BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Majelis Luhur Persatuan Tamansiswa yang berkedudukan di Yogyakarta selaku Pimpinan Yayasan Persatuan Perguruan Tamansiswa mempunyai kewenangan untuk pengesahan Majelis Cabang Tamansiswa Teluk Betung setiap masa bakti lima tahun dalam satu periode. Cabang Tamansiswa dipimpin oleh Majelis Cabang, sedangkan Majelis Cabang terdiri dari Majelis Cabang Harian dan Majelis Lengkap. Majelis Cabang mempunyai kewajiban memimpin Cabang untuk melaksanakan usaha Tamansiswa di Cabangnya. Tempat pendidikan di Tamansiswa disebut “Perguruan”, yang artinya tempat berguru atau tempat belajar hidup, murid disebut siswa, artinya peserta didik, Organisasi siswa atau OSIS disebut PPTS, yaitu Persatuan Pemuda Taman siswa, guru disebut pamong, artinya pengasuh, sekolah disebut Bagian dari Perguruan, SMA disebut Taman Madya, artinya tempatnya indah di tengah-tengah antara mau melanjutkan ke Perguruan Tinggi atau terjun ke masyarakat. Kepala sekolah disebut Ketua Bagian Perguruan, artinya pemimpin bagian Perguruan yang dipilih untuk jangka waktu tertentu, gaji/upah disebut nafkah, yang artinya biaya hidup, yaitu biaya sandang, pangan, perumahan, pendidikan, menjaga
supremasi hukum dan keamanan, serta persiapan hari tua. Di samping mewujudkan kegunaannya, nafkah menggambarkan bahwa Tamansiswa tidak mengenal adanya hubungan buruh dan majikan. Yang dikenal di Tamansiswa adalah usaha bersama guna mencapai kesejahteraan dan kebahagian hidup bersama yang tertib, damai, salam kebahagiaan. Perguruan Tamansiswa Teluk Betung mulai melaksanakan kegiatan belajar mengajar sejak tahun 1932 dengan lokasi belajar siswa di kampung Gedong. Pakuon, menggunakan rumah adat Lampung berupa rumah panggung milik Bapak Hamzah dengan cara sewa. Tahun 1932-1934 status Tamansiswa Telukbetung adalah anak cabang Tamansiswa Tanjungkarang dan pada awal tahun ajaran baru 1934 statusnya ditingkatkan, dari anak cabang menjadi Cabang. Berdasarkan keterangan itu, maka ditetapkan tanggal berdirinya Tamansiswa Cabang Teluk Betung adalah 1 Agustus 1934. Perguruan Tamansiswa Cabang Teluk Betung sejak berdirinya hingga saat ini mengelola 6 (enam) Bagian/sekolah, yaitu Bagian Taman Indria (TK), Taman Muda (SD), Taman Dewasa (SLTP), Taman Karya Madya Ekonomi (SMK), Taman Madya Teknik (SMK) dan Taman Madya (SMU). Pengelolaan pendidikan di keenam Bagian tersebut dikelola dalam satu lokasi/komplek dan lokasi penelitian dengan studi kasus di fokuskan di Bagian Taman Madya. Bagian Taman Madya ini merupakan Taman Madya generasi kedua dan didirikan pada tanggal 17 Juli 1979, sedangkan generasi pertama didirikan tahun 1965 bertempat di Kelurahan Talang, Kecamatan Teluk Betung Selatan terputus dan ditutup. Ditutupnya Bagian Taman Madya generasi pertama disebabkan
kekurangan siswa dan para pamong umumnya hanya sebagai pamong tidak tetap dan mempunyai pekerjaan di tempat lain. Sebagai Lembaga pendidikan yang bernaung dibawah pembinaan pemerintah, yaitu Departemen Pendidikan Nasional/Kementerian Pendidikan Nasional, Bagian Taman Madya telah melaksanakan kegiatan pendidikan dalam satuan pendidikan didasarkan atas kurikulum yang berlaku secara nasional dan kurikulum yang disesuaikan dengan keadaan serta kebudayaan lingkungan dengan ciri khas satuan pendidikan Perguruan Tamansiswa. Di Perguruan Tamansiswa Cabang Teluk Betung dalam pengelolaan pendidikan masih tetap mengacu pada Prinsip Dasar Tamansiswa dan Tri Pusat Pendidikan sebagai ajaran Ki Hadjar Dewantara. Prinsip dasar dalam pendidikan Taman Siswa yang menjadi pedoman bagi seorang pamong adalah: a) Ing Ngarso Sung Tulodo (di depan pamong memberi contoh kepada murid) b) Ing Madya Mangun Karso (di tengah-tengah siswa, pamong membangun prakarsa dan bekerja sama dengan mereka) c) Tut Wuri Handayani (dari belakang pamong memberi daya semangat dan dorongan bagi siswa). Walaupun ketiga prinsip tersebut masih menjadi pedoman bagi pamong di Perguruan ini, namun perlu diteliti sejauh mana pemahaman dan pelaksanaannya. Prinsip kemandirian dalam proses pendidikan di Perguruan Tamansiswa Cabang Teluk Betung dilaksanakan dan dikembangkan dengan sistem among, artinya dalam sistem among relasi antara pamong dengan siswa bukanlah merupakan ketergantungan, tetapi suatu relasi yang semakin lama semakin memberikan kesempatan kepada siswa untuk berdiri sendiri. Sistem among bukan berarti suatu sistem perintah dari atas atau membiarkan siswa mencari jalannya sendiri. Proses pendidikan bukanlah suatu proses totaliter ataupun kemerdekaan tanpa batas,
tetapi suatu proses pemandirian yang bertahap sesuai dengan perkembangan pribadi siswa. Di Perguruan Tamansiswa Cabang Teluk Betung telah mempunyai pedoman baku dalam manajemen perguruan, yaitu Pedoman Pola Kerja dan Garis Besar Program Kerja Lima Tahunan. Pola Kerja dan Garis Besar Program Kerja Lima Tahunan tersebut disusun oleh Tim yang dibentuk oleh Majelis Harian Cabang, kemudian konsep yang telah tersusun dibahas dan disetujui dalam rapat pleno Majelis lengkap Cabang Perguruan dan selanjutnya perlu pengesahan Majelis Luhur Persatuan Tamansiswa yang berkedudukan di Yogyakarta selaku Pimpinan Yayasan Persatuan Perguruan Tamansiswa yang mempunyai kewenangan untuk itu, sebagaimana yang telah diatur dalam Piagam dan Peraturan Besar Persatuan Tamansiswa. Bagian Taman Madya tidak mempunyai kewenangan mengatur keuangan, sarana prasarana pendidikan, penerimaan siswa baru, hal ini sesuai dengan pedoman mekanisme pengelolaan pendidikan di Perguruan Tamansiswa Cabang Teluk Betung yang dilaksanakan terpusat dan diatur oleh Majelis Cabang. Siswa baru yang masuk dan diterima di Bagian Taman Madya pada umumnya mereka yang tidak diterima di SMA Negeri, sehingga merupakan pilihan kedua dengan pertimbangan bahwa Tamansiswa telah dinilai termasuk sekolah yang disiplin dan kelulusan siswanya cukup baik. Pada tahun ajaran 2009/ 2010, hasil Ujian Nasional siswa Taman Madya nilai rata-rata siswa IPS sebesar 46,85 lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata nilai Kota Bandar Lampung sebesar 47,45 dan Kota Metro sebesar 47,25, tetapi lebih tinggi dari rata-rata Provinsi (44,29) dan 11 kabupaten yang ada di Provinsi Lampung. Nilai siswa
IPA rata-rata sebesar 50,32, berarti tidak jauh dengan nilai rata-rata Kota Bandar Lampung sebesar 50,52, tetapi lebih tinggi dari rata-rata nilai provinsi sebesar 48,20 dan Kota Metro (50,09) serta seluruh Kabupaten di Provinsi Lampung. Pengelolaan program pendidikan di Taman Madya yang sangat menonjol adalah situasi kekeluargaan yang didasari rasa kasih sayang diantara pamong, siswa, karyawan dan pengurus majelis, hal ini didasari keikhlasan dalam bekerja karena mereka ingin mengabdikan diri, bahkan sementara pengurus yang telah senior menegaskan bahwa bekerja di Perguruan Tamansiswa merupakan panggilan untuk mengabdi dan memiliki komitmen untuk memajukan Tamansiswa. Metode pendidikan yang digunakan di Taman Madya khususnya dan Perguruan Tamansiswa pada umumnya adalah metode Among (asuh) Tutwuri Handayani, yaitu pengganti metode perintah, paksaan, hukum, ketertiban paksaan (regering, tucht, en orde) dengan metode yang demokratis (Tutwuri Handayani). Sedangkan sikap laku Among (cara mengasuh) adalah : Meneladani (Ing Ngarsa Sung Tulada), membangun kemauan (Ing Madya Mangun Karsa) dan Demokratis (Tutwuri Handayani). Ketua Bagian di Taman Madya berpendidikan S1 IAIN dan memimpin Taman Madya sudah 18 tahun atau selama lima periode, yaitu dari tahun 1992 sampai dengan 2011. Pendidikan tertinggi para pamong berdasarkan ijazah tertinggi ada yang Al Kitab mengajar agama Kristen, S1 Agama Budha mengajar agama budha, UST Yogyakarta mengajar Fisika dan TIK/ BP/ BK, berpendidikan IAIN mengajar Senibud, berependidikan SMA mengajar Senibud, S.Pd mengajar pendidikan agama, S1 pendidikan mengajar Ketamansiswaan.
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari Majelis Luhur Perguruan Tamansiswa Yogyakarta, saat ini adanya kenyataan bahwa terjadi kemunduran dari Perguruan Tamansiswa di Indonesia, terbukti adanya Cabang Perguruan Tamansiswa yang ditutup, yaitu dari 300 Cabang yang ada saat ini tinggal 129 Cabang. Kajian beberapa ahli kemunduran Taman siswa tersebut antara lain disebabkan kebijakan Pendidikan Nasional belum sepenuhnya sesuai dengan aspirasi Tamansiswa. Namun tidak boleh diabaikan pula adanya kenyataan bahwa pengelolaan manajemen didalam tubuh organisasi Tamansiswa sendiri masih perlu ditingkatkan secara optimal. Beberapa permasalahan di cabang Tamansiswa yang mengalami krisis pada umumnya berujung adanya masalah kurang komunikasi antar manajemen. Hal ini Ki Suratman (1992-31) menginformasikan pengalaman Ki Hadjar Dewantara selama puluhan tahun memimpin Perguruan Tamansiswa seluruh Indonesia menemukan bahwa kekacauan yang terjadi di cabang-cabang Tamansiswa, meskipun sebabnya berbeda-beda namun dapat diringkas menjadi tiga hal penyebabnya, yaitu : (a) Adanya perebutan kekuasaan. Penyalahgunaan wewenang, atau apa saja yang berkaitan dengan wewenang; (b) Adanya manipulasi di bidang keuangan; (c) Adanya pelanggaran kesusilaan. Berdasarkan pengalaman tersebut Ki Hadjar Dewantara mengeluarkan fatwa, yang kemudian dikenal sebagai Tri-pantangan, yaitu: a) Jangan menyalahgunakan kekuasaan wewenang/kekuasaan, b) Jangan melakukan manipulasi keuangan, c) Jangan melanggar kesusilaan.
1.2
Fokus Penelitian Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka fokus yang
akan di teliti adalah bagaimanakah keefektifan pelaksanaan fungsi manajemen yang secara rinci sebagai berikut : 1.2.1
Bagaimanakah perencanaan di Bagian Taman Madya Perguruan Tamansiswa Cabang Teluk Betung;
1.2.2
Bagaimanakah pengorganisasian di Bagian Taman Madya Perguruan Tamansiswa Cabang Teluk Betung;
1.2.3
Bagaimanakah pelaksanaan di Bagian Taman Madya Perguruan Tamansiswa Cabang Teluk Betung;
1.2.4
Bagaimanakah pengawasan di Bagian Taman Madya Perguruan Tamansiswa Cabang Teluk Betung;
1.2.5
Bagaimanakah evaluasi di Bagian Taman Madya Perguruan Tamansiswa Cabang Teluk Betung;
1.2.6
Bagaimanakah pemahaman pelanggan internal Taman Madya Perguruan Tamansiswa Cabang Teluk Betung.
1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan fokus penelitian di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran dan mendiskripsikan : 1.3.1
Perencanaan pendidikan Taman Madya Cabang Teluk Betung;
1.3.2
Pengorganisasian Taman Madya Cabang Teluk Betung;
1.3.3
Pelaksanaan manajemen Taman Madya Cabang Teluk Betung;
1.3.4
Pengawasan Taman Madya Cabang Teluk Betung;
1.3.5
Evaluasi di Taman Madya, Perguruan Tamansiswa Cabang Teluk Betung;
1.3.6
Pemahaman dan pelaksanaan Prinsip Dasar Taman siswa dan Tri Pusat Pendidikan sebagai ajaran Ki Hadjar Dewantara yang merupakan ciri spesifik di Taman Madya Perguruan Tamansiswa Cabang Teluk Betung.
1.4 Kegunaan Penelitian Kegunaan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi : 1.4.1
Peneliti, penelitian ini sebagai persyaratan menyelesaikan studi di Program Pascasarjana Magister Manajemen Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung;
1.4.2
Perguruan Tamansiswa Cabang Teluk Betung sebagai masukan pengembangan manajemen di Bagian Taman Madya;
1.4.3
Pemerintah Daerah maupun Dinas terkait sebagai masukan kebijakan khusus untuk pembinaan dan pengembangan Perguruan Tamansiswa;
1.4.4
Keilmuan Manajemen Pendidikan diharapkan dapat memberikan sumbangsih pengembangan ilmu pengetahuan di bidang manajemen pendidikan.
1.5 Definisi Istilah a. Perguruan adalah tempat pendidikan Tamansiswa artinya tempat berguru atau tempat belajar hidup. b. Taman Siswa adalah nama sekolah yang didirikan oleh Ki Hadjar Dewantara pada tanggal 3 Juli tahun 1922 di Yogyakarta (Taman berarti tempat bermain atau tempat belajar, dan Siswa berarti murid). Pertama kali didirikan, sekolah Taman Siswa ini diberi nama "National Onderwijs Institut Tamansiswa", Badan Hukum sekolah ini berbentuk Yayasan bernama : Persatuan Perguruan
Taman Siswa berpusat di Yogyakarta dan mempunyai cabang di seluruh Indonesia. c. Taman Madya adalah sekolah setingkat Sekolah Menengah Atas merupakan salah satu bagian Perguruan Tamansiswa. d. Ketua Bagian adalah Kepala sekolah yang memimpin Bagian Perguruan Tamansiswa. e. Manajemen adalah memberdayakan sumberdaya manusia yang ada untuk mengelola berbagai sumberdaya yang ada, mempertanggungjawabkannya kepada pihak yang berwenang untuk membuat justifikasi dalam rangka perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan suatu organisasi. f. Pendidikan menurut Perguruan Tamansiswa adalah usaha kebudayaan/ proses pembudayaan yang berarti membimbing tumbuh dan kembangnya jiwa dan raga dengan iptek, imtaq etika kesenian (estetika), dan kecakapan hidup (life skill). g. Manajemen Pendidikan adalah suatu kegiatan atau rangkaian kegiatan yang berupa proses pengelolaan usaha kerjasama sekelompok manusia yang tergabung dalam organisasi pendidikan, untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya agar efektif dan efesien. h. Eksistensi Manajemen Perguruan Tamansiswa adalah keberlangsungan pengelolaan Perguruan Tamansiswa agar tujuannya dapat dicapai sebagaimana yang diharapkan.