BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pemilihan tata letak merupakan salah satu keputusan kunci yang berperan dalam efisiensi operasional suatu perusahaan dalam jangka panjang (Heizer dan Render, 2014). Keputusan pemilihan tata letak fasilitas memiliki pengaruh yang tinggi terhadap kinerja sistem dari sisi waktu dan biaya. Oleh karena itu, pemilihan tata letak fasilitas harus dipandang dari perspektif strategis. Fasilitas yang efisien dan perbaikan produktivitas didapatkan dari proses pemilihan desain tata letak fasilitas terbaik dari beberapa alternatif yang ada (Yang et al., 2009 dikutip dari AlHawari et al., 2014). Tata letak fasilitas adalah pengaturan aktivitas, proses, departemen, ruang kerja, area penyimpanan, gang, dan area publik dalam suatu fasilitas. Tata letak yang efektif dapat memberikan beberapa manfaat, di antaranya adalah mengurangi waktu pelayanan kepada pelanggan dan meningkatkan kapasitas. Keputusan tata letak dapat mempengaruhi kualitas, produktivitas, dan daya saing (Russell dan Taylor, 2011). Oleh karena itu, pemilihan tata letak yang tepat memerlukan pertimbangan matang untuk dapat menghasilkan keputusan yang tepat. Pemilihan tata letak fasilitas dalam infrastruktur penerbangan komersial juga merupakan keputusan penting suatu organisasi. Pertumbuhan permintaan akan transportasi udara yang pesat dari tahun ke tahun dan kenaikan daya beli masyarakat Indonesia mendorong perkembangan industri penerbangan komersial. Kebutuhan
masyarakat akan sarana transportasi yang cepat dan terjangkau didorong pula oleh kemunculan dan pertumbuhan perusahaan maskapai berbujet rendah atau low-cost carrier. Menurut Kementerian Perhubungan Indonesia (2012), rata-rata kenaikan jumlah penumpang pesawat domestik dari tahun 2008 hingga 2012 adalah sebesar 16% per tahun dan diprediksi akan terus bertambah di tahun-tahun berikutnya. Jumlah penumpang di Bandar Udara Internasional Adisutjipto mencapai 5.109.648 penumpang di tahun 2013, jauh melebihi kapasitas ideal bandar udara untuk 1,2 juta penumpang per tahun (Lalu Lintas Angkatan Udara, 2013). Perencanaan berperan penting dalam pembuatan fasilitas bandar udara untuk memenuhi permintaan yang semakin tinggi. Industri penerbangan harus dapat bekerja sama dengan pemerintah, otoritas berwenang dan penyedia jasa navigasi udara untuk dapat mencapai kapasitas maksimal dari fasilitas yang telah ada, atau meningkatkannya. Peningkatan kapasitas fasilitas yang telah ada dapat diraih melalui penerapan teknologi baru dan perbaikan prosedur sehingga meningkatkan laju perpindahan dengan tetap memperhitungkan aspek keamanan (Airports Council International, 2009). Salah satu infrastruktur bandar udara yang menopang operasional penerbangan komersial adalah terminal bandar udara. Menurut Airport Cooperative Research Program (2010), di dalam terminal bandar udara terdapat 13 fasilitas yang terdiri dari: konter tiket maskapai penerbangan, area screening penumpang, ruang tunggu, konsesi, area klaim bagasi (untuk terminal kedatangan), area sirkulasi, kantor maskapai, fasilitas penanganan bagasi, fasilitas penyortiran bagasi, layanan inspeksi internasional, area pendukung, pelayanan khusus, dan sistem gedung.
Bandar Udara Internasional Adisutjipto merupakan pintu masuk dan keluar transportasi udara di Daerah Istimewa Yogyakarta baik domestik dan internasional. Yogyakarta yang merupakan destinasi wisata baik bagi wisawatan domestik maupun internasional menimbulkan tingginya frekuensi penerbangan hingga melebihi kapasitas bandar udara (Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, 2009). Bandar Udara Internasional Adisutjipto dibangun pada tahun 1940 sebagai pangkalan militer Angkatan Udara. Pada tahun 1964, bandar udara ini diubah menjadi Pelabuhan Udara Gabungan Sipil dan Militer melalui keputusan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Republik Indonesia atas persetujuan Angkatan Udara Indonesia (http://adisutjipto-airport.co.id/sejarah).
Gambar 1.1 Tata Letak Terminal Bandar Udara Internasional Adisutjipto Yogyakarta Sumber: (http://adisutjipto-airport.co.id/tata letak-terminal) diakses pada 31 Januari 2015
Pada tahun 2013, PT Angkasa Pura 1 sebagai pengelola Bandar Udara Internasional Adisutjipto dan 12 bandar udara lainnya di Indonesia kawasan tengah dan timur telah mencanangkan beberapa rencana strategis dalam hal investasi, salah satunya adalah melalui pengembangan terminal bandar udara dalam menopang pelayanan terhadap konsumen. Dipicu dari adanya kenaikan jumlah penumpang yang melalui Bandar Udara Internasional Adisutjipto, PT Angkasa Pura 1 menjalankan proyek pengembangan terminal bandar udara senilai Rp 796,4 juta (Angkasa Pura Airports, 2013). Berdasarkan hasil wawancara awal dengan pihak PT Angkasa Pura 1, proyek yang direalisasikan pada bulan Februari tahun 2014 ini mengubah tata letak terminal seperti letak titik pemeriksaan keamanan 1, konter tiket maskapai, dan conveyor belt bagasi penumpang. Perubahan tata letak ini menimbulkan beberapa implikasi operasional seperti aliran pemrosesan penumpang hingga menaiki pesawat, operasional bagasi, keamanan, dan antrian check-in serta loket pembayaran pajak bandar udara sesuai yang diutarakan oleh Manajer Operasional PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk Bandar Udara Internasional Adisutjipto. Beberapa perubahan pada sisi operasional dapat dilihat dari gambar-gambar berikut ini.
Gambar 1.2 Conveyor Belt dan Baggage Make Up Area Bandar Udara Internasional Adisutjipto Sumber: Dokumentasi Pribadi (Januari 2015)
Gambar 1.3 Mesin X-Ray Konter Check-In Bandar Udara Internasional Adisutjipto Sumber: Dokumentasi Pribadi (Januari 2015)
Gambar 1.4 Area Depan Terminal Keberangkatan Sumber: Dokumentasi Pribadi (Januari 2015)
Di luar masalah teknis dan operasional, maskapai penerbangan PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk mengedepankan aspek pelayanan penuh kepada penumpang yang menjadi salah satu nilai korporasi perusahaan sehingga kepuasan penumpang menjadi perhatian penting (Garuda Indonesia, 2013). Kepuasan pelanggan dapat diukur dari perbedaan antara pelayanan yang diharapkan dengan pelayanan yang dirasakan (Parasuraman et al., 1985). Tidak hanya dari sisi pelayanan maskapai penerbangan, penumpang pesawat juga menilai dari kualitas fisik lingkungan (Milfont dan Duckit, 2004 dikutip dari Mingying et al., 2013). Evaluasi performa dari terminal suatu bandar udara oleh penumpang dilihat dari kepadatan, keterlambatan, kehandalan pelayanan, kewajaran pelayanan, biaya, kenyamanan, dan adanya pengalihan (Lemer, 1992 dalam Mingying et al., 2013). Obyek dalam penelitian ini adalah tata letak terminal keberangkatan Bandar Udara Internasional Adisutjipto Yogyakarta. Permasalahan dipicu oleh adanya keluhan dari pihak pengguna bandar udara yakni maskapai penerbangan, dalam hal
ini adalah PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk mengenai tata letak terminal keberangkatan Bandar Udara Internasional Adisutjipto Yogyakarta melalui wawancara awal dengan Asisten Manajer Pelayanan. Pembangunan dan perubahan desain tata letak terminal keberangkatan Bandar Udara Internasional Adisutjipto pada tahun 2013 menimbulkan beberapa permasalahan operasional.
1.2
Rumusan Masalah Implementasi perubahan tata letak terminal keberangkatan
Bandar Udara
Internasional Adisutjipto oleh PT Angkasa Pura 1 pada bulan Februari tahun 2014 ini dilandasi oleh keputusan strategis optimalisasi bisnis inti operasi bandar udara melalui pengembangan bandar udara atraktif. Hal ini dilakukan melalui peningkatan produktivitas, pengembangan kapasitas bandar udara, dan perbaikan kualitas pelayananuntuk mendorong pertumbuhan pendapatan dan kepuasan pelanggan (Angkasa Pura Airports, 2013). Akan tetapi pada implementasinya, terdapat beberapa keluhan terhadaptata letak terminal keberangkatan Bandar Udara Internasional Adisutjipto tersebut. Seperti yang diutarakan oleh pihak Asisten Manajer Pelayanan PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk di Bandar Udara Internasional Adisutjiptoyang mengemukakan keluhan atas tata letak terminal keberangkatan. “(Bandar Udara Internasional) Adisutjipto itu sudah kecil dan kapasitasnya tidak memadai. Dengan tata letak yang seperti ini, tambah desek-desekan (berdesak-desakan)”.
Dari hasil wawancara dengan pihak manajemen dan staf operasional PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk, didapatkan beberapa keluhan yang muncul akibat tata letak terminal keberangkatan Bandar Udara Internasional Adisutjipto. Permasalahan-permasalahan itu di antaranya adalah permasalahan penanganan bagasi yang berkaitan dengan isu keamanan, kesulitan pengunjung dalam menemukan konter check-in maskapai yang dituju, serta antrian dan aliran penumpang menuju ruang tunggu. Potensi munculnya human error petugas maskapai dalam menyortir bagasi dari conveyor belt
yang dibagi menjadi dua jalur ke tiap pesawat maskapai
penerbangan tertentu setelah melewati penyaringan keamanan mesin x-ray yang hanya ada dua buah untuk seluruh maskapai. Kesalahan pemindahan bagasi oleh petugas dapat terjadi pada maskapai penerbangan pada jalur conveyor belt konter check-in yang ada pada satu jalur seperti yang terungkap dalam wawancara awal dengan staf operasional PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. “Dulu awal-awal sempat ada masalah staf bagasi kita salah masukin bagasi yang bukan punya Garuda ke pesawat Garuda, misal tas punya maskapai C tapi dimasukkan ke pesawat kita”. (R3, 2015).
Pada puncak kepadatan bandar udara saat ada beberapa penerbangan dengan jadwal pada jam yang sama dan atau hampir sama, terjadi antrian bagasi menuju mesin x-ray. Proses penyaringan keamanan bagasi tidak selesai bersamaan dengan proses check-in sehingga penumpang yang telah melakukan check-in melanjutkan ke ruang tunggu tanpa mendapat baggage clearance. Apabila terdapat bagasi yang tidak lolos saringan keamanan mesin x-ray, maskapai penerbangan terpaksa
memanggil penumpang tersebut ke area check-in atau bagasi tidak ikut dimasukkan dalam penerbangan.Walaupun tidak sering terjadi, Asisten Manajer PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk mengungkapkan terjadinya pemanggilan penumpang karena masalah bagasi yang tidak lolos mesin x-ray dapat menyebabkan keterlambatan penerbangan dan ketidaknyamanan penumpang. Dalam tata letak terminal keberangkatan Bandar Udara Internasional Adisutjipto, terdapat tembok pembatas yang memisahkan gerbang keberangkatan dengan area konter maskapai. Layar penunjuk posisi maskapai penerbangan dianggap tidak efektif dalam mengarahkan penumpang ke konter maskapai penerbangan yang dituju. Masalah ini terungkap dalam wawancara awal dengan manajemen PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. Melalui obervasi awal, peneliti menemukan beberapa penumpang yang belum mengerti tata letak Bandar Udara Internasional Adisutjipto kesulitan dalam menemukan konter maskapai penerbangan yang dikehendaki sehingga harus diarahkan oleh petugas.
Gambar 1.5. Antrian Penumpang di Terminal Keberangkatan Sumber: Dokumentasi Pribadi (Januari 2015)
Observasi awal peneliti pada hari Minggu 25 Januari 2015 menemukan bahwa desain tata letak konter check-in yang melingkar menyebabkan saat kepadatan Bandar Udara Internasional Adisutjipto tinggi, pergerakan penumpang masuk ke konter maskapai yang dituju terhalang oleh antrian. Antrian check-in sisi barat dan pembayaran pajak bandar udara untuk masuk ke ruang tunggu bertabrakan. Begitu pula dengan penumpang yang telah check-in dari konter sisi timur kesulitan menerobos antrian penumpang untuk menuju ruang tunggu. Tujuan PT Angkasa Pura 1 dalam membangun dan mengubah tata letak Bandar Udara Internasional Adisutjipto adalah untuk memberikan pelayanan yang lebih prima kepada penumpang (Angkasa Pura Airports, 2013). Namun dalam realisasinya, perubahan tata letak ini menimbulkan permasalahan baru tidak hanya bagi penumpang tetapi juga maskapai penerbangan. Adanya perbedaan tujuan pembangunan dengan hasil realisasi terkait dengan operasional penerbangan dan kepuasan penumpang menjadi relevan untuk diteliti. Oleh karena itu, perlu dilakukan kajian ulang mengenai tata letak terminal keberangkatan Bandar Udara Internasional Adisutjipto.
1.3
Pertanyaan Penelitian Dari rumusan masalah penelitian mengenai perlunya menganalisis tata letak
terminal keberangkatan di Bandar Udara Internasional Adisutjipto Yogyakarta, maka pertanyaan penelitian dalam penelitian ini yakni: 1.
Bagaimanakah perspektif maskapai penerbangan terhadap tata letak terminal keberangkatan Bandar Udara Internasional Adisutjipto?
2.
Bagaimanakah perspektif pengelola toko ritel terhadap tata letak terminal keberangkatan Bandar Udara Internasional Adisutjipto?
3.
Bagaimanakah
perspektif
penumpang
terhadap
tata
letak
terminal
keberangkatan Bandar Udara Internasional Adisutjipto? 4.
Rekomendasi tata letak terminal keberangkatan Bandar Udara Internasional Adisutjipto seperti apakah yang dapat diberikan?
1.4 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk menjawab keempat pertanyaan penelitian di atas, yaitu untuk: 1.
Menganalisis perspektif maskapai penerbangan terhadap tata letak terminal keberangkatan Bandar Udara Internasional Adisutjipto.
2.
Menganalisis perspektif pengelola toko ritel terhadap tata letak terminal keberangkatan Bandar Udara Internasional Adisutjipto.
3.
Menganalisis perspektif penumpang terhadap tata letak terminal keberangkatan Bandar Udara Internasional Adisutjipto
4.
Menganalisis rekomendasi tata letak terminal keberangkatan Bandar Udara Internasional Adisutjipto.
1.5 Batasan Masalah Penelitian ini berfokus pada tata letak terminal keberangkatan di Bandar Udara Internasional Adisutjipto Yogyakarta dari perspektif pengguna yakni maskapai penerbangan, pengelola toko ritel, dan penumpang. Dalam penulisannya, tata letak terminal keberangkatan Bandar Udara Internasional Adisutjipto akan disebut sebagai tata letak terminal keberangkatan saja. Proyek pengembangan terminal keberangkatan Bandar Udara Internasional Adisutjipto Yogyakarta oleh PT Angkasa Pura 1 menimbulkan keluhan dari pihak maskapai penerbangan PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. Berdasarkan observasi awal peneliti ditemukan permasalahan-permasalahan operasional dan kenyamanan penumpang seperti yang dikeluhkan oleh pihak PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk.
1.6 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok yakni manfaat bagi peneliti dan manfaat bagi perusahaan pengelola Bandar Udara Internasional Adisutjipto yakni PT Angkasa Pura 1: 1.
Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan lebih mendalam terkait tata letak bandar udara dari perspektif pengguna.
2.
Bagi PT Angkasa Pura 1 sebagai pengelola Bandar Udara Internasional Adisutjipto, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam perbaikan tata letak bandar udara.
1.7
Sistematika Penulisan Sistematika penulisan dalam penelitian ini dibagi ke dalam lima bab yang
terdiri dari pendahuluan, landasan teori, metode penelitian, hasil dan pembahasan penelitian, serta simpulan dan saran. Bab pertama menguraikan latar belakang masalah, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, batasan masalah, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. Teori dan konsep yang berhubungan dengan topik penelitian dijelaskan dalam bab kedua. Teori dan konsep tersebut di antaranya adalah:definisi, tujuan, dan tipe tata letak, cara-cara menentukan keputusan tata letak, hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam penentuan tata letak. Selanjutnya pada bab ketiga dibahas mengenai jenis penelitian, obyek penelitian, metode pengumpulan data, dan metode analisis data. Bab keempat berisi hasil analisis dan pembahasan penelitian untuk menjawab pertanyaan penelitian. Hasil analisis didapatkan dari data yang dikumpulkan dan diolah selama masa penelitian. Simpulan hasil penelitian dan saran untuk tata letak terminal keberangkatan Bandar Udara Internasional Adisutjipto Yogyakarta akan dipaparkan di dalam bab kelima.