BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Corporate governance telah menjadi fenomena yang hangat dibicarakan dan memicu berbagai penelitian mengenai kualitas pelaksanaannya oleh perusahaan-perusahaan, khususnya perusahaan yang telah go public. Hal ini disebabkan karena meningkatnya kesadaran akan peran pentingnya dari corporate governance yang merupakan mekanisme kunci untuk melindungi kepentingan pemegang saham sebagai pemilik perusahaan. Fenomena mengenai corporate governance perlu menjadi perhatian dalam dunia usaha saat ini. Selain sudah menjadi bagian dari konsep kesatuan usaha juga menjadi keharusan dalam sebuah perusahaan untuk menerapkan prinsip-prinsip corporate governance dengan baik. Hal ini sesuai dengan penandatanganan perjanjian Letter of internt (LOI) dengan IMF tahun 1998, yang salah satu isinya adalah pencantuman jadwal perbaikan pengelolaan perusahaan di Indonesia (Sutedi,2012). Dunia usaha saat ini yang terus berkembang telah mendorong setiap pelaku usaha untuk mengembangkan dan mentransformasi struktur usaha dan perusahaan mereka demi efektivitas, efisiensi dan profitabilitas yang diharapkan. Namun hal tersebut masih menyisakan potensi konflik kepentingan yang jika tidak dikelola dengan baik akan berujung pada penurunan kinerja yang tidak diharapkan. Pentingnya corporate governance telah diatur dalam Keputusan 1
2
Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor: KEP–117/M–MBU/2002 tentang penerapan praktek good corporate governance pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Dengan demikian, GCG merupakan suatu tanggung jawab yang harus dilaksanakan oleh perusahaan, bukan suatu konsep yang sifatnya musiman. Penelitian mengenai pengaruh corporate governance terhadap kinerja keuangan perusahaan sudah banyak dilakukan di Indonesia. Meskipun ada beberapa penelitian yang menggunakan variabel berbeda tapi mempunyai maksud yang sama. Penelitian empiris awal dilakukan oleh Sekaredi (2011), menemukan adanya pengaruh indikator mekanisme corporate governance (dewan direksi, dewan komisaris, dewan komisaris independen, kepemilikan institusioanal dan komite audit) berpengaruh positif tidak signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan, sedangkan terhadap kinerja operasional berpengaruh negatif signifikan. Penelitian Febriyanto (2013), menemukan adanya pengaruh positif antara pemahaman good governance terhadap kinerja perusahaan. Kinerja keuangan perusahaan merupakan capaian hasil kerja oleh perusahaan dalam periode tertentu yang mencerminkan tingkat kesehatan di bidang keuangan yang ditunjukkan dalam laporan keuangan perusahaan. Hubungan antara corporate governance dan kinerja keuangan perusahaan sangat berpengaruh, jika dilihat dari kondisi krisis ekonomi yang pernah terjadi di negara-negara Asia yaitu lemahnya penerapan good corporate governance. Hal ini diharapkan akan menjadikan konsep GCG di Indonesia dapat meningkatkan profesionalisme dan kesejahteraan pemegang saham tanpa mengabaikan
3
kepentingan stakeholder, yang akan berdampak pada kinerja keuangan (Sutedi,2012;2). Indikator dalam penelitian ini difokuskan pada jumlah dewan direktur, proporsi komisaris dewan independen, kepemilikan manajerial, institusional ownership dan debt to equity ratio. Hal ini karena kelima indikator corporate governance dalam penelitian terdahulu masih ada hasil yang tidak konsisten antara hasil penelitian satu dengan yang lain dengan variabel yang sama sehingga fenomena ini menjadi topik yang penting untuk diteliti kembali. Dalam hubungannya dengan kinerja keuangan perusahaan, laporan keuangan sering dijadikan sebagai dasar penilaian kinerja perusahaan. Rasio Tobin’s Q inilah yang nantinya akan memberikan gambaran bagi manajemen untuk melakukan penilaian investor terhadap kinerja perusahaan dan prospeknya dimasa yang akan datang, karena salah satu rasio yang sering dilihat investor adalah rasio Tobin’s Q. Rasio Tobin’s Q merupakan rasio yang digunakan untuk menunjukkan estimasi pasar keuangan saat ini tentang nilai hasil pengembalian dari setiap investasi yang dilakukan. Jika rasio-q diatas satu, maka estimasi dalam aktiva menghasilkan laba yang memberikan niai yang lebih tinggi daripada pengeluaran investasi. Jika rasio-q dibawah satu, maka investasi dalam aktiva tidak bisa menarik investor baru untuk berinvestasi, karena dari laba perusahaan yang berkembang akan mempengaruhi besarnya respon pasar (Febrianto,2013). Sebagai rasio untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan, menurut Bukhori (2012), rasio Tobin’s Q dapat menjelaskan hubungan antara kepemilikan
4
manajemen dan nilai perusahaan, hubungan antara kinerja manajemen dengan keuntungan serta deviden dan kompensasi. Bukhori (2012), menyatakan bahwa rasio ini dinilai bisa memberikan informasi yang baik, karena dapat menjelaskan berbagai fenomena dalam kegiatan perusahaan, seperti terjadinya perbedaan pendapat dalam pengambilan keputusan investasi, hubungan antara kepemilikan saham manajemen dan nilai perusahaan. Atmaja (2013), menyatakan bahwa asas GCG bisa dijadikan landasan bagi implementasi strategi untuk menciptakan nilai bagi pemegang saham perusahaan secara berkesinambungan. Jika dilihat dari prespektif keuangan, penerapan transparansi bisa membantu perusahaan dalam memperoleh modal dengan lebih murah karena kreditor atau investor merasa lebih aman. Menurut McKinsey Investor Opinion Survey (1999-2000) aspek keterbukaan merupakan faktor penting bagi investor institusi dalam membeli saham dan obligasi perusahaan. Penerapan 5 asas GCG dalam kehidupan perusahaan secara konsisten akan meningkatkan nilai perusahaan secara berkesinambungan. Menurut Ketua Dewan Komisaris OJK Hadad Muliaman (2014), emiten yang tercatat di BEI tahun 2013 telah menerapkan GCG dengan baik sesuai dengan roadmap GCG yang diterbitkan OJK yaitu terjaganya industri keuangan dengan baik. Tetapi disisi lain OJK masih dihadapkan dengan masalah tata kelola perusahaan. OJK berupaya memperbaiki dengan membuat beberapa inisiatif penyusunan peraturan pasar modal, mulai dari pengembangan produk investasi.
5
Inisiatif tersebut diharapkan dapat membangun industri keuangan yang lebih sehat dan kuat. Menurut Ketua KNKG, Nisaputra (2014), jika Indonesia tidak melaksanakan GCG lebih baik lagi maka kedepannya bisa terjadi masalah terutama di bisnis dalam pengelolaanya. Hal ini ditegaskan oleh ketua KNKG bahwa semua masalah ada di governance. Sehingga kedepannya pemimpin bangsa harus bisa mengatasi permasalahan governance, selain mengembangkan bisnis juga untuk pemerataan perekonomian nasional dengan baik. Masalah penyimpangan lain juga terjadi di negara Jepang, yaitu masalah Olympus
tahun
2011,
produsen
kamera
asal
Jepang
mengaku
telah
menyembunyikan kerugian investasi di perusahaan sekuritas selama beberapa tahun. Olympus juga telah menggunakan dana akuisisi untuk menutupi kerugiannya. Presiden Direktur Shuichi Takayama menuding Tsuyoshi Kikukawa yang mundur dari jabatan presiden dan komisaris sebagai pihak yang bertanggung jawab. Sedangkan Wakil Presiden Direktur Hisashi Mori dan auditor internal Hideo Yamada bertanggung jawab sebagai pihak yang menutup-nutupi. Pengumuman tersebut membuat saham perusahaan turun 29% ke posisi terendah dalam 16 tahun terakhir. Perusahaan ini juga sudah kehilangan 70% nilai pasarnya yang setara Rp 5,1 triliun, karena masalah investasi bodong (Taqiyyah,2012). Penelitian ini mengambil data dari perusahan manufaktur go public di BEI tahun 2013. Yang sebelumnya menggunakan perusahaan yang berbeda yaitu
6
perusahaan LQ-45 tahun 2005-2009. Alasan menjadikan perusahaan manufaktur sebagai penelitian karena: (1) perusahaan manufaktur harus memberikan informasi yang jelas kepada publik dibandingkan dengan perusahaan yang tidak terdaftar di BEI dan perusahaan tersebut telah mendaftarkan laporan keuangannya kepada BAPEPAM-LK dan dipublikasikan. Sesuai dengan ketentuan SK Menteri Keuangan No. 1199/KMK.031/1991, yang dapat melakukan kegiatan go public adalah emiten yang sudah mendaftarkan pada BAPEPAM untuk menjual efek kepada masyarakat dan pernyataan pendaftarannya sudah efektif. (2) Lebih banyaknya jumlah perusahaan manufaktur dibandingkan perusahaan jenis lainnya dan saham emiten yang paling aktif diperdagangkan di bursa 70% merupakan perusahaan manufaktur 30% perusahaan lainnya, dengan banyaknya jumlah perusahaan berarti menandakan perusahaan tersebut berkualitas namun cenderung hanya ingin meningkatkan profitabilitasnya dan mengesampingkan prinsipprinsip good corporate governance (3) laba perusahaan manufaktur cenderung fluktuatif dari tahun ke tahun. Berdasarkan uraian diatas dapat sangat penting dalam menguji kembali kinerja keuangan perusahaan maka penulis dalam menyusun laporan skripsi mengambil judul “Pengaruh Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Go Public Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2013)”
7
B. Rumusan Masalah 1. Apakah jumlah dewan direktur berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan? 2. Apakah proporsi komisaris independen berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan? 3. Apakah kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan? 4. Apakah institusional ownership berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan? 5. Apakah debt to equity ratio berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan? 6. Apakah corporate governance berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan menguji pengaruh corporate governance (JDD, PKI, KM, IO dan DER) terhadap kinerja keuangan perusahaan. D. Manfaat Manfaat yang diharapkan dari penelitian in antara lain: a. Bagi Perusahaan Penelitian ini diharapkan dapat memberikan konstribusi bagi perusahaan untuk menerapkan corporate governance dalam upaya untuk menciptakan nilai tambah (value added).
8
b. Bagi Investor Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan oleh investor yang akan berinvestasi ke perusahaan yang telah menerapkan good corporate governance, serta dapat menilai dari berbagai aspek seperti keunggulan dan kelemahan perusahaan yang menerapkan good corporate governance. c. Bagi Akademik Penelitian ini diharapkan memberikan konstribusi terhadap akademis berupa pengembangan teori terutama yang berkaitan dengan akuntansi keuangan dan pasar modal. Dan dapat dijadikan sebagai acuan dalam melakukan penelitian selanjutnya dengan menambahkan variabel lain dari corporate governance.