BAB I PENDAHULUAN
Profil Kesehatan Kabupaten Tapin merupakan gambaran situasi dan keadaan
kesehatan masyarakat di Kabupaten Tapin dan diterbitkan setiap
tahun. Maksud dan tujuan diterbitkannya
buku profil ini adalah untuk
menampilkan berbagai data dan informasi kesehatan serta data pendukung lainnya yang didiskripsikan dengan analisis dan ditampilkan dalam bentuk tabel dan grafik. Selain itu juga ingin disampaikan pencapaian pembangunan kesehatan di wilayah Kabupaten Tapin pada tahun 2015. Sehingga dapat dikatakan bahwa Profil Kesehatan ini adalah capaian prestasi dari Dinas Kesehatan Kabupaten Tapin. Profil ini disusun secara sistematis dengan mengikuti pedoman penyusunan profil kesehatan yang diterbitkan oleh Pusat Data dan Informasi Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. Sistematika penyajian Profil Kesehatan Kabupaten Tapin tahun 2015 adalah sebagai berikut Bab-1 : Pendahuluan Bab ini berisi penjelasan tentang maksud dan tujuan profil kesehatan serta sistematika dari penyajian. Bab-2 : Gambaran Umum dan Perilaku Penduduk Bab ini menyajikan tentang gambaran umum kabupaten. Selain uraian tentang letak geografis, administratif dan informasi umum lainnya, bab ini juga mengulas faktor faktor yang berpengaruh terhadap kesehatan meliputi kependudukan, ekonomi, pendidikan, sosial budaya, perilaku, dan lingkungan.
Profil Dinas Kesehatan Tapin 2015
hal 1
Bab-3 : Situasi Derajat Kesehatan Bab ini berisi uraian tentang indikator mengenai angka kematian, angka kesakitan, dan angka status gizi masyarakat. Bab-4 : Situasi Upaya Kesehatan Bab ini menguraikan tentang pelayanan kesehatan dasar, pelayanan kesehatan rujukan dan penunjang, pemberantasan penyakit menular, pembinaan kesehatan lingkungan dan sanitasi dasar, perbaikan gizi masyarakat, pelayanan kefarmasian dan alat kesehatan, pelayanan kesehatan dalam situasi bencana. Upaya pelayanan kesehatan yang diuraikan dalam bab ini juga mengakomodir indikator kinerja Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan serta upaya pelayanan kesehatan lainnya yang diselenggarakan oleh kabupaten/kota. Bab-5 : Situasi Sumber Daya Kesehatan Bab ini menguraikan tentang sarana kesehatan, tenaga kesehatan, pembiayaan kesehatan dan sumber daya kesehatan lainnya. Bab-6 : Kesimpulan Bab ini diisi dengan sajian tentang hal-hal penting yang perlu disimak dan ditelaah lebih lanjut dari Profil Kesehatan Kabupaten Tapin di tahun yang bersangkutan. Selain keberhasilan-keberhasilan yang perlu dicatat, bab ini juga mengemukakan hal-hal yang dianggap masih kurang dalam rangka penyelenggaraan pembangunan kesehatan. Lampiran Pada lampiran ini berisi tabel resume/angka pencapaian kabupaten/kota dan 82 tabel data kesehatan dan yang terkait kesehatan yang responsif gender.
Profil Dinas Kesehatan Tapin 2015
hal 2
BAB II GAMBARAN UMUM
A. Geografi Kabupaten Tapin dengan ibukotanya Rantau terletak dibagian tengah Propinsi Kalimantan Selatan yang berjarak sekitar 110 km dari ibukota propinsi. Berdasarkan letak geografisnya, Kabupaten Tapin terletak di antara 2032’43”- 20 32’43” Bujur Timur dan 114046’13’’-115030’33”• Lintang Selatan. Batas Kabupaten Tapin adalah sebagai berikut
:
Sebelah Utara
:
Kabupaten Hulu Sungai Selatan
Sebelah Selatan
:
Kabupaten Banjar
Sebelah Timur
:
Kabupaten Hulu Sungai Selatan
Sebelah Barat
:
Kabupaten Barito Kuala
Luas daerah Kabupaten Tapin adalah 2.700,82 km2 yang terbagi atas 12 kecamatan dengan 127 desa dan 8 kelurahan. Daerah yang paling luas adalah Candi Laras Utara dengan luas 619,91 km2 atau sebesar 27,05 persen dari luas keseluruhan Kabupaten Tapin, sementara daerah yang paling sempit adalah Kecamatan Tapin Utara dengan lua`s 32,32 km2 atau sebesar 2,65 persen dari luas Kabupaten Tapin.
Berdasarkan letak ketinggiannya dari permukaan laut diketahui, hampir seluruh area atau 67,34 persen dari total area Kabupaten Tapin berada pada ketinggian 0-7 m, sedangkan ketinggian lebih dari 500 m dari permukaan laut hanya berkisar 1,21 persen.
Profil Dinas Kesehatan Tapin 2015
hal 3
Jika dilihat dari kelas kemiringannya diketahui bahwa kemiringan di kabupaten ini banyak terletak pada kemiringan 0-2 persen yaitu sekitar 82,93 persen dari total area Kabupaten Tapin, sedangkan kemiringan antara 2,1 sampai 8 persen hanya sekitar 0,62 dari keseluruhan luas daerah di Kabupaten Tapin.
Letak geografis Kabupaten Tapin sangat strategis sehingga menyebabkan mobilitas penduduk yang cukup tinggi untuk melakukan aktifitas sehari-hari dari dan ke Kabupaten Tapin, selain itu Tapin menjadi tempat persinggahan penduduk yang melakukan perjalanan baik
antar kota dalam propinsi Kalimantan Selatan maupun
antar propinsi di pulau Kalimantan melalui transportasi darat.
B. Keadaan Penduduk Jumlah dan penyebaran
penduduk serta susunan golongan umur dan jenis
kelamin adalah hal yang sangat fundamental sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil kebijakan di bidang kesehatan. Menurut Kantor BPS jumlah Penduduk Kabupaten Tapin tahun 2015 adalah 181.778 jiwa, dengan jumlah laki-laki 91.692 jiwa dan perempuan 90.086 jiwa. 1.
Penyebaran Penduduk Penyebaran penduduk Kabupaten Tapin tidak merata, pada tahun 2015 kepadatan
penduduk di Kabupaten Tapin adalah 84
jiwa/km2 . Kecamatan
Tapin Utara sebagai daerah ibukota kabupaten memiliki kepadatan tertinggi sekitar 770,8 jiwa/km2 disusul oleh Kecamatan Binuang 226,7 jiwa/km2 kemudian Kecamatan Salam Babaris
sebesar
164,6 jiwa/km2. Kepadatan
penduduk yang terendah adalah Kecamatan Candi Laras Utara yaitu hanya 25,2 jiwa/km2.
Profil Dinas Kesehatan Tapin 2015
hal 4
2. Komposisi Penduduk
Gambar 1. Komposisi Penduduk
**Created by Lucky M Hatta, MPH**
Kelahiran, kematian dan perpindahan penduduk tidak saja mempengaruhi laju pertumbuhan penduduk tetapi juga mempengaruhi komposisi penduduk. Menurut BPS
2015, penduduk Kabupaten Tapin golongan umur 0 – 4 tahun
(balita) sebanyak 18.548 anak terdiri dari 9.503 laki-laki dan 9.045 perempuan sedang umur 65 tahun keatas sebanyak 7.831 orang.
Profil Dinas Kesehatan Tapin 2015
hal 5
Jika dilihat dari kelompok umurnya (Tabel 2), diketahui penduduk Kabupaten Tapin merupakan penduduk usia muda. Ini berarti pemerintah Kabupaten Tapin masih harus memperhatikan tersedianya fasiltas kesehatan dan pendidikan yang cukup untuk penduduk usia mudanya. Kemudian pada penduduk kelompok umur 45-64 tahun (Pra Lansia dan Lansia) sebanyak 32.777 orang atau 18 % dari penduduk Kabupaten Tapin dan usia lebih dari 65 tahun sebanyak 7.831 jiwa (4.3%) juga perlu mendapat perhatian dalam pelayanan kesehatan lansia dengan lebih banyak upaya promotive dan preventive untuk non-communicable disease seperti pelayanan kesehatan lansia di Puskesmas dan Posyandu Lansia, serta RSUD yang lebih baik lagi dalam penanganan penyakit degenerative. 3.
Rasio Beban Tanggungan (Dependency Ratio) Tingginya
rasio
beban tanggungan merupakan faktor
penghambat
pembangunan negara, karena sebagain dari pendapatan yang diperoleh oleh golongan yang produktif, terpaksa harus dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan mereka yang tidak produktif. Maka jika penduduk usia tidak produktif semakin besar, beban tanggungan ekonomi penduduk usia produktif semakin tinggi. Rasio beban tanggungan untuk Kabupaten Tapin pada tahun 2015 adalah 35%. Ini berarti tiap satu orang yang produktif harus menanggung 35 orang yang tidak produktif.
Profil Dinas Kesehatan Tapin 2015
hal 6
C. Keadaan Pendidikan Pendidikan memegang peranan penting dalam meningkatkan Status Kesehatan. Salah satu indikator mengenai sumbangan pendidikan pada kesehatan adalah angka “Melek Huruf” yang sering diartikan sebagai prosentase penduduk berumur 10 tahun ke atas yang mampu membaca dan menulis dalam satu bahasa. Kemampuan membaca dan menulis merupakan keterampilan minimum yang diperlukan oleh penduduk agar dapat hidup sehat dan sejahtera yang tergambar dari angka melek huruf penduduk umur 10 tahun keatas yang dapat membaca dan menulis huruf latin dan huruf lainnya.
D. Keadaan Lingkungan Untuk
menggambarkan
keadaan
lingkungan,
akan
disajikan
indikator-indikator persentase rumah sehat serta persentase tempat-tempat umum dan pengelolaan makanan sehat. Selain itu disajikan pula beberapa indicator tambahan yang dianggap masih relevan, yaitu persentase rumah tangga menurut sumber air minum, persentase rumah tangga menurut sarana pembuangan air dan tinja. 1. Rumah Sehat Rumah Sehat adalah bangunan rumah tinggal yang memenuhi syarat kesehatan, yaitu rumah yang memiliki jamban yang sehat, sarana air bersih, tempat pembuangan sampah, sarana pembuangan air limbah, ventilasi rumah yang baik, kepadatan hunian rumah yang sesuai dan lantai rumah yang terbuat bukan tanah.
Profil Dinas Kesehatan Tapin 2015
hal 7
Berdasarkan laporan Puskesmas di Kabupaten Tapin didapat persentase
rumah
sehat
di
Kabupaten
Tapin
gambaran
pada tahun 2013
persentase rumah sehat sebesar 42,21 %, di tahun 2014 sebesar 43%, dan pada tahun 2015 naik sebesar 72%. 2. Tempat-tempat Umum dan Pengelolaan Makanan Tempat-tempat Umum dan Pengelolaan Makanan (TUPM) merupakan suatu sarana yang dikunjungi oleh banyak orang, dan dikhawatirkan dapat menjadi tempat penyebaran penyakit. Tempat-tempat yang dikategorikan sebagai TUPM meliputi : hotel, restoran, bioskop, pasar, terminal dan lain-lain. Sedangkan yang dimaksud denga TUPM sehat adalah tempat-tempat umum dan pengelolaan makanan yang memenuhi syarat kesehatan, yaitu memiliki sarana air bersih, tempat pembuangan sampah, sarana pembuangan air limbah, ventilasi yang baik, luas lantai (luas ruang) yang sesuai dengan banyaknya pengunjung, serta memiliki pencahayaan ruang yang sesuai. Informasi yang didapat dari indikator Standar Pelayanan Minimal menggambarkan bahwa rata-rata persentase TUPM sehat di Kabupaten Tapin Tahun 2011 jumlah TUPM yang diperiksa sebanyak 1170 buah dengan jumlah TUPM yang sehat sebesar 568 buah (57,1%). Untuk tahun 2012 jumlah TUPM yang diperiksa sebanyak 1170 buah dengan jumlah TUPM yang sehat sebesar 568 buah (57,3%). Untuk tahun 2013 jumlah Tempat Umum yang diperiksa sebanyak 223 buah dengan jumlah TUPM yang sehat hanya 113 buah (50,7%). Pada tahun 2014 jumlah TUPM diperiksa sebanyak 233 buah dan TUPM yang sehat hanya 144 buah (61.02%). Sementara pada tahun 2015 tidak ada data.
Profil Dinas Kesehatan Tapin 2015
hal 8
3. Akses terhadap Air Minum Pada tahun 2011 persentase keluarga yang memiliki akses air bersih (PDAM, SPT, SGL, SGH, kemasan dan lainnya) mencapai 24.290 keluarga atau 100,00%. Untuk tahun 2012 persentase keluarga yang memiliki akses air bersih (PDAM, SPT, SGL, SGH, kemasan dan lainnya) mencapai 25.139 keluarga atau 95,3%. Untuk tahun 2013 persentase keluarga yang memiliki akses air minum (PDAM, SPT, SGL, SGH, kemasan dan lainnya) mencapai 27.204 keluarga atau 15,6%. Tahun 2014 dan 2015 tidak ada perubahan, yaitu 32.919 keluarga (18,9%) memiliki akses air minum. 4. Sarana Sanitasi Dasar Persentase kepemilikan jamban di Kabupaten Tapin tahun 2011 persentase kepemilikan jamban sebesar 54,6%, tempat sampah sebesar 80,8% dan pengelolaan air limbah sebesar 19,1%. Untuk tahun 2012 persentase kepemilikan jamban sebesar 40,1%, tempat sampah sebesar 65,6% dan pengelolaan air limbah sebesar 7,5%. Pada tahun 2013 penduduk Kabupaten Tapin dengan sanitasi layak sebanyak 14.664 (8,4%). Sementara pada tahun 2014 jumlah penduduk dengan akses sanitasi layak adalah 13.148 jiwa (7,5%) dari jumlah penduduk. Untuk tahun 2015 tidak ada data.
Profil Dinas Kesehatan Tapin 2015
hal 9
BAB III SITUASI DERAJAT KESEHATAN A.
Mortalitas
Situasi Indikator
mortalitas di suatu wilayah
digambarkan
dalam berbagai
yang dinilai paling peka dan telah disepakati
ukuran
derajat
Hidup,
(2)
kesehatan
Angka
suatu
Kematian
wilayah
Ibu,
(3)
meliputi
Angka
indikator.
secara nasional sebagai :
Kematian
(1)
Umur Harapan
Bayi,
(4)
Angka
Kematian Balita. Dalam mencapai Indikator derajat kesehatan di Kabupaten Tapin telah mencapai target yang diharapkan, hal ini terbukti dengan. Situasi derajat kesehatan terkini di wilayah Kabupaten Tapin adalah: 1. Umur Harapan Hidup (UHH)
UHH
diperoleh
melalui
survai
yang dilaksanakan oleh Badan Pusat
Satatistik (BPS) dan Bappeda. Umur Harapan Hidup adalah jumlah rata-rata umur hidup berdasarkan kelompok yang lahir pada tahun yang sama. Tahun 2014 adalah 66,98 tahun dimana kondisi ini menunjukkan bahwa anak yang baru lahir diperkirakan akan hidup rata-rata sampai umur 66 tahun. UHH Kabupaten Tapin cenderung terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, sejalan dengan terus menurunnya angka kematian bayi. Untuk indikator UHH Kabupaten Tapin capaian tahun 2015 adalah 67 tahun, sementara target UHH Nasional adalah 67,90 tahun sehingga pada tahun 2015 ini indikator UHH hampir mendekati target nasional. 2. Angka Kematian Bayi (AKB)
Angka Kematian Bayi (AKB) per 1000 Kelahiran Hidup adalah jumlah bayi yang meninggal pada usia 1 hari sampai dengan 1 hari sebelum bayi tersebut Profil Dinas Kesehatan Tapin 2015
hal 10
merayakan ulang tahunnya yang pertama dalam suatu wilayah tertentu selama 1 tahun per jumlah kelahiran hidup (KH) diwilayah dan pada kurun waktu yang sama dikali 1000. AKB merupakan indikator penting dalam menggambarkan derajad kesehatan masyarakat. Ia tidak hanya berguna dalam memberikan informasi tentang bayi, tetapi juga sebagai gambaran penduduk dengan tingkat sosial ekonominya. Selain itu AKB merupakan indikator yang sensitif dalam menggambarkan ketersediaan, penggunaan dan keefektifan pelayanan kesehatan, khususnya pelayanan perinatal. Pada tahun 2011 angka absolut kematian bayi meningkat menjadi 60 orang dari 3.060 kelahiran hidup. Dari data tersebut maka AKB untuk Kabupaten Tapin pada tahun 2011 adalah 19,6 per 1000 KH. Serta pada tahun 2012 angka absolut kematian bayi turun menjadi 25 orang dari 2.658 kelahiran hidup, maka AKB untuk Kabupaten Tapin pada tahun 2012 adalah 8,9/1000 KH. AKB untuk Kabupaten Tapin pada tahun 2013 adalah 2,92/1000 KH. Dan AKB pada tahun 2014 adalah 4/1000 KH. Sedangkan pada tahun 2015 angka absolutnya adalah 62 bayi dari 3.312 KH, dan AKB tahun 2015 adalah 18,7/1000 KH. Berikut trend AKB 5 tahun terakhir.
Gambar 3.1 Angka Kematian Bayi 2011-2015 Profil Dinas Kesehatan Tapin 2015
hal 11
3. Angka Kematian Anak Balita (AKAB) Angka Kematian Anak Balita (AKAB) merupakan jumlah kematian anak kelompok 1 – 4 tahun dalam wilayah tertentu selama 1 tahun tertentu per jumlah kelahiran hidup di wilayah dan pada periode yang sama dikali 1000. AKAB mencerminkan besarnya faktor lingkungan yang berpengaruh pada kesehatan anak seperti gizi, sanitasi, penyakit menular pada masa kanak-kanak dan kecelakaan yang terjadi di dalam dan disekitar rumah. Angka ini juga mencerminkan tingkat dan besarnya kemiskinan, oleh karena itu merupakan indikator yang sensitif untuk menilai pembangunan sosial ekonomi masyarakat. Pada tahun 2011 angka kematian anak balita yang dilaporkan sebanyak 6 orang. Dari data tersebut maka AKAB Kabupaten Tapin tahun 2011 adalah 2,0/1000KH. Pada tahun 2012 angka kematian anak balita yang dilaporkan sebanyak 5 orang. Dari data tersebut maka AKAB Kabupaten Tapin tahun 2012 adalah 1,9/1000 KH. Sedangkan pada tahun 2013 AKAB di Kabupaten Tapin sebesar 1,31/1000 KH. Pada tahun 2014 AKAB sebesar 5/1000KH dan di tahun 2015 angka kematian anak balita adalah 9.3/1000KH. Tren AKAB di Kabupaten Tapin 5 Tahun terakhir sebagai berikut:
Gambar 3.2 Angka Kematian Balita 2011-2015
Profil Dinas Kesehatan Tapin 2015
hal 12
4. Angka Kematian Ibu (AKI)
AKI adalah jumlah ibu hamil yang meninggal karena hamil, bersalin dan nifas disuatu wilayah tertentu selama 1 tahun di bagi jumlah kelahiran hidup diwilayah tersebut pada periode yang sama dikalikan 100.000. AKI mencerminkan resiko yang mengancam ibu–ibu selama kehamilan dan melahirkan. Angka ini dipengaruhi oleh keadaan sosial ekonomi, gizi, sanitasi dan yang tak kalah pentingnya adalah pelayanan kesehatan ibu. Pada tahun 2011 jumlah kematian ibu maternal
ada 10 orang dari 4.110
ibu
hamil atau 333/100.000 KH. Pada tahun 2012 jumlah kematian ibu maternal
ada
10 orang dari 3.121
ibu hamil atau 320/100.000 KH. Pada tahun 2013 jumlah
kematian ibu 10 orang dengan AKI 328/100.000 KH. Dan AKI pada tahun 2014 adalah 5 orang atau 166/100.000 KH. Dan pada tahun 2015 adalah 5 orang atau 151/100.000 KH.
Gambar 3.3 Angka Kematian Ibu 2011 – 2015 **Created by Lucky M Hatta, MPH**
Profil Dinas Kesehatan Tapin 2015
hal 13
B. Morbiditas 1. TB Paru Estimasi tersangka TB Paru adalah 13 per 1000 penduduk. Pada tahun 2012 ditemukan sebanyak 178 kasus baru. Pada tahun 2013 ditemukan sebanyak 94 kasus baru dengan angka keberhasilan pengobatan sebesar 92,5%. Dan pada tahun 2014 ditemukan 166 kasus dengan angka keberhasilan terapi sebesar 88.42%. Dan di tahun 2015 ditemukan 519 kasus baru. 2. Demam Berdarah Dengue Dari tahun 2010 jumlah kasus meningkat menjadi 45 kasus yang menyebar pada 9 Kecamatan, angka kesakitan DBD Kabupaten Tapin adalah 26,8 per 100.000 penduduk. Pada tahun 2012 ada kasus DBD sebanyak 67 kasus yang meyerang 8 Kecamatan dengan angka kesakitan DBD sebesar 39,3%. Pada tahun 2013 ada kasus DBD sebanyak 16 kasus yang meyerang 4 Kecamatan dengan angka kejadian DBD sebesar 9,2/1.000 penduduk. Pada tahun 2014 sebanyak 29 kasus DBD dengan angka insiden 16,2/1000 penduduk. Dan pada tahun 2015 sebanyak 180 kasus DBD mewabah di semua kecamatan, dengan jumlah korban jiwa 4 orang meninggal dunia. 3. Malaria Terdapat 111 jiwa yang berhasil dideteksi dengan pemeriksaan darah positif malaria di beberapa kecamatan. Puskesmas dengan temuan tertinggi penyakit malaria adalah Puskesmas Binuang 57 kasus. Sedangkan Puskesmas Pandahan, dan Puskesmas Benua Padang masing-masing 15 kasus. Dan yang dirawat di RSUD Datuk Sanggul sebanyak 16 kasus. Profil Dinas Kesehatan Tapin 2015
hal 14
4. Filariasis Pada 2015 ditemukan 9 kasus filariasis di Kabupaten Tapin dengan temuan 3 kasus di Puskesmas Margasari, 2 kasus masing-masing di Puskesmas Tambarangan dan Puskesmas Pandahan. Dan satu kasus di Puskesmas Tapin Utara dan Puskesmas Bakarangan.
C. Status Gizi Program perbaikan gizi masyarakat di Tapin merujuk pada masalah gizi Nasional yaitu Kurang Energi Protein (KEP), Xeropthalmia (Kekurangan Vit.A), Anemis (Kekurangan Zat Besi) dan Gondok endemik. Parameter KEP dapat dilihat dari hasil penimbangan (Berat badan terhadap umur). Prevalensi KEP mencerminkan kelambatan pertumbuhan dan kurang gizi masa lalu yang lama maupun kurang gizi masa sekarang. Dengan demikian berat badan waktu lahir dapat juga dijadikan indikator status gizi masyarakat. 1.
Balita Dengan Gizi Buruk Pada tahun 2012 ada sebanyak 2 balita mengalami gizi buruk, dimana keduanya sudah ditangani dan mendapat perawatan. Pada tahun 2013 ditemukan balita gizi buruk sebanyak 2 orang, telah ditangani serta mendapat perawatan. Di tahun 2014 tidak terdapat kasus balita gizi buruk, hanya didapat 182 balita BGM atau 2,4% dari 7.460 balita yang ditimbang. Pada tahun 2015 didapatkan 5 kasus balita gizi buruk, dua kasus di Puskesmas Bakarangan, dan masing-masing satu kasus di PKM Binuang, PKM Tapin Utara, dan PKM Baringin.
Profil Dinas Kesehatan Tapin 2015
hal 15
BAB IV SITUASI UPAYA KESEHATAN
Berikut ini diuraikan gambaran situasi upaya kesehatan, yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Tapin. A.
Pelayanan Kesehatan Dasar Upaya pelayanan kesehatan dasar merupakan langkah awal dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Dengan pemberian pelayanan kesehatan dasar secara tepat dan cepat, diharapkan sebagian besar masalah kesehatan masyarakat sudah dapat diatasi. Berbagai pelayanan kesehatan dasar yang dapat dilaksanakan oleh Puskesmas adalah sebagai berikut : 1. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Bayi. Seorang ibu mempunyai peran yang sangat besar di dalam pertumbuhan bayi dan perkembangan anak. Gangguan kesehatan yang dialami seorang ibu yang sedang hamil bisa berpengaruh pada kesehatan janin dalam kandungan hingga kelahiran dan masa pertumbuhan bayi dan anaknya. a.
Pelayanan Antenatal (K1 dan K4) Masa kehamilan merupakan masa yang rawan kesehatan, baik kesehatan ibu yang mengandung maupun janin yang dikandungnya sehingga dalam masa kehamilan perlu dilakukan pemeriksaan secara teratur . Hal ini dilakukan untuk menghindari gangguan sedini mungkin dari segala sesuatu yang membahayakan terhadap kesehatan ibu dan janin yang dikandungnya. Pelayanan antenatal merupakan pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan profesional (dokter Sp.OG, dokter umum, bidan, dan perawat) Profil Dinas Kesehatan Tapin 2015
hal 16
kepada ibu hamil selama masa kehamilannya sesuai pedoman pelayanan antenatal yang ada dengan titik berat pada kegiatan promotif dan preventif. Cakupan K1 atau juga disebut akses pelayanan ibu hamil merupakan gambaran besaran ibu hamil yang telah melakukan kunjungan pertama ke fasilitas pelayanan kesehatan untuk mendapatkan pelayanan antenatal. Ibu Hamil K4 adalah ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standart paling sedikit empat kali, dengan distribusi minimal satu kali pada triwulan pertama, satu kali triwulan kedua, dan dua kali pada triwulan ketiga. pada masa kehamilan. Pada tahun 2011 cakupan K4 60,95%, pada tahun 2012 cakupan K4 mengalami peningkatan menjadi 68,8% dari 2.360 bumil. Pada tahun 2013 cakupan K4 sebesar 68,78%, dan meningkat menjadi 82.8% dari 2.840 bumil pada tahun 2014. Pada tahun 2015 capaian K4 menurun 77,6% dari 3.141 ibu hamil.
Gambar 4.1 Cakupan K4 2011 - 2015
**Created by Lucky M Hatta, MPH**
Profil Dinas Kesehatan Tapin 2015
hal 17
b.
Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan Komplikasi dan kematian ibu maternal dan bayi baru lahir sebagian besar terjadi pada masa di sekitar persalinan, hal ini antara lain disebabkan pertolongan
persalinan tidak dilakukan oleh tenaga kesehatan yang
mempunyai kompetensi. Berdasarkan hasil pengumpulan data dari laporan Puskesmas pertolongan persalinan oleh Tenaga Kesehatan di Kabupaten Tapin pada tahun 2011 cakupan persalinan oleh nakes sebesar 71,58%. Pada tahun 2012 cakupan persalinan oleh nakes 86,2%. Pada tahun 2013 cakupan persalinan oleh nakes 86,84%, turun di 80.09% pada tahun 2014, dan di tahun 2015 stagnant di 80,04%.
Gambar 4.2 Trend Linakes 2011 – 2015
**Created by Lucky M Hatta, MPH**
Profil Dinas Kesehatan Tapin 2015
hal 18
c.
Komplikasi Kebidanan yang Dirujuk Dalam memberikan pelayanan khususnya oleh tenaga bidan di desa dan puskesmas, terkadang dijumpai ibu hamil yang memiliki risiko tinggi yang memerlukan pelayanan kesehatan lanjut. Dengan terbatasnya kemampuan memberikan pelayanan oleh tenaga bidan di desa atau puskesmas, maka perlu dilakukan rujukan ke unit pelayanan kesehatan memadai. Secara nasional persentase ibu hamil dengan risiko tinggi yang dirujuk sebesar 23,83 %. Pada tahun 2014 komplikasi kebidanan yang ditangani sebesar 120,21%, kemudain turun menjadi 40,5% pada tahun 2015.
d.
Kunjungan Neonatus (KN1 dan KN2) Bayi hingga usia kurang dari satu bulan merupakan golongan umur yang memiliki risiko gangguan kesehatan paling tinggi. Upaya kesehatan yang dilakukan untuk mengurangi risiko tersebut antara lain dengan melakukan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan dan pelayanan kesehatan pada neonatus (usia 0-28 hari) minimal dua kali, yaitu satu kali pada umur 0-7 hari dan selanjutnya satu kali pada umur 8-28 hari. Dalam melaksanakan pelayanan neonatus, petugas kesehatan di samping melakukan pemeriksaan kesehatan bayi juga melakukan konseling perawatan bayi kepada ibu. Pelayanan tersebut meliputi pelayanan kesehatan neonatal dasar (tindakan resusitasi, pencegahan hipotermia, pemberian ASI dini dan ekslusif, pencegahan infeksi berupa perawatan mata, tali pusat, kulit, dan pemberian imunisasi), pemberian vitamin K, manajemen terpadu Profil Dinas Kesehatan Tapin 2015
hal 19
balita muda (MTBM), dan penyuluhan perawatan neonates di rumah menggunakan buku KIA. Capaian KN1 ditahun 2011 adalah 94.3%. Pada tahun 2012 Cakupan kunjungan Neonatus (KN1) sebesar 94,01% dan Kunjungan neonatal lengkap 15,76%. Sedangkan pada tahun 2013 Cakupan kunjungan Neonatus (KN1) sebesar 97,34% dan Kunjungan neonatal lengkap 88,27%. Capaian KN1 pada tahun 2014 sebesar 94.97% dan KN lengkap sebesar 92.38%. KN1 pada tahun 2015 mencapai 88.7% dan KN lengkap mencapai 86,6%.
Gambar 4.3 Trend Kunjungan Neonatus 2010-2015 2. Pelayanan Kesehatan Anak Pra Sekolah, Anak Usia Sekolah dan Remaja Pelayanan kesehatan pada kelompok ini dilakukan dengan pelaksanaan pemantauan dini terhadap tumbuh kembang dan pemantauan kesehatan anak pra sekolah, pemeriksaan anak sekolah dasar / sederajat, serta pelayanan kesehatan pada remaja, baik yang dilakukan oleh tenaga kesehatan maupun peran serta tenaga terlatih lainnya seperti kader kesehatan, guru UKS dan dokter kecil. Menurut hasil laporan Puskesmas cakupan anak pra sekolah yang diperiksa di Profil Dinas Kesehatan Tapin 2015
hal 20
Kabupaten Tapin Tahun 2007 adalah 18,79%, dan pada tahun 2008 naik menjadi 21,9% yang diperiksa. Tahun 2009 menurun menjadi 5,24% sedangkan pada tahun 2010 dari 3.729 anak prasekolah tidak ada laporan yang di lakukan pemeriksaan. Pada tahun 2011 dari 4.523 siswa sebanyak 3772 (84,4%) dilakukan pemeriksaan. Pada tahun 2012 dari 3.666 murid kelas 1 SD hanya 156 siswa atau 4,3%. Sedangkan pada tahun 2013 dari 6,530 siswa kelas 1 SD sebanyak 4,479 (68,6%) mendapat pelayanan kesehatan/ penjaringan. 3. Pelayanan Keluarga Berencana Masa subur seorang wanita memiliki peran penting bagi terjadinya kehamilan sehingga peluang wanita melahirkan menjadi cukup tinggi. Menurut hasil penelitian, usia subur seorang wanita biasanya antara 15 – 49 tahun. Oleh karena itu untuk mengatur jumlah kelahiran atau menjarangkan kelahiran, wanita pasangan ini lebih diprioritaskan untuk menggunakan alat/cara KB. Tingkat pencapaian pelayanan keluarga berencana dapat digambarkan melalui cakupan peserta KB yang ditunjukkan melalui peserta KB aktif dan jenis kontrasepsi yang digunakan akseptor. Pada tahun 2011 jumlah peserta KB aktif sebanyak 33.375 orang (84,11%) dengan jenis kontrasepsi yang banyak digunakan adalah jenis pil (45,24%) dan suntik (38,34%).
Pada tahun 2012
jumlah perserta KB aktif 17.713 orang
(48,9%), dan jenis kontrasepsi yang paling banyak digunakan masih suntik (56,5%) dan pil (29,8%). Pada tahun 2013 jumlah perserta KB aktif 31,976 orang (87,3%), dan jenis kontrasepsi yang paling banyak digunakan masih suntik (56,1%) dan pil (42,1%). Pada tahun 2014, jumlah peserta KB baru sebesar
Profil Dinas Kesehatan Tapin 2015
hal 21
13.17% dan jumlah peserta KB aktif sebesar 86.29%. Selama tahun 2015, jumlah peserta KB baru tercatat 5.131 orang (MKJP + non MKJP) 4. Pelayanan Imunisasi Pencapaian Universal Child Immunization (UCI) pada dasarnya merupakan proksi terhadap cakupan atas imunisasi secara lengkap pada sekelompok bayi. Bila cakupan UCI dikaitkan dengan batasan suatu wilayah tertentu, berarti dalam wilayah tersebut tergambarkan besarnya tingkat kekebalan masyarakat atau bayi (herd immunity) terhadap penularan penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I), dalam hal ini menargetkan UCI pada wilayah administrasi desa / kelurahan. Pada tahun 2011 desa yang sudah UCI sebanyak 123 desa (92,48%). Pada tahun 2012 desa yang sudah UCI sebanyak 96 desa dari 132 desa (72,2%). Pada tahun 2013 desa yang sudah UCI sebanyak 108 desa dari 135 desa (80%). Pada tahun 2014 capaian UCI sebesar 94.07% atau 127 dari 135 desa. Sementara pada tahun 2015 capaian UCI sebesar 91,85% dari 135 desa, dimana capaian UCI terendah ada di Kecamatan Piani yang hanya 50%.
Gambar 4.4 Trend Universal Child Immunization **Created by Lucky M Hatta, MPH**
Profil Dinas Kesehatan Tapin 2015
hal 22
5. Pelayanan Kesehatan Pra Usia Lanjut dan Usia Lanjut Pelayanan kesehatan juga dilakukan secara khusus kepada kelompok pra usia lanjut dan usia lanjut, dimana pada kelompok ini biasanya banyak mengalami gangguan kesehatan degeneratif dan fungsi tubuh lainnya. Pemantauan kegiatan pelayanan pra usila dan usila di Kabupaten Tapin belum dicatat secara rutin sehingga data belum tersedia. Pelaksanaan dan pemantauan pelayanan kesehatan pra usila dan usila di Kabupaten Tapin akan lebih di optimalkan melalui pemberdayaan Posyandu Lansia/Usila yang akan terintegrasi kegiatannya dengan Posyandu Balita. Pada tahun 2012 dari jumlah pra usila (45-49 th) dan usila (> 60 th) sebanyak 1.346 orang, yang mendapatkan pelayanan kesehatan sebanyak 9.555 orang. Pada tahun 2013 dari jumlah usila (> 60 th) sebanyak 8.221orang, yang mendapatkan pelayanan kesehatan sebanyak 5.397orang. Sedangkan di tahun 2014, sebanyak 9.874 (59.24%) usila mendapatkan pelayanan kesehatan dari jumlah usila 16.688 orang. Pelayanan usila di 13 Puskesmas tahun 2015 mencapai 66.24 % atau 8.982 orang dari 13.560 jiwa. Pelayanan usila tertinggi ada di PKM Binuang 1.497 jiwa, PKM Tapin Utara 1.460 jiwa, dan PKM Hatungun 1.130 jiwa.
B.
Pelayanan Kesehatan Rujukan dan Penunjang Upaya pelayanan kesehatan kepada masyarakat dilakukan secara rawat jalan bagi masyarakat yang mendapat gangguan kesehatan ringan dan pelayanan rawat inap, baik secara langsung maupun melalui rujukan pasien bagi masyarakat yang mendapatkan gangguan kesehatan sedang hingga berat. Sebagian besar sarana
Profil Dinas Kesehatan Tapin 2015
hal 23
pelayanan puskesmas dipersiapkan untuk memberikan pelayanan kesehatan dasar bagi kunjungan rawat jalan, sedangkan rumah sakit yang dilengkapi berbagai fasilitas di samping memberikan pelayanan pada kasus rujukan untuk rawat inap juga melayani kunjungan rawat jalan. 1. Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit Beberapa indikator standar terkait dengan pelayanan kesehatan di rumah sakit yang dipantau antara lain pemanfaatan tempat tidur (BOR), rata-rata lama hari perawatan (LOS), rata-rata tempat tidur dipakai (BTO), rata-rata selang waktu pemakaian tempat tidur (TOI), persentase pasien keluar yang meninggal (GDR) dan persentase pasien keluar yang meninggal <24 jam perawatan (NDR). Kabupaten Tapin memiliki satu buah Rumah Sakit Umum yaitu RSU Datu Sanggul, pelayanan rawat jalan di Rumah Sakit Umum Datu Sanggul Rantau meliputi Poli Umum, Poli Gigi dan Mulut, Poli Anak, Poli Mata, Poli Penyakit Dalam, Poli Kebidanan dan Kandungan, Unit Gawat Darurat, Poli Bedah, Fisioterapi, Poli Keluarga Berencana, Kegiatan Instalasi Gawat Darurat, Bedah sentral, Radiologi, Laboratorium, Farmasi dan Rawat jalan. Pada tahun 2011 BOR Rumah Sakit sebesar 62,28% LOS 3,84 hari dan TOI sebesar 1,82 hari. Pada tahun 2012 BOR sebesar 40,5 menjadi 2,9 34,7%
LOS
meningkat
hari dan TOI menurun menjadi 4,3. Pada tahun 2013 BOR sebesar
LOS
meningkat menjadi 3,9 hari dan TOI menurun menjadi 5,59
hari. Ditahun 2014 terjadi perubahan yaitu BOR 38.01%, LOS 3.78 hari, dan TOI 4,93 hari. RSUD Datuk Sanggul pada tahun 2015 mencatat capaian BOR 67,6%, LOS 3,76%, dan TOI 3,3%.
Profil Dinas Kesehatan Tapin 2015
hal 24
Trend BOR, LOS, TOI RSUD Datuk Sanggul 2011 - 2015
2. Ketersediaan Obat Menurut Jenis Obat Obat-obatan merupakan komponen yang tak tergantikan dalam pemberian pelayanan kesehatan dan tak terlepas dari aspek teknologi dan ekonomi yang harus diselaraskan dengan aspek sosial dan ekonomi. Tujuan dari Program Kefarmasian
dan
Alat
Kesehatan
yang
utama
adalah
mengupayakan
ketersediaan, distribusi dan keamanan, mutu, efektifitas, keterjangkauan obat, vaksin dan alat kesehatan, serta penggunaan obat yang rasional. Ketersediaan obat di Dinas kesehatan Tapin dapat dibagi menurut golongan sebagai berikut: - Obat - Bahan obat - Alat kesehatan habis pakai Kebutuhan obat, bahan obat, dan alat kesehatan habis pakai pada tahun 2015 di Dinas kesehatan Tapin membutuhkan 180 jenis. Tingkat ketersediaan berbagai macam obat, bahan obat, dan alat habis pakai, dengan kebutuhan pemakaian
Profil Dinas Kesehatan Tapin 2015
hal 25
sangat beragam. Ada beberapa jenis obat, bahan, dan alat kesehatan yang tingkat ketersediaanya rendah ada pula yang telah mencukupi. Ketersediaan obat lebih lanjut dapat diamati di Tabel 69. C. Pemberantasan Penyakit Menular Banyaknya orang sakit menggambarkan kondisi kesehatan suatu wilayah. Indikator yang biasa digunakan antara lain adalah insiden (Incidence Rate = IR) dan atau prevalensi (Prevalence Rate = PR), keduanya menunjukkan kejadian penyakit tertentu saja. Bersama dengan prevalensi dan insidensi digunakan juga indikator tingkat kematian suatu penyakit (Case Fatality Rate = CFR). 1. Penyakit Menular Langsung Penyakit menular langsung adalah penyakit infeksi yang dapat ditularkan ke orang lain tanpa perantara. Penyakit ini pada umumnya masih merupakan masalah kesehatan masyarakat mengingat kasusnya yang masih banyak ditemui dimasyarakat. Berikut ini adalah beberapa penyakit menular langsung yang cukup menonjol. a. Tuberkolosis Paru (TB Paru) Penyakit Tuberkolosis Paru masih merupakan masalah kesehatan masyarakat. Estimasi tersangka TB Paru adalah 13 per 1000 penduduk. Pada tahun 2011 jumlah tersangka TB ditemukan sebanyak 759 kasus dari jumlah tersebut terdapat 113 BTA (+) Pada tahun 2012 jumlah tersangka TB ditemukan sebanyak 352 kasus, dari jumlah tersebut terdapat 126 BTA(+). Pada tahun 2013 jumlah tersangka TB ditemukan sebanyak 620 kasus, dari jumlah tersebut terdapat 95 kasus BTA(+). Dan ditahun 2014, jumlah tersangka TB
Profil Dinas Kesehatan Tapin 2015
hal 26
ditemukan 166 kasus, dari jumlah tersebut terdapat 102 BTA+. Dan di tahun 2015 ditemukan 519 kasus baru. b. ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) Program pemberantasan penyakit ISPA di prioritaskan pada penanggulangan pneumonia pada balita. Indicator untuk menilai keberhasilan program ini adalah penemuan penderita pneumonia sangat terkait dengan penanggulangan polusi, pencegahan berat badan lahir rendah dan pemberian vitamin A. upaya yang terbukti efektif untuk mencegah pneumonia adalah imunisasi. ISPA (pneumoni) merupakan penyakit yang paling mudah penularannya, terutama di daerah yang padat penduduknya. Pada tahun 2011 jumlah penderita Pneumonia sebanyak 100
kasus dengan jumlah pneumonia pada balita
sebanyak 87 kasus. Pada tahun 2012 jumlah penderita Pneumonia sebanyak 189 kasus. Pada tahun 2013 jumlah penderita Pneumonia yang ditemukan dan ditangani sebanyak 235 kasus. Tahun 2014 didapatkan 406 penderita Pneumonia yang ditangani, dan penderita paling banyak ditemukan di Kecamatan Binuang. c. Diare Penyakit diare di Kabupaten Tapin masuk dalam golongan penyakit terbesar yang angka kejadiannya relatif cukup tinggi. Keadaan ini didukung oleh faktor lingkungan, yaitu penggunaan air untuk keperluan sehari-hari yang tidak memenuhi syarat, sarana jamban keluarga yang kurang memenuhi syarat, serta kondisi sanitasi perumahan yang tidak higienis.
Profil Dinas Kesehatan Tapin 2015
hal 27
Penyakit diare selain dipengaruhi oleh kondisi sosial ekonomi dan budaya masyarakat, juga dipengaruhi oleh musim. Pada musim kemarau sering menimbulkan Kejadian Luar Biasa sehingga angka kesakitan diare berfluktuasi tergantung pada panjangnya musim kemarau. Incidence diare menurut laporan Puskesmas di Kabupaten Tapin pada tahun tahun 2010 kasus diare sejumlah 1.817 kasus dan kasus diare yang terjadi pada balita sebanyak 1.022 kasus. Pada tahun 2011 kasus diare sebanyak 3.962 kasus. Pada tahun 2012 kasus diare ditemukan 3.132 kasus . Pada tahun 2013 kasus diare ditemukan
2.789
kasus
dengan angka kesakitan 16,01 per 1.000
penduduk. Dan pada tahun 2014 ditemukan 2.943 kasus diare yang ditangani.
2. Penyakit Bersumber Binatang a. Penyakit Malaria Penyakit malaria di beberapa daerah masih merupakan masalah kesehatan masyarakat khususnya di daerah yang mempunyai kawasan hutan. Daerah endemis malaria Kabupaten Tapin ter dapat di Kecamatan Hatungun. Pada tahun tahun 2010 ditemukan kasus malaria klinis sebanyak 148 kasus dengan 79 kasus yang positif, dan daerah Kecamatan Binuang merupakan daerah dengan jumlah penderita terbanyak. Pada tahun 2011 ditemukan kasus malaria klinis sebanyak 535 kasus dengan 332 kasus positif. Pada tahun 2012 ditemukan kasus malaria klinis sebanyak 364 kasus dengan 197 kasus positif. Pada tahun 2013 ditemukan kasus malaria klinis sebanyak 418 kasus dengan 303 (72,49%) kasus positif. Dengan Case Fatality Rate 1,32% dan angka
Profil Dinas Kesehatan Tapin 2015
hal 28
kejadian penyakit 1,74 per 1.000 penduduk. Kasus malaria pada tahun 2014 sejumlah 325 penderita dan 890 sediaan darah positif malaria. Terdapat 111 jiwa yang berhasil dideteksi dengan pemeriksaan darah positif malaria di beberapa kecamatan. Puskesmas dengan temuan tertinggi penyakit malaria adalah Puskesmas Binuang 57 kasus. Sedangkan Puskesmas Pandahan, dan Puskesmas Benua Padang masing-masing 15 kasus. Dan yang dirawat di RSUD Datuk Sanggul sebanyak 16 kasus. b. Demam Berdarah Dengue (DBD) Penyakit
DBD
perlu
diwaspadai
sejalan
dengan
semakin
meningkatnya mobilitas penduduk, selain meningkatnya transportasi dan mobilisasi, angka kejadian penyakit ini sangat di pengaruhi oleh lingkungan terutama kesadaran masyarakat tentang kebersihan lingkungan. Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) tahun 2010 adalah 45 kasus dan semuanya sudah ditangani. Pada tahun 2011 kasus DBD terdapat 1 kasus. Pada tahun 2012 kasus DBD meningkat tajam menjadi 67 kasus. Pada tahun 2013 kasus DBD sebanyak 16 kasus dan semuanya sudah ditangani, dan tahun 2014 sebanyak 29 kasus dengan angka kejadian 16,2 per 100.000 penduduk. Dan pada tahun 2015 sebanyak 180 kasus DBD mewabah di semua kecamatan, dengan jumlah korban jiwa 4 orang meninggal dunia. c. Filariasis Pada tahun 2013 penyakit filariasis di Kabupaten Tapin ditemukan sebanyak 7 kasus, dan 2014 ditemukan 15 penderita filariasis. Pada 2015 ditemukan 9 kasus filariasis di Kabupaten Tapin dengan temuan 3 kasus di
Profil Dinas Kesehatan Tapin 2015
hal 29
Puskesmas Margasari, 2 kasus masing-masing di Puskesmas Tambarangan dan Puskesmas Pandahan. Dan satu kasus di Puskesmas Tapin Utara dan Puskesmas Bakarangan.
D. Perbaikan Gizi Masyarakat Upaya perbaikan gizi masyarakat pada hakikatnya dimaksudkan untuk menangani permasalahan gizi yang dihadapi masyarakat. Berdasarkan pemantauan yang telah dilakukan, ditemukan beberapa permasalahan gizi yang sering dijumpai pada kelompok masyarakat, yaitu Kekurangan Kalori Protein, Kekurangan Vitamin A, Gangguan Akibat Kekurangan Yodium dan Anemia Gizi Besi. 1. Pemantauan Pertumbuhan Balita Upaya pemantauan status gizi pada kelompok balita difokuskan melalui pemantauan terhadap pertumbuhan berat badan yang dilakukan melalui kegiatan penimbangan di Posyandu secara rutin setiap bulan, serta pengamatan langsung terhadap penampilan fisik balita berkunjung di fasilitas pelayanan kesehatan. Pada tahun 2014 dari 13.843 balita, yang datang melakukan pennimbangan sebanyak 7.460 balita atau 54%. Dengan berat badan di bawah garis merah (BGM) sebanyak 182 orang atau 2,4 %. 2. Pemberian Kapsul Vitamin A Pada tahun 2011 pemberian Vitamin A pada Balita sebesar 85,75%.Pada tahun 2012 pemberian Vitamin A pada Balita sebesar 85,22% sedangkan pada bayi 92%. Pada tahun 2013 pemberian Vitamin A pada Balita sebesar 64.55% sedangkan pada bayi 57.51%, dan ditahun 2014 pemberian Vitamin A balita
Profil Dinas Kesehatan Tapin 2015
hal 30
sebesar 80,8% dan 94,5% pada bayi. Di tahun 2015, jumlah seluruh balita 6-59 bulan yang mendapat Vit.A adalah 11.117 jiwa, dimana usia 12-59 bulan berjumlah 9.669 jiwa, dan usia 6-11 bulan sebanyak 1.508 jiwa. 3. Pemberian Tablet Besi Pelayanan pemberian tablet besi dimaksudkan untuk mengatasi kasus anemia serta meminimalisir dampak buruk akibat kekurangan fe, khususnya yang dialami oleh ibu hamil. Cakupan pemberian tablet Fe untuk di Kabupaten Tapin tahun 2011 cakupan Fe1 sebesar 65,85% dan Fe3 sebesar 53,34%. Sedangkan tahun 2012 hasil pemberian tablet besi (F1 dan Fe3) meningkat lagi dibandingkan tahun sebelumnya yaitu 151,57% dan 112,41%. Sedangkan tahun 2013 hasil pemberian tablet besi (F1 dan Fe3) meningkat lagi dibandingkan tahun sebelumnya yaitu 94,49% dan 77,32%. Tahun 2014 terjadi penurunan, yaitu hanya 75,85% bumil yang mendapat tablet Fe3. Dari 3.107 bumil pada tahun 2015, pemberian tablet Fe1 mencapai 97,25%, dan Fe3 mencapai 88,27%.
Profil Dinas Kesehatan Tapin 2015
hal 31
BAB V SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN
Gambaran mengenai situasi sumber daya kesehatan dikelompokkan menjadi sarana kesehatan, tenaga kesehatan, dan pembiayaan kesehatan seperti terlihat pada uraian sebagai berikut : A. Sarana Kesehatan Sarana kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan. Prasarana adalah supply yang diperlukan untuk operasional alat. Sedangkan perbekalan kesehatan adalah semua bahan dan peralatan yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan. Pembangunan Sarana Kesehatan seperti Rumah Sakit, Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Polindes dan pengadaan Puskesmas Keliling sudah hampir merata keseluruh pelosok desa Dalam menunjang dan meningkatkan pelayanan kesehatan di Kabupaten Tapin diperlukan sarana pelayanan kesehatan yang cukup. Jumlah sarana pelayanan kesehatan di Kabupaten Tapin Tahun 2015, terdiri dari :
Rumah Sakit Umum
:
1 Buah
Instalasi Farmasi
:
1 Buah
Puskesmas Perawatan
:
2 Buah
Puskesmas Non Perawatan :
11 Buah
Puskesmas Pembantu
:
47 Buah
Puskesmas Keliling
:
14 Buah
Profil Dinas Kesehatan Tapin 2015
hal 32
Peran serta masyarakat di bidang kesehatan yang diwujudkan dalam bentuk Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM). Jenis UKBM yang paling banyak adalah Posyandu, Polindes, dan Poskesdes. Diawali adanya kegiatan penimbangan balita yang kemudian menjadi bentuk Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) dengan 5 program yaitu Kesehatan Ibu dan Balita, Keluarga Berencana, Penanggulangan Gizi Buruk dan Diare, serta pemberian Imunisasi. Sejak itu jumlah Posyandu semakin bertambah dan berkembang kualitasnya seiring dengan adanya program-program tambahan.Selain Posyandu kemudian tumbuh dan berkembang pula UKBM lain seperti : Polindes, Poskestren, TOGA, Poskesdes, dan lain sebagainya, sesuai dengan meningkatnya kebutuhan kesehatan masyarakat. Tumbuh dan berkembangnya UKBM merupakan indikator peranserta masyarakat,oleh karena itu perlu terus dipantau jumlah dan perkembangannya. Beberapa jenis UKBM yang banyak terdapat di Kabupaten Tapin pada Tahun 2013 terdiri dari : Posyandu
:
215 Buah
Polindes
:
17 Buah
Poskesdes
:
56 Buah
Posyandu Aktif adalah Posyandu yang melaksanakan kegiatan hari buka dengan frekuensi lebih dari 8 kali per tahun, rata-rata jumlah kader yang bertugas 5 orang atau lebih, cakupan program utama (KIA, KB, Gizi, Imunisasi lebih dari 50 %, dan sudah ada 1 atau lebih program tambahan, serta cakupan dana sehat < 50 %.) dengan perkataan lain Posyandu aktif adalah posyandu dengan tingkat kemandirian Purnama dan Mandiri. Tingkat Perekembangan Posyandu di Kabupaten Tapin Tahun 2011 secara kuantitas sudah menggembirakan, namun secara kualitas masih perlu mendapat
Profil Dinas Kesehatan Tapin 2015
hal 33
perhatian dengan meningkatkan pembinaan secara ruitn dan berkesinambungan baik di Tingkat Kabupaten maupun Kecamatan dan Desa/Kelurahan. Dari data UKBM yang dikumpulkan tingkat pencapaian tahun 2011 jumlah Posyandu akif sebanyak 22.38 % dan Posyandu Madya mencapai 67,14 %. Sedangkan pada tahun 2012 jumlah Posyandu akif sebanyak 44,4 % dan Posyandu Madya mencapai 50,65 %. Sedangkan pada tahun 2013 jumlah Posyandu akif sebanyak 39.07% dan Posyandu Madya mencapai 54.42%. Di tahun 2014 jumlah Posyandu aktif sebesar 34.56% dengan 62.2% Posyandu Madya. Dan di tahun 2015 jumlah Posyandu aktif 34,4% dan Madya mencapai 62,4%.
B. Tenaga Kesehatan Penyelenggaraan upaya kesehatan tidak hanya dilakukan pemerintah, tetapi juga diselenggarakan oleh swasta. Oleh karena itu, gambaran situasi ketersediaan tenaga kesehatan baik yang bekerja di sektor pemerintah maupun sektor swasta perlu diketahui. Namun data tenaga kesehatan baik yang bekerja di sektor pemerintah maupun sektor swasta sulit didapatkan. Jumlah tenaga kesehatan di Kabupaten Tapin yang melaksanakan pelayanan kesehatan baik Tingkat Puskesmas (Pustu dan Polindes), Rumah Sakit dan Dinas Kesehatan (termasuk Gudang Farmasi) pada Tahun 2010 terdiri dari tenaga Medis (dokter, dokter gigi, dokter spesialis), Perawat & Bidan (DIII, S1), Farmasi (Apoteker, Ass.Apt), Gizi (DI, DIII, DIV), Teknisi Medis (Analis, TEM, Pen.Rontgen, Pen.Anastesi, Fisioterapi), Sanitasi (SPPH, DIII Kesling) dan Kesmas (SKM, MPH dll), rincian dan jumlah tenaga dapat dilihat pada table 74-75.
Profil Dinas Kesehatan Tapin 2015
hal 34
C. Pembiayaan Kesehatan Pembiayaan kesehatan di Kabupaten Tapin yang bersumber dana APBD pada tahun 2015 adalah Rp. 78,281,300,094 sehingga anggaran kesehatan (Gaji + program) hanya 5,6% dari total APBD Tapin Rp. 1,410,413,184,330. Berbagai bentuk penyelenggaraan pemeliharaan kesehatan yang saat ini dilaksanakan baik oleh pemerintah maupun oleh masyarakat belum memperlihatkan hasil yang maksimal. Biaya pelayanan kesehatan cenderung semakin meningkat dengan mutu yang belum terjamin. Sistem pembayaran pra upaya adalah cara pembayaran kepada penyelenggara pelayanan kesehatan yang besar biayanya dihiitung dimuka (in advance) dan pihak penyelenggara pelayanan kesehatan akan menerima besarnya biaya tersebut tanpa memperdulikan besarnya real cost yang dikeluarkan oleh penyelenggara pelayanan. Pada tahun 2015, jumlah peserta Jaminan Kesehatan Nasional sebesar 69.420 orang, jumlah Penerima Bantuan Iuran (PBI) APBN 34.495 orang, peserta PBI APBD 1.157 orang, Peserta Penerima Upah 12.423 orang, dan jumlah Pekerja Penerima Upah (PBPU) Mandiri 3.264 orang.
Profil Dinas Kesehatan Tapin 2015
hal 35
BAB VI KESIMPULAN
Beberapa hal yang dapat ditarik kesimpulan dari penyajian data profil kabupaten Tapin tahun 2015 adalah: 1. Perlu dilakukan terobosan luar biasa untuk menurunkan Angka Kematian Bayi di Kab. Tapin, karena trend AKB 5 tahun terakhir menunjukan kenaikan, mulai tahun 2011 sampai tahun 2013 menunjukan penurunan dari 19/1.000 KH menjadi 2,92/1.000 KH, sedikit naik pada 2014 sebesar 4/1000 KH, dan meningkat tajam pada tahun 2015 sebesar 18,7/1000 KH. Begitu juga trend Angka Kematian Balita cenderung naik dari tahun 2011, kemudian menurun dari 2/1000 KH menjadi 1,3/ 1000 KH pada tahun 2013 dan naik pada tahun 2014 menjadi 5/1000 KH dan meningkat lagi pada tahun 2015 sebesar 9,3/1000KH. 2. Trend AKI dalam 5 tahun terakhir cenderung menurun dari tahun 2011 – 2015, pada tahun 2011 sebesar 333/100.000 KH dan pada tahun 2013 sebesar 328 /100.000 KH dan 166/100,000 KH pada tahun 2014, kemudian menurun pada tahun 2015 menjadi 151/100.000 KH. 3. Non-Communicable Disease (NCD) belum menjadi fokus perhatian Dinas Kesehatan Tapin dalam upaya kesehatan. Belum lagi ditambah maraknya Life Style Disease, yang tidak hanya berdampak pada penderita, tingginya angka kesakitan juga berpengaruh terhadap ekonomi keluarga. 4. Communicable Disease masih menjadi masalah di Kabupaten Tapin, hal ini dapat dilihat dengan adanya Kenaikan penderita TB Paru pada tahun 2015, kenaikan penderita DBD dengan 4 korban meninggal, dan 111 orang penderita malaria yang berhasil dideteksi, juga 9 orang penderita filariasis. 5. Anggaran kesehatan diluar gaji APBD Tapin yang hanya sebesar 2,8% melanggar UU No.23/2014 Tentang Pemerintahan Daerah, dan Permendagri No.37/2014 tentang Pedoman Penyusunan APBD 2015 yang mengharuskan Anggaran Kesehatan diluar gaji sebesar 10% dari APBD. **Created by Lucky M Hatta, MPH**
Profil Dinas Kesehatan Tapin 2015
hal 36
6. Program dan Kegiatan di masing-masing Bidang pada Dinas Kesehatan Kabupaten Tapin tidak mempunyai skala prioritas, arah, dan koordiansi. Program dan kegiatan yang disusun setiap tahunnya hanya mementingkan ego sectoral Bidang, dengan capaian untuk menyerap maksimal anggaran program/kegiatan/pengadaan,
dan
tanpa
inovasi
program/kegiatan
untuk
menaikkan derajat kesehatan masyarakat Tapin.
Beberapa hal yang menjadi kendala dalam penyusunan profil adalah: 1. Data di puskesmas dan program tidak terpilah menurut jenis kelamin sehingga menyulitkan dalam collecting data. 2. Diperlukan koordinasi program dengan tiap bidang sehingga laporan bulanan bisa dibuat terpilah. 3. Tidak adanya Sistem Informasi Manajemen Kesehatan pada Dinas Kesehatan Kabupaten Tapin membuat penyusunan Profil Kesehatan 2015 menjadi sulit dan membutuhkan waktu dalam penyusunan dan penyajian dan analisis data.
**Created by Lucky M Hatta, MPH**
Profil Dinas Kesehatan Tapin 2015
hal 37