BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka merupakan salah satu produk dari Sistem Informasi Kesehatan Kabupaten Kolaka yang dapat digunakan untuk melaporkan pemantauan dan evaluasi terhadap pencapaian hasil pembangunan
kesehatan,
termasuk
kinerja
dari
penyelenggaraan
pelayanan minimal di bidang kesehatan di Kabupaten. Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka Tahun 2014 adalah gambaran situasi kesehatan yang memuat berbagai data tentang hasil pencapaian pelaksanaan pembangunan kesehatan selama satu tahun yang memuat tentang data derajat kesehatan, sumber daya kesehatan, dan capaian indikator hasil kinerja pembangunan kesehatan. B. Sistematika Penyajian Sistematika penyajian Profil Kesehatan adalah sebagai berikut : BAB I
–
PENDAHULUAN Merupakan
penjelasan
tentang
Maksud,
Tujuan
dan
Sistematika Penyajiannya. BAB II –
GAMBARAN UMUM Menyajikan tentang gambaran umum Kabupaten Kolaka dalam hal Keadaan Geografis, Keadaan Demografi, Sarana Kesehatan, Keadaan Lingkungan dan Perilaku Masyarakat di Kabupaten Kolaka.
BAB III –
PEMBANGUNAN BIDANG KESEHATAN. Menguraikan tentang Dasar Pembangunan Kesehatan, Visi dan Misi, Tujuan dan Sasaran serta Strategi Dalam Pencapaian Tujuan.
Halaman 1
Profil Kesehatan Tahun 2014
BAB IV –
SITUASI DERAJAT KESEHATAN. Memuat informasi tentang angka kematian (Mortalitas) dan Angka kesakitan (Morbiditas).
BAB V –
UPAYA KESEHATAN. Memuat informasi tentang hasil pencapaian Pelayanan Kesehatan Dasar, Pelayanan Kesehatan Rujukan dan Penunjang, dan Perbaikan Gizi Masyarakat.
BAB VI –
PENUTUP Berisi sajian garis besar hasil-hasil cakupan program/ kegiatan berdasarkan indikator-indikator bidang kesehatan untuk
dapat
ditelaah
lebih
jauh
dan
untuk
bahan
perencanaan pembangunan kesehatan serta pengambilan keputusan di Kabupaten Kolaka. LAMPIRAN Berisi resume dan tabel data profil kesehatan tahun 2014 mulai tabel 1 s/d tabel 81.
Halaman 2
Profil Kesehatan Tahun 2014
BAB II GAMBARAN UMUM DAN PERILAKU PENDUDUK A. GAMBARAN UMUM 1. Keadaan Geografi Secara geografis Kabupaten Kolaka terletak di jazirah bagian tenggara Pulau Sulawesi dan secara geografis berada di bagian barat Propinsi Sulawesi Tenggara yang melintang dari utara ke selatan di antara 3000’50 00’ LS dan membujur dari barat ke timur antara 120 0 30’- 1230 00’ BT tahun 2014, secara administratif kabupaten Kolaka terbagi atas 12 kecamatan yang terdiri dari 32 kelurahan dan 103 desa dengan luas wilayah daratan 3.265,30 KM2 dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :
Sebelah Utara Sebelah Timur Sebelah Selatan Sebelah Barat
: Kabupaten Kolaka Utara : Kabupaten Kolaka Timur : Kabupaten Bombana : Teluk Bone
Adapun batas wilayah masing-masing kecamatan dapat dilihat pada gambar peta berikut : Gambar 1 Peta Wilayah Kabupaten Kolaka
TELUK BONE
Halaman 3
Profil Kesehatan Tahun 2014
2. Keadaan Demografi Pada tahun 2014 Dinas Kesehatan Kabupaten Kolaka menghitung estimasi jumlah penduduk dengan metode geometrik. Metode ini menggunakan
prinsip
bahwa
parameter
dasar
demografi
yaitu
parameter fertilitas, mortalitas, dan migrasi per tahun tumbuh konstan. Metode ini lebih mudah dilakukan dengan mengkaji pertumbuhan penduduk di dua atau lebih titik waktu yang berbeda berikut ini grafik penduduk kabupaten Kolaka selama 5 tahun terakhir . Gambar 2 Jumlah Penduduk Kabupaten Kolaka menurut Jenis Kelamin Tahun 2010 – 2014
50.000
122.630 121.524
173.395 163.847
165.738 164.244
100.000
158.081 164.641
150.000
161.914 153.318
200.000
2010
2011 Laki-laki
2012
2013
2014
Perempuan
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2010, Hasil Sensus Penduduk Seksi Data dan Informasi Dinas Kesehatan Kabupaten Kolaka Hasil Estimasi
Jumlah penduduk Kabupaten Kolaka tahun 2014 Estimasi Dinas Kesehatan Kabupaten Kolaka setelah pemisahan wilayah Kolaka dan Kolaka Timur adalah 244.154 jiwa yang terdiri dari 122.630 laki-laki dan 121.524 perempuan dengan 44.595 rumah tangga/KK atau rata-rata 4 5 jiwa per rumah tangga. Tingkat kepadatan penduduk mencapai 49 Jiwa/km2 dengan tingkat kepadatan penduduk tertinggi di Kecamatan Toari sebesar 197 jiwa/km2 sedangkan yang terendah adalah di Kecamatan Tanggetada sebesar 35 jiwa/km2. Untuk mengetahui gambaran penduduk per kecamatan dapat dilihat pada gambar berikut ini: Halaman 4
Profil Kesehatan Tahun 2014
Gambar 3 Jumlah Penduduk Kabupaten Kolaka menurut Kecamatan Tahun 2014 Kolaka Pomalaa Latambaga Samaturu Wundulako Wolo Watubangga Tanggetada Baula Toari Iwoimendaa Polinggona
42.142 32.874 32.127 24.533 21.673 20.416 17.152 15.518 11.883 10.404 7.859 7.573 -
10.000
20.000
30.000
40.000
50.000
Sumber : Seksi Data dan Informasi Dinas Kesehatan Tahun 2014, Hasil Estimasi
Adapun komposisi penduduk kabupaten Kolaka berdasarkan Jenis kelamin dan golongan umur dapat dilihat pada grafik berikut : Gambar 4 Piramida Penduduk Kabupaten Kolaka Tahun 2014 1.211 75 + 1.229 1.154 70 - 74 1.154 1.927 65 - 69 1.689 2.471 2.638 60 - 64 55 - 59 3.730 3.008 50 - 54 4.776 4.515 45 - 49 6.281 5.588 40 - 44 35 - 39 30 - 34 25 - 29 20 - 24 15 - 19 10 - 14 5-9 0-4
8.281 9.812 10.588 11.594 10.133 11.173 13.207 14.853 14.175 -20.000
-15.000
-10.000
-5.000 Perempuan
0
7.459 9.255 10.279 11.272 10.580 10.548 12.347 13.932 13.295 5.000
10.000
15.000
20.000
Laki-Laki
Sumber : Seksi Data dan Informasi Dinas Kesehatan Tahun 2014, Hasil Estimasi
Halaman 5
Profil Kesehatan Tahun 2014
Pada Gambar 4 ditunjukkan bahwa struktur penduduk di Kabupaten Kolaka termasuk struktur penduduk muda. Hal ini dapat diketahui dari jumlah penduduk usia muda yang masih tinggi. Badan piramida besar, ini menunjukkan banyaknya penduduk usia produktif terutama pada kelompok umur 25-29 tahun dan 30-34 tahun, baik laki-laki maupun perempuan. Jumlah golongan penduduk usia tua juga cukup besar. Hal ini dapat dimaknai dengan semakin tingginya usia harapan hidup. Kondisi ini menuntut kebijakan terhadap penduduk usia tua. Bertambahnya jumlah penduduk tua dapat dimaknai sebagai meningkatnya tingkat kesejahteraan, meningkatnya kondisi kesehatan tetapi juga dapat dimaknai sebagai beban karena kelompok usia tua ini sudah tidak produktif lagi. Rincian jumlah penduduk menurut jenis kelamin dan kelompok umur di Kabupaten Kolaka tahun 2014 dapat dilihat pada Tabel 2. Konsentrasi penduduk di suatu wilayah dapat dipelajari dengan menggunakan kepadatan penduduk. Kepadatan penduduk menunjukkan rata-rata jumlah penduduk per 1 kilometer persegi. Semakin besar angka kepadatan penduduk menunjukkan bahwa semakin padat penduduk yang mendiami wilayah tersebut. Kepadatan rata-rata penduduk di Kabupaten Kolaka berdasarkan hasil estimasi sebesar 75 penduduk per km2. Kepadatan penduduk berguna sebagai acuan dalam rangka mewujudkan pemerataan dan persebaran penduduk. Kepadatan penduduk menurut Kecamatan dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini : Tabel 1 Gambaran Penduduk, Jumlah Desa dan Luas Wilayah Kabupaten Kolaka Tahun 2014 JUMLAH PENDUDUK
KEPADATAN 2 PENDUDUK per km
10
7.859
40
14
20.416
38
344,7
19
24.533
71
298,2
7
32.127
108
217,3
7
42.142
194
478,1
11
21.673
45
BAULA
150,5
10
11.883
79
POMALAA
373,8
12
32.874
88
TANGGETADA
441,7
14
15.518
35
POLINGGONA
80,5
7
7.573
94
W ATUBANGGA
97,1
14
17.152
177
TOARI
52,8
10
10.404
197
LUAS W ILAYAH ( km 2)
JUMLAH DESA / KELURAHAN
IW OIMENDAA
194,3
W OLO
536,3
SAMATURU LATAMBAGA KOLAKA W UNDULAKO
KECAMATAN
KABUPATEN 3.265,30 135 244.154 Sumber : Seksi Data dan Informasi Dinas Kesehatan Tahun 2014, Hasil Estimasi
Halaman 6
75
Profil Kesehatan Tahun 2014
Gambar 5 Peta Persebaran Penduduk Kabupaten Kolaka Berdasarkan Kecamatan Tahun 2014
Sumber : Seksi Data dan Informasi Dinas Kesehatan Tahun 2014, Hasil Estimasi
Pada Gambar 5 di atas menunjukkan kepadatan penduduk dan jumlah penduduk di Kabupaten Kolaka secara umum belum merata. Jumlah penduduk tertinggi adalah di Kecamatan Kolaka, Pomalaa dan Latambaga sementara jumlah penduduk terendah terletak di Kecamatan Polinggona dan Kecamatan Iwoimendaa. Kalau dilihat dari segi kepadatan penduduk di Kabupaten Kolaka, kepadatan tertinggi terdapat di Kecamatan Toari sebesar 197 penduduk per km2. Di kecamatan ini merupakan wilayah transmigrasi sehingga penduduknya cukup padat, Kecamatan Kolaka sebesar 194 penduduk per km2, kecamatan ini adalah ibukota kabupaten Kolaka dan Watubangga sebesar 177 penduduk per km2. Kepadatan penduduk terendah di Kabupaten Kolaka terdapat di Kecamatan Tanggetada sebesar 35 penduduk per km2, Wolo 38 penduduk per km2 dan Iwoimendaa sebesar 40 penduduk per km2.
Untuk pemerataan penduduk di Kabupaten Kolaka dapat
digunakan cara, antara lain : transmigrasi atau program memindahkan penduduk dari tempat yang padat ke tempat yang jarang penduduknya Halaman 7
Profil Kesehatan Tahun 2014
baik dilakukan atas bantuan pemerintah maupun keinginan diri sendiri, pemerataan lapangan kerja dengan mengembangkan industri, terutama untuk Kecamatan yang luas wilayahnya tapi kurang penduduknya; pengendalian jumlah penduduk dengan menurunkan jumlah kelahiran melalui program keluarga berencana atau penundaan umur nikah pertama. 3. Rasio dan Beban Tanggungan Indikator penting terkait distribusi penduduk menurut umur yang sering digunakan untuk mengetahui produktivitas penduduk adalah Angka Beban Tanggungan atau Dependency Ratio. Angka Beban Tanggungan adalah angka yang menyatakan perbandingan antara banyaknya orang yang tidak produktif (umur di bawah 15 tahun dan umur 65 tahun ke atas) dengan banyaknya orang yang termasuk umur produktif (umur 15–64 tahun). Secara kasar perbandingan angka beban tanggungan menunjukkan dinamika beban tanggungan umur produktif terhadap umur non produktif. Angka ini dapat digunakan sebagai indikator yang secara kasar dapat menunjukkan keadaan ekonomi suatu negara. Semakin tinggi persentase dependency ratio menunjukkan semakin tinggi beban yang harus ditanggung penduduk yang produktif untuk membiayai hidup penduduk yang belum produktif dan tidak produktif lagi. Sedangkan persentase dependency ratio yang semakin rendah menunjukkan semakin rendahnya beban yang ditanggung penduduk yang produktif untuk membiayai penduduk yang belum produktif dan tidak produktif lagi. Tabel 2 Jumlah Penduduk dan Angka Beban Tanggungan Menurut Jenis Kelamin dan kelompok Usia Produktif dan Non Produktif di Kabupaten Kolaka Tahun 2014 No Usia Laki-laki Perempuan Jumlah 1 0 – 14 Tahun 44.056 41.436 85.492 2 15 – 64 Tahun 74.342 75.002 149.345 3 65 Tahun keatas 4.231 5.086 9.317 Jumlah 122.629 121.524 244.154 Angka Beban Tanggungan 65,0 62,0 63,5 Sumber : Seksi Data dan Informasi Dinas Kesehatan Tahun 2014, Hasil Estimasi
Halaman 8
Profil Kesehatan Tahun 2014
Pada Tabel 2 di atas, Angka Beban Tanggungan penduduk Kolaka pada tahun 2014 sebesar 63,5. Hal ini berarti bahwa 100 penduduk Kolaka yang produktif, disamping menanggung dirinya sendiri, juga menanggung 63,5 orang yang belum/sudah tidak produktif lagi. Apabila dibandingkan antar jenis kelamin, maka Angka Beban Tanggungan lakilaki lebih besar jika dibandingkan dengan perempuan. Pada tahun 2014, angka beban tanggungan laki-laki sebesar 65,0, yang berarti bahwa 100 orang penduduk laki-laki yang produktif, disamping menanggung dirinya sendiri, akan menanggung beban 65,0 penduduk laki-laki yang belum/sudah tidak produktif lagi. Penduduk sebagai determinan pembangunan harus mendapat perhatian yang serius. Program pembangunan, termasuk pembangunan di bidang kesehatan, harus didasarkan pada dinamika kependudukan. Upaya pembangunan di bidang kesehatan tercermin dalam program kesehatan melalui upaya promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif. Pembangunan
kesehatan
merupakan
salah
satu
upaya
untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Pencapaian derajat kesehatan yang optimal bukan hanya menjadi tanggung jawab dari sektor kesehatan saja, namun sektor terkait lainnya seperti sektor pendidikan, sektor ekonomi, sektor sosial dan pemerintahan juga memiliki peranan yang cukup besar. Untuk mendukung upaya tersebut diperlukan ketersediaan data mengenai penduduk sebagai sasaran program pembangunan kesehatan.
Halaman 9
Profil Kesehatan Tahun 2014
Tabel 3 Penduduk Sasaran Program Pembangunan Kesehatan Kabupaten Kolaka Tahun 2014 No.
Sasaran Program
1
Jumlah Penduduk
2 3 4 5 6
Bayi Batita Anak Balita Balita Prasekolah Anak Usia Klas 1 SD / Setingkat Anak Usia SD/Setingkat Penduduk Usia Muda Penduduk Usia Produktif Penduduk Pra Usia Lanjut Penduduk Usia Lanjut Penduduk Usia Lanjut Resti Wanita Usia Subur Wanita Usia Subur Imunisasi Ibu Hamil Ibu Bersalin Ibu Nifas Lahir Hidup
7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
Kelompok Umur Semua umur 0 tahun 0-2 tahun 1-4 tahun 0-4 tahun 5-6 tahun
Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan
Jumlah
122.630
121.524
244.154
2.317 8.839 12.154 15.089 6.152
2.203 8.361 11.447 14.236 5.777
4.520 17.201 23.601 29.325 11.929
7 tahun
3.031
2.843
5.874
7-12 tahun <15 tahun 15-64 tahun 45-59 tahun ≥ 60 tahun ≥ 70 tahun 15-49 tahun 15-39 tahun 1,10 x LH 1,05 x LH 1,05 x LH
17.578 44.056 74.342 13.588 6.599 2.436 2.317
16.464 41.436 75.002 13.292 7.671 3.175 64.609 51.983 4.972 4.746 4.746 2.203
34.043 85.492 149.345 26.880 14.270 5.611 64.609 51.983 4.972 4.746 4.746 4.520
Sumber : Seksi Data dan Informasi Dinas Kesehatan Tahun 2014, Hasil Estimasi
Data penduduk sasaran program sangat diperlukan bagi pengelola program terutama untuk menyusun perencanaan (tahunan dan lima tahunan) serta evaluasi hasil pencapaian upaya kesehatan yang telah dilaksanakan.
Dalam
perencanaan
biasanya
diperlukan
untuk
menghitung sasaran, menyusun rencana kegiatan serta kebutuhan sumber daya dalam pelaksanaan kegiatan.
Halaman 10
Profil Kesehatan Tahun 2014
4. Keadaan Lingkungan Upaya penyehatan lingkungan dilaksanakan dengan lebih diarahkan pada peningkatan kualitas lingkungan melalui pemanfaatan dan kepemilikan sanitasi dasar. Sanitasi merupakan faktor penting dalam menciptakan lingkungan yang sehat. Banyaknya penyakit ditularkan karena tidak dilakukan cara-cara penanganan sanitasi yang benar. Untuk memperkecil risiko terjadinya penyakit atau gangguan kesehatan akibat dari lingkungan yang kurang sehat, dilakukan berbagai upaya peningkatan kualitas lingkungan, antara lain dengan pembinaan kesehatan lingkungan pada institusi yang dilakukan secara berkala. Upaya
yang
dilakukan
mencakup
pembinaan,
pemantauan,
pemeriksaan fasilitas sanitasi dasar. Sehingga diharapkan secara epidemiologi akan mampu memberikan kontribusi yang bermakna terhadap
kesehatan
masyarakat.
Untuk
meningkatkan
kualitas
lingkungan yang lebih baik, ada beberapa indikator penting penyehatan lingkungan pemukiman yang dapat dikemukakan yaitu : a) Rumah Sehat Rumah sehat adalah bangunan rumah tinggal yang memenuhi syarat kesehatan, yaitu bangunan yang memiliki sarana sanitasi dasar antara lain: jamban yang sehat, sarana air bersih, tempat pembuangan sampah, sarana pembuangan air limbah, ventilasi rumah yang baik, kepadatan hunian rumah yang sesuai dan lantai rumah tidak terbuat dari tanah. Dari kompilasi data yang terkumpul, Pemeriksaan
rumah
belum
dilaksanakan
secara
menyeluruh
sehingga data pembanding antara rumah yang ada dengan rumah yang memenuhi kriteria sehat sangat jauh berbeda dari kenyataan dilapangan. Grafik di bawah menggambarkan bahwa berdasarkan rekapitulasi laporan puskesmas hasil kegiatan Program Kesehatan Lingkungan diperoleh gambaran bahwa dari 48.134 Rumah yang diperiksa pada tahun 2014 terdapat 24.860 rumah yang memenuhi syarat kesehatan Halaman 11
Profil Kesehatan Tahun 2014
(51,6%) ini lebih kecil dibanding tahun 2013 lalu sebelum Kabupaten Kolaka mekar yakni 54.095 rumah yang diperiksa dan rumah memenuhi syarat kesehatan sebanyak 38.811 rumah (53.9%), terjadi peningkatan sebesar 4,16% dibanding rumah sehat tahun 2012 sebanyak 35,798 (49.74%). Gambar 6 Proporsi Kondisi Rumah Sehat dari Rumah yang diperiksa di Kabupaten Kolaka Tahun 2014
Sehat 24.860 34% Tidak Sehat 48.134 66%
Sehat
Tidak Sehat
berikut data gambaran kondisi rumah sehat tahun 2010 s/d 2014. Gambar 7 Keadaan Rumah Sehat Kabupaten Kolaka Tahun 2010 - 2014 80.000
67%
67%
74%
80% 63%
70.000
70% 51,6%
60.000
60%
0 2010
2011 JML RUMAH
Halaman 12
2012 DIPERIKSA
24.860
`
48.134
10.000
48.509
20%
72.713
20.000
53.548
30% 72.464
30.000 61.106
40%
72.177
40.000
56.692
50%
71.770
50.000
10% 0%
2013
2014
% SEHAT
Profil Kesehatan Tahun 2014
b) Sarana Sanitasi Dasar Kepemilikan sarana sanitasi dasar yang dimiliki oleh keluarga meliputi persediaan air bersih (PAB) dan Jamban keluarga. Adapun kondisi Kepemilikan sarana penyehatan lingkungan pemukiman berdasarkan jumlah Kepala Keluarga (KK) di Kabupaten Kolaka tahun 2014 yang memilki akses air bersih baru 49 % dari total penduduk seperti terlihat pada grafik berikut : Gambar 8 Proporsi Penduduk/KK Memiliki Akses Air Bersih/Air Minum di Kabupaten Kolaka Tahun 2014
Memilki Akses Air Bersih 119.598 49%
Tidak Memiliki Akses 124.556 51%
Memilki Akses Air Bersih
Tidak Memiliki Akses
Gambar 9 Proporsi Kepala Keluarga Memiliki Jamban Sehat di Kabupaten Kolaka Tahun 2014
Jamban Tidak Sehat 119.598 49%
Sehat
Halaman 13
Sehat 124.556 51%
Jamban Tidak Sehat
Profil Kesehatan Tahun 2014
Gambar 8 di atas menunjukkan gambaran Kepala Keluarga (KK) yang diperiksa dan memiliki jamban sehat baru mencapai 51 % pada tahun 2014. c) Tempat Tempat Umum dan Tempat Pengelolaan Makanan Tempat Tempat Umum (TTU) dan Tempat Umum Pengolahan Makanan (TUPM) adalah sarana yang dikunjungi banyak orang dan berpotensi menjadi tempat persebaran penyakit. adapun TTU yang dilakukan
pemantauan
adalah
Sarana
Pendidikan,
Fasilitas
pelayanan Kesehatan dan Hotel. Adapun hasil pemantauan kesehatan Tempat Tempat Umum (TTU) Kabupaten Kolaka Tahun 2014 adalah sebagai berikut : Tabel 4 Data Hasil Pemeriksaan TTU Kabupaten Kolaka Tahun 2014
1
Sekolah
241
241
Memenuhi Syarat 196
2
Puskesmas
14
14
14
100
3
Hotel
32
32
29
84
No
Jenis TTU
Jumlah
Diperiksa
% MS 91
Tempat Pengolahan Makanan (TPM) adalah sarana yang dikunjungi banyak orang dan berpotensi menjadi tempat persebaran penyakit. Adapun TPM yang dilakukan pemantauan adalah Jasa Boga, Rumah Makan/Restoran, Depot Air Minum dan Makanan Jajanan. adapun hasil pemantaun Kesehatan Tempat Pengolahan Makanan (TPM) Kabupaten Kolaka Tahun 2014 adalah sebagai berikut : Tabel 5 Data Hasil Pemeriksaan TPM Kabupaten Kolaka Tahun 2014 No
Jenis TPM
Jumlah
Diperiksa
Memenuhi Syarat
% MS
1
Rumah makan/ Restorant
222
222
196
88,3
2
Depot Air Minum
63
63
60
95,2
3
Makanan Jajanan
263
263
193
73,4
Halaman 14
Profil Kesehatan Tahun 2014
d) Akses Terhadap Air Bersih Sejalan dengan pertumbuhan jumlah penduduk di Kabupaten Kolaka menjadikan kebutuhan air bersih semakin meningkat.
Adapun
sumber air di Kabupaten Kolaka pada umumnya berasal dari mata air, sumur dalam, sumur gali dan air permukaan. Sistem yang digunakan untuk mensuplai air bersih melalui perpipaan dan non perpipaan. Untuk pengelolaan pada daerah pemukiman di perkotaan pada umumnya dikelola PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum) Kabupaten. Pencapaian KK yang mempunyai dan memanfaatkan sarana air bersih selama 5 tahun terakhir bervariasi. Tabel 6 Jumlah Penduduk/KK Terhadap Akses Air Minum di Kabupaten Kolaka Tahun 2010 s/d 2014 JUMLAH JUMLAH TAHUN PENDUDUK PENDUDUK/ /KK KK AKSES 2010 71.770 44.520 2011 72.177 61.106 2012 72.464 22.206 2013 72.713 12.268 2014 244.154 119.505
PDAM 14.355 11.396 5.746 4.875 62.340
SGL SGL MATA SUMUR TERLIN DENGAN AIR BOR DUNG POMPA 1 16.021 14.143 11.896 37.814 4.852 9.997 1.611 6 1.031 6.356 18.923 1.027 16.182 21.033
B. KEADAAN PERILAKU MASYARAKAT Untuk menggambarkan keadaan perilaku masyarakat yang berpengaruh terhadap derajat kesehatan masyarakat, digunakan indikator Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yang terdiri dari 10 indikator serta cakupan jaminan pemeliharaan kesehatan. Dalam upaya meningkatkan kesehatan anggota keluarga, Pusat Promosi Kesehatan Kemenkes berupaya meningkatkan persentase rumah tangga
ber-PHBS.
PHBS
di
rumah
tangga
adalah
upaya
untuk
memberdayakan anggota rumah tangga agar tahu, mau dan mampu mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat. Untuk mencapai rumah tangga berPHBS, terdapat perilaku hidup bersih dan sehat yang dipantau, yaitu: Halaman 15
Profil Kesehatan Tahun 2014
1) Persalinan
ditolong
oleh
tenaga
kesehatan.
Tenaga
kesehatan
merupakan orang yang ahli dalam membantu persalinan. Jika ada kelainan dapat diketahui dan ditolong. Peralatan tenaga kesehatan aman, bersih, dan steril. 2) Memberi bayi ASI eksklusif. Keunggulan ASI diantaranya kandungan gizinya sesuai kebutuhan bayi, mengandung zat kekebalan, melindungi alergi,
terjamin
kebersihannya,
tidak
basi,
memperbaiki
refleks
menghisap, menelan, dan pernapasan bayi. 3) Menimbang balita setiap bulan. Manfaat yang didapatkan diantaranya mengetahui
apakah
balita
tumbuh
sehat,
mencegah
gangguan
pertumbuhan balita, mengetahui balita sakit, 4) berat badan dibawah garis merah, gizi buruk, kelengkapan imunisasi, penyuluhan gizi. 5) Menggunakan air bersih. Manfaat air bersih yaitu menghindarkan dari gangguan penyakit 6) seperti diare, kolera thypus dan lain-lain. Sumber air bersih dari mata air, sumur atau pompa, ledeng, air hujan atau air kemasan. 7) Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun. Mencuci tangan membunuh kuman yang ada di tangan, mencegah penularan penyakit seperti diare, ISPA, penyakit kulit. 8) Menggunakan jamban sehat. Syarat jamban sehat yaitu tidak mencemari sumber air minum, tidak berbau, kotoran tidak dapaat dijamah serangga dan tikus, tidak mencemari tanah sekitar, aman dan mudah dibersihkan, dilengkapi dinding dan atap, penerangan dan ventilasi cukup, lantai kedap air dan luas ruangan memadai, tersedia air, sabun dan alat pembersih. 9) Memberantas jentik di rumah sekali seminggu. Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan cara 3M plus (Menguras, Menutup, Mengubur, plus Menghindari gigitan nyamuk). Menguras dan menyikat tempat penampungan air. Menutup rapat tempat penampungan air. Mengubur atau menyingkirkan barang bekas yang dapat menampung air. Halaman 16
Profil Kesehatan Tahun 2014
10) Makan sayur dan buah setiap hari. Manfaat makanan berserat diantaranya mencegah diabetes, melancarkan buang air besar, menurunkan berat badan, membantu pembersihan racun, mencegah kanker, mengatasi anemia, membantu perkembangan bakteri baik dalam usus. 11) Melakukan aktivitas fisik setiap hari. Dilakukan sedikitnya 30 menit setiap hari berupa pergerakan anggota tubuh yang menyebabkan pengeluaran tenaga yang penting bagi pemeliharaan kesehatan fisik, mental, dan mempertahankan kualitas hidup agar tetap sehat dan bugar sepanjang hari. Pada tahun 2014, persentase rumah tangga yang ber-PHBS tertinggi di Kecamatan Samaturu sebesar 89% diikuti oleh Kecamatan Latambaga sebesar 76,6%. Sedangkan persentase terendah di Kecamatan Iwoimendaa sebesar 7,5% kemudian Polinggona sebesar 15%. Dari Tabel 57 lampiran profil Kesehatan Kabupaten Kolaka Tahun 2014 menunjukkan bahwa jumlah Rumah Tangga sebanyak 54.278 Rumah Tangga, dari jumlah tersebut dilakukan pemantauan sebanyak 14.964 rumah tangga dilakukan pemantauan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dengan hasil pemantauan didapatkan presentase rumah tangga yang berPHBS sebesar 51,4% atau sekitar 7.688 Rumah Tangga. terjadi penurunan jumlah Rumah Tangga yang dipantau maupun rumah tangga yang berPHBS Jika dibandingkan dengan pencapaian tahun lalu berikut gambaran capaian PHBS kurun waktu 5 tahun. Gambar 10 Perkembangan Pencapaian Rumah Tangga ber-PHBS di Kabupaten Kolaka Tahun 2010 -2014 60.000
70%
50.000
70% 48%
40.000 30.000 20.000 10.000
51%
48%
50.014 29.669
26.557
37.196 14.963
0 2010
2011
2012
RT Dipantau
Halaman 17
2013
80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0%
2014
% PHBS
Profil Kesehatan Tahun 2014
BAB III PEMBANGUNAN BIDANG KESEHATAN Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang melalui pendekatan paradigma sehat, di mana upaya pencegahan dan promosi lebih diutamakan tanpa mengabaikan upaya pengobatan dan rehabilitasi yang menjadi sangat kompleks, dinamis, terarah dan saling terkait dengan berlandaskan pada prinsip dasar pembangunan kesehatan yang mantap dan konsisten yang nantinya diharapkan akan berdampak pada kemampuan masyarakat untuk mandiri hidup sehat. A. Dasar Pembangunan Kesehatan Dasar pembangunan kesehatan adalah nilai kebenaran dan aturan pokok yang
menjadi
landasan
untuk
berfikir
dan
bertindak
dalam
penyelenggaraan pembangunan kesehatan. Adapun dasar-dasar yang merupakan
landasan
sebagai
petunjuk
pokok
dalam
pelaksanaan
pembangunan kesehatan adalah sebagai berikut : 1. Prikemanusiaan. Setiap upaya kesehatan berupa kegiatan program kesehatan harus berlandaskan prikemanusiaan yang dijiwai dan dikendalikan oleh keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. 2. Pemberdayaan dan kemandirian Setiap orang, keluarga dan masyarakat bersama dengan pemerintah berperan, berkewajiban dan bertanggungjawab untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan perorangan, keluarga, masyarakat beserta lingkungannya. Setiap kegiatan program kesehatan harus mampu membangkitkan peran serta perorangan, keluarga dan masyarakat sedemikian rupa sehingga setiap orang, keluarga dan masyarakat dapat mandiri untuk hidup sehat. Dengan dasar ini, setiap individu, keluarga dan masyarakat melalui kegiatan, Halaman 18
proyek,
program
kesehatan
difasilitasi
agar
mampu
Profil Kesehatan Tahun 2014
mengambil keputusan yang tepat ketika membutuhkan pelayanan kesehatan. Warga masyarakat harus mau untuk bahu-membahu menolong siapa saja yang membutuhkan pertolongan agar dapat menjangkau fasilitas kesehatan yang sesuai kebutuhan dalam waktu sesingkat mungkin. Di lain pihak, fasilitas pelayanan kesehatan yang ada perlu terus diberdayakan agar mampu memberikan pertolongan kesehatan yang berkualitas, terjangkau, sesuai dengan norma sosial budaya setempat serta tepat waktu. 3. Adil dan Merata Dalam pembangunan kesehatan, setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang berkualitas, tanpa memandang perbedaan suku, golongan, agama dan status sosial ekonominya. 4. Pengutamaan dan Manfaat Penyelenggaraan
upaya
kesehatan
harus
lebih
mengutamakan
pendekataan pemeliharaan, peningkatan dan pencegahan penyakit. B. Visi dan Misi 1.
Visi ” Masyarakat Kolaka yang Sehat, Kuat, Mandiri dan Berkeadilan ” Adapun makna dari Visi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut : 1) Masyarakat Kolaka yang sehat, kuat; adalah Tatanan kondisi masyarakat
yang
secara
administratif
mendiami
wilayah
Kabupaten Kolaka yang sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis melalui peningkatan upaya kesehatan secara paripurna; 2) Mandiri untuk Hidup Sehat; adalah merupakan kondisi yang ingin dicapai yaitu masyarakat partisipatif, berdaya sebagai subject pembangunan
kesehatan
untuk
ikut
aktif
memelihara
kesehatannya sendiri, melakukan upaya pro-aktif tanpa menunggu Halaman 19
Profil Kesehatan Tahun 2014
sampai jatuh sakit sehingga tidak kehilangan nilai produktifnya. Oleh karena Masyarakat yang sehat selain akan mendorong peningkatan produktifitas dan pendapatan penduduk, tetapi juga dalam jangka panjang merupakan investasi dan salah satu aspek pendorong peningkatan “human development indeks” di masa depan; 3) Berkeadilan; kesehatan
adalah yang
merupakan
adil
dan
perwujudan
merata
pembangunan
tanpa
diskriminasi
(nondiskriminatif) baik antar individu, golongan maupun antar wilayah, perempuan maupun laki-laki dan menjamin bahwa hasil pembangunan kesehatan dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat secara berkelanjutan; 2.
Misi untuk mewujudkan Visi Kabupaten Kolaka tersebut maka ditempuh dengan 4 Misi yakni : a) Menjamin tersedianya upaya kesehatan yang paripurna, bermutu, terjangkau dan berkeadilan; b) Menjamin ketersediaan dan pemerataan sumberdaya kesehatan yang berkualitas, sesuai dengan kebutuhan; c)
Mendorong terwujudnya lingkungan sehat yang berkualitas dan kemandirian masyarakat untuk perilaku hidup sehat;
d) Meningkatkan
managemen
dan
pengelolaan
kelembagaan
pelayanan kesehatan dan secara profesional; C. Tujuan dan Sasaran 1.
Tujuan Tujuan
pembangunan
kesehatan
Kabupaten
kolaka
adalah
mewujudkan Derajat kesehatan masyarakat Kabupaten Kolaka seperti yang telah dituangkan dalam Visi Dinas Kesehatan. Adapun tujuan pembangunan kesehatan sebagaimana dituangkan dalam Rencana Strategis 2014 - 2019 adalah :
Halaman 20
Profil Kesehatan Tahun 2014
a) Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan, status gizi masyarakat, upaya
pengendalian
penyakit
dan
penanggulangan
masalah
kesehatan, serta meringankan beban biaya masyarakat tertentu; b) Meningkatkan
akses,
pemerataan
kualitas
serta
ketersediaan
sumber daya dan perbekalan kesehatan; c) Meningkatkan kualitas lingkungan yang sehat dan kemandirian masyarakat untuk hidup sehat; d) Meningkatkan kualitas manajemen, perencanaan dan pembiayaan kesehatan yang ditunjang dengan sistem informasi kesehatan up to date, serta mengembangkan kajian kebijakan dan produk hukum bidang kesehatan 2.
Sasaran Sasaran Program yang tertuang dalam rencana strategis jangka menengah yang ingin dicapai oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Kolaka adalah sebagai berikut : a) Meningkatnya kualitas pelayanan kesehatan individu,keluarga, masyarakat dan keluarga sadar gizi serta terselenggaranya upaya penganggulangan masalah gizi yang ditandai dengan; (1) Menurunnya Angka Kematian Bayi (AKB) menjadi 25/1000 kelahiran hidup, menurunnya Angka Kematian Ibu (AKI) 226/100.000 kelahiran hidup. (2) Menurunnya prevalensi, angka kesakitan, kematian dan kecacatan akibat penyakit menular dan tidak menular, serta terselenggaranya
sistem
surveilans,
imunisasi
dan
kewaspadaan dini KLB/wabah ditandai dengan :
Menurunnya prevalensi Tuberclosis menjadi 210 per 100.000 penduduk;
Menurunnya kasus Malaria (Anual Paracite Index-API) menjadi < 1 per 1000 penduduk;
Terkendalinya prevalensi HIV pada populasi dewasa sampai kurang dari 0.5%;
Halaman 21
Profil Kesehatan Tahun 2014
Angka Insiden DBD menjadi 1 per 100.000 penduduk;
(3) Menurunnya prevalensi kekurangan gizi (gizi kurang menjadi <15% dan gizi buruk menjadi <2%) b) Meringankan
beban
pembiayaan
kesehatan
pada
golongan
masyarakat tertentu; c)
Meningkatnya akses masyarakat dan kualitas pelayanan kesehatan dasar di puskesmas dan jaringannya, yang ditunjang dengan tersedianya tenaga kesehatan yang kompeten dan terdistribusi secara merata sesuai kebutuhan;
d) Meningkatnya ketersediaan, pemerataan dan kualitas pengelolaan obat
dan
pengawasan
perbekalan dan
kesehatan,
pengendalian
serta
mutu
terselenggaranya
peredaran
obat
dan
perbekalan kesehatan termasuk obat tradisional, kosmetik serta makanan dan minuman; e) Meningkatnya hygiene sanitasi dasar, kualitas air bersih, tempattempat umum, tempat pengolahan makanan dan minuman serta pengendalian faktor risiko dampak pencemaran lingkungan di masyarakat; f)
Meningkatnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan sehat serta terselenggaranya upaya kesehatan bersumber daya masyarakat;
g) Terselenggaranya pengelolaan manajemen yang berkualitas serta meningkatnya pembiayaan kesehatan yang teralokasi sesuai prioritas dan kebutuhan yang didukung dengan sistem informasi kesehatan yang berkualitas, sistematis dan komprehensif; h) Meningkatnya terbangunnya
kajian
kebijakan
hukum
kesehatan
serta,
komunikasi dan kemitraan dengan pengambil
kebijakan, lintas sektor, swasta, masyarakat dan stakeholders;
Halaman 22
Profil Kesehatan Tahun 2014
D. Strategi / Cara Pencapaian Tujuan dan Sasaran 1.
Kebijaksanaan Pembangunan di bidang kesehatan sebagaimana dijelaskan dalam Visi dan
Misi
Kabupaten
Kolaka
yang tercantum
dalam
Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Kolaka tahun 2015-2019 dengan memperhatikan potensi dan permasalahan kesehatan
yang
telah
diidentifikasi
melalui
hasil
pelaksanaan
pembangunan kesehatan sebelumnya serta menelaah berbagai dokumen yang relevan antara lain Rencana Strategis Kementerian Kesehatan, Standar Pelayanan minimal (SPM) bidang kesehatan dan Millenium Development Goals (MDGs), maka strategi pembangunan kesehatan di Kabupaten Kolaka periode tahun 2015-2019 diarahkan pada : a) Pemerataan dan peningkatan kualitas fasilitas kesehatan dasar di puskesmas dan jaringannya; b) Peningkatan kualitas, kuantitas dan penataan distribusi tenaga kesehatan; c)
Perluasan Pengembangan sistem jaminan kesehatan masyarakat di Kabupaten Kolaka;
d) Peningkatan sosialisasi kesehatan lingkungan dan pola hidup sehat; e) Penguatan advokasi dan peningkatan kerjasama lintas sektor dan lintas program; f)
Pengembangan jejaring kemitraan dengan penyedia pelayanan kesehatan swasta dan masyarakat.
g) Pengembangan sistim jaminan kesehatan terutama bagi penduduk miskin. 2.
Program Adapun program Pembangunan di Bidang Kesehatan Kabupaten Kolaka sejalan dengan program yang tertuang dalam RPJP, RPJM, dan Renstra 2009 – 2014 Departemen Kesehatan RI sebagai berikut :
Halaman 23
Profil Kesehatan Tahun 2014
a.
Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Ditujukan
untuk
memberdayakan
individu,
keluarga
dan
masyarakat agar mampu menumbuhkan perilaku hidup sehat dan mengembangkan upaya kesehatan bersumber masyarakat. b.
Program Pengembangan Lingkungan Sehat Ditujukan untuk mewujudkan mutu lingkungan hidup yang lebih sehat melalui pengembangan sistem kesehatan kewilayahan untuk menggerakkan
pembangunan
lintas
sektor
berwawasan
kesehatan. c.
Program Perbaikan Gizi Masyarakat Ditujukan untuk meningkatkan kesadaran gizi keluarga dalam upaya meningkatkan status gizi masyarakat terutama pada ibu hamil, bayi dan anak balita.
d.
Program Kesehatan Ibu dan Anak Ditujukan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan bagi ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas dan meningkatkan pelayanan kesehatan bagi bayi, dan anak balita.
e.
Program Pencegahan Penyakit Ditujukan untuk menurunkan angka kesakitan, kematian dan kecacatan akibat penyakit menular dan penyakit tidak menular. Prioritas penyakit yang akan ditanggulangi adalah DBD, malaria, diare, polio, filariasis, kusta, TBC paru, HIV/AIDS, pneumonia dan penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I). Prioritas penyakit tidak menular yang ditanggulangi adalah penyakit jantung, gangguan sirkulasi, hipertensi, diabetes mellitus dan kanker.
f.
Program Upaya Kesehatan Masyarakat Program ini ditujukan untuk meningkatkan jumlah, pemerataan, dan kualitas pelayanan kesehatan melalui Puskesmas dan jaringannya meliputi Puskesmas pembantu, Puskesmas keliling, Poskesdes dan Polindes.
Halaman 24
Profil Kesehatan Tahun 2014
g.
Program Upaya Kesehatan Perorangan Bertujuan untuk meningkatkan akses, keterjangkauan dan kualitas pelayanan kesehatan perorangan
h.
Program obat dan perbekalan kesehatan Program ini bertujuan untuk menjamin ketersediaan, pemerataan, mutu dan keterjangkauan obat dan perbekalan kesehatan termasuk obat tradisional, perbekalanan kesehatan rumah tangga dan kosmetika.
i.
Program Pengawasan Obat dan Makanan Program ini ditujukan untuk menjamin terpenuhinya persyaratan mutu,
keamanan
dan
kemanfaatan/khasiat
produk
obat,
perbekalan kesehatan rumah tangga, obat tradisional, kosmetika, dan produk pangan dalam rangka perlindungan masyarakat/ konsumen. j.
Program Pengembangan Obat Asli Indonesia Ditujukan
untuk
meningkatkan
pemanfaatan
tanaman
obat
Indonesia. k.
Program Sumber Daya Kesehatan Ditujukan untuk meningkatkan jumlah, mutu dan penyebaran tenaga kesehatan sesuai dengan kebutuhan pembangunan kesehatan.
l.
Program Kebijakan dan manajemen pembangunan kesehatan Ditujukan untuk mengembangkan kebijakan dan manajemen pembangunan kesehatan guna mendukung penyelenggaraan sistem kesehatan nasional.
Halaman 25
Profil Kesehatan Tahun 2014
BAB IV SITUASI DERAJAT KESEHATAN KABUPATEN KOLAKA TAHUN 2014 A. MORTALITAS Angka Kematian (Mortalitas) merupakan salah satu indikator untuk mengukur derajat kesehatan masyarakat dan untuk melihat keberhasilan upaya kesehatan yang telah dilaksanakan dalam program pembangunan bidang kesehatan. Adapun mortalitas yang menjadi indikator adalah : 1. Angka Kematian Bayi (AKB) Angka Kematian Bayi (AKB) dalam kurun waktu 5 tahun terakhir berfluktuasi, tahun 2010 16,2 per 1.000 kelahiran hidup, kemudian tahun 2011 turun menjadi 11,1 per 1.000 kelahiran hidup dan tahun 2012 menjadi 11,6 per 1.000 kelahiran hidup dan turun kembali pada tahun 2013 menjadi 8,7 per 1000 kelahiran hidup dan meningkat kembali pada tahun 2014 yaitu 11,2/1000 KLH. Pencapaian ini cukup baik karena masih lebih rendah dari angka nasional sebesar 24 per 1000 kelahiran hidup. Gambar 11 Trend Angka Kematian Bayi per 1000 KLH di Kabupaten Kolaka dan Angka Nasional Tahun 2010 - 2014 40
34
35
32
29
30
27
24
25 20
16,2
15
11,1
11,6
2011
2012
8,7
11,2
10 5 0 2010
AKB NASIONAL
Halaman 26
2013
2014
AKB KAB/1000 KLH
Profil Kesehatan Tahun 2014
Gambar berikut adalah gambaran jumlah dan lokasi kasus kematian bayi berdasarkan wilayah kerja puskesmas di kabupaten Kolaka Tahun 2014. Gambar 12 Peta Wilayah Kejadian Kematian Bayi berdasarkan Kecamatan di Kabupaten Kolaka Tahun 2014
Ada beberapa faktor penyebab terjadinya kematian bayi , antara lain yaitu Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), Asfiksia, Hipotermi, kelainan Kongenital dan karena penyebab lain-lain. Untuk itu kegiatan Audit Maternal Perinatal perlu dilaksanakan secara optimal oleh tenaga bidan di Puskesmas sehingga pelaporan dapat akurat dan lengkap. Berikut rincian penyebab kematian bayi dan neonatal berdasarkan penyebab kematian pada Tahun 2014 sebagai berikut :
Halaman 27
Profil Kesehatan Tahun 2014
Tabel 7 Data kematian bayi berdasarkan penyebab di Kabupaten Kolaka Tahun 2014 NO. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 TOTAL
PENYEBAB KEMATIAN BAYI & NEONATAL BBLR ASFIKSIA ASPIRASI PNEU MONIA INFEKSI PARU KELA INAN KONGENITAL SEPSIS NEONATORUM LAIN 2 FEBRIS INFAGINASI DIARE PERDARAHAN OTAK
JUMLAH 14 13 4 2 1 5 5 1 1 1 1 1 49
2. Angka Kematian Ibu (AKI) /100.000 kelahiran hidup Angka Kematian Ibu memberi gambaran tentang perilaku hidup sehat, kondisi status gizi, kesehatan lingkungan dan tingkat pelayanan kesehatan ibu mulai dari saat hamil, melahirkan dan masa nifas. Gambar 13 Trend Angka Kematian Ibu per 100.000 kelahiran hidup di Kabupaten Kolaka Tahun 2010 - 2014 250
228
226
300
239
267
200 150 100
147
118
173
201
250 200 150
146
100
50
114
-
50 -
2010
2011
2012
AKI nas/100.000
2013
2014
AKI kolaka/100.000
Grafik di atas memberi gambaran tentang jumlah kematian ibu di Kabupaten Kolaka selama kurun waktu 5 tahun, dengan lebih tertibnya pencatatan dan pelaporan di sarana pelayanan kesehatan, terlihat Halaman 28
Profil Kesehatan Tahun 2014
bahwa jumlah kematian ibu yang terlaporkan semakin meningkat. Tahun 2010 kematian ibu sebanyak 10 orang dari 6.800 kelahiran hidup, kemudian tahun 2011 jumlah kematian ibu 13 orang dari 5.744 kelahiran hidup, tahun 2012 sebanyak 15 kematian ibu dari 6.285 kelahiran hidup dan tahun 2013 menjadi 16 kematian ibu dari 5.993 Kelahiran hidup dan tahun 2014 terjadi penurunan menjadi 5 orang kematian ibu dari 4.382 Kelahiran hidup. Adapun penyebab kematian ibu pada tahun 2014 adalah Perdarahan, HDK dan penyebab lain.
Adapun secara rinci
jumlah kematian ibu dan wilayah kerja puskesmas dapat dilihat pada gambar berikut : Gambar 14 Peta Wilayah Kejadian Kematian Ibu di Kabupaten Kolaka Tahun 2014
Halaman 29
Profil Kesehatan Tahun 2014
Tabel 8 Data Kematian Ibu berdasarkan Puskesmas dan Penyebab Kematian di Kabupaten Kolaka Tahun 2014 Penyebab Puskesmas
Perdara han
Kolaka Kolaka
HDK
Lain2
1 1
Wolo
1
Kematian Saat
Tempat
Keterangan
Persalinan
RSB RS Regional RSUD
Eklamsia Penyakit kronis, HB, 35 hari post partum Kala I lama, pasca induksi persalianan, RUI, KJDR Eklamsia, anemia berat, gimely, hellt sindrom Eklampsia
Bersalin Nifas
Latambaga
1
Persalinan
RSUD
Pomalaa
1
Post SC
RSB
B. MORBIDITAS Pada bab ini menyajikan data mengenai pencegahan dan pengendalian penyakit terdiri atas penyakit menular dan penyakit tidak menular. Penyakit menular meliputi penyakit menular langsung dan penyakit yang ditularkan melalui Binatang. Situasi penyakit, baik kesakitan maupun kematian, merupakan indikator dalam menilai derajat kesehatan suatu masyarakat. 1.
Angka Kesakitan Penyakit Menular Langsung Penyakit menular yang disajikan dalam profil kesehatan Kabupaten Kolaka tahun 2014 ini antara lain adalah penyakit TB Paru, HIV/AIDS, Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA), Pneumonia Balita, Diare dan Kusta. a)
Tuberkulosis Paru
Tuberkulosis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini menyebar melalui droplet orang yang telah terinfeksi basil tuberkulosis. Beban penyakit yang disebabkan oleh tuberkulosis dapat diukur dengan case notification rate (CNR) dan prevalensi (didefinisikan sebagai jumlah kasus tuberkulosis pada suatu titik waktu tertentu) dan mortalitas/kematian (didefinisikan sebagai jumlah kematian akibat tuberkulosis dalam jangka waktu tertentu).
Halaman 30
Profil Kesehatan Tahun 2014
1) Kasus Baru BTA Positif Pada tahun 2014 ditemukan jumlah kasus baru BTA positif (BTA+) sebanyak 284 kasus, menurun bila dibandingkan kasus baru BTA+ yang ditemukan tahun 2013 yang sebesar 376 kasus. Jumlah kasus tertinggi yang dilaporkan terdapat di 3 Kecamatan dengan jumlah penduduk terbesar yaitu Kecamatan Kolaka, Pomalaa, dan Wundulako. Kasus baru BTA+ di tiga Kecamatan tersebut sebesar 47% dari jumlah seluruh kasus baru di Kabupaten Kolaka. Menurut jenis kelamin, kasus BTA+ pada laki-laki lebih tinggi dari pada perempuan yaitu hampir 1,6 kali dibandingkan kasus BTA+ pada perempuan. Pada masingmasing Kecamatan di Kabupaten Kolaka kasus BTA+ lebih banyak terjadi pada laki-laki dibandingkan perempuan. Disparitas paling tinggi antara laki-laki dan perempuan terjadi di Kecamatan Samaturu, kasus pada laki-laki sembilan kali lipat dari kasus pada perempuan. 2) BTA positif di antara semua kasus TB Proporsi pasien baru BTA positif di antara semua kasus TB menggambarkan prioritas penemuan pasien TB yang menular di antara seluruh pasien TB paru yang diobati. Angka ini diharapkan tidak kurang dari 65%. Apabila proporsi pasien baru BTA+ di bawah 65% maka hal itu menunjukkan mutu diagnosis yang rendah dan kurang memberikan prioritas untuk menemukan pasien yang menular (pasien BTA+). Gambar 15 Proporsi BTA+ di antara seluruh Suspek TB Paru Di Kabupaten Kolaka Tahun 2010-2014 5.000 4.000
25% 21%
20%
3.000
15%
2.000 1.000
1.045
10%
10%
11%
4.381
4.206
3.382
11% 2.544
-
10% 5% 0%
2010
2011 Suspek
2012
2013
2014
% (+)
Gambar 17 memperlihatkan bahwa sampai dengan tahun 2014 proporsi pasien baru BTA+ di antara seluruh kasus belum mencapai target yang diharapkan meskipun tidak terlalu jauh Halaman 31
Profil Kesehatan Tahun 2014
berada di bawah target minimal yang sebesar 65%. Hal itu mengindikasikan kurangnya prioritas menemukan kasus BTA+. Namun ada satu kecamatan yaitu Kecamatan Wolo yang telah mencapai target dengan kasus 14 kasus (suspek) positif 13 atau (92,9%). Sementara itu, Kecamatan Polinggona, Kecamatan Toari dan Kecamatan Watubangga merupakan Kecamatan dengan proporsi pasien baru BTA+ terendah yaitu masih di bawah 10% dari total suspek. Secara rinci gambaran per kecamatan dapat dilihat pada gambar di bawah ini : Gambar 16 Proporsi BTA+ Di Antara Seluruh Kasus TB Paru Menurut Kecamatan di Kabupaten Kolaka Tahun 2014 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
Kabupaten Wolo Iwoimendaa Pomalaa Latambaga Baula Kolaka Wundulako Tanggetada Samaturu Watubangga Toari Polinggona
0%
20%
40%
60%
80%
100%
120%
3) Angka notifikasi kasus atau Case Notification Rate (CNR) Angka notifikasi kasus adalah angka yang menunjukkan jumlah pasien baru yang ditemukan dan tercatat diantara 100.000 penduduk di suatu wilayah tertentu. Angka ini apabila dikumpulkan serial akan menggambarkan kecenderungan penemuan kasus dari tahun ke tahun di wilayah tersebut. Angka ini berguna untuk menunjukkan kecenderungan (trend) meningkat atau menurunnya penemuan pasien pada wilayah tersebut. Gambar 18 dan Gambar 19 menunjukkan angka notifikasi kasus baru Tb paru BTA+ dan angka notifikasi seluruh kasus TB per 100.000 penduduk dari tahun 2010-2014. Angka notifikasi kasus BTA+ pada tahun 2014 di Kolaka sebesar 116 per 100.000 penduduk.
Halaman 32
Profil Kesehatan Tahun 2014
Gambar 17 Angka Notifikasi Kasus BTA+ dan Seluruh Kasus (suspek) Per 100.000 Penduduk Tahun 2010-2014 1.363
1.500
1.275 1.003
1.042
1.000 332
500 -
69
131
128
127
116
2010
2011
2012
2013
2014
Semua Kasus TB /100.000 Penduduk
Kasus BTA +/100.000
4) Angka Keberhasilan Pengobatan Salah satu upaya untuk mengendalikan TB yaitu dengan pengobatan.
Indikator
yang
digunakan
sebagai
evaluasi
pengobatan yaitu angka keberhasilan pengobatan (success rate). Angka keberhasilan pengobatan ini dibentuk dari angka kesembuhan dan angka pengobatan lengkap. Berikut ini digambarkan angka kesembuhan dan keberhasilan pengobatan tahun 2010-2014. Gambar 18 Angka Kesembuhan dan Keberhasilan Pengobatan Pasien TB di Kabupaten Kolaka Tahun 2014.
200,0%
84,8%
90,2%
94,6%
92,2%
93,2%
88,9%
2013
2014
67,5% 150,0% 84,8%
89,9%
2010
2011
100,0%
67,3%
50,0% 0,0% 2012
Angka Kesembuhan
Halaman 33
Angka Keberhasilan
Profil Kesehatan Tahun 2014
b) HIV & AIDS HIV/AIDS merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi Human Immunodeficiency Virus yang menyerang sistem kekebalan
tubuh.
Infeksi
tersebut
menyebabkan
penderita
mengalami penurunan ketahanan tubuh sehingga sangat mudah untuk terinfeksi berbagai macam penyakit lain. Sebelum memasuki fase AIDS, penderita terlebih dulu dinyatakan sebagai HIV positif. Jumlah HIV positif yang ada di masyarakat dapat diketahui melalui 3 metode, yaitu pada layanan Voluntary, Counseling, and Testing (VCT), sero survey, dan Survei Terpadu Biologis dan Perilaku (STBP). Setelah 4 tahun berturut-turut (2011-2014) perkembangan jumlah kasus baru HIV positif mengalami peningkatan secara signifikan, dibanding tahun 2010 tidak ditemukan kasus dan untuk mengetahui perkembangan HIV Positif sampai tahun 2014 disajikan pada Gambar 21 berikut ini. Gambar 19 Jumlah Kasus Baru HIV Positif, Kasus Meninggal, dan Total Kasus HIV Di Kabupaten Kolaka Tahun 2011 - 2014
23
14
1
1 0
2011
5
6
2
3
2012 Kasus Baru
Halaman 34
9
8
2013 Meninggal
1 2014 Komulatif
Profil Kesehatan Tahun 2014
c) Penyakit Saluran Pernapasan Akut (ISPA) ISPA tergolong sebagai salah satu penyakit yang sangat mudah menyerang siapa saja baik dewasa maupun kalangan anak-anak termasuk pada bayi dan balita. Petugas kesehatan yang ada tidak tinggal diam dalam menyikapi fenomena tersebut, berbagai upaya kesehatan dilakukan untuk menekan angka kesakitan ISPA di masyarakat baik itu secara promotif dan preventif, maupun tindakan kuratif dan rehabilitatif. Di Kabupaten Kolaka kurun waktu 5 tahun angka kesakitan ISPA berfluktuasi, tahun 2009 berjumlah penderita ISPA sebanyak 20.588 penderita atau angka kesakitan 72/1.000 penduduk, tahun 2010 naik menjadi 24.076 atau 76/1.000 penduduk. Sedangkan pada tahun 2011 turun drastis menjadi 17.239 penderita atau 55/1.000 penduduk, Tahun 2012 kembali naik menjadi 23.031 penderita dengan angka kesakitan 70/1.000 penduduk dan pada tahun 2013 menjadi 26.559 penderita dengan angka kesakitan 79/1.000 penduduk untuk mengetahui gambaran trend ISPA selama 5 tahun dapat dilihat pada grafik berikut : Gambar 20 Angka Kesakitan Penyakit ISPA per 1000 Penduduk Kabupaten Kolaka Tahun 2010 – 2014 30.000
114
25.000 20.000
100 80
79
76
15.000
70 60
55
10.000
40
5.000
20 24.076
17.239
23.031
26.559
27.830
0
0 2010
2011 JUM.PENDERITA
Halaman 35
120
2012
2013
2014
ANGKA KESAKITAN/1000 PDDK
Profil Kesehatan Tahun 2014
d) Penyakit Pneumonia Pneumonia
adalah
penyakit
yang
disebabkan
kuman
pneumococcus, staphylococcus, streptococcus, dan virus. Gejala penyakit pneumonia yaitu menggigil, demam, sakit kepala, batuk, mengeluarkan dahak, dan sesak napas. Populasi yang rentan terserang pneumonia adalah anak-anak usia kurang dari 2 tahun, usia lanjut lebih dari 65 tahun dan orang yang memiliki masalah kesehatan (malnutrisi, gangguan imunologi). Sedangkan menurut status ekonomi dengan menggunakan kuintil indeks kepemilikan, semakin rendah kuintil indeks kepemilikan semakin tinggi period prevalence pneumonia. Akan tetapi penanganannya tidak begitu sulit apabila dilakukan pada tempat dan dengan cara yang benar. Salah satu upaya yang dilakukan untuk mengendalikan penyakit ini yaitu dengan meningkatkan penemuan pneumonia pada balita. Perkiraan kasus pneumonia pada balita di suatu wilayah sebesar 10% dari jumlah balita di wilayah tersebut. Berikut ini gambaran penemuan peneumonia pada balita tahun 2010-2014. Gambar 21 Angka Kesakitan Pneumonia Balita per 1000 Pddk Balita Kabupaten Kolaka Tahun 2010 – 2014 1.200
1.028
1.000 800 600 400 200
31
923
1.129 46
40 30
27
364
305
20
11
10
10
0
2010
2011
JUM.PENDERITA
Halaman 36
50
2012
2013
2014
ANGKA KESAKITAN/1000 balita
Profil Kesehatan Tahun 2014
e) Diare Diare merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri yang sangat
dipengaruhi
oleh
higiene
perorangan
dan
higiene
lingkungan. Daerah kumuh dan padat penduduk merupakan wilayah yang penduduknya paling rentan terkena diare. Upaya penyuluhan merupakan salah satu cara yang dilakukan oleh pemerintah dalam menekan angka kesakitan diare. Penyakit ini tergolong mudah disembuhkan apabila ditangani dengan cepat dan benar. Akan tetapi bila tidak ditangani dengan cepat dan benar maka dapat berakibat kematian. Berdasarkan grafik di bawah ini, dapat disimpulkan bahwa perlu adanya kewaspadaan dini terhadap penyakit diare karena adanya peningkatan kasus sepanjang 5 tahun terakhir. Pada tahun 2010 terdapat 6.473 kasus, tahun 2011 sebanyak 6.806 kasus, tahun 2012 sebanyak 6.862 kasus, tahun 2013 naik menjadi 7.395 kasus dengan angka kesakitan sebesar 2.193 per 100.000 penduduk dan turun kembali pada tahun 2014 menjadi 4.426 kasus dengan angka kesakitan 1.813 per 100.000 penduduk, berikut trend gambaran angka kesakitan diare dalam kurun 5 tahun terakhir. Gambar 22 Angka Kesakitan Penyakit Diare per 100.000 Penduduk Kabupaten Kolaka Tahun 2010 – 2014 8.000 7.000 6.000 5.000 4.000 3.000 2.000 1.000 0
2.053
2.134
2.193
2.500 1.813
2.000 1.500 1.000 500
6.473
6.806
6.862
7.395
4.426 0
2010
Halaman 37
2.159
2011
2012
2013
2014
Profil Kesehatan Tahun 2014
f)
Penyakit Kusta Penyakit kusta dibedakan dalam 2 kategori yaitu Pausi Basiler (PB) atau biasa dikenal dengan Kusta Kering dan Multi Basiler (MB) atau biasa disebut Kusta Basah. Bila dilihat pada grafik di bawah ini, Jumlah Kasus baru yang ditemukan kurun waktu 5 tahun berfluktuasi. Pada tahun 2010 terdapat 38 penderita, tahun 2011 sebanyak 37 penderita, kemudian tahun 2012 ditemukan 44 kasus dan tahun 2013 penemuan kasus baru sebanyak 16 orang dengan prevalensi 13 per 100.000 penduduk. Pada tahun 2014 penemuan kasus baru sebanyak 27 kasus dengan prevalensi 11 per 100.000 penduduk, berikut gambaran trend penemuan kasus baru Kusta 5 tahun terakhir . Gambar 23 Angka Kesakitan Penyakit Kusta per 10.000 Penduduk Kabupaten Kolaka Tahun 2010 – 2014 50 40
1,2
1,2
1,4
1,3 1,1
30
1 0,8
20
0,6
0,5
0,4
10 38
37
44
16
27
0
0,2 0
2010
2011 KASUS KUSTA
2.
1,2
2012
2013
2014
Prev /10.000 PDDK
Penyakit Menular yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) PD3I merupakan penyakit yang diharapkan dapat diberantas/ditekan dengan pelaksanaan program imunisasi, pada profil kesehatan ini akan dibahas penyakit tetanus neonatorum, campak, difteri, dan polio. a. Tetanus Neonatorum Pada tahun 2014 dan tahun 2013 di Kabupaten Kolaka sudah tidak ditemukan kasus Tetanus Neonatorum (TN). Penanganan kasus Tetanus Neonatorum memang tidak mudah tetapi juga bukannya tidak mungkin untuk dicegah. Yang terpenting adalah upaya pencegahannya melalui pertolongan persalinan yang higienis di fasilitas kesehatan dan oleh petugas kesehatan yang berkompetensi
Halaman 38
Profil Kesehatan Tahun 2014
kebidanan, kemudian ditunjang dengan imunisasi TT lengkap pada ibu hamil. b. Campak Campak merupakan penyakit menular yang sering menyebabkan kejadian luar biasa (KLB). Pada tahun 2014 ditemukan kasus sebanyak 6 kasus (2 laki-laki dan 4 perempuan) di dua puskesmas yaitu Puskesmas Baula 4 kasus dan Pomalaa 2 kasus. Semua ditangani dengan baik dan tidak ada yang meninggal, tahun 2013 ditemukan 21 kasus yaitu Puskesmas Latambaga 7 kasus, Watubangga, 6 kasus Tirawuta 4 kasus, Baula 2 Kasus, Pomala 1 kasus, dan Tanggetada 1 kasus. Kasus campak tahun ini mengelami penurunan dibanding tahun 2012 yakni sebanyak 57 penderita campak yang tersebar di tujuh kecamatan yaitu Kolaka, Wundulako, Baula, Pomalaa, Watubangga, Polinggona, dan Ladongi. Sedangkan pada tahun 2011 ditemukan kasus campak sebanyak 117 kasus, kasus ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2010 yaitu 14 kasus. Berikut ini gambaran persebaran kasus Campak berdasarkan kecamatan Tahun 2014. Gambar 24 Peta persebaran Kasus Campak berdasarkan Kecamatan di Kabupaten Kolaka Tahun 2014
Halaman 39
Profil Kesehatan Tahun 2014
c. Difteri Difteri termasuk penyakit menular yang kasusnya relatif rendah. Rendahnya kasus difteri sangat dipengaruhi adanya program imunisasi. Di Kabupaten Kolaka selama kurun waktu 2014 tidak ditemukan kasus difteri, tahun 2013 ditemukan 1 suspek difteri yaitu di puskesmas Wundulako namun hasil pemeriksaan laboratorium (-) dan tahun 2012 tidak ditemukan adanya kasus difteri, pada tahun 2011 ditemukan 4 kasus difteri yaitu di wilayah kerja puskesmas Kolaka 2 kasus, Puskesmas Wundulako 1 kasus dan Puskesmas Ladongi Jaya 1 kasus akan tetapi jika dibandingkan dengan tahun 2010, terjadi peningkatan karena hanya ditemukan 1 kasus di kecamatan Kolaka. d. Polio Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit polio telah dilakukan melalui gerakan imunisasi polio, yang ditindaklanjuti dengan kegiatan surveilans epidemiologi secara aktif terhadap kasus-kasus AFP kelompok umur <15 tahun. Pada Tahun 2014 ditemukan 1 (satu) kasus AFP di Puskesmas kecamatan Pomalaa Tahun 2013 ditemukan 2 kasus yaitu di Puskesmas Tinondo dan Puskesmas Tirawuta sama dengan Tahun 2012 ditemukan kasus AFP sebanyak 2 kasus yang terjadi di wilayah kerja Puskesmas Wolo. Hal ini lebih rendah dibanding pencapaian
tahun 2011
sebanyak 4 kasus, pencapaian ini sesuai dengan target nasional yang ingin dicapai sebesar sama atau lebih dari 2 per 100.000 penduduk usia < 15 Tahun. Berikut peta lokasi kejadian kasus AFP di Kabupaten Kolaka Tahun 2014.
Halaman 40
Profil Kesehatan Tahun 2014
Gambar 25 Peta Kasus AFP berdasarkan Kecamatan di Kabupaten Kolaka Tahun 2014
3.
Penyakit Menular Bersumber vektor dan Binatang Grafik di bawah ini menjelaskan pencapaian angka kesakitan beberapa penyakit menular bersumber vektor dan binatang yang diamati selama 5 tahun, yaitu angka kesakitan penyakit DBD, Malaria Palsifarum, filariasis dan angka kesakitan kasus gigitan anjing tersangka rabies, dengan hasil sebagai berikut : a. Angka Kesakitan Penyakit DBD Penyakit DBD merupakan Penyakit yang endemis di Kabupaten Kolaka dan dari tahun ke tahun berfluktuasi baik jumlah penderita maupan angka kesakitannya berikut grafik gambaran angka kesakitan diare 5 tahun terakhir.
Halaman 41
Profil Kesehatan Tahun 2014
Gambar 26 Pencapaian Angka Kesakitan Penyakit DBD /100.000 Penduduk Kabupaten Kolaka dan Angka Target Nasional Tahun 2010 – 2014 183
250 200
113
150
41
100
59 25
50 -
55
54
53
52
51
2010
2011
2012
2013
2014
ANGKA KESAKITAN NASIONAL
ANGKA KESAKITAN KABUPATEN
Grafik di atas menjelaskan pencapaian angka kesakitan penyakit DBD Angka kesakitan DBD tahun 2010 113/100.000 penduduk dengan jumlah penderita sebanyak 356 orang, hal ini disebabkan adanya kejadian luar biasa (KLB) di beberapa wilayah kerja Puskesmas. Tahun 2011 pencapaian angka kesakitan sebesar 41/100.000 penduduk atau 131 penderita, Tahun 2012 ditemukan 84 dan 1 orang diantaranya meninggal dunia dengan angka kesakitan sebesar 25/100.000 penduduk dengan CFR 1,2%. Dan pada tahun 2013 meningkat menjadi 198 dengan angka kesakitan 59/100.000 penduduk dan 4 diantaranya meninggal dunia dengan CFR 2,02% dan pada tahun 2014 ditemukan penderita 447 d dan 6 diantaranya meninggal dengan angka kesakitan 183/100.000 penduduk dengan CFR 1,34% angka ini masih jauh lebih tinggi dari target yang ingin dicapai tahun 2014 sebesar 1 per 100.000 penduduk. Adapun peta wilayah kejadian kematian akibat DBD tahun 2014 adalah sebagai berikut :
Halaman 42
Profil Kesehatan Tahun 2014
Gambar 27 Peta Wilayah Kejadian Kematian Akibat Penyakit DBD di Kabupaten Kolaka Tahun 2014
b. Malaria Gambar 28 Angka Kesakitan Penyakit Malaria Per 1000 PDDK Kabupaten Kolaka dan Target Nasional Tahun 2010 – 2014 `
0,3
2,0
2,5
0,3
1,8
0,2
0,3
1,5
2,0 1,3 1,0
0,2 0,1
1,0
0,2 0,1
0,1
0,1
0,5
-
2010
2011 ANGKA KABUPATEN
Halaman 43
1,5
2012
2013
0,02 2014
ANGKA NASIONAL
Profil Kesehatan Tahun 2014
Grafik di atas memperlihatkan angka kesakitan malaria kurun waktu 5 tahun yakni tahun 2010 ditemukan 50 penderita dengan angka kesakitan 0,16/1.000 penduduk, tahun 2011 meningkat lagi menjadi 84 penderita dengan angka kesakitan 0,26 per 1.000 penduduk, tahun 2012 turun menjadi 37 penderita dengan angka kesakitan 0,11 per 1.000 penduduk. sedangkan pada 2013 ditemukan 38 kasus dengan angka kesakitan 0,11 per 1.000 penduduk pada 2014 ditemukan 5 kasus dengan angka kesakitan 0,02 per 1.000 penduduk. c. Filariasis Grafik 16 menjelaskan pencapaian Angka kesakitan penyakit filariasis 5 tahun terakhir, tahun 2010 angka kesakitan 0,7/1.000 penduduk atau sekitar 22 kasus, tahun 2011 ditemukan 5 kasus baru sehingga jumlah penderita menjadi 27 orang dengan angka kesakitan sebesar 0,84/1.000 penduduk, pada tahun 2012 ditemukan lagi 1 kasus baru Filariasis di wilayah kerja Puskesmas Tanggetada, sehingga total penderita hingga tahun 2012 yaitu 28 orang, dan pada tahun 2013 sebanyak 26 kasus kurang dari tahun 2012 karena 1 penderita pindah ke Provinsi Sulawesi Selatan, 1 penderita meninggal dunia dan pada tahun 2014 ditemukan lagi 1 kasus baru di kecamatan Pomalaa dan karena pemekaran kabupaten, sisa kasus tahun lalu tinggal 18 dan ditambah 1 tahun 2014 menjadi 19 kasus. Berikut gambaran kasus filariasis 5 tahun terakhir. Gambar 29 Pencapaian Angka Kesakitan Filariasis Kabupaten Kolaka Tahun 2010 – 2014 30 25
27
28
26
22 19
20 15 10 5 -
0,1
0,1
0,1
0,1
0,1
2010
2011
2012
2013
2014
jml kasus
Halaman 44
AK/1.000 pddk
Profil Kesehatan Tahun 2014
d. Kasus Gigitan Hewan Tersangka Rabies Gambar 30 Angka Kesakitan Gigitan Hewan Tersangka Rabies Kabupaten Kolaka Tahun 2010 - 2014 500 1,1
400 300
0,9
1,1
0,9 0,7
200 100
286
303
378
384
162
2010
2011
2012
2013
2014
0
JUMLAH KASUS
1,4 1,2 1,0 0,8 0,6 0,4 0,2 -
ANGKA GIGITAN/1.000PDDK
Gambar di atas menjelaskan angka kesakitan kasus gigitan hewan tersangka rabies selama 5 tahun masih tinggi jika dibanding target yang ingin dicapai sebesar 5 per 1000 penduduk. Ini terlihat pada pencapaian Tahun 2010 0,9/1000 penduduk akan tetapi tahun 2011 meningkat menjadi 0,9/1000 penduduk. Tahun 2012 meningkat kembali menjadi 1,1/1000 penduduk. dan tahun 2013 kasus meningkat namun kalau dihitung dari angka kesakitan menurun yakni 1,1/1000 penduduk Ini merupakan hal yang perlu diwaspadai mengingat hampir selalu terjadi peningkatan kasus dari tahun ke tahun dan untuk tahun 2013 angka kematian rabies sebanyak 4 orang atau 1,04% tahun 2014 ditemukan kasus tersangka rabies sebanyak 162 gigitan dan semua diberikan VAR dan tidak ada kasus yang meninggal. 4.
Trend Angka Kesakitan Penyakit Tidak Menular Hipertensi dan Diabetes Mellitus merupakan penyakit degeneratif yang sangat dipengaruhi oleh faktor genetik, perilaku dan pola makan masyarakat. Berikut ini merupakan gambaran jumlah Penderita penyakit
Halaman 45
Profil Kesehatan Tahun 2014
Hipertensi dan Diabetes Mellitus di Kabupaten Kolaka selama kurun waktu 5 tahun terakhir. Gambar 31 Jumlah Penderita Penyakit Diabetes Mellitus dan Hipertensi Kabupaten Kolaka Tahun 2010 - 2014 10.685 7.778
9.362 6.701
4.898 3.413
2.594
2010
1.254
819
667
2011 Diabetes Millitus
2012
2013
2014
Hipertensi
Gambar di atas menjelaskan angka kesakitan penyakit tidak menular yang diamati selama 5 tahun menunjukkan terjadinya peningkatan, seperti penyakit hipertensi dan Penyakit Diabestes militus mengalami peningkatan, khususnya di tahun 2011 dan tahun 2012.
Halaman 46
Profil Kesehatan Tahun 2014
BAB V UPAYA KESEHATAN A. PELAYANAN KESEHATAN DASAR 1. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak a. Pelayanan Antenatal (K1 dan K4) Pelayanan antenatal merupakan pelayanan kesehatan kepada ibu hamil selama masa kehamilannya, yang dapat dipantau dari cakupan K1 untuk mengetahui kontak pertama ibu hamil dengan petugas dalam mendapatkan pelayanan kesehatan, serta K4 yang memberi gambaran kualitas pelayanaan sesuai standar minimal empat kali kunjungan (sekali pada trimester pertama, sekali pada trimester kedua, dan dua kali pada trimester ketiga). Persentase kunjungan baru ibu hamil (K1) Kabupaten Kolaka dari hasil kompilasi laporan Puskesmas tahun 2014 sangat baik yakni sebesar 99,98 % atau 4.971 kunjungan ibu hamil dari total sasaran ibu hamil sebanyak 4.972 ini menandakan kesadaran ibu hamil sangat tinggi dalam memeriksakan kehamilannya kepada petugas kesehatan. Sedangkan kunjungan K4, pada tahun 2014 sebanyak 3.976 kunjungan ibu hamil atau sebesar 80% dari 4.972 sasaran ibu hamil angka ini belum memenuhi target nasional tahun 2014 yaitu K4 sebesar 95%. Hal ini disebabkan karena pada saat penentuan sasaran di awal tahun, ibu hamil K4 pada saat itu tidak dimasukkan dalam sasaran. Berikut gambaran kunjungan bumil K1 dan K4 selama 5 tahun terakhir. Gambar 32 Persentase Kunjungan Ibu Hamil K1 dan K4 Kabupaten Kolaka Tahun 2010 – 2014
100,0 80,0 67,6
20,0
73,1
72,0
40,0
97,5 79,8
89,5
60,0
97,1
80,0
100,0
100,0
0,0 2010
2011
2012
% K1
Halaman 47
2013
2014
% K4
Profil Kesehatan Tahun 2014
b. Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan Persalinan oleh tenaga kesehatan adalah persalinan yang ditolong oleh dokter spesialis kebidanan, dokter umum, dan bidan. Hasil pengumpulan data persalinan oleh tenaga kesehatan di Kabupaten Kolaka pada tahun 2014 sebesar 89,6% atau sebanyak 4.253 persalinan oleh tenaga kesehatan dari total jumlah ibu bersalin sebanyak 4.745, angka di tahun 2014 ini belum mencapai target SPM tahun 2014 sebesar 90%. Pencapaian tertinggi pada wilayah Puskesmas Tosiba, Kolaka dan Latambaga yakni mencapai 99% dan terendah adalah Puskesmas Polinggona 73,5%, Watubangga 80,8% dan Baula 80,8%. Penyebab terjadinya kesenjangan antara sasaran dan cakupan tersebut salah satunya adalah kemitraan bidan dan dukun yang belum optimal. Berikut gambaran persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan selama 5 tahun terakhir. Gambar 33 Persentase Cakupan Pertolongan Persalinan Tenaga Kesehatan Kabupaten Kolaka dan Target Nasional Tahun 2010 – 2014
95 90 85 80 75 70 65 60
86
87
88
89
89
94,0 89,6
88,3 80,0 71,9 2010
2011 Target Nasional
2012
2013
2014
Cakupan PN Kabupaten
c. Penanganan Ibu Hamil dan Neonatal Risiko Tinggi Salah satu upaya penanganan masalah yang dapat mengakibatkan tingginya angka kematian ibu dan anak adalah upaya pelayanan rujukan ibu hamil dan neonatus risti. Selain Rumah Sakit sebagai pusat rujukan, juga telah dikembangkan 2 Puskesmas menjadi Halaman 48
Profil Kesehatan Tahun 2014
Puskesmas PONED yaitu Puskesmas Watubangga dan Puskesmas Wolo, yang diharapkan dapat memberikan pelayanan emergency dasar pada ibu hamil dan neonatal risti. Dari data estimasi sasaran ibu hamil risiko tinggi di Kabupaten Kolaka tahun 2014 sebesar 994 bumil, yang ditemukan sebanyak 537 bumil atau sebesar 54%, semuanya ditangani (100%). Cakupan ini meningkat dibandingkan tahun 2013 sebanyak 1.584 orang, ditemukan ibu hamil risti sebanyak 781 orang (49,3%) dan 100% mendapatkan penanganan baik itu ditangani di puskesmas PONED maupun dirujuk ke RSU. Sedangkan neonatal resti pada Tahun 2014 diperkirakan sebanyak 677 bayi, ditemukan sebanyak 173 atau sekitar 25,5% dari jumlah perkiraan neonatal resti dan semua kasus neonatal risti yang ditemukan mendapatkan menanganan baik di Puskesmas PONED maupun di RSU. Berikut grafik cakupan penanganan Bumil Resti: Gambar 34 Persentase Cakupan Penangan Bumil Resti Kabupaten Kolaka dan Target Nasional Tahun 2010 – 2014
90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0%
71%
73%
75%
77%
79%
57%
54%
74%
49%
21% 2010
2011
Target Nas (%)
2012
2013
2014
Capaian Kab. Kolaka (%)
Sedangkan untuk cakupan penanganan Neonatal Resti dapat digambarkan pada grafik berikut :
Halaman 49
Profil Kesehatan Tahun 2014
Gambar 35 Persentase Cakupan Penangan Neonatal Resti Kabupaten Kolaka dan Target Nasional Tahun 2010 – 2014
90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0%
80%
80%
10%
9%
2010
2011
80%
80%
80%
25%
29%
31%
2013
2014
2012
Target Nas (%)
Capaian Kab. Kolaka (%)
d. Kunjungan Neonatus (KN) Kunjungan Neonatal adalah persentase neonatal (bayi umur 0-28 hari) yang memperoleh pelayanan kesehatan minimal 3 kali (KN Lengkap) dari petugas kesehatan. Kunjungan ini bertujuan untuk memantau kondisi kesehatan bayi baru lahir sehingga masalah yang dapat mengakibatkan kematian pada bayi secepatnya tertangani. Secara rinci jumlah kunjungan neonatus tahun 2010 s/d tahun 2014 dapat dilihat pada gambar berikut ini : Gambar 36 Cakupan Kunjungan Neonatus Lengkap (3 Kali) Kabupaten Kolaka Tahun 2010 – 2014 7.000
5.770
-
80,0 75,0
2010
2011 Absolut
Halaman 50
90,0 85,0
4.295
87,0 5.907
1.000
86,0 5.229
2.000
84,0
88,0 83,7
6.114
3.000
90,0
84,4
100,0 95,0
91,0
5.000 4.000
95,1
94,0
6.000
2012 % Cakupan
2013
2014
% Target Nasional
Profil Kesehatan Tahun 2014
Secara keseluruhan cakupan KN Lengkap di Kabupaten Kolaka tahun 2014 sebanyak 4.295 kunjungan atau sekitar 95,1% tahun 2013 sebanyak 5.770 kunjungan atau sekitar 83,7%, tahun 2012 sebanyak 5.907 atau 94%, lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 hanya sebesar 5.229 atau sekitar 91%, tahun 2010 sebesar 6.114 atau sekitar 84,4%, Pencapaian tahun 2014 ini sudah memenuhi target program yaitu 90% dari jumlah bayi lahir hidup. e. Pelayanan Kesehatan balita/Anak Pra Sekolah Kehidupan anak, usia dibawah lima tahun merupakan bagian yang sangat
penting.
Usia
tersebut
merupakan
landasan
yang
membentuk masa depan kesehatan, kebahagiaan, pertumbuhan, perkembangan, dan hasil pembelajaran anak di sekolah, keluarga, masyarakat dan kehidupan secara umum. Kesehatan balita harus dipantau untuk memastikan kesehatan mereka selalu dalam kondisi optimal. Untuk itu dipakai indikator-indikator yang bisa menjadi ukuran keberhasilan upaya peningkatan kesehatan balita, salah satu diantaranya adalah pelayanan kesehatan anak balita. Adapun batasan anak balita adalah setiap anak yang berada pada kisaran umur 12 sampai dengan 59 bulan. Pelayanan kesehatan pada anak balita dilakukan oleh tenaga kesehatan dan memperoleh : 1) Pelayanan Pemantauan pertumbuhan minimal 8 kali setahun (Penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan minimal 8 kali dalam setahun). 2) Pemberian vitamin A dua kali dalam setahun yakni setiap bulan Februari dan Agustus 3) Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang balita minimal 2 kali dalam setahun. 4) Pelayanan Anak Balita Sakit sesuai standar menggunakan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS). Pelayanan kesehatan pada kelompok anak pra sekolah, usia sekolah dilakukan dengan pelaksanaan pemantauan dini terhadap Halaman 51
Profil Kesehatan Tahun 2014
tumbuh kembang, dan jika kita melihat hasil pemantauan selama 5 tahun mengalami fluktuasi tahun 2010 sebesar 11,9%, tahun 2011 meningkat menjadi 76,6%, tahun 2012 sebesar 79,3% dan tahun 2013 menjadi 60,3% dan pada tahun 2014 terjadi penurunan yakni dari 20.563 balita yang berkunjung dan dilakukan pemeriksaan selama 8 kali sebanyak 6.456 atau 31,4% hal ini dimungkinkan terjadi karena : - sebagian
besar
masyarakat
beranggapan
bahwa
setelah
dilakukan imunisasi lengkap sudah tidak perlu lagi dibawa ke posyandu untuk dilakukan pemeriksaan tumbuh kembangnya. - pelaporan apras belum dilakukan oleh semua puskesmas dan petugas perlu ada pelatihan DDTK di tingkat puskesmas. Berikut gambaran cakupan deteksi tumbuh kembang anak balita Pra Sekolah. Gambar 37 Cakupan Pemeriksaan Balita Prasekolah Kabupaten Kolaka Tahun 2010 – 2014
25.000
83
76,6
79,3
22.256
20.000
80
15.000
0
11,9
2010
2011 Mendapat Yankes
f.
2012
100,0
60,0
60,3
40,0 31,4 6.465
5.000
90
80,0
3.845
10.000
86
17.915
78
24.649
30.000
2013 % Cakupan
20,0 0,0
2014 % Target Nasional
Pelayanan Kesehatan Anak Sekolah Dasar Kelas 1 (satu) Berikut gambaran hasil pelayanan kesehatan pada Penjaringan Anak Sekolah SD Kelas 1 (satu) di kabupaten Kolaka selama 5 tahun mengalami peningkatan, tahun 2010 cakupan pelayanan kesehatan Anak SD kelas 1 sebesar 47,1%, tahun 2011 sebesar
Halaman 52
Profil Kesehatan Tahun 2014
65,4%, tahun 2012 sebesar 48,2% dan tahun 2013 meningkat menjadi 90,7% dan pada tahun 2014 menjadi 98,2% target yang harus dicapai 100% akan tetapi tidak dapat dipenuhi disebabkan waktu pelayanan di sekolah ada murid yang tidak hadir waktu pelaksanaan berikut gambaran. Gambar 38 Cakupan Pemeriksaan Kesehatan Siswa SD Kelas 1 Tahun 2010 s/d 2014 94
95
97
98
99
120,0 100,0
90,7
98,2
40,0 5651
6664
7481
7402
48,2
47,1
80,0 60,0
65,4
9239
10000 9000 8000 7000 6000 5000 4000 3000 2000 1000 0
20,0 0,0
2010
2011
SD Kls 1 dpt Yankes
2012
2013 % Cakupan
2014 % Target
2. Pelayanan Keluarga Berencana Jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) menurut hasil pengumpulan data pada tahun 2014 sebanyak 59.946 PUS dengan peserta KB Aktif sebanyak 28.432 atau sekitar 49,9%, tahun 2013 sebanyak 59.946 PUS dengan peserta KB Aktif sebanyak 28.432 atau sekitar 49,9%. Peserta KB aktif di kabupaten Kolaka mengalami kenaikan antara tahun 2009 s/d 2011 dan mengalami penurunan selama 2 tahun terakhir yakni dari tahun 2012-2013. Hal ini dimungkinkan dari sistem pencatatan dan pelaporan yang belum sesuai dengan definisi operasional yang telah ditentukan, Masalah pencatatan yang belum maksimal (kb mandiri tdk terlapor). Olehnya itu perlu adanya sosialisasi dan bimbingan teknis yang intensif kepada pengelola laporan di puskesmas. Berikut
Halaman 53
Profil Kesehatan Tahun 2014
gambaran peserta KB aktif di Kabupaten kolaka selama 5 tahun terakhir: Gambar 39 Gambaran peserta KB Aktif Kabupaten Kolaka Tahun 2010 – 2014 74,4
45.000 40.000 35.000 30.000 25.000 20.000 15.000 10.000 5.000 0
75,5
70
80,0
67,5 70
70
70
70 54,6
49,9
70,0 60,0 50,0 40,0
24.773
28.432
40.152
42.555
41.314
30,0 20,0 10,0 0,0 2010
2011
2012
KB Aktif
2013
2014
% Cakupan
% Target
Adapun jenis kontrasepsi yang digunakan oleh peserta KB aktif tahun 2014 yakni IUD 597 orang, MOP/MOW 265 orang, Implant 2.752 orang, Kondom 628 orang, suntik 12.404 orang, Pil 8.127 orang, dengan proporsi masing-masing alat kontrasepsi tersebut dapat dilihat pada grafik berikut : Gambar 40 Proporsi Penggunaan Alat Kontrasepsi Peserta KB Aktif Tahun 2014 Kondom MOP/MOW IUD 265 628 597
Implant 2.752
Pil 8.127
Suntik 12.404
IUD
Halaman 54
Implant
Suntik
Pil
Kondom
MOP/MOW
Profil Kesehatan Tahun 2014
3. Imunisasi Proses perjalanan penyakit diawali ketika virus/ bakteri/ protozoa/ jamur, masuk ke dalam tubuh. Setiap makhluk hidup yang masuk ke dalam tubuh manusia akan dianggap benda asing oleh tubuh atau yang disebut dengan antigen. Secara alamiah sistem kekebalan tubuh akan membentuk zat anti yang disebut antibodi untuk melumpuhkan antigen. Pada saat pertama kali antibodi “berinteraksi” dengan antigen, respon yang diberikan tidak terlalu kuat. Hal ini disebabkan antibodi belum “mengenali” antigen. Pada interaksi antibodi-antigen yang ke-2 dan seterusnya, sistem kekebalan tubuh sudah memiliki “memori” untuk mengenali antigen yang masuk ke dalam tubuh, sehingga antibodi yang terbentuk lebih banyak dan dalam waktu yang lebih cepat. Proses pembentukan antibodi untuk melawan antigen secara alamiah disebut imunisasi alamiah. Sedangkan program imunisasi melalui pemberian vaksin adalah upaya stimulasi terhadap sistem kekebalan tubuh untuk menghasilkan antibodi dalam upaya melawan penyakit dengan melumpuhkan “antigen” yang telah dilemahkan yang berasal dari vaksin. Imunisasi
adalah
suatu
cara
untuk
menimbulkan/meningkatkan
kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila kelak ia terpapar dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya sakit ringan. Program imunisasi merupakan salah satu upaya untuk melindungi penduduk terhadap penyakit tertentu. Program imunisasi diberikan kepada populasi yang dianggap rentan terjangkit penyakit menular, yaitu bayi, anak usia sekolah, wanita usia subur, dan ibu hamil. a) Imunisasi Dasar pada Bayi Imunisasi melindungi anak terhadap beberapa Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I). Seorang anak diimunisasi dengan vaksin yang disuntikkan atau diteteskan melalui mulut. Pada beberapa negara hepatitis masih menjadi masalah. Sepuluh dari 100 orang akan menderita hepatitis sepanjang hidupnya jika tidak Halaman 55
Profil Kesehatan Tahun 2014
divaksin hepatitis B. Sampai dengan seperempat dari jumlah anak yang menderita hepatitis B dapat berkembang menjadi kondisi penyakit hati yang serius, seperti kanker hati. Disamping itu wajib diberikan imunisasi hepatitis B segera setelah bayi lahir untuk mencegah penularan virus hepatitis dari ibu kepada anaknya. Imunisasi BCG dapat melindungi anak dari penyakit tuberculosis. Imunisasi DPT dapat mencegah penyakit diphteri, pertusis dan tetanus. Diptheri menyebabkan infeksi saluran pernafasan atas, yang dalam beberapa kasus dapat menyebabkan kesulitan bernafas bahkan kematian. Tetanus menyebabkan kekakuan otot dan kekejangan otot yang menyakitkan dan dapat mengakibatkan kematian.
Pertusis
atau
batuk
rejan
mempengaruhi
saluran
pernafasan dana dapat menyebabkan batuk hingga delapan minggu. Semua anak perlu mendapatkan imunisasi polio. Tanda-tanda polio adalah tungkai tiba-tiba lumpuh dan sulit untuk bergerak. Dari 200 anak yang terinfeksi polio,
maka satu orang akan menjadi cacat
sepanjang hidupnya. Sebagai salah satu kelompok yang menjadi sasaran program imunisasi, setiap bayi wajib mendapatkan lima imunisasi dasar lengkap (LIL) yang terdiri dari : 1 dosis BCG, 3 dosis DPT, 4 dosis polio, 3 dosis hepatitis B, dan 1 dosis campak. Dari kelima imunisasi dasar lengkap yang diwajibkan tersebut, campak merupakan imunisasi yang mendapat perhatian lebih yang dibuktikan dengan komitmen Indonesia pada lingkup ASEAN dan SEARO untuk mempertahankan cakupan imunisasi campak sebesar 90%. Hal ini terkait dengan realita bahwa campak adalah salah satu penyebab utama kematian pada balita. Dengan demikian pencegahan campak memiliki peran signifikan dalam penurunan angka kematian balita. Kabupaten Kolaka memiliki cakupan imunisasi campak pada tahun 2014 sebesar 89 %. Capaian tersebut belum memenuhi target 90% yang menjadi Target Halaman 56
Nasional. Cakupan pada
tahun 2014
Profil Kesehatan Tahun 2014
mengalami penurunan dibandingkan tahun 2013 yaitu sebesar 99,8 %. Pada tingkat Puskesmas, terdapat 5 Puskesmas
yang telah
mencapai target 90% seperti disajikan pada gambar 59 berikut. Gambar 41 Persentase Cakupan Imunisasi Campak Kabupaten Kolaka Menurut Puskesmas Tahun 2014 107 105 104
POMALAA KOLAKA POLINGGONA
93 90 89 87
Wundulako WATUBANGGA IWOIMENDAA WOLO
77 76 74 74
SAMATURU LATAMBAGA TANGGETADA BAULA
66
TOARI
-
20
40
60
80
100
120
Pada gambar di atas dapat diketahui bahwa Kecamatan Pomalaa memiliki capaian tertinggi sebesar 107% diikuti oleh Kecamatan Kolaka sebesar 105% dan Polinggona sebesar 104%. Sedangkan Kecamatan dengan cakupan terendah adalah Toari sebesar 66%, diikuti oleh Baula sebesar 74% dan Tanggeatada sebesar 80,69%. Sedangkan berdasarkan laporan Riskesdas 2013, persentase imunisasi campak pada anak 12 – 23 bulan secara nasional sebesar 82,1%. Capaian tersebut belum memenuhi target 90% yang menjadi komitmen Indonesia pada lingkup regional. Gambar 42 Persentase Cakupan Imunisasi Dasar Lengkap Kabupaten Kolaka Menurut Puskesmas Tahun 2014 POLINGGONA POMALAA WOLO IWOIMENDAA Wundulako WATUBANGGA KOLAKA SAMATURU BAULA TANGGETADA TOARI LATAMBAGA
107 107 95 94 93 87 80 78 77 74 71 70
-
Halaman 57
20
40
60
80
100
120
Profil Kesehatan Tahun 2014
Tiga Kecamatan dengan capaian imunisasi dasar lengkap pada bayi yang tertinggi pada tahun 2014 adalah di kecamatan Polinggona sebesar 107% diikuti oleh Pomalaa sebesar 107%, dan Wolo sebesar 95%. Sedangkan tiga Kecamatan dengan capaian terendah adalah Kecamatan Latambaga sebesar 70%, diikuti oleh Toari sebesar 71%, dan Tanggetada sebesar 74%. Data dan informasi terkait imunisasi dasar pada bayi yang dirinci menurut kecamatan tahun 2014 terdapat pada lampiran 43. Capaian imunisasi campak dan imunisasi dasar lengkap yang melebihi 100% dari sasaran dimungkinkan
adanya
perpindahan
kunjungan
dari
fasilitas
kesehatan lain. b) Universal Child Immunization Indikator lain yang diukur untuk menilai keberhasilan pelaksanaan imunisasi adalah Universal Child Immunization atau yang biasa disingkat UCI. UCI adalah gambaran suatu desa/kelurahan dimana ≥ 80% dari jumlah bayi (0-11 bulan) yang ada di desa/kelurahan tersebut sudah mendapat imunisasi dasar lengkap. Target UCI pada Renstra tahun 2014 adalah sebesar 95%. Pada tahun 2014 terdapat Kecamatan yang memiliki persentase desa UCI melebihi target 95% seperti yang nampak pada gambar berikut ini. Gambar 43 Persentase Cakupan UCI Desa Kabupaten Kolaka Menurut Puskesmas Tahun 2014 POLINGGONA
100,0
POMALAA
100,0
Wundulako
100,0
KOLAKA
100,0
LATAMBAGA
100,0
SAMATURU
100,0
IWOIMENDAA
100,0
WOLO
92,9
BAULA
90,0
TOARI
80,0
WATUBANGGA TANGGETADA
Halaman 58
78,6 71,4
Profil Kesehatan Tahun 2014
Pada Gambar 61 dapat diketahui bahwa terdapat 7 Kecamatan memiliki capaian tertinggi sebesar 100%, yaitu Polinggona, Pomalaa, Wundulako, Kolaka, Latambaga, Samaturu dan Iwoimendaa Sedangkan Kecamatan memiliki capaian terendah kecamatan tanggetada sebesar 71,4%, diikuti oleh Watubangga sebesar 78,6%, dan Toari sebesar 80%. Informasi terkait capaian desa UCI pada tahun 2014 menurut kecamatan terdapat pada lampiran tabel 41 Imunisasi dasar pada bayi seharusnya diberikan pada anak sesuai dengan umurnya. Pada kondisi ini, diharapkan sistem kekebalan tubuh dapat bekerja secara optimal. Namun demikian, pada kondisi tertentu beberapa bayi tidak mendapatkan imunisasi dasar secara lengkap. Kelompok inilah yang disebut dengan drop out (DO) imunisasi. Bayi yang mendapatkan imunisasi DPT/HB1 pada awal pemberian imunisasi, namun tidak mendapatkan imunisasi campak, disebut Drop Out Rate DPT/HB1Campak. Indikator ini diperoleh dengan menghitung selisih penurunan cakupan imunisasi campak terhadap cakupan imunisasi DPT/HB1. B. PELAYANAN KESEHATAN RUJUKAN DAN PENUNJANG 1. Pelayanan Kesehatan Rujukan Hasil Rekapitulasi laporan STP untuk pola 10 penyakit terbesar di Kabupaten Kolaka tahun 2014 masih diduduki Nasopharingitis di urutan pertama dan untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik berikut: Gambar 44 Pola 10 penyakit Terbesar di Puskesmas Se Kabupaten Kolaka Tahun 2014 2. 3.
Dermatitis
1.986
Asma
2.210
4.
Diare non spesifik
2.800
5.
ISPA
2.834
Luka
3.074
Arthritis
3.354
Penyakit kulit
3.416
6.
Hipertensi
6.701
Gastritis
7.748
Nesopharingitis akut
20.235 -
Halaman 59
5.000
10.000
15.000
20.000
25.000
Profil Kesehatan Tahun 2014
Hasil dari Catatan dan Pelaporan (Medical Record) Rumah Sakit Benyamin Guluh Kolaka, data kunjungan rumah sakit untuk 10 penyakit terbesar Rawat Jalan di RSBG Kolaka didominasi yakni urutan pertama ISPA 705 pasien, kemudian urutan ke 10 Ulcus Pecticum yakni 135. Sedangkan pada kunjungan rawat inap yaitu Penyakit GEA/Diare sebanyak 446 pasien dan urutan yang ke 10 yaitu penyakit Ulcus Pecticum sebanyak 99 pasien. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik berikut : Gambar 45 Pola 10 penyakit Rawat Jalan Terbesar di RSUD Kabupaten Kolaka Tahun 2014
134
128
FARINGITIS
TB-PARU
124
121
LBP
147
ISK
151
DIABETES MILITUS
205
BRONCHITIS
218
CERUMEN OBSTURANS
DISPEPSIA
272
HIPERTENSI ( HT )
548
ISPA
600 500 400 300 200 100 0
Gambar 46 Pola 10 penyakit Rawat Inap Terbesar di RSUD Kabupaten Kolaka Tahun 2014
Halaman 60
147
93
90
CHF
162
BRONC.PNEMONI
168
DISPEPSIA
186
HIPERTENSI
214
DEMAM TYPOID
TB PARU
GEA
214
FARINGITIS
447
TRAUMA CAPITIS
450
DBD
500 450 400 350 300 250 200 150 100 50 0
Profil Kesehatan Tahun 2014
Persentase penduduk yang memanfaatkan pelayanan di Rumah Sakit Umum baik pemerintah maupun BUMN di Kabupaten Kolaka tahun 2014, dapat dilihat dari cakupan kunjungan rawat jalan 57.199 dan rawat inap 8.037 dengan total Kunjungan sebanyak 65.272 orang atau sekitar 26,7% dari total penduduk sebanyak 244.154 jiwa. Sedangkan pemanfaatan tempat tidur dinilai dari pencapaian BOR sebesar 60,1 Jika dibandingkan dengan nilai ideal BOR 60%–85%, pencapaian ini sudah memenuhi nilai ideal, sementara untuk melihat lamanya seorang pasien dirawat adalah dengan nilai LOS sebesar 4,3 hari, hasil ini belum memenuhi angka ideal 6 – 9 hari. Sedangkan penggunaan tempat tidur dinilai dengan pencapaian TOI sebesar 3,5 sudah memenuhi nilai ideal yaitu 1–3 hari, dan pencapaian Net Death Rate (NDR) atau angka kematian setelah dirawat sebesar 14 per 1000 penduduk. 2. Pelayanan Kesehatan Penunjang Pemeriksaan penunjang laboratorium di Puskesmas masih terbatas pada pemeriksaan sputum program TB, malaria, Test Laboratorium dasar sederhana (urin darah rutin) protein urin, HB, dan tes golongan darah bagi calon jemaah haji. Ini dikarenakan keterbatasan tenaga dan sarana prasarana penunjang laboratorium Puskesmas. 3. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, maka pemerintah telah melakukan berbagai cara pembiayaan kesehatan baik yang bersumber dana Pusat melalui program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang dikelola oleh BPJS Kesehatan, bersumber dana Provinsi melalui program Bahteramas, serta bersumber dana Kabupaten melalui program Jamkesda yang diperuntukkan bagi seluruh penduduk di Kabupaten Kolaka yang belum mempunyai jaminan kesehatan. Dari laporan BPJS Kesehatan per Desember tahun 2014, dari jumlah penduduk Kabupaten Kolaka sebanyak 244.154 jiwa, jumlah peserta JKN BPJS sebanyak 98.352 jiwa atau sekitar 40,28%. Persentase penduduk yang memanfaatkan pelayanan kesehatan Puskesmas di Kabupaten Kolaka tahun 2014 sebesar 112.532 kunjungan (46,1%) dari jumlah penduduk 244.154. Kunjungan Puskesmas yang tinggi ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu masyarakat sudah mulai sadar atas pentingnya memelihara kesehatan dan ditunjang oleh pelayanan kesehatan bagi masyarakat masyarakat miskin dan tidak mampu melalui program pembiayaan BPJS Kesehatan dan Jamkesda yang ditanggung oleh pemerintah baik melalui APBN, APBD Propinsi maupun APBD Kabupaten. Halaman 61
Profil Kesehatan Tahun 2014
C. PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT Status gizi masyarakat dapat diukur melalui beberapa indikator, antara lain bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), status gizi balita, status gizi wanita usia subur Kurang Energi Protein (WUS KEP). 1. Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Berat Badan Lahir Rendah (kurang dari 2.500 gram) merupakan salah satu faktor utama yang berpengaruh terhadap kematian perinatal dan neonatal. BBLR dibedakan dalam 2 kategori yaitu BBLR karena prematur atau BBLR karena Intra Uterine Growth Retardation (IUGR), yaitu bayi yang lahir cukup bulan tetapi berat badannya kurang. gambar di bawah ini menunjukkan jumlah dan lokasi bayi BBLR yang direkap dari puskesmas selama tahun 2014, untuk melihat secara rinci kasus BBLR pada tabel 37 lampiran profil kesehatan ini. Adapun persebaran kasusnya dapat dilihat pada peta di bawah ini : Gambar 47 Peta Lokasi Kasus BBLR di Kabupaten Kolaka Tahun 2014
Mengenai gambaran kasus BBLR selama kurun waktu 5 tahun terakhir berfluktuasi yaitu pada tahun 2010 sebesar 1,6% atau 106 bayi BBLR, Halaman 62
Profil Kesehatan Tahun 2014
kemudian tahun 2011 meningkat menjadi 2,4% atau 136 bayi lahir BBLR, tahun 2012 menjadi 2,8% atau 177 bayi lahir BBLR dan pada tahun 2013 ditemukan 153 Bayi BBLR atau 2,6%. pada tahun 2014 ditemukan 115 Bayi BBLR atau 2,6%. Jika melihat target yang ingin dicapai tahun 2014 sebesar 1%, maka belum memenuhi harapan. Untuk lebih jelas perkembangan kasus BBLR dapat dilihat pada gambar berikut: Gambar 48 Persentase Bayi Berat Badan Lahir Rendah Kabupaten Kolaka Tahun 2010 – 2014 200
2,8 2,4
150 100
2,6
2,6
1,6
50 106
136
177
153
115
2010
2011
2012
2013
2014
0
Jum.BBLR
3,0 2,5 2,0 1,5 1,0 0,5 0,0
% BBLR
2. Status Gizi Balita Status
gizi
balita
merupakan
salah
satu
indikator
yang
menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat. Umumnya cara penilaian status gizi balita adalah dengan pengukuran antropometri yang menggunakan indeks Berat Badan menurut Umur (BB/U) atau Indeks Berat Badan Berdasarkan Tinggi Badan (BB/TB). Gambar di bawah ini adalah gambaran lokasi dan jumlah kasus gizi buruk tahun 2014.
Halaman 63
Profil Kesehatan Tahun 2014
Gambar 49 Peta Lokasi Kasus Gizi Buruk di Kabupaten Kolaka Tahun 2014
Adapun status gizi selama kurun waktu 5 tahun di Kabupaten Kolaka berfluktuasi, pada tahun 2010 terdapat 0,3% atau ditemukan 32 kasus gizi buruk dari 11.092 balita yang ditimbang, pada tahun 2011 ditemukan 66 kasus gizi buruk (0,4%) dari 17.434 balita ditimbang, tahun 2012 ditemukan 22 Kasus atau sekitar 0,11%, pada tahun 2013 ditemukan kasus gizi buruk (0,05%) atau 12 kasus dari 24,678 balita yang ditimbang dan pada tahun 2014 ditemukan kasus 14 dari 20.510 Balita ditimbang ( 0,07%) Pencapaian ini cukup bagus jika dibandingkan target nasional < 1,5%, untuk lebih jelasnya gambaran kasus Gizi Buruk di Kabupaten Kolaka terlihat pada grafik berikut : Gambar 50 Persentase Kasus Gizi Buruk Kabupaten Kolaka Tahun 2010 - 2014 0,4
70 60
0,4
0,3
0,4 0,3
50
0,3
40 20 10
0,2
0,11
30
0,05 32
66
22
12
0,07 14
0
0,1 0,1 -
2010
2011
2012
Jum Kasus
Halaman 64
0,2
2013
2014
% Gizi buruk
Profil Kesehatan Tahun 2014
Dari 14 kasus gizi buruk yang ditemukan, 6 anak sudah membaik kondisi gizinya, 6 anak masih tergolong gizi kurang, 1 anak meninggal, 1 masih tetap gizi buruk karena intoleran lactose. Upaya perbaikan gizi masyarakat pada hakekatnya dimaksudkan untuk menagani permasalahan gizi yang dihadapi masyarakat. Beberapa permasalahan gizi sering dijumpai pada kelompok masyarakat adalah kekurangan kalori protein, kekurangan vitamin A, gangguan akibat kekurangan yodium, dan anemia zat besi. Upaya pemantauan terhadap pertumbuhan balita dilakukan melalui kegiatan penimbangan di posyandu secara rutin setiap bulan. Hasil dari kompilasi 12 puskesmas di Kabupaten Kolaka tahun 2014, didapatkan balita ditimbang sebanyak 20.510 orang atau 75,8% dari 27.042 balita terdaftar. Jumlah balita yang naik berat badannya sebesar 99% atau 20.316 orang, balita BGM 0,9% (180 orang). Gizi buruk 0,05% (14
orang). Adapun Cakupan D/S Kabupaten Kolaka tahun 2010 - 2014 dapat dilihat pada grafik di bawah ini : Gambar 51 Cakupan Pemantauan Pertumbuhan Balita (D/S) Kabupaten Kolaka Tahun 2010 s/d 2014 75,8
30.000
65,6
62,0
25.000
70,0
52,0
60,0
20.000 15.000
80,0
50,0
34,4
40,0 30,0
10.000
20,0
5.000
11.092
21.301
19.683
24.678
20.510
-
-
2010
2011
2012
Balita ditimbang
Halaman 65
10,0
2013
2014
D/S
Profil Kesehatan Tahun 2014
3. Pemberian Kapsul Vitamin A Pencapaian cakupan pemberian Kapsul Vitamin A
tahun 2014 yang
dilakukan 2 kali yaitu pada bulan Februari dan Agustus sebanyak 18.417 balita dari sasaran balita 27.042 terdata, dengan presentase pencapaian sebesar 68,1%. Cakupan pemberian kapsul vitamin A ini belum memenuhi target 80%, disebabkan karena masih kurangnya kesadaran orang tua membawa balitanya ke posyandu. Rincian cakupan pemberian Kapsul Vitamin A per Puskesmas SeKabupaten Kolaka Tahun 2014 sebagai berikut : Gambar 52 Cakupan Pemantauan Pertumbuhan Balita (D/S) Kabupaten Kolaka Tahun 2010 s/d 2014 87
87,2
94,7 75,6 62,1
53,8
51,1
1.015
388
1.048
1.063
Tanggetada
Polinggona
Watubangga
Toari
2.269 Wundulako
2.772
3.315 Kolaka
Pomalaa
1.786 Latambaga
559
1.638 Tosiba
Absolut
Baula
1.728
48,3
Wolo
61,9
836
82,4
76
72,6
Iwoimendaa
3500 3000 2500 2000 1500 1000 500 0
100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
% Cakupan
4. Pemberian Tablet Besi Pada tahun 2014, ibu hamil yang ada berjumlah 4.972 dan yang mendapatkan pemberian 90 tablet besi adalah 4.082 (82,1%) bumil. Petugas kesehatan diharapkan harus tetap memberikan motivasi agar 90 tablet besi tersebut benar-benar diminum oleh ibu hamil untuk mencegah terjadinya anemia ibu hamil. Adapun rincian pemberian tablet Fe lengkap (90 Tablet) dapat dilihat pada grafik di bawah ini :
Halaman 66
Profil Kesehatan Tahun 2014
Gambar 53 Cakupan Pemberian Tablet Fe3 (90 Tablet) Kabupaten Kolaka Tahun 2010 s/d 2014 800 65,8
600
77,7
92,8
74,2
84,2
108,2 91,0 70,1
68,5
80,3
93,3
58,5 289
223
Watubangga
Toari
331 Baula
72
345 Wundulako
Polinggona
631 Kolaka
207
528 Latambaga
Tanggetada
384 Tosiba
677
297
98
200
Wolo
400
Absolut
Pomalaa
Iwoimendaa
0
120,0 100,0 80,0 60,0 40,0 20,0 0,0
% Cakupan
5. ASI Eksklusif Air Susu Ibu (ASI) diyakini dan bahkan terbukti berdasarkan berbagai riset yang telah dilakukan memberi manfaat bagi bayi baik dari aspek gizi, imunologik, psikologik, kecerdasan, neurologik, ekonomi maupun aspek penundaan kehamilan. Disamping itu, ASI juga dapat melindungi bayi
dari
sindroma
kematian
mendadak
(Sudden
Infant
Death
Syndrome/SIDS). Di Kabupaten Kolaka tahun 2014, dari 2.401 jumlah bayi umur (0-6 bln), yang diberi ASI eksklusif sebanyak 1.142 atau 47,6%, target tahun 2014 sebesar 68%, maka pencapaian ASI eksklusif di Kabupaten Kolaka Tahun 2014 belum memenuhi target yang diharapkan berikut gambaran capaian ASI Ekseklusif selama 5 tahun terakhir : Gambar 54 Trend Persentase bayi umur 0-6 bln yang diberi ASI Ekseklusif di Kabupaten Kolaka Tahun 2010 – 2014 49%
4.000
40%
3.000 2.000
48%
41% 22%
1.000 3.622
3.536
3.616
3.393
2.401
2010
2011
2012
2013
2014
0
Bayi (0-6 Bln)
Halaman 67
60% 50% 40% 30% 20% 10% 0%
% Diberi ASI Eksklusif
Profil Kesehatan Tahun 2014
6. Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut Cakupan pelayanan kesehatan usia lanjut (>60 th) pada tahun 2014 di Kabupaten Kolaka dari seluruh jumlah usila yang ada 27.425 orang dan yang mendapatkan pelayanan kesehatan sebesar 8.821 (32%).
Halaman 68
Profil Kesehatan Tahun 2014
BAB VI SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN A. SARANA KESEHATAN Derajat kesehatan masyarakat suatu wilayah dipengaruhi oleh keberadaan sarana kesehatan. Adapun sarana kesehatan yang dimaksud dalam pembahasan ini terdiri dari fasilitas pelayanan kesehatan dan institusi pendidikan
kesehatan
milik
pemerintah
yang
menghasilkan
tenaga
kesehatan. Fasilitas pelayanan kesehatan terdiri dari : Puskesmas, Rumah Sakit, dan Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM). Undang-undang
Nomor
36
Tahun
2009
tentang
Kesehatan
menyatakan bahwa fasilitas pelayanan kesehatan adalah suatu alat dan atau tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif, maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah dan atau masyarakat. 1. Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Keputusan menteri kesehatan RI Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat mendefinisikan Puskesmas adalah fasilitas pelayanan
kesehatan
yang
menyelenggarakan
upaya
kesehatan
masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya. Dalam
menjalankan
fungsinya
sebagai
pusat
pembangunan
berwawasan kesehatan, puskesmas berkewajiban melaksanakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama. Upaya kesehatan masyarakat tingkat pertama terdiri atas upaya kesehatan masyarakat esensial dan upaya kesehatan masyarakat pengembangan, meliputi : Upaya Kesehatan Masyarakat Esensial yaitu: a. Pelayanan promosi kesehatan; b. Pelayanan kesehatan lingkungan; Halaman 69
Profil Kesehatan Tahun 2014
c. Pelayanan kesehatan ibu, anak, dan keluarga berencana; d. Pelayanan gizi; dan e. Pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit Jumlah puskesmas di kabupaten kolaka sampai dengan desember 2014 sebanyak 12 puskesmas yang terdiri dari 2 unit puskesmas perawatan dan 9 unit puskesmas non perawatan. dari 12 Puskesmas tersebut terdapat 2 Puskesmas perawatan PONED dan 1 Puskesmas non perawatan PONED. Jumlah ini lebih kecil dibanding tahun 2013 sebelum Kabupaten Kolaka mekar menjadi dua kabupaten sebanyak 25 unit puskesmas. Dalam kurun lima tahun terakhir jumlah puskesmas di kabupaten kolaka dapat dilihat pada gambar berikut : Gambar 55 Jumlah Puskesmas se-Kabupaten Kolaka Tahun 2010 - 2014 25 25
21
21
21
20
12
15 10 5 0 2010
2011
2012
2013
2014
Gambar di atas menunjukkan jumlah puskesmas dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2012 tidak ada penambahan yaitu tetap sebanyak 21 unit. Tahun 2013 ada penambahan 4 unit karena adanya pemekaran kecamatan sehingga jumlah Puskesmas menjadi 25 unit. Tahun 2014 di Kabupaten Kolaka terjadi pemekaran kabupaten menjadi Kabupaten Kolaka dan Kabupaten Kolaka Timur, sehingga jumlah puskesmas di Kabupaten Kolaka menjadi 12 unit dan di Kabupaten Kolaka Timur 13 unit.
Halaman 70
Profil Kesehatan Tahun 2014
Persebaran Puskesmas di Kabupaten Kolaka tahun 2014 sudah merata, karena di setiap kecamatan sudah memliki minimal 1 Puskesmas, bila dibandingkan dengan jumlah penduduk Kabupaten Kolaka tahun 2014 sebanyak 244.154 jiwa, maka 1 Puskesmas melayani penduduk sebanyak 20.346 jiwa, berdasarkan standar nasional ( IS 2010) bahwa 1 Puskesmas melayani 30.000 jiwa, ini memberi arti bahwa pemerintah Kabupaten Kolaka sudah mampu menyediakan sarana Puskesmas sesuai standar nasional. 2. Puskesmas Pembantu. Jumlah Puskesmas Pembantu tahun 2014, tercatat sebanyak 39 buah. Rasio antara jumlah desa dengan Puskesmas pembantu sebesar 3,6. Angka ini memberi gambaran bahwa setiap puskesmas pembantu melayani kurang lebih 3 - 4 desa. Jika dilihat dari rasio Puskesmas pembantu terhadap Puskesmas sebesar 3, maka rata-rata Puskesmas membawahi 3 Puskesmas Pembantu. 3. Polindes dan Poskesdes Pondok Bersalin Desa (Polindes) didirikan dengan tujuan untuk mendekatkan dan meningkatkan pelayanan kesehatan ibu dan anak yang merupakan upaya yang sangat bermanfaat bagi masyarakat khususnya di wilayah pedesaan yang masih sangat jauh dari jangkauan pelayanan kesehatan. Selain Polindes, dalam upaya mendukung pelaksanaan Desa Siaga, terdapat Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) sebagai bentuk Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang juga merupakan wahana kewaspadaan dini terhadap berbagai risiko
dan
masalah
kesehatan
yang
dikelola
oleh
kader/forum
masyarakat desa dengan bimbingan tenaga kesehatan. Di Kabupaten Kolaka pada tahun 2014 terdapat 6 polindes, 60 poskesdes dan 5 Posbindu. Berikut tabel rincian Sarana Poskesdes dan Polindes per Puskesmas :
Halaman 71
Profil Kesehatan Tahun 2014
Tabel 9 Penduduk Sasaran Program Pembangunan Kesehatan Kabupaten Kolaka Tahun 2014 DESA/ PUSKESMAS KELURAHAN Iwoimendaa Wolo Tosiba Latambaga Kolaka Wundulako Baula Pomalaa Tanggetada Polinggona Watubangga Toari JUMLAH
10 14 19 7 7 11 10 12 14 7 14 10 135
UPAYA KESEHATAN BERSUMBERDAYA MASYARAKAT (UKBM) POSKESDES POLINDES POSBINDU 4 1 7 2 7 3 1 1 1 7 1 7 2 4 9 2 8 2 2 60 6 5
4. Fasilitas Perumahan Dinas Untuk sarana perumahan terdiri atas rumah Kepala Dinas 1 unit, rumah dinas dokter ahli 5 unit, rumah dinas Direktur RSU 1 unit. Sedangkan rumah dinas dokter umum di puskesmas dari 12 puskesmas yang ada semuanya sudah memilki rumah dokter 5. Fasilitas Kendaraan Untuk meningkatkan mutu dan jangkauan pelayanan kesehatan pada masyarakat serta peningkatan kinerja petugas, diperlukan adanya sarana penunjang seperti kendaraan yaitu : a. Roda empat Sampai dengan tahun 2014, sarana kendaraan di Puskesmas terdiri atas Puskesmas keliling sebanyak 12 unit, Adapun sarana kendaraan di Rumah Sakit Benyamin Guluh adalah roda 4 ambulans sebanyak 6 Unit, UTD 2 unit, Mobil Dinas Dokter Ahli 13 Unit, Mobil Dinas Direktur 2 Unit dan Mobil Dinas Kepala Tata usaha 1 unit Sedangkan sarana kendaraan yang ada di Dinas Kesehatan adalah roda 4 sebanyak 9 unit. Halaman 72
Profil Kesehatan Tahun 2014
b. Roda Dua Kendaraan roda dua 113 unit, jika dirata – ratakan maka setiap Puskesmas mempunyai kendaraan roda 2 sebanyak 5 unit. Sarana kendaraan di Rumah Sakit Benyamin Guluh roda 2 sebanyak 14 unit. Sedangkan sarana kendaraan yang ada di Dinas Kesehatan adalah roda 2 sebanyak 40 unit. Adapun secara rinci sarana kesehatan pada Dinas kesehatan Kabupaten Kolaka pada tahun 2014 dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 10 Fasilitas Kesehatan Berdasarkan Pemilik/Pengelola di kabupaten KolakaTahun 2014 NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
FASILITAS KESEHATAN
PEMDA
BUMN
1 2 10 12 38 1 1 -
1 -
RUMAH SAKIT UMUM RUMAH SAKIT KHUSUS IBU DAN ANAK PUSKESMAS RAWAT INAP PUSKESMAS NON RAWAT INAP PUSKESMAS KELILING PUSKESMAS PEMBANTU BALAI PENGOBATAN/KLINIK PRAKTIK DOKTER PERORANGAN UNIT TRANSFUSI DARAH INDUSTRI OBAT TRADISIONAL APOTEK TOKO OBAT
SWASTA
JUMLAH
1 24 5 30 18
2 1 2 10 12 38 1 24 1 5 30 18
Sumber: Sarana Prasarana Kesehatan
6. Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat Pembangunan
kesehatan
untuk
mewujudkan
derajat
kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya juga memerlukan peran masyarakat. Melalui konsep Upaya KesehatanBersumberdaya Masyarakat (UKBM), masyarakat
berperan
serta
aktif
dalam
kesehatan.
Bentuk UKBM antara
penyelenggaraan
upaya
lain Pos Pelayanan Terpadu
(Posyandu), Pos Kesehatan Desa (Poskesdes), dan RW/desa/kelurahan siaga
aktif.
RW/Desa/kelurahan
Siaga
Aktif
adalah
desa
yang
mempunyai Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) atau UKBM lainnya yang buka setiap hari dan berfungsi sebagai pemberi pelayanan kesehatan Halaman 73
Profil Kesehatan Tahun 2014
dasar, penanggulangan bencana dan kegawatdaruratan, surveilans berbasis masyarakat yang meliputi pemantauan pertumbuhan (gizi), penyakit, lingkungan dan perilaku sehingga masyarakatnya menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Terdapat 135 Desa/kelurahan Siaga Aktif dengan persentase sebesar 100%.
Dalam memberikan
pelayanan kesehatan, Desa/kelurahan Siaga Aktif terbagi menjadi empat strata, yaitu pratama, madya, purnama, dan mandiri. Desa/kelurahan Siaga Aktif pratama sebanyak 82, madya sebanyak 52, belum ada Pokesdes purnama dan mandiri. Poskesdes, yaitu UKBM yang dibentuk di desa untuk mendekatkan pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat desa sehingga mempermudah akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan dasar. Kegiatan utama poskesdes yaitu pelayanan kesehatan bagi masyarakat desa berupa pelayanan kesehatan ibu hamil, pelayanan kesehatan ibu menyusui, pelayanan kesehatan anak, pengamatan dan kewaspadaan dini (surveilans penyakit, surveilans gizi, surveilans perilaku berisiko, surveilans lingkungan dan masalah kesehatan lainnya), penanganan kegawatdaruratan kesehatan serta kesiapsiagaan terhadap bencana. Jumlah poskesdes yang beroperasi pada tahun 2014 sebanyak 60 unit. Jumlah ini tidak ada peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya. Salah satu UKBM yang memiliki peran signifikan dalam pemberdayaan masyarakat untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat adalah posyandu. Posyandu dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama
masyarakat,
kemudahan
kepada
untuk
memberdayakan
masyarakat
dalam
dan
memperoleh
memberikan pelayanan
kesehatan dasar bagi masyarakat terutama ibu, bayi dan anak balita. Posyandu memiliki 5 program prioritas yaitu kesehatan ibu dan anak, keluarga
berencana,
imunisasi,
gizi
serta
pencegahan
dan
penanggulangan diare. Terdapat 182 Posyandu pada tahun 2014 di Kolaka. Dari jumlah tersebut, posyandu pratama sebanyak 32,4 madya sebanyak 34,6 %, purnama sebanyak 22 %, dan mandiri sebanyak 11%. Halaman 74
Profil Kesehatan Tahun 2014
Gambar 56 Persentase Posyandu Menurut Strata Di Kabupaten Kolaka Tahun 2014 Mandiri 20 11%
Purnama 40 22%
Pratama 59 32%
Madya 63 35%
Pratama
Madya
Purnama
Mandiri
Untuk mengetahui peningkatan strata posyandu maka dilakukan telaah kemandirian Posyandu dengan mengelompokkan posyandu ke dalam 4 kategori perkembangan yaitu Posyandu Pratama, Madya, Purnama dan Mandiri, seperti tergambar pada grafik berikut : Gambar 57 Perkembangan Strata Posyandu di Kabupaten Kolaka Tahun 2010 - 2014 160 140 120 100 80 60 40 20 0
145
142 121
115 97 92
92
89
79
96 63
59
63 37
36
22
2010
115 96
37
16
2011 Pratama
2012 Madya
Purnama
2013
2014
Mandiri
Yang menjadi masalah dana sehat (Strata Madya ke Purnama) karena adanya dana jaminan kesehatan dari pemerintah baik berupa JKN maupun Jamkesda
Halaman 75
Profil Kesehatan Tahun 2014
7. Rumah Sakit Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat juga diperlukan upaya kuratif dan rehabilitatif selain upaya promotif dan preventif. Upaya kesehatan yang bersifat kuratif dan rehabilitatif dapat diperoleh melalui rumah sakit yang juga berfungsi sebagai penyedia pelayanan kesehatan rujukan. 147/Menkes/PER/I/2010
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
tentang
Perizinan
Rumah
Sakit
mengelompokkan rumah sakit berdasarkan kepemilikan, yaitu rumah sakit publik dan rumah sakit privat. Rumah sakit publik adalah rumah sakit yang dikelola Pemerintah, Pemerintah Daerah dan Badan Hukum yang bersifat nirlaba. Sedangkan rumah sakit privat adalah rumah sakit yang dikelola oleh bahan hukum dengan tujuan profit yang berbentuk perseroan terbatas atau persero. Undang-Undang
Nomor
44
Tahun
2009
tentang
Rumah
Sakit
mengelompokkan rumah sakit berdasarkan jenis pelayanan yang diberikan menjadi rumah sakit umum dan rumah sakit khusus. Rumah sakit umum adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit. Adapun rumah sakit khusus adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan utama pada satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ, jenis penyakit, atau kekhususan lainnya. Jumlah Rumah Sakit yang ada di Kabupaten Kolaka sampai dengan tahun 2014 sebanyak 3 unit Rumah Sakit yang terdiri dari 1 unit RSK (Rumah Sakit Khusus) dan 2 Unit RSU (Rumah Sakit Umum) sedangkan pengelola dari Rumah Sakit tersebut adalah 1 unit RSU Dikelola Oleh Pemerintah Daerah, 1 Unit RSU yang dikelola oleh BUMN PT. Aneka Tambang Tbk, dan 1 unit RSK dikelola oleh Swasta. Baik rumah Sakit Umum Maupun Rumah Sakit Khusus di Kabupaten Kolaka tidak mengalami peningkatan pada kurun waktu 2011 sampai dengan 2014 seperti yang disajikan pada tabel berikut :
Halaman 76
Profil Kesehatan Tahun 2014
Tabel 11 Perkembangan Jumlah Rumah Sakit di Kabupaten Kolaka Tahun 2010 s/d 2014 No 1
2
Pengelola/Kepemilikan Publik Pemerintah Kabupaten Privat BUMN Swasta
2010 2011 2012 2013 2014
Keterangan
1
1
1
1
1 RSBG
1 2
1 2
1 2
1 1
1 RS. PT . Antam Pomalaa 1 - RSIA Rajawali Beroperasi sd 2012 - RSIA Mekongga Beroperasi sd 2013 - RSIA Harifah Beroperasi mulai 2014
Jumlah
4
4
4
3
3
Sedangkan penyajian data jumlah rumah sakit di Kabupaten kolaka dalam bentuk grafik yakni sebagai berikut : Gambar 58 Perkembangan Rumah Sakit di Kabupaten Kolaka Tahun 2010 - 2014 2,5 2 1,5
2
2
2
2
2
2
2
2
1 1
0,5
1
0 2010
2011
2012 RSU
2013
2014
RSIA
8. Sarana Kefarmasian dan Alat Kesehatan Program obat dan perbekalan kesehatan adalah salah satu bagian prioritas dari upaya pelayanan kesehatan secara paripurna. Upaya tersebut bertujuan untuk : a. Menjamin ketersediaan, keterjangkauan, pemerataan obat generik dan obat esensial yang bermutu bagi masyarakat, b. Mempromosikan penggunaan obat yang rasional dan obat yang generik, c. Meningkatkan kualitas pelayanan kefarmasian difarmasi komunitas dan farmasi klinik serta pelayanan kesehatan dasar, serta Halaman 77
Profil Kesehatan Tahun 2014
d. Melindungi masyarakat dari penggunaan alat kesehatan yang tidak memenuhi persyaratan, mutu dan keamanan. Ketersediaan obat generik untuk kebutuhan pelayanan pengobatan di Puskesmas se-Kabupaten Kolaka Tahun 2014 mencapai 97%. Hal ini terjadi karena proses pengadaan obat generik melalui sistem e-catalog yang ditender langsung antar pihak LKPP, Menteri Kesehatan, penyedia barang dengan distributor obat (kontrak payung) sehingga menyebabkan ada beberapa item obat yang tidak terpenuhi. a. Sarana Produksi, Distribusi Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan Ketersediaan farmasi dan alat kesehatan memiliki peran yang signifikan dalam pelayanan kesehatan. Akses masyarakat terhadap obat khususnya obat esensial merupakan salah satu hak asasi manusia. Dengan demikian penyediaan obat esensial merupakan kewajiban bagi pemerintah dan institusi pelayanan kesehatan baik publik maupun privat. Sebagai komoditi khusus, semua obat yang beredar harus terjamin keamanan, khasiat dan mutunya agar dapat memberikan manfaat bagi kesehatan. Oleh karena itu salah satu upaya yang dilakukan untuk menjamin mutu obat hingga diterima konsumen adalah menyediakan sarana penyimpanan obat dan alat kesehatan yang dapat menjaga keamanan secara fisik serta dapat mempertahankan kualitas obat di samping tenaga pengelola yang terlatih. sarana produksi Obat dan Perbekalan Kesehatan dan Pedagang Besar Farmasi (PBF) sampai dengan tahun 2014 di Kabupaten Kolaka belum ada, yang ada baru Apotek dan Toko Obat sehingga semua perbekalan kesehatan didistribusi oleh propinsi sulawesi tenggara dan dari luar propinsi sulawesi tenggara. b. Ketersediaan Obat dan Vaksin Dalam upaya pelayanan kesehatan, ketersediaan obat dalam jenis yang lengkap, jumlah yang cukup, terjamin khasiatnya, aman, efektif dan bermutu dengan harga terjangkau serta mudah diakses adalah sasaran Halaman 78
yang
harus
dicapai.
Kementerian
Kesehatan
telah
Profil Kesehatan Tahun 2014
menetapkan indikator rencana strategis tahun 2010-2014 terkait program kefarmasian dan alat kesehatan, yaitu meningkatnya sediaan farmasi dan alat kesehatan yang memenuhi standar dan terjangkau oleh masyarakat. Indikator tercapainya sasaran hasil tersebut pada tahun 2014 yaitu persentase ketersediaan obat dan vaksin sebesar 100%. Dalam rangka mencapai target tersebut, salah satu kegiatan yang dilakukan adalah peningkatan ketersediaan obat esensial generik di sarana pelayanan kesehatan dasar. Pemantauan ketersediaan obat digunakan untuk mengetahui kondisi tingkat ketersediaan obat di berbagai unit sarana kesehatan seperti Instalasi Farmasi Kabupaten (IFK) dan puskesmas. Kegiatan ini dilakukan untuk mendukung pemerintah pusat dan daerah dalam rangka menentukan langkah-langkah kebijakan yang akan diambil di masa yang akan datang. Di era otonomi daerah, pengelolaan obat merupakan salah satu kewenangan yang diserahkan ke kabupaten. Untuk mendapatkan gambaran ketersediaan obat dan vaksin di Kabupaten Kolaka, dilakukan pemantauan ketersediaan obat dan vaksin. Obat yang dipantau ketersediaannya merupakan obat indikator yang digunakan untuk pelayanan kesehatan dasar dan obat yang mendukung pelaksanaan program kesehatan. Jumlah item obat yang dipantau adalah 144 item obat dan vaksin yang terdiri dari 135 item obat untuk pelayanan kesehatan dasar dan 9 jenis vaksin untuk imunisasi dasar. Indikator persentase ketersediaan obat dan vaksin tahun 2014 memiliki target sebesar 95%, dari data dan perhitungan yang dilakukan oleh Intalasi Farmasi IFK
didapatkan persentase
ketersediaan rata-rata Kabupaten Kolaka pada tahun 2014 sebesar 96,93%. Dengan demikian apabila dibandingkan dengan target tahun 2014, maka capaian kinerja indikator persentase ketersediaan obat dan vaksin tersebut adalah sebesar 102,03%. Data dan informasi lebih rinci mengenai ketersediaan obat dan vaksin 144 item terdapat pada Lampiran Data Profil Kesehatan 2014 Tabel 67. Halaman 79
Profil Kesehatan Tahun 2014
c. Penggunaan Obat Generik di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Kesehatan juga memantau pemanfaatan obat generik melalui indikator persentase penggunaan obat generik di fasilitas pelayanan kesehatan yaitu di puskesmas dan rumah sakit. Rata-rata penggunaan obat generik di fasilitas pelayanan kesehatan pada tahun 2014 sebesar 94 %. Penggunaan tersebut telah memenuhi target tahun 2014 yaitu sebesar 75%.
109 100 Iwoimendaa
Kabupaten
505 446
437 428 Wolo
Polinggona
431 380
617 485 Watubangga
Tosiba
577 559 Tanggetada
7.067 6.871 514 482 Wundulako
JML ITEM OBAT PER RESEP
Latambaga
444 432 Pomalaa
2.201 1.999
493 441 Baula
Toari
574 546 Kolaka
16.000 14.000 12.000 10.000 8.000 6.000 4.000 2.000 0
13.969 13.169
Gambar 59 Penggunaan Obat Generik Per Puskesmas di Kabupaten Kolaka Tahun 2014
JUMLAH ITEM OBAT GENERIK
Adapun persentase rata-rata penggunaan obat generik di fasilitas pelayanan kesehatan di kabupaten Kolaka tahun 2014 dapat dilihat pada gambar berikut ini : Gambar 60 Presentase Penggunaan Obat Generik Per Puskesmas di Kabupaten Kolaka Tahun 2014 94%
Kabupaten
98% 97% 97% 97%
Wolo Pomalaa Latambaga Tanggetada
95%
Kolaka
94%
Wundulako
92% 91%
Iwoimendaa Toari
89% 88% 88%
Baula Polinggona Tosiba
82%
Halaman 80
84%
86%
88%
90%
92%
94%
96%
98%
100%
Profil Kesehatan Tahun 2014
Pada gambar di atas dapat diketahui bahwa semua kecamatan telah memenuhi target 75%, akan tetapi ada 5 kecamatan yang melebihi rata-rata kabupaten dengan rata-rata penggunaan tertinggi adalah Wolo sebesar 98% diikuti oleh puskesmas Pomalaa sebesar 97%, Latambaga 97% dan Kolaka sebesar 95%. Sedangkan Kecamatan dengan persentase terendah adalah Tosiba sebesar 88% diikuti oleh Polinggona sebesar 88%. Data dan informasi lebih rinci menurut kecamatan mengenai penggunaan obat generik terdapat pada tabel berikut : Tabel 12 Penggunaan Obat Generik Per Puskesmas di Kabupaten Kolaka Tahun 2014 NAMA PUSKESMAS/ KECAMATAN
JML ITEM OBAT PER RESEP
617 431 505 493 2.201 109 514 574 577 7.067 444 437 13.969
Watubangga Tosiba Polinggona Baula Toari Iwoimendaa Wundulako Kolaka Tanggetada Latambaga Pomalaa Wolo Kabupaten
JUMLAH ITEM OBAT GENERIK
%
485 380 446 441 1.999 100 482 546 559 6.871 432 428
13.169
79% 88% 88% 89% 91% 92% 94% 95% 97% 97% 97% 98% 94%
B. SUMBER DAYA TENAGA Jumlah tenaga
kesehatan di Kabupaten Kolaka tahun 2014
sebanyak 991 orang yang terdiri atas
938 orang (PNS) dan
53 orang
(PTT), dengan jenis ketenagaan adalah tenaga medis, tenaga paramedis perawatan dan non perawatan.
Halaman 81
Profil Kesehatan Tahun 2014
Adapun jumlah SDM kesehatan dibedakan menurut kategori yaitu : 1. Tenaga medis yang terdiri atas : Dokter spesialis, dokter umum, dokter gigi. Untuk tahun 2014 jumlah tenaga medis sebanyak 59 orang dengan rincian dokter ahli 13 orang dengan rasio 5,3 per 100.000 penduduk, dokter umum 33 orang mencapai rasio 13,5 per 100.000 penduduk dan dokter gigi sebanyak 13 orang dengan rasio 5,3 per 100.000 penduduk. Jika dilihat dari target Indonesia Sehat maka rasio tenaga medis per 100.000 penduduk belum memenuhi target Indonesia Sehat yaitu dokter spesialis 6/100.000 penduduk, dokter umum 40/100.000 penduduk dan dokter gigi 11/100.000 penduduk. 2. Tenaga Para Medis Keperawatan. Tenaga Paramedis Keperawatan terdiri atas perawat, perawat gigi dan bidan merupakan salah satu profesi yang sangat berperan aktif dalam menunjang terlaksananya pelayanan kesehatan yang berkualitas di masyarakat, oleh karenanya dibutuhkan rasio jumlah tenaga yang sesuai dengan jumlah penduduk. Berdasarkan data yang telah dikumpulkan pada tahun 2014, tercatat jumlah tenaga paramedis keperawatan sebanyak 555 orang, secara rinci dapat dijelaskan sebagai berikut : a. Tenaga Perawat Tenaga perawat umum sebanyak 427 orang dengan kualifikasi S1/DIV 31 orang, DIII perawat sebanyak 347 orang, SPK 49 orang. Berdasarkan jumlah tenaga tersebut dapat dihitung rasio tenaga perawat dibandingkan jumlah penduduk yaitu 174 per 100.000 penduduk. Jika dibandingkan Standar Nasional dimana rasio perawat 117/100.000 penduduk. Jika ditinjau dari segi kwantitas sudah memenuhi tapi kalau dilihat dari segi kompetensi perawat minimal pendidikan DIII baru 377 orang atau 154/100.000 penduduk maka sudah
memenuhi
standar
nasional
akan
tetapi
dari
segi
pendistribusian tenaga yang tidak merata sehingga ada beberapa puskesmas yang masih kekurangan tenaga perawat. Halaman 82
Profil Kesehatan Tahun 2014
b. Perawat Gigi Tenaga
perawat gigi sebanyak 21 orang dengan kualifikasi DIII
perawat Gigi sebanyak 5 orang, SPRG 16 orang Berdasarkan jumlah tenaga
tersebut
dapat
dihitung
rasio
tenaga
Perawat
Gigi
dibandingkan jumlah penduduk yaitu 8,6 per 100.000 penduduk. Jika dibandingkan Standar Nasional dimana rasio perawat 10/100.000 penduduk belum memenuhi baik secara kulitas maupun kuantitas sehingga masih ada beberapa Puskesmas yang tidak memiliki tenaga Perawat Gigi. c. Tenaga Bidan Tenaga bidan sebanyak 191 bidan yang terdiri dari 142 PNS dan 49 PTT dengan kualifikasi DIV 9 orang, DIII Kebidanan 163 Orang, dan DI Kebidanan 19 orang dengan rasio tenaga bidan dibanding jumlah penduduk baru 78 per 100.000. Jika dibandingkan target Nasional belum memenuhi target sebesar 117,5/100.000 penduduk. 3. Tenaga Paramedis Non Perawatan a. Tenaga Gizi Kesesuaian rasio tenaga gizi masyarakat dengan jumlah penduduk merupakan penunjang peningkatan status gizi di masyarakat. Adapun jumlah tenaga gizi Kabupaten Kolaka tahun 2014 tercatat sebanyak 41 orang terdiri atas S1 sebanyak 6 orang, DIII sebanyak 26 orang dan DI sebanyak 9 orang. Adapun rasio tenaga yaitu 16,8 per 100.000 penduduk, angka ini masih jauh dari target Nasional sebesar 100/ 100.000 penduduk. b. Tenaga Farmasi Sampai tahun 2014 ini tenaga farmasi di Kabupaten Kolaka sudah mencapai 64 orang secara rinci adalah Apoteker 24 orang dan S1 Farmasi adalah 19 orang, DIII farmasi 15 orang dan Asisten apoteker sebanyak 6, dengan rasio 26 per 100.000 penduduk, angka ini masih jauh dari target Indonesia Sehat sebesar 100/100.000 penduduk. Halaman 83
Profil Kesehatan Tahun 2014
c. Tenaga Kesehatan Masyarakat Tenaga Kesehatan Masyarakat di Kabupaten Kolaka tercatat sebanyak 95 orang yang terdiri dari S1 Kesmas 87 orang S2 Kesehatan 8 orang, dengan rasio tenaga Kesehatan masyarakat dibandingkan jumlah penduduk yaitu 39 per 100.000 penduduk, sedangkan Sanitarian DIII Kesehatan Lingkungan 22 orang dan SPPH 4 orang atau (26 orang sanitarian) dengan rasio per 100.000 penduduk sebesar 11 Jika melihat target IS sebesar 40 per 100.000 penduduk, ini belum memenuhi target. d. Tenaga Keteknisian Medis Tenaga Teknis Medis sebanyak 44 orang terdiri atas Analis kesehatan 16 orang Analis Kimia 5 orang, Tenaga Elektro Medik 2 orang, Teknik Tranfusi 1 orang dan Penata Rontgen sebanyak 9 orang. Jika dihitung rasio jumlah penduduknya yaitu sebesar 8 per 100.000 penduduk. Jika melihat target IS sebesar 40 per 100.000 penduduk, maka angka ini masih jauh dari target. e. Tenaga Keterapian Fisik Tenaga Keterapian Fisik yaitu tenaga fisioterpy 4 orang. Dengan rasio per 100.000 penduduk sebesar 2. Jika melihat target IS sebesar 40 per 100.000 penduduk, maka angka ini masih jauh dari target. Gambar 61 Proporsi Tenaga Kesehatan Menurut Kategori di Kabupaten Kolaka Tahun 2014 Lain-lain; 67 Gizi; 49 farmasi; 57
medis; 66
kesmas; 167 perawat; 390 teknis medis; 26
bidan; 277
Halaman 84
Profil Kesehatan Tahun 2014
C. DISTRIBUSI TENAGA BERDASARKAN UNIT KERJA Tabel 13 Tenaga PNS Kesehatan Berdasarkan Unit Kerja di Kabupaten Kolaka Tahun 2014 TEMPAT KERJA RS PKM Lab IFK Akper Dinkes dr Umum + Ahli 23 24 drg 4 8 Perawat 201 140 8 2 Bidan 46 139 4 Perawat Gigi 5 12 Apt 10 7 5 1 Farmasi (S1+D3+D1) 12 21 5 1 Kesmas ( S1+S2) 26 34 5 32 Kesling (S1+D3+D1) 1 18 7 Gizi (S1+D3+D1) 14 22 1 4 Keterapian 4 Keteknisan Medis 39 5 Kes. Lain 1 13 6 Struktural 17 22 2 2 2 19 Non Kesehatan 9 1 2 6 Jumlah 412 465 8 13 18 76 Jenis Tenaga
Total 47 12 351 189 17 23 39 97 26 41 4 44 20 64 18 992
D. PEMBIAYAAN KESEHATAN Alokasi anggaran kesehatan yang dikelola oleh Dinas Kesehatan pada tahun 2014 sebesar 55.551.361.997 rupiah dengan realisasi sebesar 43.951.064.387
rupiah.
Besar
alokasi
maupun
realisasi
anggaran
mengalami penurunan dibandingkan tahun 2013, yaitu alokasi sebesar 60.230.470442 rupiah dengan realisasi sebesar 56.630.593.608 rupiah Meskipun dalam hal besaran anggaran mengalami penurunan dari tahun 2013, hal ini terjadi karena Kabupaten Kolaka mengalami pemekaran wilayah menjadi 2 kabupaten namun persentase realisasi anggaran tahun 2014 hanya mencapai 86% dan merupakan realisasi terendah selama 5 tahun terakhir dibandingkan tahun 2013 yaitu 94%. Pada tahun 2012 sebesar 95% pada tahun 2011 sebesar 98% dan tahun 2010 sebesar 87%, berikut gambaran alokasi dan realisasi anggaran Dinas Kesehatan Kabupaten Kolaka tahun 2010 - 2014;
Halaman 85
Profil Kesehatan Tahun 2014
Gambar 62 Gambaran Anggaran Dinas Kesehatan Kabupaten Kolaka Berdasarkan Alokasi dan Realisasi Tahun 2010 – 2014 70.000.000.000
120%
98%
60.000.000.000
95%
87%
94%
100%
79%
50.000.000.000
80% 60%
43.951.064.387
55.542.361.997
56.630.593.608
60.230.470.442
47.645.671.569
50.323.247.948
10.000.000.000
39.106.174.590
20.000.000.000
39.756.178.180
30.000.000.000
28.442.618.697
32.736.681.402
40.000.000.000
40% 20% 0%
0
2010
2011
2012
ALOKASI
2013
2014
REALISASI
% REALISASI
Gambar 63 Alokasi dan Realisasi Anggaran Belanja Tidak Langsung (Gaji Pegawai) Dinas Kesehatan Kabupaten Kolaka Tahun 2010 – 2014 40.000.000.000
102%
35.000.000.000
99%
99%
30.000.000.000
24.977.793.366
25.310.691.543
33.982.991.508
94% 34.179.699.442
28.222.965.480
29.875.882.198
26.548.967.651
90%
26.805.154.180
5.000.000.000
19.933.940.203
10.000.000.000
94% 22.221.777.272
15.000.000.000
0
92% 90% 88% 86% 84%
2010 Alokasi BTL
Halaman 86
98% 96%
25.000.000.000 20.000.000.000
100%
99%
2011
2012 Realisasi BTL
2013
2014 % Realisasi BTL
Profil Kesehatan Tahun 2014
Gambar 64 Alokasi dan Realisasi Anggaran Belanja Langsung (Belanja Kegiatan) Dinas Kesehatan Kabupaten Kolaka Tahun 2010 – 2014 30.000.000.000
120% 97%
25.000.000.000
95%
100%
87%
81%
74%
20.000.000.000
80%
18.973.271.021
25.601.524.454
22.647.602.100
26.050.771.000
19.422.706.089
20.447.365.750
12.557.206.939
5.000.000.000
8.508.678.494
10.000.000.000
12.951.024.000
60% 10.514.904.130
15.000.000.000
0
40% 20% 0%
2010
2011
Alokasi BL
2012 Realisasi BL
2013
2014
% Realisasi BL
Gambar 65 Alokasi dan Realisasi Anggaran Belanja Barang dan Jasa Dinas Kesehatan Kabupaten Kolaka Tahun 2010 – 2014 20.000.000.000
120%
18.000.000.000 16.000.000.000
100%
96%
92%
92%
14.000.000.000
0
60% 40% 20% 0%
2010
2011 ALOKASI
Halaman 87
13.644.944.221
8.835.473.331
9.636.320.310
8.600.322.214
9.317.861.750
6.205.112.656
2.000.000.000
6.490.587.921
4.000.000.000
3.151.006.744
6.000.000.000
4.136.853.430
10.000.000.000 8.000.000.000
80%
78%
76%
17.396.335.754
12.000.000.000
2012 REALISASI
2013
2014
% REALISASI
Profil Kesehatan Tahun 2014
Gambar 66 Alokasi dan Realisasi Anggaran Belanja Modal Dinas Kesehatan Kabupaten Kolaka Tahun 2010 – 2014 98%
98%
6.000.000.000
98%
99% 98%
5.000.000.000
97%
96%
96%
4.000.000.000
95%
5.001.706.800
5.099.674.880
4.872.545.489
92%
5.290.452.090
4.426.048.000
4.503.597.000
1.856.110.083
1.894.512.079
1.000.000.000
2.955.680.000
2.000.000.000
94%
3.089.811.200
3.000.000.000
93% 92% 91% 90%
0
89%
2010
2011
2012
2013
2014
Adapun sumber pembiayan Dinas Kesehatan Kabupaten Kolaka pada tahun 2014 berasal dari ABPD Kabupaten, APBD Propinsi dan APBN secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 14 Alokasi Anggaran Kesehatan Berdasarkan Sumbernya di kabupaten Kolaka Tahun 2014 NO
SUMBER BIAYA
1
2
1
2 3
4
5
ANGGARAN KESEHATAN BERSUMBER: APBD KAB/KOTA a. Belanja Langsung b. Belanja Tidak Langsung APBD PROVINSI - Dana Tugas Pembantuan (TP) Provinsi APBN : - Dana Alokasi Umum (DAU) - Dana Alokasi Khusus (DAK) - Dana Dekonsentrasi - Dana Tugas Pembantuan Kabupaten/Kota - BOK PINJAMAN/HIBAH LUAR NEGERI (PHLN) Dana Dnederlan Leprosy Relief ( NLR ) untuk Program P2 Kusta RTI - USAID Dana Gavi Dana GF ( TB ) SUMBER PEMERINTAH LAIN TOTAL ANGGARAN KESEHATAN TOTAL APBD KAB/KOTA % APBD KESEHATAN THD APBD KAB/KOTA ANGGARAN KESEHATAN PERKAPITA
Halaman 88
ALOKASI ANGGARAN KESEHATAN Rupiah % 3
45.188.992.997 19.878.301.454 25.310.691.543 8.614.323.000 5.723.223.000 1.497.900.000 1.393.200.000 1.748.046.000
4
81,35
15,51 10,30 2,70 2,51 3,15
1.511.205.000 141.570.000 49.905.000 45.366.000 55.551.361.997 897.892.342.885
-
5,0 227.525,91
Profil Kesehatan Tahun 2014
E. SARANA INFORMASI KESEHATAN Seksi Informasi Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Kolaka memilki Jaringan
Internet
yang
difasilitasi
dari
Pusat
Data
dan
Informasi
Kementerian Kesehatan sejak Tahun 2007 sebagai sarana pelaporan Komunikasi Data Siknas Online (Komunikasi Data Prioritas sekarang). Selain itu Seksi Informasi Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Kolaka juga memilki Web off line sederhana sejak tahun 2008 yang bisa diakses di area Dinas Kesehatan melalui Jaringan Lokal Area Network serta memilki Web Blog online yaitu ”dkkkolaka.esy.es “ sejak Juni tahun 2014 yang memuat Data Umum Peta Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Kolaka dan Profil Kesehatan.
Halaman 89
Profil Kesehatan Tahun 2014
BAB VII PENUTUP Data dan Informasi bidang kesehatan di Kabupaten Kolaka diperoleh melalui penyelenggaraan Sistem Informasi dengan Sistem Pencatatan dan Pelaporan Puskesmas yang secara rutin dilaporkan dari Puskesmas ke Programer Kabupaten. Perlu disadari bahwa sistem informasi kesehatan yang ada saat ini masih belum dapat memenuhi kebutuhan data dan informasi kesehatan secara optimal. Namun demikian diharapkan Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka Tahun 2014 ini dapat memberi gambaran secara garis besar dan menyeluruh tentang seberapa jauh pencapaian indikator derajat kesehatan masyarakat. Serta menjadi salah satu sarana yang dapat digunakan untuk melaporkan
pemantauan
dan
evaluasi
terhadap
pencapaian
hasil
pembangunan kesehatan, termasuk kinerja dari penyelenggaraan Standar Pelayanan Minimal bidang kesehatan dan pencapaian indikator MDGs di Kabupaten Kolaka. Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka ini pada intinya berisi berbagai data/informasi
yang
menggambarkan
situasi
dan
kondisi
kesehatan
masyarakat di Kabupaten Kolaka. Data dan informasi yang akurat merupakan sumber daya yang strategis bagi lembaga, instansi maupun organisasi dalam pelaksanaan manejemen suatu kegiatan untuk mencapai target yang telah ditetapkan. Olehnya itu penyediaan data dan informasi yang berkualitas sangat dibutuhkan dalam proses pengambilan keputusan. Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah memberikan kontribusi sehingga Buku Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka ini dapat diselesaikan sesuai jadwal yang telah ditentukan. Kami menyadari bahwa didalam penyusunan masih terdapat banyak kekurangan, untuk itu kami selalu terbuka menerima kritik dan saran demi sempurnanya penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka di tahun mendatang.
Halaman 90
Profil Kesehatan Tahun 2014