BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Seni merupakan sebuah karya dari kreatifitas seorang manusia yang dapat
menampilkan emosi dan jiwa seseorang yang telah diolah dengan indah sehingga dapat memberikan nilai estetika. Dengan belajar mendalami seni sebuah titik, garis, warna, suara, gerakan dan raut wajah dapat menjadi sebuah mahakarya yang bernilai tinggi. Gambar 1.1 Warna
Sumber : http://www.abstractartistgallery.org/
Seni menurut Karnadi (2006) adalah proses kreatif yang melibatkan perjuangan antara faktor internal dan eksternal yang telah dipadukan dan ditampilkan oleh setiap seniman. Faktor internal tersebut ialah antara lain faktor emosi, kreatifitas dan inovasi seorang seniman. Sedangkan faktor eksternal meliputi geografis, politik dan kebudayaan.
1
Seni menurut Sheldon Cheney (Ocvirk et.all 2009) adalah sebuah ekspresi yang telah terbayang dan terkonsep dalam pikiran yang dituangkan di dalam suatu media. Namun menurut Ocvirk (2009), seni itu sendiri mengarah pada pembelajaran mengenai keterampilan kreatif seperti musik, gambar, dan seni ekspresi. Seiring berkembangnya zaman, seni telah berkembang pesat dan memiliki beraneka ragam bentuk serta aliran. Cabang seni terbagi menjadi 5 cabang yaitu seni rupa, seni tari atau gerak, seni suara, seni sastra, dan seni teater. Ke-5 cabang inilah yang merupakan dasar dari sebuah karya yang dapat digabung dan menjadi seni baru yang modern. Seni rupa menurut Ocvirk (2009) adalah salah satu cabang seni yang dapat dilihat dengan kasat mata dan dapat dirasakan dengan rabaan. Adapun seni rupa menghasilkan 2 jenis seni rupa dua dimensi dan seni rupa tiga dimensi. Seni rupa dua dimensi adalah seni rupa yang mengutamakan nilai estetika seperti lukisan, kaligrafi dan karikatur. Seni rupa tiga dimensi adalah seni rupa yang dapat dilihat dari berbagai arah seperti patung, sculpture dan keramik. Gambar 1.2 Mona Lisa Smile karya Leonardo Da Vinci
Sumber : http://www.leonardodavinci.net/
2
Berbagai jenis seni lainnya yang dapat kita jumpai seperti seni suara, seni gerak, seni sastra, dan seni teater yang juga memiliki aliran tersendiri. Seni suara juga memiliki lebih dari 5 jenis aliran seperti musik klasik, musik jazz, musik pop, musik rock, musik tradisional dan semakin berkembang aliran musik lainnya. Gambar 1.3 Girls Generation
Sumber : http://girlsgeneration.smtown.com/
Seni tari atau gerak juga terbagi atas tari klasik, tari tradisional dan tari modern. Banyak kita jumpai pagelaran seni yang menggabungkan antara seni tari dan seni musik seperti yang dapat kita lihat dalam video musik dan lomba tari. Berkembangnya seni di Indonesia dijelaskan di dalam buku Modern Indonesian Art from Raden Saleh to the present day (Karnadi 2006) sejarah seni di Indonesia berawal mula dari abad ke-17 menjelang revolusi industri di negara maju. Kedatangan Belanda ke Indonesia selain untuk mengambil rempah-rempah turut membawa Indonesia memiliki pemahaman tentang seni. Raden Saleh adalah seorang seniman yang lahir pada 1807 di Semarang, yang pada awal mulanya Raden Saleh mendapat pembelajaran mengenai seni oleh seorang seniman Belgia A.A.J. Payen setelah ia bersekolah di Deutch Household of Baron Van Der
3
Capellen. Raden Saleh juga berkesempatan untuk tinggal di Jerman dan melatih keterampilan seninya untuk melukiskan sebuah kehidupan dunia hewan. Gambar 1.4 Lion Hunt oleh Raden Saleh
Sumber : http://www.thejakartapost.com/
Cikal bakal seni di Indonesia itulah mulai mengalami banyak perkembangan serta memiliki beranekaragam seni yang mencerminkan budaya dan khas daerah di Indonesia. Menurut Wirawan (2014) terdapat lebih dari 300 tarian asli Indonesia yang berasal dari berbagai daerah dan suku bangsa. Seni yang beraneka ragam bentuknya dapat menjadikan sebuah keindahan yang tidak dapat dinilai oleh sebuah materi. Sebuah seni adalah sebuah mahakarya yang telah tercipta berdasarkan emosi dan jiwa seorang sehingga tidak dapat diulang atau bahkan diciptakan kembali. Seni yang berkembang di Indonesia seperti batik, musik dangdut dan tari piring adalah kekayaan seni yang berasal dari Indonesia. Seni tersebut tidak hanya menampilkan keindahan tetapi juga warisan budaya Indonesia yang tidak dapat dimiliki oleh negara lainnya.
4
Gambar 1.5 Batik Pekalongan
Sumber : http://batik.or.id/
Namun, seiring berjalannya waktu masyarakat mulai melupakan sejarah. Padahal, dengan mempelajari sejarah kita dapat mengetahui perjalanan dan perjuangan para terdahulu kita serta mempelajari kebudayaan yang telah menjadikan Indonesia saat ini sehingga masyarakat akan lebih peduli terhadap harta kekayaan yang dimiliki Indonesia. Oleh karena itu diciptakanlah museum sebagai sarana untuk mendukung proses sejarah sebuah seni dan kebudayaan. Parekraf.go.id (2013) menunjukan tingginya devisa negara yang didapat dari sektor pariwisata yang menempati urutan ke-4 dari seluruh pemasukan devisa Indonesia. Namun, dikutip dari fimela.com sektor pariwisata di Indonesia yang berasal dari museum bersejarah masih minim perawatan dan masih rendahnya kepedulian masyarakat Indonesia atas seni dan budaya yang dimiliki bangsanya sendiri. Dikutip dari CNN Indonesia (2005) kurangnya minat masyarakat untuk mengunjungi museum, terutama museum yang berada di Jakarta, dan diperburuk oleh anggapan bahwa museum menjadi tempat “uji nyali” yang menyeramkan. Sehingga istri Gubernur DKI Jakarta Veronica Tan menyebutkan bahwa perlunya perbaikan dan renovasi museum agar lebih indah dan menarik perhatian.
5
Gambar 1.6 Patung Tidak Terawat
Sumber : http://www.bbc.co.uk/indonesia/
Oleh karena itu, pentingnya sebuah museum untuk menjaga koleksi dan sejarah bangsa Indonesia sehingga perlunya upaya untuk merawat aset budaya tersebut, banyak seni dan kebudayaan yang berasal dari Indonesia yang juga ditiru oleh pihak luar karena rendahnya kepedulian masyarakat. Beberapa seni dan kebudayaan bangsa Indonesia yang hampir dimiliki bangsa lain antara lain pakaian Batik, alat musik Angklung dan juga tarian daerah (pusakaindonesia.org) Sangat disayangkan masyarakat Indonesia masih kurang mengenal dan merawat seni dan kebudayaan yang dimiliki bangsa ini, oleh sebab itu beberapa kebudayaan Indonesia hampir direbut oleh bangsa lain dan dianggap sebagai kebudayaan bangsa tersebut. Pada tahun 2007-2012 terdapat 7 kali kebudayaan Indonesia yang di klaim oleh negara lain menurut kompas.com yaitu Reog Ponorogo pada November 2007, lagu “Rasa Sayange” pada Desember 2008, Batik pada Januari 2009, Tari Pendet, alat musik Angklung, dan Tari Tor-Tor. Oleh
sebab
itu,
pentingnya
peran
pemerintah
Indonesia
untuk
menyadarkan kepada masyarakat betapa kaya dan indahnya seni dan kebudayaan 6
yang bangsa ini miliki sehingga diharapkan dapat menumbuhkan rasa kepedulian masyarakat dan memiliki rasa tanggung jawab atas harta yang tak ternilai ini. Dengan seni dan budaya yang terawat dapat meningkatkan sektor pariwisata di Indonesia dan akan terus berdampak positif bagi penerimaan devisa negara serta memberikan kepuasan dan pengalaman yang luar biasa ketika wisatawan mengunjungi dan melihat pergelaran seni di Indonesia. Di dunia ada banyak museum yang terkenal dan menjadi salah satu tujuan wisatawan untuk berkunjung seperti Musée du Louvre yaitu Museum Louvre yang berada di Prancis, Museum Vatican di Roma (Italia), Museum National Gallery di London (Ingris), Museum Emas (Gold Museum) di Bogota (Colombia), dan Museum Fujiko F. Fujio di Jepang. Namun, di Indonesia khususnya di DKI Jakarta terdapat 68 museum yang dapat dijadikan destinasi wisata menurut kompas.com diantaranya adalah Museum Transportasi, Museum Fauna Indonesia, Museum Perangko, Monumen Nasional, Museum Nasional, Museum Wayang, Museum Bank Indonesia, Museum Gajah, dan masih banyak lagi. Gambar 1.7 Museum Louvre
Sumber : http://famouswonders.com/
7
Selain menjaga barang peninggalan sejarah, museum juga menyimpan koleksi kebudayaan serta kekayaan bangsa Indonesia. Kemendikbud.go.id mencatat terdapat 77 karya budaya yang memiliki nilai seni yang telah ditetapkan sebagai warisan budaya Indonesia pada tahun 2013, diantaranya adalah Wayang, Keris, Batik, Angklung, Songket, Ondel-Ondel, Pantun Betawi dan lainnya. Selain itu seni yang mengalami perkembangan di Indonesia juga harus di jaga dan dirawat agar tidak kehilangan jejak sejarah mengenai seni di Indonesia. Demi menjaga informasi dan eksistensi karya seni yang berasal dari seniman Indonesia pada tahun 1980 muncul gagasan untuk membentuk lembaga resmi milik negara Republik Indonesia oleh Prof. Dr. Fuad Hasan, yang pada masa itu adalah seorang menteri pendidikan dan kebudayaan. Sehingga dalam galeri-nasional.or.id menjelaskan bahwa pada Mei 1999 Galeri Nasional Indonesia resmi berdiri guna mewujudkan pelestarian seni rupa untuk menjadikan masyarakat Indonesia yang kreatif seperti yang tertera di dalam visi dan misi Galeri Nasional Indonesia. Gambar 1.8 Logo Galeri Nasional Indonesia
Sumber : http://galeri-nasional.or.id/
Jakarta.go.id (2014) juga menjelaskan bahwa berdirinya Galeri Nasional Indonesia ini agar dapat menjaga dan merawat barang seni. Serta, Galeri Nasional Indonesia juga telah menyelenggarakan pameran baik itu pameran lokal maupun 8
internasional yang diharapkan dapat meningkatkan kualitas seni dan partisipasi masyarakat untuk mengenal dan mencintai perkembangan seni yang ada di Indonesia. Pada saat ini Galeri Nasional Indonesia telah menyimpan lebih dari 1.800 koleksi yang antara lain berupa lukisan, sketsa, grafis, patung, keramik, fotografi, seni kriya, dan lainnya. Serta koleksi Galeri Nasional Indonesia juga dilengkapi karya dari seniman asal Indonesia maupun luar negeri seperti Raden Saleh, Ahmad Sadali, Pierre Saulages (perancis), dan lainnya. Gambar 1.9 Tugu Galeri Nasional
Sumber : Dokumentasi
Galeri Nasional Indonesia juga disibukan dengan 2 jenis pameran, yaitu pameran tetap dan pameran temporer. Upaya yang dilakukan Galeri Nasional Indonesia
dengan
membuat
pameran
temporer
agar
masyarakat
dapat
mengunjungi kembali Galeri Nasional Indonesia dengan tema dan konsep yang berbeda sehingga menciptakan suasana yang baru. Terbukti pada tahun 2014 ada sebanyak 25 pameran yang telah diselenggarakan oleh Galeri Nasional Indonesia,
9
pada 9 April 2015 sampai dengan 23 April 2015 Galeri Nasional Indonesia membuka pamerannya dengan tema „Nalar, Sensasi, Seni‟ yang memamerkan 105 karya anak bangsa dari 27 perguruan tinggi di 10 provinsi di Indonesia. Namun, pada 30 April – 11 Mei 2015 Galeri Nasional Indonesia telah mengganti tema pameran temporernya dengan memamerkan karya dari seniman Austria yang bernama Helmut Kand. Selain itu, Galeri Nasional Indonesia juga secara aktif menjalankan program edukasi dan publikasi seputar karya seni rupa kepada masyarakat di beberapa kota seperti Malang, Manado, Aceh, Yogyakarta, padang, dan lainnya (Galeri-nasional.or.id). Pentingnya museum Galeri Nasional Indonesia untuk menyadarkan masyarakat akan pentingnya merawat serta mengenal sejarah pembentukan seni dan budaya di Indonesia dengan menciptakan museum yang nyaman dan terawat. Upaya yang dilakukan Galeri Nasional Indonesia membuktikan bahwa Galeri Nasional Indonesia telah menyusun rangkaian kegiatan yang sesuai dengan visi Galeri Nasional Indonesia yaitu menumbuhkan masyarakat yang kreatif dan mencintai budaya bangsa, dan juga misi dari Galeri Nasional Indonesia itu sendiri yaitu meningkatkan aktivasi pameran dalam bidang seni rupa, memberikan layanan edukasi dan megembangkan sumber daya. Oleh karena itu dapat dilihat bahwa museum Galeri Nasional Indonesia adalah museum yang memberikan image yang baik terhadap museum seni rupa dan juga terhadap perkembangan seni di Indonesia. Selain itu, Galeri Nasional Indonesia juga memberikan fasilitas yang baik untuk para pengunjungnya seperti penataan ruang yang baik, koleksi seni yang menarik, selain itu Galeri Nasional Indonesia juga memberikan
10
keyamanan dan penghiburan serta memberikan pengalaman yang unik dan berbeda bagi wisatawan yang berkunjung ke Galeri Nasional Indonesia. Dengan pengalaman yang baik dan dirasakan unik bagi wisatawan yang telah berkunjung ke Galeri Nasional Indonesia diharapkan dapat mengunjungi kembali ke Galeri Nasional Indonesia, selain dengan tema yang berbeda, Galeri Nasional Indonesia juga aktif memberikan penyuluhan untuk mengedukasi masyarakat mengenai seni rupa. Selain itu, dengan pengalaman yang unik itu pula diharapkan bagi pengunjung Galeri Nasional Indonesia dapat memberikan rekomendasi kepada saudara, teman dan keluarganya untuk mengunjungi museum Galeri Nasional Indonesia. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa penelitian ini ditujukan untuk meneliti Analisis Pengaruh Cognitive Image, Affective Image dan Unique Image terhadap Revisit Intention dan Intention to Recommend (Studi Pada Pengunjung Tempat Wisata Galeri Nasional Indonesia).
1.2
Rumusan Masalah Perkembangan seni serta keanekaragaman budaya Indonesia yang sangat
banyak menjadikan Indonesia dipenuhi oleh kekayaan yang tidak dapat dimiliki oleh negara lain. Buah karya seni yang berjumlah ratusan ini menjadi suatu objek yang menarik untuk dinikmati wisatawan dari berbagai daerah. Oleh karena itu pentingnya peran museum di Indonesia untuk menjaga sejarah sebuah barang seni dan kualitas budaya yang dimiliki bangsa ini sehingga masyarakat dapat lebih mengenal dan peduli dengan kekayaan seni dan budaya milik bangsa Indonesia.
11
Pertumbuhan pariwisata di Indonesia juga meningkat 20 peringkat menjadi 50 peringkat dunia dalam menurut CNNIndonesia. Namun, kesadaran masyarakat Indonesia terhadap museum masih rendah sehingga tingkat pengunjung pada museum di Jakarta masih sangat rendah. Hal ini juga dipertegas oleh Ibu Veronica Tan selaku Istri Gubernur DKI Jakarta, mengatakan bahwa adanya anggapan bahwa museum di Jakarta memiliki image yang menyeramkan dan menjadi tempat “uji nyali”. Oleh karena itu pentingnya sebuah museum yang ada di Jakarta untuk melakukan penanganan pada masalah yang terjadi sehingga menarik wisatawan untuk berkunjung dan melakukan kunjungan kembali, serta melakukan rekomendasi kepada orang lain supaya museum di Jakarta ramai untuk dikunjungi. Beberapa hal penting yang wajib diketahui oleh pengelola museum wisata agar dapat menarik minat para wisatawan untuk berkunjung dan memberikan rekomendasi untuk sebuah museum di Indonesia adalah dengan mempelajari faktor yang mempengaruhi konsumen dalam melakukan kunjungan kembali dan melakukan rekomendasi. Beberapa faktor yang mempengaruhi pengunjung untuk mengunjungi kembali sebuah daerah tempat wisata adalah pandangan keseluruhan terhadap museum wisata (Overall Image). Menurut Crompton (1979) dalam Tseng dan Wu (2014) menyatakan bahwa image adalah gabungan antara kepercayaan, ide, dan rasa kekaguman seseorang dalam mengunjungi sebuah tujuan wisata. Mohhamad dan Som (2010) juga menyatakan bahwa manusia melakukan perjalanan wisata dikarenakan 2 faktor yaitu faktor pendorong yang berasal dari luar diri seseorang dan faktor ketertarikan yang berasal dari dalam diri seseorang.
12
Faktor ketertarikan dari dalam diri seorang berasal dari ketertarikan terhadap gambaran tujuan wisata yang didalamnya terkandung nilai tujuan wisata yang baru dan memberikan keuntungan yang diperkirakan dan dipersepsikan oleh wisatawan menurut Baloglu dan Uysal (1996) dalam Mohhamad dan Som (2010). Sedangkan faktor pendorong menurut Crompton (1979) dalam Mohhamad dan Som (2010) adalah keinginan untuk menjelajahi dunia baru, keinginan untuk terbebas dari kesibukan dan keinginan untuk mencari hiburan. Namun, menurut Baloglu dan McClearly (1999) dalam Tseng dan Wu (2014) image terbentuk dari cognitive dan affective. Sementara itu Baloglu (1996); Baloglu dan Mangaloglu (2001); Baloglu dan McCleary (1999); Hosany et. al. (2007); Mackay dan Fesenmaier (2000); Stern dan Krakover (1993); Uysal et. al. (2000) dalam Qu et. al. (2011) menjelaskan bahwa image secara keseluruhan dipengaruhi oleh cognitive image dan affective image. Cognitive image mengarah kepada kepercayaan dan pengetahuan tentang suatu tujuan wisata. Sedangkan affective image mengarah kepada perasaan yang dirasakan seseorang terhadap suatu tujuan wisata. Oleh sebab itu dipertegas oleh Qu et. al. (2011) cognitive image dan affective image berpengaruh positif terhadap overall image. Namun, menurut Cai (2002); Gartner (1993); Woodside dan Lyonski (1989) dalam Qu et. al. (2011) menjelaskan bahwa ada kemungkinan faktor lain yang mendukung keseluruhan image dari sebuah destinasi selain faktor cognitive dan affective yaitu faktor keunikan sebuah tujuan wisata. Qu et. al (2011) menjelaskan bahwa faktor keunikan sebuah tempat wisata manjadikan alasan
13
menarik bagi seorang wisatawan untuk menjadikan alternatif tujuan wisata yang akan dikunjunginya. Oleh sebab itu dipertegas kembali oleh Qu et. al. (2011) unique image berpengaruh positif terhadap overall image. Sehingga dapat terlihat bahwa ada tiga hal yang mempengaruhi penilaian positif dari keseluruhan image dari Galeri Nasional yaitu Cognitive, Affective, dan Uniqueness. Selain itu menurut Ashworth dan Goodal (1988); Bigné, Sánchez dan Sánchez (2001); Cooper et. al. (1993); Mansfeld (1992) dalam Qu et. al. (2011) menjelaskan bahwa image secara keseluruhan berpengaruh tidak hanya kepada proses pemilihan destinasi wisata, tetapi juga mempengaruhi perilaku wisatawan. Perilaku wisatawan tersebut terbagi atas keinginan wisatawan untuk mengunjungi kembali dan menyebarkan serta merekomendasikan tujuan wisata. Berdasarkan uraian di atas, dapat dilihat bahwa penelitian ini mengandung beberapa pertanyaan sebagai berikut: 1. Apakah Cognitif Image memiliki pengaruh positif terhadap Revisit Intention ? 2. Apakah Affective Image memiliki pengaruh positif terhadap Revisit Intention? 3. Apakah Unique Image memiliki pengaruh positif terhadap Revisit Intention? 4. Apakah Cognitif Image memiliki pengaruh positif terhadap Intention to Recommend? 5. Apakah Affective Image memiliki pengaruh positif terhadap Intention to Recommend?
14
6. Apakah Unique Image memiliki pengaruh positif terhadap Intention to Recommend?
1.3
Tujuan Penelitian 1. Mengetahui dan menganalisis pengaruh positif Cognitif Image terhadap Revisit Intention. 2. Mengetahui dan menganalisis pengaruh positif Affective Image terhadap Revisit Intention. 3. Mengetahui dan menganalisis pengaruh positif Unique Image terhadap Revisit Intention. 4. Mengetahui dan menganalisis pengaruh positif Cognitif Image terhadap Intention to Recommend. 5. Mengetahui dan menganalisis pengaruh positif Affective Image terhadap Intention to Recommend. 6. Mengetahui dan menganalisis pengaruh positif Unique Image terhadap Intention to Recommend.
1.4
Batasan Penelitian Adapun batasan dalam penelitian ini, antara lain : 1. Penelitian ini menggunakan sampel demografis dari kaum muda sampai orang tua baik laki-laki maupun perempuan yang berusia 1745 tahun, dan sudah pernah mengunjungi museum Galeri Nasional Indonesia dalam jangka waktu 3 bulan terakhir.
15
1.5
Manfaat Penelitian Adapun harapan Penulis agar sekiranya penelitian ini dapat bermanfaat
bagi banyak pihak, antara lain : 1. Manfaat Akademis Memberikan informasi terkait ilmu pemasaran, khususnya pada faktor pembentuk branding image yang berpengaruh pada behavioral intention terutama pada revisit intention dan intention to recommend pada museum nasional. 2. Manfaat Kontribusi Praktis Memberikan
informasi
yang
mempengaruhi
wisatawan
untuk
mengunjungi museum Galeri Nasional Indonesia dan memberikan solusi bagi para pengelola museum Galeri Nasional Indonesia, agar dapat mengetahui serta mengembangkan faktor yang dapat mempengaruhi revisit intention dan intention to recommend pada museum Galeri Nasional Indonesia, serta memberikan pemahaman kepada masyarakat bahwa pentingnya mengenal, menjaga dan merawat seni dan budaya bangsa Indonesia serta memperkenalkan museum Galeri Nasional Indonesia kepada wisatawan dengan memberikan rekomendasi tujuan wisata ke Galeri Nasional Indonesia. 3. Manfaat Bagi Peneliti Menambah wawasan dan informasi mengenai cara mengelola sebuah industri pariwisata terutama museum dan juga mempraktekan ilmu pemasaran yang telah dipelajari oleh Penulis.
16
1.6
Sistematika Penulisan Penulisan skripsi ini dibagi atas lima bab, dimana setiap bab akan
berurutan dan merangkai sebuah hasil dari penelitian. Maka sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN Pada bab I pendahuluan ini akan membahas latar belakang penelitian mengenai museum Galeri Nasional Indonesia, yang akan diperjelas melalui hal – hal yang berkaitan dengan fenomena dan data pendukung, serta penulisan pokok permasalahan pada rumusan masalah yang dijadikan dasar untuk melakukan penelitian ini, tujuan yang akan dicapai dari penelitian ini, dan manfaat yang diharapkan Penulis, serta terdapat sistematika penulisan skripsi. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab II kedua ini berisi mengenai tinjauan pustaka yang akan membahas
mengenai
konsep-konsep
yang
berhubungan
dengan
permasalahan yang dirumuskan, yaitu Cognitive Image, Affective Image, Unique Image, Overall Image, Intention to Revisit dan Intention to Recommend. Serta konsep-konsep yang melatar belakangi hubungan antar variabel pada setiap hipotesis penelitian yang diajukan. Dan juga penjelasan mengenai konsep-konsep di atas diperoleh melalui studi kepustakaan dari literatur yang berkaitan, buku dan jurnal.
17
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab III ini penulis akan membahas secara spesifik mengenai metode-metode yang akan digunakan untuk memperoleh informasi dan mengolah data. Metode yang akan digunakan untuk memperoleh informasi pada penelitian ini adalah dengan cara studi literature, penyebaran kuisioner, wawancara dan observasi. BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pada bab IV analisis dan pembahasan akan menjelaskan mengenai gambaran umum objek penelitian. Selain itu, pada bab ini juga akan menjabarkan hasil penelitian yang telah diperoleh melalui kuisioner, wawancara dan observasi yang telah dilakukan penulis dan dihubungkan dengan hipotesis yang telah disusun sebelumnya oleh peneliti. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab V ini berisikan tentang kesimpulan dari hasil penelitian dan juga saran dan masukan dari hasil perolehan data khususnya kepada pihak yang mebutuhkan informasi dari penelitian ini.
18