta staf pada hotel di Kawasan Sanur dalam memberikan education kepada tamu tentang nama buah, manfaat dan keunikan buah lokal, selain itu adanya memo dari GRO (Guest Relation Officer) juga sangat membantu memberikan penjelasan kepada tamu. Terserapnya buah lokal di industri pariwisata dianggap memberi dampak yang sangat besar. Industri pariwisata memberikan peluang bagi petani buah untuk menghasilkan buah sebagai konsumsi wisatawan yang secara tidak lagsung dapat meningkatkan taraf hidup petani, mengurangi biaya buah import dan
12
menumbuhkan rasa cinta buah lokal. Hotel pada umumnya menggunakan buah lokal karena buah lokal lebih segar dibandingkan buah impor, buah lokal tidak melewati perjalanan yang terlalu panjang dan buah lokal dipetik dari kebun dalam kondisi yang relatif matang dan langsung dipasarkan yang berbeda dengan buah impor melalui proses pengiriman yang panjang serta pengemasan yang menggunakan pengawet sehingga membuat vitamin dan nutrisi yang terkandung berkurang. Adanya alur distribusi yang panjang juga berdampak pada harga buah impor lebih mahal dibandingkan dengan buah lokal, karena hotel menyajikan buah setiap hari akan berdampak pada pengeluaran/ cost pada hotel tersebut. Penyajian buah sehari-hari juga dapat memperkenalkan keunikan buah lokal yang dimiliki Indonesia pada wisatawan dan menumbuhkan rasa cinta terhadap produk lokal. Penyajian buah lokal pada hotel berbintang di Kawasan Sanur menyajikan buah lokal yang tidak bergantung pada musim untuk memudahkan penyajian dalam operasional sehari-hari. Keunikan-keunikan buah lokal sangat diharapkan kedepannya meningkat terserapnya buah lokal di industri pariwisata kawasan Sanur. Terserapnya buah lokal didukung dengan adanya Peraturan Daerah (Perda) Perlindungan Buah Lokal diharapkan ditindaklanjuti oleh Pemprov Bali dan Pemkab/Pemkot se-Bali dengan mengimplementasikan ketentuan dalam Perda Provinsi Bali No. 3 Tahun 2013 itu secara nyata di lapangan. Keberadaan perda ini dinilai strategis dalam upaya meningkatkan kesejahteraan petani lokal Bali yang saat ini kondisi perekonomiannya masih terpuruk. Konsep tersebut bisa berjalan dengan upaya Pemerintah Daerah wajib membuat regulasi yang mampu mengikat pengusaha di
13
sektor pariwisata itu untuk memanfaatkan produk pertanian lokal tersebut. Pemerintah Daerah harus mengembangkan konsep pembangunan pertanian dari hulu ke hilir. Pihak petani berproduksi kemudian pemerintah bekerja sama dengan pengusaha mengemas produk itu menjadi lebih menarik dan memiliki nilai jual tinggi yang selanjutnya disalurkan ke sebuah pasar khusus. Alur distribusi melalui pasar buah akan mendatangkan keuntungan bagi semua pihak. Pasar buah menjadi sebuah sarana promosi yang efektif terlebih tempat tersebut lebih permanen serta memberikan kenyamanan bagi pengunjung. Mereka akan membelanjakan uangnya lebih banyak karena kita mampu memuaskan pelancong dengan fasilitas yang lebih baik dari kondisi sekarang ini. Kegiatan ini dapat menghemat miliaran uang untuk melaksanakan promosi yang dilakukan pemerintah sekaligus ada manfaat yang luar biasa bagi masyarakat sekitar. Masyarakat sudah mengenal produk buah negaranya maka dirinya akan dapat membandingkan mana yang lebih manis, lezat, gurih atau nikmat buah lokal atau impor. Kegiatan ini membuat masyarakat memilih dan cinta akan produksi pertanian Indonesia lebih tinggi dibanding dengan produk luar negeri atau impor.6 Keberadaan pasar yang memungkinkan terserapnya buah lokal adalah destinasi pariwisata karena memiliki banyak hotel dan dikunjungi oleh banyak wisatawan merupakan salah satu target yang bisa disasar untuk pemasaran hasil produksi dari petani. Permasalahan yang terjadi kebanyakan membanjiri pasar lokal pada saat panen raya dimana eksistensi buah lokal di industri pariwisata memiliki pertimbangan dari pendapat pelaku industri pariwisata untuk 6
Ginting Kalvin. 8 Mei 2013.”Meningkatkan Dayasaing Buah Lokal di Tanah Karo”.Harian Orbit, 8 Mei 2013. [Diunduh tanggal 25 Januari 2015]. Sumber URL: http://www.harianorbit.com/meningkatkan-dayasaing-buah-lokal-di-tanah-karo/.
14
dipergunakan dalam operational dikarenakan kualitas yang kurang memadai, ketiadaan kontinuitas dan volume yang tidak mencukupi. Upaya mengoptimalkan penyajian buah lokal dalam industri pariwisata dilakukan dengan cara menggunakan buah lokal yang tidak musiman sehingga hotel dapat menggunakan buah lokal tanpa harus menunggu musim panen. Produksi buah lokal yang nantinya akan memasuki area pasar bebas (ekonomi pasar global) akan menghadapi persaingan yang tidak mudah, hal ini dikarenakan permintaan pasar yang menghendaki buah-buahan yang bermutu tinggi sesuai dengan standar mutu yang ditetapkan, volume produksi buah yang memenuhi kebutuhan pasar, alur distribusi buah yang tepat pada waktu yang disepakati dan adanya ketersediaan buah-buahan yang berkelanjutan. Hal demikian diutarakan dalam Bali Promosi oleh Ketua PHRI Denpasar, IB Sidartha Putra tidak keberatan untuk menyerap hasil petani lokal dan mengurangi penggunaan produk impor asal produk yang dihasilkan petani lokal dapat tersedia sesuai kebutuhan dengan kualitas yang cukup baik. Permasalahan dari segi petani buah lokal mengalami permasalahan dengan pembayaran yang ditunda antara 1- 3 bulan oleh pihak Industri pariwisata, karena setiap pembayaran itu akan dipergunakan sebagai modal oleh petani dalam mengembangkan buahbuahan setelah panen.7 Permasalahan yang terjadi sebaiknya ada tindak lanjut dari pemerintah dalam hal peminjaman modal pengembangan pertanian buah lokal dan diadakan nya pelatihan dalam pemberian penyuluhan. Pelatihan bertujuan untuk 7
Eka.2014.”PHRI Denpasar Siap Serap Buah Lokal”.Bali Promosi, 22 -28 Agustus 2014, hal:6 kol.3.
15
meningkatkan kuantiti buah lokal masa panen serta memberikan solusi dalam setiap permasalahan yang dihadapi petani lokal. Kegiatan pelatihan bisa menjawab permasalahan yang dihadapi petani diharapkan kedepannya dengan adanya buah lokal dapat mempromosikan kekayaan budaya kuliner lokal kepada para wisatawan. Upaya peminjaman modal untuk petani buah dibantu dengan ada integrasi komplementari antara pariwisata dan pertanian melalui data base yang akurat dan komprehensif tentang potensi produk pertanian dan penyerapan produk pertanian lokal di industri pariwisata Bali. Sumber data base membantu pemerintah memetakan kebutuhan produk pertanian, pihak hotel dan restoran di Bali. Pemetaan itu diharapkan mempunyai data pasti sehingga ada link and match antara apa yang dibutuhkan industri pariwisata dan produk pertanian yang akan dikembangkan. Selain itu, komponen atau stakeholder pariwisata juga harus dilibatkan dalam merancang Perda, sedangkan hotel-hotel besar sudah mulai mengembangkan community based development dengan melibatkan petani disekitar atau melakukan kegiatan pertanian dan hasilnya diserap di hotel.8 Alur distribusi petani buah untuk menjual buah lokal kepada pihak hotel dibantu oleh supplier buah. Pihak hotel sebelumnya telah mengadakan market survey kepada beberapa supplier buah dan mengadakan perjanjian dalam bentuk mutu buah yang menjadi permintaan hotel dan sistem pembayaran setiap bulan nya. Pengiriman buah dari supplier buah ke pihak hotel dapat dilihat dari fisik
8
Eka. 2014.”Buah Lokal Makin Dijauhi”. Majalah Bali Post,14-20 Juli 2014, hal 10.
16
buah yang dikirim apakah dalam katagori ukuran besar, sedang, kecil dan sangat kecil sesuai dengan request pihak hotel. Permasalahan dalam operational hotel terjadi pada ketersediaan buah lokal yang biasanya menjadi permintaan tamu seperti manggis, markisa dan beberapa buah musiman. Wisatawan tertarik dengan buah-buahan tersebut karena buahbuahan tersebut menjadi buah ekspor Indonesia. Permasalahan pada petani buah dengan buah-buahan musiman tersebut sangat menyulitkan memperoleh buah musiman tersebut disaat tidak musimnya serta sistem pembayaran hotel dengan sistem credit menjadi ancaman bagi petani dalam modal keberlanjutan dalam memproduksi buah lokal. Ancaman dalam penyajian buah lokal dapat disimpulkan bahwa komoditas pertanian buah yang memiliki banyak manfaat sekaligus memiliki ancaman dalam penyediaannya. Buah lokal memiliki penggolongan ancaman berdasarkan sumber ancamannya yaitu ancaman yang berasal dari dalam negeri dan luar negeri. Ancaman yang berasal dari dalam negeri antara lain rendahnya pengetahuan berbasis pertanian di kalangan petani buah lokal secara umum, kurangnya penyediaan sarana dan prasarana pertanian buah mulai dari pra panen hingga pascapanen, kurangnya penyuluhan produk hortikultura dari pemerintah, berkurangnya lahan pertanian buah di Indonesia, perubahan iklim yang ekstrem, beralihnya fungsi lahan pertanian menjadi pemukiman akibat bertambahnya jumlah penduduk Indonesia dan kurangnya pengawasan serta rendahnya peran pemerintah dalam melindungi produk buah lokal. Ancaman terbesar dari dalam negeri yaitu adanya anggapan masyarakat bahwa dengan mengonsumsi atau
17
membeli buah impor merupakan hal yang keren atau berkelas, terbukanya perdagangan pasar internasional, tingginya mutu buah yang berasal dari luar negeri, penggunaan teknologi canggih dalam pengolahan buah impor, dan ketersediaan produksi buah impor yang melimpah Dari permasalahan diatas, pemanfaatan buah lokal di industri pariwisata namun belum secara maksimal, hal ini dikarenakan karena sifat buah lokal yang kebanyakan musiman, sehingga pihak hotel kesulitan menyajikan buah yang sama setiap harinya. Ketersedian buah lokal yang pada umumnya bersifat musiman akan menjadi bomerang saat pihak hotel berupaya memperkenalkan produk buah lokal yang dimiliki di Indonesia. Solusi permasalahan tersebut, ada beberapa hotel memberikan notes kepada tamu tentang nama dan manfaat buah lokal yang disajikan dan menggunakan variasi buah lokal yang tidak bergantung pada musim. Strategi pemanfaatan ini bertujuan untuk memperkenalkan buah lokal kepada wisatawan jenis buah lokal yang dimiliki dan dikembangkan di Indonesia serta meminimalkan penyajian buah import dan mengurangi cost dalam operational hotel. 1.2
Rumusan Masalah Dari identifikasi masalah melalui latar belakang diatas, maka dapat
dirumuskan rumusan masalah yang dijadikan acuan dalam penelitian ini, yaitu: 1.
Jenis buah lokal apa saja yang dominan disajikan pada operasional hotel berbintang di kawasan pariwisata Sanur?
2.
Faktor-faktor apa saja yang menjadi alasan pihak hotel dalam penyajian buah lokal hotel berbintang di kawasan pariwisata Sanur?
18
3.
Apa saja hambatan-hambatan yang dialami pihak hotel dalam penyajian buah lokal dalam operasional hotel berbintang di kawasan pariwisata Sanur?
1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan pokok-pokok permasalahan diatas, penelitian ini memiliki tujuan umum yaitu untuk mendeskripsikan faktor-faktor yang mempengaruhi penyajian buah lokal di hotel berbintang kawasan Sanur. Sedangkan tujuan khusus dari penelitian ini dapat dipaparkan sebagai berikut : 1.
Untuk mengetahui jenis buah lokal yang dominan disajikan saat operational hotel berbintang di kawasan pariwisata Sanur.
2.
Untuk mengetahui faktor-faktor yang menjadi alasan pihak hotel dalam penyajian buah lokal pada hotel berbintang di kawasan pariwisata Sanur.
3.
Untuk mengetahui hambatan-hambatan yang dialami pihak hotel dalam penyajian buah lokal dalam operasional pada hotel berbintang di kawasan pariwisata Sanur.
1.4 Manfaat Penelitian Dari tujuan penelitian diatas maka manfaat penelitian ini sebagai berikut : 1.
Manfaat Akademik Untuk mengaplikasikan pengembangan ilmu pengetahuan di Pasca Sarjana
Kajian Pariwisata dengan kondisi yang terjadi di lokasi penelitian. 2.
Manfaat Praktis Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat berkaitan dengan
pemanfaatan buah lokal bagi industri pariwisata khususnya hotel berbintang di kawasan pariwisata Sanur agar secara maksimal memanfaatkan buah lokal untuk
19
disajikan kepada wisatawan dan dapat mengatasi hambatan yang ada selama penyajian buah lokal dalam operasional hotel. Penyajian buah lokal dapat dikemas secara maksimal dalam operasional akan meningkatkan kuantitas buah lokal yang diperlukan di hotel. Bertambahnya kuantitas buah lokal agar menjadi perhatian bagi petani tentang kriteria buah lokal yang sesuai dengan permintaan industri pariwisata sehingga dianggap perlu adanya perencanaan pengembangan agribisnis dengan mengikuti penyuluhan dari pemerintah.