BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jakarta, sebagai kota metropolitan ternyata masih menyimpan banyak persoalan. Meski usianya telah mencapai 485 tahun, masalah seperti banjir, kemacetan, kesejahteraan yang belum merata, jaminan kesehatan dan pendidikan dan berbagai masalah lain nyatanya masih belum mampu diatasi dengan baik hingga saat ini. Masalah yang belum teratasi hingga kini dinilai oleh Yayat Supriatna, seorang pengamat perkotaan, yang dikutip dari okezone.com (4 Oktober 2012) merupakan masalah yang memerlukan aksi lapangan dan komitmen tinggi dari pemerintah DKI Jakarta, termasuk andil gubernur sebagai pemimpin kota. Pemilihan Gubernur DKI Jakarta tahun 2012 menjadi momen bagi masyarakat kembali mencari sosok pemimpin yang dicari-cari selama ini. Beberapa calon gubernur yang maju memiliki gayanya masing-masing sebagai pemimpin dalam dunia politik. Salah satu calon gubernur yang menarik perhatian masyarakat dengan karakter kepemimpinan yang berbeda adalah Joko Widodo (Jokowi). Menurut Bimo Nugroho dan Ajianto Dwi Nugroho dalam buku Jokowi: Politik Tanpa Pencitraan (2012:246-247), untuk menjawab kompleksitas polemik
1
yang melilit, Jakarta dibutuhkan sosok pemimpin yang luar biasa. Lebih lanjut, Bimo dan Ajianto juga menyatakan bahwa pemimpin tersebut juga merupakan pemimpin yang tak sekedar ahli beretorika, tapi juga cerdas, pekerja keras dan mampu bekerja sama dengan warga Jakarta dalam membangun kota Jakarta. Selama ini masalah utama pemimpin-pemimpin ibukota adalah adanya jarak antara warga dengan pemimpinnya. Retaknya hubungan tersebut membuat tumbuhnya skeptisme, bahkan resistensi, yang kemudian diaktualisasikan dalam bentuk demonstrasi dari warga yang sudah jenuh dengan eksklusifitas para pejabat yang tidak memperhatikan rakyatnya (Nugroho dan Nugroho, 2012:247). Jokowi merupakan calon Gubernur DKI Jakarta untuk periode 2012-2017. Sebelumnya Jokowi merupakan Walikota Solo periode 2005-2010 dan 20102015. Dengan pengalaman dan ciri khas memimpinnya, Jokowi, bersama dengan Basuki (Bupati Belitung Timur periode 2010-2015) dipasangkan untuk maju memimpin ibukota pada Pilkada DKI Jakarta 2012 yang diselenggarakan pada Maret 2012-September 2012. Mengutip Amri Yusra, pengamat politik Universitas Indonesia dalam salah satu berita yang dimuat Tempo.co pada 16 Juli 2012, sosok Jokowi sebagai calon gubernur merupakan figur alternatif bagi masyarakat Jakarta. Di samping itu, Amri juga menyatakan bahwa Jokowi merupakan sosok yang sederhana, santun, nonbirokratis dan inovatif jika dilihat dari sepak terjangnya menjadi pemimpin Solo selama satu periode penuh (2005-2010) dan terpilih lagi untuk kedua kalinya (2010-2015).
2
Dalam masa kampanye, Jokowi yang bernomor urut 3 berusaha mendekatkan diri dengan masyarakat ibukota yang beragam. Keberagaman ini dimanfaatkan dengan penggunaan ragam media juga untuk menyosialisasikan visi, misi, serta program kerja. Salah satu media yang digunakan oleh tim JokowiBasuki adalah pemanfaatan media baru dengan membuat sebuah film dokumenter berjudul Jakarta Baru The Movie. Jakarta Baru The Movie merupakan film yang berdurasi 00:44:53, dikemas ke dalam kepingan VCD yang dibagikan gratis kepada masyarakat, serta di upload ke Youtube pada 20 Juni 2012 melalui account JakartaBaruChannel (http://www.youtube.com/watch?v=QmZiimxL_fw). Film ini disebar tiga minggu sebelum putaran pertama, 11 Juli 2012. Dikutip dari detik.com 16 Juli 2012, Dwi Djoko Rusryanto, salah satu anggota tim sukses Jokowi-Basuki, menyatakan bahwa penyebaran film ini terbilang cepat dan ini berkat strategi mereka menyebarkan film Jakarta Baru The Movie melalui internet. Penyebaran yang cepat ke masyarakat ibukota juga didukung dengan pembagian DVD secara gratis oleh Jokowi-Basuki langsung ke pasar sekaligus melakukan penijauan lapangan. McQuail (1987:14) menyatakan dalam perkembangan media, konsep audio-visual yang menjadi unsur utama media elektronik kini tidak hanya menjadi media hiburan, tapi juga untuk menyampaikan suatu pesan kepada khalayak banyak. Salah satu media audio-visual yang kini cukup popular adalah film.
3
Film adalah gambar hidup atau sering disebut movie. Gambar hidup adalah bentuk seni, bentuk populer dari hiburan dan juga bisnis. Film dihasilkan dari benda dengan kamera dan atau oleh animasi. Film dalam pengertian sempit adalah penyajian gambar lewat layar lebar (Cangara, 2006:138). Peranan perkembangan dunia fotografi yang berkembang menjadi seni videografi kini juga menjadi fasilitator atau pilihan bagi komunikator untuk menyampaikan sesuatu kepada khalayak. Film merupakan bentuk dari salah satu perkembangan dari berbagai teknologi, diantaranya teknologi fotografi dan rekaman suara. Film sebagai bagian dari media massa dalam kajian komunikasi massa modern dinilai memiliki pengaruh pada penonton atau khalyak. Adanya pengaruh tersebut sesungguhnya menjadi sebuah kemungkinan bahwa ada proses penerimaan makna yang disampaikan melalui film tersebut (McQuail, 1987:101). Lebih lanjut, McQuail menyatakan bahwa film dalam peran dan fungsinya sebagai penyampai informasi dikemas dengan menyatukan beragam komponen seperti watak dalam tokoh, kostum, properti, alur, plot, dan lainnya akan berdampak pada pengemasan sebuah pesan yang akan disampaikan kepada khalayak. Sebagai salah satu media komunikasi, film bukan hanya untuk hiburan tetapi juga memiliki unsur kebebasan dalam menyampaikan sesuatu gagasan atau pesan. Menurut Dominick yang dikutip dalam buku Komunikasi Massa (2007:1417) oleh Drs. Elvinaro Ardianto, dkk, media massa dalam menjalankan
4
komunikasi massa memiliki fungsi sebagai pengawasan (surveillance), penafsiran (interpretation), keterkaitan (linkage), penyebaran nilai (transmission of values), dan hiburan (entertainment). Dalam proses produksi film, baik produser, sutradara, penulis, maupun kru lainnya secara langsung maupun tidak ikut memberikan andil dalam menyisipkan pesan-pesan yang akan dituang melalui film tersebut. Format seperti ini menjadi realitas simbolik dari realitas yang ada sesungguhnya di masyarakat yang direfleksikan pada sebuah film. Jakarta Baru The Movie merupakan sebuah film dokumenter karya Cyrus Network Consultindo dan Matte Strategic Communication, yakni sebuah campaign organizer dalam pertarungan politik Pilgub DKI Jakarta yang mengusung pasangan Jokowi-Basuki. Film dokumenter adalah upaya menceritakan kembali sebuah kejadian atau realitas menggunakan fakta dan data (Nichols, 1991:3). Nichols mengatakan lebih lanjut, film dokumenter merupakan subjektifitas yang digunakan oleh pembuat film dalam menyampaikan sesuatu kepada masyarakat. Film Jakarta Baru The Movie dapat dikategorikan sebagai sebuah film dokumenter. Jakarta Baru The Movie dikemas secara subjektif oleh pembuat film yang secara implisit mengandung suatu gagasan tertentu kepada penonton. Selain itu, film ini juga mengolah fakta dan data yang ada menjadi sebuah karya yang menggambarkan kenyataan sesungguhnya.
5
Pengemasan sosok Jokowi dalam film Jakarta Baru The Movie dilakukan dengan menggunakan berbagai tanda yang dapat dimaknai oleh masyarakat. Bagaimana realitas tersampaikan melalui kata-kata, bunyi, atau kombinasi lainnya merupakan sebuah representasi yang dilakukan. Representasi merupakan perwujudan kata, gambar, sekuen, cerita, dan sebaginya yang mewakili sesuatu yang lain (Burton, 2008:120). Representasi gaya kepemimpinan Jokowi dapat dilihat dari berbagai aspek yang terkandung dalam film ini. Sosok yang terkemas sarat akan penggambaran pribadi Jokowi sebagai pemimpin. Penggambaran tersebut terepresentasi dalam bentuk visual maupun non visual. Kekhasan Jokowi sebagai pemimpin memunculkan banyak tanggapan positif dalam masyarakat. Karena itu lah penulis semakin tertarik untuk meneliti gaya kepemimpinan calon Gubernur Jakarta periode 2012-2017 ini. Film yang merangkum profil, visi misi dan program kerja Jokowi ini juga berisikan testimoni dan harapan masyarakat mengenai perubahan yang akan dibawa oleh Jokowi. Tuaian komentar positif juga banyak diutarakan oleh masyarakat Solo, yang pernah dipimpin oleh Jokowi. Tak ketinggalan berbagai harapan pun disampaikan oleh warga ibukota yang mendukung calon gubernur yang identik dengan kemeja kotak-kotak ini. Adapun pembuatan film Jakarta Baru The Movie memang dimaksudkan untuk memenangkan pasangan Jokowi-Basuki menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta periode 2012-2017. Oleh karena itu, memang banyak
6
bentuk gambaran karakter kepemimpinan Jokowi yang terepresentasi dalam film yang dikepalai oleh Hasan Nasbi dari Cyrus Network Consultindo. Eko Maulana Ali dalam buku Kepemimpinan Transformasional Dalam Birokrasi Pemerintahan (2012:90-91) menyatakan bahwa gaya kepemimpinan merupakan sifat atau karakter yang dimiliki oleh seorang pemimpin dalam menjalankan tugasnya sebagai seorang pemimpin. Pemaknaan tanda yang merepresentasikan gaya kepemimpinan Jokowi dalam film Jakarta Baru The Movie ini menggunakan teknik analisis semiotika. Analisis semiotika merupakan sebuah konsep yang digunakan untuk mencari pemaknaan terhadap tanda dalam kehidupan manusia, karena dalam kehidupan manusia segala sesuatu yang hadir merupakan tanda, dan tanda tersebut dapat dimaknai (Hoed, 2011:03). Teknik analisis semiotika milik Charles Sanders Pierce penulis gunakan dalam medeskripsikan makna yang terdapat dalam tanda pada film Jakarta Baru The Movie. Semiotika Pierce membahas bagaimana makna dari sebuah tanda dimaknai langsung oleh manusia. Dalam hal ini keterlibatan manusia akan lebih jelas terlihat karena langsung menjustifikasi tanda-tanda yang muncul yang dianggap menggambarkan sesuatu hal atau memiliki makna lain. Jakarta Baru The Movie menjadi fenomenal dalam masyarakat dan memiliki pengaruh dalam kognisi masyarakat terhadap suatu nilai tertentu. Karena itulah film ini penulis pilih untuk diteliti karena film pada dasarnya merupakan refleksi dari realitas yang memiliki kemampuan untuk menjangkau banyak
7
segmen. Ketertarikan ini juga dipicu dari keingintahuan penulis mengenai gaya kepemimpinan Jokowi yang fenomenal yang apakah benar itu tertuang dalam film Jakarta Baru The Movie untuk dikenalkan kepada khalayak banyak.
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka yang menjadi permasalahan dari penelitian ini adalah: -
Bagaimanakah gaya kepemimpinan Jokowi dalam film Jakarta Baru The Movie jika dianalisis dengan menggunakan teknik semiotika Charles Sanders Pierce?
-
Apa makna dari tanda visual dan non visual yang merepresentasikan gaya kepemimpinan Jokowi dalam film Jakarta Baru The Movie?
1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mendeskripsikan bagaimana gaya kepemimpinan Jokowi dalam film Jakarta Baru The Movie yang dianalisis menggunakan teknik semiotika Charles Sanders Pierce. 2. Menjelaskan
makna
merepresentasikan
tanda
gaya
visual
dan
kepemimpinan
non Jokowi
visual
yang
dalam
film
JakartaBaru The Movie.
8
1.4 Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu, signifikansi akademis dan signifikansi praktis. 1.4.1
Signifikansi Akademis Secara akademis, penelitian ini bermanfaat untuk menambah kajian dalam
bidang ilmu komunikasi terutama yang menggunakan metode kualitatif dan analisis semiotika. Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat membagi informasi dan pengetahuan tentang representasi gaya kepemimpinan seseorang dalam hal ini adalah calon Gubernur DKI Jakarta, Jokowi khususnya yang dikemas melalui sebuah film dokumenter. 1.4.2. Signifikansi Praktis Secara praktis, penelitian ini bermanfaat sebagai referensi bagi mahasiswa ilmu komunikasi yang tertarik dengan penelitian analisis semiotika, khususnya seimotika Charles Sanders Pierce sehingga dapat mengetahui bagaimana cara menganalisis suatu nilai yang terepresentasi melalui sebuah karya film, khususnya film dokumenter.
9