Peran Kemitraan dalam Pengembangan Industri Sawit Indonesia Masa Depan Prof. Dr. Bustanul Arifin
[email protected] Guru Besar Ilmu Ekonomi Pertanian UNILA Ekonom Senior INDEF-Jakarta Ketua Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia Diskusi Publik “Program Kemitraan Perusahaan Kelapa Sawit dengan Petani Plasma untuk Peningkatan Ekonomi Nasional”, 27 Oktober 2014 di IPB International Conference Center, Bogor.
Sistematika Penyajian Makalah 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Refresh Teori: Kemitraan dan ekonomi dualistik Industri sawit dan tetantangan keberlanjutan Kemitraan plasma dan inti pada industri sawit Prinsip kemitraan bisnis dan skema optimalsiasinya Masalah domestik dan tantangan dunia internasional Sertifikasi keberlanjutan CPO: RSPO dan ISPO Penutup: Tantangan Riset dan rekomendasi kebijakan
Kemitraan dan Ekonomi Dualistik Duality can be defined in many ways. But a useful analytic institutional definition would seem to be that an economy is dualistic when a significant part of it operates under such a paternalist or quasi-feudalist regime, while another significant part operates under a system of wage employment…. which may be capitalist or socialist (if state capitalism is regarded as a variety of socialism). Surplus labor may exist in such a situation, but not necessarily so. (Little, 1982)
Teori Dualisme Sosiologis (H.J. Boeke) • Aktivitas ekonomi di sektor modern (Barat dan enclave Barat) dipicu kebutuhan ekonomis, tetapi di sektor tradisional (Timur) hanya dipicu oleh kebutuhan sosial; • Over-simplifikasi. Ada anggapan tidak banyak gunanya membawa ide-ide baru, kelembagaan dan teknologi baru ke tengah-tengah masyarakat tradisional, dengan segala keterbatasannya; • Perlu waktu lama untuk melakukan transformasi atau modernisasi pada masyarakat dualistik demikian, jika tidak ada strategi besar dalam pembangunan idustri dengan revolusi besar-besaran. pertanian.
Teori Dualisme Enclave (Higgins-Myint) • Enclave kecil masyarakat modern (inti) dikelilingi oleh lautan masyarakat tradisional (plasma); • Enclave melakukan ekstraksi komoditas primer seperti perkebunan (dan tambang) dan aktivitas ekspor, juga mengimpor teknologi yang hemat tenaga kerja; • Tidak banyak aktivitas yang dilakukan oleh sektor tradisional, kecuali eksploitasi sumberdaya semata • Strategi pembangunan ekonomi perlu fokus pada sektor tradisional, menuju broad-based development dan menjamin terjadinya trasformasi struktural yang mulus.
Teori Labor Surplus (Lewis & Fei-Ranis) • Fokus pada penggunaan surplus tenaga kerja dan teknologi. Tenaga kerja yang memiliki keterampilan dan pendidikan tinggi akan mewarnai proses pembangunan. • Asumsi eksistensi penduduk dengan produktivitas tenaga kerja sangat rendah di bawah tingkat upah; ada pengangguran tersembunyi, sehingga apabila dilakukan PHK pun, produksi tidak berkurang. • Esensinya di sini adalah transfer tenaga kerja dari sektor tradisional (yang tidak banyak menambah produktivitas) ke sektor modern (yang hasilnya dapat digunakan untuk reinvestasi di peralatan, mesin, bangunan) dan masih dapat ditingkatkan;
Bahaya ekonomi dualistik: Asimetri-Rigiditas • Asimetri karena secara inheren memang dualistik. Sistem paternalistik (quasi-feodal) berdampingan dengan sistem tenaga kerja upah (wage employment); • Sektor industri (modern) berbasis profit maximization, sektor pertanian (tradisional) berdasar norma/konvensi bukan prinsip ekonomi -- produksi dan biaya marjinal; • Terdapat asimetri produksi (modal tidak digunakan penuh) dan asimetri organisasi (upah tidak berada pada tingkat keseimbangan karena labor surplus di sektor pertanian dan produksi marjinal hampir nol.
Perjalanan Ekonomi Kemitraan di Pertanian • Awal 1980an, prinsip ekonomi dualistik diterapkan dan dimodifikasi menjadi pola perkebunan inti-rakyat (PIR) dan beberapa turunannya TRI, TIR, PPR, dsb. • Fokus kebijakan: membereskan problema asimteri. Pihak inti (modern) membina plasma (tradisional), bantuan teknis, akses permodalan dan keuangan; plasma menyediakan tenaga kerja bagi aktivitas inti. • Sistem administrasi linier dan komando ala Presiden Soeharto cukup meyakinkan untuk melaksanakan ketentuan kebijakan yang ketat tersebut. • Kini, kemitraan usaha di industri sawit, tapi masih belum terdapat arah kebijakan yang memberdayakan
Industri Sawit: Tantangan keberlanjutan • Produksi CPO 2013 24 juta ton (terbesar, melewati Malaysia); ekspor 18 juta ton dan konsumsi domestik 6 juta ton. • Persoalan belum berubah. Peran sawit rakyat terus menurun 41%. Produktivitas rendah, skema baru ISPO (Indonesia sustainable palm oil organization) dan persoalan struktural inti vs plasma. Produktivitas melebar (3.54 ton/ha vs 2.86 ton/ha). • Strategi hilirasi melalui pengenaan bea keluar CPO dapat saja mengurangi dayasaing, struktur rantai nilai yang semakin tidak adil, sulit menjawab tantangan keberlanjutan pasar global
Produksi CPO menurut Kelompok Industri Tabel 1.1 Produksi Kelapa Sawit Indonesia Tahun 2004‐2010*/ Productions of Palm Oil in Indonesia 2004‐2010*
14 000 000 12 000 000 10 000 000 8 000 000 6 000 000 4 000 000 2 000 000 0
2004
PR/Smallholders
2005
2006
2007
2008
PBN/Government Plantations
2009
2010*
PBS/Private Plantations
• Dalam hal produksi: pangsa perkebunan rakyat di bawah 38%, sedangkan perkebunan negara 12% dan perkebunan swasta lebih 50%. • Dalam hal areal tanam, pangsa perkebunan rakyat terus menurun 41%, sedangkan pangsa perkebunan besar terus meningkat, swasta 48% dan BUMN 11%.
Laju Produksi CPO Dunia: Sangat tinggi
Sumber : Oil World (2010) dan IPOA (2011)
Peran Industri Sawit dalam Perekonomian • Volume ekspor CPO mendekati 20 juta ton, berkontribusi pada penerimaan devisa dari ekspor CPO sebesar US$ 18 juta. • Industri minyak sawit telah menciptakan lapangan kerja baru 4 juta lebih, mulai dari petani, perkebnan sampai tenaga pabrik. • Bahkan, industri kelapa sawit berkontribusi pada pembangunan wilayah, pengentasan kemiskinam terutama di Luar Jawa. • Akan tetapi, perkembangan lahan kelapa sawit yang nyaris tidak terkontrol bahkan dapat menimbulkan konflik lahan dan akses sumberdaya alam, dan menjadi ancaman baru dalam keberlanjutannya.
Pangsa Pasar Tujuan Ekspor CPO Indonesia (%)
Sumber : Oil World, 2012
Fluktuasi Harga Minyak Tanaman Dunia
Sumber: FAO, 2013
Prinsip-Prinsip Kemitraan Bisnis Saling tergantung pada pengetahuan & proses kemitraan
Tingkat Kerjasama
Operasional Kemitraan Kinerja Bisnis Relasional Kemitraan
Wawasan tentang mitra rantai pasok Sumber: Zacharia et al. (2009)
Kerangka Optimalisasi Kemitraan Dampak Kinerja Fase pemantapan
Perbaikan dan inovasi berkelajutan
Dampak Aset Fase penyelidikan
Penanganan perubahan kerjasama Keberhasilan kemitraan
Investasi Aset Fase implementasi
Penguatan aset kemitraan
Gagasan investasi Fase awal
Seleksi kemitraan Sumber: Markus dan Tanis (2000)
Domestic Issues in the CPO Industry 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Land conflicts, poor spatial planning and peat-land management Policies on export tax and value added tax do not reflects the deepening strategy of downstream industries Regional levy and retribution for the shake of local autonomy Poor infrastructures, connectivity and business climate Moratorium forestry policy due to REDD schemes Inadequate research and development (R&D) strategies Unclear pricing policy for biofuels industry and development
Future Challenges of Indonesian Palm Oil 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Threats of global economic crisis, triggered by European cases Trade protection and non-tariff barriers of destination countries Price fluctuation does reflect traditional market mechanisms Concerns of sustainable standards and remerging health issues Buyer-driven supply chain, as a typical agro-based commodities (eg: accusation from Nestle, Greenpeace etc is only a symptom) Unpredictable responses to the alternative energy movement Issues of foods vs. fuels are more real than it was 10 years ago
Sertifikasi CPO dan Dinamika Kemitraaan • Di tengah kontroversi perkembangan produksi dan konsumsi CPO fi tingkat global yang amat cepat, muncul perkembangan sertifikasi keberlanjutan CPO yang digagas oleh konsumen global. • Di lain pihak, Eropa semakin ketat memberlakukan aturan agar CPO Indonesia sulit masuk, walaupun terdapat kecendrungan yang lebih baik untuk biodiesel. • Sertifikasi RSPO (Roundatable Sustainable Palm Oil) akhirnya disepakati sebagai salah satu pedoman keberlanjutan. • Perusahaan Indonesia telah mulai memperoleh RSPO, sebalum akhirnya hubungan antar pemerintah produsen CPO dan negara konsumen CPO di luar negeri semakin baik. • Peristiwa politik dan diplomasi semakin hangat, ahirnya GAPKI (Gabugan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia) keluar dari keanggotaan RSPO. • Di sisi lain, Indonesia akhirnya memberlakukan ISPO (Indonesia Susitanable Pal Oil) dan mewajibkan seluruh perusahaan perkebunan sawit untuk mendaftarkan diri agar dapat memperoleh sertifikat ISPO,
Motivasi Plasma tentang Sertifikasi RSPO
Sumber: Hidayat, 2014
Penutup: Rekomendasi Kebijakan ke Depan • Skala usaha ekonomi kemitraan usaha perkebunan sawit, intervensi perubahan dan inovasi kelembagaan, dsb. • Kebijakan insentif baru untuk inovasi baru dan perubahan teknologi yang mampu meningkatkan produktivitas, dsb • Revisit sistem agribisnis dan kebijakan pendukungnya, Integrasi sistem produksi, panen, pengolahan dan pasca • Pembiayaan pertanian perlu lebih komprehensif , misal tentang fungibility kredit bersubsidi, tabungan pedesaan, • Perbaikan modal sosial, saling percaya (trust) pada plasma dan inti, penentuan kriteria dan indikator, arena negosiasi dan intervensinya jika terdapt masalah serius.