1
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Penelitian Seiring pertumbuhan dunia usaha yang semakin kompetitif dengan persaingan
antar perusahaan yang semakin ketat dan kondisi perekonomian yang tidak menentu, maka setiap perusahaan dituntut untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Didalam perusahaan manufaktur, persediaan bahan baku merupakan salah satu faktor produksi yang sangat penting bagi kelangsungan hidup perusahaan. Dengan adanya bahan baku maka suatu perusahaan manufaktur bisa membuat produk jadi, sehingga apabila terjadi kekurangan bahan baku maka kelancaran kegiatan produksi akan terhambat. Oleh karena itu, perusahaan perlu mengadakan persediaan bahan baku yang cukup. Menurut Freddy Rangkuti, pentingnya persediaan bagi perusahaan adalah: “Persediaan bahan baku biasanya digunakan untuk mengantisipasi permintaan konsumen yang tidak menentu atau suplai bahan baku dari pemasok terlambat datang sehingga perusahaan dapat kekurangan bahan baku untuk melakukan kegiatan produksi, padahal permintaan akan produk jadi dari konsumen banyak”. (Rangkuti Freddy, 2002: 1)
Persediaan bahan baku dapat menjaga kelancaran kegiatan produksi dalam memenuhi permintaan konsumen, tetapi jika perusahaan terlalu banyak menyimpan
Universitas Kristen Maranatha
2
bahan baku dapat menimbulkan masalah bagi perusahaan. Masalahnya adalah semakin besar biaya untuk menyimpan bahan baku tersebut selama disimpan di gudang. Apabila persediaan bahan baku juga terlalu sedikit
dapat mengganggu
kegiatan produksi perusahaan. Oleh karena itu, penting bagi semua perusahaan untuk mengadakan pengawasan atas persediaannya, karena kegiatan ini dapat membantu tercapainya suatu tingkat efektifitas dan efisiensi penggunaan persediaan. (Rangkuti Freddy, 2002 : 5). Untuk mencapai hal tersebut, maka pemilik perusahaan melimpahkan wewenang dan tanggung jawab kepada bawahannya. Agar pelaksanaan tanggung jawab yang diberikan atasan di patuhi bawahannya, maka diperlukan suatu alat yang dapat mengamankan aktiva perusahaan serta memberikan keyakinan yang memadai bahwa apa yang dilaporkan oleh bawahannya. Sebagai bentuk pertanggungjawaban bawahan terhadap atasan adalah benar dan dapat dipercaya, diperlukan suatu pengendalian internal. Secara umum pengendalian internal didefinisikan sebagai berikut: “Pengendalian internal adalah rencana organisasi dan metode bisnis yang dipergunakan untuk menjaga aset, memberikan informasi yang akurat dan andal, mendaorong dan memperbaiki efisiensi jalannya operasi perusahaan, serta mendorong kesesuaian dengan kebijakan yang telah ditetapkan”. (Romney, M. B. & Paul, J. S., 2003: 229)
Pengendalian internal terdiri dari lima komponen yang membentuknya, yaitu: lingkungan pengendalian, penetapan risiko oleh manajemen, aktivitas pengendalian, informasi dan komunikasi, pemantauan. Jika komponen-komponen ini dapat dilaksanakan dengan baik, maka tujuan-tujuan perusahaan dapat tercapai. Dengan
Universitas Kristen Maranatha
3
pengendalian internal yang handal, maka terjadinya kesalahan dan penyelewengan dalam perusahaan dapat dideteksi sehingga dapat diatasi dengan cepat dan dicari solusi pemecahannya. Pengendalian internal tidak menjamin, tetapi hanya berusaha meminimalkan penyimpangan ataupun kesalahan-kesalahan yang ada, oleh karena itu diperlukan staff audit internal. Auditor internal dapat membantu meningkatkan operasi perusahaan agar berjalan lebih efektif. Sebagai bagian dari pengendalian internal, auditor internal menyediakan penilaian keefektifan pengendalian internal. Audit internal juga mencakup penilaian kesadaran pegawai terhadap prosedur dan kebijakan manajemen, hukum dan peraturan yang berlaku, serta mengevaluasi efisiensi dan keefektifan manajemen. Seorang auditor internal harus independen dan bertanggung jawab langsung kepada direktur. (Romney, M. B. & Paul, J. S., 2004 : 250). Dengan adanya pengendalian internal atas persediaan bahan baku yang handal akan menghasilkan laporan keuangan yang akurat, khususnya dalam penyajian nilai persediaan bahan baku dalam neraca. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengujian oleh auditor internal dengan tujuan memeriksa dan mengawasi keefektifan pelaksanaan kegiatan perusahaan dalam melaksanakan pencatatan terhadap nilai persediaan bahan baku yang ada. Sehingga persediaan bahan baku yang ada di gudang, nilainya tidak terlalu besar atau terlalu kecil. Untuk menilai keefektifan pengendalian internal atas persediaan bahan baku yang ada di perusahaan berkaitan erat dengan pengujian yang dilakukan oleh auditor internal. Audit internal wajib memberikan informasi yang
Universitas Kristen Maranatha
4
berharga bagi pihak manajemen untuk pengambilan keputusan yang berkaitan dengan operasi perusahaan. (Arens & Loebbecke, 2003 : 7). Berdasarkan uraian diatas, saya sebagai penulis merasa tertarik untuk meneliti sampai seberapa jauhkah peranan audit internal dalam menunjang efektivitas pengendalian internal persediaan bahan baku. Penelitian ini akan dilakukan pada PT. Bayer Indonesia sebuah perusahaan farmasi. Sebagai perusahaan farmasi, masalah yang ada dalam mengatur persediaan bahan bakunya dilakukan untuk menjaga agar jumlah, kualitas, dan waktu tersedianya bahan baku tersebut dapat diperoleh sesuai dengan kebutuhan produksi. Oleh karena itulah saya sebagai penulis merasa terdorong untuk menyusun sebuah skripsi yang berjudul: “Peranan Audit Internal Sebagai Alat Bantu Manajemen Untuk Menunjang Efektivitas Pengendalian Internal Atas Persediaan Bahan Baku”
1.2
Perumusan Masalah Masalah yang akan di bahas penulis sehubungan dengan penelitian yang akan
dilakukan pada PT. Bayer Indonesia adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana efektivitas audit internal yang dijalankan oleh perusahaan. 2. Bagaimana efektivitas pengendalian internal atas persediaan bahan baku yang diterapkan oleh perusahaan. 3. Bagaimana peranan audit internal untuk menunjang efektivitas pengendalian internal persediaan bahan baku.
Universitas Kristen Maranatha
5
1.3.
Tujuan Penelitian Berdasarkan identifikasi masalah diatas tujuan yang ingin dicapai oleh penulis
dalam penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui dan menilai efektivitas audit internal yang dijalankan oleh PT. Bayer Indonesia. 2. Untuk mengetahui dan menilai efektivitas pengendalian internal atas persediaan bahan baku yang diterapkan oleh PT. Bayer Indonesia 3. Untuk mengetahui peranan audit internal untuk menunjang efektivitas pengendalian internal persediaan bahan baku pada PT. Bayer Indonesia.
1.4.
Kegunaan Penelitian Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memperlihatkan adanya
peranan audit internal dalam menunjang efektivitas suatu perusahaan. Dari praktek hasil penelitian ini diharapkan dapat menunjukan manfaat dari penerapan konsep audit internal dalam perusahaan untuk meningkatkan efektivitas penggunaan sumber ekonomis suatu usaha sehingga tercapainya tujuan organisasi. Selain itu penulis mengharapkan hasil penelitian ini akan berguna bagi : a. Bagi Perusahaan Hasil Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemikiran yang berguna
bagi pihak perusahaan, yaitu dengan memperoleh informasi
mengenai aktivitas yang dilaksanakan perusahaan dan mengetahui sejauh
Universitas Kristen Maranatha
6
mana efesiensi dan efektivitas yang dapat di capai perusahaan, serta dapat dijadikan bahan pertimbangan dan perbaikan pada masa yang akan datang. b. Bagi Umum Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat menambah wawasan pembaca dan dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai bagaimana peranan audit internal sebagai alat bantu manajemen suatu perusahaan untuk meningkatkan efektivitas pengendalian internal atas persediaan bahan baku.
1.5.
Rerangka Pemikiran Setiap perusahaan memiliki tujuan yang berbeda-beda, tetapi pada dasarnya
setiap perusahaan ingin mendapatkan laba yang besar dan ingin mempertahankan kelangsungan hidupnya. Agar bisa mempertahankan kelangsungan hidupnya perusahaan melakukan kegiatan produksi. Oleh karena itu, persediaan bahan baku sangat diperlukan untuk kelancaran kegiatan produksi. Tanpa adanya persediaan bahan baku, para pengusaha akan dihadapkan pada risiko bahwa perusahaannnya pada suatu waktu tidak mampu memenuhi kebutuhan pelanggan yang memerlukan barang yang dihasilkan perusahaan tersebut. Hal ini mungkin terjadi, karena tidak selamanya bahan baku tersedia sehingga perusahaan tidak bisa memproduksi barang yang dibutuhkan pelanggan. Dengan demikian perusahaan akan kehilangan kesempatan untuk memperoleh keuntungan yang seharusnya didapatkan. Dengan adanya persediaan bahan baku dapat mengurangi keterlambatan datangnya bahan baku sehingga kegiatan produksi tetap berjalan lancar. (Rangkuti Freddy, 2002 : 1).
Universitas Kristen Maranatha
7
Mengingat bahwa kelangsungan hidup perusahaan sangat ditentukan dengan adanya persediaan, maka kecermatan dalam perhitungan persediaan yang akan disediakan di dalam perusahaan jumlahnya harus dihitung dengan setepat mungkin sehingga pemborosan biaya dalam pembelian bahan baku dapat dihindari atau setidaknya dapat dikurangi. Besarnya persediaan bahan baku dipengaruhi oleh perkiraan produksi, sifat musiman produksi, dapat diandalkannya pihak pemasok serta tingkat efisiensi penjadwalan pembelian dan kegiatan produksi. Persediaan barang dalam proses sangat dipengaruhi oleh lamanya produksi, yaitu waktu yang dibutuhkan sejak saat bahan baku masuk ke proses produksi sampai dengan saat penyelesaian barang jadi. Perputaran persediaan dapat ditingkatkan dengan jalan memperpendek lamanya produksi. Dalam rangka memperpendek waktu produksi, salah satu cara adalah dengan menyempurnakan teknik-teknik baru seperti manajemen persediaan tepat waktu (JIT). Untuk itu penting mengembangkan sistem perencanaan persediaan bahan baku yang dapat meminimalkan biaya pemesanan (ordering cost) ataupun biaya penyimpanan (carrying cost), dengan begitu kualitas produk akan terjaga. Meminimalkan biaya pemesanan dapat dilakukan dengan menentukan jumlah pesanan ekonomis (EOQ) yang dapat dilakukan dengan perhitungan sebagai berikut : EOQ =
2 PR/ C
Keterangan : P = Biaya pemesanan per order.
Universitas Kristen Maranatha
8
R = Jumlah bahan baku yang akan dibeli selama satu periode. C = Biaya penyimpanan per unit periode.
T”
Selain itu perusahaan perlu memperhatikan titik pesan kembali (Reorder point) dan safety stock sehingga jumlah persediaan yang ada digudang akan tetap terjaga.
(reorder point) Safety Stock
Mengingat besarnya nilai dan sifatnya yang aktif dan berputar secara terus menerus, maka persediaan bahan baku yang terlalu banyak akan mengakibatkan
adanya pemborosan biaya yang disebabkan oleh lamanya waktu penyimpanan. Demikian pula apabila jumlah persediaan bahan baku yang terlalu sedikit akan mengakibatkan terhambatnya proses produksi serta timbulnya biaya tambahan untuk mencari bahan baku pengganti secepatnya, dengan demikian perlu dilakukan
Universitas Kristen Maranatha
9
penanganan yang baik terhadap persediaan dengan menerapkan pengendalian internal bahan baku yang tepat yang dapat membantu manajemen dalam memutuskan berapa banyak persediaan bahan baku yang dibutuhkan pengadaannya serta dalam pemeliharaannya untuk mencapai keuntungan perusahaan yang optimal. Dalam organisasi, ada struktur organisasi yang menetapkan garis otoritas dan tanggung jawab, serta menyediakan kerangka umum untuk perencanaan, pengarahan dan pengendalian operasinya. Aspek-aspek penting organisasi termasuk sentralisasi atau desentralisasi otoritas, penetapan tanggung jawab untuk tugas-tugas tertentu, cara alokasi tanggung jawab mempengaruhi permintaan informasi pihak manajemen dan organisasi fungsi sistem informasi dan akuntansi. (Romney Marshall B. & Paul John Steinbart, 2004: 234). Dengan adanya pelimpahan wewenang, tugas dan tanggung jawab tersebut pimpinan perusahaan memerlukan suatu pengendalian internal dengan tujuan: “Menjaga aktiva perusahaan, memastikan akurasi dan dapat diandalkannya catatan dan informasi akuntansi, meningkatkan efisiensi operasi perusahaan, dan untuk mengukur kesesuaian dengan kebijakan dan prosedur yang telah di tetapkan oleh manajemen.” ( James A. Hall, 2001 : 150)
Oleh sebab itu diperlukan suatu pengendalian internal yang memadai yang dirancang dan digunakan oleh manajemen untuk memberikan keyakinan, bahwa tujuan pengendalian internal dapat dipenuhi. Seperti yang telah dikemukakan oleh Ikatan Akuntansi Indonesia berikut ini :
Universitas Kristen Maranatha
10
“Pengendalian internal adalah suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen, dan personel lain entitas yang sesuai untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga golongan tujuan berikut ini : (a) keandalan pelaporan, (b) efektivitas dan efisiensi operasi, dan (c) kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.” (Ikatan Akuntansi Indonesia, 2001: 319.2)
Dari definisi intern diatas terdapat beberapa konsep dasar berikut ini: 1. Pendendalian intern merupakan suatu proses untuk mencapai tujuan tertentu. Pengendalian intern itu sensdiri bukan merupakan suatu tujuan. Pengendalian intern merupakan suatu tindakan yang bersifat pervasive dan menjadi bagaian tidak terpisahkan, bukan hanya sebagai tambahan, dari infrastruktur entitas. 2. Pengendalian intern dijalankan oleh orang. Pengendalian intern bukan hanya terdiri dari pedoman kebijakan dan formulir, namun dijalankan oleh orang dari setiap jenjang organisasi, yang mencakup dewan komisaris, manjemen, dan personel lain. 3. Pengendalian intern dapat diharapkan mampu memberikan keyakinan memadai, bukan keyakinan mutlak bagio manajemen dan dewan komisaris entitas. Keterbatasan yang melekat dalam semua sistem pengendalian intern dan pertimbangan manfaat dan pengorbanan dalam pencapaian tujuan pengendalian menyebabkan pengendalian intern tidak dapat memberikan keyakinan mutlak. 4. Pengendalian intern di tujukan untuk mencapai tujuan yang saling berkaitan: Pelaporan keuangan, kepatuhan, dan operasi. ( Mulyadi, 2002 : 180)
Pengendalian internal yang diterapkan atas persediaan bahan baku merupakan salah satu bagian dari pengendalian internal secara keseluruhan yang meliputi: Pengendalian atas kondisi fisik dapat dipercaya data-data akuntansi mengenai persediaan, efisiensi pengelolaannya, serta ditaatinya kebijakan dan prosedur yang mencakup pembelian, penyimpanan, pencatatan dan pengeluaran persediaan. Untuk memantau efektivitas kebijakan dan prosedur yang berkaitan dengan pengendalian perlu dilakukan audit internal.
Universitas Kristen Maranatha
11
Menurut Tugiman Hiro (1997 : 11) pengertian pemeriksaan internal (audit internal) sebagai berikut: “ Pemeriksaan internal adalah suatu fungsi penilaian yang independen dalam suatu organisasi untuk menguji dan mengevaluasi kegiatan organisasi yang dilaksanakan.”
Fungsi audit internal dalam pengendalian internal persediaan bahan baku meliputi seluruh aspek yang bersangkutan dengan persediaan bahan baku. Berdasarkan fungsi audit internal dapat disimpulkan hubungan audit internal dengan pengendalian internal persediaan bahan baku adalah sebagai berikut: 1. Penelitian dan penilaian pelaksanaan pengendalian internal dibidang persediaan bahan baku. 2. Audit terhadap kebijakan dan ketaatan terhadap prosedur persediaan bahan baku yang telah digariskan. 3. Penilaian terhadap aktivitas untuk menghindari kecurangan dan efisiensi. 4. Pengujian terhadap tingkat kepercayaan data akuntansi dan laporan– laporan mengenai persediaan bahan baku. 5. Penelitian terhadap pelaksanaan tugas yang diberikan kepada setiap karyawan. 6. Memberikan saran–saran perbaikan bila perlu.
Universitas Kristen Maranatha
12
Dalam melakukan penilaian yang objektif dan independent yang dilaksanakan oleh auditor internal akan menunjang efektivitas pengendalian internal persediaan bahan baku karena adanya pengamatan dan perbaikan audit internal, pimpinan perusahaan dapat memperoleh informasi yang akurat dan cepat mengenai persediaan bahan baku, misalnya persediaan yang usang. (Romney Marshall B. & Paul John Steinbart, 2004 : 251). Seorang auditor internal wajib memberikan informasi yang berharga bagi pihak manajemen untuk pengambilan keputusan yang berkaitan dengan operasi perusahaan setelah melakukan pemeriksaan dan penilaian terhadap catatan informasi keuangan dan semua pekerjaan yang dilaksanakan oleh bagian yang menangani persediaan dan membuat laporan hasil audit. (Arens & Loebbecke, 2003 : 7). Dengan adanya laporan yang dibuat oleh auditor internal mengenai hasil auditnya dapat dijadikan dasar bagi manajemen dalam memperbaiki kelemahan– kelemahan yang mungkin terjadi pada pengendalian internal persediaan bahan baku sehingga pengendalian persediaan bahan baku akan lebih efektif. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis mengajukan analisis data sebagai berikut: “Audit internal memiliki peran yang signifikan untuk menunjang efektivitas pengendalian internal atas persediaan bahan baku.”
Universitas Kristen Maranatha
13
Efektivitas Pengendalian Internal Persediaan
Audit Internal
Ha (+) X
Y
Berpengaruh signifikan untuk menunjang
Dimana: H0 = Audit internal tidak memiliki peran yang signifikan untuk menunjang efektivitas pengendalian internal persediaan bahan baku. Ha = Audit internal memiliki peran yang signifikan untuk menunjang efektivitas pengendalian internal persediaan bahan baku.
Peranan Audit Internal sebagai alat bantu manajemen untuk meningkatkan efektifitas pengendalian internal atas persediaan bahan baku, dapat digambarkan dengan bagan sebagai berikut:
Universitas Kristen Maranatha
14
Auditor Internal
Temuan atas pemeriksaan yang dilakukan auditor
Membuat rekomendasi perbaikan atas pengendalian internal persediaan bahan baku
Berperan dalam meningkatkan efektifitas pengendalian internal persediaan bahan baku
1.6.
Alat Uji Hipotesis Pengujian hipotesis secara statistik dilakukan dengan menghitung persentase
frekuensi jawaban yang menunjukkan hubungan peranan audit internal dalam peningkatan efektivitas pengendalian internal persediaan bahan baku. Dari data yang telah diperoleh dilakukan analisis untuk pengujian hipotesis. Metode statistik yang digunakan adalah korelasi Pearson dengan skala Interval. Alasan penulis menggunakan metode ini karena skala ini bertujuan untuk menganalisis kuat atau lemahnya hubungan antara dua variabel.
Universitas Kristen Maranatha
15
Rumus korelasi Pearson adalah sebagai berikut:
r=
n ∑ xy − ∑ x∑ y
(n∑ x − (∑ x) ) n∑ y − (∑ y ) 2
2
2
2
Dimana : N : Jumlah Responden x : Skor variabel x y : Skor variabel y
Kriteria pengambilan keputusan : 1. Tolak H0 jika probabilitas H0 < 0.05 2. Terima H0 jika probabilitas H0 ≥ 0.05
Beberapa asumsi yang digunakan apabila akan melakukan analisis korelasi produk momen atau korelasi Pearson, antara lain:
Distribusi nilai dari variabel berdistribusi normal atau mendekati berdistrbusi normal.
Dua variabel yang akan dicari korelasinya adalah variabel kontinum yang bersifat interval.
Hubungan dari dua variabel adalah linier.
Universitas Kristen Maranatha
16
Hipotesis akan diuji dengan menggunakan statistik analisis korelasi Pearson. Penarikan simpulan dilakukan berdasarkan hipotesis dengan menghitung hasil kuesioner dan didukung oleh teori-teori yang berkaitan dengan masalah yang diteliti sehingga dapat digunakan untuk menilai efektivitas pengendalian internal persediaan bahan baku.
1.7.
Lokasi dan Waktu Penelitian Dalam penulisan skripsi ini, penulis melaksanakan penelitian pada PT. Bayer
Indonesia, perusahaan yang bergerak pada bidang usaha farmasi atau obat-obatan, berlokasi di Jalan Raya Jakarta-Bogor Km 28 Cibubur. Waktu penelitian ini dilaksanakan mulai dari bulan September 2006 sampai dengan selesai.
Universitas Kristen Maranatha