BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah.
Seiring perkembangan negara Indonesia, laju pertumbuhan ekonomi yang signifikan tentu mempengaruhi pertumbuhan sektor bisnis lainnya. Pertumbuhan ekonomi yang terjadi mengakibatkan naiknya mobilitas masyarakat, maupun mobilitas barang barang ekonomi yang dibutuhkan masyarakat. Naiknya laju mobilitas masyarakat ini tentu memerlukan sarana dan pransarana yang mendukung kegiatan tersebut. Salah satu bagian dari sarana yang mendukung mobilitas masyarakat adalah sarana transportasi. Di negara Indonesia yang sebagian besar masyarakat mengandalkan jalur transportasi darat, kendaraan niaga menjadi salah satu media utama dari berbagai macam media transportasi yang digunakan dalam kehidupan keseharian mereka. Tingginya tingkat permintaan terhadap kendaraan niaga yang mendukung mobilisasi masyarakat menarik perhatian para pengusaha maupun penanam modal untuk membangun dan menjalankan industri otomotif di negara Indonesia ini. Pangsa pasar yang sangat besar, dan tentunya keuntungan menjadi sasaran bagi para pengusaha maupun penanam modal sehingga mereka memutuskan untuk membangun Industri Otomotif di tanah air. (Produk Baru di Tengah Krisis, Republika Online, April 2009) Bisnis otomotif di Indonesia memiliki kelebihan dan tak mudah goyah. Dinamika bisnis otomotif di Indonesia, baik pasar sepeda motor maupun mobil benarbenar merupakan salah satu sektor industri yang relatif tahan terhadap krisis ekonomi global sekalipun. Terlepas dari kondisi dimana mayoritas industri otomotif masih
1
dibawah kendali prinsipal pemegang merek dan pengusaha lokal maupun industri otomotif lokal masih belum lepas dari cap “tukang jahit”, pangsa pasar otomotif yang ada dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satu faktor yang sangat mempengaruhi adalah faktor kondisi ekonomi negara. Fluktuasi nilai tukar, tingkat pendapatan masyarakat, tingkat harga bahan bakar, dan faktor faktor ekonomi lain masing masing memiliki pengaruh terhadap tingkat penjualan kendaraan dalam negara tersebut. Dari sisi lain, merek, model, kapasitas penumpang, kapasitas mesin, layanan purna jual, dan aspek lainnya dari suatu kendaraan mempengaruhi tingkat penjualan kendaraaan tersebut. Untuk mempermudah pengamatan pasar kendaraan di Indonesia dibagi menjadi beberapa kategori dan sub kategori , yaitu : I.Kendaraan Penumpang I.1 Sedan Sub Kategori : Entry, Low, Medium, Large, Luxury Level I.2 Non-Sedan Sub Kategori : Compact, Multi Purpose Vehicle, Sport Utility Vehicle. II.1 Kendaraan Komersial. Sub Kategori : Pick Up, Light Truck, Medium Truck, Bus, Heavy Truck
Dalam perjalanan tingkat penjualan kendaraan di Indonesia untuk kategori kendaraan penumpang, dan sub kategori Multi Purpose Vehicle (MPV) mendominasi apabila dibandingkan kendaraan dengan kategori lain. Hal ini menunjukkan kendaraan penumpang dengan sub kategori MPV merupakan kendaraan yang diminati oleh masyarakat Indonesia karena sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan yaitu mampu membawa lebih dari 5 penumpang, dan serbaguna.
2
Tabel 1.1 Penjualan Kendaraan Bermotor Roda Empat Kategori Kendaraan Penumpang Jenis Sedan dan Jenis MPV Tahun 2005 - 2012 Tahun Kendaraan Sedan 2005 42.340 2006 23.545 2007 34.786 2008 44.535 2009 27.750 2010 42.221 2011 36.540 2012 47.986 Sumber : Gaikindo
Kendaraan MPV 320.923 222.873 274.574 372.205 386.697 575.918 634.417 838.637
Total 363.263 246.418 309.360 416.740 414.447 618.139 670.957 886.623
Dilihat dari tahun ke tahun, tingkat penjualan kendaraan jenis sedan dan kendaraan jenis MPV sangat berfluktuasi. Secara keseluruhan dapat dilihat bahwa jumlah permintaan untuk kendaraan jenis MPV selama periode 2005 – 2012 jauh lebih banyak dari pada permintaan jenis sedan yaitu : 3.626.244 unit mobil dan 299.703 unit mobil. Hal tersebut terjadi karena kendaraan MPV memang diproduksi lebih banyak untuk dapat memenuhi kebutuhan rakyat Indonesia, sedangkan untuk kendaraan sedan mempunyai pangsa pasar yang lebih sedikit, karena hanya orangorang yang mempunyai penghasilan yang besarlah yang dapat memilikinya. Meneliti lebih dalam lagi, sangat menarik bagi penulis untuk menganalisis penjualan kendaraan MPV untuk sub kategori Low MPV, yaitu kendaraan MPV dalam rentang harga dibawah Rp. 180.000.000 dan dengan mesin berkapasitas dibawah 1.500 cc, karena kategori inilah yang cocok dengan karakteristik dan keinginan masyarakat Indonesia pada umumnya. Hal ini juga menyebabkan para
3
pabrikan berlomba lomba memproduksi kendaraan jenis Low MPV dengan harga dan fasilitas yang ditawarkan saling bersaing secara kompetitif. Contoh kendaraan yang masuk dalam kategori ini adalah : Toyota Avanza, Daihatsu Xenia, Nissan Grand Livina, dan sejenisnya. Berikut adalah gambaran tingkat penjualan kendaraan penumpang jenis Low MPV : Tabel 1.2 Penjualan Kendaraan Bermotor Roda Empat Kategori Kendaraan Penumpang Jenis MPV Sub Kategori Low MPV, dan Medium – High MPV Tahun 2005 – 2012. Kendaraan Low MPV 82.398 2005 75.815 2006 100.333 2007 133.766 2008 152.550 2009 229.060 2010 253.688 2011 343.776 2012 Sumber : Gaikindo Tahun
Kendaraan Medium - High MPV 238.525 147.058 174.241 238.439 234.147 346.858 380.729 494.861
Total Kendaraan MPV 320.923 222.873 274.574 372.205 386.697 575.918 634.417 838.637
Pengaruh ekonomi seperti perubahan dan ketidakpastian nilai tukar riil rupiah, tingkat pendapatan masyarakat, dan faktor harga bahan bakar minyak, memberikan pengaruh terhadap penjualan kendaraan penumpang di Indonesia. Tingkat penjualan kendaraan penumpang berkaitan dengan perkembangan dan prospek jangka panjang dari industri otomotif dan juga industri pendukungnya di Indonesia. Perubahan nilai tukar yang terjadi seiring penjualan kendaraan mengalami beberapa kejadian kejadian yang jika di analisis memiliki korelasi antara fluktuasi nilai tukar dengan tingkat penjualan kendaraan. Perkembangan manajemen nilai tukar
4
Indonesia mencatat adanya perubahan yang cukup drastis ketika Bank Indonesia menetapkan perubahan manajemen nilai tukar dari sistem nilai tukar mengambang terkendali (managed floating exchange rate) ke sistem nilai tukar mengambang bebas (free floating exchange rate). Perubahan manajemen yang sangat drastis ini berawal dari kondisi moneter yang berubah pada saat memasuki pertengahan tahun 1997. Rupiah mendapatkan tekanan-tekanan depresiatif yang sangat besar diawali dengan krisis nilai tukar di Thailand dan menyebar ke negara ASEAN lainnya.Selanjutnya Bank Indonesia terus menggunakan manajemen nilai tukar mengambang bebas ini sampai saat ini.
Pengaruh perubahan nilai tukar dan ketidakpastian nilai tukar
memiliki pengaruh terhadap daya beli masyarakat, termasuk daya beli terhadap kendaraan sebagai kebutuhan untuk mendukung aktivitas sehari hari. Saat nilai tukar riil melemah, secara umum daya beli masyarakat juga akan menurun seiring dengan dengan turunnya tukar riil yang terdepresiasi terhadap mata uang asing. Sebagian besar masyarakat akan mengutamakan untuk memenuhi kebutuhan primer hidup mereka, demikian juga para pelaku usaha dalam melakukan bisnis tentu akan mempertimbangkan pengaruh nilai tukar riil sebelum melakukan pengambilan keputusan. Krisis ekonomi dan krisis moneter yang melanda Indonesia pada tahun 1997 dan tahun tahun berikutnya yang secara umum disebabkan oleh tidak stabilnya nilai rupiah memberikan pengaruh besar terhadap penjualan kendaraan di rentang periode tersebut dan mempengaruhi juga penjualan pada periode selanjutnya. Perubahan tingkat harga Bahan Bakar Minyak (BBM) khususnya jenis premium dan solar memberikan pengaruh terhadap tingkat penjualan kendaraan. Sebagai gambaran, pada periode tahun 2005- 2006 terjadi penurunan tingkat
5
penjualan kendaraan saat terjadi kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) di Indonesia pada 1 Oktober 2005 yang rata-rata mencapai 126% (dipengaruhi oleh kenaikan harga minyak dunia yang mencapai US$ 73 per barel). Untuk informasi antara nilai tukar, tingkat penjualan kendaraan penumpang kategori Low MPV dan tingkat harga rata rata BBM jenis premium di Indonesia pada preiode 2005-2012 dapat dilihat di tabel dibawah ini: Tabel 1.3 Nilai Tukar , Penjualan kendaraan Low MPV, dan Harga Rata Rata BBM jenis Premium 2005-2012
Tahun
Nilai Tukar (IDR/$AS)
Kendaraan Low MPV
82.398 2005 9.715 75.815 2006 9.165 100.333 2007 9.142 133.766 2008 9.664 152.550 2009 10.381 229.060 2010 9.082 253.688 2011 8.763 343.776 2012 9.364 Sumber : Gaikindo, BPS, ESDM, BI
Harga rata rata Bahan Bakar Minyak (Premium) 2.827 4.500 4.500 5.333 4.542 4.500 4.500 4.500
Pemahaman mengenai faktor faktor yang mempengaruhi tingkat penjualan kendaraan menjadi penting bagi para pelaku usaha terkait dalam industri otomotif maupun industri yang terkait, apalagi dalam kondisi perekonomian yang belum stabil sepenuhnya. Pemahaman ini akan memberikan kemudahan bagi para pelaku bisnis di industri otomotif dalam menanggapi adanya perubahan dari variabel ekonomi yang mempengaruhi tingkat penjualan kendaraan.
6
Karena penulis bekerja di industri kendaraan ini, khususnya di perusahaan yang spesialis memproduksi kendaraan penumpang kategori Low MPV, peristiwa dan fenomena yang terjadi dan penulis amati sangat menarik dan menjadi motivasi bagi penulis untuk menjadikan penelitian ini sebagai tambahan referensi dalam faktor faktor yang mempengaruhi penjualan kendaraan kategori low MPV di Indonesia.
1.2 Perumusan Permasalahan. Pada uraian sebelumnya telah dijelaskan bahwa tingkat penjualan kendaraan kategori Low MPV dipengaruhi oleh faktor ekonomi perubahan dan ketidakpastian nilai tukar riil rupiah, produk domestik brutto (Gross Domestic Product) sebagai proxy dari tingkat pendapatan masyarakat, dan perubahan harga bahan bakar minyak. Secara umum permasalahan yang ingin dibahas adalah bagaimanakah pengaruh dari nilai tukar riil, ketidakpastian nilai tukar riil, tingkat pendapatan masyarakat, dan tingkat harga bahan bakar minyak terhadap tingkat penjualan kendaraan penumpang kategori Low MPV.
1.3. Tujuan Penelitian. Hasil penelitian ini bertujuan untuk menganalisis besarnya pengaruh keempat faktor yaitu nilai tukar riil, ketidakpastian nilai tukar riil, tingkat pendapatan, dan harga bahan bakar minyak terhadap tingkat penjualan kendaraan penumpang kategori Low MPV pada tahun 2005 sampai dengan 2012.
7
1.4. Manfaat Penelitian. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang berkepentingan seperti departemen perdagangan dan perindustrian , Industri Otomotif dan pendukungnya (komponen) maupun untuk para calon penanam modal, dan juga bisa bermanfaat sebagai bahan literatur, dan referensi bagi peneliti lainnya dalam melakukan penelitian sejenis.
1.5. Batasan Masalah Untuk lebih memfokuskan penelitian ini dan atas dasar pemaparan latar belakang masalah penelitian diatas, maka batasan masalah sebagai berikut : 1. Data yang dipergunakan untuk analisis adalah data penjualan kendaraaan penumpang kategori Low MPV (Avanza, Xenia, Grand Livina, dan sejenisnya.) pada rentang periode tahun 2005 sampai dengan tahun 2012. 2. Penelitian terbatas hanya mengamati tingkat penjualan kendaraan penumpang karena di kategori inilah di negara Indonesia yang memiliki tingkat permintaan konsumen yang tinggi, sekaligus persaingan yang ketat diantara para produsen industri otomotif untuk memasarkan produk mereka.
1.6. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kepustakaan (library research) dengan data sekunder. Metode penelitian kepustakaan digunakan untuk mendapatkan gambaran teoritis mengenai kurs, dan penjualan suatu komoditi. Studi kepustakaan ini bersumber dari buku-buku teks, jurnal, serta penelitian dan tulisan-tulisan yang berhubungan
8
1.7. Sistematika Penulisan. Penulisan penelitian ini terdiri dari lima bagian. Adapun sistematikanya adalah sebagai berikut:
BAB I. Pendahuluan. Bab ini memuat hal-hal yang mendasar penyusunan thesis ini yang menyangkut latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan penelitian, metoda penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II. Tinjauan Pustaka.. Bab ini menjelaskan gambaran umum mengenai teori-teori yang mendukung penelitian, pembahasan mengenai penelitian-penelitian yang berkaitan dengan masalah penelitian, kerangka pikir penelitian, model penelitian dan hipotesis penelitian.
BAB III. Metodologi Penelitian Bab ini membahas mengenai merode penelitian yang digunakan untuk pengolahan data sekunder yang diperoleh untuk menguji Variabel variabel yang digunakan dalam penelitian.
BAB IV. Analisa dan Pembahasan Bab ini menjelaskan analisis hasil, interpretasi data dan pembahasan dari penelitian.
9
BAB V. Kesimpulan dan Saran. Bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian secara keseluruhan, dan saran berdasar hasil penelitian terhadap perekonomian Indonesia dalam kaitannya dengan tujuan penelitian.
10