BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Peneitian
Laporan Keuangan merupakan media komunikasi antara manajemen (intern perusahaan) dengan pihak luar perusahaan. Laporan keuangan dirancang untuk memberikan informasi - informasi dan pengukuran ekonomi mengenai sumber daya dan kinerja yang dimiliki suatu perusahaan pada pihak ketiga yaitu investor dan kreditor serta pihak manajemen untuk evaluasi kinerja guna pengambilan kebijakan manajemen yang akan datang. Sekarang laporan keuangan merupakan salah satu instrumen penting dalam mendukung keberlangsungan suatu perusahaan, utamanya perusahaan yang telah go public. Perkembangan pasar modal di Indonesia berdampak peningkatan permintaan akan audit laporan keuangan. Setiap perusahaan yang go public diwajibkan untuk menyampaikan laporan keuangan yang disusun sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan dan telah diaudit oleh akuntan publik yang terdaftar di Badan Pengawas Pasar Modal. Perkembangan ini mengakibatkan permintaan akan audit laporan keuangan yang semakin meningkat. Hasil audit atas perusahaan publik mempunyai konsekuensi dan tanggung jawab yang besar. Penyajian informasi didalam laporan keuangan dapat bermanfaat bilamana disajikan secara akurat dan tepat waktu pada saat dibutuhkan oleh pemakai laporan keuangan. Nilai dan ketepatan waktu pelaporan keuangan merupakan 1
2
faktor penting bagi kemanfaatan laporan keuangan. Menurut Suwardjono (2002:170), ketepatwaktuan informasi mengandung pengertian bahwa informasi tersedia sebelum kehilangan kemampuannya untuk mempengaruhi atau membuat perbedaan dalam keputusan. Dengan demikian, informasi yang memiliki prediksi tinggi dapat menjadi tidak relevan apabila tidak tersedia pada saat dibutuhkan. Menurut Belkaui (2001) dalam Arif Wicaksono (2009:3) laporan keuangan merupakan suatu sumber informasi yang berperan penting dalam pengambilan keputusan
dan
bertujuan
sebagai
media
bagi
perusahaan
untuk
mengkomunikasikan berbagai informasi dan pengukuran secara ekonomis mengenai kinerja keuangan, perubahan posisi keuangan, arus kas, serta sumber daya yang dimiliki perusahaan kepada berbagai pihak yang mempunyai kepentingan atas informasi tersebut. Bagi yang berkepentingan dengan kondisi keuangan perusahaan, informasi yang akurat dan tepat waktu sangat penting, karena turut menentukan langkah yang akan diambilnya. Salah satu kewajiban perusahaan manufaktur yang sudah go public adalah mempublikasikan laporan keuangan yang telah disusun dengan standar akuntansi keuangan dan telah diaudit oleh akuntan publik yang terdaftar dalam Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam). Auditor memiliki tanggung jawab yang besar dan tentunya hal ini membuat auditor untuk bekerja secara lebih profesional. Salah satu kriteria profesionalisme auditor tampak dalam ketepatan waktu penyampaian laporan auditannya (Imam Subekti dan Novi Wulandari, 2004 dalam Supriyati,2007:109).
3
Ketepatan waktu penyusunan atau pelaporan suatu laporan audit atas laporan keuangan perusahaan bisa mempengaruhi pada nilai laporan keuangan tersebut. Keterlambatan informasi akan menimbulkan reaksi negatif dari perilaku pasar modal, karena laporan keuangan auditan yang di dalamnya memuat informasi penting, seperti laba yang dihasilkan perusahaan bersangkutan dijadikan sebagai salah satu dasar pengambilan keputusan untuk membeli atau menjual kepemilikan yang dimiliki oleh investor, artinya informasi laba dari laporan keuangan yang dipublikasikan akan menyebabkan kenaikan atau penurunan harga saham. Jarak
waktu
antara
akhir
periode
akuntansi
dengan
tanggal
ditandatanganinya laporan audit dapat mempengaruhi ketepatan waktu informasi tersebut dipublikasikan (Supriyati Yuliasri Rolinda, 2007:110), dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ketetapan waktu pelaporan merupakan catatan pokok laporan yang memadai. Pemakai informasi tidak hanya perlu memiliki informasi keuangan yang relevan dengan prediksi dan pembuatan keputusannya, tetapi informasi harus bersifat baru. Laporan keuangan seharusnya disajikan pada interval waktu untuk menjelaskan perubahan yang terjadi dalam perusahaan yang mungkin mempengaruhi pemakai informasi dalam membuat prediksi dan keputusan. Standar audit, menurut Generally Accepted Auditing Standards (GAAS), khususnya standar umum ketiga menyatakan bahwa audit harus dilaksanakan dengan penuh kecermatan dan ketelitian. Selain itu, standar pekerjaan lapangan memuat pernyataan bahwa audit harus dilaksanakan dengan perencanaan yang
4
matang dan pengumpulan alat-alat pembuktian yang cukup memadai (Yugo Trianto, 2006:2). Hal ini yang kadang menyebabkan lamanya suatu proses pengauditan dilakukan, sehingga publikasi laporan keuangan yang diharapkan secepat mungkin menjadi terlambat. Perbedaan waktu antara tanggal laporan keuangan dengan tanggal opini audit dalam laporan keuangan mengindikasikan tentang lamanya waktu penyelesaian audit yang dilakukan oleh auditor, kondisi ini sering disebut sebagai Audit Delay. Audit Delay adalah lamanya waktu penyelesaian audit yang diukur dari tanggal penutupan tahun buku hingga tanggal diselesaikannya laporan audit independen (Wiwik Utami, 2006:4). Audit Delay yang melewati batas waktu ketentuan BAPEPAM, tentu berakibat pada keterlambatan publikasi laporan keuangan.
Keterlambatan
publikasi
laporan
keuangan
tersebut
dapat
mengindikasikan adanya masalah dalam laporan keuangan emiten, sehingga memerlukan waktu yang lebih lama dalam penyelesaian audit. Menurut penelitian Subekti dan Widiyanti (2004) menyebutkan bahwa pada tahun 2001 rata-rata waktu tunggu pelaporan ke Bapepam-LK dari waktu antara tanggal laporan sampai tanggal opini auditor membutuhkan waktu 98 hari. Jika hal ini dilihat dari batas waktu 90 hari yang ditetapkan Bapepam-LK, terlihat masih banyak perusahaan publik yang belum patuh terhadap peraturan informasi di Indonesia. Pentingnya mengkaji mengenai rentang waktu dan keterlambatan penerbitan laporan keuangan yang telah diaudit telah menjadi fenomena yang cukup menarik untuk diamati dan diteliti. Tabel 1.1 menyajikan fakta
5
keterlambatan penyampaian laporan keuangan emiten tahun 2001-2010 ke Bapepam-LK. Tabel 1.1 Jumlah Emiten Yang Terlambat Menyampaikan Laporan Keuangan Auditan Tahun
Jumlah Emiten
2001
64
2002
86
2003
81
2004
67
2005
160
2006
170
2007
183
2008
111
2009
50
2010
40
Sumber : http//www.okezone.com/bapepam-denda-emiten, (2011) Pada tahun 2011 Bapepam-LK telah menjatuhkan sanksi denda terhadap 50 emiten total sebesar Rp 1,029 miliar pada dua bulan pertama 2011. Para emiten dan perusahaan publik itu dikenakan sanksi administratif karena terlambat menyerahkan laporan realisasi penggunaan dana, laporan keuangan tengah tahunan dan tahunan, serta laporan hasil pemeringkat efek. Sanksi yang dikenakan emiten atau perusahaan publik tersebut yakni denda sebesar Rp 1 juta per hari dari setiap keterlambatannya menyerahkan laporan tersebut. Ke-50 emiten tersebut
6
mendapat sanksi denda dari Rp 3 juta hingga Rp 94 juta. Denda diberikan kepada emiten dan perusahaan publik yang paling banyak telat melaporkan laporan keuangan
tahunan
dan
laporan
keuangan
tengah
tahunan.
(www.
mediaindonesia.com/50 emiten). Berdasarkan paparan tersebut, penelitian ini bermaksud mengkaji mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi panjang pendeknya audit delay. Beberapa penelitian mengenai audit delay sebelumnya telah dilakukan. Penelitian ini merupakan kelanjutan dari penelitian-penelitian terdahulu yang telah memperoleh simpulan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi audit delay. Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi audit delay, seperti ukuran perusahaan, opini auditor, ROA, DAR, dan ukuran KAP. Ukuran Perusahaan adalah besar kecilnya suatu perusahaan yang di ukur dari besarnya total asset atau kekayaan yang dimiliki oleh suatu perusahaan. Di mana menurut Mas’ud Machfoedz (1994:56) Ukuran Perusahaan dikategorikan menjadi tiga yaitu: 1) Perusahaan Besar, 2) Perusahaan Menengah, 3) Perusahaan Kecil. Hasil penelitian Sistya Rachmawati (2008:8), menunjukan bahwa Ukuran Perusahaan memiliki pengaruh signifkan terhadap Audit Delay yang berarti bahwa semakin besar Ukuran Perusahaan maka semakin pendek Audit Delay dan sebaliknya semakin kecil Ukuran Perusahaan makan semakin panjang Audit Delay. Hal ini disebabkan karena perusahaan besar biasanya memiliki sistem pengendalian internal yang baik, sehingga dapat mengurangi tingkat kesalahan dalam penyusunan laporan keuangan yang memudahkan auditor dalam melakukan audit laporan keuangan. Namun, hal ini berbeda dengan pendapat Boynton dan
7
Kell (1996:152) dan Wiwik Utami (2006:5) yang berpendapat bahwa, ”Audit Delay akan semakin lama apabila Ukuran Perusahaan yang akan di audit semakin besar”. Ini berkaitan dengan semakin besar perusahaan maka semakin banyak jumlah sampel (anak perusahaan) yang harus diambil maka semakin luas juga prosedur audit yang dilakukan. Selain Itu penelitian Hernawati Pramesti (2012) , Novelia Sagita Indra (2012) dan Nyoman Sentosa Hardika (2013) juga menyatakan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap audit delay. Opini Auditor adalah pendapat yang diberikan oleh auditor independen atas laporan keuangan perusahaan. Hasil penelitian Yugo Trianto (2006) pada perusahaan go public tahun 2004 menemukan adanya hubungan positif antara Opini Auditor dengan Audit Delay. Pada perusahaan yang tidak menerima pendapat unqualified opinion akan menunjukan Audit Delay yang lebih panjang dibandingkan dengan perusahaan yang menerima pendapat unqualified opinion. Hal ini disebabkan karena peusahaan yang menerima pendapat selain unqualified opinion dianggap sebagai kabar buruk, sehingga penyampaian laporan keuangannya akan diperlambat. Menurut Hernawati Pramesti (2012) menyatakan tidak semua perusahaan yang mendapatkan opini selain unqualified opinion mengalami proses audit yang lebih panjang daripada perusahaan yang memperoleh opini unqualified opinion. Hal ini disebabkan auditor sudah mendapatkan cukup bukti untuk memperkuat opininya bahwa laporan keuangan perusahaan tersebut tidak memenuhi syarat untuk mendapatkan opini unqualified opinion. Penelitian Christine Dwi Karya Susilawati (2013) dan Nyoman Sentosa
8
Hardika (2013), juga menunjukan bahwa variabel Opini Auditor tidak berpengaruh signifikan terhadap Audit Delay. Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba selama periode tertentu. Penelitian yang dilakukan Yugo Trianto (2006) pada perusahaan go public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2004 telah membuktikan bahwa Profitabilitas mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Audit Delay. Hal ini terjadi karena perusahaan yang mengumumkan Profitabilitas yang relative rendah mengacu pada kemunduran publikasi laporan keuangan yang telah diaudit. Namun, penelitian Supriyati Yuliasri Rolinda (2007) mendapatkan hasil yang berbeda, hasil penelitiannya menunjukan bahwa Profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap Audit Delay karena tidak semua laporan keuangan yang memiliki profitabilitas rendah atau bahkan mengalami kerugian mengalami keterlambatan waktu pelaporan. Hal ini disebabkan antara pihak auditor dan manajemen perusahaan tidak banyak membutuhkan waktu untuk memperoleh kesepakatan dalam pelaporan hasil auditan yang akan diterbitkan, sehingga audit delay tidak terjadi. Hasil ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Christine Dwi Karya Susilawati (2013) dan Nyoman Sentosa Hardika (2013). Penyampaian laporan keuangan secara berkala dari segi regulasi di Indonesia menyatakan bahwa tepat waktu merupakan kewajiban bagi perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Pada tahun 1996, BAPEPAM mengeluarkan lampiran Keputusan Ketua Bapepem No.80/PM/1996, yang mewajibkan bagi setiap emiten dan perusahaan publik untuk menyampaikan
9
laporan keuangan tahunan perusahaan dan laporan audit independennya kepada BAPEPAM selambat-lambatnya 120 hari setelah tanggal laporan tahunan perusahaan. Sejak 30 September 2003, BAPEPAM semakin memperketat peraturan dengan dikeluarkannya lampiran Surat Keputusan Ketua BAPEPAM Nomor : Kep–36/PM/2003 yang menyatakan bahwa laporan keuangan tahunan disertai dengan laporan akuntan dengan pendapat yang lazim harus disampaikan kepada BAPEPAM selambat-lambatnya pada akhir bulan ketiga (90 hari) setelah tanggal laporan keuangan tahunan. Publikasi yang melebihi batas waktu yang disyaratkan Bapepam-LK menyebabkan audit delay yang akan mengindikasikan terdapat masalah dalam laporan keuangan sehingga memerlukan waktu yang lebih lama bagi auditor dalam menyelesaikan audit atas laporan keuangan emiten tersebut. Rasio solvabilitas perusahaan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi audit delay, rasio solvabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya, baik jangka pendek maupun jangka panjang apabila perusahaan dibubarkan. Penelitian Febriyanti (2011) menunjukan pengaruh signifikan antara rasio solvabilitas terhadap audit delay. Caslaw dan Kaplan (1991) dalam Febrianti (2011) “proporsi debt to asset rasio yang tinggi akan meningkatkan kegagalan perusahaan sehingga auditor akan meningkatkan perhatian bahwa ada kemungkinan laporan keuangan kurang dapat dipercaya, mengaudit hutang lebih membutuhkan banyak staff dan lebih rumit disbanding dengan mengaudit modal. Namun berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Aryati (2005). Ditengarai, perusahaan yang
10
memiliki
tingkat
solvabilitas
yang
rendah
cenderung
ingin
segera
mempublikasikan laporan keuangannya karena hal tersebut merupakan berita baik untuk pihak-pihak yang berkepentingan. Kantor Akuntan Publik adalah lembaga yang memiliki izin dari Menteri Keuangan sebagai wadah bagi akuntan publik dalam menjalankan pekerjaanya. Pengukuran Kantor Akuntan Publik dibagi menjadi dua yaitu KAP the big four dan KAP non the big four. Menurut Meylisa (2010) membuktikan bahwa besarnya KAP berpengaruh terhadap audit report lag dapat diterima. Hasil ini menunjukkan bahwa auditor yang mempunyai reputasi yang baik, dalam hal ini adalah KAP big four akan memberikan kualitas pekerjaan audit yang efektif dan efisien sehingga audit dapat diselesaikan secara tepat waktu. KAP big four memperoleh insentif lebih tinggi untuk menyelesaikan pekerjaan audit lebih cepat dibandingkan KAP lainnya. Waktu audit yang lebih cepat juga merupakan cara KAP big four mempertahankan reputasinya. KAP big four biasanya juga didukung oleh kualitas dan kuantitas sumber daya manusia yang lebih baik sehingga akan berpengaruh pada kualitas jasa yang dihasilkan. Hasil ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Novelia Sagita Indra (2012). Akan tetapi hasil penelitian Hernawati Pramesti (2012) menyatakan bahwa KAP tidak berpengaruh terhadap audit delay karena tidak semua KAP yang termasuk the big four melakukan audit lebih pendek daripada KAP non the big four. Hal ini disebabkan masing-masing KAP ingin menjaga reputasi dan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang lebih baik.
11
Pada penelitian ini, penulis mengacu pada beberapa jurnal, jurnal tersebut ditulis oleh Sulthoni (2012) berjudul “Determinan Audit Delay dan Pengaruhnya terhadap Reaksi Investor”, Modugu et al (2012) berjudul “Determinants Audit Delay in Nigerian Companies: Empirical Evidence”, Indriyani et al (2012) yang berjudul “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Audit Report Lag”, Ayoib (2008) yang berjudul “Audit Delay of Listed Companies: A Case of Malaysia”, Rachmawati (2008) yang berjudul
“Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal
Perusahaan terhadap Audit Delay dan Timeliness”, Novelia Sagita Indra (2012) yang berjudul “factor-faktor yang dapat menyebabkan audit delay semakin lama pada perusahaan property & dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2007-2010, Dari jurna-jurnal utama ini, terdapat beberapa variabel yang sama, seperti ukuran perusahaan, profitabilitas, solvabilitas, dan ukuran KAP. Di Nigeria, Modugu (2012) melakukan penelitian mengenai audit delay terhadap perusahaan-perusahaan publik di Nigeria selama periode 2009 sampai dengan 2011. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa multinasionalitas perusahaan, ukuran perusahaan, dan fee audit mempengaruhi audit delay. sedangkan debt to equity ratio, profitabilitas, ukuran KAP, dan jenis industri tidak mempengaruhi audit delay. Audit delay untuk masing-masing perusahaan membutuhkan waktu minimal 30 hari dan maksimal 276 hari untuk mempublikasikan annual report. Di Malaysia, Ayoib (2008) melakukan penelitian mengenai audit delay terhadap 343 perusahaan yang terdaftar di KLSE pada periode 1993. Rata-rata audit delay adalah 114 hari dengan minimal waktu audit delay 20 hari dan
12
maksimal waktu audit delay 442 hari. Determinan audit delay di Malaysia dipengaruhi oleh ukuran perusahaan, kompleksitas perusahaan, 9 directors’ shareholdings, ukuran KAP, opini audit, dan profitabilitas perusahaan. Dalam penelitian ini, objek sampel yang digunakan oleh penulis adalah perusahaan yang bergerak pada industri manufaktur makanan dan minuman. Hal ini didorong oleh beberapa alasan penting dimana factor-faktor yang menyebabkan audit delay tersebut dapat merugikan berbagai pihak khususnya bagi para investor dimana mereka harus mengambil keputusan di pasar modal tersebut dan ini sangat mempengaruhi perekonomian Indonesia terutama dalam hal moneter. Alasan lain mengapa penelitian ini membahas mengenai audit delay karena cukup banyak penelitian yang membahas mengenai audit delay dan penulis ingin mengetahui lebih dalam faktor-faktor yang dapat mempengaruhi audit delay tersebut , khususnya pada industri makanan dan minuman. Adapun perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu objek sampel yang diambil adalah perusahaan yang bergerak pada industri manufaktur yaitu perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2010 sampai dengan 2012. Selain itu, variabel yang digunakan pada penelitian ini mengkombinasikan beberapa variabel yang digunakan oleh peneliti-peneliti sebelumnya dari jurnal utama yang digunakan oleh penulis. Adapun variabel-variabel yang akan diuji dalam penelitian ini yaitu, Ukuran Perusahaan, Opini Auditor, Profitabilitas, Rasio Solvabilitas, dan Ukuran KAP. Penulis tertarik untuk meneliti kembali apakah hasil penelitian tersebut relevan bila diterapkan pada laporan keuangan auditan tahun 2010 sampai dengan
13
2012 dalam industri manufaktur makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka penulis akan melakukan
penelitian
dengan
judul
“Analisis
Faktor-Faktor
yang
Mempengaruhi Audit Delay pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2012”.
A.
Rumusan masalah penelitian Berdasarkan uraian di atas, maka masalah pokok yang akan diteliti dapat
dirumuskan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut: 1. Apakah ukuran perusahaan mempengaruhi audit delay? 2. Apakah opini auditor mempengaruhi audit delay? 3. Apakah Return on Asset mempengaruhi audit delay? 4. Apakah Debt to Asset Ratio mempengaruhi audit delay? 5. Apakah Ukuran KAP mempengaruhi audit delay?
14
B. Tujuan dan Kontribusi Penelitian 1. Tujuan penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut: 1.
Pengaruh ukuran perusahaan terhadap audit delay.
2.
Pengaruh opini auditor terhadap audit delay.
3.
Pengaruh Return on Asset terhadap audit delay.
4.
Pengaruh Debt to Asset Ratio terhadap audit delay.
5.
Pengaruh Ukuran KAP terhadap audit delay.
2.
Kontribusi Penelitian Sesuai dengan tujuan penelitian, maka kontribusi yang dapat digunakan untuk memperbaiki praktik yang ada menjadi lebih baik dari penelitian ini adalah:
1. Bagi akademisi, memberikan gambaran kepada akademisi mengenai faktorfaktor yang mempengaruhi audit delay atas laporan keuangan perusahaan, dan menambah wawasan akademisi, serta pengetahuan akademisi untuk penelitian selanjutnya. 2. Bagi penulis, untuk menambah wawasan dan pengetahuan mengenai variabel-variabel yang mempengaruhi audit delay pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan sebagai pemenuhan persyaratan akademik guna meraih gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Mercu Buana.
15
3. Bagi auditor, hasil penelitian dapat memberikan wawasan bagi auditor dan dapat dijadikan sebagai pedoman oleh auditor dalam proses pengauditan, sehingga membantu auditor dalam pengidentifikasian faktor-faktor yang mempengaruhi audit delay atas laporan keuangan perusahaan agar auditor dapat mengoptimalkan kinerjanya dalam proses pengauditan yang dapat berdampak pada ketepatan waktu dalam pelaporan keuangan auditan kepada publik, sehingga waktu penyelesaian laporan auditnya dapat tepat waktu. 4. Bagi praktisi, memberikan informasi bagi praktisi melalui bukti-bukti empiris dan analisis penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi audit delay.